BAB I Anemia

37
BAB I PENDAHULUAN Kondisi medis dapat memperburuk kehamilan. Kondisi medis yang paling sering muncul ialah anemia, khususnya anemia yang disebabkan oleh defisiensi besi atau asam fola, penyakit atau galur sel sabit (sickle cell trait) dan talasemia. Gangguan autoimun, pulmoner, saluran cerna, integument, dan neorologi juga dapat ditemukan. Aspek - aspek terkait kehamilan pada kondisi ini dibahas dalam bagian berikut. Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nosional 65% yang setiap daerah mempunyai variasi berbeda. Anemia, gangguan medis yang paling umum ditemui pada masa hamil, mempengaruhi sekurang – kurangnya 20% wanita hamil. Wanita ini memiliki insiden komplikasi puerperal yang lebih tinggi, seperti infeksi, daripada wanita hamil dengan nilai hematologi normal. Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen. Jantung berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung. Upaya ini meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi ventricular. Dengan demikian, anemia yang menyertai komplikasi lain (misalnya, preeklampsia) dapat mengakibatkan jantung kongestif. Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada saat ia melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia berisiko membutuhkan

description

anemia

Transcript of BAB I Anemia

Page 1: BAB I Anemia

BAB I

PENDAHULUAN

Kondisi medis dapat memperburuk kehamilan. Kondisi medis yang paling sering muncul

ialah anemia, khususnya anemia yang disebabkan oleh defisiensi besi atau asam fola, penyakit

atau galur sel sabit (sickle cell trait) dan talasemia. Gangguan autoimun, pulmoner, saluran

cerna, integument, dan neorologi juga dapat ditemukan.  Aspek - aspek terkait kehamilan pada

kondisi ini dibahas dalam bagian berikut.

Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nosional 65% yang

setiap daerah mempunyai variasi berbeda.

Anemia, gangguan medis yang paling umum ditemui pada masa hamil, mempengaruhi

sekurang – kurangnya 20% wanita hamil. Wanita ini memiliki insiden komplikasi puerperal yang

lebih tinggi, seperti infeksi, daripada wanita hamil dengan nilai hematologi normal.

            Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen. Jantung

berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung. Upaya ini

meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi ventricular. Dengan demikian,

anemia yang menyertai komplikasi lain (misalnya, preeklampsia) dapat mengakibatkan jantung

kongestif.

            Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada saat ia

melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia berisiko membutuhkan

transfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil merupakan anemia tipe defisiensi

besi (Arias, 1993). Dua puluh persen (20%) sisanya mencakup kasus anemia herediter dan

berbagai variasi anemia didapat, termasuk anemia defisiensi asam folat, anemia sel sabit dan

talasemia.

BAB II

KONSEP ANEMIA PADA IBU HAMIL

A.    DEFINISI

Page 2: BAB I Anemia

Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentraisi

hemoglobin menurun. Sabagai akibat,ada penurunan trasportasi oksigan dari paru-paru ke

jaringan perifer. Selama kehamilan, anemia lazim terjadi dan biasanya disebabkan oleh difesiensi

besi, sekunder terhadap kehilangan darah sebalumnya atau asupan besi yang tidak a jarang

dekuat.

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari

12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan

kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester

II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi,

jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.

Anemia diindikasikan bila hemoglobin ( Hb) kurang dari 12 g/dl pada wanita yang tidak

hamil atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil.

B.     ETIOLOGI

Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan

akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut Mochtar

(1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:

1.      Kurang gizi (malnutrisi)

2.      Kurang zat besi dalam diit

3.      Malabsorpsi

4.      Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain

5.      Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain

C.    KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN

Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:

1.   Anemia Defisiensi Zat Besi

Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu,

keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah

pemberian tablet besi.

Page 3: BAB I Anemia

a.       Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-

fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan.

Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat

untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).

b.      Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan

adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua

(Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg

(20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr

% (Manuaba, 2001).

Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil

anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan

mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan

menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.

Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:

1)      Hb 11 gr% : Tidak anemia

2)      Hb 9-10 gr% : Anemia ringan

3)      Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang

4)      Hb < 7 gr% : Anemia berat

Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri

dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk

meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat

usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat

besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi

perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi

sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba,

2001).

2.   Anemia Megaloblastik

Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena

kekurangan vitamin B12.

Pengobatannya:

a.       Asam folik 15 – 30 mg per hari

Page 4: BAB I Anemia

b.      Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari

c.       Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari

d.      Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi

darah.

3.   Anemia Hipoplastik

Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah

baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi

lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.

4.   Anemia Hemolitik

Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat

dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah,

kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.

Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh

infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada

beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat

membantu penderita ini.

D.    GEJALA ANEMIA PADA IBU HAMIL

Gejala anemia pada kehamilan yaitu:

         Ibu mengeluh cepat lelah,

         Sering pusing,

         Mata berkunang-kunang,

         Malaise,

         Lidah luka,

         Nafsu makan turun (anoreksia),

         Konsentrasi hilang,

         Nafas pendek (pada anemia parah); dan

Page 5: BAB I Anemia

         Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

E.     GAMBARAN KLINIS

A.    Riwayat

1.      Mentruasi berlebihan

2.      Kehilangan darah kronik

3.      Riwayat keluarga

4.      Diet yang tidak adekuat

5.      Jarak kehamilan yang terlalu dekat

6.      Anemia pada kehamilan sebelumnya

7.      Pika ( nafsu makan terhadap bahan bukan makanan )

B.     Tanda dan Gejala

1.      Keletihan,  malaise, atau mudah megantuk

2.      Pusing atau kelemahan

3.      Sakit kepala

4.      Lesi pada mulut dan lidah

5.      Aneroksia,mual, atau muntah

6.      Kulit pucat

7.      Mukosa membrane atau kunjung tiva pucat

8.      Dasar kuku pucat

9.      Takikardi

F.     TES LABORATORIUM

Hitung sel darah lengkap dan Apusan darah: untuk tujuan praktis, maka anemia selama

kehamilan dapat didefinisikan sabagai hemoglobin kurang dari pada 10 atau 11 gr/100 ml dan

hematokrit kurang dari pada 30% sampai 33% .

Apusan darah tepi memberikan evaluasi morfologo eritrosit, hitung jenis leukosit dan

perkiraan keadekutan trombosit.

G.    DIAGNOSA BANDING

Page 6: BAB I Anemia

Anemia hipokrom mikrositik: produksi eritrosit norma,tetapi sintesis hemoglobin

terganggu. Defiesiensi besi dipengaruhi oleh sintesis hemetalasemia lemah dalam mensientesis

globulin. Sel-sel kecil, dengan penurunan dengan konsentrasi hemoglobin. Nilai besi serum

(serum iron) membantu mambedakan dua kelaianan : besi serum menurun pada defisiensi  besi

dan normal ( atau meningkat ) pada talasemia.

Anemia megaloblastik makrositik disebabkan oleh gangguan apa pun yang

mempengaruhi sintesis DNA sel, tetepi membiarkan hemoglibinasi normal .

Anemia normokrom normositik disertai dengan perdarahan berlebihan atu gagalnya

aktivitas sumsum tulang.

H.    PENATALAKSANAAN

A.    Pada saat kunjungan awal, kaji riwayat pasien

1.      Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel sabit, anemia glukosa-6-fosfat

dehidrogenase (G6PD), atau peyakit hemolitik herediter lain.

2.      Kaji riwayat keluarga

B.     Lakukan hitungan darah lengkap pada kunjungan  awal.

1.      Morfologi

a.       Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat dan matang

b.      SDM mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat  besi

c.       SDM makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa

2.      Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin (Ht) pada kehamilan

a.       Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan Ht lebih dari 40% dapat menunjukkan hipovolemia.

Waspada dehidrasi dan preklamsi

b.      Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan keadaan yang normal dan sehat.

c.       Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan kadar  yang rendah, namun masih

normal.

d.      Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30% menunjukkan anemia

(1)   Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi,atau keduanya

(2)   Berikan suplemen zat besi  1 atau 2 kali/hari, atau satu kapsul time-release, seperti Slow-Fe

setiap hari

e.       Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan  Ht 27%-30% dapat menunjukkan anemia megaloblastik.

Page 7: BAB I Anemia

(1)   Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling diet.

(2)   Rekomendasikan pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per oral, 2 atau 3 kali/hari.

f.       Kadar Hb <9g/dl dengan  Ht <27% atau anemia yang tidak berespon terhadap pengobatan  di

atas, diperlukan langkah-langkah berikut:

(1)   Periksa adanya pendarahan samara tau infeksi.

(2)   Pertimbangkan  untuk melakukan uji laboratorium berikut:

(a)    Hb dan Ht (untuk meyingkirkan  kesalahan laboratorium)

(b)   Kadar kosentrasizat besi serum

(c)    Kapasitas pegikat zat besi

(d)   Hitung jenis sel (SDP dan SDM)

(e)    Hitung retikulosit (untuk megukur produksi eritrosit)

(f)    Hitung trombosit

(g)   uji guaiac pada feses untuk medeteksi pendarahan samar

(h)   Kultur feses untuk memeriksa telur dan parasit

(i)     Skrining G6PD (lahat panduan untuk anemia: Hemolitik didapat) bila klien keturunan Afika-

Amerika.

(3)   Konsultasikan dengan dokter

(4)   Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi.

C.     Bila pasien hamil, periksa kadar hematokrin pda awal kunjungan , yaitu 28 minggu kehamilan

dan 4 minggu setelah memulai terapi.

1.      Atasi tanda-tanda anemia (sesuai informasi sebelumnya pada poin IV-Penatalaksanaan B2).

2.      Konsultasikan ke dokter bila:

a.       Terdapat penurunan Ht yang menetap  walaupun sudah mendapat terapi

b.      Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hasil sebelumnya (singkirkan

kesalahan labotaturium).

c.       Tidak berespons trhadap terapi setelah 4-6 minggu

d.      Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht <27%.

I.       AKIBAT LANJUTAN

Pada ibu hamil yang anemia dapat mengalami:

1.      Keguguran.

Page 8: BAB I Anemia

2.      Lahir sebelum waktunya.

3.      Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

4.      Perdarahan sebelum dan pada waktu persalinan.

5.      Dapat menimbulkan kematian.

ANEMIA: DEFISIENSI ZAT BESI

I.       Definisi dan Etiologi

A.    Anemia defisiensi zat besi merupakan anemia yang paling umum saat kehamilan, sekitar 95%

anemia terkait kehamilan tergolong anemia defisiensi zat besi.

B.     Morfologi terdiri dari SDM hipokrom mikrositik.

C.     Zat besi serum menurun dan kapasitas pengikat zat besi meningkat.

II.    Gambaran Klinis

A.    Curigai adanya anemia defisiensi zat besi bila terdapat:

1.      Satu atau lebih factor-faktor predisposisi anemia

2.      Kadar Ht < 30%

B.     Konfirmasi diagnosis sebagai anemia defisiensi zat besi bila terdapat:

1.      Morfologi menunjukkan SDM hipokrom mikrositik

2.      Saturasi zat besi serum <15% setelah terapi zat besi pasien dihentikan selama satu minggu.

III. Penatalaksaan

A.    Skrining rutin

1.      Pada kunjungan awal, tanyakan tentang riwayat anemia atau masalah pembekuan darah

sebelumnya.

2.      Minta hitung darah lengkap pada kunjungaan awal.

3.      Diskusikan pentingnya mengonsumsi vitamin prenatal (disertai zat besi).

4.      Periksa ulang Ht pada 28 minggu kehamilan.

B.     Terapi anemia:

1.      Terapi oral ialah dengan pemberian : fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero bisitrat.

2.      Bila Hb <10 g/dl dan Ht <30%, lakukan tindakan berikut:

a.       Berikan konseling gizi.

(1)   Tinjau diet pasien.

Page 9: BAB I Anemia

(2)   Diskusikan sumber-sumber zat besi dalam diet.

(3)   Berikan kepada pasien selebaran mengenai makanan tinggi zat besi.

(4)   Rujuk ke ahli gizi.

b.      Sarankan suplemen zat besi sebagai tambahan vitamin paranatal. Kebutuhan zat besi saat

kehamilan adalah 60 mg unsure zat besi.

(1)   Tablet zat besi time-release merupaka pilihan terbaik, namun lebih mahal. Setiap sediaan garam

zat besi standar sudah mencukupi kebutuhan zat besi.

(2)   Minum 1-3 tablet per hari dalam dosis yang terbagi.

(3)   Zat besi diabsorbsi lebih baik pada keadaan lambung kosong. Minum 1 jam sebelum makan atau

2 jam sesudahnya.

(4)   Vitamin C membantu absorbs zat besi. Minum zat besi disertai jus yang tinggi vitamin C atau

tablet vitamin C.

(5)   Antasid dan produk susu dapat mengganggu absorbs zat besi.

(6)   Lebih baik mengkonsumsi zat besi bersama antasid atau makanan daripada tidak mengkonsumsi

sama sekali.

3.      Bila Hb <9 g/dl dan Ht <27% pertimbangkan anemia megaloblastik. Kelola pasien ini menurut

panduan terapi anemia.

4.      Bila kadar Hb <9 g/dl dan Ht ≤27% saat mulai persalinan, pertimbangkan pemberian cairan IV

atau heparin lock saat persalinan.

5.      Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 g%/bulan. Efek samping

pada traktus gastrointestinal relatif kecil pada pemberian preparat Na-fero bisitrat dibandingkan

dengan ferosulfat.

6.      Kini program nasional mengajukan kombinasi 60 mg besi dan 50µg asam folat untuk profilaksis

anemia.

7.      Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena

atau 2 x 10 ml/im pada gluteus, dapat meningkatkan Hb relatif lebih cepat yaitu 2 g%. Pemberian

parenteral ini mempunyai indikasi : intoleransi besi pada gastrointestinal, anemia yang berat, dan

kepatuhan yang buruk. Efek samping utama ialah reaksi alergi, untuk mengetahuinya dapat

diberikan dosis 0,5 cc/im dan bila tak ada reaksi, dapat diberikan seluruh dosis.

ANEMIA: MEGALOBLASTIK

I.       Definisi dan Etiologi

Page 10: BAB I Anemia

A.    Anemia megaloblastik adalah penyakit yang ditandai dengan penurunan jumlah SDM (sel darah

merah) dan hipokrom makrositik.

B.     Umumnya terkait dengan anemia defisiensi zat besi. Jarang dijumpai kasus anemia

megaloblastik saja.

C.     Anemia megaloblastik berhubungan dengan kurangnya sayuran segar atau protein hewani dalam

diet.

II.    Gambaran klinis

A.    Gejala

1.      Mual dan muntah

2.      Anoreksia

B.     Morfologi

1.      SDM hipokrom makrositik

2.      Kadar Hb dan Ht rendah serta tidak berespon terhadap terapi zat besi

C.     Riwayat diet menunjukkan asupan rendah sayuran segar, protein hewani, atau keduanya.

III. Penatalaksanaan

A.    Suplemen

1.      Vitamin prenatal yang mengandung asam folat dan zat besi

2.      Satu sampai dua milligram asam folat per hari untuk memperbaiki defisiens asam folat.

3.      Suplemen zat besi, dengan pertimbangan bahwa anemia megaloblastik jarang terjadi tanpa

anemia defisiensi zat besi.

B.     Konseling gizi

1.      Kaji diet pasien

2.      Rekomendasikan sumber-sumber asam folat dalam diet

3.      Rujuk ke ahli gizi

C.     Hitung darah lengkap

1.      Ulangi hitung darah lengkap dalam 1 bulan.

2.      Perhatikan adanya peningkatan hitung retikulosit sebesar 3-4% dalam 2-3 minggu, dan sedikit

peningkatan pada hitung Hb dan Ht.

ANEMIA: HEMOLITIK DIDAPAT (ACQUIRED HEMOLYTIC ANEMIA)

I.       Definisi. Suatu defek enzimatik yang terkait-kromosom X dan diturunkan, yang ditandai dengan

ketidak mampuan tubuh memproduksi enzim G6PD, yaitu enzim yang berfungsi sebagai katalis

Page 11: BAB I Anemia

penggunaan glukosa secara aerob oleh SDM. Anemia ini dapat ditemukan pada keturunan

Afrika-Amerika, Asia, dan Mediterania.

II.    Insidens. Dua persen dari semu  wanta keturunan Afrika-Amerika menderita penyakit ini.

III. Etiologi. Infeksi dan beberapa obat oksidik pada kondisi defisiensi G6PD akan memicu

hemolisis SDM yang megakibatkan anemia hemolitik ringan sampai berat.

IV. Penatalaksanaan

A.    Skrining: Pasien keturunan Afrika-Amerika yang mengalami anemia atau kerap mengalami

infeksi saluran kemih (ISK) berulang harus menjalani skrining G6PD.

B.     Terapi

1.      Resepkan 1 mg asam folat setiap hari.

2.      Berikan daftar obat-obatan yang perlu dihindari.

3.      Bila pasien hamil, lakukan kultur dan sensitivitas (culture and sensitivity, C&S) urine bulanan.

4.      Konsultasikan dengan dokter bila pasien dalam keadaan krisis atau mengalami anemia berat.

C.     Pengobatan: Pasien harus menghindari obat-obat berikut:

1.      Aldomet

2.      Asam askorbat (dosis besar)

3.      Asam nalidiksik

4.      Asam para-aminosalisilat

5.      Aspirin

6.      Diafenilsulfon

7.      Fenasetin

8.      Isoniazid

9.      Kloramfenikol

10.  Kuinakrin (atabrine)

11.  Kuinidin

12.  Kuinin

13.  Kuinosid

14.  Methylene blue

ANEMIA: PERNISIOSA

I.       Defisiensi dan Etologi

Page 12: BAB I Anemia

A.    Anemia pernisiosa disebabkan kekurangan faktor intrinsik pada asam lambung, yang diperlukan

untuk absorbsi vitamin B12 dari makanan . karena B12 tidak dapat diabsorbsi, SDM tidak matang

dengan normal.

B.     Kasus ini jarang dijumpai pada individu dibawah usia 35 tahun.

II.    Gambaran Klinis

A.    Anemia pernisiosa ditandai dengan SDM makrositik, yang bias juga normokrom atau hipekrom.

B.     SDM pada anemia sulit dibedakan dengan SDM pada defisiensi asam folat.

C.     Terapi asam folat dapat menyamarkan anemia pernisiosa karena SDM menjadi normositik,

meskipun penyakit ini masih ada.

III. Diagnosis

A.    Curigai adanya anemia pernisiosa bila setelah terapi asam folat, morfologi SDM menjadi normal,

namun hematokrit tdak meningkat.

B.     Diagnosis ditegakkan bila terjadi perbaikan setelah percobaan terapi dengan 1000 mg vitamin

B12 per parenteral selama 3 bulan.

IV. Penatalaksanaan

A.    Kaji diet pasien terhadap produk hewani. Bila asupan dietnya kurang sumber-sumber vitamin B12

berikan konseling gizi.

B.     Berikan 1 cc (1000 ng) vitamin B12 parenteral per IM setiap bulan.

C.     Tawarkan rujukan ke ahli gizi.

D.    Ulangi hitung sel darah lengkap dalam 1 bulan.

1.      Kondisinya membaik bila:

a.       Morfologi normal

b.      Kadar Ht meningkat

2.      Bila tidak ada perubahan, konsultasikan ke dokter.

ANEMIA: SEL SABIT

I.       Definisi dan Etiologi

A.    Jenis

1.      Pada sifat (trait) sel sabit, ada satu gen normal dan satu gen Hb-S. gejala tidak tampak kecuali

pada keadaan deprivasi oksigen berat.

2.      Pada penyakit sel sabit, kedua gen adalah Hb-S. penyakit ini kronik dan melemahkan. Angka

morbiditas dan mortalitas penyakit ini tinggi.

Page 13: BAB I Anemia

B.     Insidens

1.      Satu dari 12 keturunan Afrika-Amerika membawa sifat sel sabit.

2.      Satu dari 500 keturuna Afrika-Amerika menderita penyakit ini.

II.    Penatalaksanaan

A.    Programkan skrining sel sabit pada semua pasien Afrika-Amerika:

1.      Bila uji negatif, kedua gen normal dan tidak ada masalah.

2.      Bila uji positif, minta pemeriksaan elektroforesis hemoglobin.

a.       Bila gen homozigot,pasien dianggap beresiko tinggi dan harus dirujuk ke dokter.

b.      Bila gen heterozigot, pasien dianggap beresiko rendah dapat dikelola secara normal selama

kehamilan dan persalinan.

B.     Pertimbangkan kultur dan sensitivitas urine bulanan karena peningkatan resiko ISK selama

kehamilan.

C.     Beri konseling kepada pasien:

1.      Jelaskan kepada pasien mengenai sifat sel sabit yang dibawanya.

2.      Sarankan pemeriksaan ayah bayi. Bila gen ayah juga heterozigot, ada kemungkinan bayinya

menderita penyakit ini.

3.      Rujuk pasien untuk konseling genetik bila perlu.

Page 14: BAB I Anemia

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL

DENGAN ANEMIA

A.    PENGKAJIAN

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara

menyeluru(Boedihartono, 1994).

Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :

1.      Aktivitas / istirahat

Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat

untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih

banyak.

Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri,

apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.

Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain

yang menunujukkan keletihan.

2.      Sirkulasi

Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB),

angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi

(takikardia kompensasi).

Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi

postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi

gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat

pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan:

pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat

(aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB).

Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi)

kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus,

menipis, tumbuh uban secara premature (AP).

3.      Integritas ego

Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan

transfusi darah.

Page 15: BAB I Anemia

Tanda : depresi.

4.      Eleminasi

Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis,

feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.

Tanda : distensi abdomen.

5.      Makanan/cairan

Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal

tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah,

dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka

terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).

Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12).

Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas

(DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan

sudut mulut pecah. (DB).

6.      Neurosensori

Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.

Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk,

kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.

Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons,

lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari

lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda

Romberg positif, paralysis (AP).

7.      Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)

8.      Pernapasan

Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.

Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.

9.      Keamanan

Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik

terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap

Page 16: BAB I Anemia

dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk,

sering infeksi.

Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan

ekimosis (aplastik).

10.  Seksualitas

Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido

(pria dan wanita). Imppoten.

Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.            Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen

2.            Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan

untuk mencerna makanan

3.            Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat (mis:

penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi)

4.            Konstipasi berhubungan dengan perubahan pada pola makan.

C.       INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan

Tujuan/Kriteria hasil Intevensi Rasional

1. Intoleransi aktivitas

berhubungan

dengan

ketidakseimbangan

antara suplai dan

kebutuhan oksigen.

Melaporkan

peningkatan toleransi

aktivitas(termasuk

aktivitas sehari-hari.

1.      Kaji kemampuan pasien untuk melakukan untuk melakukan tugas/AKS normal.

2.      Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot.

3.      Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan selama dan sesudah

1.      Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan

2.      Menunjukkan perubahan neurologi karena defesiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/resiko cedera.

3.      Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen

Page 17: BAB I Anemia

aktivitas.4.      Berikan

lingkungan tenang.5.      Ubah posisi pasien

dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.

6.      Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi.

adekuat ke jaringan.4.      Meningkatkan

istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.

5.      Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cedera.

6.      Regangan/stres kardiopulmonal berlebihan/stres dapat menimbulkan kegagalan.

2. Ketidakseimbangan

nutrisi: kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan

dengan

ketidakmampuan

untuk mencerna

makanan.

Menunjukkan

peningkatan berat

badan atau berat badan

stabil dengan nilai

laboratorium normal.

1.      Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.

2.      Observasi dan catat masukan makanan pasien.

3.      Timbang berat badan tiap hari.

4.      Berikan makan sedikit dan frekuensi sering dan/atau makan diantara waktu makan.

5.      Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan.

6.      Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan

1.      Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.

2.      Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.

3.      Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.

4.      Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster.

5.      Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.

6.      Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral,

Page 18: BAB I Anemia

sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa oral luka.

7.      Kolaborasi :1.Berikan obat

sesuai indikasi, mis.Vitamin dan suplemen mineral, seperti sianokobalamin (vitamin B12), asam folat (Flovite); asam askorbat (vitamin C),

2.Besi dextran (IM/IV.)

menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.

7.      Kolaborasi :1. Kebutuhan

penggantian tergantung pada tipe anemia dan/atau adanya masukan oral yang buruk dan defisiensi yag diidentifikasi.

2.      Diberikan sampai defisit diperkirakan teratasi dan disimpan untuk yang tak dapat diabsorpsi atau terapi besi oral, atau bila kehilangan darah terlalu cepat untuk penggantian oral menjadi efektif.

3. Resiko infeksi

berhubungan

dengan pertahanan

tubuh sekunder

yang tidak adekuat

(mis: penurunan

hemoglobin,

eukopenia,

supresi/penurunan

respon inflamasi).

Mngidentifikasi

perilaku untuk

mencegah/menurunkan

resiko infeksi.

1.      Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh oemberi perawatan dan pasien.

2.      Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/ perawatan luka.

3.      Tingkatkan masukan cairan adekuat.

4.      Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia

1.      Mencegah kontaminasi silang.

2.      Menurunkan resiko infeksi bakteri.

3.       Membantu dalam pengenceran secret pernafasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah statis cairan tubuh.

4.      Adnya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.

5.      Mungkin digunakan

Page 19: BAB I Anemia

dengan atau tanpa demam

5.      Kolaborasi: berikan antiseptic topical, antibiotic sistemik.

secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.

4. Konstipasi

berhubungan

dengan perubahan

pada pola makan.

Membuat/kembali pola

normal dari fungsi

usus.

1.      Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi, dan jumlah.

2.      Auskultas bunyi usus

3.      Awasi masukan dan haluaran dengan perhatian khusus pada makanan/cairan.

4.      Kaji kondisi kulit perianal dengan sering.

5.      Kolaborasi: berikan obat anti diare, misalnya: difenoxsilat hidroklorida.

1.   Membantu mengidentifikasi penyebab/ factor pemberat dan intervensi yang tepat.

2.   Bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.

3.   Dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam mengidentifikasi defisiensi diet.

4.   Mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan kulit.

5.   Menurunkan multilitas usus bila diare terjadi.

D.      EVALUASI1.      Terjadi penurunan tanda fisiologis intoleransi, mis, nadi, pernapasan, dan TD masih

dalamrentang normal pasien.

2.      A.   Tidak ada tanda terjadinya malnutrisi.

B. Klien menunjukan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau    

mempertahankan berat badan yang sesuai.

3.      Perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi dapat diidentifikasi.

4.      Fungsi usus mulai kembali normal.

DAFTAR PUSTAKA

Morgan Geri, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi Pansuan Praktik. Jakarta: EGC.

Loowdermilk,dkk.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC.

Taber Ben-zion,M,D.1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstet dan Ginekologi.Jakarta:EGC.

Page 20: BAB I Anemia

Prawirohardjo, Sarwono.2006.Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal dan

Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.

Doenges, Marilynn E,dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC.

Nanda.2009.Diagnosa Keperawatan 2009-2011.Jakarta:EGC.

Manuaba, Ida Bagus Gde.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan

KB.Jakarta:EGC

http://heldaupik.blogspot.com/2012/02/askep-anemia-diagnosa-nanda-2011.html

BAB IPENDAHULUANA.

Latar BelakangDarah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan koloid cair yangmengandung elektrolit. Darah berperan sebagai medium pertukaran antara sel yangterfiksasi dalam tubuh dan lingkungan luar, serta memiliki sifat protektif terhadaporganisme dan khususnya terhadap darah sendiri. (Sylvia A. Price, dkk. 2002)Kelainan hematologi/darah yang sering terjadi adalah adanya penurunan sirkulasi jumlah sel darah merah. Kondisi ini dinamakan anemia, dapat terjadi akibat produksidarah merah dari sumsum tulang berkurang atau tingginya penghacuran sel darahmerah dalam sirkulasi. Berkurang sel darah merah dapat disebabkan oleh kekurangankofaktor untuk eritropoesis, seperti asam folat, vitamin B12, dan besi. (Brunner &Suddarth. 2002)Anemia juga sering terjadi pada ibu hamil. Dikatakan anemia pada ibu apabilakondisi ibu dimana kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr%(Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengankadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002).Angka anemia ibu hamil tetap saja masih tinggi meskipun sudah dilakukan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan data SKRT tahun 1995dan 2001, anemia pada ibu hamil sempat mengalami penurunan dari 50,9% menjadi40,1% (Amiruddin, 2007). Angka kejadian anemia di Indonesia semakin tinggidikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika ibu hamil bukan dimulai sebelumkehamilan. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2010 didapatkan data bahwa cakupan pelayanan K4 meningkat dari 80,26% (tahun 2007) menjadi 86,04% (tahun 2008),namun cakupan pemberian tablet Fe kepada ibu hamil menurun dari 66,03% (tahun2007) menjadi 48,14% (tahun 2008) (Depkes, 2008).Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002).Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:1. Kurang gizi (malnutrisi)2. Kurang zat besi dalam diit3. Malabsorpsi 4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lainPenyusun merasa tertarik untuk mengambil kasus anemia pada ibu hamil ini,karena mengingat masih tingginya angka anemia pada ibu hamil di Indonesia, dandengan mengetahui asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan anemia ini diharapkandapat meningkatkan profesionalisme dari profesi keperawatan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA.

Page 21: BAB I Anemia

Konsep Medis1.

PengertianAnemia pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai konsentrasihemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selamakehamilan atau masa nifas. Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan, pada awal kehamilan dan kembali menjelang aterm,kadar hemoglobin pada sebagian besar wanita sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11g/dl atau lebih. Atas alasan tersebut, Centers for disease control(1990) mendefinisikan anemia sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua (Suheimi, 2007).Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer,kadar besi serum (Serum Iron = SI) dan jenuh transferin menurun, kapasitasikat besi total (Total Iron Binding Capacity/TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali. Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemiadefisiensi besi, antara lain, kurangnya asupan zat besi dan protein darimakanan, adanya gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis,dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari penyakit.2.

EtiologiSementara itu menurut Mochtar( 1998) penyebab anemia pada umunyaadalah :a.

Perdarahan b.

Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B 12dan asam folat.c.

Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis,empiema, dll.d.

Kelainan darahe.

Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah. Penyebab anemia pada kehamilan :a.

Page 22: BAB I Anemia

Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin b.

Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil c.

Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan d.

Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) e.

Pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi. Faktor Resiko Anemia pada Ibu Hamila.

Umur < 20 tahun atau > 35 tahun b.

Perdarahan akutc.

Pekerja beratd.

Makan < 3 kali dan makanan yang dikonsumsi kurang zat besi3.

PatofisiologiPerubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai padatrimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 danmeningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem sertakembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresialdesteron.4.

KlasifikasiAnemia dalam kehamilan dapat dibagi sebagai berikut :a.

Page 23: BAB I Anemia

Anemia defisiensi besi (62,3%)Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemiaakibat kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurangmasuknya unsur besi dengan makanan, karena gangguan resorpsi,gangguan penggunaan, atau karena terlapau banyaknya besi ke luar dari badan, misalnya pada pendarahan. Keperluan akan besi bertambah dalam kehamilan , terutama pada trisemester terakhir. Apabila masuknya besitidak bertambah dan kehamilan, maka mudah terjadi anemia defisiensi besi, lebih ± lebih pada kehamilan kembar. b.

Anemia megaloblastik ( 29,0%)Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena difisiensiasam folat ( pteroylglutamic acid, jarang sekali karena difiesiensi vitaminB12( cynocobalamin).c.

Anemia Hipoblastik ( 8, 0%)Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena gangguansumsum tulang kurang mampu membuat sel ± sel darah baru, dinamakananemia hipoplastik dalam kehamilan. Darah tepi menunjukan gambaranormositer dan normokrom, tidak ditemukan ciri ± ciri defisiensi besi,asam folat, atau vitamin B12. Etiologi anemia hipoplastik karenakehamilan hingga kini belum diketahui dengan pasti, kecuali yangdisebabkan oleh sepsis, sinar Roentgen, racunatau obat ± obatan.d.

Anemia hemolitik Anemia hemolitik disebakan karena pengghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemiahemolitik sukar menjadi hamil, apabila hamil maka anemianya akanmenjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin pula bahwa kehamilanmenyebabkan krisis henolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia. Secara umum anemia hemolitik dapat dibagi dalam 2golongan besar, yakni :1)

Golongan yang disebabkan oleh faktor intrakorpuskuler, seperti pada sferositosis, eliptositosis, anemia hemolitik herediter ,thalasemia, anemia sel sabit, hemoglobinopatia C, D, G, H, I,dan paraxysmal noctural haemoglobinuria.2)

Golongan yang disebabkan oleh faktor ekstrakorpuskular ,seperti pada infeksi ( malaria, sepsis, dsb), keracunanarsenikum , neoarsphenamin, timah, sulfonamid, kinin, paraquin, pimaquin, nitrofuratoin ( Furadantin), racun ular pada defisiensi G6PD , antagonismus rhesus atau ABO, leukemia, penyakin Hodgkin, limfasarkoma, penyakit hati, dll.

( Ilmu Kebidanan, 451-457)

5.

Page 24: BAB I Anemia

Gejala Klinis

Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing, mata berkunang ± kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun(anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek ( pada anemia parah), dankeluhan mual muntah pada hamil muda, palpitasi.6.

P

emeriksaan Fisik

Inspeksi : konjungtiva, wajah pucat.Palpasi : turgor kulit, capillary refill, pembesaran kelenjar limfa, tinggi fundusuteri, Kontraksi uterusAuskultasi : auskultasi DJJ dan denyut jantung ibu7.

P

emeriksaan Diagnostik.

Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :a.

Pemeriksaan Hb Sahli, kadar Hb < 10 mg/% b.

Kadar Ht menurun ( normal 37% - 41% )c.

Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )d.

Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepie.

Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak 8.

P

enatalaksanaan

a.

Page 25: BAB I Anemia

Therapy pengobatan1)

Therapy oralPengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi.Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonatatau suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akanmenyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya. Dan biasanya asupan nutrisiyang mengandung zat besi cenderung lebih tinggi pada ibu hamildaripada wanita normal. Umumnya asupan nutrisi meningkat 2 kalilipat daripada wanita normal.Pengobatan yang lain:a)

Asam folik 15 ± 30 mg per hari b)

Vitamin B12 3 X 1 tablet per haric)

Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per harid)

Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lambansehingga dapat diberikan transfusi darah.2)

Therapi parenteralDiberikan jika penderita tidak tahan akan obat besi peroral adagangguan penyerapan oenyakit saluran pencernaan atau apabilakehamilannya sudah tua. Therapy parenteral ini diberikan dalam bentuk ferri. Secara intramusculus dapat disuntikan dextran besi (imferon) atausorbitol besi (Jectofer) b.

P

encegahan

1)

Page 26: BAB I Anemia

Makanlah makanan yang kaya akan sumber zat besi secara teratur.2)

Makanlah makanan yang kaya sumber vitamin C untuk memperlancar penyerapan zat besi.3)

Jagalah lingkungan sekitar agar tetap bersih untuk mencegah penyakitinfeksi dan penyakit cacingan.4)

Hindari minum teh, kopi, susu coklat setelah makan karena dapatmenghambat penyerapan zat besi.9.

Komplikasi

Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harusselalu diwaspadai.a.

Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapatmengakibatkan : abortus, missed abortus dan kelainan kongenital.

b.Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan : persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalamrahim, asfiksia aintrauterin sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudahterkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian.

c.Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinandengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum anemia dapat menyebabkan: tonia uteri, rtensio placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis dan gangguaninvolusio uteri.