BAB I DEDEN..
-
Upload
tfany-ezmira -
Category
Documents
-
view
2.852 -
download
7
Transcript of BAB I DEDEN..
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam bidang teknik sipil keairan dikenal beberapa metode pelaksanaan
untuk pekerjaan pengendalian aliran. Metode yang sederhana adalah dengan
memasang suatu bangunan agar arah aliran sesuai yang kita harapkan. Salah satu
kendala dalam masalah ini adalah menentukan jarak, bentuk dan dimensi dari
bangunan tersebut. Sampai saat ini belum ada formula khusus mengenai
bangunan tersebut. Sehingga dalam pelaksanaan bangunan pengendalian aliran
sering kali berubah baik bentuk, panjang maupun jaraknya.
1.2. Maksud dan Tujuan
Penelitian ini dilaksanakan dengan maksud untuk memberikan bahan
masukan bagi ahli hidralik khususnya dalam mengenalisis system perencanaan
pengendalian aliran sungai baik pada waktu debit besar / banjir maupun pada
waktu debit kecil.
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh informasi mengenai
kaitan antara besar arus serta arahnya berkaitan dengan pemasangan krib.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan mendapatkan informasi
tentang pengaruh krib terhadap pola arus dan dinamika dasar di saluran terbuka.
1.3. Ruang Lingkup
Penelitian ini merupakan suatu tahapan dari bagian penelitian menyeluruh
mengenai pengaruh krib terhadap pola arus dan dinamika dasar sungai di muara.
Pada tahap ini analisis dilakukan berdasarkan pengamatan / pengukuran
terhadap besaran rata-rata dan parameter hidraulik serta parameter dari material
uji yaitu kecepatan arus rata-rata dan variasi jarak krib.
Sedang parameter pengendapan dibahas secara kualitatif, mengingat
keterbatasan alat ukur.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Fluida ITB dengan
menggunakan Flume dua dimensi.
1.4. Metodelogi
Metodelogi yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode eksperimen,
dengan membuat saluran dengan lebar 61 cm dan diberi krib dari pipa besi
dengan diameter 1,252 cm. Debit yang dipakai adalah 1,286 L/drl dan 0,623 l/drl.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Pengaruh pasang surut dapat menaikkan permukaan air, dan debit dari
hulu yang terakumulasi dari anak-anak sungai dapat menghanyutkan ednapan
yang ada ataupun mencegah terjadinya proses pengendapan yang akan
berlangsung. Problem yang seringkali terjadi di daerah muara adalah
pendangkalan alur aliran akibat tingkat pengendapan yang tinggi. Fenomena
sedimentasi ini timbul sebagai akibat dari perilaku aliran berkecapatan rendah
karena air pasang. Pada saat aliran berkecapatan rendah atau terhenti, sediment
yang terkandung dalam air mempunyai peluang besar untuk mengendap ke
dasar perairan membentuk endapan.
Pasang surut adalah gerakan yang bersifat periodic, sehingga gerakan air
di muara juga berubah-ubah secara periodic mengikuti irama pasang surut
tersebut. Kondisi ini menyebabkan dinamika sediment di muara sungai
mempunyai kecenderungan mengalami siklus tertentu sesuai pola gerakan
pasang surut. Rambatan gelombang pasang surut yang berlawanan dengan debit
sungai dari hulu memberikan efek yang spesifik pada hidrodinamik muara
sungai. Dalam keadaan tertentu air tawar yang berasal dari hulu tidak langsung
bercampur dnegan air asin dari laut, hal ini disebabkan adanya perbedaan berat
jenis kedua macam fluida. Air asin yang mempunyai berat jenis lebih besar
cenderung akan berada di lapisan di bawah air tawar. Kondisi ini menimbulkan
apa yang disebut sudut asin atau “salt wedge” yang bergerak kea rah hulu. Posisi
susut asin ini berubah-ubah tergantung pengaruh pasang surut laut dan debit
sungai dari hulu. Berdasarkan kondisi percampuran air asin dan air tawar ini,
muara dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis
a. Muara dengan sudut asin atau stratified estuary
Profil aliran terbagi atas dua lapisan yang berbeda, yaitu lapisan atas berupa
air tawar ari hulu sungai dan lapisan bawah berupa air asin dengan kadar
kegaraman atau salinitas seperti air laut. Kondisi ini biasanya terjadi pada
sungai dengan debit dari hulu besar dan tunggang pasang surut kecil.
b. Muara tercampur sebagian atau partially mixed estuary
Air tawar dari hulu sungai dan air asin dari laut mengalami percampuran,
namun masih ada perbedaan rapat massa yang disebabkan oleh perbedaan
salinitas lapisan air dekat permukaan dan salinitas dekat dasar perairan.
Tingkat percampuran ini merupakan fungsi dari energi yang ditimbulkan
pasang surut.
c. Muara tercampur sempurna atau well mixed estuary
Air tawar dari hulu dan air asin dari laut tercampur menjadi satu jenis fluida
dengan profil rapat massa yang sama dari permukaan sampai dasar perairan.
Keadaan ini dapat tercapai bila debit sungai kecil dan tunggang pasut relative
besar.
Dengan adanya kondisi batas yang berubah-ubah bergantung waktu,
misalnya muka air di bagian hilir muara yang berfluktasi mengikuti pasang
surut, maka aliran di muara merupakan jenis aliran tak langgeng.
2.2. Pasang Surut
Pasang surut dimaksudkan sebagai pergerakan permukaan air laut dalam
vertical yang disebabkan adanya interaksi gaya-gaya benda angkasa, terutama
dalam hal ini bumi, bulan dan matahari. Bumi bergerak mengelilingi matahari
smabil berputar pada porosnya menurut pola orbit atau jalur edar yang selalu
berubah-ubah secara periodic. Dalam perubahan tempat kedudukan yang
periodic tersebut, bumi, bulan dan matahari selalu melakukan gaya tarik menarik
yang berubah-ubah secara periodic pula. Air laut sebagai fluida di permukaan
bumi mempunyai cirri tidak dapat menahan geseran sehingga akan bergerak oleh
gaya tarik bulan atau matahari atau gabungan keduanya. Gerakan pasang surut di
laut akan merambat ke muara dan menimbulkan fluktasi muka air di tempat itu.
Pasang surut adalah parameter yang paling dominant dalam perilaku
hidrodinaika di muara. Pengaruhnya terutama dapat menimbulkan efek
pembendungan sehingga kecepatan aliran di muara sungai menjadi sangat
rendah di kala air laut mengalami pasang. Saat-saat di sekitar air pasang
tertinggi, kecepatan aliran menjadi sangat rendah dan sediment berpeluang besar
untuk mengendap, kecep[atan aliran bertambah besar dan sediment yang tadinya
mengendap akan terkikis kembali.
2.2.1. Gaya Pembangkit Pasang Surut
Gaya pembangkit pasang surut diturunkan berdasarkan rumus
Newton, yang menyatakan bahwa benda-benda atau partikel di alam
semesta akan tarik menarik dengan gaya yang besarnya sebanding
dengan massa-massa kedua benda itu dan berbanding terbalik dengan
kuadrat jaraknya.
F = G ………………………………………………. (2. 2-1)
Di mana G = konstanta gravitasi universal, 6.67 x 10-11 Nm3kg2
Gaya tarik bulan terhadap bumi tidak menjadikan bumi bergerak
mendekat kea rah bulan. Hal ini berarti bahwa ada suatu gaya penahan
yang mengimbangi besarnya gaya tarik bulan tersebut sehingga bumi dan
ulan tetap dalam keadaan seimbang. Gaya penahan ini dapat dijelaskan
sebagai gaya sentrifugal. Gaya sentrifugal untuk semua titik massa di
bumi dianggap sama dengan gaya sentrifugel di pusat bumi karena jari-
jari bumi relative sangat kecil bila dibandingkan jarak antara bumi dan
bulan.
Penurunan gaya pembangkit pasang surut dengan konsep
keseimbangan gaya diatas. Penurunan ini dilakukan dengan meninjau
system bumi bulan, bumi dianggap tidak berotasi pada sumbunya, tetapi
berputar keliling atau berevolusi pada sumbunya, tetapi berputar keliling
atau berevolusi pada sumbu putar bersama system bumi bulan.
Seiring dengan pergerakan bumi secara periodic, maka gaya-gaya
pembangkit pasang surut juga berubah secara periodic, sehingga gerakan
air juga bersifat periodic sesuai dengan siklus gaya pasang yang
menyebabkannya.
Dengan adanya gerakan horizontal periodic tadi, muka air juga
berfluktasi vertical secara periodic sebagaimana gerakan gelombang,
sehingga dapat dikatakan bahwa gerakan pasang surut merupakan gerak
gelombang dengan periode yang jauh lebih lama (dalam hitungan jam)
daripada gelombang laut yang dibangkitkan oleh angina yang biasa
disebut sebagai gelombang periode pendek (dalam hitungan detik)
2.2.2. Jenis Pasang Surut
Matahari, bumi dan bulan mempunyai pola lintasan gerak yang
berulang secara periodic di ruang angkasa, sehingga pasang surut sebagai
fenomena yang ditimbulkannya mempunyai pola tertentu tergantung
konfigurasi posisi bumi, bulan dan matahari. Konfigurasi posisi tersebut
membedakan jenis pasang surut. Setiap tempat di permukaan bumi
mempunyai tipe pasang surut tertentu karena besarnya pengaruh bulan
dan matahari di titik itu dapat berlainan. Pasang surut dapat
dikategorikan menjadi tiga jenis :
a. Pasang surut setengah harian (semi diurnal)
Pasang surut setengah harian artinya dalam waktu satu hari (24 jam)
terjadi dua kali pasang dan dua kali surut. Pasang surut akibat
pengaruh gaya tarik bulan disebut semi diurnal lunar tiode dan
pasang surut akibat pengaruh gaya tarik matahari disebut sem,I
diurnal solar tide.
b. Pasang surut harian (diurnal)
Pasang surut harian terjadi bila dalam waktu satu hari (24 jam) hanya
ada satu kali pasang dan satu kali surut.
c. Pasang surut campuran
Pasang surut campuran artinya dalam waktu satu hari terjadi pasang
surut secara tidak beraturan. Pasang surut jenis ini terbagi lagi dalam
dunia jenis :
1) Pasang surut campuran condong ke bentuk semi diurnal.
2) Pasang surut campuran condong ke bentuk diurnal.
2.2.3. Karakteristik Pasang Surut
Berkenaan dengan tipe-tipe pasang surut, suatu pasang surut dapat
ditentukan karakternya berdasarkan komponen-komponen utama yang
berpengaruh dalam pembangkitan gaya pasang surut.
Pasang surut sebenarnya merupakan akumulasi komponen-
komponen gerakan akibat pengaruh benda-benda angkasa termasuk
benda selain bulan dan matahari. Namun karena benda-benda lain
tersebut jaraknya terlalu jauh dari bumi maka pengaruhnya sangat kecil
dan dapat diabaikan. Tipe pasang surut di suatu tempat dapat
digolongkan ke dalam tipe yang telah dikenali berdasarkan perbandingan
antara jumlah amplitude komponen diurnal K3 dn O2 dengan jumlah
amplitude komponen semi diurnal M2 dan S2
Perbandingan ini dinyatakan :
F = ………………………………………..(2. 2-11)
Dari harga F yang diperoleh, pasang surut dibagi empat tipe yaitu :
1. 0 < F < 0,25 Pasang surut diurnal murni. Sehari terjadi pasang dua
kali dengan tinggi yang hamper sama. Internal waktu
antara transir bulan dan pasang naik adalah 2 (M2 + S2)
2. 0,25 < F < 1.5 Pasang campuran ganda. Terdapat dua kali pasang
sehari tetapi tinggi dan interval waktu antara transit
bulan dan pasang naik tidak sama. Perbedaan ini
mencapai maksimumnya bila deklinasi bulan telah
melewati maksimumnya. Range rata-rata pada pasang
purnama adalah 2 (M2 + S2)
3. 1,5 < F < 3.0 Pasang campuran tunggal. Kadang terjadi satu kali
pasang sehari yang mengikuti deklinasi maksimum dari
bulan. Seringkali terjadi dua pasang sehari tetapi tinggi
dan interval antara transit bulan dan pasnag purnama
naik berbeda sekali, terutama bila bulan telah melewati
equator. Range rata-rata pada pasang purnama adalah 2
(K1 + O1).
4. F > 3,0 Pasang tunggal murni. Satu kali pasang dalam waktu
sehari. Pada saat pasang perban ketika bulan telah
melewati equator range rerata bulan purnama adalah 2
(K1 + O2)
2.2.4. Teori Pasang Surut
Teori pasang surut yang dikenal sampai sekarang adalah yang
dikembangkan dari teori gravitasi Newton dan persamaan gerak euler
kemudian Laplace. Teori tersebut dianalisis untuk menurunkan teori
pasang surut secara matematis.
Elevasi pasang surut dirumuskan sebagai berikut :
………………………………. (2. 2-11)
Dimana :
= elevasi pasang surut
= elevasi pasang surut akibat factor astronomi
= elevasi pasang surut akibat faktot meteorology
Seperti tekanan udara dan angina yang menimbulkan
gelombang.
= elevasi pasang surut akibat factor gesekan dasar laut
2.3. Gelombang
Terbentuknya gelombang di laut umumnya dibangkitkan oleh angina,
gempa, letusan gunung api dan sebagainya. Yang paling sering terjadi dan dapat
dihitung adalah gelombang yang dibangkitkan oleh angina.
Proses pembentukan ini sebenarnya adalah pemindahan energi yang
dikandung oleh angin dipindahkan ke permukaan air laut. Karena air mempunyai
sifat yang tidak menyerap energi, maka energi ini dirubah ke dalam bentuk
gelombang yang dibawa ke pantai ataupun muara sungai. Di pantai energi ini
dilepaskan dengan pecahnya gelombang.
Gelombang yang dibangkitkan oleh angina merupakan sumber yang
utama dalam pemasukkan energi ke daerah pesisir dan merupakan penyebab
utama dalam proses perubahan bentuk pantai, muara dan sebagainya.
Gelombang dalam proses pembentukannya (sea waves) mempunyai sifat yang
acak karena belum menemukan bentuknya. Gelombang ini terdapat di daerah
angina bertiup atau daerah pembangkit gelombang (fetch), karena sifat alamnya
yang dispersif (berpisah sesuai dengan kecepatannya). Gelombang panjang lebih
cepat merambat disbanding gelombang pendek. Daerah yang mempunyai
frekuensi atau panjang gelombang yang hamper sama disebut <swell>.
Gerakan gelombang adalah periodic yaitu selalu berulang dalam suatu
periode tertentu.
2.4. Aliran di Saluran Terbuka
Aliran di saluran terbuka tergantung dari debit yang lewat, kemiringan
dasar saluran serta kekasaran dinding dan dasar saluran.
2.4.1. Pembagian Aliran
Secara hidraulis aliran di saluran terbuka dapat dibagi menjadi
beberapa macam yang mana pembagian ini berhubungan dengan
perubahan kecepatan yang tergantung pada waktu dan ruang.
Jika waktu yang dipergunakan sebagai ukuran maka aliran dapat
digolongkan menjadi aliran langgeng dan aliran tak langsung.
Jika ruang yang dijadikan seragam dan aliran tak seragam. Aliran
tak seragam ini masih dibagi lagi menjadi aliran tak seragam berubah
mendadak dan aliran seragam berubah lambat laun.
Aliran disebut aliran langgeng jika kecepatan pada setiap tempat
tidak bergantung pada waktu atau secara matematis dapat dinyatakan
dengan / = 0. Dimana menyatakan perubahan kecepatan pada setiap
tempat yang bergantung pada waktu .
Aliran disebut aliran tak langgeng jika kecepatan pada setiap
tempat bergantung pada waktu, secara matematis dapat dinyatakan
dengan / 0.
Aliran disbeut seragam apabila tidak ada perubahan kecepatan
baik besar maupun arahnya di setiap penampang melintang saluran.
Keadaan ini akan terpenuhi jika ukuran dan bentuk penampang
2.4.2. Keadaan Aliran
Keadaan aliran di saluran terbuka dipengaruhi oleh kekentalan
dan gaya berat yang berhubungan dengan gaya inersia dari aliran.
Erdasarkan pengaruh kekentalan terhadap inersia, aliran dapat
merupakan aliran laminar, turbulen dan aliran peralihan. Ketiganya
dikuasai oleh bilangan Reynolds yang merupakan fungsi daripada
kecepatan ( ), jari-jari hidraulik ® dan kekentalan kinematik (v).
Aliran dikatakan laminar apabila tahanan antara lapisan-lapisan
zat cair lebih besar jika dibandingkan dengan gaya inersia, sehingga
kekentalan lebih menentukan sifat aliran.
Pada keadaan ini garis arus tampak lurus karena butir-butir air
bergerak secara teratur menurut garus arus.
Aliran tersebut turbulent apabila tahunan antara lapisan-lapisan
zat cair sangat lemah dibandingkan dengan gaya inersia. Pada keadaan
ini garis arus tampak bergelombang karena butir-butir ini bergerak secara
tidak teratur.
Antara aliran laminar dan turbulent terdapat keadaan campuran
yang disebut keadaan peralihan.
Aliran di saluran terbuka adalah laminar apabila harga bilangan
Reynolds kecil, turbulent jika harga bilangan Reynolds besar
Bilangan Reynolds :
Re = ………………………………… (2.5-1)
Dimana :
u = kecepatan rata-rata
R = jari-jari hidraulik
v = kekentalan kinematik
berdasarkan gaya berat terhadap inersia, aliran dapat merupakan
aliran subkritis, kritis dan super rilis. Ketiganya dikuasai oleh bilangan
Frouds yang merupakan fungsi daripada kecepatan (u) dan kedalaman
aliran (h)
bilangan Frouds :
Fr = ………………………………………. (2 5-2)
Dimana :
u = kecepatan rata-rata
g = gaya gravitasi
h = kedalaman aliran
Aliran dikatakan subkritis, apabila gaya berat lebih besar
daripada gaya inersia, sehingga air akan mengalir dengan kecepatan
rendah.
Pada aliran subkritis u < dan Fr <1
Dalam mekanisme gelombang dapat disamakan dengan
kecepatan perambatan gelombang dangkal.
Jika u ( ) maka kecepatan perambatan gelombang akan lebih
besar daripada kecepatan rata-rata aliran, sehingga gelombang dapat
bergerak kearah hulu.
Aliran adalah superkritis apabila gaya berat sangat lemah bila
disbanding dengan gaya inersia, sehingga air akan mengalir dengan
kecepatan tinggi.
Pada aliran super kritis u) dan Fr > 1
Jika u) maka kecepatan perambatan gelombang akan lebih
kecil daripada kecepatan rata-rata aliran, sehingga gelombang hanya
bergerak kearah hilir.
Antara keadaan subkritis dan superkritis terdapat keadaan kritis
Jika u = maka kecepatan perambatan gelombang sama
dengan kecepatan rata-rata aliran, sehingga tidak ada pergerakan
gelombang.
Kedalaman pada keadaan kritis disbeut kedalaman kritis
2.4.3. Persamaan-persamaan dasar Aliran
Persamaan dasar aliran ada dua yaitu :
a. Persamaan kesinambungan aliran.
Kesinambungan aliran adalah perwujuan hokum ketetapan
massa. Perhatikan aliran pada sebuah buluh arus gambar 2.5.1. dengan
luas penampang A dan kecepatan rerata u.
b. Persamaan dinamika aliran
2.5. Sedimen Kobesi (Suspensi)
Proses sedimentasi di muara merupakan penurunan daya aliran dari
sungai, berat spesifik, pasang surut, gelombang dan musim. Penurunan energi ini
menyebabkan sediment mengendap, bercampur, berpindah atau tertimbun dan
menyebabkan perubahan bentuk geometri dari muara. Proses ini berjalan secara
terus menerus dari skala waktu detik sampai tahun. Meskipun proses ini sangat
kompleks tetapi sedimentasi ini merupakan proses yang dominant dalam
pembentukan muara. Untuk mempelajari ini kita perlu mengetahui hubungan
antara karakteristik sediment, struktur sediment, jenis komposisi dan bentuk
sediment. Pergerakan sediment di muara merupakan hasil dari 4 proses yaitu
erosi, angkutan sediment, pengendapan di dasar dan konsolidasi dari endapan.
Untuk sediment yang kohesif atau sediment Muddy, adalah sediment
yang mempunyai ukuran 125 m. Sediment ini merupakan hasil dari pergerakan
antara perukaan mineral lempung.
2.5.1. Sedimen Kohesif
Dinamika sediment telah dipelajari / diteliti sejak lama, terutama
dalam hubungannya dengan erosi, transport dan pengendapan. Dinamika
sediment tersebut dapat berubah bentuk sungai. Erosi yang terjadi pada
tebing luar sungai (tikungan luar) dan pengendapan pada tikungan dalam
menyebabkan bentuk sungai semakin berkelok-kelok. Di suatu tempat di
mana sediment mengendap akan menyebabkan berkurangnya kapasitas
sungai sehingga sering sungai tersebut meluap yang menyebabkan banjir
di daerah sekitarnya.
Transport sediment sungai dapat terjadi dalam dua keadaan yaitu
transport dasar (bed load) apabila sediment bergerak dengan cara
mengelilingi dan menggelincir di dasar sungai, dan sediment suspensi
(suspenden load) apabila sediment bergerak ke hilir secara melayang
tanpa menyentuh dasar sungai.
Sediment kohesif adalah sediment di mana tahanan ermosi
tergantung pada kohesi diantara partikel. Sedang seimen non kohesi
adalah sediment yang terdiri dari partikel / butir terpisah (pasir) di mana
gerakannya tergantung pada sifat fisik butiran, seperti dimensi (ukuran),
bentuk dabn berat jenis serta kontak / hubungan dengan butir-butir
lainnya. Sehingga sediment yang terjadi atau berada di muara paling
dominant adalah sediment kohesif di mana transporet sediment yang
terjadi secara melayang.
Dalam transport suspensi dibedakan dua keadaan yaitu :
1. Sedimen yang terangkat adalah jauh lebih halus daripada seimen
yang membentuk dasar sungai atau slauran sedemikian sehingga
sediment tersebut tidak sempat / pernah mengendap sampai akhirnya
mengendap di daerah yang airnya tenang.
2. Sediment yang merupakan bagian halus dari sediment yang
membentuk dasar. Di sini akan terjadi perpindahan antara dasar dan
suspensi yang tergantung pada perlambatan atau percepatan aliran.
2.5.2. Erosi
Seperti dijelaskan di depan, endapan yang membentuk dasar
saluran (terutama di estuary) terdiri dari tiga type. Tiap type endapan
mempunyai rumus erosi yang berbeda. Erosi suspensi stasioner adalah
erosi massa dimana fluks erosi diberikan oleh bentuk berikut :
Sd =
………………………………………….. (2. 6-7)
Dengan :
Sd = fluks erosi
M = massa sediment yang tererosi tiap satuan luas
t = langkah waktu yang ditinjau
Erosi endapan terkonsolidasi sebagian dan endapan terkonsolidasi
adalah termasuk dalam tipe suspensi. Dalam kondisi ini fluks erosi
mempunyai bentuk :
Sd = ……………………………………………(2.6-
8)
Dimana f tergantung pada endapan
Untuk endapan terkonsolidasi sebagian :
Se = Sd. e ……………………………………(2. 6-=9)
Dengan Seyx = koefisien empiris
Te = tegangan tarik dasar
Tex = tegangan kritik erosi endap
Untuk endapan terkonsolidasi
Se = M ……………………………………… (2. 6-10)
Dimana M adalah koefisien empiris
2.5.3. Pengendapan
Pengendapan akan terjadi apabila tegangan geser lebih kecil dari
pada suatu harga tertentu yang disbeut dengan tegangan kritik endap.
Gambar diatas menunjukkan suatu contoh studi sediment
suspensi di saluran, konsentrasi suspensi berkurang dengan waktu.
Berdasar gambar tersebut, besarnya fluks pengendapan dapat
diberikan dengan rumus berikut :
S4 = -Vs.C …………………………………… (2.6-11)
Dimana : S4 = fluk pengendapan
Vo = kecepatan endap
C = konsnetrasi suspensi
To = tegangan geser
Ted = tegangan kritik endap, yaitu tegangan kritik di
bawah mana pengendapan terjadi, yang
merupakan fungsi dari ukuran sediment suspensi
dan yang diberikan gambar diatas.
2.6. Model
Pengetahuan teoritik atas perilaku alam dan hasil buatannya mempunyai
banyak kekurangan / keterbatasan. Kekurangan / keterbatasan ini disebabkan
oleh keterbatasan manusia untuk berkomunikasi dengan alam. Walaupun
demikian, manusia selalu membutuhkan karya atau ciptaan yang berhubungan
dengan alam yang digunakan untuk manusia itu sendiri.
Dalam dunia teknik sipil hidro khususnya, keterbatasan manusia dalam
memecahkan suatu problem / perilaku khusus pada bangunan air, sehingga
dalam memahami problema tersebut sering dibuat apa yang disebut dengan
model. Walaupun model ini belum tentu dapat mencakup apa yang ada di alam.
2.6.1. Keserupaan
Keserupaan dalam arti umum adalah pengenalan adanya
hubungan antara dua gejala. Dalam dunia dinamika fluida, hubungan
antara aliran skala penuh atau keadaan sebenarnya dengan aliran kecil
tetapi dengan reka bentuk batas yang serupa. Meskipun demikian perlu
dicatat bahwa dalam dinamika fluida terdapat hokum-hukum keserupaan
dengan batas tak serupa, misalnya hubungan keserupaan antara aliran
bawah suara dengan aliran tak mampu mampat. Melalui badan yang
direka sedemikian rupa sehingga kedua pola aliran tersebut dapat serupa.
Dua aliran yang mempunyai pola garis arus yang serupa disebut
aliran dengan keserupaan kinematik. Keserupaan kinematik ini menyirati
keserupaan reka bentuk. Sebaliknya rekabentuk model yang serupa
belum tentu menjamin terjadinya pola aliran yang serupa.
Lihat gambar dibawah, gambar tersebut menunjukkan bahwa
aliran serupa kinematik mempunyai syarat :
1. Aliran sejajar pada titik berpasangan
2. Mempunyai nisbah yang besarnya tetap untuk semua titik yang
berpasangan
Jika keserupaan kinematik dan nisbah yang serupa maka aliran
tersebut serupa dinamik.
Keserupaan dinamik sangat penting, sebab dalam model
diharuskan gaya yang bekerja pada model yang diuji serupa dengan
kenyataan di lapangan dalam skala penuh. Sehingga tagihan gaya yang
menimbulkan gaya angkat, gesek dan seret pada model bila
diintegrasikan akan mempunyai nisbah yang sama pada skala penuh.
Analisis Matra (dimensi)
Analisis matra adalah satu methode untuk mendapatkan besaran
tanpa dimensi yang sangat membantu dalam pembuatan model. Hasil
dari analisis matra adalah suatu masalah pengurangan jumlah variable
dalam permasalahan yang ada. Formula yang sering digunakan adalah
Teori X Beckmingham yaitu dalam suatu soal fisik yang menyangkut “n”
parameter dan “m” dimensi, maka besaran tersebut dapat iatur dalam n-m
parameter tanpa dimensi yang bebas.
Dalam suatu fungsi
Dimana : = suatu variable dapat kita
eksplisitkan sebagai fungsi sehingga
memberikan
= ( )
BAB III
URAIAN
3.1. Efektivitas Kontraksi ALiran Berkenaan Krib
Kontraksi dimaksudkan sebagai reduksi luas tampang basah, dengan
maksud kecepatan aliran dapat ditingkatkan. Dengan berpegang pada azas
kontinuitas akan dianalisis apakah tingkat kenaikan kecepatan aliran sebanding
dengan reduksi luas tampang, serta sejauh mana kesebandingannya. Reduksi
luas tampang pada suatu tampang dapat dibuat bervariasi dengan jalan mengatur
atau menempatkan beberapa tiang atau merubah jaraknya. Disini hanya dibahas
dalam satu variasi jarak tiang yaitu sebesar diameter tiang itu sendiri.
Berkenaan perilaku aliran dipenampang basah saluran, selanjutnya akan
dievaluasi perihal tingkat kesebandingannya.
3.2. Variasi Orientasi Arah Krib
Pada penampang saluran yang sama dipasang krib dengan arah yang
berbeda akan mempunyai dampak pada kecepatan yang berbeda pula. Pada arah
tegak lurus saluran kemungkinan juga bervariasi, dengan kata lain luas tampang
saluran adalah fungsi dari sudut iniklinasi krib terhadap garis tepi saluran.
3.3. Kapasitas Debit
Kapasitas debit disini ditinjau pada suatu tampang saluran dengan
kondisi yang berbeda. Kondisi pertama adalah suatu keadaan dimana profi
melintang sungai / saluran tidak diganggu, tetapi pendangkalan terjadi dengan
tingkat yang tinggi. Keadaan kedua ialah suatu saluran yang dipelihara
kedalamannya secara hidraulik dengan mereduksi kecepatan aliran dengan
menggunakan krib.
Tinjau kecepatan aliran dengan formula Strickler
V = K.R2/3.I1/2…………………………………………. (4. 3-1)
Dimana : V = kecepatan aliran
K = Koefisien Strickler
I = Kemiringan saluran
R = Jari-jari hidraulik saluran