BAB I - Web view-nya, maka kita tidak mungkin dapat menggunakan teorema fundamental. Meskipun...
Transcript of BAB I - Web view-nya, maka kita tidak mungkin dapat menggunakan teorema fundamental. Meskipun...
APPROXIMATE INTEGRATIONMakalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Analisis Real
KELOMPOK 4 :PRATIWI NUSI (P3500211008)
SAMSU ALAM (P3500211010)
PROGRAM STUDI MATEMATIKA TERAPANPASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2011
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Integral Riemann merupakan salah satu materi dalam mata kuliah Analisis
Real. Pada buku Introduction to Real Analysis (Bartle dan Sherbert, Third Edition)
materi Integral Riemann diuraikan pada Bab 7 yang terbagi dalam 4 bagian
pembahasan. Pada bagian 7.1, pembahasan Integral Riemann mengenai pendefinisian
fungsi pada satu interval tutup di R menggunakan jumlah Riemann. Bagian 7.2,
dibahas mengenai pengintegralan Riemann dari beberapa pengklasifikasian penting
dari fungsi: fungsi tangga, fungsi kontinu dan fungsi monoton, meskipun ditemukan
terdapat fungsi yang tidak dapat diselesaikan dengan Integral Riemann. Kemudian
pada bagian 7.3 dibahas mengenai teorema fundamental Kalkulus. Dalam
penggunaan integral Riemann, teorema fundamental ini menghasilkan metode efektif
dari perhitungan integral ∫a
b
f yang diberikan, sehingga diperoleh suatu antiderivative
F sedemikian sehingga F ' ( x )= f ( x ) , untuk semua x∈[a , b]. Ketika kita tidak dapat
menemukan antiderivative-nya, maka kita tidak mungkin dapat menggunakan
teorema fundamental. Meskipun demikian ketika f kontinu, terdapat beberapa teknik
pendekatan Integral Riemann ∫a
b
f dengan menggunakan jumlah yang serupa dengan
jumlah Riemann.
Pada makalah ini, secara khusus dibahas mengenai beberapa pendekatan
Pengintegralan (Approximate Integration) meliputi: konsep Aproksimasi, partisi yang
sama, aturan Trapezoid, aturan Midpoint (titik tengah), dan aturan Simpson. Pada
masing-masing pendekatan, diberikan sebuah contoh dan penyelesaiannya sebagai
penerapan.
B. Tujuan
3
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, makalah ini disusun dengan
tujuan umum untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Analisis Real program
studi Matematika Terapan Universitas Hasanuddin Angkatan 2011 dengan
menyajikan pembahasan bagian 7.4 Integral Riemann yaitu mengenai pendekatan
dalam pengintegralan Riemann ∫a
b
f .
Selain itu, tujuan khusus dalam penyusunan makalah ini antara lain:
1) Memahami konsep pendekatan (aproksimasi) dalam pengintegalan.
2) Memahami pendekatan pengintegralan berdasarkan partisi yang sama.
3) Memahami beberapa teknik pendekatan pengintegralan menggunakan aturan
Trapezoid, aturan Midpoint dan aturan Simpson.
4
BAB II
APPROXIMATE INTEGRATION
A. Konsep Pendekatan (Aproksimasi) dalam Pengintegralan
Pendekatan (Aproksimasi) adalah penaksiran nilai yang mendekati nilai
sebenarnya. Aproksimasi dalam pengintegralan adalah penaksiran dalam menentukan
nilai integral yang tidak dapat ditemukan antiderivative-nya.
Prosedur dasar dalam memperoleh taksiran secara cepat dari fungsi
berdasarkan teorema 7.1.4(c) pada bagian 7.1 buku Introduction to Real Analysis
(Bartle dan Sherbert, Third edition) dapat dituliskan bahwa jika
g ( x )≤ f ( x )≤ h ( x ) , untuk semua x∈[a , b]], maka ∫a
b
g ≤∫a
b
f ≤∫a
b
h. Jika integral dari g
dan h dapat dihitung, maka dapat diperoleh batas dari ∫a
b
f yang cukup akurat untuk
kebutuhan penaksiran.
Contoh:
Anggap kita ingin menaksir nilai dari ∫0
1
e−x2
dx .
Dapat ditunjukkan bahwa e− x ≤ e−x2
≤ 1 untuk x∈[0,1],
karena 1>x>x2>0 dapat dibentuk menjadi e−1 ≤e− x ≤ e−x2
≤e0 diperoleh
e− x ≤ e−x2
≤ 1 untuk x∈[0,1]
sehingga ∫0
1
e−x dx≤∫0
1
e−x2
dx ≤∫0
1
1dx Akibatnya, kita peroleh 1−1e
≤∫0
1
e−x2
dx≤ 1. Jika
kita gunakan rata-rata dari nilai dalam batas, kita peroleh taksiran 1−1
2 e≈ 0,816
untuk integral dengan kesalahan kurang dari 1
2 e<0,184. Taksiran ini adalah kasar,
tapi ini diperoleh dengan cepat dan mungkin sesuai dengan yang kita butuhkan. Jika
diinginkan suatu perkiraan yang lebih, dapat kita coba untuk menemukan lebih dekat
lagi, mendekati fungsi g dan h.
5
Teorema Taylor 6.4.1 dapat digunakan untuk mendekati nilai e− x2
dengan suatu
polynomial. Dalam menggunakan teorema Taylor, kita harus memperoleh batas pada
suku sisa untuk keberartian hitungan kita.
Contoh:
Jika kita mengaplikasikan teorema Taylor pada e− yuntuk 0≤ y≤ 1, kita peroleh:
e− y=1− y+ 12
y2−16
y3+R3 ,
dimana R3=y4 e−c
24dimana c adalah semua bilangan 0≤ c≤ 1 karena kita tidak
memiliki informasi yang lebih baik seperti pada lokasi c, kita harus mengisi dengan
taksiran 0≤ R3≤ y4
24. Kemudian kita punyai, e− x2
=1−x2+ 12
x4−16
x6+R3 , dimana
0≤ R3≤ x8
24, untuk x [0,1]∈ . Oleh karena itu, kita peroleh
∫0
1
e−x2
dx=¿∫0
1
(1−x2+ 12
x4−16
x6)dx+∫0
1
R3dx ¿
¿1−13+ 1
10− 1
42+∫
0
1
R3 dx
¿ 23+ 32
420+∫
0
1
R3 dx=312420
+∫0
1
R3 dx
¿ 2635
+∫0
1
R3dx
Karena kita punya 0 ≤∫0
1
R3 dx ≤ 19.24
= 1214
<0,005. Ini mengikuti bahwa
∫0
1
e−x2
dx ≈ 2635
(≈ 0,7429)
Dengan kesalahan kurang dari 0,005.
B. Pendekatan Pengintegralan berdasarkan partisi yang sama
Jika f : [a , b ]→ R adalah fungsi kontinu, kita mengetahui bahwa integral
Riemann-nya ada. Untuk menemukan nilai pendekatan untuk integral ini dengan
6
jumlah minimum dari perhitungan, ini tepat untuk mempertimbangkan partisi Pn dari
[ a , b ] ke dalam sub interval sama yang mempunyai panjang hn≔(b−a)
n. Karenanya
Pn adalah partisi
a<a+hn<a+2 hn<...<a+n hn=b .
Kalau kita mengambil titik tanda pada ujung kiri dan kanan dari subinterval, kita
peroleh perkiraan kiri ke-n :
Ln ( f )≔hn∑k=0
n−1
f ¿¿
dan perkiraan kanan ke-n :
Rn ( f )≔hn∑k=1
n
f ¿¿
Harus dicatat bahwa ini mudah untuk mengevaluasi kedua perkiraan sebagai salah
satu saja, karena yang membedakan hanya dengan kondisi f (a) dan f (b). Kecuali
jika kita yang punya alasan untuk meyakini bahwa salah satu dariLn (f ) atau Rn( f )
adalah nilai integral yang semakin dekat dengan sebenarnya dari yang lainnya, kita
ambil secara umum artinya:
12(Ln (f )+Rn ( f ))
Sehingga diperoleh:
12(Ln ( f )+Rn ( f ))=1
2¿
¿ 12
hn(∑k=0
n−1
f (a+k hn )+∑k=1
n
f (a+khn ))¿ 1
2hn(F (a )+∑
k=1
n−1
f ( a+k hn )+∑k=1
n−1
f ( a+k hn )+ f (a+nhn))Sehingga diperoleh T n ( f )≔ 1
2hn(F (a )+2∑
k=1
n−1
f (a+k hn )+ f (b))(1) T n ( f )≔hn ¿
7
sebagai suatu perkiraan yang layak pada ∫a
b
f .
Bagaimanapun, dicatat bahwa jika f naik pada [a ,b], maka itu telah jelas sebuah sket
dari graf f bahwa
(2) Ln (f ) ≤∫a
b
f ≤ Rn ( f ) .
Dalam hal ini, kita siap melihat bahwa |∫a
b
f −T n ( f )|≤ Rn (f )−T n ( f )
=Rn ( f )−12 ( Rn ( f )+Ln ( f ) )=1
2 ( Rn ( f )−Ln (f ))=12
hn ( f ( b )−f (a ) )
¿ ( f (b )−f (a ) ) . (b−a )2n
Suatu taksiran kesalahan seperti ini berguna, karena ini memberikan suatu batas atas
untuk kesalahan perkiraan dalam kaitan dengan kuantitas yang diketahui pada bagian
awal. Khususnya, ini dapat dipergunakan untuk menentukan seberapa besar kita harus
memilih n agar mempunyai satu perkiraan yang akan benar pada suatu kesalahan
yang ditetapkan ε>0.
Bahasan di atas adalah valid untuk kasus bahwa f naik pada [a ,b]. Jika f turun, maka
ketidaksamaan (2) harus dibalik Ln ( f ) ≥∫a
b
f ≥ Rn ( f ) .. Kita dapat meringkas kedua
kasus pada pernyataan berikut.
7.4.1. Teorema
Jika f : [a , b ]→ R monoton dan jika T n ( f )diberikan oleh (1), maka
(3) |∫ab
f −T n ( f )|≤|f (b )−f (a)|. (b−a)2n
.
Pembuktian:
Karena f monoton, maka f itu monoton naik atau monoton turun pada [ a , b ]
Tinjau f turun, maka
8
Ln ( f ) ≥∫a
b
f ≥ Rn ( f )
Sehingga diperoleh |∫ab
f −T n ( f )|≤ Ln ( f )−T n (f )
=Ln (f )−12 ( Ln ( f )+Rn (f ))=1
2 (Ln (f )−Rn ( f ) )=12
hn (f (a )−f ( b ) )
¿ ( f (a )− f (b ) ) . (b−a )2n
=|f (a )−f ( b )|. (b−a )2 n
f ( a )−f (b )>0
¿|−(f (b )−f (a ))|. (b−a )2n
=|f (b )− f (a )|. (b−a )2n
terbukti
7.4. 2 Contoh
Jika f ( x )≔e−x2
pada [0,1], maka f turun. Mengacu pada (3) bahwa jika n=8, maka
|∫01
e− x2
dx−T 8( f )|≤ (1−e−1)16
<0,04 , dan jika n=16 , maka
|∫01
e− x2
dx−T 16( f )|≤ (1−e−1)32
<0,02. Selanjutnya dapat dilihat contoh 7.4.5.
C. Metode Pendekatan Pengintegralan
1. Aturan Trapeoid
Metode integral numerik dalam aturan trapezoid didasarkan pada pendekatan fungsi
kontinu f : [a .b]→ R fungsi linear kontinu. Misal n ϵ N dan sebagaimana sebelumnya,
misal hn=(b−a)/n dan pertimbangan partisi Pn. Kita mendekati f dengan fungsi
linear gn yang melalui titik (a+khn , f(a+khn)), dimana k=0,1,…,n. Dapat dilihat
bahwa integral ∫a
b
f kira-kira akan sama dengan integral ∫a
b
gn dimana n adalah
nilainya cukup besar.
9
Karena daerah trapezoid dengan dasar horisontal h dan sisi vertikal l1 dan l2 diketahui
12
h(l1+l2) kita peroleh
Untuk k=0,1,…,n-1. Dimana batas tiap bagian titik di Pn kecuali a dan b dibawah
untuk dua sub interval yang berdekatan. Kita peroleh,
Dari teorema 7.4.1, diperoleh taksiran kesalahan pada kasus dalam kondisi dimana f
monoton; sekarang tanpa pembatasan ini pada f, tapi dalam turunan kedua f’’ dari f’.
Teorema 7.4.3
Misal f, f’, f’’ kontinu pada selang [a,b] dan anggap bahwa Tn(f) adalah pendekatan
trapezoid ke-n. Maka terdapat c ϵ [a ,b] sedemikian sehingga;
(4)
Kesamaan (4) menghasilkan batas atas dan batas bawah untuk selisih T n ( f )−∫a
b
f .
Contoh:
Jika f ' ' (x )≥ A>0 untuk setiap x ϵ [ a , b ], maka persamaan (4) menyiratkan bahwa
perbedaan ini selalu melebihi 1
12A (b−a)hn
2. Jika kita hanya mempunyai f’’(x) ≥ 0
untuk setiapx ϵ [ a , b ], dimana f cekung keatas, maka dengan menggunakan pendekatan
trapezoid maka nilainya akan selalu lebih besar.
7.4.4 Corolarry
Misal f, f’, f’’ adalah fungsi kontinu, maka |f ' '(x )|=B2 untuk setiap x ϵ [ a , b ] sehingga
(5)
10
Ketika batas atas B2 dapat ditentukan, persamaan (5) dapat digunakan untuk
menentukan berapa besar nilai n yang harus dipilih agar hasilnya lebih akurat.
7.4.5 Contoh
Jika f ( x )=e−x2
dalam selang interval [0,1], maka dapat dicari f ' ' ( x )=2 e−x2
( 2x2−1 ),
jadi kita dapat menentukan bahwa B2=2 . begitupun jika n=8, maka
Dilain hal jika n=16, maka kita mempunyai
Jadi, keakuratan nilai yang diperoleh menggunakan pendekatan trapezoid lebih baik
dari pada contoh 7.4.2.
2. Aturan Midpoint
Suatu metode yang secara jelas dalam mendekati integral dari f adalah untuk
mengambil jumlah Riemann yang dievaluasi pada midpoints dari subintervals.
Dengan demikian, jika Pn adalah partisi berjarak sama yang diberikan sebelumnya,
perkiraan Midpoint dari f :
M n (f )≔hn( f (a+12 hn)+ f (a+
32 hn)+…+ f (a−1
2 hn))(6) =hn∑
k=1
n
f ¿¿
Metode lain mungkin dapat menggunakan fungsi linier piecewise (sepotong-
sepotong) yang merupakan garis singgung dari graf fungsi f pada midpoints dari
subintervals ini. Pada mulanya, ini tampak seperti kalau kita akan mengetahui
kemiringan dari baris garis singgung ke graf dari f di masing-masing midpoints
a+(k−12
hn) ( k=1,2 , …, n). Bagaimanapun, ini adalah latihan di geometri untuk
memperlihatkan bahwa area dari trapezium yang teratas adalah baris garis singgung
pada midpoint a+¿adalah sama ke area persegi panjang dengan ketinggian f ¿
(Lihat Figur 7.4.1.)
11
Dengan demikian, area ini diberikan oleh (6), dan "Aturan Trapesium Garis
Singgung" sama halnya dengan "Aturan Midpoint". Kita sekarang menyatakan suatu
teorema yang menunjukkan bahwa aturan Midpoint memberikan hasil yang lebih baij
tingkat keakuratannya dibanding dengan aturan Trapezoid dengan satu faktor dari 2.
Berikut Gambar 7.4.1. Trapesium Garis Singgung (The Tangent Trapezoid).
7.4.6. Teorema
Misalkan f , f ' , f ' ' kontinu pada [a ,b] dan misalkan M n( f ) menjadi perkiraan
Midpoint ke-n (6), maka terdapat γ∈ [ a , b ]sedemikian sehingga
(7) ∫a
b
f −M n (f )=(b−a ) hn
2
24. f n ( γ ) .Pembuktian hasil ini terdapat
pada Appendix D buku Introduction to Real Analysis (Bartle dan Shertbert, Third
Edition).
Seperti halnya pada teorema 7.4.3, formula (7) dapat digunakan untuk memberikan
batas atas dan batas bawah untuk selisih ∫a
b
f −M n ( f ) ,walaupun ini adalah sebuah
batas atas yang biasanya dengan menarik lebih besar. Perbedaannya dengan aturan
Trapezoid, jika fungsinya convex, maka perkiraan Midpoint selalu sangat kecil.
Hasil berikutnya sesuai dengan Corollary 7.4.4.
7.4.7. Corollary
f ¿
a+ (k−1 ) k a+(k−12 )h
a+kh
12
Misalkan f , f ' , f ' ' kontinu, dan misalkan |f ' '(x )|≤ B2untuk semua x∈ [a ,b ], maka
|M n ( f )−∫a
b
f|≤ (b−a)hn2
24. B2=
(b−a)3
24n2 . B2
3. Aturan Simpson
Pendekatan yang terakhir adalah menggunakan aturan simpson yang lebih baik dari
pada menggunakan aturan trapezoid dan aturan Midpoint dan tidak memerlukan
perhitungan yang lebih banyak. Mengenai masalah kecekungan maupun
kecembungan tidak memberikan banyak informasi kesalahan untuk metode ini.
Sedangkan aturan trapezoid dan aturan Midpoint didasarkan pada perkiraan dari f
oleh fungsi linear piecewise (sepotong-sepotong). Pendekatan dengan aturan simpson
pada fungsi f dengan bentuk parabolik. Aturan ini memerlukan tiga titik untuk
membantu perhitungan seperti:
(-h, y0), (0,y1), dan (h,y2)
Ketiga titik diatas melalui persamaan fungsi kuadrat q(x) = Ax2 + Bx + C mempunyai
sifat bahwa
Sekarang dimisalkan bahwa f adalah fungsi kontinu di selang [a,b] dan n ϵ N harus
genap, dan misalkan hn=(b-a)/n. Pada masing-masing subinterval ganda
[a,a+2hn], [a+2hn, a+4hn], [b-2hn,b],
Kita dekati f dengan n/2 fungsi kuadrat diperoleh;
Aturan simpson didefinisikan sebagai berikut;
Koefisien nilai f pada n+1 partisi titik mengikuti pola berikut;
1, 4, 2, 4, 2, …, 4, 2, 4, 1.
13
7.4.8 Teorema
Misal f, f’, f’’, f(3),dan f(4) kontinu pada selang [a,b] dan n ϵ N genap. Jika Sn(f) adalah
pendekatan simpson ke n, maka terdapat c ϵ [a , b] sedemikian sehingga
7.4.9 CorollaryMisal f, f’, f’’, f(3),dan f(4) kontinu pada selang [a,b] dan |f (4 )(x )|≤ B4 untuk semua
x ϵ [a ,b ]. Maka
Keberhasilan penggunaan persamaan ini tergantung pada bagaimana menemukan
batas atas untuk turunan ke-empat.
7.4.10 Contoh
Jika f ( x )=4e− x2
dalam selang interval [0,1], maka dapat diperoleh
Dimana mengikuti |f (4 )(x )|≤ 20 untuk x ϵ [0,1], jadi kita dapat menentukan B4=20.
Dari persamaan ini bahwa jika n=8 maka
Dan jika n=16 maka
Catatan
Pendekatan Midpoint ke-n Mn(f) dapat di kembangkan menjadi pendekatan trapezoid
ke-2n dan simpson dengan menggunakan rumus
14
Contoh Soal:
Penerapan metode pendekatan Pengintegralan
Selesaikan dengan pendekatan Trapezoid, Midpoint dan Simpson untuk
Penyelesaian:Dengan pendekatan Trapezoid,
Dengan pendekatan Midpoint,
Dengan pendekatan Simpson,
Contoh berikut ini merupakan penerapan pada
Diketahui nilai dari diperoleh dengan cara langsung adalah 0,6667
Melalui substitusi bentuk pengintegralan ∫−1
0
f (u)du dengan u=x3+1 dan du=3 x2dx
sehingga dapat ditulis:
∫2
3 1ln x
dx , n=10
∫2
3 1ln x
dx≈T 10=12⋅10 [ f (2)+2 f (2 .1 )+2 f (2 .2 )+2 f (2 .3 )+.. .+2 f (2 . 9)+ f (3) ]
≈1 . 119061
∫2
3 1ln x
dx≈M 10=110 [ f (2. 05 )+ f (2 .15 )+f (2.25)+ f (2 .35 )+.. .+f (2. 85 )+ f 2. 95 )]
≈1 . 118107
∫2
3 1ln x
dx≈S10=13⋅10 [ f (2 )+4 f (2 .1 )+2 f (2. 2)+4 f (2. 3 )+. . .+2 f (2 .8 )+4 f (2 . 9)+ f (3) ]
≈1 . 118428
∫−1
0 (√ x3+1 )3 x2 dx
∫−1
0 (√ x3+1 )3 x2dx
∫−1
0 (√ x3+1) 3 x2 dx=∫−1
0√u du=∫−1
0u
12 du=[ 2
3( 03+1 )
32 ]−[ 2
3((−1 )3+1 )
32 ]=2
3=0 ,6667
∫−1
0 (√ x3+1 )3 x2dx
15
Selanjutnya, diselesaikan dengan pendekatan Trapezoid,
Midpoint dan Simpson dengan pengambilan jumlah partisi n=8
Penyelesaian:
Dengan pendekatan Trapezoid,∫−1
0 (√ x3+1) 3 x2 dx≈T 8=1
2⋅8 [ f (−1 )+2 f (−1+ 18)+2 f (−1+ 2
8)+2 f (−1+ 3
8)+2 f (−1+ 4
8)+2 f (−1+ 5
8)+2 f (−1+ 6
8)+2 f (−1+ 7
8)+ f (0 )]
T 8=1
16 [ f (−1 )+2 f (−0 ,875 )+2 f (−0 , 75)+2 f (−0 ,625 )+2 f (−0,5 )+2 f (−0 ,375)+2 f (−0 ,25 )+2 f (−1,25 )+ f (0 )]
=116
[0+2 ,639+2 ,566+2 , 038+1 , 403+0 , 821+0 , 372+0 ,094+0 ]
=116
(9 , 933 )
=0 ,6208
Dengan pendekatan Midpoint,∫−1
0 (√ x3+1)3 x2 dx≈T 8=18 [ f (−1+ 1
16)+ f (−1+ 3
16)+ f (−1+ 5
16)+f (−1+ 7
16)+ f (−1+ 9
16)+ f (−1+ 11
16)+ f (−1+ 13
16)+ f (−1+ 15
16)]
M 8=18 [ f (−0 ,9375 )+f (−0 ,8125 )+f (−0 , 6875 )+ f (−0 , 5625)+ f (−0 , 4375 )+ f (−0 , 3125)+ f (−0 , 1875)+ f (−0 ,0625 )]
=18
[1 , 106+1 ,348+1,165+0 ,861+0 ,550+0 ,288+0 , 105+0 , 012 ]
=18
(5 ,435 )
=0 ,6794
Dengan pendekatan Simpson,∫−1
0 (√ x3+1 )3 x2dx≈T 8=1
3⋅8 [ f (−1 )+4 f (−1+ 18)+2 f (−1+ 2
8)+4 f (−1+ 3
8)+2 f (−1+ 4
8)+4 f (0− 3
8)+2 f (0−2
8)+4 f (0− 1
8)+f (0)]
S8=1
24 [ f (−1)+4 f (−0 ,875 )+2 f (−0 ,75)+4 f (−0 ,625 )+2 f (−0,5 )+4 f (−0 ,375 )+2 f (−0 ,25)+4 f (−0 ,125 )+f ( 0)]
=124
[0+5 , 278+2 ,566+4 , 075+1 , 403+1 ,642+0 ,372+0 ,187+0 ]
=124
(15 ,525)
=0 ,6469
16
Dari ketiga pendekatan yang digunakan, dapat dilihat selisih hasil pengintegralan
yang dilakukan dengan nilai integral sebenarnya, sebagai berikut:
a. Dengan pendekatan Trapezoid
|T n( f )−∫a
b
f|=|T 8()−∫−1
0
❑|=|0,6208−0,6667|=0,0459
b. Dengan pendekatan Midpoint
|M n( f )−∫a
b
f|=|M 8()−∫−1
0
❑|=|0,6794−0,6667|=0,0127
c. Dengan pendekatan Simpson
|Sn( f )−∫a
b
f|=|S8()−∫−1
0
❑|=|0,6469−0,6667|=0,0198
BAB III
PENUTUP
B. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada Bab II, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Prosedur dasar dalam pendekatan pengintegralan dapat diperoleh dengan
menggunakan fungsi lain yang dapat dicari nilai integralnya dan mengapit fungsi
yang akan dihitung nilai integralnya, dituliskan bahwa jika
g ( x )≤ f ( x )≤ h ( x ) , untuk semua x∈[a ,b]], maka ∫a
b
g≤∫a
b
f ≤∫a
b
h. Kemudian dapat
juga dilakukan dengan menerapkan teorema Taylor.
17
2. Pendekatan pengintegralan berdasarkan partisi yang sama dilakukan dengan
menyatakan partisi pada [a , b] dari f menjadi n subinterval yang sama panjang.
Kemudian dengan mengambil titik ujung kiri dan kanan subinterval diperoleh
perkiraan kiri dan kanan yang rata-ratanya dapat dinyatakan sebagai:
T n ( f )≔hn ¿
sehingga menurut Teorema 7.4.1 Jika f : [a ,b ] → R monoton dan jika T n ( f )
diberikan, maka |∫ab
f −T n ( f )|≤|f (b )−f (a)|. (b−a)2 n
.
3. Metode pendekatan pengintegralan lain yang dapat digunakan antara lain:
a. Aturan Trapezoid
b. Aturan Midpoint
c. Aturan Simpson
C. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis merekomendasikan agar
perhitungan ∫a
b
f dengan pendekatan (aproksimasi) dapat digunakan beberapa cara
disesuaikan dengan keterangan fungsi f itu sendiri. Pendekatan dengan menggunakan
aturan simpson dirasakan lebih baik dari pada menggunakan aturan trapezoid karena
tidak memerlukan perhitungan yang lebih banyak serta tingkat ketelitiannya lebih
mendekati nilai integral yang sebenarnya. Pendekatan dengan menggunakan aturan
Midpoint juga lebih relatif mudah dilakukan dan tingkat ketelitiannya melebihi nilai
integral sebenarnya dengan selisih yang sangat kecil.
∫a
bf ( x )dx≈T n=
12
hn [ f ( x0 )+2 f ( x1)+2 f ( x2 )+. ..+2 f (xn−1)+ f ( xn )]
∫a
bf ( x )dx≈M n=
b−an [ f ( x1)+ f ( x2)+. . .+ f ( xn )] , x i=a+(k−1
2 )hn
∫a
bf ( x )dx≈Sn=
b−a3 n [ f ( x0 )+4 f ( x1 )+2 f ( x2 )+. . .+2 f ( xn−2)+4 f ( xn−1 )+ f ( xn) ]
18
DAFTAR PUSTAKA
Bartle, Robert G. dan Sherbert, Donal R. 1999. Introduction To Real Analysis (Third Edition). USA: John Wiley & Sons, Inc.
http://google.com/approximation-integration. diakses pada tanggal 17 Oktober 2011.