BAB I f

7
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. 1-4 Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61,000 kematian per tahunnya. 2 Diperkirakan terdapat 2 juta kematian akibat tuberkulosis pada tahun 2002. 2 Jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. 2 Angka mortaliti tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, dimana prevalensi HIV yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul. 2 Selain itu, tuberkulosis merupakan penyebab kematian kedua setelah HIV di dunia. 4 Terdapat 8,7 juta kasus baru TB aktif di seluruh dunia pada tahun 2011, dimana 13% nya merupakan koinfeksi dari HIV dan menyebabkan 1,4 juta kematian diantaranya termasuk 430.000 kematian pada pasien yang terinfeksi HIV. 5 Diperkirakan tahun 2004, ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. 6 Demikian juga, kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas. 6 Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. 6,7 Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan 1

description

cscs

Transcript of BAB I f

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakangTuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis.1-4 Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61,000 kematian per tahunnya.2 Diperkirakan terdapat 2 juta kematian akibat tuberkulosis pada tahun 2002.2 Jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk.2 Angka mortaliti tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, dimana prevalensi HIV yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul.2 Selain itu, tuberkulosis merupakan penyebab kematian kedua setelah HIV di dunia.4 Terdapat 8,7 juta kasus baru TB aktif di seluruh dunia pada tahun 2011, dimana 13% nya merupakan koinfeksi dari HIV dan menyebabkan 1,4 juta kematian diantaranya termasuk 430.000 kematian pada pasien yang terinfeksi HIV.5 Diperkirakan tahun 2004, ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang.6 Demikian juga, kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas.6 Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan.6,7 Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%.6,7 Jika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun.6,7 Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat.6,7Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660,000 (WHO, 2010) dan estimasi insidensi berjumlah 430,000 kasus baru per tahun.8 Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negara-negara berkembang.6 Penderita TB di Indonesia merupakan urutan ke-5 terbanyak di dunia dengan jumlah pasien sekitar 10 % dari total jumlah pasien TB di dunia.6,8 Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Indonesia tahun 2013 menunjukkan prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis tuberkulosis oleh tenaga kesehatan tahun 2013 adalah 0,4%.9 Insiden kasus TB BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk.6Lima provinsi dengan TB paru tertinggi adalah Jawa Barat (0.7%), Papua (0.6%), DKI Jakarta (0.6%), Gorontalo (0.5%), Banten (0.4%) dan Papua Barat (0.4%).9 Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Indonesia tahun 2013 menunjukkan angka tuberculosis di DKI Jakarta sebesar 0,6 % lebih tinggi dibandingkan angka tuberculosis di Indonesia yaitu 0,4%.9

Faktor yang risiko yang berhubungan dengan kejadian penyakit TB paru, antara lain HIV (41,4%), kemiskinan (39,5%), merokok (26,37%), kontak droplet (11,5%), alkohol (50,7%), diabetes (5,4%), usia, status gizi kurang dan jenis kelamin.10-2 Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun).7 Status gizi kurang merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang, seperti Indonesia.12 Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS Indonesia) tahun 2010 menunjukkan status gizi kurang pada dewasa > 18 tahun dengan indikator Indeks Massa Tubuh (IMT) menunjukkan 12,9 %, sedangkan untuk wilayah DKI Jakarta status gizi kurang mencapai 10,6%. Kekurangan gizi (baik mikro dan makro-defisiensi) dapat meningkatkan risiko TB karena gangguan respon imun.10-2 Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Lonnort dkk di Atlanta dengan menggunakan pendekatan secara kohort menunjukkan prevalensi TB meningkat pada orang dengan BMI < 18,5 kg/m.2,13

Departemen Kesehatan RI (2011) menyatakan konsumsi rokok di Indonesia semakin hari semakin meningkat.7,9,12 Tingginya populasi dan konsumsi rokok menempatkan Indonesia berada di urutan ke-5 sebagai negara dengan konsumsi tembakau tertinggi didunia setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang dengan perkiraan konsumsi 220 milyar batang pada tahun 2005.7 Prevalensi perokok di Indonesia sendiri terus meningkat sejak tahun 1995 sampai tahun 2007, dari 27% menjadi 34,2%.9,12

Kebiasaan merokok dapat mengganggu kesehatan, tidak dapat dipungkiri lagi banyak penyakit yang terjadi akibat dari kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan rusaknya pertahanan paru serta merusak mekanisme mucuciliary clearence, selain itu asap rokok juga akan meningkatkan airway resistance serta permeabilitas epitel paru dan merusak gerak sillia, makrofag meningkatkan sintesis elastase dan menurunkan produksi antiprotease.10 Daya tahan tubuh yang lemah, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TB paru.10

Penelitian secara cross sectional yang dilakukan Denbon pada tahun 2002 di afrika Selatan mengatakan terdapat hubungan antara merokok dengan kejadian tuberculosis paru.14 Hasil statistik juga didapat nilai RR=2,407 yang berarti orang yang mempunyai kebiasaan merokok meningkatkan resiko terkena TB sebanyak 2,407 kali dibandingkan orang yang tidak merokok.14

Hubungan antara merokok dan indeks massa tubuh terhadap kasus baru TB paru sendiri belum banyak dilakukan di Negara kami. Oleh karena itu, penelitian tersebut perlu diadakan.

1.2 Perumusan masalah adakah hubungan merokok dan indeks massa tubuh terhadap kasus baru tuberkulosis paru pada pasien di poli Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Menurunkan angka tuberkulosis paru dimasyarakat

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui jumlah penderita TB paru pada pasien di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu2. Menilai adanya hubungan antara karakteristik pasien (usia, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan) dan kejadian TB paru.

3. Menilai adanya hubungan merokok terhadap kasus baru TB paru pada pasien di poli Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu4. Menilai adanya hubungan indeks massa tubuh terhadap kasus baru TB paru pada pasien di poli Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu1.4 Hipotesis1. Ada hubungan merokok terhadap kasus baru TB paru pada pasien di poli Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu2. Ada hubungan indeks massa tubuh terhadap kasus baru TB paru pada pasien di poli Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu

1.5 Manfaat

1.5.1 Bagi ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumber informasi dalam mengkaji masalah TB Paru pada pasien di puskesmas 1.5.2Bagi profesi Bagi dokter, selain memperluas wawasan ilmu, dengan penelitian ini juga bisa membantu dalam penegakan diagnosis pasien TB paru, serta membantu upaya prevensi dan penanggulangan pasien TB paru Bagi peagwai puskesmas hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dalam menyusun langkah dan strategi pencegahan dan pemberantasan penyakit tuberkulosis1.5.3 Bagi masyarakat

Sebagai informasi untuk menambah pengetahuan masyarakat luas mengenai TB paru dan faktor-faktor yang turut berhubungan terhadap TB paru, sehingga dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan prevensi dan pola hidup sehat tanpa rokok serta indeks massa tubuh normal. Oleh sebab itu, diharapkan tercipta pola hidup sehat bebas rokok dan indeks massa tubuh normal sehingga TB Paru pada pasien Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu dapat ditanggulangi.

3