BAB I -...

182

Transcript of BAB I -...

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 iii

VISI DAN MISI RPJMD KABUPATEN BLORA

TAHUN 2010 – 2015

A. Visi “Terwujudnya Pemerintahan yang Bersih Menuju Masyarakat Blora yang Sejahtera”

B. Misi

1. Melanjutkan reformasi birokrasi untuk menciptakan pemerintahan yang bersih, bebas KKN, berdaya dan berhasil guna disemua bidang pemerintahan dalam rangka meningkatkan pelayanan publik.

2. Mewujudkan pembangunan infrastruktur sampai tingkat perdesaan.

3. Mewujudkan peningkatan produktivitas pertanian beserta pemasaran hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani.

4. Menciptakan iklim investasi yang baik dan meningkatkan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat.

5. Mewujudkan pendidikan gratis di tingkat SD / MI dan SMP / MTs serta murah ditingkat SMA / MA.

iv Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

6. Mewujudkan kesehatan gratis untuk semua jenis pelayanan di puskesmas dan jenis pelayanan sampai klas 3 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Soetijono Blora dan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Soeprapto Cepu.

7. Mewujudkan peningkatan perekonomian lokal dengan mendorong UMKM dan pasar tradisional.

8. Mewujudkan perlindungan terhadap kelestarian alam.

9. Menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan berpendapat.

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 v

KATA PENGANTAR

Mengawali pembahasan tentang Tinjauan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaen Blora Tahun 2014, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kekuatan dan kekuasaan-Nya yang diberikan kepada Tim Penyusun.

Kita ketahui bersama bahwa mulai tahun 2015 penghitungan Indeks Pembangunan Manusia dihitung dengan menggunakan metode baru. Kebijakan tersebut diambil karena merupakan kesepakatan global yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Selain itu, dengan menggunakan penghitungan metode baru ini diharapkan dapat memotret perkembangan pembangunan manusia lebih tepat. Setelah menjalani masa transisi selama lima tahun terakhir, dua dari empat indikator IPM diganti untuk merepresentasikan secara tepat hal-hal yang dihadapi saat ini. Dua indikator yang dimaksudkan adalah Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita. HLS, yang termasuk ke dalam dimensi pendidikan, menggantikan Angka Melek Huruf (AMH). Sementara PNB per kapita menggantikan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita sebagai indikator tunggal dalam dimensi standar hidup. PNB menggambarkan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara Indonesia (WNI). Sementara PDB merupakan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi di dalam negeri. Dua indikator lain masih tetap dipertahankan. Keduanya ialah Angka Harapan

vi Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Hidup saat lahir (AHH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). AHH merupakan indikator yang mewakili dimensi kesehatan, sementara RLS termasuk ke dalam dimensi pendidikan.

Dengan metode baru, hasil perhitungan IPM Indonesia tahun 2013 menjadi 68,31. Sebelumnya, dengan metode lama, IPM Indonesia pada periode yang sama, tercatat sebesar 73,81. Demikian pula IPM Kabupaten Blora tahun 71,91 menjadi 65,37. Sementara itu, hasil penghitungan metode yang baru IPM Kabuapten Blora Tahun 2014 tercatat sebesar 65,84.

Dampak penurunan nilai IPM sangat berpotensi terhadap rendahnya Dana Alokasi Umum yang diterima oleh daerah, karena saat ini IPM digunakan sebagai salah satu indikator dalam menghitung besaran Dana Alokasi Umum (DAU) khususnya untuk menghitung kebutuhan fiskal daerah. Implikasinya, semakin tinggi IPM, semakin tinggi pula DAU yang diterima daerah. Dalam konteks pembangunan daerah, DAU sebenarnya memiliki hubungan timbal balik dengan IPM. Meski umumnya digunakan untuk keperluan belanja pegawai, DAU secara tidak langsung menjadi stimulus konsumsi di daerah. Selanjutnya, tingkat konsumsi ini turut andil dalam kegiatan perekonomian daerah.

Dinamika global memang telah mendorong perubahan dalam pengukuran IPM. Angka-angka bisa saja berganti. Namun, yang lebih penting ialah menjaga "roh" pembangunan manusia agar cita-cita yang diamanatkan para pendiri bangsa ini bisa terwujud.

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 vii

Demikian sekilas gambaran IPM Kabupaten Blora Tahun 2014. Masukan, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan, sehingga terbitan yang akan akan menjadi sempurna sesuai dengan harapan kita, amin.

Blora, Desember 2015

KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA

Ir. SAMGAUTAMA KARNAJAYA, MT Pembina Utama Muda

NIP. 19640817 199003 1 009

viii Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 ix

DAFTAR ISI

Visi dan Misi Kab.Blora 2010– 2015 Sambutan Kepala Bappeda Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

iii v

ix xii xvi

BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang

Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Metode Penelitian

1 1.2 5 1.3 6 1.4 7

1.4.1 Lokasi Penelitian 7 1.4.2 Rancangan Sampel 7 1.4.3 MetodePengumpulan Data 9 1.4.4 Metode Pengolahan Data 9 1.4.5 Metode Analisa Data 11

1.5 Sistematika Penulisan 11 BAB II INDIKATOR INDEKS PEMBANGUNAN

MANUSIA 13 2.1 Konsep dan Kerangka Berpikir 13 22 Pengukuran Indeks Pembangunan

Manusia

20 2.2.1 Angka Harapan Hidup 23 2.2.2 Tingkat Pendidikan 24 2.2.3 Paritas Daya Beli 28 2.2.4 Pencapaian dan Status Pemb.

Manusia Shortfall 31

x Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

BAB III GAMBARAN UMUM 33 3.1 Kondisi Geografis 33 3.2 Kondisi Penduduk 37 3.2.1 Jumlah Penduduk 37 3.2.2 Rasio Jenis Kelamin 40 3.2.3 Struktur Penduduk 42

3.3 Kondisi Pendidikan 47 3.4 Kondisi Kesehatan 56 3.5 Pendapatan Regional 63 3.5.1 Struktur Ekonomi 67 3.5.2 Perkembangan PDRB Per

kapita 75

3.6 Pengeluaran Konsumsi Perkapita 79 3.7 Ketenagakerjaan 82

3.7.1 Penduduk Usia Kerja 83 3.7.2 Angkatan Kerja 84 3.7.3 Bukan Angkatan Kerja 86 3.7.4 Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 86

3.7.5 Penduduk yang Bekerja 88 3.7.5.1 Menurut Golongan

Umur 89

3.7.5.2 Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 91

3.7.5.3 Menurut Lapangan Usaha

93

3.7.5.4 Menurut Status Pekerjaan

95

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 xi

3.7.5.5 Menurut Jam Kerja 98 BAB IV INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 101

4.1 Nilai Indeks Pembangunan Manusia 101 4.2 Analisis Manajemen Indeks

Pembangunan Manusia

110 4.3 Langkah / Upaya Untuk

Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia 117

4.3.1 Kebijakan Umum 117 4.3.2 Kebijakan Khusus 118 4.3.3 Program Pembangunan 125

BAB V PENUTUP 143 5.1 Kesimpulan 143 5.2 Rekomendasi 144

LAMPIRAN

147

xii Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Tabel Hal. 2.1. Jenjang Pendidikan dan Tahun Konversi

Yang Digunakan Untuk Menghitung Rata-rata Lama Sekolah (MYS 26

3.1. Jarak Tempuh Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten, Luas Wilayah, dan Banyaknya Desa/Kelurahan di Kab. Blora 34

3.2. Luas penggunaan tanah/lahan di Kabupaten Blora Tahun 2014 36

3.3. Penduduk Kabupaten Blora dirinci menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin, Tahun 2014 38

3.4. Sex Ratio dan Distribusi Penduduk di Kabupaten Blora Tahun 2014 41

3.5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Hasil Proyeksi Tahun 2014 44

3.6. Penduduk Kabupaten Blora di Rinci Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2014 45

3.7. Perubahan Jumlah Murid, Guru dan Prasarana Pendidikan di Kabupaten Blora Tahun 2012-2014 48

3.8. Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru Menurut Status Pengelolaannya di Kabupaten Blora Tahun 2013-2014

49

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 xiii

3.9. Persentase Penduduk Usia 10 th keatas Menurut Kemampuan Baca Tulis dan Jenis Kelamin di Kabupaten Blora 2014

52 3.10. Penduduk 5 Tahun keatas Berdasarkan

Tingkat Partisipasi Sekolah Tahun 2014

53 3.11. Persentase Penduduk Usia 5 Tahun Keatas

Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Kabupaten Blora Tahun 2014 54

3.12. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) di Kabupaten Blora Tahun 2013-2014 56

3.13. Persentase Penduduk Dirinci Menurut Keluhan Kesehatan Sebulan yang lalu di Kabupaten Blora Tahun 2013-2014 57

3.14. Persentase Penduduk Menurut Jenis Keluhan Kesehatan Utama Selama Sebulan Yang Lalu Tahun 2013-2014 59

3.15. Persentase Penduduk Menurut Jumlah Hari Sakit yang dialami Selama Sebulan yang Lalu di Kabupaten Blora Tahun 2013-2014 60

3.16. PDRB Kabupaten Blora Tahun Atas Dasar Berlaku dan Harga Konstan 2010 tahun 2010-2014 66

3.17. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Blora Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010 – 2014 69

3.18. Distribusi Persentase Sektor Produktif PDRB di Kabupaten Blora Tahun 2013 – 2014 72

xiv Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

3.19. Distribusi Persentase Kelompok Sektor PDRB Tahun 2013 – 2014 74

3.20. Perkembangan PDRB Per Kapita di Kabupaten Blora Tahun 2010 – 2014 77

3.21. Konsumsi Rumah Tangga di Kabupaten Blora Tahun 2007 – 2014 81

3.22. Penduduk Usia Kerja 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013 – 2014

83 3.23. Persentase Penduduk Usia Kerja Menurut

Jenis Kelamin dan Kegiatannya Tahun 2013-2014

85

3.24. TPAK dan TPT Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Blora Tahun 2013-2014 87

3.25. Persentase Penduduk Berdasarkan Jenis Kegiatannya Tahun 2013-2014 88

3.26. Persentase Penduduk Berumur 15 tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Blora Tahun 2014

91

3.27. Persentase Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Blora Tahun 2013-2014 92

3.28. Persentase Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin di Kabupaten Blora Tahun 2013-2014 94

3.29. Persentase Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan di Kabupaten Blora Tahun 2013-2014

97

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 xv

3.30. Persentase Penduduk Bekerja menurut Jumlah Jam Kerja Seminggu di Kabupaten Blora Tahun 2011-2013

99 4.1. Nilai IPM Kabupaten Blora dan Kabupaten

Sekitarnya Tahun 2013–2014

102 4.2. Komponen Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Blora dan Kabupaten Sekitarnya Tahun 2013-2014 106

4.3. IPM dan Shortfall Kabupaten Blora dan Kabupaten Sekitarnya Tahun 2013-2014 109

xvi Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Gambar Hal.

3.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Blora Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2014 40

3.2 Struktur Penduduk Kabupaten Blora Tahun 2014 43

3.3 Piramida Penduduk Kabupaten Blora Tahun 2014 46

3.4 Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Terakhir Kabupaten Blora Tahun 2010-2014 62

3.5 Persentase Pertumbuhan PDRB Kabupaten Blora Tahun 2010-2014 65

3.6 Perkembangan PDRB PerkapitaKabupaten Blora 2010-2014 78

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan yang baik adalah menempatkan ma-

nusia sebagai titik sentral, sehingga mempunyai ciri dari

rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Kerangka pemban-

gunan ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi rakyat

dalam semua proses dan kegiatan pembangunan. Untuk

mencapai tujuan tersebut pemerintah harus melakukan

upaya peningkatan kualitas penduduk sebagai sumber

daya, baik dari aspek fisik (kesehatan), aspek intelektuali-

tas (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (daya beli),

serta aspek moralitas (iman dan taqwa) sehingga partisipa-

si rakyat dalam pembangunan akan meningkat dengan

sendirinya. Hal ini selain sesuai dengan Tujuan Nasional

Indonesia yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945,

yaitu “memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan

kehidupan bangsa”, secara implisit juga mengandung

makna pemberdayaan masyarakat.

Bab I : Pendahuluan

2 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Indikator pembangunan manusia adalah merupa-

kan salah satu indikator penting yang dapat digunakan da-

lam perencanaan dan evaluasi pembangunan, baik mulai

tingkat daerah sampai tingkat nasional. Indikator ini dire-

komendasikan oleh United Nations Development Program

(UNDP) yang mengadopsi paradigma baru pembangunan

yang disebut Paradigma Pembangunan Manusia (PPM).

Berbeda dengan paradigma pembangunan sebelumnya

yang hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi khu-

sunya berdasarkan pendapatan perkapita. Sedangkan

konsep paradigma pembangunan manusia dianggap

sebagai suatu konsep yang lebih komprehensip karena

mampu memperhitungkan keberhasilan pembangunan

manusia dari aspek non ekonomi dan dari aspek ekonomi.

Dilandasi oleh kondisi yang seperti itu, Perserikatan

Bangsa-Bangsa dalam hal ini The United Nation Develop-

ment Program (UNDP) merumuskan kriteria pembangu-

nan yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat peme-

rataan sekaligus laju pertumbuhan ekonomi dalam bentuk

Human Development Indeks (HDI) atau Indeks Pembangu-

Bab I : Pendahuluan

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 3

nan Manusia (IPM) sebagai pengganti tolok ukur GNP

(Gross National Product), SDI (Social Development Index),

dan PQLI (Physical Quality Of Life Index). Pada dasarnya

HDI atau IPM adalah suatu indeks komposit yang diha-

rapkan mampu mencerminkan kinerja pembangunan ma-

nusia sehingga dapat dibandingkan antar wilayah atau

bahkan antar waktu.

Indeks Pembangunan Manusia adalah merupakan

ukuran atau indikator kemajuan suatu wilayah yang diukur

dengan tiga faktor utama yaitu dari aspek kesehatan, pen-

didikan dan kesejahteraan ekonomi. Indikator ini

merupakan pengembangan alat ukur keberhasilan

pembangunan sebelumnya yang hanya mengukur tingkat

perkembangan atau pertumbuhan ekonomi saja sedangkan

faktor non ekonomi belum diperhitungkan.

UNDP merekomendasikan ini karena mengandung

indikator dampak pembangunan tidak hanya indikator

output saja, yaitu dimensi ketahanan hidup dari Angka

Harapan Hidup (AHH), dimensi pengetahuan yang diukur

dengan Harapan Lama Sekolah/Expected Years Schooling

Bab I : Pendahuluan

4 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

(EYS) dan Rata-Rata Lama Sekolah/Mean Years Schooling

(MYS) serta dimensi kualitas standar hidup yang diukur

dengan pendapatan perkapita riil yang disesuaikan dengan

Paritas Daya Beli.

Oleh pemerintah IPM digunakan sebagai indikator

penentuan Dana Alokasi Umum (DAU) suatu daerah selain

indikator – indikator lainnya seperti luas wilayah, jumlah

penduduk dan PDRB .

Pembangunan manusia sampai pada tingkat keca-

matan juga perlu dilakukan evaluasi mengingat pemban-

gunan manusia pada tingkat kecamatan sangat bervariasi.

Salah satu tolok ukur yang dapat digunakan adalah IPM

yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian

pembangunan manusia pada tingkat kecamatan. Tapi pada

saat ini data IPM baru bisa difasilitasi sampai tingkat

kabupaten hasil dari Survei Sosial Ekonomi Nasional

(SUSENAS) tahunan. Sedangkan untuk angka sampai

tingkat kecamatan tidak dapat disediakan. Hal ini

Bab I : Pendahuluan

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 5

disebabkan karena keterbatasan tenaga dan anggaran

untuk melakukan survei sampai tingkat desa.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dilaksanakannya penelitian ini adalah seba-

gai bahan referensi dalam pengambilan kebijakan khusus-

nya upaya peningkatan kualitas penduduk sebagai sumber

daya pembangunan, baik dari aspek fisik (kesehatan), as-

pek intektualitas (pendidikan), aspek kesejahteraan eko-

nomi (berdaya beli), serta aspek moralitas (iman dan taq-

wa) sehingga berdampak positif pada peningkatan partisi-

pasi pembangunan.

Sedangkan tujuan penyusunan publikasi Tinjauan

IPM Kabupaten Blora adalah sebagai berikut :

1. Sebagai pedoman bagi stakeholder dalam penyusunan

kebijakan program dan kegiatan pembangunan manu-

sia.

Bab I : Pendahuluan

6 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

2. Sebagai bahan yang diharapkan membantu penyusu-

nan kerangka pikir berfokuskan pembangunan manu-

sia.

3. Sebagai bahan referensi dalam penentuan skala

prioritas pembuatan kebijakan pembangunan daerah.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian diambil sebanyak 76 blok

sensus atau 2,5 persen blok sensus dari jumlah total blok

sensus yang terdapat di wilayah Kabupaten Blora.

Kemudian 76 blok sensus tersebut diproporsikan pada

semua kecamatan (16 kecamatan) yang termasuk dalam

wilayah administrasi Kabupaten Blora. Dengan harapan

agar semua karakteristik populasi dapat terwakili pada ke-

giatan survei IPM ini.

Lingkup penelitian yang akan dihasilkan pada

kegiatan/ penelitian IPM ini adalah :

Bab I : Pendahuluan

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 7

1. Menyajikan komponen utama IPM sebagai gambaran

umum pencapaian hasil pembangunan manusia di

Kabupaten Blora yang sesuai dengan perspektif UNDP.

2. Menyajikan indikator yang mempengaruhi IPM antara

lain indikator bidang kependudukan, bidang keseha-

tan, bidang pendidikan, bidang ekonomi dan ketena-

gakerjaan.

3. Melakukan analisa kualitatif dan analisa kuantitatif

terhadap potensi sumber daya manusia yang ada.

1.4 Metode Penelitian

1.4.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di seluruh kecamatan yang berada

di wilayah Kabupaten Blora.

1.4.2 Rancangan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri

dari 3 jenis, yaitu : Kerangka sampel untuk pemilihan blok

Bab I : Pendahuluan

8 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

sensus, Kerangka sampel untuk pemilihan sub blok sensus

dalam blok sensus (khusus untuk blok sensus yang bermu-

atan rumah tangga lebih besar dari 150 rumah tangga), dan

Kerangka sampel untuk pemilihan rumah tangga dalam

blok sensus/sub blok sensus terpilih.

Rancangan sampel pada penelitian ini adalah

rancangan sampel bertahap dua. Prosedur penarikan

sampel untuk semua Kecamatan adalah sebagai berikut :

• Tahap pertama, dari master sampling frame blok

sensus 76 blok sensus secara Proportional Probability

to Size-Systematic (PPS-Sistematik) dengan size

banyaknya rumah tangga. Untuk blok sensus yang

muatan rumah tangganya lebih besar dari 150 perlu

dipilih satu sub blok sensus secara PPS-Sistematik

dengan size banyaknya rumah tangga. Pendaftaran

rumah tangga atau listing dilakukan pada setiap blok

sensus atau sub blok sensus terpilih.

• Tahap dua, memilih sebanyak 10 rumah tangga pada

setiap blok sensus dan atau sub blok sensus terpilih

Bab I : Pendahuluan

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 9

secara sistematik lewat program. Jumlah rumah tangga

yang terpilih pada penelitian ini sebanyak 760 rumah

tangga

1.4.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dari rumah tangga terpilih

dilakukan dengan wawancara langsung antara pencacah

dengan responden. Pertanyaan-pertanyaan individu dalam

kuesioner diusahakan bersumber dari individu yang

bersangkutan, sedangkan keterangan tentang rumah

tangga dapat dilakukan melalui wawancara dengan kepala

rumah tangga, suami atau isteri kepala rumah tangga, atau

anggota rumah tangga lain yang mengetahui karakteristik

yang ditanyakan.

1.4.4 Metode Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan melalui wawancara dan di-

lakukan pemeriksaan secara manual terhadap kelengka-

Bab I : Pendahuluan

10 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

pan, konsistensi isian, kualitas dan mutu data, kemudian

dilakukan pengolahan atau entri data dengan mengguna-

kan fasilitas komputer.

Program aplikasi pengolahan entri data yang

digunakan adalah program aplikasi software CSPro versi

2.3. Data-data yang telah dientri, kemudian dilakukan

validasi data (raw-validation). Hal ini berguna untuk

mengurangi kesalahan entri, kesalahan data (data error),

konsistensi isian dan cakupan data, sehingga data-data

yang dihasilkan sangat kredibel, serta dapat

dipertanggungjawabkan. Untuk menghitung Angka

Harapan Hidup (e0) yang akan dipakai dalam

penghitungan angka indeks IPM, menggunakan

program/aplikasi software Mortpak. Dan untuk angka-

angka yang akan digunakan dalam penghitungan Harapan

Lama Sekolah (EYS), Rata-rata Lama Sekolah (MYS),

Paritas Daya Beli dan data-data pendukung lainnya

menggunakan program/aplikasi software SPSS for

Microsoft Windows versi 13.

Bab I : Pendahuluan

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 11

1.4.5 Metode Analisa Data

Dalam penelitian ini, untuk menganalisa data-data

hasil pengolahan tersebut di atas menggunakan metode

Analisa Statistik Deskriptif. Metode ini menyusun data ke

dalam daftar-daftar atau jadwal, pembuatan grafik dan

lain-lain serta pengolahan yang bersifat interpretasi data

(Anto Dajan, 1986:4).

1.5 Sistematika Penulisan

IPM Kabupaten Blora Tahun 2014 ini menyajikan in-

formasi / Tingkat Keberhasilan atau Kinerja Daerah dalam

Bidang Pembangunan Manusia, dengan sistematika penu-

lisan sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang, mak-

sud dan tujuan, ruang lingkup, metode penelitian,

dan sistematika penulisan.

Bab II Membahas Indikator IPM yang berisi Konsep dan

Kerangka Berpikir serta Pengukuran IPM.

Bab I : Pendahuluan

12 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Bab III Menguraikan Gambaran Umum meliputi kondisi

geografis, kondisi kependudukan, kondisi pendi-

dikan, kondisi kesehatan, pendapatan regional,

pengeluaran konsumsi per kapita, dan ketenaga-

kerjaan.

Bab IV Membahas Nilai IPM Blora, evaluasi capaian IPM,

analisa manajemen IPM, dan langkah/upaya me-

ningkatkan IPM.

Bab V Penutup yang berisi tentang kesimpulan dari

uraian pada bab-bab sebelumnya dan

rekomendasi yang diberikan sebagai upaya untuk

peningkatan IPM di masa yang akan datang.

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 13

BAB II INDIKATOR

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

2.1. Konsep dan Kerangka Berpikir

Untuk mengetahui perkembangan tingkat kehidupan

masyarakat di suatu wilayah dalam suatu periode waktu,

bidang kehidupan yang perlu dipantau meliputi seluruh

aspek kehidupan masyarakat, baik yang berkaitan dengan

kelangsungan hidup secara individu (kebutuhan dasar se-

perti kesehatan), tumbuh kembang (seperti pendidikan),

partisipasi (ketenagakerjaan) maupun yang berkaitan

dengan wilayah seperti kependudukan, kemiskinan dan

pertumbuhan ekonomi dibutuhkan alat ukur yang dapat

dibanding secara vertikal antar waktu, dan secara

horisontal antar daerah.

Alat ukur perkembangan sosial (social development)

biasa disebut dengan indikator sosial yaitu suatu nilai sta-

tistik yang dapat memberikan gambaran tentang besaran

permasalahan yang menjadi fokus perhatian. Pengukuran

Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia

14 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

dapat dilakukan secara obyektif dan subyektif, yang secara

teknis pengukuran alat ukur disebut dengan indikator

obyek dan indikator subyek. Pengukuran secara obyek be-

rarti melihat permasalahan dengan sudut pandang yang

sama berdasarkan definisi buku yang disepakati. Sebalik-

nya pengukuran secara subyek (persepsi) melihat permasa-

lahan dengan sudut pandang yang mungkin berbeda antar

individu bergantung dari harapan dan aspirasi.

Indikator sosial berarti alat ukur yang digunakan un-

tuk melihat perkembangan kehidupan masyarakat dari

berbagai aspek. Salah satu indikator sosial adalah Indeks

Pembangunan Manusia ( IPM ) yang diterjemahkan dari

Human Development Indexs ( HDI ). IPM merupakan alat

ukur yang mengukur pencapaian pembangunan yang dica-

pai oleh suatu wilayah. Secara konsep pembangunan

manusia yang diajukan oleh UNDP maknanya adalah

untuk melihat keterlibatan/partisipasi aktif penduduk

dalam pembangunan sejak perumusan dan penentuan

kebijakan hingga evaluasi. Sehingga disebut sebagai pem-

Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 15

bangunan yang berpusat pada penduduk (People Centered

Development): oleh, dari, dan untuk penduduk.

Sebagai suatu indikator komposit yang menggambar-

kan pencapaian dalam hal kelangsungan hidup, pengeta-

huan, dan daya beli. Secara umum indikator tersebut ber-

manfaat sebagai alat advokasi terhadap perumus dan pe-

nentu kebijakan di setiap wilayah khususnya berkaitan

dengan kebijakan publik yang dipilih dan ditetapkan.

IPM merupakan alat ukur yang dapat digunakan da-

lam melihat upaya dan kinerja pembangunan manusia di

suatu wilayah (UNDP, 1990).Dalam hal ini IPM pada tahun

tertentu merupakan gambaran dari upaya pembangunan

yang telah dilakukan beberapa tahun sebelumnya. Artinya,

upaya pembangunan dalam suatu periode dapat diukur

dan ditunjukkan oleh besarnya nilai IPM pada awal peri-

ode tersebut. IPM juga merupakan ukuran melihat dampak

kinerja pembangunan wilayah yang mempunyai dimensi

sangat luas karena memperlihatkan kualitas penduduk

Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia

16 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

suatu wilayah dalam hal kelangsungan hidup,

intelektualitas dan standar hidup layak.

Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan UNDP yang

dirilis tahun 2010 dan direvisi tahun 2011 untuk menyusun

IPM ada perubahan metodologi, walaupun tiga indikator

yang ada sebagian masih dipertahankan, yaitu :

a. Angka Harapan Hidup (AHH) atau life expectation at

age 0 (eº).

b. Harapan Lama Sekolah (HLS) penduduk usia 7 tahun

ke atas/Expected Years of Schooling (EYS) dan Rata-rata

Lama Sekolah (RLS) / Mean Years of Schooling (MYS)

penduduk usia 25 tahun ke atas.

c. Paritas Daya Beli atau Purchasing Power Parity (PPP)

yang merupakan ukuran pendapatan yang sudah dis-

esuaikan dengan Indeks Harga Konsumen (infla-

si/deflasi).

Indikator pertama mengukur “umur panjang dan se-

hat”. AMH dan RLS mengukur “pengetahuan dan ketrampi-

Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 17

lan”, sedangkan PPP mengukur “kemampuan dalam men-

gakses sumber daya beli ekonomi dalam arti luas”. Ketiga

indikator tersebut digunakan sebagai komponen perhi-

tungan dan penyusunan IPM.

Komponen IPM ini merupakan nilai komposit dari

beberapa variabel tidak dapat untuk menilai variabel yang

memberikan pengaruh terbesar terhadap nilai komposit

tersebut. Oleh sebab itu diperlukan analisa untuk melihat

variabel yang memberikan pengaruh terhadap kualitas

pembangunan manusia yang disebut Analisa Situasi Pem-

bangunan Manusia. Analisa ini mengkaji besaran-besaran

nilai variabel yang tersusun dalam IPM untuk dapat men-

getahui tingkat keberhasilan dan kekurangan yang dapat

digunakan dalam menentukan skala prioritas dan inter-

vensi program-program pembangunan yang sangat penting

dan diutamakan.

IPM lebih pas untuk mengukur upaya pemberdayaan

penduduk dibandingkan dengan alat ukur lainnya seperti

Indeks Mutu Hidup (IMH) atau PDRB perkapita. Hal ini

Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia

18 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

dikarenakan IMH hanya mengukur kualitas fisik pendu-

duk, sedangkan PDRB perkapita hanya memberikan gam-

baran tentang kapasitas suatu wilayah.

Perbedaan lainnya adalah dalam pemilihan variabel

yang digunakan sebagai produksi dari pendapatan.

Perubahan indikator dari PDRB perkapita menjadi PPP

dikarenakan PDRB perkapita tidak menggambarkan secara

riil daya beli masyarakat. Meskipun PDRB mengukur

produksi yang dihasilkan suatu daerah karena tingginya

integrasi ekonomi antar wilayah maka tidak ada jaminan

sebagian besar produksi yang dihasilkan akan

didistribusikan dalam masyarakat daerah tersebut. Oleh

karena itu pengeluaran per kapita yang dihimpun dalam

SUSENAS merupakan pendekatan dari daya beli masyara-

kat lokal yang lebih baik.

Secara umum dapat dikatakan bahwa IPM adalah va-

riabel tak bebas yang bersifat state, yaitu sebuah variabel

yang perubahannya lambat dan akan meningkat/menurun

sedikit demi sedikit sebagai respon terhadap perubahan

Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 19

berbagai kondisi fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan.

IPM dapat digunakan untuk mengukur dampak akhir dari

program pembangunan yang telah diimplementasikan pa-

da seluruh penduduk, sedangkan program pembangunan

biasanya diimplementasikan pada kelompok sasaran ter-

tentu.

Angka IPM berkisar antara 0 – 100 yang dapat mem-

perlihatkan jarak yang harus ditempuh untuk mencapai

angka maksimum (shortfall). Angka ini dapat diperban-

dingkan antar daerah yang berarti tantangan bagi semua

daerah untuk menemukan cara memperkecil/mengurangi

nilai shortfall-nya.

Analisis Situasi adalah metode yang sering diguna-

kan dalam mendiskripsikan potret atau profil suatu wi-

layah baik secara komprehensif maupun secara sektoral

berdasarkan data terakhir yang ada. Analisa situasi pem-

bangunan manusia suatu wilayah merupakan gambaran

tentang keadaan pembangunan manusia yang meliputi

pencapaian kesejahteraan dan kualitas fisik sumber daya

Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia

20 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

manusia, juga gambaran yang berkaitan dengan berbagai

aspek sosial dari penduduk. Dengan adanya gambaran ini

pengambil keputusan dan perumus kebijakan akan dapat

bekerja lebih mendasar dan terarah sehingga mempermu-

dah dalam penentuan skala prioritas.

2.2. Pengukuran Indeks Pembangunan Manusia

Seperti telah dikemukakan sebelumnya berdasarkan

rumusan yang dikeluarkan UNDP, IPM disusun dari tiga

komponen yaitu lamanya hidup, diukur dengan harapan

hidup waktu lahir (e0); tingkat pendidikan, diukur dengan

kombinasi antara harapan lama sekolah (EYS) dan rata-

rata lama sekolah (MYS); dan tingkat kehidupan yang

layak, diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah

disesuaikan (PPP rupiah). Sebelum menghitung IPM, mas-

ing-masing komponen tersebut terlebih dahulu dihitung

indeksnya sehingga bernilai antara 0 (keadaan terburuk)

dan 1 (keadaan terbaik).Lebih lanjut komponen harapan

lama sekolah dan rata-rata lama sekolah digabung menjadi

Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 21

satu sebagai indikator pendidikan. Dalam tinjauan ini ang-

ka indeks dikalikan 100 untuk mempermudah penafsiran.

DIMENSI

Umur Panjang

dan Sehat

Pendidikan

Standar Hi-dup Layak

INDIKATOR

Harapan Hidup

Saat Lahir (e0)

Harapan Lama

Sekolah (EYS)

Rata-rata Lama

Sekolah (MYS)

Pengeluaran Riil per

Kapita yang disesuaikan

DIMENSI IN-DEKS

Indeks Harapan Hidup

Indeks Pendidikan

Indeks Pen-dapatan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)

IPM merupakan rata-rata ukur dari ketiga komponen

tersebut diatas :

Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia

22 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

𝑰𝑰𝑰𝑰𝑰𝑰 = �𝑰𝑰𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌 × 𝑰𝑰𝒑𝒑𝒌𝒌𝒌𝒌𝒑𝒑𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒑𝒑𝒌𝒌𝒌𝒌 × 𝑰𝑰𝒅𝒅𝒌𝒌𝒅𝒅𝒌𝒌 𝒃𝒃𝒌𝒌𝒃𝒃𝒃𝒃𝟑𝟑

Dimana :

Ikesehatan : Indeks Harapan Hidup

Ipengetahuan : Indeks Pendidikan, dan

Idaya beli : Indeks Pendapatan.

Untuk tujuan penghitungan indeks, dapat ditempuh

berbagai cara menetapkan nilai maksimum dan minimum.

Sebagai ilustrasi, jika tujuannya hanya sekedar

membandingkan kinerja kabupaten dalam satu tahun

tertentu maka nilai tertinggi dan terendah pada tahun

tersebut dapat dipilih sebagai nilai maksimum dan

minimum (nilai ekstrim). Metode pemilihan ini tidak

memungkinkan perbandingan antar waktu, karena batas

maksimum dan minimum dapat berubah menurut waktu.

Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 23

2.2.1 Angka Harapan Hidup (e0)

Kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama

diukur dengan indikator harapan hidup pada saat lahir (life

expectancy at birth / e0). Variabel e0 diharapkan

mencerminkan “lama hidup” sekaligus “hidup sehat’ suatu

masyarakat. Sebenarnya, angka morbiditas akan lebih valid

untuk mengukur hidup sehat, namun demikian, karena

data morbiditas yang dapat dipercaya masih sulit

diperoleh, maka variabel tersebut tidak digunakan dalam

studi penghitungan IPM ini.

Angka Harapan Hidup (e0) dihitung dengan

bantuan program Mortpak, sebagai inputnya adalah data

Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH)

dari wanita pernah kawin berumur 15-49 tahun yang

diperoleh dari hasil pengolahan data penelitian/survei IPM

yang mencakup pada 76 blok sensus terpilih dengan

jumlah rumah tangga terpilih sebanyak 760 rumah tangga.

Untuk penghitungan angka ini sudah diperhitungkan

Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia

24 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

dengan proyeksi penduduk dan indikator-indikator yang

dihasilkan dari Sensus Penduduk tahun 2010.

2.2.2 Tingkat Pendidikan

Dalam tinjauan ini, komponen tingkat pendidikan

diukur dari dua indikator (Harapan Lama Sekolah dan Ra-

ta-Rata Lama Sekolah). Kedua indikator pendidikan ini di-

harapkan mencerminkan tingkat pengetahuan dan ke-

trampilan penduduk. Semakin tinggi harapan lama sekolah

dan makin lama mengikuti pendidikan sekolah diharapkan

akan makin meningkat kualitas masyarakat dalam pengua-

saan ilmu pengetahuan maupun ketrampilan yang dimiliki.

Harapan lama sekolah diperoleh dari penghitungan parti-

sipasi sekolah penduduk menurut kelompok umur (EYS).

Lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan

akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa

mendatang. Kemungkinan anak tersebut akan tetap berse-

kolah pada umur-umur berikutnya sama dengan rasio

penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk

Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 25

umur yang sama saat ini. Kondisi ini untuk mengetahui

kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai

jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya

pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai

oleh setiap anak.

Sedangkan Rata-Rata Lama Sekolah (MYS)

dilakukan dengan cara penghitungan tidak langsung

terhadap penduduk yang berumur 25 tahun ke atas,

dengan asumsi bahwa penduduk berumur 25 tahun ke atas

telah menyelesaikan proses pendidikannya. Langkah

pertama adalah memberikan bobot variabel “Pendidikan

yang ditamatkan“ atau jenjang pendidikan sebagaimana

disajikan pada tabel 2.1. Langkah selanjutnya menghitung

rata-rata tertimbang dari variable tersebut sesuai

bobotnya. Secara sederhana prosedur penghitungan

tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

ttt ia t

ia i

EEYSP=

=∑

Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia

26 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Harapan Lama Sekolah pada umur a di tahun t

Partisipasi sekolah penduduk usia i pada tahun t

Populasi penduduk usia i yang bersekolah pada ta-

hun t

Usia (a, a + 1, ..., n)

Tabel 2.1. Jenjang Pendidikan dan Tahun Konversi Yang

Digunakan UntukMenghitung Rata-rata Lama Sekolah (MYS)

Jenjang Pendidikan Tahun Konversi

1. Tidak/belum pernah sekolah

2. TamatSD

3. Tamat SLTP

4. Tamat SLTA/SMU

5. Tamat D1

6. Tamat D2

7. Tamat D3/Akademi

0

6

9

12

13

14

15

taEYS

tiE

tiP

i

Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 27

Jenjang Pendidikan Tahun Konversi

8. Tamat D4/Sarjana

9. Tamat Magister (S2/S3)

16

18

Dimana :

MYS : Rata-rata Lama Sekolah

fi : frekuensi penduduk berumur 25 tahun ke atas untuk

jenjang pendidikan i,

Si : tahun konversi masing-masing jenjang pendidikan i,

i : jenjang pendidikan ( = 1,2,…..,9).

Selanjutnya Indikator Pendidikan (IP) dihitung dengan rumus :

∑∑=

i

ii

fS x f

MYS

Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia

28 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

𝐼𝐼𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 ℎ𝑢𝑢𝑝𝑝𝑝𝑝=�𝐼𝐼𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸 ×𝐼𝐼𝑀𝑀𝐸𝐸𝐸𝐸 − 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑢𝑢𝑚𝑚𝑚𝑚𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑢𝑢𝑚𝑚 − 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑢𝑢𝑚𝑚

2.2.3 Paritas Daya Beli atau Purchasing Power Parity (PPP)

Paritas daya beli-Purchasing Power Parity (PPP) di-

hitung dengan metode yang juga digunakan oleh Interna-

tional Comparison Project (ICP) dalam menstandardisasi

PDB untuk perbandingan antar daerah. Perhitungan

menggunakan metode baru didasarkan pada harga 27 ko-

moditas pada metode lama. Komposisi komoditas terdiri

atas 66 komoditas makanan dan 30 komoditas non

makanan. Dengan dimasukkannya variabel PPP yang da-

pat digunakan untuk menghitung “paritas daya beli” maka

IPM lebih “lengkap” dalam merefleksikan taraf pemban-

gunan manusia dibandingkan IMH atau PQLI. Karena IMH

yang tinggi hanya merefleksikan kondisi suatu masyarakat

yang memiliki peluang hidup panjang (dan sehat) serta

tingkat pendidikan (dan keterampilan) yang memadai.

UNDP melihat kondisi seperti itu belum memberikan

gambaran yang ideal. Menurut UNDP, masyarakat ideal

Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 29

selain harus memenuhi kondisi tersebut juga harus mem-

punyai daya beli (purchasing power). Pemenuhan kebutu-

han hidup seperti itulah yang dicoba diukur dengan PPP.

Tahapan untuk menghitung PPP adalah sebagai berikut :

1. Menghitung angka rata-rata pengeluaran perkapita

beserta kuantitasnya untuk setiap wilayah dengan

menggunakan data SUSENAS Modul Konsumsi yang

mencakup pengeluaran konsumsi 96 komoditas PPP.

2. Menghitung kuantitas komoditas perumahan dari data

SUSENAS.

3. Menghitung nilai pengeluaran riil agar nilai tersebut

dapat dibandingkan antar waktu. Cara penghitungan-

nya ialah dengan membagi rata-rata pengeluaran den-

gan IHK pada masing-masing wilayah, dengan tahun

dasar 2012.

4. Menghitung PPP (Unit), semacam faktor pengali untuk

menghitung pengaruh perbedaan harga antar wilayah.

Prosedur ini menggunakan kaidah matrik dengan data

Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia

30 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

dasar yang digunakan adalah kuantum dan harga dari

96 komoditi standar Kabupaten Blora.

5. Menghitung nilai PPP dalam rupiahdengan rumus :

Daya beli yang disesuaikan = 𝐸𝐸𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃

Y : pengeluaran perkapita

PPP : paritas daya beli

Dimana :𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑚𝑚 =∑ 𝑃𝑃(𝑚𝑚 ,𝑗𝑗 )𝑄𝑄(𝑚𝑚 ,𝑗𝑗 )𝑗𝑗

∑ 𝑃𝑃(𝑚𝑚 ,𝑗𝑗 )𝑄𝑄(𝑚𝑚 ,𝑗𝑗 )𝑗𝑗

: harga per unit komoditi j yang dikonsumsi di provinsi/ kabupaten i

: harga per unit komoditi j di Jakarta Selatan : volume komoditi j (unit) yang dikonsumsi di pro-

vinsi/ kabupaten 6. Selanjutnya menghitung Indeks Daya Beli

𝐼𝐼𝑑𝑑𝑝𝑝𝑑𝑑𝑝𝑝 𝑏𝑏𝑝𝑝𝑏𝑏𝑚𝑚 = ln �𝑑𝑑𝑝𝑝𝑑𝑑𝑝𝑝 𝑏𝑏𝑝𝑝𝑏𝑏𝑚𝑚 � −ln(𝑑𝑑𝑝𝑝𝑑𝑑𝑝𝑝 𝑏𝑏𝑝𝑝𝑏𝑏𝑚𝑚 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑝𝑝 )ln�𝑑𝑑𝑝𝑝𝑑𝑑𝑝𝑝 𝑏𝑏𝑝𝑝𝑏𝑏𝑚𝑚 𝑚𝑚𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚 � −ln�𝑑𝑑𝑝𝑝𝑑𝑑𝑝𝑝 𝑏𝑏𝑝𝑝𝑏𝑏𝑚𝑚 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑝𝑝 �

𝑃𝑃(𝑚𝑚 ,𝑗𝑗 )

𝑃𝑃(𝑚𝑚 ,𝑗𝑗 )

𝑄𝑄(𝑚𝑚 ,𝑗𝑗 )

Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 31

Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan

terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di

Tolikara-Papua. Daya beli maksimum merupakan nilai ter-

tinggi kabupaten yang diproyeksikan hingga 2025 (akhir

RPJPN) yaitu perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Se-

latan tahun 2025.

2.2.4. Pencapaian dan Status Pembangunan Manusia (Shortfall)

Pencapaian pembangunan manusia dapat dilihat dari

dua segi : pertama, kenaikan IPM secara absolut yang di-

ukur dengan nilai positif dari reduksi shortfall tahunan.

Angka tersebut mengukur rasio pencapaian kesenjangan

jarak yang “sudah ditempuh” dengan yang “harus ditempuh”

untuk mencapai kondisi yang ideal (IPM = 100). Semakin

tinggi angka shortfall, semakin cepat kenaikan IPM. Cara

penghitungan “shortfall” dinyatakan dengan rumus :

IPM(t+n) - IPM(t) r = x 100

100 - IPM(t)

Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia

32 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Dimana : IPM(t) : IPM tahun(t) IPM(t+n) : IPM tahun (t+n) IPM(ref) : IPM acuan (biasanya IPM ideal) Kedua, adalah meningkatnya status pembangunan manusia berdasarkan klasifikasi berikut :

Nilai IPM Status Pembangunan Manusia *) < 50

50 ≤ IPM < 66 66 ≤ IPM < 80

≥ 80

Rendah Menengah Bawah Menengah Atas

Tinggi *) modifikasi terhadap klasifikasi UNDP, dengan memecah klasifikasi menengah

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 33

BAB III GAMBARAN UMUM

3.1. Kondisi Geografis

Kabupaten Blora merupakan salah satu kabupaten di

Propinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 182.058,797 Ha

atau 1.820,59 km2. Secara geografis Kabupaten Blora terle-

tak di antara 111016’ – 1110 338’ Bujur Timur dan 60 528’ – 70

248’ Lintang Selatan. Sedangkan secara topografi, Kabupa-

ten Blora terletak pada ketinggian antara 25 – 500 meter di

atas permukaan laut. Kabupaten Blora diapit oleh jaja-

ran pegunungan Kendeng Utara dan pegunungan Kendeng

Selatan. Susunan tanah di Kabupaten Blora terdiri atas 56%

tanah gromosol, 39% mediteran dan 5% aluvial. Posisi

Kabupaten Blora terletak pada bagian utara Pulau Jawa dan

di sebelah timur wilayah Provinsi Jawa Tengah dengan ba-

tas-batas sebagai berikut :

• Sebelah Barat : Kab. Grobogan, Provinsi Jawa Tengah

• Sebelah Utara : Kab. Rembang, Kab. Pati, Prov. Jawa

Tengah

• Sebelah Timur : Kab. Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur

Bab III : Gambaran Umum

34 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

• Sebelah Selatan : Kab. Ngawi, Provinsi Jawa Timur

Tabel 3.1. Jarak Ibukota Kecamatan ke IbukotaKabupaten, Luas Wilayah,dan Banyaknya Desa/Kelurahan di Kabupaten Blora

Kecamatan

Jarak ke Ibuko-taKab. (km)

Luas Wil. (Km2)

Banyaknya

Desa Ke-

lurah-an

Jum-lah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Jati

2. Randublatung

3. Kradenan

4. Kedungtuban

5. Cepu

6. Sambong

7. Jiken

8. Bogorejo

9. Jepon

10. Blora

11. Banjarejo

12. Tunjungan

13. Japah

14. Ngawen

15. Kunduran

16. Todanan

43

29

38

43

34

28

13

17

8

-

12

9

21

12

24

40

183,620

211,131

109,508

106,858

49,145

88,750

168,167

49,805

107,724

79,786

103,522

101,815

103,052

100,982

127,983

128,739

12

16

10

17

11

10

11

14

24

16

20

15

18

27

25

25

0

2

0

0

6

0

0

0

1

12

0

0

0

2

1

0

12

18

10

17

17

10

11

14

25

28

20

15

18

29

26

25 Jumlah 1.820,588 271 24 295

Sumber : Kabupaten Blora Dalam Angka 2015

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 35

Secara administratif, Kabupaten Blora terbagi

menjadi 16 kecamatan, 271 desa, dan 24 kelurahan.

Kecamatan terluas adalah Kecamatan Randublatung yaitu

seluas 211,131 Km2 dan kecamatan yang terkecil luas

wilayahnya adalah Kecamatan Cepu yaitu seluas 49,145

Km2. Jarak terjauh dari ibu kota kabupaten ke ibu kota

kecamatan adalah Kecamatan Jati yang terletak di sebelah

selatan barat Kabupaten Blora (43 Km) dan Kecamatan

Kedungtuban yang terletak di sebelah selatan timur

Kabupaten Blora (43 Km).

Melihat data penggunaan lahan di Kabupaten Blora di

tahun 2014 dapat dibagai dalam dua bagian besar yaitu

74,73% digunakan bukan untuk lahan sawah dan hanya

25,27% digunakan untuk lahan sawah.

Dari lahan sawah 16,25 persennya adalah lahan sawah

tadah hujan, sedangkan untuk irigasi teknis dan setengah

teknis hanya mencapai 4,62% sedangkan untuk irigasi

sederhana 2,26%, irigasi desa atau non PU 0,90% dan

sisanya 1,24% adalah irigasi P2AT.

Bab III : Gambaran Umum

36 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Luas lahan bukan sawah sekitar 90.417 Ha adalah

hutan atau mencapai 49,66% dari luas wilayah yang ada.

Hal ini dapat menggambarkan pola kehidupan masyarakat

yang sebagain besar mengandalkan potensi ini. Bangunan

dan pekarangan mencapai 9,33%, tegal/kebun 14,38%, dan

sisanya adalah waduk , kebun dan lain-lain.

Tabel 3.2. Luas Penggunaan Tanah/Lahan di Kabupaten Blora Tahun 2014

Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persen (1) (2)

(3)

A. LAHAN SAWAH 46,012

25,27

1. Irigasi Teknis 7.449

4,09

2. Irigasi Setengah Teknis 967

0,53

3. Irigasi Sederhana 4.114

2,26

4. Irigasi Desa / Non PU 1.640

0,90

5. Tadah Hujan 29.586

16,25

6. P2AT 2.256

1,24

B. BUKAN LAHAN SAWAH 136.047

74,73

1. Bangunan dan Pekarangan 16.991

9,33

2. Tegal / Kebun 26.182

14,38

3. Waduk 57

0,03

4. Hutan 90.417

49,66

5. Perkebunan 4

0,00

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 37

Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persen

6. Lain-lain 2.395

1,32

Jumlah 182,059

100,00 Sumber : Kabupaten Blora Dalam Angka 2015

3.2. Kondisi Kependudukan

Penduduk suatu daerah mempunyai ciri

karakteristik sendiri-sendiri tergantung dari berbagai

faktor seperti kondisi geografis, topografi, sumber

pengahasilan utama dan sebagainya. Demikian pula untuk

Kabupaten Blora, kondisi penduduknya banyak

dipengaruhi oleh letak geografis di mana terletak di ujung

timur ibu kota propinsi Jawa Tengah, mempunyai kawasan

hutan dan sebagian besar mengandalkan pertanian. Maka

penduduk yang ada relatif tidak mudah bergerak (statis),

menerima apa adanya karena ketergantungan musim.

3.2.1. Jumlah Penduduk

Penduduk Kabupaten Blora di Tahun 2012 dari hasil

Proyeksi kondisi bulan Desember 2013 tercatat 844.444

Bab III : Gambaran Umum

38 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

jiwa dengan jumlah penduduk terbanyak terdapat di

Kecamatan Kota Blora sebesar 92.778 jiwa, ke dua di

Kecamatan Randublatung mencapai 75.096 jiwa dan ke

tiga terdapat di Kecamatan Cepu sebanyak 73.099 jiwa.

Sedangkan untuk penduduk terkecil terdapat di

Kecamatan Bogorejo hanya 23.882 jiwa, terkecil ke dua

terdapat di Kecamatan Sambong 25.297 jiwa dan Ke tiga

terdapat di Kecamatan Japah hanya 33.949 jiwa.

Tabel 3.3. Penduduk Kabupaten Blora dirinci menurut

Kecamatan dan Jenis Kelamin, Tahun 2014

Kecamatan L p Total Sex Ratio

(1) (2) (3) (4) (5) Jati 22.580 23.340 45.920 96,74

Randublatung 37.133 38.251 75.384 97,08

Kradenan 19.701 19.863 39.564 99,18

Kedungtuban 27.319 28.028 55.347 97,47

Cepu 36.068 37.264 73.332 96,79

Sambong 12.493 12.896 25.389 96,88

Jiken 19.026 19.503 38.529 97,55

Bogorejo 11.783 12.182 23.965 96,72

Jepon 29.994 30.816 60.810 97,33

Kota Blora 45.761 47.597 93.358 96,14

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 39

Kecamatan L p Total Sex Ratio

Banjarejo 28.775 29.382 58.157 97,93

Tunjungan 22.703 23.496 46.229 96,75

Japah 16.720 17.398 34.118 96,10

Ngawen 28.336 28.782 57.118 98,45

Kunduran 31.075 32.123 63.198 96,74

Todanan 28.085 29.866 57.951 94,04

Kabupaten 417.582 430.787 848.369 96,93

Sumber : BPS Kabupaten Blora, Proyeksi

Bab III : Gambaran Umum

40 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Gambar 3.1.Jumlah Penduduk Kabupaten Blora Menurut Keca-matan dan Jenis Kelamin Tahun 2014

3.2.2. Rasio Jenis Kelamin

Dari tabel 3.3.menunjukkan bahwa di Kabupaten

Blora sex rasio laki-laki dibanding perempuan mencapai

96,93% yang berarti penduduk perempuan secara total

0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000

Kota BloraRandublatung

CepuKunduran

JeponBanjarejoTodananNgawen

KedungtubanTunjungan

JatiKradenan

JikenJapah

SambongBogorejo

Perempuan Laki-laki

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 41

lebih banyak dibanding dengan laki-lakinya di mana ada

100 wanita terdapat 97 laki-laki.

Tabel 3.4 Sex Ratio dan Distribusi Penduduk Di Kabupaten Blora 2014

Kecamatan Sex Ratio Distribusi

(1) (2) (3) Jati 96,74 5,41 Randublatung 97,08 8,89 Kradenan 99,18 4,66 Kedungtuban 97,47 6,52 Cepu 96,79 8,64 Sambong 96,88 2,99 Jiken 97,55 4,54 Bogorejo 96,72 2,82 Jepon 97,33 7,17 Kota Blora 96,14 11,00 Banjarejo 97,93 6,86 Tunjungan 96,75 5,45 Japah 96,10 4,02 Ngawen 98,45 6,73 Kunduran 96,74 7,45 Todanan 94,04 6,83 Kabupaten 96,93 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Blora

Bab III : Gambaran Umum

42 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Untuk sex rasio tertinggi terdapat di Kecamatan

Kradenan mencapai 99,18% sementara yang terkecil

terdapat di Kecamatan Todanan hanya mencapai 94,04%.

Hal ini menunjukkan bahwa untuk program peningkatan

Sumber Daya Manusia di dua kecamatan tersebut harus

dibedakan, di mana di Kecamatan Kradenan sebaiknya

program yang banyak menyentuh laki-laki sementara

untuk kecamatan Todanan program yang cenderung ke

kaum perempuan.

3.2.3. Struktur Penduduk

Struktur penduduk di Kabupaten Blora bila dibagi

dalam 3 (tiga) kelompok besar dari hasil proyeksi sementa-

ra dapat digambarkan untuk usia produktif usia 15 – 64

tahun mencapai 68,15%, usia muda 23,07% dan usia tua

8,78%. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat

ketergantungan penduduk di Kabupaten Blora masih

relatif tinggi, yaitu sekitar 47.

Bila dilihat berdasarkan kelompok umur maka

sumbangan tertinggi terdapat di kelompok umur 0 – 4

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 43

tahun sebesar 7,90%, 35 – 39 tahun 7,78% dan 5 – 9 tahun

serta 40 – 44 tahun menyumbang 7,75%. Sementara itu

terendah terdapat di kelompok umur 70 – 74 hanya

menyumbang 2,25%. Ini berarti bahwa jumlah kelahiran

saat ini relatif lebih tinggi dibandingkan dengan 10 tahun

yang lalu.

Gambar 3.2.Struktur Penduduk Kab. Blora 2014

Usia muda dan usia tua mencapai 31,85%, hal ini

menunjukkan adanya beban ketergantungan semakin ren-

dah. Selain itu juga menunjukkan semakin banyaknya

usia muda23.07%

usia produktif68.15%

usia tua8.78%

Bab III : Gambaran Umum

44 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

penduduk produktif yang berdampak terhadap tingkat

produkstifitas per penduduk yang semakin meningkat dan

bila dipacu dalam proses peningkatan produktifitas maka

berdampak adanya peningkatan pendapatan masyarakat.

Tabel. 3.5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Hasil Proyeksi 2014

Urutan Kelompok Persen

(1) (2) (3) 1 0-4 7,78 2 35-39 7,72 3 40-44 7,69 4 5-9 7,68 5 15-19 7,66 6 10-14 7,60 7 45-49 7,51 8 30-34 7,42 9 20-24 7,00 10 50-54 6,95 11 25-29 6,71 12 55-59 5,66 13 60-64 3,84 14 75+ 3,70 15 65-69 2,80 16 70-74 2,29

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 45

Berdasarkan proyeksi penduduk menunjukkan

adanya sebaran penduduk per kelompok umur. Untuk 0 –

4 tahun merupakan penduduk terbanyak, sedangkan

kelompok umur 5 – 9 ada di urutan ke empat. Ini

menunjukkan bahwa perlu ada perhatian terhadap

program keluarga berencana. Mengingat tahun

sebelumnya, kelompok umur ini bukanlah jumlah yang

terbesar. Kelompok umur 35-39 dan 40-44 merupakan

urutan ke dua dan ke tiga terbanyak. Yang

mengindikasikan bahwa jumlah kelahiran yang pada

tahun-tahun sebelumnya sudah mulai menurun, akhir-

akhir ini mengalami kenaikan.

Tabel 3.6. Penduduk Kabupaten Blora Dirinci Kelompok Umur, dan Jenis kelamin, Tahun 2014

Umur L P Total

(1) (2) (3) (4)

0-4 33.915 32.092 66.007 5-9 33.611 31.555 65.166

10-14 33.334 31.180 64.514 15-19 33.367 31.631 64.998 20-24 29.196 30.208 59.404 25-29 27.344 29.610 56.954 30-34 30.454 32.477 62.931

Bab III : Gambaran Umum

46 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Umur L P Total

35-39 32.075 33.402 65.477 40-44 31.664 33.559 65.223 45-49 30.853 32.846 63.699 50-54 29.189 29.734 58.923 55-59 24.433 23.589 48.022 60-64 16.502 16.039 32.541 65-69 11.012 12.734 23.746 70-74 8.448 10.954 19.402 75+ 12.185 19.177 31.362

Total 417.582 430.787 848.369

Sumber : BPS Kabupaten Blora

Gambar 3.3 Piramida Penduduk Blora 2014

40,000 20,000 0 20,000 40,000

0 - 45 - 9

10 - 1415 - 1920 - 2425 - 2930 - 3435 - 3940 - 4445 - 4950 - 5455 - 5960 - 6465 - 6970 - 74

75 +

Perempuan

laki-laki

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 47

Keadaan yang demikian mencerminkan bahwa

tingkat kelahiran untuk 5 tahun ke belakang sedikit

mengalami peningkatan dibandingkan dekade lima

tahunan sebelumnya. Dengan melihat formasi kelompok

umur ini maka perencanaan pengembangan pendidikan

dan kesehatan bisa mempertimbangkan perubahan kohort

yang ada.

3.3. Kondisi Pendidikan

Kondisi pendidikan di Kabupaten Blora dilihat dari

data kependidikan yang ada menunjukkan adanya tren

penurunan jumlah siswa SD sedangkan untuk tingkat SLTP

ke atas ada kecenderungan meningkat.

Dari data pendidikan Tahun 2014 untuk tingkat

SD/MI secara umum tercatat adanya peningkatan

prasarana gedung sekolah sebanyak 0,45%. Sementara dari

sisi murid ada penurunan sekitar 1,83% dibanding dengan

tahun 2013. Demikian juga dari sisi jumlah guru/pengajar

tercatat ada penurunan sebesar 7,68%. Penurunan jumlah

murid dan guru ini terjadi di tingkat SD masing-masing

Bab III : Gambaran Umum

48 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

sebanyak 2,36% dan 10,46%. Sebaliknya untuk tingkat MI

terjadi peningkatan gurid dan guru masing-masing sebesar

3,53% dan 12,48%. Permasalahan penurunan jumlah siswa

ini perlu dikaji lagi lebih mendalam apa karena benar-

benar jumlah siswanya menurun ataukah untuk wilayah

perbatasan lebih suka sekolah di luar Blora ataukah masih

banyak yang tidak masuk sekolah karena berbagai alasan.

Tabel 3.7. Perubahan Jumlah Murid, Guru dan Prasarana

Pendidikan di Kabupaten Blora Tahun 2013 – 2014

Jenis Persentase

Murid Guru Prasarana

1. Pendidikan Dasar A. SD/MI -1,83 -7,68 0,45

- SD -2,36 -10,46 0,51 - MI 3,53 12,48 0,00

B. SLTP/MTs 1,63 1,30 0,74 - SLTP 2,02 -1,78 -1,19 - MTs 0,58 7,12 3,85

2. Pendidikan Menengah

SMU/SMK/MA -17,03 -29,55 2,82 - SMU/SMK -20,03 -33,81 1,67 - MA 26,84 19,75 9,09

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 49

Peningkatan jumlah murid terjadi di tingkat

SLTP/MTs sebanyak 1,63% yang disumbang oleh

peningkatan jumlah murid di SLTP sebanyak 2,02% dan

untuk MTs sebanyak 0,58%. Secara absolut peningkatan

murid di tingkat SLTP/sedarajat sebanyak 655 orang atau

bila dikonversi ke kelas rata-rata 30 siswa berarti ada

peningkatan jumlah kelas hampir mencapai 22 kelas yang

tersebar di seluruh Kabupaten Blora baik sekolah swasta

maupun negeri.

Tabel 3.8.Banyaknya Sekolah, Murid, dan Guru Menurut Status-

Pengelolaannya di Kabupaten Blora Tahun 2013 – 2014

Tingkat Pen-didikan

Sekolah Murid Guru

2013 2014 2013 2014 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Pendidikan Dasar

A. SD/MI 663 666 87.413 85.817 6.787 6.266

- SD 594 597 79.418 77.540 6.138 5.496

- MI 69 69 7.995 8.277 649 730 B. SLTP/MTs 136 137 40.123 40.778 2.922 2.960

- SLTP 84 83 29.373 29.966 1.911 1.877

- MTs 52 54 10.750 10.812 1.011 1.083

2. Pendidikan Menengah

SMU/SMK/MA 71 73 31.806 26.388 3.056 2.153

- SMU/SMK 60 61 29.772 23.808 2.813 1.862

Bab III : Gambaran Umum

50 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Tingkat Pen-didikan

Sekolah Murid Guru

2013 2014 2013 2014 2013 2014

- MA 11 12 2.034 2.580 243 291

3. Pendidikan Tinggi

-Dipl./Univ 6 7 2.765 3.496 235 411

Peningkatan jumlah prasarana sekolah di tingkat

SLTP/MTs di tahun 2014 sebesar 0,74%, disumbang oleh

adanya penambahan sarana sebanyak 3,85% dari MTs

sedangkan untuk tingkat SLTP mengalami penurunan.

Data tingkat pendidikan menengah baik itu

SMU/SMK dan MA tahun 2014 tercatat jumlah

infrastrukturnya sebanyak 73 prasarana, meningkat 2 unit

dibandingkan tahun sebelumnya. Walaupun demikian,

jumlah murid dan guru justru mengalami penurunan yang

cukup banyak. Dari data tercatat bahwa secara umum

jumlah murid SMU/SMK/MA menurun 17,03%, sementara

jumlah guru menurun sebesar 29,55%.

Untuk tingkat pendidikan tinggi jumlah perguruan

tinggi yang ada di Tahun 2014 menjadi 7 buah dibanding-

kan tahun 2013 yang 6 buah. Peningkatan ini juga diikuti

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 51

oleh bertambahnya jumlah mahasiswa dan dosen di

Kabupaten Blora.

Tingkat melek huruf bahasa latin di Kabupaten Blora

tahun 2014 menjadi 83,91% di mana melek huruf kaum

laki-laki sebesar 89,20%, dan untuk perempuan angka

melek hurufnya lebih kecil lagi yaitu hanya 78,86%.

Angka melek huruf dapat dijadikan sebagai indikator

tingkat pendidikan penduduk suatu wilayah, karena

dengan kemampuan tersebut seseorang dapat mempelajari

dan menyerap ilmu pengetahuan. Seseorang dikatakan

melek huruf apabila memiliki kemampuan membaca dan

menulis huruf latin dan atau lainnya. Kemampuan

membaca saja atau kemampuan menulis saja belum

memenuhi syarat untuk dikatakan melek huruf.

Jumlah buta huruf secara total masih banyak terjadi

di kaum Perempuan sebanyak 21,14% sementara untuk

kaum laki-laki hanya 10,80%. Hal ini tidak terlepas

dengan budaya di Kabupaten Blora di mana pencari nafkah

utama adalah kaum laki-laki sehingga pendidikan di

Bab III : Gambaran Umum

52 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

tingkat keluarga lebih diutamakan kaum laki-laki

dibanding dengan perempuan.

Tabel 3.9.Persentase Penduduk Usia 10 th ke atas Menurut

Kemampuan Baca dan Tulis Jenis Kelamin di Kab.Blora Tahun 2014

Kema-puan Baca Tulis

Laki-Laki

Perem-rem-puan

Jumlah Laki-Laki

Perem-rem-puan

Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Bisa 89,20 78,86 83,91 43,54 40,37 83,91

Tidak 10,80 21,14 16,09 5,27 10,82 16,09

Jumlah 100,00 100,00 100,00 48,81 51,19 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Blora.

Dilihat dari data aktifitas sekolah untuk penduduk 5

(lima) tahun ke atas dapat dijelaskan bahwa di tahun 2014

jumlah penduduk yang masih sekolah sebesar 21,94%.Bila

dibanding tahun sebelumnya mengalami

peningkatan.Dengan demikiankesadaran penduduk untuk

mensekolahkan anaknya sudah relatif tinggi sehingga

terjadi peningkatan penduduk yang masih sekolah

dibanding dengan beberapa tahun sebelumnya.

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 53

Tabel 3.10.Penduduk 5 (lima) Tahun Ke Atas Berdasarkan Tingkat Partisipasi Sekolah Tahun 2014

Jenis Kegiatan Laki-Laki Perem-

puan Jumlah

(1) (2) (3) (4) Tidak/belum pernah seko-lah 7,09 15,32 11,29

Masih sekolah 23,68 20,28 21,94

Tidak bersekolah lagi 69,23 64,40 66,77

Sumber : BPS Kabupaten Blora

Dari ketersediaan data di atas maka dapat dilihat

sebaran penduduk yang belum sekolah, masih sekolah dan

tidak bersekolah lagi dan bila dianalisa lebih lanjut dapat

diketahui penyebab tidak /belum sekolahnya disebabkan

oleh faktor apa saja.

Tahun 2014 proporsi penduduk yang tidak/belum

tamat SD mencapai 30,17% dan yang lulus SD mempunyai

proporsi tertinggi yaitu 34,12%. Sedangkan yang terkecil

proporsinya adalah lulusan DI/II/III yaitu sebesar 0,96%.

Bab III : Gambaran Umum

54 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Tabel 3.11.Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kab, Blora Tahun 2014

Tingkat pendidikan L P L + P

(1) (2) (3) (4) Tdk/blm tamat SD 30,57 29,79 30,17

SD/MI 33,29 34,92 34,12

SLTP 18,49 17,49 17,98

SMA/MA 8,43 10,29 9,37

SMK 4,34 3,65 3,99

DI/II/III 1,12 0,81 0,96

DIV/S1/S2 3,77 3,04 3,40

Jumlah 100,0 100,0 100,0

Untuk penduduk yang tamat SD atau kurang masih

cukup banyak, yaitu lebih dari 60%. Masih banyaknya pro-

porsi penduduk di bawah SD ini berpengaruh terhadap

kemampuan yang mereka miliki untuk dapat mendapatkan

penghidupan atau jenis pekerjaan yang layak yang sekali-

gus berdampak terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat

secara umum.

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 55

Bila dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok

tingkat pendidikan dan jenis kelamin maka proporsi pen-

duduk di bawah SD mencapai 64,29% di mana perempuan

mencapai 64,71% dan laki-laki mencapai 63,86%. Pendu-

duk tingkat SD menyumbang paling banyak yaitu sebesar

34,12% di mana laki-laki 33,29% dan perempuan 34,92%.

Tingkat SLTP menyumbang 18,98% di mana laki-

laki menyumbang 18,49% sedangkan perempuan mencapai

17,49%. Untuk tingkat sarjana di Kabupaten Blora masih

relatif sedikit hanya mencapai 3,40% di mana laki-laki

3,77% dan perempuan 3,04%.

Bila menengok dari sisi APM, maka penduduk usia

7-12 tahun yang bersekolah di SD sebesar 96,20%. Semen-

tara itu untuk APM tingkat SLTP sebesar 85,75%. sedang-

kan pada tingkatan SLTA sebesar 66,21%, yang artinya

penduduk usia 16-18 tahun yang sedang sekolah di tingka-

tan SLTA sebanyak 66 orang dari 100 penduduk berumur

16-18 tahun.

Bab III : Gambaran Umum

56 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Tabel 3.12. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah Kabupaten Blora Tahun 2013-2014

Jenis Pendidikan APK APM

2013 2014 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

SD/MI 105,63 111,33 95,36 96,20

SLTP/MTs 96,61 97,27 85,01 85,75

SLTA/SMK/MA 67,55 79,83 58,28 66,21

PT 9,60 9,17 3,70 6,20

3.4. Kondisi Kesehatan

Pembangunan kesehatan diarahkan pada peningka-

tan kualitas : (a) sumber daya manusia; (b) kehidupan dan

usia harapan hidup manusia; (c) kesejahteraan keluarga

dan masyarakat; serta (d) kesadaran masyarakat akan pen-

tingnya pola hidup sehat.Peningkatan kualitas penduduk

secara fisik dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk

dan status kesehatan penduduk.

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 57

Kesehatan merupakan faktor penting dalam pening-

katan kualitas sumber daya manusia dan menjadi penye-

bab langsung maupun tidak langsung keberhasilan bidang-

bidang lain karena dapat digunakan dalam menilai suatu

keberhasilan program kesehatan yang pernah/sedang dila-

kukan seperti program kebijaksanaan penyebaran pelaya-

nan kesehatan kepada semua lapisan masyarakat di selu-

ruh pelosok.

Tabel 3.13.Persentase Penduduk Dirinci Menurut Keluhan Ke-sehatan Sebulan Yang Lalu di Kabupaten Blora Ta-hun 2013-2014

Keluhan Kesehatan Banyaknya

2013 2014 Rata-rata (1) (2) (3) (4)

Ya 57,38 30,66 44,02

Tidak 42,62 69,34 55,98 Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Kab.Blora

Status kesehatan masyarakat/penduduk, salah sa-

tunya dapat diukur dari angka kesakitan.Angka kesakitan

dapat diartikan sebagai persentase banyaknya penduduk

Bab III : Gambaran Umum

58 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

yang mengeluh sakit sehingga tidak dapat melakukan akti-

vitas sehari-hari. Terhadap jumlah penduduk keseluruhan,

yang memiliki keluhan kesehatan mencapai 30,66%.

Sementara angka kesakitan untuk Kabupaten Blora pada

tahun 2014 mencapai 16,89%.

Sepanjang tahun 2014, penyakit kategori lainnya

adalah yang paling banyak dialami oleh penduduk, yakni

mencapai 48,55%. Penyakit lainnya di sini termasuk

penyakit stroke, darah tinggi dan penyakit lainnya yang

tidak termasuk dalam kategori yang tertulis di tabel 3.14.

Selanjutnya, persentase penduduk yang mengalami

penyakit pilek mencapai 16,10%, sedangkan yang terkecil

adalah penyakit diare/buang air hanya2,01%.

Pada tahun 2014 keluhan lainnya meningkat drastis

dibanding dengan tahun 2013, sedangkan untuk keluhan

batuk, pilek dan sakit kepala relatif berkurang. Secara

rata-rata dalam dua tahun terakhir keluhan kesehatan

penduduk di Kabupaten Blora untuk pilek mencapai

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 59

22,69%, lainnya 31,40%, batuk dan panas masing-masing

mencapai 16,74 dan 14,35%.

Tabel 3.14. Persentase Penduduk Menurut Jenis KeluhanKesehatan Utama Selama Sebulan Yang Lalu di Kab,Blora Tahun 2013-2014

Keluhan Kesehatan Tahun

Rata-Rata 2013 2014

(1) (2) (3) (4)

Panas 16,99 11,70 14,35

Batuk 25,31 8,17 16,74

Pilek 29,28 16,10 22,69

Asma/Sesak Napas 1,72 2,53 2,13

Diare/Buang2 Air 0,98 2,01 1,50

Sakit Kepala Berulang 9,44 6,20 7,82

Sakit Gigi 2,04 4,74 3,39

Lainnya 14,25 48,55 31,40

Total 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Blora

Dilihat dari jumlah hari sakit, di tahun 2014 sekitar

60,88% dari seluruh penderita sakit mengalami sakit

Bab III : Gambaran Umum

60 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

selama kurang dari 4 hari disusul yang mengalami sakit

selama 4 - 7 hari sebanyak 27,78%. Sementara itu untuk

yang lebih dari 22 hari mencapai 3,86%. Mereka ini

biasanya dialami oleh penderita stroke, atau penyakit tua

atau komplikasi. Untuk yang mengalami keluhan antara 8

– 14 hari mencapai 5,53% dan terendah keluhan selama 15 –

21 hari hanya mencapai 1,94%.

Tabel 3.15. Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Selama Sebulan Menurut Jumlah Hari Sakit di Kab,Blora Tahun 2013– 2014

Jumlah Hari Sakit Tahun

Rata-Rata 2013 2014

(1) (2) (3) (4) < 4 66,53 60,88 63,71

4 – 7 24,01 27,78 25,90

8 – 14 2,60 5,53 4,07

15 – 21 1,04 1,94 1,49

22 – 30 5,83 3,86 4,85

Total 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Blora

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 61

Berubahnya pola jumlah hari sakit penduduk dapat

disebabkan karena adanya perubahan pola pikir

masyarakat untuk segera berobat baik diobati sendiri

maupun berobat jalan oleh para medis.

Secara rata-rata dua tahun terakhir jumlah hari

sakit terbanyak mencapai 63,71% untuk lama sakit kurang

dari 4 hari ; 25,90% untuk lama sakit 4 – 7 hari ;4,07%

untuk lama sakit mencapai 8 – 14 hari; 4,85% untuk lama

sakit 22 – 30 hari dan terendah 1,49% untuk penduduk

yang mempunyai keluhan dengan lama sakit antara 15

sampai dengan 21 hari.

Kondisi persalinan di Kabupaten Blora di tahun 2014

ini menggambarkan penolong persalinan terakhir lebih da-

ri separuh (sekitar 70,05%) proses kelahiran ditolong oleh

bidan, disusul dokter sebanyak 21,63% dan terakhir tenaga

lainnya sebanyak 8,32%. Bila dibandingkan dengan kondisi

di tahun 2012 peran tenaga kesehatan (dalam hal ini bidan

dan dokter) merupakan penolong utama proses kelahiran.

Bab III : Gambaran Umum

62 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Kesadaran masyarakat akan pentingnya proses ke-

lahiran yang sehat sudah dimiliki oleh sebagian besar pen-

duduk Kabupaten Blora. Disamping itu adanya bidan di

setiap kecamatan bahkan sampai tingkat desa merupakan

upaya untuk mendekatkan tenaga kesehatan terhadap ma-

syarakat terutama masyarakat desa, sehingga kebutuhan

akan pertolongan kesehatan seperti proses kelahiran bisa

ditangani oleh tenaga kesehatan.

Gambar 3.4. Persentase Balita menurut Penolong Persalinan

Terakhir di Kab. Blora 2010-2014

0%

20%

40%

60%

80%

100%

2010 2011 2012 2013 2014

11.35 15.36 13.15 13.77 21.63

63.4278.31 78.8 79.55 70.05

25.236.33 8.05 6.68 8.32

Dokter Bidan Lainnya

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 63

Di tahun 2014 persentase penolong kelahiran balita

oleh dokter meningkat sebesar 7,86% dibanding dengan

tahun 2013. Sementara itu penolong kelahiran bidan

menurun 9,5% dibandingkan tahun 2013. Sedangkan untuk

penolong kelahiran tenaga lainnya menunjukkan

peningkatan.

Perkembangan perilaku masyarakat dalam hal

kesehatan sudah sewajarnya dipelihara dan dikembangkan

agar angka kematian bayi dan angka kematian ibu

melahirkan bisa direduksi atau dikurangi, selain itu peran

desa siaga dan program-program pemberdayaan

masyarakat semakin didekatkan, digiatkan dan

dikembangkan.

3.5. Pendapatan Regional

Perekonomian Kabupaten Blora dalam 5 (lima) tahun

terakhir secara umum menunjukkan arah yang positif,

Pada tahun 2014 mengalami pertumbuhan sebesar 4,43%

lebih rendah dibanding tahun 2013 yang sebesar 5,10%.

Perbaikan perekonomian telah menghasilkan angka yang

Bab III : Gambaran Umum

64 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

positif ini menunjukkan bahwa perekonomian di Kabupa-

ten Blora dalam era otonomi ini dari tahun ke tahun akan

semakin membaik sehingga kemampuan daya beli masya-

rakat juga semakin meningkat. Selain itu barang dan jasa

juga mudah tersedia di pasaran yang selanjutnya lapangan

kerja juga semakin terbuka.

Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi re-

gional Kabupaten Blora dapat diketahui pada nilai yang

tercermin dari besaran PDRB (Produk Domestik Regional

Bruto) dari tahun ke tahun baik menurut harga berlaku

maupun menurut harga konstan. Pada tahun 2014 besaran

PDRB menurut harga berlaku di Kabupaten Blora secara

agregat adalah sebesar 13.006.772 juta rupiah yang

menunjukkan adanya peningkatan jika dibandingkan

dengan tahun 2013 yang mencapai sebesar 11.757.237 juta

rupiah sehingga terjadi kenaikan sebesar 10,63%.

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 65

Gambar 3.5. Persentase Pertumbuhan PDRB Kabupaten Blora Tahun 2010-2014

Pertumbuhan ekonomi sebesar 10,63% ini sebenarnya

belum mencerminkan pertumbuhan yang sebenarnya ka-

rena masih terpengaruh adanya faktor kenaikan harga. Se-

dangkan pertumbuhan ekonomi yang lebih mendekati

dengan keadaan yang sebenarnya dapat dilihat pada per-

tumbuhan atas dasar harga konstan, yaitu mencapai 4,43%.

13.3010.60 9.49 10.50 10.63

5.79

4.26 4.84 5.10 4.43

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

2010 2011 2012 2013 2014

Berlaku Konstan

Bab III : Gambaran Umum

66 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Tabel : 3.16.PDRB Kabupaten Blora Tahun 2010 – 2014

Tahun

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

PDRB Atas Dasar Harga konstan 2010

Nilai (juta rp)

% Pertum- buhan

Nilai (juta rp)

% Pertum- buhan

(1) (2) (3) (4) (5)

2010 8.786.056 13,30 8.786.056 5,79

2011 9.717.743 10,60 9.160.112 4,26

2012 10.639.752 9,49 9.603.310 4,84

2013 11.757.237 10,50 10.093.016 5,10

2014 13.006.772 10,63 10.540.217 4,43

Secara umum, kinerja sektor ekonomi dari waktu ke

waktu terlihat fluktuatif. Pertumbuhan suatu sektor pada

suatu waktu tertentu bisa sangat rendah, tapi di lain waktu

bisa tumbuh sangat tinggi. Kondisi ini perlu mendapatkan

perhatian lebih, mengingat konsistensi kinerja suatu sektor

memegang peran yang sangat penting sebagai salah satu

bahan pertimbangan masuknya modal dari luar.

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 67

3.5.1. Struktur Ekonomi

Dalam periode waktu lima tahun terakhir, Sektor

Pertanian dan Sektor Perdagangan masih merupakan an-

dalan terbesar bagi Kabupaten Blora. Selain itu juga Sektor

Perbankan dan Keuangan, yang mana hal ini dapat dilihat

dari indeks distribusi PDRB. Namun sumbangan sektor ini

relatif menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Dari distribusi antar sektor terlihat bahwa sektor

pertanian dan perdagangan selama lima tahun terakhir

secara umum memperlihatkan penurunan peranan dari

waktu ke waktu terhadap total PDRB. Penurunan peranan

sektor pertanian adalah wajar mengingat lahan pertanian

yang semakin terbatas dan juga kebijakan pemerintah Ka-

bupaten Blora yang giat meningkatkan sektor-sektor di

luar Sektor Pertanian

Sebaliknya, Sektor Industri Pengolahan, jasa

perusahaan, jasa pendidikan, dan jasa kesehatan

mengalami peningkatan. Sektor yang mengalami kenaikan

terbesar dalam sumbangan PDRB 2014 adalah sektor

Bab III : Gambaran Umum

68 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

industri pengolahan yang pada tahun 2013 memberikan

sumbangan 10,27% mengalami kenaikan menjadi 11,41%.

Diketahui bersama bahwa share / sumbangan sektor

pertanian untuk Kabupaten Blora masih terasa sangat

dominan, untuk tahun 2014 yakni sebesar 27,22%. Se-

hingga jika produksi pertanian mengalami kenaikan secara

signifikan maka dimungkinkan PDRB juga mengalami

kenaikan. Demikian juga apabila produksi sektor pertanian

mengalami penurunan maka PDRB mempunyai ke-

cenderungan turun.

Struktur ekonomi suatu wilayah umumnya tidak akan

berubah dalam rentang waktu singkat. Apalagi pada

beberapa wilayah yang sudah mapan, perubahan struktur

ekonomi secara drastis hanya terjadi bila ada suatu

perubahan luar biasa yang terjadi, seperti adanya

penanaman modal secara besar-besaran pada suatu sektor

tertentu, eksploitasi sumber daya alam yang baru, atau

perubahan dalam mengimplementasikan teknologi baru.

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 69

Tabel 3.17. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Blora Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha 2010 – 2014

Sektor/ Lapangan

Usaha 2010 2011 2012 2013 2014

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 30,88 29,71 29,65 29,92 27,22

2 Petambangan dan Penggalian 13,90 15,14 14,12 13,80 14,64

3 Industri Pengolahan 9,65 9,81 10,15 10,27 11,41

4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,07 0,07 0,07 0,07 0,06

5 Pengadaan Air, Penge-lolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

0,05 0,05 0,05 0,04 0,05

6 Konstruksi 4,12 3,94 4,16 4,12 4,32

7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

17,70 17,69 17,13 16,88 16,70

8 Transportasi dan Per-gudangan 2,81 2,57 2,58 2,60 2,76

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3,60 3,47 3,43 3,30 3,43

10 Informasi dan Komuni-kasi 1,19 1,17 1,17 1,13 1,10

11 Jasa Keuangan dan Asuansi 3,09 3,06 3,21 3,20 3,23

12 Real Estate 1,42 1,35 1,33 1,32 1,37 13 Jasa Perusahaan 0,25 0,26 0,27 0,29 0,30

14 Administrasi Pemerin-tahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

4,20 3,91 3,99 3,89 3,81

15 Jasa Pendidikan 3,99 4,81 5,80 6,18 6,45

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,78 0,81 0,89 0,90 0,96

Bab III : Gambaran Umum

70 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Sektor/ Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014

17 Jasa Lainnya 2,29 2,17 2,01 2,07 2,19 T o t a l 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Struktur ekonomi suatu wilayah mencerminkan be-

sarnya peran nilai tambah suatu sektor dalam pembentu-

kan PDRB. Dengan kata lain struktur ekonomi adalah pe-

metaan potensi ekonomi suatu daerah menurut sektor.

Dengan mengetahui struktur ekonomi dapat diketahui

apakah ekonomi suatu daerah didominasi oleh kelompok

sektor primer, sekunder, atau tersier.

Selain paling dominannya sektor pertanian dalam

struktur ekonomi Kabupaten Blora, juga terlihat bahwa

sektor pertambangan dan penggalian, industri pengolahan

dan perdagangan besar dan eceran cukup memiliki andil

yang besar dalam perekonomian.

Dari tabel tersebut juga dapat kita ketahui bahwa

sektor yang perannya paling kecil adalah sektor pengadaan

air, pengelolaan sampah limbah dan daur ulang. Peran sek-

tor ini terhadap total PDRB sampai dengan tahun 2014 be-

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 71

lum pernah mencapai satu persen. Rendahnya peran sektor

ini lebih banyak disebabkan oleh jumlah produksi yang re-

latif stagnan dibanding sektor-sektor yang lain dan per-

tumbuhan sektor ini yang relatif lambat.

Dari tabel di atas juga terlihat sektor-sektor yang

mengalami pengurangan distribusi.Pengurangan ini hanya

berpengaruh terhadap peran sektor terhadap total PDRB di

mana secara fisik alamiah tetap melakukan pertumbuhan

tetapi jumlah pertumbuhannya atau sumbangannya lebih

kecil dibanding dengan tahun sebelumnya. Hal ini

biasanya terjadi pada produk di mana pasar telah jenuh

maka perkembangan produksi tidak secepat pada waktu

booming.

Selain ada kelompok sektor dominan disajikan pula

kelompok sektor produktif, yaitu sektor yang relatif masih

dapat ditingkatkan outputnya karena masih potensial.

Secara umum distribusi sektor produktif tahun 2014

meningkat kecuali pada sektor informasi dan komukasi

Bab III : Gambaran Umum

72 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

dan sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan

jaminan wajib sosial.

Tabel 3.18.Distribusi Persentase Sektor Produktif PDRB di Kabupaten Blora Tahun 2013 – 2014

Sektor/ Lapangan

Usaha

HargaBerlaku Pe-ruba-han

HargaKonstan Perubaruba-han 2013 2014 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Pengadaan Listrik dan Gas 0,07 0,06 -0,01 0,08 0,08 0,00

Pengadaan Air, Pengelolaan Sam-pah, Limbah dan Daur Ulang

0,04 0,05 0,01 0,05 0,05 0,00

Konstruksi 4,12 4,32 0,20 4,18 4,24 0,06

Transportasi dan Pergudangan 2,60 2,76 0,16 2,94 3,12 0,17

Penyediaan Ako-modasi dan Ma-kan Minum

3,30 3,43 0,13 3,56 3,71 0,16

Informasi dan Komunikasi 1,13 1,10 -0,03 1,38 1,49 0,11

Jasa Keuangan dan Asuansi 3,20 3,23 0,03 3,06 3,13 0,08

Real Estate 1,32 1,37 0,05 1,50 1,56 0,06

Jasa Perusahaan 0,29 0,30 0,01 0,29 0,31 0,02

Administrasi Pemerintahan, Per-tahanan dan Jaminan Sosial Wajib

3,89 3,81 -0,08 3,82 3,74 -0,09

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 73

Sektor/ Lapangan

Usaha

HargaBerlaku Pe-ruba-han

HargaKonstan Perubahan

2013 2014 2013 2014

Jasa Pendidikan 6,18 6,45 0,27 5,52 5,96 0,44

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

0,90 0,96 0,06 0,88 0,94 0,07

Jasa Lainnya 2,07 2,19 0,12 2,24 2,38 0,13

J U M L A H 29,12 30,04 0,91 29,50 30,72 1,22

Sumber : PDRB Kabupaten Blora 2013

Selain terbagi dalam 17 kategori, PDRB juga bisa

dikelompokkan berdasarkan output atau input terjadinya

proses produksi. Pengelompokan ini dibedakan menjadi:

1. Kelompok Primer, mencakup sektor pertanian,

kehutanan perikanan dan pertambangan/penggalian.

2. Kelompok sekunder, mencakup sektor industri

pengolahan, pengadaan listrik/gas dan pengadaan air

bersih, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang,

serta bangunan/konstruksi.

3. Kelompok tersier, mencakup sektor perdagangan besar

dan eceran, penyediaan akomodasi dan makan minum,

transportasi dan pergudangan, informasi dan

komunikasi, jasa keuangan dan asuransi, real estate,

Bab III : Gambaran Umum

74 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

jasa perusahaan, administrasi pemerintahan, jasa

pendidikan, jasa kesehatan dan jasa lainnya.

Data PDRB lima tahun terakhir (2010-2014) menun-

jukkan adanya pergeseran kontribusi, di mana peran

kelompok primer yang pada awalnya terlihat sangat

mendominasi secara bertahap bergeser ke kelompok

tersier dan sekunder.

Pada tahun 2014 peran kelompok tersier sudah

mendominasi dengan share sebesar 42,30%. Selanjutnya

disusul kelompok primer sebesar 41,86%. Kemudian yang

terakhir kelompok sekunder sebesar 15,84% dari total

PDRB.

Tabel 3.19.Distribusi Persentase Kelompok Sektor PDRBTahun 2013 – 2014

Sektor/

Lapangan Usaha

Harga Berlaku

Pe-ruba-han

Harga Konstan

Pe-rubahan 2013 2014 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. KELOMPOK

PRIMER 43,72 41,86 -1,86 42,64 40,04 -2,61

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 75

Sektor/ Lapangan

Usaha

Harga Berlaku

Pe-ruba-han

Harga Konstan

Pe-rubahan 2013 2014 2013 2014

2. KELOMPOKSEKUNDER

14,50 15,84 1,34 14,32 15,35 1,03

3. KELOMPOK TERSIER

41,78 42,30 0,52 43,04 44,62 1,58

J U M L A H 100,00 100,00 100,00 100,00

Dari ke tiga kelompok pada tabel 3.19 terlihat bahwa

jika dibandingkan antara tahun 2014 terhadap tahun 2013

baik menurut harga berlaku maupun harga konstan ada

pergeseran andil. Pada kelompok kelompok primer terjadi

penurunan andil, yakni sebesar 1,86% untuk harga berlaku

dan 2,61% untuk harga konstan. Sebaliknya untuk kelom-

pok sekunder dan tersier mengalami peningkatan masing-

masing sebesar 1,34% dan 0,52% untuk harga berlaku.

Untuk harga konstan, penurunan kedua sektor ini

mencapai 1,03% dan 1,58%.

3.5.2 Perkembangan PDRB Per kapita

PDRB per kapita dihitung dengan dua standar harga

yang berbeda, yaitu PDRB perkapita atas dasar harga ber-

Bab III : Gambaran Umum

76 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

lakudan atas dasar harga konstan. PDRB per kapita atas

dasar harga berlaku menggambarkan besarnya rata-rata

produktivitas yang dihasilkan pada suatu waktu tertentu.

Sedangkan PDRB per kapita atas dasar harga konstan

menggambarkan produktivitas penduduk apabila diukur

dengan standar harga tahun 2000.

Meskipun belum dapat mencerminkan tingkat

pemerataan, pendapatan perkapita yang dalam hal ini

digambarkan oleh PDRB perkapita dapat dijadikan salah

satu tolok ukur untuk melihat keberhasilan pembangunan

perekonomian, khususnya tingkat kemakmuran penduduk

pada suatu wilayah secara makro. Tidak hanya

keberhasilan pembangunan dari sisi aspek pertumbuhan

perekonomian suatu wilayah saja akan tetapi lebih jauh

dapat dilihat juga tingkat besarnya PDRB/pendapatan

perkapita khususnya pendapatan perkapita menurut harga

berlaku.

Kenaikan harga barang dan jasa serta naiknya

output dari berbagai barang dan jasa dari beberapa sektor

ekonomi telah meningkatkan pendapatan perkapita,

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 77

Pendapatan/PDRB perkapita atas dasar harga berlaku

selama ini selalu menunjukkan adanya peningkatan dari

tahun ke tahun.

Tabel : 3.20.Perkembangan PDRB Per Kapita Di Kabupaten Blo-

ra Tahun 2010 - 2014

Tahun

Harga Berlaku Harga Konstan 2010

Nilai (Rp,) Pertumbuha

n (%) Nilai (Rp,)

Pertumbu-han (%)

(1) (2) (3) (4) (5) 2010 12.274.375,47 14,46 12.274.375,47 4,42

2011 13.657.546,24 11,27 12.726.114,81 3,68

2012 14.660.698,30 7,35 13.266.060,58 4,24

2013 16.080.071,88 9,68 13.904.971,18 4,82

2014 17.787.168,77 10,62 14.446.015,34 3,89

Rata-rata

10,67 4,21

Sumber : Pendapatan Regional Kabupaten Blora Tahun 2014

Seperti ditunjukkan pada tabel 3.20 dan gambar

3.6, untuk tahun 2014 PDRB perkapita Kabupaten Blora

adalah mencapai sebesar 17.787.169 rupiah. Sementara

pada tahun sebelumnya sebesar 16.080.072 rupiah atau

Bab III : Gambaran Umum

78 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

naik sebesar 10,62%, kenaikan sebesar itu merupakan yang

tertinggi selama kurun waktu tiga tahun terakhir.

Kenaikan pertumbuhan PDRB perkapita pada tahun 2014

ini meningkat di bandingkan tahun sebelumnya, namun

merupakan kenaikan tertinggi ketiga selama lima tahun

terakhir.

Gambar 3.6.Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Blora Tahun 2010 – 2014.

Rata-rata pertumbuhan PDRB per Kapita di

Kabupaten Blora selama enam tahun terakhir (2010- 2014)

sebesar 10,67% atas dasar harga berlaku dan 4,21% atas

dasar harga konstan 2010. Perbedaan perkembangan yang

0

5,000,000

10,000,000

15,000,000

20,000,000

2010 2011 2012 2013 2014

Berlaku Konstan

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 79

mencolok berdasarkan dua standar harga tersebut

menunjukkan bahwa meskipun secara nominal

perkembangan PDRB perkapita sangat pesat, namun

secara riil tidak demikian.

Hal ini menunjukan bahwa perbedaan

perkembangan itu lebih disebabkan oleh pengaruh

perubahan harga dari produk barang dan jasa yang cukup

besar, baik di pasar domestik maupun luar negeri (ekspor).

3.6. Pengeluaran Konsumsi Perkapita

Sejalan dengan PDRB yang mengalami pertumbuhan,

indikator ekonomi makro lain yaitu konsumsi rumah

tangga masyarakat juga menunjukkan hal yang sama. Hasil

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2007-

2014 menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat Blora dari

tahun ke tahun semakin meningkat.

Keadaan ini dapat dilihat pada tabel 3.21.

Peningkatan konsumsi makanan tahun 2009 – 2013 relatif

rendah, tidak melebihi 10%. Tahun 2012 merupakan

Bab III : Gambaran Umum

80 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

peningkatan terendah dalam delapan tahun terakhir, yaitu

4,10%. Untuk tahun 20114 meningkat sebesar 38,95%, lebih

tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Pada tahun 2014 konsumsi non makanan mencapai

3.309.132 rupiah, meningkat 29,17 % dibandingkan tahun

2013 yang sebesar 2.561.820 rupiah. Peningkatan ini lebih

rendah dibanding dengan tahun sebelumnya yang

mencapai 31,46%.

Namun demikian, terjadinya perbaikan

perbandingan pola konsumsi ini tentunya masih jauh dari

angka perbandingan ideal dari konsumsi masyarakat yang

lebih maju. Sebab konsumsi untuk non-makanan yang

mencakup pengeluaran untuk kebutuhan sandang, papan,

kesehatan, pendidikan, dan keperluan lain seperti untuk

upacara dan pesta, tentunya akan lebih besar lagi

proporsinya apabila kondisi ekonomi dan sosial

masyarakat semakin maju, meskipun tahun 2014 ini

pengeluaran non makanan sudah melebihi pengeluaran

makanan. Hal ini disebabkan karena kebutuhan konsumsi

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 81

untuk makanan bersifat terbatas sehingga akan mengalami

kondisi yang stasioner pada titik tertentu meskipun tingkat

pendapatan masyarakat terus meningkat.

Tabel 3.21. Konsumsi Rumah Tangga di Kabupaten Blora Tahun 2007 – 2014

Tahun

KONSUMSI RUMAH TANGGA

Makanan (juta Rp.)

Pertum-

buhan (%)

Non Makanan (juta Rp.)

Per-tum-

buhan (%)

Total (juta Rp.)

Per-tum-

buhan (%)

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]

2007 1.353.377 25,10 995.946 16,22 2.349.323 21,18

2008 1.628.842 20,35 1.134.784 13,94 2.763.626 17,64

2009 1.774.171 8,92 1.279.763 12,78 3.053.934 10,50

2010 1.901.379 7,17 1.435.254 12,15 3.336.633 9,26

2011 2.026.490 6,58 1.667.587 15,12 3.694.077 10,27

2012 2.109.640 4,10 1.948.693 16,86 4.058.333 9,86

2013 2.258.490 7,06 2.561.820 31,46 4.820.310 18,78

2014 3.138.252 38,95 3.309.132 29,17 6.447.384 33,75

Sumber : Susenas dan data diolah

Bab III : Gambaran Umum

82 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

3.7. Ketenagakerjaan

Masalah ketenagakerjaan sesungguhnya mencakup

aspek ekonomi dan juga aspek sosial. Terciptanya lapangan

kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai

sehingga penambahan angkatan kerja yang terjadi, akan

terserap merupakan salah satu sasaran pembangunan

selama ini. Dengan demikian penduduk akan memperoleh

manfaat langsung dari pembangunan.

Banyaknya angkatan kerja yang tidak terserap

dalam lapangan kerja akibat peningkatan jumlah angkatan

kerja yang tidak sebanding dengan peningkatan jumlah

lapangan kerja akan menjadi masalah dalam

pembangunan. Jika masalah pengangguran tidak

mendapatkan perhatian yang serius akan menimbulkan

masalah sosial dalam kehidupan masyarakat.

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 83

3.7.1. Penduduk Usia Kerja

Penduduk Usia Kerja yang dimaksud disini adalah

penduduk yang masuk usia kerja yang disesuaikan dengan

International Labour Organitations (ILO) yaitu berusia 15

tahun keatas, Penduduk usia kerja di Kabupaten Blora

tercatat 651.368 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki

sekitar 316.295 jiwa (48,56%) dan penduduk perempuan

sekitar 335.073 jiwa (51,44%), Jumlah penduduk usia kerja

laki-laki tercatat lebih kecil daripada penduduk usia kerja

perempuan dengan rasio 94,40 yang berarti dari 100 orang

perempuan terdapat 94 orang laki-laki.

Tabel 3.22.Persentase Penduduk Usia Kerja 15 Tahun Keatas MenurutJenis Kelamin Tahun 2013 - 2014

Jenis Kelamin 2013 2014 Rata-rata

(1) (2) (3) (4) Laki-laki 303.134 316.295 309.715

Perempuan 320.497 335.073 327.785

Jumlah 623.631 651.368 637.500

Sumber : BPS Kabupaten Blora

Bab III : Gambaran Umum

84 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Berdasarkan jenis kegiatannya, penduduk usia kerja

dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu : angkatan

kerja (bekerja, mencari pekerjaan); dan bukan angkatan

kerja (sekolah, mengurus rumah tangga, dan kegiatan

lainnya).

3.7.2. Angkatan Kerja

Angkatan kerja pada tahun 2014 menunjukkan

adanya perubahan proporsi pekerja wanita dan laki-laki, di

mana untuk pekerja perempuan meningkat lebih tinggi

dibandingkan laki-laki.Hal ini menunjukkan potensi

perempuan untuk ikut bekerja semakin besar.

Dari data yang ada hasil survei angkatan kerja 2014

menunjukkan potensi tenaga kerja mencapai 68,50% di

mana 65,56% sudah bekerja baik formal maupun informal

dan sebanyak 2,94% sedang mencari pekerjaan.

Secara rata-rata dalam dua tahun terakhir terdapat

3,83% penduduk di Kabupaten Blora mencari pekerjaan.

Dalam mencari pekerjaan termasuk di sini adalah

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 85

kelompok penduduk usia kerja yang sudah bekerja tetapi

masih mencari pekerjaan, penduduk yang sudah diterima

bekerja tetapi belum mulai bekerja ataukah penduduk

dengan kegiatan mengurus rumah tangga maupun lainnya

sambil mencari pekerjaan yang dilakukan secara aktif baik

dicarikan maupun mencari sendiri.

Tabel 3.23. Persentase Penduduk Usia Kerja menurutJenis Kela-min dan Kegiatannya Tahun 2013 - 2014.

Jenis Kegiatan Tahun

2013 2014 Rata-rata

(1) (2) (3) (4) Angkatan Kerja 75,50 68,50 72,00

Bekerja 70,78 65,56 68,17

Mencari Pekerjaan 4,72 2,94 3,83

Bukan Angkatan Kerja 24,50 31,50 28,00

Sekolah 4,67 5,47 5,07

Mengurus Rumah-tangga

14,71 21,03 17,87

Lainnya 5,12 5,00 5,06

Usia Kerja 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Blora

Bab III : Gambaran Umum

86 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

3.7.3. Bukan Angkatan Kerja

Data bukan angkatan kerja tahun 2014 di

Kabupaten Blora mencapai 31,50% yang tersebar dalam

kegiatan sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya

atau tidak melakukan kegiatan apapun yang biasanya sakit

atau sudah lansia. Penduduk yang bersekolah mencapai

5,47% relatif lebih banyak dibanding tahun 2013 yang men-

capai 4,67%. Sementara itu, penduduk yang mengurus

rumah tangga mencapai 21,03% dan lainnya 5,00%.

3.7.4.Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan

tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja untuk kelompok

umur 15 tahun ke atas di tahun 2014 di Kabupaten Blora

secara total mencapai 68,50%, lebih rendah

dibandingkantahun 2013 yang sudah mencapai 75,50%.

Berdasarkan jenis kelamin di tahun 2014 TPAK penduduk

laki-laki jauh lebih besar dari pada TPAK penduduk

perempuan, yaitu masing-masing sebesar 85,41% untuk

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 87

penduduk laki-laki dan hanya 52,54% penduduk

perempuan.

Rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja

perempuan dikarenakan adanya faktor budaya di mana

perempuan masih lebih dominan berperan sebagai ibu

rumah tangga dibanding dengan kegiatan membantu

mencari nafkah. Pada tahun 2014 kegiatan perempuan

yang masuk angkatan kerja mencapai 52,54% relatif

menurun dibanding dengan tahun 2013 yang mencapai

62,84%.

Tabel 3.24. TPAK dan TPT menurut Jenis KelaminDi Kabupaten Blora Tahun 2013– 2014

Jenis Kelamin

TPAK TPT

2013 2014 2013 2014 (1) (2) (3) (4) (5)

Laki-Laki 88,88 85,41 6,10 4,32

Perempuan 62,84 52,54 6,46 4,26

Total 75,50 68,50 6,25 4,30

Sumber : BPS Kabupaten Blora

Bab III : Gambaran Umum

88 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten

Blora Pada tahun 2014 tercatat sebesar 4,30%, relatif

menurun dibanding dengan tahun sebelumnya sebesar

6,25%. Hal ini menunjukkan semakin menurunnya ke-

sempatan kerja di Kabupaten Blora. Bila dilihat dari sisi

gender, terlihat bahwa baik laki-laki maupun perempuan

sama-sama mengalami penurunan tingkat penggangguran.

Hal ini menunjukkan bahwa baik di sektor sektor formal

maupun informal tingkat penyerapan pekerjanya

meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.

3.7.5. Penduduk yang Bekerja

Tabel. 3.25. Persentase Penduduk berdasarkan jenis kegiatannya di tahun 2013 – 2014

Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan

2013 2014 2013 2014 (1) (2) (3) (4) (5)

Bekerja 83,46 81,72 58,78 50,30

Mencari pekerjaan 5,42 3,69 4,06 2,24

Sekolah 4,99 5,70 4,99 5,25

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 89

Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan

2013 2014 2013 2014

Mengurus RT 1,24 3,94 27,45 37,17

Lainnya 5,54 4,64 4,72 5,04

Total 100,00 100,00 100,00 100,00

Berdasarkan kegiatan yang terbanyak selama

seminggu yang lalu penduduk di Kabupaten Blora untuk

kelompok umur lebih dari 15 tahun ke atas untuk

penduduk bekerja secara total hanya mencapai sekitar

65,56%, sekolah 5,47% mengurus rumah tangga 21,03% dan

lainnya hanya mencapai 5,00%.

3.7.5.1. Menurut Golongan Umur

Produksivitas pekerja secara alami dipengaruhi oleh

usia itu sendiri maka dari itu untuk keperluan analisis dan

perencanaan pekerja bisa dikelompokkan menjadi tiga go-

longan/kelompok umur yaitu penduduk usia muda (15 –

Bab III : Gambaran Umum

90 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

24 tahun); penduduk usia prima (25 – 54 tahun); dan pen-

duduk usia tua (55 tahun keatas),

Dari data yang ada di tahun 2014 pekerja Blora lebih

dari 68% pada kelompok usia prima atau produktif se-

dangkan 20,43% di kelompok tua serta 11,30 % di kelompok

usia muda.

Berdasarkan jenis kelamin komposisi pekerja berda-

sarkan kelompok usia mempunyai pola yang sama yaitu

terbanyak di usia prima, peringkat kedua di usia tua dan

terendah terdapat di kelompok usia muda. Pola ini sangat

terkait erat dengan pola sosioekonomi masyarakat Blora di

mana di usia muda kebanyakan masih bersekolah atau be-

lum bertanggungjawab secara penuh terhadap keluarga.

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 91

Tabel 3.26Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Blora Tahun 2014

Umur Jenis Kelamin

L P Jumlah

(1) (2) (3) (4)

15 – 24 12,53 9,42 11,30

25 – 54 66,07 71,63 68,27

55 + 21,40 18,95 20,43

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Blora

3.7.5.2. Menurut Pendidikan Tertinggi yang Dita-

matkan

Mayoritas penduduk bekerja di tahun 2014 adalah

penduduk yang memiliki tingkat pendidikan yang dita-

matkan adalah SD ke bawah yaitu tercatat sekitar 58,23%

relatif turun dengan tahun sebelumnya yang mencapai

59,34%. Untuk tingkat pendidikan SLTP sederajat tercatat

sekitar 15,52%, lebih rendah dibanding tahun sebelumnya

yang mencapai 16,73%.

Bab III : Gambaran Umum

92 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Untuk pekerja dengan tingkat pendidikan SLTA se-

derajat meningkat dari 17,43% menjadi 19,37%. Untuk

tenaga kerja dengan pendidikan sarjana juga sedikit

meningkat dibanding tahun sebelumnya yaitu dari 6,50%

di tahun 2013 menurun menjadi 6,88% di tahun 2014.

Penyebab meningkatnya jumlah pekerja dengan

pendidikan tinggi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor

seperti gaji atau jenis pekerjaan yang dirasa sesuai dengan

apa yang diharapkan, atau masuknya lulusan baru ke pasar

kerja.

Tabel 3.27. Persentase Penduduk Bekerja menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Blora Tahun 2013 – 2014

Jenjang Pendidikan

2013 2014

L P Jumlah L P Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

SD Ke Bawah 53,58 66,87 59,34 53,91 64,84 58,23

SLTP 19,84 12,67 16,73 18,20 11,41 15,52

SLTA 20,29 13,70 17,43 21,37 16,31 19,37

Diploma/Univ. 6,30 6,77 6,50 6,52 7,45 6,88

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 93

Bila dikaji dari pekerja berdasarkan jenis kelamin

dan tingkat pendidikannya dapat digambarkan pekerja

perempuan dengan klasifikasi SD ke bawah relatif lebih

besar dibanding dengan laki-laki. Hal ini menunjukkan

bahwa sumber daya pekerja perempuan di Kabupaten

Blora secara rata-rata masih dibawah SD. Hal ini menjadi

perhatian kita semua untuk dapat memberdayakan dan

meningkatkan kemampuan melalui program-program

pendidikan ketrampilan dan pendidikan luar sekolah. Hal

lain adalah faktor masih adanya pengarusutamaan gender

secara kultural, yaitu perempuan bekerja di ranah domes-

tik.

3.7.5.3. Menurut Lapangan Usaha

Penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha di

Kabupaten Blora tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 3.28.

Sektor pertanian menempati persentase terbesar dalam hal

penyerapan tenaga kerja, yaitu tercatat sekitar 43,09% dan

Bab III : Gambaran Umum

94 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

mengalami penurunan bila dibanding dengan tahun sebe-

lumnya.

Beberapa hal yang bisa menimbulkan hal ini adalah

kesempatan pekerjaan di sektor non pertanian seperti

konstruksi, perdagangan dan jasa-jasa lainnya. Faktor lain

adalah karena adanya pengembangan atau pemanfaatan

lahan hutan menjadi lahan pertanian palawija yang bisa

menyerap tenaga kerja di sektor ini.

Tabel 3.28.Persentase Penduduk Bekerja menurut Lapangan Usaha Dan Jenis Kelamin di Kabupaten Blora Tahun 2013 - 2014

Lapangan Usaha Tahun

2013 2014 Rata-rata

(1) (2) (3) (4)

Pertanian 43,97 43,09 43,53

Pertambangan & Penggalian 1,26 1,74 1,50

Industri 4,46 4,82 4,64

Listrik, gas & air 0,06 0,32 0,19

Konstruksi 5,31 6,70 6,01

Perdagangan 19,93 23,57 21,75

Angkutan & Komunikasi 3,91 3,47 3,69

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 95

Lapangan Usaha Tahun

2013 2014 Rata-rata

Lembaga Keuangan 1,75 1,36 1,56

Jasa 19,36 14,93 17,15

Jumlah 100,00 100,00 100,00

3.7.5.4. Menurut Status Pekerjaan

Pekerja di Kabupaten Blora pada tahun 2014 bila

dilihat dari status pekerjaannya, berusaha dibantu pekerja

tidak tetap atau buruh tidak dibayar dan pekerja dengan

status buruh/karyawan masing-masing menyumbang 23,69

dan 22,83%. Penyumbang terbesar selanjutnya adalah

pekerja tidak dibayar sebesar 20,64% dan berusaha sendiri

17,93%. Masih tingginya angka pekerja berusaha dibanding

buruh tidak dibayar dan pekerja dengan status pekerja tak

dibayar ini dikarenakan sebagain besar penduduk di

Kabupaten Blora masih bekerja dengan basis rumah

tangga. Untuk pekerja bebas dan berusaha dibantu

Bab III : Gambaran Umum

96 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

pekerja dibayar masing-masing menyumbang 12,41 dan

2,50%.

Berdasarkan status pekerjaan, penduduk yang be-

kerja dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu

sebagai pekerja informal dan pekerja formal. Secara kasar

pekerja informal terdiri dari penduduk yang bekerja

dengan status berusaha sendiri, berusaha dengan dibantu

buruh tidak tetap dan pekerja tidak dibayar serta pekerja

bebas, sedangkan pekerja formal terdiri dari penduduk

yang berusaha dibantu buruh tetap, pekerja dibayar atau

karyawan. Di tahun 2014 terdapat gambaran bahwa

pekerja sektor informal masih sangat mendominasi sistem

ketenagakerjaan yaitu menyumbang sebanyak 74,67%

sedangkan sektor formal hanya menyumbang 25,33%.

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 97

Tabel 3.29. Persentase Penduduk Bekerja menurut Status Pe-kerjaan di Kabupaten Blora Tahun 2013– 2014

Status Pekerjaan Tahun

2013 2014 Rata-rata

(1) (2) (3) (4) Berusaha sendiri 16,02 17,93 16,98 Berusaha dibantu buruh ti-dak tetap/tak dibayar 27,78 23,69 25,74

Pekerja tak dibayar 21,85 20,64 21,25

Pekerja bebas 10,64 12,41 11,53

INFORMAL 76,29 74,67 75,48 Berusaha dibantu buruh te-tap/dibayar 1,87 2,50 2,19

Buruh/karyawan/pegawai 21,84 22,83 22,34

FORMAL 23,71 25,33 24,52

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Blora

Fenomena ini menggambarkan bahwa nilai tambah

yang dihasilkan relatif lebih kecil dibanding dengan

daerah-daerah yang lebih banyak pekerja di bidang

formalnya. Hal ini dikarenakan adanya struktur upah di

bidang informal tidak setinggi di bidang formal, sistem

Bab III : Gambaran Umum

98 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

produktifitas sangat tergantung musim, pekerja yang

berkecimpung di sektor informal rata-rata dengan

pendidikan yang relatif rendah.

3.7.5.5. Menurut Jam Kerja

Dari keseluruhan penduduk yang bekerja di Kabu-

paten Blora Tahun 2014 tercatat sekitar 55,22 % penduduk

yang bekerja di atas 35 jam / jam kerja normal. Hal ini

menunjukkan bahwa masih banyak rata-rata pekerja di

Kabupaten Blora merupakan pekerja dengan jam kerja

yang masih kurang.

Untuk penduduk yang bekerja di bawah 35 jam

kerja pada tahun 2014 mencapai nilai 44,78%, pekerja ini

banyak terjadi pada pekerja yang tidak dibayar, atau

pekerja yang tidak tetap di mana dalam satu minggu hanya

bekerja tidak penuh tetapi hanya beberapa hari saja.

Bab III : Gambaran Umum

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 99

Tabel 3.30. Persentase Penduduk Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja Seminggu di Kabupaten Blora Tahun 2012 – 2014

Jam Kerja Tahun

2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) < 35 Jam 55,80 49,23 44,78

35 Jam + 44,20 50,77 55,22

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Blora

Dari data yang ada dapat disimpulkan bahwa sistem

ketenagakerjaan di Kabupaten Blora masih banyak pekerja

yang tidak dibayar dan pekerja bebas yang ditunjukkan

dengan masih banyaknya pekerja yang bekerja di bawah

jam kerja normal.

Bab III : Gambaran Umum

100 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 101

BAB IV INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

4.1 Nilai Indeks Pembangunan Manusia

Data terakhir yang dipublikasi oleh BPS Provinsi Jawa

Tengah yang memuat kondisi IPM dari berbagai daerah

terutama se Eks Karesidenan Pati adalah baru Tahun 2013–

2014. Nilai IPM Kabupaten Blora di tahun 2013 dan 2014

mengalami perubahan karena penghitungannya

menggunakan metode baru. Pada tabel 4.1. disajikan nilai

IPM Kabupaten Blora dan sekitarnya, secara peringkat

tidak mengalami perubahan, yaitu peringkat 28 bila

dibandingkan se Jawa Tengah pada tahun 2013 dan 2014.

Akan tetapi nilai tersebut jika dibandingkan secara

terbatas hanya untuk Kabupaten se eks-Karesidenan Pati

dan Kab. Grobogan, posisi Kabupaten Blora berada pada

posisi paling bawah. Nilai IPM Kabupaten Blora juga masih

berada di bawah jika dibandingkan dengan nilai IPM Jawa

Tengah.

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

102 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Tabel 4.1. Nilai IPM Kabupaten Blora dan Kabupaten Sekitarnya Tahun 2013 – 2014

Kabupaten Nilai IPM

2013 Peringkat

Nilai IPM

2014

Peringka

t

(1) (2) (3) (4) (5) Kab. Grobogan 67,43 19 67,77 19

Kab. Blora 65,37 28 65,84 28

Kab.Rembang 66,84 20 67,40 20

Kab. Pati 66,47 22 66,99 22

Kab. Kudus 71,58 8 72,00 9

Kab. Jepara 69,11 15 69,61 15

Jawa Tengah 68,02 13 68,78 13

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

Bila dibandingkan dengan kabupaten tetangga

sebelah utara seperti Kabupaten Rembang yang berada

diurutan ke 20 di tahun 2013, yang berarti 8 poin lebih

tinggi dibanding Kabupaten Blora yang menduduki urutan

ke 28. Hal ini menunjukkan bahwa program pembangunan

manusia di Kabupaten Blora dari tahun ke tahun belum

mengalami lonjakan seperti yang diharapkan jika

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 103

dibandingkan dengan kabupaten tetangga. Untuk itu

program loncatan atau terobosan pencapaian nilai IPM

yang lebih tinggi dibanding dengan daerah-daerah lainnya

sangat diperlukan dengan strategi pembangunan SDM

yang efektif dan tepat guna.

Angka Harapan Hidup Kabupaten Blora bila

dibandingkan dengan kabupaten sekitar menunjukkan

posisi terendah, walaupun sudah mencapai 73,84,

sementara Kabupaten Kudus merupakan yang tertinggi se

eks karesidenan Pati, yang mencapai 76,40. Sedangkan

untuk Kabupaten Rembang dan Grobogan masing-masing

74,19 dan 74,07.

Harapan Lama Sekolah di Kabupaten Blora tahun

2014 mencapai 11,75 tahun. Dibandingkan dengan daerah

sekitarnya masih lebih baik dari pada Kabupaten Rembang

dan Pati, namun lebih rendah dari Kabupaten Grobogan,

Jepara dan Kudus. Kabupaten Kudus merupakan

Kabupaten yang tertinggi untuk nilai harapan lama sekolah

yang mencapai 12,58 tahun atau setara lulusan SLTA.

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

104 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Angka ini merupakan tugas berat kita semua bisa mengejar

nilai Harapan Lama Sekolah dibanding dengan kabupaten

lainnya. Hal ini tidak hanya faktor pemerintah saja tetapi

dari peran serta masyarakat untuk merubah pola pikir arti

pentingnya pendidikan bagi mereka.

Rata-rata Lama Sekolah mempunyai peran yang

sangat berkaitan dengan angka melek hurufnya.

Penyelesaian masalah di dua bidang ini sangat berkaitan

erat sehingga tidak boleh terpisahkan. Tahun 2014 di

Kabupaten Blora baru mencapai 6,02 tahun sedangkan

untuk Kabupaten Grobogan, Rembang, Pati , Kudus dan

Jepara masing-masing 6,32 tahun; 6,90 tahun; 6,35 tahun;

7,83 tahun dan 7,29 tahun.

Rendahnya nilai bidang pendidikan yaitu Harapan

Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah

mengindikasikan bahwa pembangunan di bidang

pendidikan di Kabupaten Blora harus lebih ditingkatkan,

salah satunya adalah pendidikan dasar 9 tahun.Usaha

mengejar ketertinggalan ini merupakan tugas berat

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 105

pemerintah daerah. Keterlibatan elemen masyarakat

diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan dasar

pembentukan nilai IPM ini. Upaya pemberantasan buta

aksara dan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan

menjadi prioritas bagi pembangunan di bidang

pendidikan.Tidak kalah pentingnya juga adalah

peningkatan kesadaran masyarakat untuk bisa merubah

pola pikir bahwa tidak sekolahpun bisa makan, hidup

seperti ini pun bisa, namun harus dirubah menjadi hidup

sukses perlu pintar dan cerdas.

Pengeluaran perkapita yang disesuaikan di tahun

2014 tercatat sebesar 8.568 ribu rupiah lebih rendah dari

kabupaten sekitarnya yang telah mencapai diatas 9.000

ribu rupiah. Pengeluaran perkapita Kabupaten Blora lebih

rendah dibanding dengan kabupaten lain karena

dipengaruhi oleh harga-harga barang konsumsi sehari-hari

yang lebih rendah dibanding dengan kabupaten lain

karena berbagai faktor seperti sebagai wilayah sentra

bahan makanan, beberapa industri pengolahan dan masih

banyak lagi.

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

106 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Kondisi ekonomi dan tingkat kemampuan ekonomi

yang tinggi akan berpengaruh pada kondisi

ketenagakerjaan. Terbukanya lapangan kerja akan

mengurangi pengangguran. Lapangan pekerjaan yang ada

memberikan balas jasa terhadap pekerja atau karyawan,

sehingga pekerja dengan balas jasa tadi mempunyai

kemampuan untuk membeli atau memiliki daya beli.

Tabel 4.2. Komponen Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Blora dan Kabupaten Sekitarnya Tahun 2013- 2014

Tahun E0

(tahun) EYS

(tahun) MYS

(tahun) PPP

(000 Rp,)

2013

Kab. Grobogan 74,03 12.06 6,83 9,284

Kab. Blora 73,79 11.53 6,46 8,540

Kab. Rembang 74,16 11.24 7,05 8,994

Kab. Pati 75,40 10.93 7,01 9,088

Kab. Kudus 76,39 12.34 8,49 10,082

Kab. Jepara 75,63 12.06 7,58 9,177

2014

Kab. Grobogan 74,07 12.24 6,86 9,303

Kab. Blora 73,84 11.75 6,55 8,568

Kab. Rembang 74,19 11.46 7,30 9,013

Kab. Pati 75,43 11.24 7,04 9,106 71,01 82,36 6,02 629,88 71,01 82,36 6,02 629,88

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 107

Kab. Kudus 76,40 12.58 8,49 10,102

Kab. Jepara 75,64 12.25 7,70 9,195

Dengan adanya ke empat faktor penentu IPM ini

maka secara komulatif nilai IPM Kabupaten Blora tahun

2014 mencapai 65,84. Nilai ini paling rendah dibanding

dengan Kabupaten Grobogan 67,77, Kabupaten Rembang

67,40, Kabupaten Pati 66,99, Kudus 72,00 dan Jepara 69,61.

Di provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Blora

menduduki urutan ke 28 sementara untuk Kabupaten

Grobogan urutan ke 19, Rembang urutan ke 20, Pati urutan

ke 22 , Kudus dan Jepara masing-masing urutan ke 9 dan

15.

Angka shortfall merefleksikan “prestasi”

pencapaian, semakin tinggi prestasi angka shortfall,

semakin tinggi prestasi pencapaiannya. Sebagai ilustrasi,

Kabupaten Blora di tahun 2014 ini memiliki nilai shortfall

sebesar 1,36. Ini merupakan yang terendah kedua setelah

Kabupaten Grobogan. Ini menunjukkan bahwa

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

108 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

pembangunan sumber daya manusia di Kabupaten Blora

lebih baik dari pada di Kabupaten Grobogan.

Walaupun ada daerah yang mengalami kenaikan

IPM yang sama, tetapi angka shortfall untuk masing-

masing daerah belum tentu sama. Hal ini terjadi karena

pengaruh dari IPM sebelumnya, secara logis meningkatkan

angka IPM lebih sukar bagi wilayah yang memiliki IPM

lebih tinggi. Maka prestasi pencapaian untuk kenaikan

yang sama sepantasnya lebih tinggi nilainya bagi wilayah

yang memiliki IPM lebih tinggi. Hal itulah yang tercermin

dari angka shortfall.

Nilai shortfall Kabupaten Blora dibanding dengan

nilai Provinsi Jawa Tengah di Tahun 2014 juga lebih

rendah. Hal ini membuktikan bahwa program

pembangunan sumber daya manusia secara rata-rata

provinsi masih lebih baik. IPM Provinsi Jawa Tengah

sudah mencapai 68,78 sedangkan IPM Kabupaten Blora

baru mencapai 65,84. Hal ini mengindikasikan adanya

beberapa komponen penentu IPM Kabupaten Blora masih

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 109

tertinggal dari Kabupaten lainnya. Untuk itu kerja keras

dan efektifitas program pembangunan sangat dibutuhkan

agar bisa memacu pencapaian dalam mengejar

ketertinggalan dengan daerah lain.

Tabel 4.3. IPM dan Shortfall Kabupaten Blora dan Kabupaten Sekitarnya

Kabupaten IPM

Shortfall 2013 2014

(1) (2) (3) (4)

Grobogan 67,43 67,77 1.04

Blora 65,37 65,84 1.36

Rembang 66,84 67,40 1.69

Pati 66,47 66,99 1.55

Kudus 71,58 72,00 1.48

Jepara 69,11 69,61 1.62

Jawa Tengah 68,02 68,78 2,38

Sumber : BPS Provinsi Jateng

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

110 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

4.2 Analisis Manajemen Indeks Pembangunan Manusia

Dari hasil tabulasi beberapa komponen penyusun

pembentuk Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten

Blora Tahun 2014 tidak jauh berbeda dibanding dengan

tahun 2013. Kondisi ini dapat dilihat dalam bentuk tabel

maupun grafik sehingga akan mempermudah proses

pembacaan dan analisisnya.

Pengkajian Indeks Pembangunan Manusia akan

mencakup tiga unsur penting pembentuk nilai IPM.

Maksud dan tujuannya adalah menunjukkan adanya

indikator out put dari suatu proses kegiatan pembangunan

yang diterapkan di suatu wilayah.

Mengacu rekomendasi dari UNDP untuk mengukur

tingkat pemenuhan ke tiga unsur di atas, UNDP menyusun

suatu indeks komposit berdasarkan pada tiga indikator

yaitu Angka Harapan Hidup (AHH); Harapan Lama

Sekolah penduduk dewasa (EYS) dan Rata-rata Lama

Sekolah (MYS) dan Purchasing Power Parity (PPP)

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 111

merupakan ukuran pendapatan yang sudah disesuaikan

dengan paritas daya beli.

Menurut UNDP upaya ke arah ”perluasan pilihan”

hanya mungkin dapat direalisasikan jika penduduk paling

tidak memiliki peluang berumur panjang dan sehat,

pengetahuan ketrampilan yang memadai dan peluang

untuk merealisasikan pengetahuan yang dimiliki dalam

kegiatan yang produktif (misalnya dapat bekerja dan

memperoleh uang sehingga memiliki daya beli). Dengan

kata lain, tingkat pemenuhan ke tiga unsur tersebut sudah

dapat merefleksikan secara minimal tingkat keberhasilan

pembangunan suatu daerah.

Angka Harapan Hidup (AHH) yang mengalami

peningkatan dari 73,79 tahun pada tahun 2013 menjadi

73,84 tahun pada tahun 2014 menunjukkan bahwa

pengaruh program pembangunan kesehatan seperti

penambahan prasarana dan sarana penunjang kesehatan

dapat dirasakan meskipun dalam tempo yang relatif lama.

Hal ini dikarenakan faktor pola hidup masyarakat lebih

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

112 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

dominan dibanding dengan pelayanan kesehatan yang

bersifat sementara dan hanya menyentuh masyarakat yang

mempunyai keluhan. Sedangkan untuk masyarakat yang

berpotensi penyakit karena tidak mempunyai keluhan

maka tidak datang ke tempat pelayanan kesehatan.

Dampak jangka panjang yang nantinya akan

berdampak positif terhadap angka harapan hidup adalah

kegiatan yang berawal mulai dari kesehatan ibu dan anak,

yaitu perawatan wanita usia subur, ibu hamil, sampai balita

sangat berpengaruh terhadap meningkatnya angka

harapan hidup ini. Gejala ini dapat dilihat dari perubahan

pola piramida penduduk di Kabupaten Blora yang

berkembang menyerupai botol tidak seperti periode tahun

1990 yang masih menggambarkan seperti piramida lancip

dimana usia muda akan banyak berkurang di usia tuanya.

Indikator kedua dan ketiga dari IPM yaitu Harapan

Lama Sekolah (EYS) dan Rata-rata Lama Sekolah (MYS)

yang merupakan komponen indeks pendidikan. Kedua

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 113

indikator pendidikan ini diharapkan mencerminkan

tingkat pengetahuan dan ketrampilan penduduk.

Harapan Lama Sekolah (EYS) sebagai komponen

IPM yang cukup penting. Konsep EYS didefinisikan sebagai

rata-rata harapan lama sekolah untuk penduduk di susatu

wilayah. Angka ini menggambarkan harapan lama sekolah

untuk penduduk berumur 7 tahun ke atas. Angka ini

berhubungan erat dengan partisipasi sekolah penduduk

menurut kelompok umur. Sehingga erat kaitannya dengan

program wajib belajar 9 tahun. Namun masih ada

kelemahannya, karena belum mengcover anak sekolah

yang masuk SD pada usia 5 atau 6 tahun.

Data yang ada tahun 2013 menunjukan EYS

Kabupaten Blora 11,53 tahun dan pada tahun 2014 sedikit

mengalami peningkatan menjadi 11,75 tahun. Faktor yang

menjadi kendala kurang cepatnya peningkatan ini karena

beberapa faktor. Luasnya wilayah menjadikan kendala

jarak tempuh ke fasilitas sekolah, di luas fasilitas

transportasi yang masih belum mendukung. Fasilitas

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

114 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

sekolah yang ada juga belum menyebar dan

mengakomodir sesuai kendala yang ada.

Selain melek huruf, indikator pendidikan lain yang

digunakan dalam penghitungan IPM adalah rata-rata lama

sekolah (MYS). Indikator ini memberikan gambaran

tentang rata-rata waktu yang dijalani penduduk dalam

kegiatan pembelajaran secara formal.

Populasi yang digunakan UNDP dalam menghitung

MYS dibatasi pada penduduk berusia 25 tahun ke atas.

Batasan itu diperlukan agar angkanya lebih mencerminkan

kondisi sebenarnya mengingat penduduk yang berusia

kurang dari 25 tahun masih dalam proses sekolah sehingga

belum layak ditanyakan MYS nya.

Rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Blora

tahun 2014 sebesar 6,02 tahun.Hal ini berarti belum banyak

perubahan yang menunjukkan bahwa masyarakat Blora

tingkat pendidikannya tidak jauh berbeda dengan tahun

sebelumnya yang sebesar 5,90 tahun, yaitu masih setaraf

tingkat SD. Bila angka ini dikonversikan ke jenjang

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 115

pendidikan maka dapat dikatakan secara rata-rata

penduduk Kabupaten Blora sudah menduduki kelas 6

SD/MI.

Untuk mendalami penyebab rendahnya angka lama

sekolah ini perlu dilihat banyak faktor seperti faktor

komposisi umur suatu daerah. Semakin banyak komposisi

umur tuanya maka penanganan yang dilakukan harus

berbeda dengan komposisi penduduk yang banyak di

kaum muda atau balitanya. Selain itu juga perlu dilihat

faktor budaya masyarakat dimana pendidikan bukan

merupakan faktor utama mencapai kebahagian atau

kekayaan, maka penanganan penyediaan fasilitas

pendidikan tidak efektif diterapkan.

Paritas daya beli (Purchasing Power Parity/PPP)

memberikan gambaran tentang kemampuan masyarakat

dalam mengakses sumber daya ekonomi dalam arti luas.

Semakin meningkat pendidikan seseorang diharapkan

paritas daya belinya semakin meningkat pula. Namun

hubungan ini tidak selalu benar, terutama bila tingkat

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

116 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

pendapatan masih lebih rendah dari tingkat kenaikan

harga secara umum atau adanya pengaruh inflasi.

Tabel. 4.7. Konsumsi Rumah Tangga di Kabupaten Blora tahun 2010 – 2014 dan Persentase Pertumbuhannya.

Tahun

KONSUMSI RUMAH TANGGA

Makanan (juta Rp.)

Pertum-

buhan (%)

Non Makana

n (juta Rp.)

Pertum-

buhan (%)

Total (juta Rp.)

Pertum-

buhan (%)

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]

2010 1.901.379 7,17 1.435.254 12,15 3.336.633 9,26

2011 2.026.490 6,58 1.667.58

7 15,12 3.694.077 10,27

2012 2.109.640 4,10 1.948.693 16,86 4.058.33

3 9,86

2013 2.258.490 7,06 2.561.82

0 31,46 4.820.310 18,78

2014 3.138.252 38,95 3.309.132 29,17 6.447.384 33,75

Penduduk dengan tingkat pendapatan yang sama

belum tentu mempunyai paritas daya beli yang sama bila

tempat tinggalnya berbeda.

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 117

4.3 Langkah/Upaya untuk Meningkatkan IPM

Langkah-langkah/upaya yang akan dilakukan oleh

Pemerintah Kabupaten Blora untuk meningkatkan nilai

IPM telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan

Daerah Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten

Blora tahun 2011 - 2015. adalah sebagai berikut :

4.3.1. Kebijakan Umum Pelaksanaan Pembangunan di Kabupaten Blora

dalam kurun waktu 5 tahun terbagi menjadi tiga tahapan pembangunan, yaitu tahap penyelarasan (2011), tahap peningkatan kualitas pelayanan publik (2012-2013), dan tahap perwujudan masyarakat Blora yang sejahtera (2014-2015).

Pada tahun 2014 lebih menekankan pada peningkatan kemampuan masyarakat Blora dalam upaya memiliki daya saing serta kesiapan pengelolaan hasil-hasil produksi pertanian dan sumberdaya alam. Kebijakan prioritas pembangunan pada tahap perwujudan masyarakat Blora sejahtera adalah sebagai berikut:

1. Penguatan pengelolaan potensi ekonomi lokal 2. Peningkatan ketrampilan dan kewirausahaan 3. Peningkatan kualitas pelayanan public

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

118 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

4.3.2. Kebijakan Khusus atau Indikasi Rencana Prog-ram Prioritas.

A. Pendidikan Murah dan Bermutu sampai ke

Jenjang Pendidikan Menengah

Dengan program dan kegiatan prioritas sebagai berikut:

1. Program PAUD a. Pembangunan gedung sekolah b. Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini

2. Program pendidikan Dasar a. Pemberian Biaya Operasional Sekolah

kepada siswa SD dan SMP b. Pembinaan minat, bakat dan kreativitas

siswa

3. Program Pendidikan Menengah a. Penyediaan Bantuan Operasional

Manajemen Mutu (BOMM) b. Penyediaan beasiswa bagi keluarga tidak

mampu c. Pembinaan minat bakat dan prestasi siswa

tingkat SMA

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 119

B. Pelayanan Kesehatan Dasar

1. Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak

a. Penyuluhan kesehatan bagi Ibu hamil dari keluarga kurang mampu

b. Perawatan secara berkala bagi Ibu hamil bagl keluarga kurang mampu

c. Pertolongan persalinan bagi Ibu dari keluarga kurang mampu.

2. Program Upaya Kesehatan Masyarakat

a. Pelayanan kesehatan dasar gratis di puskesmas

b. Pelayanan kesehatan rujukan bagi penduduk miskin sampai klas 3 di badan rumah sakit RS. Dr. Soetijono Blora dan RS. Dr. R. Soeprapto Cepu.

3. Program perbaikan gizi masyarakat

a. Pemberian tambahan makanan dan vitamin

b. Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A dan kekurangan zat gizi mikro lainnya

c. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi.

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

120 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

4. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular

a. Penyemprotan/fogging sarang nyamuk b. Pelayanan pencegahan dan

penanggulangan penyakit menular c. Pencegahan penularan penyakit

endemik/epidemik

5. Program Standarisasi pelayanan kesehatan

a. Penyusunan standar pelayanan kesehatan b. Penyusunan standar analisis belanja

pelayanan kesehatan

6. Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan Jaringannya

a. Peningkatan puskesmas menjadi puskesmas rawat inap

C. Perbaikan dan Pembangunan Infrastruktur sampai ke Pedesaan.

1. Program Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jalan

dan Jembatan a. Rehabilitasi/Pemeliharaan jalan

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 121

b. Rehabilitasi/pemeliharaan jembatan

2. Program Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-gorong

a. Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong

3. Program Pembangunan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya

a. Pembangunan jaringan irigasi b. Pembangunan embung

4. Program pembangunan infrastruktur perdesaaan

a. Pembangunan jalan dan jembatan perdesaan

b. Pembangunan sarana dan prasarana air bersih perdesaaan

B. Peningkatan Produktivitas Pertanian dan Pemasaran hasil Pertanian.

1. Program peningkatan produksi pertanian

a. Penyuluhan peningkatan produksi pertanian

b. Penyediaan sarana produksi pertanian c. Pengembangan bibit unggul pertanian

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

122 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

2. Peningkatan Produksi Hasil Peternakan a. Pembangunan sarana dan Prasarana

Pembibitan Ternak b. Pembibitan dan Perawatan Ternak c. Pengembangan Agribisnis Peternakan

3. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

a. Penyuluhan dan pendampingan petani dan pelaku agrobisnis.

4. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/ Perkebunan

a. Penyuluhan distribusi pemasaran atas hasil produksi pertanian/perkebunan masyarakat

C. Penciptaan Iklim Investasi dan Lapangan Kerja bagi masyarakat

1. Program Peningkatan Promosi dan

Kerjasama Investasi a. Peningkatan promosi dan kerjasama

investasi

2. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi a. Pengembangan sistem informasi penanaman

modal b. Penyederhanaan prosedur perijinan dan

peningkatan pelayanan penanaman modal

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 123

D. Peningkatan perekonomian lokal dengan mendorong UMKM dan pasar tradisional.

1. Program Pengembangan Sistem Pendukung

Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah a. Pengembangan klaster bisnis b. Penyelenggaraan pembinaan industri rumah

tangga, industri kecil dan industri menengah c. Penyelenggaraan promosi produk usaha

mikro, kecil, dan menengah

2. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah a. Fasilitasi bagi industri kecil dan menengah

terhadap pemanfaatan sumber daya b. Pembinaan industri kecil dan menengah

dalam memperkuat jaringan klaster industri

3. Program Penataan Struktur Industri a. Penyediaan sarana maupun prasarana klaster

industri

4. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri a. Pengembangan pasar dan dan distribusi

barang/produk b. Rehabilitasi/pemeliharaan pasar daerah

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

124 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

E. Perwujudan Reformasi Birokrasi 1. Program Peningkatan Sistem Pengawasan

Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Kepala Daerah a. Pelaksanaan pengawasan internal secara

berkala b. Tindak lanjut hasil temuan pengawasan

2. Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah a. Intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-

sumber pendapatan daerah 3. Program Peningkatan Kapasitas Sumber

Daya Aparatur a. Pendidikan dan pelatihan fungsional bagi

PNS Daerah 4. Program Penataan Administrasi

Kependudukan a. Peningkatan pelayanan publik dalam bidang

kependudukan

F. Perlindungan Terhadap Kelestarian Alam

1. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup a. Pemantauan kualitas lingkungan b. Peningkatan pengelolaan lingkungan

pertambangan

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 125

2. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup a. Pemantauan kualitas lingkungan b. Peningkatan pengelolaan lingkungan

pertambangan

G. Perwujudan Menjunjung Tinggi Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Berpendapat

1. Program Pendidikan Politik Masyarakat a. Penyuluhan Kepada Masyarakat b. Koordinasi forum-forum diskusi politik

4.3.2. Program Pembangunan

Untuk dapat mewujudkan dari visi dan misi Bupati Periode 2010 – 2015 maka dari rencana strategis pembangunan dijabarkan dalam suatu program di bagi sesuai urusan masing-masing SKPD , di Kabupaten Blora dengan rincian sebagai berikut :

Adapun program-program pembangunan dalam rangka peningkatan Sumber Daya Manusia di Kabupaten Blora dibedakan dalam 2 (dua) jenis program, yaitu :

A. Pelayanan Urusan Wajib

1. Pendidikan

a. Program pendidikan anak usia dini

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

126 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

b. Program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun

c. Program pendidikan menengah d. Program pendidikan non formal e. Program pendidikan luar biasa f. Program peningkatan mutu pendidik dan

tenaga kependidikan g. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan

2. Kesehatan

a. Program obat dan perbekalan kesehatan b. Program Upaya Kesehatan Masyarakat c. Program peningkatan keselamatan ibu

melahirkan dan anak d. Program perbaikan gizi masyarakat e. Program promosi kesehatan dan

pemberdayaan masyarakat f. Program peningkatan pelayanan kesehatan

anak balita g. Program pengembangan lingkungan sehat h. Program pencegahan dan penanggulangan

penyakit i. Program standarisasi pelayanan kesehatan j. Program pelayanan kesehatan penduduk

miskin k. Program kemitraan peningkatan pelayanan

kesehatan l. Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan

Sarana dan Prasarana Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan Jaringannya

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 127

m. Program Pengadaan Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit

n. Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit.

3. Pekerjaan Umum a. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan b. Program Pembangunan saluran

drainase/gorong-gorong c. Program Pembangunan turap/talud/brojong d. Program rehabilitasi/pemeliharaan Jalan dan

Jembatan e. Program rehabilitasi/pemeliharaan

talud/bronjong f. Program inspeksi kondisi Jalan dan Jembatan g. Program tanggap darurat Jalan dan Jembatan h. Program Pembangunan sistem informasi/data

base jalan dan jembatan i. Program peningkatan sarana dan prasarana

kebinamargaan, j. Program pengembangan dan pengelolaan

jaringan irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya

k. Program penyediaan dan pengolahan air baku l. Program pengembangan, pengelolaan dan

konversi sungai, danau dan sumber daya air lainnya

m. Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah

n. Program pengendalian banjir

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

128 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

o. Program pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh

p. Program pembangunan infrastruktur perdesaaan.

4. Perumahan Rakyat a. Program pengembangan perumahan b. Program lingkungan sehat c. Program pemberdayaan komunitas

perumahan d. Program perbaikan perumahan akibat

bencana alam/sosial e. Program pengelolaan areal pemakaman.

5. Penataan Ruang

a. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan

b. Program perencanaan tata ruang c. Program Pemanfaatan Ruang d. Program pengendalian pemanfaatan ruang e. Program Pengelolaan ruang terbuka hijau

(RTH).

6. Perencanaan Pembangunan a. Program Pengembangan Data/Informasi b. Program kerjasama pembangunan c. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan d. Program Perencanaan Pengembangan

Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 129

e. Program Perencanaan Pengembangan Kota - Kota Menengah dan Besar

f. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan Pembangunan Daerah

g. Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi

h. Program Perencanaan Sosial dan Budaya i. Program Perencanaan Pembangunan Daerah j. Program Perencanaan Prasarana Wilayah

dan Sumber Daya Alam k. Program perencanaan pembangunan daerah

rawan bencana

7. Perhubungan a. Program Pembangunan Prasarana dan

Fasilitas Perhubungan b. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan

Prasarana dan Fasilitas LLAJ c. Program peningkatan pelayanan angkutan d. Program peningkatan dan pengamanan lalu

lintas e. Program peningkatan kelaikan

pengoperasian kendaraan bermotor.

8. Lingkungan hidup a. Program Pengendalian Pencemaran dan

Perusakan Lingkungan danProgram Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam.

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

130 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

b. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam

c. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA dan LH

d. Program Peningkatan Pengendalian Polusi e. Program Pengembangan Ekowisata Dan Jasa

Lingkungan.

9. Pertanahan a. Program pembangunan sistem pendaftaran

tanah b. Program penataan penguasaan, pemilikan,

penggunaan dan pemanfaatan tanah c. Program penyelesaian konflik-konflik

pertanahan 10. Kependudukan Dan Pencatatan Sipil

a. Program Penataan Administrasi Kependudukan.

11. Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak a. Program keserasian kebijakan peningkatan

kualitas Anak dan Perempuan b. Program Penguatan Kelembagaan

Pengarusutamaan Gender dan Anak c. Program Peningkatan Kualitas Hidup dan

Perlindungan Perempuan d. Program Peningkatan Peran Serta Dan

Kesertaan Gender Dalam Pembangunan

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 131

e. Program Penguatan Kelembagaan Pengarustamaan Gender Dan Anak.

12. Keluarga Berencana Dan Keluarga Sejahtera a. Program Keluarga Berencana b. Program kesehatan reproduksi remaja c. Program pelayanan kontrasepsi d. Program pembinaan peran serta masyarakat

dalam pelayanan KB/KR yang mandiri e. Program promosi kesehatan ibu, bayi, dan

anak melalui kelompok kegiatan di masyarakat

f. Program pengembangan pusat pelayanan informasi dan konseling KRR

g. Program peningkatan penanggulangan narkoba, PMS termasuk HIV/AIDS

h. Program pengembangan bahan informasi tentang pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak

i. Program pengembangan model operasional BKB-Posyandu-PADU

j. Program Penyiapan Tenaga Pendamping Kelompok Bina Keluarga

13. Sosial

a. Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

132 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

b. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial

c. Program Pembinaan Panti Asuhan / Panti Jompo,

d. Program Pembinaan Eks Penyandang Penyakit Sosial (Eks Narapidana, PSK, Narkoba dan Penyakit Sosial Lainnya)

e. Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial

14. Ketenagakerjaan

a. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja

b. Program Peningkatan Kesempatan Kerja c. Program Perlindungan Pengembangan

Lembaga Ketenagakerjaan

15. Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah a. Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil

Menengah yang Kondusif b. Program Pengembangan Kewirausahaan dan

Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah

c. Program Pengembangan Sistem Pendukung Bagi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah

d. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 133

16. Penanaman Modal a. Program Peningkatan Promosi dan

Kerjasama Investasi b. Program peningkatan iklim investasi dan

realisasi Investasi c. Program Penyiapan Potensi Sumberdaya,

Sarana Dan Prasarana Daerah

17. Kebudayaan a. Program Pengembangan Nilai Budaya b. Program Pengelolaan Kekayaan Budaya c. Program Pengelolaan Keragaman Budaya d. Program Pengembangan Kerjasama

Pengelolaan Kekayaan Budaya.

18. Kepemudaan Dan Olah Raga a. Program Pengembangan dan Keserasian

Kebijakan Pemuda b. Program Peningkatan Peran Serta

Kepemudaan c. Program Peningkatan Upaya Penumbuhaan

Kewirausahaan dan Kecakapan Hidup Pemuda

d. Program Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba

e. Program Peningkatan Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah raga

f. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

134 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

g. Program Pengembangan Kebijakan Manajemen Olah Raga.

19. Kesatuan Bangsa Dan Politik Dalam Negeri

a. Program pendidikan politik masyarakat b. Program pengembangan wawasan

kebangsaan c. Program Pemeliharaan Kamtramtibmas Dan

Pencegahan Tindak Kriminal d. Program Kemitraan Pengembangan

Wawasan Kebangsaan e. Program Pemberdayaan Masyarakat Untuk

Menjaga Ketertiban Dan Keamanan f. Program peningkatan keamanan dan

kenyamanan lingkungan g. Program peningkatan pemberantasan

penyakit masyarakat (pekat) h. Program pencegahan dini dan

penanggulangan korban bencana alam i. Program Peningkatan Kesiagaan Dan

Pencegahan Bahaya Kebakaran

20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian Dan Persandian a. Program peningkatan kapasitas lembaga

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah b. Program peningkatan pelayanan kedinasan

kepala daerah/wakil kepala daerah

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 135

c. Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah

d. Program Pembinaan Dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Kabupaten/Kota

e. Program Pembinaan Dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Desa

f. Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH

g. Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur Pengawasan

h. Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi

i. Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah

j. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan

k. Program Pendidikan Kedinasan l. Program peningkatan kapasitas sumberdaya

aparatur m. Program Pembinaan dan Pengembangan

Aparatur daerah n. Program Kelembagaan Perangkat Daerah o. Program Ketatalaksanaan Perangkat Daerah p. Program Pendayagunaan Aparatur Daerah q. Program Koordinasi Bidang Administrasi

Pembangunan r. Program Pelayanan d an Perijinan Terpadu s. Program Koordinasi Terpadu Bidang

Perekonomian

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

136 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

t. Program Koordinasi Bidang Tata Pemerintahan

u. Program Koordinasi Bidang Pemerintahan Desa

v. Program Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat

w. Program Koordinasi Bidang Kehumasan x. Program Penyelenggaraan Keprotokolan

Daerah y. Program Sandi Dan Telekomunikasi z. Program Koordinasi Dan Pelayanan Pada

Kecamatan aa. Program Koordinasi Dan Pelayanan Pada

Kelurahan

21. Ketahanan Pangan a. Program Peningkatan Ketahanan Pangan

22. Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa a. Program Peningkatan Keberdayaan

Masyarakat Perdesaan b. Program peningkatan partisipasi masyarakat

dalam membangun desa

c. Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa

d. Program peningkatan peran perempuan di perdesaan

e. Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 137

23. Statistik a. Program Pengembangan Data/Informasi/

Statistik Daerah

24. Kearsipan a. Program Perbaikan Sistem Administrasi

Kearsipan b. Program penyelamatan dan pelestarian

dokumen/arsip daerah c. Program pemeliharaan rutin/berkala sarana

dan prasarana kearsipan d. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan

Informasi 25. Komunikasi Dan Informatika

a. Program Pengembangan komunikasi, informasi dan media massa

b. Program pengkajian dan penelitian bidang komunikasi dan informasi

c. Fasilitasi peningkatan SDM bidang komunikasi dan Informasi

d. Kerjasama informasi dan media massa e. program penguatan kelembagaan dalam

pengelolaan komunikasi dan informasi daerah

f. Program peningkatan kapasitas SDM aparatur pada SKPD yang menangani urusan bidang komunikasi dan informasi di daerah

g. Program peningkatan tata laksana komunikasi dan informatika daerah

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

138 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

26. Perpustakaan a. Program Pengembangan Budaya Baca dan

Pembinaan Perpustakaan b. Program Penyelamatan dan Pelestarian

Koleksi Pustaka

B. Pelayanan Urusan Pilihan 1. Pertanian

a. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani b. Program peningkatan pemasaran hasil

produksi pertanian/perkebunan c. Program peningkatan penerapan teknologi

pertanian/perkebunan d. Program Pemberdayaan Penyuluh Lapangan e. Program peningkatan produksi

pertanian/perkebunan f. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit

Ternak g. Peningkatan Produksi Hasil Peternakan h. Peningkatan Penerapan Teknologi

Peternakan i. Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi

Peternakan j. Program pengembangan jaringan irigasi k. Program Pengembangan pertanian organik l. Program peningkatan kapasitas kelembagaan

petani m. Program penyediaan sarana produksi

pertanian

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 139

n. Program pencegahan dan penanggulangan hama dan penyakit pertanian/perkebunan

2. Kehutanan

a. Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan

b. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan

c. Program Pelayanan Publik Urusan Kehutanan

d. Program pengembangan Sistem Informasi Geografi Kehutanan

e. Program Pemanfaatan Kawasan Hutan Industri

f. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan g. Program Pembinaan dan Penertiban Industri

Hasil Hutan h. Program Perencanaan Dan Pengembangan

Hutan i. Program Pelayanan Publik Urusan Kehutanan j. Program Pengendalian Kebakaran Hutan

3. Energi dan sumber daya mineral

a. Program pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan

b. Program pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan

c. Program peningkatan pelayanan usaha pertambangan

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

140 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

d. Program peningkatan regulasi energi sumber daya dan mineral

e. Program pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan

f. Program pengelolaan dan pengembangan potensi dan teknologi geologi

4. Pariwisata

a. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata

b. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata c. Program Pengembangan Kemitraan

5. Perikanan a. Program pengembangan budidaya perikanan b. Program pengembangan perikanan tangkap c. Program Pengembangan Sistem Penyuluhan

Perikanan d. Program Optimalisasi Pengelolaan Dan

Pemasaran Produksi Perikanan

6. Perdagangan a. Program Perlindungan Konsumen dan

Pengamanan Perdagangan b. Program Peningkatan dan Pengembangan

Ekspor c. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan

Dalam Negeri d. Program Pembinaan Pedagang Kakilima Dan

Asongan

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 141

7. Perindustrian a. Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem

Produksi b. Program Pengembangan Industri Kecil Dan

Menengah c. Program Peningkatan Kemampuan

Teknologi Industri d. Program Penataan Struktur Industri e. Program Pengembangan Sentra-Sentra

Industri Potensial

8. Transmigrasi a. Progam Pengembangan Wilayah

Transmigrasi b. Program Transmigrasi Regional

Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia

142 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 143

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

a. Nilai IPM Kabupaten Blora di Tahun 2014 mencapai

65,84 lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang

mencapai 65,37.

b. Nilai shortfall tahun 2014 Kabupaten Blora

mencapai 1,36% dengan nilai tertinggi di Kabupaten

Rembang yang mencapai 1,69% dan terendah di

Kabupaten Grobogan yang bernilai 1,04%.

c. Peringkat nilai IPM Kabupaten Blora pada tahun

2014 di urutan 28, tidak mengalami perubahan

peringkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Meskipun shortfall-nya mengalami sedikit

penurunan dibanding tahun 2014.

Bab V : Penutup

144 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

d. Kabupaten Blora dengan angka harapan lama

sekolah sebesar 11,75 tahun, lebih baik dari

Kabupaten Rembang dan Pati. Sedangkan untuk

rata-rata lama sekolah, Kabupaten Blora menempati

yang terendah dibandingkan kabupaten sekitar.

e. Paritas Daya Beli Kabupaten Blora yang sebesar

lebih dari 8 juta, masih merupakan yang terendah

dibandingkan kabupaten sekitar.

f. Angka Harapan Hidup penduduk Kabupaten Blora

yang sudah mencapai 73,84 tahun, ternyata juga

masih menempati yang terendah di banding

Kabupaten sekitarnya.

5.2 Rekomendasi

a. Program pembangunan yang berhubungan

dengan pembangunan sumber daya manusia agar

memperhatikan faktor penyebab masih rendahnya

nilai IPM yang dicapai seperti upaya peningkatan

angka rata-rata lama sekolah, peningkatan mutu

kesehatan dan peningkatan daya beli masyarakat.

Bab V : Penutup

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 145

b. Dalam rangka peningkatan nilai IPM diperlukan

program kegiatan atau proyek peningkatan

kualitas hidup manusia yang sesuai dengan akar

masalah yang mempengaruhinya.

c. Pemerintah Daerah agar menyusun kebijakan

yang berkaitan dengan peningkatan mutu hidup

atau mutu kesehatan masyarakat seperti

peningkatan pelayanan sarana dan prasarana

kesehatan dan penyuluhan pola hidup bersih dan

sehat.

d. SKPD yang menangani pendidikan dan semua

elemen agar lebih gencar dalam

menyelenggarakan jenis kegiatan pengentasan

wajib belajar tanpa memandang usia. Selain itu

penyuluhan kesadaran kepada masyarakat tentang

arti pentingnya pendidikan, menggalakkan

gerakan orang tua asuh atau program bantuan

melanjutkan sekolah sampai tingkat SLTP bahkan

jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi lagi.

Bab V : Penutup

146 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

e. SKPD yang terkait dengan ketenagakerjaan dan

elemen pemerintah agar menyusun program

kegiatan dalam upaya memberi kesempatan kerja

masyarakat, sumber daya yang dimiliki, akses

ekonomi yang memadai dan faktor-faktor lain

yang menunjang peningkatan roda perekonomian

masyarakat.

f. Pemerintah Daerah agar menyusun program

prioritas dan pemilihan program yang tepat yang

dikhususkan untuk mendongkrak nilai IPM.

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 147

Lampiran 1

Nama Ibukota Kecamatan Banyaknya Rukun Warga. Rukun Tetangga dan Dusun di Kab. Blora. Tahun 2014

Kecamatan Ibukota

Kecamatan Rukun Warga

Rukun Tetangga Dusun

(1) (2) (3) (4) (5) 1. Jati Doplang 94 319 97 2. Randublatung Randublatung 91 399 102 3. Kradenan Mendenrejo 51 214 50 4. Kedungtuban Ngraho 64 410 35 5. Cepu Cepu 87 422 68 6. Sambong Pojokwatu 40 176 30 7. Jiken Jiken 61 257 39 8. Bogorejo Bogorejo 45 193 45 9. Jepon Jepon 88 432 89 10. Blora Blora 157 556 157 11. Banjarejo Banjarejo 75 400 72 12. Tunjungan Tunjungan 64 311 55 13. Japah Japah 45 218 39 14. Ngawen Ngawen 75 369 81 15. Kunduran Sambiroto 95 445 91 16. Todanan Todanan 74 341 75

Jumlah xxx 1206 5462 1125

Sumber : BPS Kabupaten Blora

148 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Lampiran 2

Komponen Indeks Pembangunan Manusia Menurut Kecamatan Kabupaten Blora Tahun 2013

Kecamatan Nilai Komponen IPM

e0

(tahun) Lit MYS (tahun)

PPP (000 Rp.)

(1) (2) (3) (4) (5) 01. Jati 69,94 83,57 6,10 543,20 02. Randublatung 75,38 84,53 6,49 619,44 03. Kradenan 75,68 87,43 6,31 542,01 04. Kedungtuban 66,67 85,53 6,72 656,99 05. Cepu 70,70 92,76 8,85 753,83 06. Sambong 68,77 82,63 6,76 712,88 07. Jiken 69,13 84,73 6,19 675,12 08. Bogorejo 71,14 80,32 5,53 528,21 09. Jepon 75,58 86,93 6,60 665,47 10. Blora 74,78 90,94 8,42 747,37 11. Banjarejo 69,73 85,93 6,12 666,55 12. Tunjungan 74,17 86,23 6,22 622,00 13. Japah 71,65 79,32 5,71 608,26 14. Ngawen 72,56 85,93 6,86 708,68 15. Kunduran 68,01 85,23 6,06 658,06 16. Todanan 69,25 85,33 5,90 688,61

Kab. Blora 72,02 85,46 6,55 647,35 Sumber : BPS Kabupaten Blora

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 149

Lampiran 3

Indeks Komponen IPM Menurut Kecamatan Kabupaten Blora Tahun 2013

Kecamatan Indeks Komponen IPM

e0

(tahun) Lit MYS

(tahun) Pendi-dikan

PPP (ribuan)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Jati 74,90 83,57 40,67 69,27 42,34 02. Randublatung 83,97 84,53 43,26 70,77 59,96 03. Kradenan 84,47 87,43 42,08 72,32 42,06 04. Kedungtuban 69,45 85,53 44,81 71,96 68,63 05. Cepu 76,16 92,76 58,99 81,51 91,01 06. Sambong 72,95 82,63 45,04 70,10 81,55 07. Jiken 73,56 84,73 41,29 70,25 72,82 08. Bogorejo 76,90 80,32 36,87 65,84 38,87 09. Jepon 84,30 86,93 43,99 72,62 70,59 10. Blora 82,97 90,94 56,13 79,34 89,52 11. Banjarejo 74,55 85,93 40,81 70,89 70,84 12. Tunjungan 81,95 86,23 41,49 71,32 60,55 13. Japah 77,74 79,32 38,09 65,58 57,37 14. Ngawen 79,27 85,93 45,74 72,53 80,58 15. Kunduran 71,69 85,23 40,42 70,29 68,88 16. Todanan 73,76 85,33 39,31 69,99 75,94

Kab. Blora 78,37 85,46 43,67 71,53 66,41

Sumber : BPS Kabupaten Blora

150 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Lampiran 4

NIlai IPM Menurut Kecamatan Di Kabupaten Blora Tahun 2009 – 2013

Kecamatan IPM

2009 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6)

01. Jati 60,64 60,79 61,22 61,65 62,17 02. Randublatung 69,58 70,26 70,58 71,00 71,56 03. Kradenan 65,27 65,00 65,28 65,73 66,28 04. Kedungtuban 68,51 68,81 69,04 69,48 70,01 05. Cepu 80,40 81,50 81,89 82,31 82,89 06. Sambong 71,67 72,89 73,84 74,34 74,87 07. Jiken 71,18 71,28 71,25 71,68 72,21 08. Bogorejo 57,69 58,77 59,51 60,00 60,54 09. Jepon 74,06 74,42 74,80 75,26 75,84 10. Blora 82,06 82,60 82,77 83,34 83,94 11. Banjarejo 70,83 71,09 71,11 71,55 72,09 12. Tunjungan 69,65 70,03 70,20 70,71 71,27 13. Japah 64,04 65,11 65,96 66,37 66,90 14. Ngawen 76,31 76,31 76,35 76,89 77,46 15. Kunduran 68,16 68,98 69,28 69,75 70,29 16. Todanan 70,91 71,75 72,26 72,70 73,23

Kab. Blora 60,64 60,79 61,22 61,65 72,10 Sumber : BPS Kabupaten Blora

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 151

Lampiran 5

Peringkat Nilai IPM Kabupaten Blora Menurut Kecamatan Tahun 2009 – 2013

Kecamatan Peringkat 2009 2010 2011 2012 2013

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Jati 15 15 15 15 15 02. Randublatung 10 10 9 9 9 03. Kradenan 13 14 14 14 14 04. Kedungtuban 11 12 12 12 12 05. Cepu 2 2 2 2 2 06. Sambong 5 5 5 5 5 07. Jiken 6 7 7 7 7 08. Bogorejo 16 16 16 16 16 09. Jepon 4 4 4 4 4 10. Blora 1 1 1 1 1 11. Banjarejo 8 8 8 8 8 12. Tunjungan 9 9 10 10 10 13. Japah 14 13 13 13 13 14. Ngawen 3 3 3 3 3 15. Kunduran 12 11 11 11 11 16. Todanan 7 6 6 6 6

Kab. Blora 28 28 27 29 28

Sumber : BPS Kabupaten Blora

152 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Lampiran 6

Banyaknya Sarana Kesehatan di Kabupaten Blora Tahun 2014

Kecamatan Rumah Sakit

Puskesmas PUSTU

Balai Peng-obatan

Rumah Bersalin

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Jati - 2 3 - - 02. Randublatung - 2 7 2 2 03. Kradenan - 1 3 - - 04. Kedungtuban - 2 3 1 - 05. Cepu 1 3 2 9 5 06. Sambong - 1 2 - - 07. Jiken - 1 3 - - 08. Bogorejo - 1 3 - - 09. Jepon - 2 4 2 1 10. Blora 2 2 5 4 - 11. Banjarejo - 1 3 2 1 12. Tunjungan - 1 3 1 1 13. Japah - 1 4 - - 14. Ngawen - 2 4 1 1 15. Kunduran - 2 4 1 1 16. Todanan - 2 5 - -

Jumlah 3 26 58 23 12 Sumber : Blora Dalam Angka

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 153

Lampiran 7

Banyaknya Dokter, Perawat, Bidan dan Tenaga Kesehatan di Kabupaten Blora Tahun 2014

Kecamatan Dokter Perawat Bidan

Spesialis Umum Gigi Umum Gigi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

01. Jati - 1 - 11 1 12 02. Randublatung - 4 2 24 3 35 03. Kradenan - 2 - 8 1 14 04. Kedungtuban - 3 1 10 1 22 05. Cepu - 5 1 15 2 28 06. Sambong - 1 1 5 1 13 07. Jiken - 1 1 16 - 14 08. Bogorejo - 1 - 11 1 14 09. Jepon - 1 1 17 2 29 10. Blora - 3 2 16 1 27 11. Banjarejo - 2 1 11 1 18 12. Tunjungan - 1 - 4 1 15 13. Japah - 1 - 5 1 17 14. Ngawen - 3 - 18 2 30 15. Kunduran - 3 - 11 1 28 16. Todanan - 2 1 28 1 29

Jumlah - 34 11 210 20 345

Sumber : Blora Dalam Angka

154 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Lampiran 8 Angka Kematian Ibu, Bayi dan Balita

di Kabupaten Blora, Tahun 2014

Kecamatan Angka Kematian

Ibu Bayi Balita (1) (2) (3) (4)

01. Jati 1 8 - 02. Randublatung 1 20 4 03. Kradenan - 7 - 04. Kedungtuban 3 12 - 05. Cepu - 16 3 06. Sambong 1 5 1 07. Jiken - 6 1 08. Bogorejo - 3 1 09. Jepon 1 12 3 10. Blora 1 27 2 11. Banjarejo 1 22 2 12. Tunjungan 1 14 2 13. Japah - 3 2 14. Ngawen 3 21 4 15. Kunduran 2 19 6 16. Todanan 2 9 4

Jumlah 12 204 35 Sumber: Blora Dalam Angka

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 155

Lampiran 9

Banyaknya Sekolah Menurut Kecamatandan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Blora Tahun 2014

Kecamatan TK/RA SD/ MI

SLTP/ MTs SMU/SMK/ MA AK/PT

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Jati 27 36 8 4 - 02. Randublatung 43 59 14 8 - 03. Kradenan 20 33 5 2 - 04. Kedungtuban 46 52 10 4 - 05. Cepu 46 44 15 15 3 06. Sambong 12 26 3 1 - 07. Jiken 16 30 6 3 - 08. Bogorejo 11 24 3 - - 09. Jepon 42 45 6 1 - 10. Blora 63 63 16 12 3 11. Banjarejo 23 45 8 3 - 12. Tunjungan 28 35 5 8 1 13. Japah 22 28 4 1 - 14. Ngawen 47 44 12 5 - 15. Kunduran 41 48 10 3 - 16. Todanan 41 54 12 3 -

Jumlah 528 666 137 73 7

Sumber : Blora Dalam Angka

156 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Lampiran 10

Banyaknya Murid Menurut Kecamatan dan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Blora Tahun 2014

Kecamatan TK/RA SD/ MI SLTP/

MTs SMU/SMK/

MA (1) (2) (3) (4) (5)

01. Jati 995 7.690 1.879 502 02. Randublatung 1.661 8.205 3.916 2.258 03. Kradenan 672 3.879 1.290 333 04. Kedungtuban 1.577 5.536 2.783 1.385 05. Cepu 2.528 7.852 3.561 5.559 06. Sambong 553 2.591 1.178 38 07. Jiken 550 3.468 1.603 483 08. Bogorejo 261 1.962 1.122 - 09. Jepon 1.303 5.902 2.510 860 10. Blora 3.346 10.025 6.339 6.743 11. Banjarejo 957 5.733 2.130 262 12. Tunjungan 934 4.776 1.834 4.194 13. Japah 754 3.369 1.178 111 14. Ngawen 1.450 5.823 3.290 1.519 15. Kunduran 1.465 6.460 3.322 973 16. Todanan 1.129 5.676 2.843 1.168

Jumlah 19.968 88.947 40.778 26.388

Sumber : Blora Dalam Angka

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 157

Lampiran 11

Banyaknya Guru Menurut Kecamatan dan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Blora Tahun 2014

Kecamatan TK/RA SD/ MI SLTP/

MTs SMU/SMK

/ MA

(1) (2) (3) (4) (5) 01. Jati 47 288 153 73 02. Randublatung 72 493 274 155 03. Kradenan 30 218 100 43 04. Kedungtuban 80 344 181 124 05. Cepu 131 404 285 478 06. Sambong 30 198 76 17 07. Jiken 27 268 117 76 08. Bogorejo 14 179 62 0 09. Jepon 99 406 158 68 10. Blora 202 632 415 489 11. Banjarejo 40 361 157 35 12. Tunjungan 75 315 113 291 13. Japah 63 273 164 17 14. Ngawen 81 357 253 137 15. Kunduran 62 349 236 62 16. Todanan 63 411 216 88

Jumlah 1.116 6.138 2.960 4.016

Sumber : Blora Dalam Angka

158 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Lampiran 12

Banyaknya Kelompok Belajar Menurut Kecamatan di Kabupaten Blora, Tahun 2014

Kecamatan Kelompok Belajar ( Study Group)

Paket A Paket B Usaha (1) (2) (3) (4)

01. Jati 1 1 0 02. Randublatung 1 0 0 03. Kradenan 1 1 0 04. Kedungtuban 1 1 0 05. Cepu 0 0 0 06. Sambong 1 1 0 07. Jiken 1 1 0 08. Bogorejo 1 1 0 09. Jepon 1 1 0 10. Blora 2 2 0 11. Banjarejo 1 1 0 12. Tunjungan 1 1 0 13. Japah 1 1 0 14. Ngawen 1 1 0 15. Kunduran 1 1 0 16. Todanan 1 1 0

Jumlah 16 15 0

Sumber : Blora Dalam Angka

Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 159

Lampiran 13

Banyaknya Warga Belajar Menurut Kecamatan di Kabupaten Blora, Tahun 2014

Kecamatan Warga Belajar Tutor Paket A Paket B Usaha A/ B

(1) (2) (3) (4) (5) 01. Jati 20 70 - - - 02. Randublatung 0 0 - - - 03. Kradenan 20 74 - - - 04. Kedungtuban 0 72 - - - 05. Cepu 0 0 - - - 06. Sambong 0 50 - - - 07. Jiken 0 25 - - - 08. Bogorejo 20 53 - - - 09. Jepon 20 106 - - - 10. Blora 0 119 - - - 11. Banjarejo 38 25 - - - 12. Tunjungan 40 45 - - - 13. Japah 0 100 - - - 14. Ngawen 0 50 - - - 15. Kunduran 0 20 - - - 16. Todanan 0 29 - - -

Jumlah 158 838 0 0 0

Sumber : Blora Dalam Angka

160 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

Lampiran 14

Banyaknya Rumah Tangga Sasaran PPLS 2011

Kecamatan Sangat Miskin Miskin Hampir

Miskin Rentan Miskin

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Jati 544 760 1.620 2.820 5.744 02. Randublatung 1.389 1.682 3.551 5.527 12.149 03. Kradenan 811 1.134 2.734 4.870 9.549 04. Kedungtuban 983 1.224 2.755 4.438 9.400 05. Cepu 678 693 1.515 5.032 7.918 06. Sambong 359 369 1.076 2.158 3.962 07. Jiken 410 487 1.185 1.673 3.755 08. Bogorejo 435 691 1.446 1.981 4.553 09. Jepon 858 824 1.321 1.373 4.376 10. Blora 809 862 1.877 4.310 7.858 11. Banjarejo 1.601 1.815 3.593 4.504 11.513 12. Tunjungan 1.172 1.029 1.986 2.219 6.406 13. Japah 608 855 1.605 1.700 4.768 14. Ngawen 1.232 1.256 2.280 3.148 7.916 15. Kunduran 1.154 1.330 2.415 2.484 7.383 16. Todanan 962 1.506 3.410 5.287 11.165

Jumlah 14.005 16.517 34.369 53.524 118.415

Sumber : Blora Dalam Angka