BAB I II III acp pud.doc

22
BAB I DATA PASIEN I.1 IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. K Usia : 48 tahun 3 bulan Agama : Islam Suku/bangsa : Jawa Pendidikan : SD Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Status : Kawin, Anak 4 Alamat : Jl.Sukadamai RT 03 RW 03 Karangklesem Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas Nomor CM : 243784 Nomor telp : 085741303045 Tanggal/Jam Masuk : 24 Maret 2013/pukul 17.00 WIB I.2 ANAMNESIS 1. Keluhan Utama Perdarahan terus-menerus sejak 2 bulan lalu dari jalan lahir 2. Keluhan Tambahan Nyeri pinggang dan pusing 3. Riwayat Penyakit Sekarang 1

description

ssss

Transcript of BAB I II III acp pud.doc

Page 1: BAB I II III acp pud.doc

BAB I

DATA PASIEN

I.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. K

Usia : 48 tahun 3 bulan

Agama : Islam

Suku/bangsa : Jawa

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status : Kawin, Anak 4

Alamat : Jl.Sukadamai RT 03 RW 03 Karangklesem Kecamatan

Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas

Nomor CM : 243784

Nomor telp : 085741303045

Tanggal/Jam Masuk : 24 Maret 2013/pukul 17.00 WIB

I.2 ANAMNESIS

1. Keluhan Utama

Perdarahan terus-menerus sejak 2 bulan lalu dari jalan lahir

2. Keluhan Tambahan

Nyeri pinggang dan pusing

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang via IGD PIVA0. Pasien mengeluhkan perdarahan terus-

menerus sejak 2 bulan lalu dari jalan lahir. Pasien juga mengeluhkan nyeri

pinggang dan pusing.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

- Penyakit Jantung : disangkal

- Penyakit Paru : disangkal

1

Page 2: BAB I II III acp pud.doc

- Penyakit Kencing Manis : disangkal

- Penyakit Ginjal : disangkal

- Penyakit Hipertensi : disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga

- Penyakit Jantung : disangkal

- Penyakit Paru : disangkal

- Penyakit Kencing Manis : disangkal

- Penyakit Ginjal : disangkal

- Penyakit Hipertensi : disangkal

6. Riwayat Obstetrik

PIV A0, HPHT: 10 Februari 2013.

Pasien sudah menikah selama 25 tahun dan mempunyai 4 anak.

7. Riwayat Pernikahan

Menikah 2 kali, lama pernikahan pertama 24 tahun, lama pernikahan

kedua 1 tahun.

8. Riwayat Menstruasi

Menarche usia 13 tahun, lama haid ± 4 hari, siklus haid teratur,

dismenorrhea (+), Jumlah darah haid normal (sehari ganti pembalut 2-3

kali).

9. Riwayat KB

Pasien menggunakan KB implant sejak 10 tahun lalu.

10. Riwayat Ginekologi

Tidak ada

11. Riwayat Sosial Ekonomi

2

Page 3: BAB I II III acp pud.doc

Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga, sedangkan suami pasien bekerja

sebagai pedagang.

Kesan : Sosial ekonomi menengah.

I.3 PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : baik

Kesadaran : compos mentis

Vital sign

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Nadi : 88 kali/ menit

Respirasi Rate : 22 kali/ menit, regular

Suhu : afebris

Tinggi badan : -

Berat badan : 70 kg

Mata : Konjungtiva palpebra mata kanan dan kiri tidak anemis,

tidak ada sklera ikterik pada mata kanan dan kiri

Telinga : Tidak ada otorrhea, tidak ada nyeri tekan mastoid

Hidung : Tidak ada deviasi septum, tidak keluar sekret

Mulut : Tidak ada gusi berdarah, bibir tidak sianosis

Tenggorokan : Tidak ada pembesaran tonsil, faring tidak hiperemis

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfonodi, tidak

teraba massa

Thorax

Paru : Bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris (tidak ada

gerakan nafas yang tertinggal), Suara dasar nafas

vesikuler, tidak terdapat ronkhi basah kasar di parahiler

dan tidak terdapat ronkhi basah halus di basal pada kedua

lapang paru, tidak ditemukan wheezing.

Jantung : Tidak terlihat pulsasi ictus cordis pada dinding dada,

Teraba ictus cordis, S1>S2 reguler, tidak ditemukan

murmur, tidak ditemukan gallop.

Abdomen

3

Page 4: BAB I II III acp pud.doc

Palpasi : Tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan pada perut

bagian bawah.

Auskultasi : Bising usus (+)

Ekstremitas

Superior Inferior

Edema -/- -/-

Motorik Normal/normal Normal/normal

Reflek fisiologis +normal/+normal +normal/+normal

Reflek patologis -/- -/-

Pemeriksaan Ginekologi

Genitalia Eksterna

Inspeksi : fluksus (+), fluor albus (-)

Genitalia Interna

Vaginal Toucher :

- Ø 1 cm

- Portio kaku

- Permukaan berbenjol-benjol

- Darah (+)

I.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap

Hasil Laboratorium tanggal 11 Februari 2012

Darah Lengkap

Hb : 8,2 (12 – 16 g/dl)

Leukosit : 7.100 (4.800 – 10.800 / L)

Hematokrit : 27,6% (37 – 47 %)

Trombosit : 300.000 (150.000 – 450.000 /L)

LED : 97 (0-20 mm/jam)

Kimia Klinik

Glukosa sewaktu : 137 (≤ 200 mg/dl)

2. Pemeriksaan USG:

4

Page 5: BAB I II III acp pud.doc

Hasil USG:

Tampak massa hiperechoic pada cavum uteri

Kesan: sisa jaringan

I.5 DIAGNOSIS

PIVA0 Usia 48 tahun dengan Perdarahan Uterus Disfungsional

I.6 SIKAP

Pasien dilaporkan ke dr. Puji Tri Harsono, SpOG dengan diagnosa PIVA0,

Usia 48 tahun, dengan Perdarahan Uterus Disfungsional. Kemudian pasien

direncanakan untuk tindakan kuretase. Kemudian pasien dikonsultasikan

dengan dokter spesialis anestesi untuk rencana tindakan kuretase.

I.7. PENATALAKSANAAN

Persiapan untuk dilakukan tindakan pre-operatif :

a. Observasi tanda – tanda vital (TD, N, RR, T)

b. Injeksi cefotaxime / 8 jam

c. Injeksi transamin / 8 jam

d. SF 2 x 1

e. Vitamin C 2 x 1

5

Page 6: BAB I II III acp pud.doc

f. Observasi

Post-operatif :

a. Ciprofloxacin 3 x 1

b. Metilergometrin 3 x 1

c. Asam mefenamat 3 x 1

d. SF 3 x 1

e. Observasi perdarahan dan TTV

I.8. PROGNOSIS

Dubia ad bonam

I.9. PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI

Endometrium

a. Makroskopik

Keping-keping jaringan ± 3 cc, kuning kecoklatan,

b. Mikroskopik

Keping-keping jaringan terdiri atas jaringan endometrium dengan

stroma sembab, hiperemi, bersebukan limfosit dan histiosit, tampak

kelenjar bentuk tubulus berkelok, dilapisi epitel kuboid selapis dan

berlapis hiperplasi

Tak tampak tanda ganas

I.10 FOLLOW UP

Tanggal Subjektif Objektif Assesment PlanningSenin, 25/3/ 2013

nyeri pinggang,perdarahan pervaginam masih banyak, sakit kepala

KU/KES: Baik/CMTD: 120/80 mmHgNadi: 72x/mRR: 22x/mSuhu: 36,5oCPx lokalis: PPV (+), Nyeri Tekan (-)

PIVA0 dengan

Perdarahan Uterus

Disfungsional

Rencana kuretase

Selasa,26/3/2013

Pusing KU/KES: Baik/CMTD: 110/70 mmHgNadi: 84x/mRR: 20x/mSuhu: afebris

Post kuretase - Ciprofloxacin 3x1- Metilergometrin 3x1- Asam

6

Page 7: BAB I II III acp pud.doc

Px lokalis: PPV (+) , nyeri tekan (-)

mefenamat 3x1- SF 3x1- Observasi perdarahan

Rabu, 27/3/ 2013

Tidak ada KU/KES: Baik/CMTD: 120/80 mmHgNadi: 80x/mRR: 20x/mSuhu: afebris Px lokalis: PPV (+) sedikit, nyeri tekan (-)

Post kuretase hari I - Obat per oral

- Kontrol poli

BAB II

PEMBAHASAN

7

Page 8: BAB I II III acp pud.doc

Pasien Ny.K, perempuan, usia 48 tahun PIVA0 datang via IGD dengan

keluhan perdarahan terus-menerus dari jalan lahir sejak 2 bulan lalu disertai nyeri

pinggang dan pusing. Pasien menggunakan KB implant sejak 10 tahun lalu.

Dari hasil anamnesa pasien juga memakai alat kontrasepsi berupa KB

spiral, sehingga dapat diduga bahwa penyakit pada pasien tersebut mungkin bisa

disebabkan dari adanya gangguan hormonal yang disebabkan KB tersebut.

Dilihat dari riwayat penyakit dahulunya, pasien menyangkal pernah

menderita penyakit-penyakit sistemik ataupun kronik lainnya, seperti penyakit

jantung, paru, ginjal, diabetes ataupun riwayat hipertensi-pun disangkal oleh

pasien. Riwayat penyakit dikeluarga pasien-pun disangkal. Hal ini menunjukkan

bahwa penyakit pasien ini tidak ada kaitannya dengan riwayat penyakit dahulunya

ataupun dalam keluarganya. Sedangkan dari riwayat menstruasinya, pasien

pertama kali mengalami menstruasi pada umur 13 tahun, Lama haid: ±4hari,

Siklus haid teratur, dismenorrhoe: ada, jumlah darah haid normal (sehari ganti

pembalut 2-3 kali).

Pemeriksaan fisik pada pasien ini didapatkan tanda-tanda vital tekanan

darah yang masih dalam batas normal. Kondisi ini menjadi faktor perhitungan

pada rencana kuretase, dimana salah satunya adalah keadaan hemodinamik yang

stabil. Pada pemeriksaan lokalis didapatkan adanya perdarahan pervaginam dan

tidaj ada nyeri tekan. Pada pemeriksaan dalam didapatkan portio kaku, permukaan

berbenjol-benjol, Ø 1 cm dan terdapat darah.

Pada pemeriksaan penunjang dengan USG didapatkan gambaran massa

hiperekoik di cavum uteri dengan kesan sisa jaringan. Tidak tampak kelainan

organic pada uterus. Dari hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

USG tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien didiagnosis perdarahan uterus

disfungsional. Diagnosis tersebut juga ditegakkan dari anamenesis pasien, dimana

pasien mengeluhkan adanya gangguan siklus haid berupa perdarahan pervaginam

terus-menerus selama 2 bulan.

Perdarahan uterus disfungsional adalah perdarahan abnormal yang dapat

terjadi di dalam siklus maupun di luar siklus menstruasi, karena gangguan fungsi

mekanisme pengaturan hormon (hipotalamushipofisis-ovarium-endometrium),

8

Page 9: BAB I II III acp pud.doc

tanpa kelainan organik. Perdarahan uterus dapat terjadi tiap saat dalam siklus

menstruasi. Jumlah perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak

dan berulang. Kejadian tersering pada menarche atau masa pre-menopause.

Kemudian pasien direncanakan untuk dilakukan tindakan kuretase. Pilihan

tindakan tersebut bertujuan untuk membersihkan sisa jaringan, menghentikan

perdarahan dan untuk diagnostik dengan pemeriksaan patologi anatomi.

Setelah dilakukan pemeriksaan patologi anatomi didapatkan keping-keping

jaringan terdiri atas jaringan endometrium dengan stroma sembab, hiperemi,

bersebukan limfosit dan histiosit, tampak kelenjar bentuk tubulus berkelok,

dilapisi epitel kuboid selapis dan berlapis hiperplasi dan tidak tampak tanda-tanda

keganasan.

Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien tersebut yaitu dilakukannya

pembersihan sisa jaringan dengan kuretase, penghentian perdarahan, perbaikan keadaan

umum dan regulasi hormonal. Diharapkan dengan begitu fungsi hormonal pasien masih

dapat berjalan dengan baik setelah dilakukannya tindakan operasi tersebut.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

9

Page 10: BAB I II III acp pud.doc

II.1 Definisi

Dysfunctional uterine bleeding (DUB) atau perdarahan uterus

disfungsional adalah perdarahan abnormal yang dapat terjadi di dalam siklus

maupun di luar siklus menstruasi, karena gangguan fungsi mekanisme pengaturan

hormon (hipotalamushipofisis-ovarium-endometrium), tanpa kelainan organ.

Perdarahan ini juga didefinisikan sebagai menstruasi yang banyak dan / atau tidak

teratur tanpa adanya patologi pelvic yang diketahui, kehamilan atau gangguan

perdarahan umum.2 Perdarahan uterus disfungsional adalah perdarahan dari uterus

yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik.1

II.2 Siklus Menstruasi Normal

Menstruasi normal terjadi akibat turunnya kadar progesteron dari

endometrium yang kaya esterogen. Siklus menstruasi yang menimbulkan ovulasi

disebabkan interaksi kompleks antara berbagai organ. Disfungsi pada tingkat

manapun dapat mengganggu ovulasi dan siklus menstruasi.2 Siklus menstruasi

normal terjadi setiap 21-35 hari dan berlangsung sekitar 2-7 hari. Pada saat

menstruasi, jumlah darah yang hilang diperkirakan 35-150 ml, biasanya berjumlah

banyak hingga hari kedua dan selanjutnya berkurang sampai menstruasi berakhir.3

II.3 Patogenesis dan Patologi

Patologi DUB bervariasi. Gambaran penting salah satu kelompok DUB

adalah gangguan aksis hipotalamus – pituitari – ovarium sehingga menimbulkan

siklus anovulatorik. Kurangnya progesteron meningkatkan stimulasi esterogen

terhadap endometrium. Endometrium yang tebal berlebihan tanpa pengaruh

progestogen, tidak stabil dan terjadi pelepasan irreguler. Secara umum, semakin

lama anovulasi maka semakin besar resiko perdarahan yang berlebihan. Ini adalah

bentuk DUB yang paling sering ditemukan pada gadis remaja.2

Korpus luteum defektif yang terjadi setelah ovulasi dapat menimbulkan DUB

ovulatori. Hal ini menyebabkan stabilisasi endometrium yang tidak adekuat, yang

kemudian lepas secara irreguler. Pelepasan yang irreguler ini terjadi jika terdapat

korpus luteum persisten dimana dukungan progestogenik tidak menurun setelah

14 hari sebagaimana normalnya, tetapi terus berlanjut diluar periode tersebut. Ini

disebut DUB ovulatori.2

10

Page 11: BAB I II III acp pud.doc

Secara garis besar, kondisi di atas dapat terjadi pada siklus ovulasi

(pengeluaran sel telur/ovum dari indung telur), tanpa ovulasi maupun keadaan

lain, misalnya pada wanita premenopause (folikel persisten). Sekitar 90%

perdarahan uterus difungsional terjadi tanpa ovulasi (anovulation) dan 10% terjadi

dalam siklus ovulasi.3

Pada siklus ovulasi

Perdarahan uterus yang bisa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun

bersamaan dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi karena rendahnya

kadar hormon estrogen, sementara hormon progesteron tetap terbentuk. Ovulasi

abnormal ( DUB ovulatori ) terjadi pada 15 – 20 % pasien DUB dan mereka

memiliki endometrium sekretori yang menunjukkan adanya ovulasi setidaknya

intermitten jika tidak reguler.2

Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)

Perdarahan uterus yang sering terjadi pada masa pre-menopause dan masa

reproduksi. Hal ini karena tidak terjadi ovulasi, sehingga kadar hormon estrogen

berlebihan sedangkan hormon progesteron rendah. Akibatnya endometrium

mengalami hiperplasia tanpa diikuti penyangga (kaya pembuluh darah dan

kelenjar) yang memadai. Kondisi inilah penyebab terjadinya perdarahan uterus

karena endometrium yang rapuh.3

Anovulasi kronik adalah penyebab DUB yang paling sering. Keadaan

anovulasi kronik akibat stimulasi esterogen terhadap endometrium terus menerus

yang menimbulkan pelepasan irreguler dan perdarahan. Anovulasi sering terjadi

pada gadis perimenarche. Stimulasi esterogen yang lama dapat menimbulkan

pertumbuhan endometrium yang melebihi suplai darahnya dan terjadi

perkembangan kelenjar, stroma, dan pembuluh darah endometrium yang tidak

sinkron.2

II.4 Gejala Klinik

11

Page 12: BAB I II III acp pud.doc

Perdarahan uterus dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah

perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang.

Kejadian tersering pada menarche atau masa pre-menopause.3

Pada siklus ovulasi

Karakteristik DUB bervariasi, mulai dari perdarahan banyak tapi jarang,

hingga spotting atau perdarahan yang terus menerus.2 Perdarahan ini merupakan

kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional dengan siklus pendek

(polimenorea) atau panjang (oligomenorea). Untuk menegakan diagnosis perlu

dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jika karena perdarahan yang lama

dan tidak teratur sehingga siklus haid tidal lagi dikenali maka kadang-kadang

bentuk kurve suhu badan basal dapat menolong. Jika sudah dipastikan bahwa

perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa ada sebab organik, maka

harus dipikirkan sebagai etiologi :

1. Korpus luteum persistens : dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang-kadang

bersamaan dengan ovarium membesar. Dapat juga menyebabkan pelepasan

endometrium tidak teratur.

2. Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting,

menoragia atau polimenorea. Dasarnya ialah kurangnya produksi progesteron

disebabkan oleh gangguan LH releasing faktor. Diagnosis dibuat, apabila hasil

biopsy endometrial dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran

endometrium yang seharusnya didapat pada hari siklus yang bersangkutan.

3. Apopleksia uteri: pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya

pembuluh darah dalam uterus

4. Kelainan darah seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan dalam

mekanisme pembekuan darah.

Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)

Perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding uterus di satu

bagian baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya. Jadilah

perdarahan uterus berkepanjangan.3 Pada tipe ini berhubungan dengan fluktuasi

kadar estrogen dan jumlah folikel yang pada suatu waktu fungsional aktif. Folikel-

folikel ini mengeluarkan estrogen sebelum mengalami atresia dan kemudian

diganti oleh folikel-folikel baru . Endometrium dibawah pengaruh estrogen akan

tumbuh terus, dan dari endometrium yang mula-mula proliperatif dapat terjadi

12

Page 13: BAB I II III acp pud.doc

endometrium hiperplastik kistik. Jika gambaran ini diperoleh pada saat kerokan

dapat diambil kesimpulan bahwa perdarahan bersifat anovulatoar. 1

Biasanya perdarahan disfungsional ini terjadi pada masa pubertas dan

masa pramenopause. Pada masa pubertas terjadi sesudah menarche, perdarahan

tidak normal disebabkan oleh gangguan atau terlambatnya proses maturasi pada

hipotalamus, dengan akibat bahwa pembuatan Releasing factor dan hormon

gonadotropin tidak sempurna. Pada wanita dalam masa pramenopause proses

terhentinya fungsi ovarium tidak selalu berjalan lancar.

Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada

harapan bahwa lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi

ovulatoar. Sedangkan pada wanita dewasa dan terutama dalam masa

pramenopause dengan perdarahan tidak teratur mutlak diperlukan kerokan untuk

menentukan ada tidaknya tumor ganas.

II.5 Faktor Penyebab

Hingga saat ini penyebab pasti perdarahan rahim disfungsional (DUB)

belum diketahui secara pasti. Beberapa kondisi yang dikaitkan dengan perdarahan

rahim disfungsional, antara lain :

· Kegemukan (obesitas)

· Faktor kejiwaan

· Alat kontrasepsi hormonal

· Alat kontrasepsi dalam rahim (intra uterine devices)

· Beberapa penyakit dihubungkan dengan perdarahan rahim (DUB), misalnya:

trombositopenia (kekurangan trombosit atau faktor pembekuan darah), Kencing

Manis (diabetus mellitus), dan lain-lain

· Walaupun jarang, perdarahan rahim dapat terjadi karena: tumor organ

reproduksi, kista ovarium (polycystic ovary disease), infeksi vagina, dan lain-

lain.

II.6 Diagnosis

Anamnesis dan pemeriksaan klinis yang lengkap harus dilakukan dalam

pemeriksaan pasien. Jika anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukkan adanya

penyakit sistemik, maka penyelidikan lebih jauh mungkin diperlukan.

13

Page 14: BAB I II III acp pud.doc

Abnormalitas pada pemeriksaan pelvis harus diperiksa dengan USG dan

laparoskopi jika diperlukan.

Perdarahan siklik (reguler) didahului oleh tanda premenstruasi (mastalgia,

kenaikan berat badan karena meningkatnya cairan tubuh, perubahan mood, atau

kram abdomen ) lebih cenderung bersifat ovulatori. Sedangkan, perdarahan lama

yang terjadi dengan interval tidak teratur setelah mengalami amenore berbulan –

bulan, kemungkinan bersifat anovulatori.3

Peningkatan suhu basal tubuh ( 0,3 – 0,6 C ), peningkatan kadar

progesterone serum ( > 3 ng/ ml) dan atau perubahan sekretorik pada

endometrium yang terlihat pada biopsi yang dilakukan saat onset perdarahan,

semuannya merupakan bukti ovulasi.

Pasien berusia dibawah 40 tahun memiliki resiko yang sangat rendah

mengalami karsinoma endometrium, jadi pemeriksaan patologi endometrium

tidaklah merupakan keharusan. Resiko karsinoma endometrium pada pasien DUB

perimenopause adalah sekitar 1 persen. Jadi, pengambilan sampel endometrium

penting dilakukan.

Pemeriksaan penunjang:

1. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar HCG, FSH, LH,

Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining gangguan

perdarahan jika ada tampilan yang mengarah kesana.

2. Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b)

histeroskopi. Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda dengan

perdarahan tidak teratur atau wanita muda ( < 40 tahun ) yang gagal berespon

terhadap pengobatan harus menjalani sejumlah pemeriksaan endometrium.

Pada wanita yang memerlukan investigasi, histeroskopi lebih sensitif

dibandingkan dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi abnormalitas

endometrium.

3. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil dalam

uji coba terapeutik.

II.7 Pengobatan

14

Page 15: BAB I II III acp pud.doc

Setelah menegakkan diagnosa dan setelah menyingkirkan berbagai

kemungkinan kelainan organ, teryata tidak ditemukan penyakit lainnya, maka

langkah selanjutnya adalah melakukan prinsip-prinsip pengobatan sebagai berikut:

1. Menghentikan perdarahan.

2. Memperbaiki keadaan umum

3. Pengaturan siklus haid

Langkah-langkah upaya menghentikan perdarahan adalah sebagai berikut:

Kuret (curettage).

O b a t (medikamentosa)

1. Golongan estrogen.

Estrogen dosis tinggi supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan

berhenti. Dapat diberikan secara intramusculus dipropionas estradiol 2,5 mg

atau benzoas estradiol 1,5 mg atau valeras estradiol 20 mg. keberatan terapi ini

adalah setelah suntikan dihentikan, perdarahan timbul lagi.1

2. Golongan progesteron

Pertimbangan di sini ialah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional bersifat

anovulatoar, sehingga pemberian obat progesteron mengimbangi pengaruh

estrogen terhadap endometrium. Dapat diberikan kaproas hidroksi-progesteron

125 mg secara intramuskulus, atau dapat diberikan per os sehari norethindrone

15 mg atau asetas medroksi-progesteron (Provera) 10 mg, yang dapat diulangi.

Terapi ini berguna pada wanita dalam masa pubertas.1

3. Dapat pula diberikan terapi kombinasi estrogen-progesteron, untuk keperluan

ini pil-pil kontrasepsi dapat digunakan. Terapi ini dapat dilakukan mulai hari

ke-5 perdarahan terus untuk 21 jari. Dapat pula diberikan progesterone untuk 7

hari, mulai hari ke-21 siklus haid.1

Setelah perdarahan berhenti, langkah selanjutnya adalah pengobatan untuk

mengatur siklus menstruasi, misalnya dengan pemberian: Golongan progesteron:

2×1 tablet diminum selama 10 hari. Minum obat dimulai pada hari ke 14-15

menstruasi.

Sebagai tindakan yang terakhir pada wanita dengan perdarahan uterus

disfungsional terus-menerus (walaupun sudah dilakukan kerokan beberapa kali,

dan yang sudah mempunyai anak cukup) ialah histerektomi.

15