BAB I Hiv

19
 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keh amil an mer upa kan per isti wa alam i yan g terj adi pad a wanita, namun keh ami lan dapat mempen gar uhi kon dis i kes eha tan ibu dan janin ter uta ma pad a kehami lan tr imest er pe rta ma . Wa ni ta hami l tri me ste r perta ma pa da umumnya men gal ami mua l, muntah, naf su mak an ber kur ang dan kelelah an. Menurunny a kondisi wanita hamil cenderung memperberat kondisi klinis wanita dengan penyakit infeksi antara lain infeksi HIV !I"#. #ejak ditemukannya infeksi  human immunodeficiency virus $HIV% pada tahun &'(), penelitian semakin banyak dilakukan dan ternyata hasilnya sangat mengejutkan dunia. *erdapat sekitar lima jenis HIV deng an bentu k infeks i terakhir disebu t !I"# $acqui red immun odefic iency syndr ome%, yai tu kon dis i hil ang nya kek eba lan tub uh sehingga mem ber kesempat an be rkemba ngnya berbegai bent uk infek si dan keg anasan, kemund ura n kemampuan int elek tua l, dan peny aki t lain nya. "engan hilangnya semua kekebalan tubuh manusia pada !I"#, tubuh seolaholah menjadi tempat pembenihan bakteri, proto+oa, jamur serta terjadi degenerasi ganas. enelitian telah dilakukan sejak HIV pertama kali ditemukan, tetapi sampai saat ini obatnya belum ditemukan sehingga bila terinfeksi -irus HIV berarti sudah me nu ju ke ma ti an. b at yang te rsedia seke da r untuk memp er taha nk an at au memperpanjang usia, bukan untuk membunuh -irus HIV. rang orang y ang terinf eksi positi f HIV y ang menget ahui statu s mereka mungkin dapat memberikan manfaat. /amun, seks tanpa perlindungan antara orang yan g yan g ber isik o membawa HIV sero po sit if seba gai super inf eks i, pen ula ran infeksi seksual, dan kehamilan yang tidak direncanakan dapat membuat penurunan kesehatan seksual dan reproduksi. Hal ini jelas bahwa banyak pasangan yang harus dido rong untuk melakukan tes HIV untuk memastikan status mereka dengan asumsi  bahwa mereka mungkin terinfeksi karena pernah memiliki hubungan seksual denga seseorang yang telah diuji dan ditemukan seropositif HIV. Komu nikasi seksualita s antara orangtua dan anak telah diide ntifik asi sebaga i factor pelindung untuk seksual emaja dan kesehatan reproduksi, termasuk infeksi HIV. Meningkatkan kesehatan seksual dan reproduksi remaja merupakan prioritas dunia. Inter-ensi yang bertujuan untuk menunda perilaku seksual, mengurangi jumlah

description

maternitas

Transcript of BAB I Hiv

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehamilan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada wanita, namun kehamilan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin terutama pada kehamilan trimester pertama. Wanita hamil trimester pertama pada umumnya mengalami mual, muntah, nafsu makan berkurang dan kelelahan. Menurunnya kondisi wanita hamil cenderung memperberat kondisi klinis wanita dengan penyakit infeksi antara lain infeksi HIV-AIDS.Sejak ditemukannya infeksi human immunodeficiency virus (HIV) pada tahun 1982, penelitian semakin banyak dilakukan dan ternyata hasilnya sangat mengejutkan dunia. Terdapat sekitar lima jenis HIV dengan bentuk infeksi terakhir disebut AIDS (acquired immunodeficiency syndrome), yaitu kondisi hilangnya kekebalan tubuh sehingga member kesempatan berkembangnya berbegai bentuk infeksi dan keganasan, kemunduran kemampuan intelektual, dan penyakit lainnya. Dengan hilangnya semua kekebalan tubuh manusia pada AIDS, tubuh seolah-olah menjadi tempat pembenihan bakteri, protozoa, jamur serta terjadi degenerasi ganas.Penelitian telah dilakukan sejak HIV pertama kali ditemukan, tetapi sampai saat ini obatnya belum ditemukan sehingga bila terinfeksi virus HIV berarti sudah menuju kematian. Obat yang tersedia sekedar untuk mempertahankan atau memperpanjang usia, bukan untuk membunuh virus HIV.Orang-orang yang terinfeksi positif HIV yang mengetahui status mereka mungkin dapat memberikan manfaat. Namun, seks tanpa perlindungan antara orang yang yang berisiko membawa HIV sero-positif sebagai super infeksi, penularan infeksi seksual, dan kehamilan yang tidak direncanakan dapat membuat penurunan kesehatan seksual dan reproduksi. Hal ini jelas bahwa banyak pasangan yang harus didorong untuk melakukan tes HIV untuk memastikan status mereka dengan asumsi bahwa mereka mungkin terinfeksi karena pernah memiliki hubungan seksual denga seseorang yang telah diuji dan ditemukan sero-positif HIV.Komunikasi seksualitas antara orangtua dan anak telah diidentifikasi sebagai factor pelindung untuk seksual emaja dan kesehatan reproduksi, termasuk infeksi HIV. Meningkatkan kesehatan seksual dan reproduksi remaja merupakan prioritas dunia. Intervensi yang bertujuan untuk menunda perilaku seksual, mengurangi jumlah pasangan seksual dan meningkatkan penggunaan kondom. Dari penelitian yang dilakukan di negara berkembang menunjukkan bahwa pendidikan seksualitas memiliki potensi untuk memberikan dampak positif pada pengetahuan, sikap, norma dan niat, meskipun mengubah perilaku seksual sangat terbatas.Evolusi infeksi HIV menjadi penyakit kronis memiliki implikasi di semua pengaturan perawat klinis. Setiap perawat harus memiliki perawatan klinis. Setiap perawat harus memiliki pengetahuan tantang pencegahan, pemeriksaan, pengobatan, dan kronisitas dari penyakit dalam rangka untuk memberikan perawatan yang berkualitas tinggi kepada orang-orang dengan atau berisiko untuk HIV.

B. TUJUAN PENULISAN1. Tujuan umumUntuk mengetahui penyakit HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil dan untuk mengetahui Asuhan Keperawatan HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil.2. Tujuan khususa. Untuk mengetahui pengertian HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamilb. Untuk mengetahui penyebab/etiologi HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamilc. Untuk mengetahui menifestasi klinis HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamild. Untuk mengetahui patofisiologi HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamile. Untuk mengetahui cara penularan HIV/AIDS f. Untuk mengetahui factor risiko HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamilg. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamilh. Untuk mengetahui penatalaksaan HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamili. Untuk mengetahui pencegahan HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamilj. Untuk mengetahui sikap dan pertolongan persalinank. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian HIV/AIDS Human immunodeficiency virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi sel-sel sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsinya. Selama infeksi berlangsung, sistem kekebalan tubuh menjadi lemah, dan orang menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Tahap yang lebih lanjut dari infeksi HIV adalah acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). Hal ini dapat memakan waktu 10-15tahun untuk orang yang terinfeksi HIV hingga berkembang menjadi AIDS, obat antiretroviral dapat memperlambat proses lebih jauh. HIV ditularkan melalui hubungan seksual (anal atau vaginal), transfusi darah yang terkontaminasi, berbagi jarum yang terkontaminasi, dan antara ibu dan bayinya selama kehamilan, melahirkan dan menyusui.AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). (Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare).AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) adalah suatu penyakit retrovirus epidemik menular, yang disebabkan oleh infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas seluler, dan mengenai kelompok risiko tertentu, termasuk pria homoseksual atau biseksual, penyalahgunaan obat intravena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah lainnya, hubungan seksual dari individu yang terinfeksi virus tersebut. (Kamus kedokteran Dorlan, 2002).AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi. (Menurut Center for Disease Control and Prevention).Wanita hamil lebih berisiko tertular Human Immunodeficien Virus (HIV) dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil. Jika HIV positif, wanita hamil lebih sering dapat menularkan HIV kepada mereka yang tidak terinfeksi daripada wanita yang tidak hamil.Menurut laporan CDR (Center for Disease Control) Amerika mengemukakan bahwa jumlah wanita penderita AIDS di dunia terus bertambah, khususnya pada usia reproduksi. Sekitar 80% penderita AIDS anak-anak mengalami infeksi prenatal dari ibunya. Seroprevalensi HIV pada ibu prenatal adalah 0,0-1,7%, saat persalinan 0,4-0,3% dan 9,4-29,6% pada ibu hamil yang biasa menggunakan narkotika intravena.Wanita usia produktif merupakan usia yang berisiko tertular infeksi HIV. Dilihat dari profil umur, ada kecendrungan bahwa infeksi HIV pada wanita mengarah ke umur yang lebih muda, dalam arti bahwa usia muda lebih banyak terdapat wanita yang terinfeksi, sedangkan pada usia di atas 45 tahun infeksi pada wanita lebih sedikit. Dilain pihak menurut para ahli kebidanan bahwa usia reproduktif merupakan usia wanita yang lebih tepat untuk hamil dan melahirkan. Hasil survey di Uganda pada tahun 2003 mengemukakan bahwa prevalensi HIV di klinik bersalin adalah 6,2%, dan satu dari sepuluh orang Uganda usia antara 30-39 tahun positif HIV-AIDS perlu diwaspadai karena cenderung terjadi pada usia reproduksi.

B. EtiologiPenyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama firus dirubah menjadi HIV. Muman Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap infeksius yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut..Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis prosein. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein. Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan dengan berbagai disinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi telatif resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet. Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak.Penularan virus HIV/AIDS terjadi karena beberapa hal, di antaranya :1. Penularan melalui darah, penularan melalui hubungan seks (pelecehan seksual)2. Hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan.3. Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian memakai alat suntik.4. Individu yang terpajan ke semen atau cairan vagina sewaktu berhubungan kelamin dengan orang yang terinfeksi HIV.5. Orang yang melakukuan transfusi darah dengan orang yang terinfeksi HIV, berarti setiap orang yang terpajan darah yang tercemar melalui transfusi atau jarum suntik yang terkontaminasi.

Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, Berat badan menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.

C. Manifestasi KlinisManifestasi klinis yang tampak dibagi menjadi 2, yaitu:1. Manifestasi Klinis Mayora. Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan.b. Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus-menerus.c. Kehilangan napsu makan.d. Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 3 tiga bulan.e. Berkeringat.

2. Manifestasi Klinis Minora. Batuk kronis b. Infeksi pada mulut dan jamur disebabkan karena jamur Candida Albicansc. Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuhd. Munculnya Herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal di seluruh tubuh

D. PatofisiologiKehamilan merupakan usia yang rawan tertular HIV-AIDS. Penularan HIV-AIDS pada wanita hamil terjadi melalui hubungan seksual dengan suaminya yang sudah terinfeksi HIV. Pada negara berkembang istri tidak berani mengatur kehidupan seksual suaminya di luar rumah. Kondisi ini dipengaruhi oleh sosial dan ekonomi wanita yang masih rendah, dan isteri sangat percaya bahwa suaminya setia, dan lagi pula masalah seksual masih dianggap tabu untuk dibicarakan.Virus HIV tergolong retrovirus, yang merupakan standar RNA, tunggal terbungkus. Bila memasuki tubuh, virus akan melekat pada reseptor CD4 sel terinfeksi. Kemudian virus mempergunakan enzim reverse transcriptase, yang mampu membentuk DNA ganda. Standar DNA ganda ini mampu masuk sirkulasi sel menuju intinya dan bersatu dengan DNA inti sel yang asli. DNA virus dapat membentuk RNA yang terinfeksi dan RNA yang akan membawa tanda (berita) sehingga dapat membentuk protein.Pertumbuhan virus HIV terbatas pada limfosit, monosit, makrofag, dan sumber pembentuk sum-sum tulang tertentu. Secara intraseluler, virus dapat memecah diri sehingga setelah selnya hancur dapat dikeluarkan virus HIV baru yang akan menyerang sel lainnya. Bentuk virus HIV selalu berubah-ubah, sesuai dengan sel yang diserangnya sehingga sulit untuk membuat antibody atau antigen agar mampu membuat vaksinnya. Oleh karena itu, obatnya masih sulit untuk dibuat sampai saat ini.

E. Penularan HIV dari Ibu kepada BayinyaCara penularan virus HIV-AIDS pada wanita hamil dapat melalui hubungan seksual. Salah seorang peneliti mengemukakan bahwa penularan dari suami yang terinfeksi HIV ke isterinya sejumlah 22% dan istri yang terinfeksi HIV ke suaminya sejumlah 8%. Namun penelitian lain mendapatkan serokonversi (dari pemeriksaan laboratorium negatif menjadi positif) dalam 1-3 tahun dimana didapatkan 42% dari suami dan 38% dari isteri ke suami dianggap sama.Penularan HIV dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita HIV/AIDS sebagian besar masih berusia subur, sehingga terdapat resiko penularan infeksi yang terjadi pada saat kehamilan (Richard, et al., 1997). Selain itu juga karena terinfeksi dari suami atau pasangan yang sudah terinfeksi HIV/AIDS karena sering berganti-ganti pasangan dan gaya hidup. Penularan ini dapat terjadi dalam 3 periode :1. Periode kehamilanSelama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil. Hal ini disebabkan karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus oleh virus itu sendiri. Oksigen, makanan, antibodi dan obat-obatan memang dapat menembus plasenta, tetapi tidak oleh HIV. Plasenta justru melindungi janin dari infeksi HIV. Perlindungan menjadi tidak efektif apabila ibu:a. Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria) pada plasenta selama kehamilan.b. Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya muatan virus pada saat itu.c. Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun.d. Mengalami malnutrisi selama kehamilan yang secara tidak langsung berkontribusi untuk terjadinya penularan dari ibu ke anak.2. Periode persalinanPada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika dibandingkan periode kehamilan. Penularan terjadi melalui transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan. Semakin lama proses persalinan, maka semakin besar pula resiko penularan terjadi. Oleh karena itu, lamanya persalinan dapat dipersingkat dengan section caesaria. Faktor yang mempengaruhi tingginya risiko penularan dari ibu ke anak selama proses persalinan adalah: a. Chorioamnionitis akut (disebabkan tidak diterapinya IMS atau infeksi lainnya).b. Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi dengan darah ibu misalnya, episiotomi.

3. Periode Post PartumCara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui ASI. Berdasarkan data penelitian De Cock, dkk (2000), diketahui bahwa ibu yang menyusui bayinya mempunyai resiko menularkan HIV sebesar 10- 15% dibandingkan ibu yang tidak menyusui bayinya. Risiko penularan melalui ASI tergantung dari:a. Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan kurang berisiko dibanding dengan pemberian campuran.b. Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan putting susu dan infeksi payudara lainnya.c. Lamanya pemberian ASI, makin lama makin besar kemungkinan infeksi.d. Status gizi ibu yang buruk.

Banyak cara yang diduga menjadi cara penularan virus HIV, namun hingga kini cara penularan HIV yang diketahui adalah melalui: 1. Transmisi Seksual Penularan melalui hubungan seksual baik Homoseksual maupun Heteroseksual merupakan penularan infeksi HIV yang paling sering terjadi. Penularan ini berhubungan dengan semen dan cairan vagina atau serik. Infeksi dapat ditularkan dari setiap pengidap infeksi HIV kepada pasangan seksnya. Resiko penularan HIV tergantung pada pemilihan pasangan seks, jumlah pasangan seks dan jenis hubungan seks. Pada penelitian Darrow (1985) ditemukan resiko seropositive untuk zat anti terhadap HIV cenderung naik pada hubungan seksual yang dilakukan pada pasangan tidak tetap. Orang yang sering berhubungan seksual dengan berganti pasangan merupakan kelompok manusia yang berisiko tinggi terinfeksi virus HIV.a. HomoseksualDidunia barat, Amerika Serikat dan Eropa tingkat promiskuitas homoseksual menderita AIDS, berumur antara 20-40 tahun dari semua golongan rusial. Cara hubungan seksual anogenetal merupakan perilaku seksual dengan resiko tinggi bagi penularan HIV, khususnya bagi mitra seksual yang pasif menerima ejakulasi semen dari seseorang pengidap HIV. Hal ini sehubungan dengan mukosa rektum yang sangat tipis dan mudah sekali mengalami pertukaran pada saat berhubungan secara anogenital.b. HeteroseksualDi Afrika dan Asia Tenggara cara penularan utama melalui hubungan heteroseksual pada promiskuitas dan penderita terbanyak adalah kelompok umur seksual aktif baik pria maupun wanita yang mempunyai banyak pasangan dan berganti-ganti.

2. Transmisi Non Seksuala. Transmisi ParentalYaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya (alat tindik) yang telah terkontaminasi, misalnya pada penyalah gunaan narkotik suntik yang menggunakan jarum suntik yang tercemar secara bersama-sama. Disamping dapat juga terjadi melaui jarum suntik yang dipakai oleh petugas kesehatan tanpa disterilkan terlebih dahulu. Resiko tertular cara transmisi parental ini kurang dari 1%.1) Darah/Produk Darah Transmisi melalui transfusi atau produk darah terjadi di negara-negara barat sebelum tahun 1985. Sesudah tahun 1985 transmisi melalui jalur ini di negara barat sangat jarang, karena darah donor telah diperiksa sebelum ditransfusikan. Resiko tertular infeksi/HIV lewat trasfusi darah adalah lebih dari 90%.b. Transmisi TransplasentalPenularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai resiko sebesar 50%. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan dan sewaktu menyusui. Penularan melalui air susu ibu termasuk penularan dengan resiko rendah.

F. Faktor Resiko Beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan bayi terinfeksi HIV. Yang paling mempengaruhi adalah viral load (jumlah virus yang ada di dalam darah) ibunya. Penularan dapat terjadi dalam kandungan. Hal ini dapat disebabkan oleh kerusakan pada plasenta, yang seharusnya melindungi janin dari infeksi HIV. Kerusakan tersebut dapat memungkinkan darah ibu mengalir pada janin. Semula diperkirakan factor risiko infeksi HIV hanya homoseksual, dan pengguna narkoba yang menggunakan suntikan terinfeksi, tetapi jumlahnya semakin besar. Infeksi HIV terutama menyerang sel T limfosit dan system saraf pusat. Cara masuknya ke dalam sel mulai dengan ikatan reseptornya pada sel lomfosit dan diikuti rusaknya inti kemudian memecahkan dirinya menjadi beberapa virus HIV. Secara berantai, virus HIV kembali akan menyerang sel lomfosit CD4 sehingga akhirnya terjadi penurunan daya tahan tubuh secara menyeluruh dan disebut acquired immunodefeciency syndrome (AIDS).

Kelompok orang yang berisiko tinggi terinfeksi Virus HIV sebagai berikut :1. Janin dengan ibu yang terjangkit HIV2. Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian memakai alat suntik.3. Pekerja seks komersial4. Pasangan yang heteroseks dengan adanya penyakit kelamin

G. Pemeriksaan PenunjangTes-tes saat ini tidak membedakan antara antibody ibu/bayi, dan bayi dapat menunjukkan tes negatif pada usia 9 sampai 15 bulan. Penelitian mencoba mengembangkan prosedur siap pakai yang tidak mahal untuk membedakan respons antibody bayi dan ibu.1. Pemeriksaan histologis, sitologis urin , hitung darah lengkap, feces, cairan spina, luka, sputum, dan sekresi.2. Tes neurologis : EEG, MRI, CT Scan otak, EMG.3. Tes lainnya: sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCV tahap lanjut atau adanya komplikasi lain; tes fungsi pulmonal untuk deteksi awal pneumonia interstisial; Scan gallium; biopsy; branskokopi.4. Tes Antibodi a. Tes ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay), untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi HIV.b. Western blot asay/ Indirect Fluorescent Antibody (IFA), untuk mengenali antibodi HIV dan memastikan seropositifitas HIV.c. Indirect immunoflouresence, sebagai pengganti pemerikasaan western blot untuk memastikan seropositifitas.d. Radio immuno precipitation assay, mendeteksi protein pada antibodi.e. Pendeteksian HIV.Dilakukan dengan pemeriksaan P24 antigen capture assay dengan kadar yang sangat rendah. Bisa juga dengan pemerikasaan kultur HIV atau kultur plasma kuantitatif untuk mengevaluasi efek anti virus, dan pemeriksaan viremia plasma untuk mengukur beban virus (viral burden).Antibody yang ditimbulkan oleh infeksi HIV terjadi sejak infeksi berusia 2-3 bulan. Antibody ini akan masuk melalui plasenta menuju janin.Infeksi langsung pada janin mulai sejak usia 13 minggu dengan mekanisme yang tidak diketahui. Infeksi ini disebut sebagai infeksi vertical karena berlangsung semasih intrauterin. Cara infeksi lainnya pada bayi adalah saat pertolongan persalinan karena melalui jalan lahir dengan cairannya yang penuh dengan virus HIV.

H. PenatalaksanaanPengalaman program yang signifikan dan bukti riset tentang HIV dan pemberian makanan untuk bayi telah dikumpulkan sejak rekomendasi WHO untuk pemberian makanan bayi dalam konteks HIV terakhir kali direvisi pada tahun 2006. Secara khusus, telah dilaporkan bahwa antiretroviral (ARV) intervensi baik ibu yang terinfeksi HIV atau janin yang terpapar HIV secara signifikan dapat mengurangi risiko penularan HIV pasca kelahiran melalui menyusui. Bukti ini memiliki implikasi besar untuk bagaimana perempuan yang hidup dengan HIV mungkin dapat memberi makan bayi mereka, dan bagaimana para pekerja kesehatan harus nasihati ibu-ibu ini. Bersama-sama, intervensi ASI dan ARV memiliki potensi secara signifikan untuk meningkatkan peluang bayi bertahan hidup sambil tetap tidak terinfeksi HIV.Dimana otoritas nasional mempromosikan pemberian ASI dan ARV, ibu yang diketahui terinfeksi HIV sekarang direkomendasikan untuk menyusui bayi mereka setidaknya sampai usia 12 bulan. Rekomendasi bahwa makanan pengganti tidak boleh digunakan kecuali jika dapat diterima, layak, terjangkau, berkelanjutan dan aman (AFASS).Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load rendah sehingga jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV. Obat yang bisa dipilih untuk negara berkembang adalah Nevirapine, pada saat ibu saat persalinan diberikan 200mg dosis tunggal, sedangka bayi bisa diberikan 2mg/kgBB/72 jam pertama setelah lahir dosis tunggal. Obat lain yang bisa dipilih adalah AZT yang diberikan mulai kehamilan 36 minggu 2x300mg/hari dan 300mg setiap jam selama persalinan berlangsung.Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi, apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) maka terapinya yaitu :1. Pengendalian infeksi oportunistik. Bertujuan menghilangkan, mengendalikan dan pemulihan infeksi opurtuniti, nosokomial atau sepsis, tindakan ini harus di pertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan yang kritis.2. Terapi AZT (Azidotimidin). Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik transcriptase.3. Terapi antiviral baru. Untuk meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus pada proses nya. Obat- obat ini adalah : didanosina, ribavirin, diedoxycytidine, recombinant CD4 dapat larut.4. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron.5. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat replikasi HIV.6. Rehabilitas. Bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis, membantu mengubah perilaku risiko tinggi menjadi perilaku kurang berisiko atau tidak berisiko, mengingatkan cara hidup sehat dan mempertahankan kondisi tubuh sehat.7. Pendidikan. Untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang sehat, hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi imun. Edukasi ini juga bertujuan untuk mendidik keluarga pasien bagaimana menghadapi kenyataan ketika anak mengidap AIDS dan kemungkinan isolasi dari masyarakat.

I. PencegahanPencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui tiga cara, dan bisa dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat persalinan, dan setelah persalinan. Cara tersebut yaitu:1. Penggunaan obat Antiretroviral selama kehamilan, saat persalinan dan untuk bayi yang baru dilahirkan.Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load menjadi lebih rendah sehingga jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV. Satu tablet nevirapine pada waktu mulai sakit melahirkan, kemudian satu tablet lagi diberi pada bayi 23 hari setelah lahir. Menggabungkan nevirapine dan AZT selama persalinan mengurangi penularan menjadi hanya 2 persen. 2. Penanganan obstetrik selama persalinanPersalinan sebaiknya dipilih dengan menggunakan metode Sectio caesaria karena metode ini terbukti mengurangi resiko penularan HIV dari ibu ke bayi sampai 80%. Apabila pembedahan ini disertai dengan penggunaan terapi antiretroviral, maka resiko dapat diturunkan sampai 87%. Walaupun demikian, pembedahan ini juga mempunyai resiko karena kondisi imunitas ibu yang rendah yang bisa memperlambat penyembuhan luka. Oleh karena itu, persalinan per vagina atau sectio caesaria harus dipertimbangkan sesuai kondisi gizi, keuangan, dan faktor lain.3. Penatalaksanaan selama menyusuiPemberian susu formula sebagai pengganti ASI sangat dianjurkan untuk bayi dengan ibu yang positif HIV. Karena sesuai dengan hasil penelitian, didapatkan bahwa 14 % bayi terinfeksi HIV melalui ASI yang terinfeksi.

J. Sikap seorang perawat pada ibu hamil HIV/AIDS Sebagai seorang perawat harus memberikan pelayanan sesuai dengan SOP dan bekerja secara professional tanpa membeda-bedakan status dan kondisi pasien di rumah sakit. Perawat harus meberikan motivasi klien dan keluarga agar selalu memberikan pikiran positif agar keluarga selalu memberikan motivasi kepada pasien yang terkena HIV/AIDS supaya pasien juga dapat memberikan pengaruh positif terhadap bayinya.

K. Cara pertolongan Persalinan Cara persalinan yang diperkenankan pada ibu dengan HIV positif adalah dengan operasi, penularan HIV dari ibu ke anak dapat ditekan sampai 50% dibandingkan dengan persalinan normal. Setelah anak dilahirkan, ada beberapa hal yang juga harus diperhatikan terutama saat menyusui si bayi. Disarankan, ibu yang melahirkan anak dengan HIV positif sebaiknya tidak menyusui karena dapat terjadi penularan HIV dari ibu ke bayi antara 10-20%, terlebih jika payudara ibu mengalami perlukaan lecet ataupun radang.

L. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN HIV/AIDS1. Pengkajiana. Aktifitas/ istirahat1) Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktifitas, kelelahan yang progresif.2) Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi terhadap aktifitas

b. Sirkulasi1) Proses penyembuhan. Jika yang lambat, perdarahan lama bila cedera2) Takikardia, perubahan tekanan darah postural, volume nadi perifer menurun, pengisian kapiler memanjang.

c. Integritas ego1) Faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan; dukungan keluarga, hubungan dengan orang lain, penghasilan dan gaya hidup tertentu.2) Menguatirkan penampilan; alopesia, lesi, cacat, menurunnya berat badan3) Merasa tidak berdaya, putus asa, rasa bersalah, kehilangan kontroldiri, dan depresi.4) Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah, menangis, kontak mata kurang.d. Eliminasi1) Diare, nyeri pinggul, rasa terbakar saat berkemih.2) Feces encer disertai mucus atau darah.3) Nyeri tekan abdominal, lesi p0ada rectal, perubhan dalam jumlah warna urin.e. Makanan/cairan1) Tidak ada nafsu makan, mual, muntah.2) Penurunan BB yang cepat.3) Bising usus yang hiperaktif.4) Turgr kulit jelek, lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih/perubahan warna mucosa mulut.5) Adanya gigi yang tanggal. Edemaf. HygieneTidak dapat menyelesaikan ADL, memperlihatkan penampilan yang tidak rapi.g. Nyeri/kenyamanan1) Nyeri umum/lcal, sakit, rasa terbakar pada kaki.2) Sakit kepala, nyeri dada pleuritis.3) Pembengkakan pada sendi, nyeri kelenjar, nyeri tekan, penurunan ROM , pincang.h. Neurosensorik1) Pusing, sakit kepala.2) Perubahan status mental, kerusakan mental, kerusakan sensasi.3) Kelemahan otot, tremor, penurunan visual.4) Bebal, kesemutan pada ekstermitas.5) Gaya berjalan ataksia.i. PernafasanTerjadi ISPA, napas pendek yang progresif, batuk produktif/non produktif, sesak pada dada, takipneu, bunyi napas tambahan, sputum kuning.

j. Keamanan1) Riwayat terjatuh, terbakar, pingsan, luka lama prses penyembuhan.2) Demam berulang.k. SeksualitasRiwayat perilaku seksual resiko tinggi, penurunan libido, penggunaan kondom, yang tidak konsisten, lesi pada genitalia, keputihan.l. Interaksi sosialIsolasi, kesepian, perubahan interaksi keluarga, aktifitas yang tidak terorganisir.

2. Diagnosa Keperawatana. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan depresi sistem imun, aktifitas yang tidak terorganisir.b. Defisit volume cairan tubuh berhubunghan dengan diare berat, status hipermetabolik.c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hambatan asupan makanan (muntah/mual), gangguan intestinal, hipermetabolik.d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penutrunan ekspansi paru, melemahnya otot pernafasan.e. Intoleransi antivitas berhubungan dengan kelemahan pertukaran oksigen, malnutrisi, kelemahan.f. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai.

3. Intervensi Keperawatan a. Diagnosa 1: resiko terjadinya infeksi b/d depresi system imun, aktifitas yang tidak terorganisirTujuan: Klien akan menunjukkan tanpa adanya tanda-tanda infeksi (tidakada demam, sekresi tidak purulent)Intervensi: 1) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien Rasional: resiko cros infeksi dapat melalui prosedur yang dilakukan 2) Ciptakan lingkungan yang bersih dan ventilasi yang cukup Rasional: lingkungan yang kotor akan meningkatkan pertumbuhankuman pathogen 3) Informasikan perlunya tindakan isolasi Rasional: penurunan daya tahan tubuh memudahkanberkembangbiaknya kuman pathogen. Tindakan isolasi sebagai upayamenjauhkan dari kontak langsung dengan kuman pathogen. 4) Kaji tanda-tanda vital termasuk suhu badan Rasional: peningkatan suhu badan menunjukkan adanya infeksisekunder. 5) Kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, batuk dan karakteristik sputum. Observasi kulit atau membrane mukosa kemungkinan adanya lesi atau perubahan warna, bersihkan kuku setiap hari. Rasional: luka akibat garukan memudahkan timbul infeksi luka. 6) Perhatikan adanya tanda-tanda inflamasi Rasional: panas kemerahan pembengkakan merupakan tanda adanyainfeksi 7) Awasi penggunaan jarum suntik atau mata pisau secara ketat dengan menggunakan wadah tersendiri. Rasional: tindakan prosedur dapat menyebabkan perlukaan padapermukaan kulit.

b. Diagnosa 2: deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan diare berat, status hipermetabolik. Tujuan : Klien akan mempertahankan tingkat hidrasi yang kuat Intervensi: 1) Pantau tanda-tanda vital termasuk CVP bila terpasang. Rasional: denyut nadi atau HR meningkat, suhu tubuh menurun, TD menurun menunjukkan adanya dehidrasi. 2) Catat peningkatan suhu dan lamanya, berikan kompres hangat, pertahankan pakaian tetap kering, kenyamanan suhu lingkungan. Rasional : suhu badan meningkat menunjukkan adanyahipermetabolisme. 3) Kaji turgor kulit, mebran mukosa dan rasa haus. 4) Timbang berat badan setiap hari Rasional: penurunan berat badan menunjukkan pengurangan volume cairan tubuh. 5) Catat pemasukan cairan melalui oral sedikitnya 2500 ml per hari. Rasional: mempertahankan keseimbangan, mengurangi rasa hausdan melembabkan membrane mukosa. 6) Berikan makanan yang mudah dicerna dan tidak merangsang Rasional: peningkatan peristaltic menyebabkan penyerapan cairan pada dinding usus akan kurang.

c. Diagnosa 3: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hambatan asupan makanan, gangguan intestinal, hipermetabolik. Tujuan: menunjukkan peningkatan berat badan ideal. Intervensi: 1) Kaji kemampuan menguyah merasakan dan menelan. Rasional: lesi pada mulut, esefagus dapat menyebabkan disfalgia 2) Auskultasi bising ususRasional: hipermetabolisme saluran gastrointestinal akanmenurunkan tingkat openyerapan usus3) Timbang berat badan setiap hariRasional: berat badan sebagai indicator kebutuhan nutrisi yangadekuat. 4) Hindari adanya stimulus lingkungan yang berlebihan 5) Berikan perawatan mulut, awasi tindakan pencegahan sekresi. Hindari obat yang mengandung alcohol. Rasional: pengeringan mukosa, lesi pada mulut dan bau mulut akan menurunkan napsu makan. 6) Rancanakan makan bersama keluarga atau orang terdekat. Berikan makan sesuai keinginannya7) Sajikan makanan yang hangat, dan berikan dalam volume sedikit8) Dorong klien untuk duduk saat makan

d. Diagnose 4: pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, melemahnya otot pernafasan. Tujuan: klien akan mempertahankan pola nafas yang efektif Intervensi: 1) Auskultasi bunyi nafas tambahanRasional: bunyi nafas tambahan menunjukkan adanya infeksi jalan nafas atau peningkatan sekresi. 2) Catat kemungkinan adanya sianosis, perubahan frekuensi nafas dan penggunaan obat asesoris. 3) Berikan posisi semi fowler 4) Lakukan suction bila terjadi retensi sekresi jalan nafas.

e. Diagnose 5: itoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan. Tujuan: pasien berpartisipasi dalam kegiatan, dengan criteria bebasdispnea dan takikardi selama aktivitasIntervensi: 1) Monitor respon fisiologi terhadap aktivitasRasional: Respon bervariasi dari hari ke hari 2) Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu Rasional: mengurangi kebutuhan energy 3) Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu istirahat. Rasional: ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan kebutuhan Metabolic

f. Diagnose 6: tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintaiTujuan: keluarga atau orang penting lain mempertahankan support system dan adatasi terhadap perubahan akan kebutuhannya dengan criteria pasien dan keluarga berinterkasi dengan cara yang kontruktif. Intervensi :1) Kaji koping keluarga terhadap sakit pasien dan perawatannyaRasional: memulai suatu hubungan dalam bekerja secara konstruktif dengan keluarga 2) Biarkan keluarga mengungkapkan perasaan secara verbalRasional: mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secarabebas 3) Ajarkan kepada keluarga tentang penyakit dan transmisinya. Rasional: menghilangkan kecemasan tentang transmisi melaluiKontak sederhana4) Implementasi Didasarkan pada diagnose yang muncul baik secara actual, resiko, atau potensial. Kemudian dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai berdasarkan NCP. 5) Evaluasi Disimpulkan berdasarkan pada sejauh mana keberhasilan mencapai criteria hasil, sehingga dapat diputuskan apakan intervensi tetap dilanjutkan, dihentikan, atau diganti jika tindakan yang sebelumnya tidak berhasil

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULANKehamilan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada wanita, namun kehamilan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin terutama pada kehamilan trimester pertama. Wanita hamil trimester pertama pada umumnya mengalami mua, muntah, nafsu makan berkurang dan kelelahan. Menurunnya kondisi wanita hamil cenderung memperberat kondisi klinis wanita dengan penyakit infeksi antara lain infeksi HIV-AIDS.HIV/AIDS adalah topic yang sangat sensitive dan lebih banyak sehingga banyak penelitian melibatka anak-anak yang rentan untuk terjangkit HIV. Setiap usaha dilakukan untuk memastikan bahwa keluarga akan merasa baik.AIDS (acquired immunodeficiency syndrome), yaitu kondisi hilangnya kekebalan tubuh sehingga member kesempatan berkembangnya berbegai bentuk infeksi dan keganasan, kemunduran kemampuan intelektual, dan penyakit lainnya. Dengan hilangnya semua kekebalan tubuh manusia pada AIDS, tubuh seolah-olah menjadi tempat pembenihan bakteri, protozoa, jamur serta terjadi degenerasi ganas.

B. SARANSemoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk pengerjaan makalah berikutnya yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta. EGC.Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. 2008. Patologi Obstetri. Jakarta : EGCNursalam dan dwi, Ninuk. 2008. Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba medika.Susanti NN. 2000. Psikologi Kehamilan. Jakarta: EGC.