ANALISIS DONGENG NINI ANTÉH DAN RELEVANSINYA DENGAN SASTRA ANAK DAN REMAJA
BAB I A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah proses ...repository.uinbanten.ac.id/4157/3/ISI...
Transcript of BAB I A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah proses ...repository.uinbanten.ac.id/4157/3/ISI...
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku baik
menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap bahkan
meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan
belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar,
mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses dan hasil
belajar semuanya itu termasuk dalam tanggung jawab guru.
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan, dalam prosesnya belajar mengajar
melibatkan dua pelaku aktif yaitu guru dan siswa. Guru sebagai
pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa yang di
desain secara sengaja, sistematis dan berkesinambungan.
Sedangkan siswa sebagai subjek pembelajaran merupakan pihak
yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan oleh seorang
guru.
2
Belajar mengajar harus ada interaksi yang baik antara
guru dan siswa supaya pembelajaran berjalan aktif sampai
kegiatan belajar mengajar selesai. Terkadang jika seorang guru
mengajar dengan pembelajaran yang monoton hanya terfokus
pada ceramah siswa pun akan merasa bosan untuk mengikuti
pembelajaran tersebut, bahkan jika siswa sudah tau jika seorang
guru itu membosankan maka mereka akan meremehkan
pelajaran yang diajarkan, bahkan ada sebagian yang lebih
memilih tidur selama pembelajaran berlangsung dari pada harus
mendengarkan penjelasan guru.
Menurut Nini Subini dalam bukunnya menyatakan
bahwa “Gaya Belajar adalah cara seseorang merasa mudah,
nyaman, dan aman saat belajar, baik dari sisi waktu maupun
secara indra.”1 Gaya belajar adalah gaya yang dipilih seseorang
untuk mendapatkan informasi atau pengetahuan dalam suatu
proses pembelajaran. Seseorang pada umumnya akan sulit
memproses informasi dengan cara yang tidak nyaman bagi
1 Nini Subini, Rahasia Gaya Belajar Orang Besar, jakarta, hlm. 12
3
mereka karena setiap orang memiliki kebutuhan belajar sendiri.
Oleh karena itu kebutuhan belajar setiap orang berbeda, cara
belajar serta memproses informasi pun berbeda.
Gaya belajar pada diri siswa dapat membantu mendorong
semangat belajar, jika seorang siswa sudah memiliki semangat
belajar dapat dipastikan akan berpengaruh juga pada hasil belajar
siswa. Namun jika seorang siswa belajar bukan dengan cara
belajar atau gaya belajar yang dimilikinya kemungkinan akan
berpengaruh juga pada hasil belajarnya.Hasil reset menunjukkan
bahwa murid yang belajar dengan menggunakan gaya belajar
mereka saat mengerjakan tes dominan akan mencapai nilai yang
jauh lebih tinggi dibandingkan bila mereka belajar dengan cara
yang tidak sejalan dengan gaya belajar mereka.
Menurut Purwanto dalam artikel pendidikan tidak ada
pelajaran yang membosankan, yang ada yaitu penyampaian
materi yang tidak sesuai dengan gaya belajar siswa yang
mengakibatkan siswa menjadi bosan dan mengantuk dalam
proses pembelajaran. Banyak siswa yang biasa tidak minat
4
mengikuti pelajaran atau mengabaikan pelajaran dikarnakan
seorang guru yang tidak baik dalam menyampaikan suatu
materi, baik dari gaya mengajar, maupun karna guru belum
mengerti karakter gaya belajar siswa yang diajarnya. Sehingga
membuat siswa merasa bosan pada pembelajaran dan akhirnya
nilai atau hasil belajar mereka akan berpengaruh juga.
Mengingat pentingnya gaya belajar itu sendiri seperti
yang diungkapkan oleh Bobby Deporter dalam buku Quantum
Learning bahwa gaya belajar adalah suatu kunci untuk
mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, sekolah, maupun
situasi pribadi.2 Ketika anda menyadari bagaimana anda dan
oranglain menyerap dan mengolah informasi, maka anda dapat
menjadikan belajar akan lebih mudah dengan gaya belajar anda
sendiri.
Siswa sebagai komponen dalam pembelajaran dituntut
untuk giat belajar agar mencapai hasil belajar yang baik.
keberhasilan belajar ditandai dengan adanya perubahan-
2 Deporter Bobbi, Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman danMenyenangkan, Penerbit Kaifah, 1999. Hlm. 25
5
perubahan pada diri siswa yang semakin lebih baik.
keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain: intelegensi, minat, bakat, keadaan sosial, metode
mengajar, media, kesiapan belajar, teman belajar dan gaya
belajar.
Minat belajar biasanya timbul dari dalam diri siswa yang
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Minat merupakan
adanya ketertarikan pada diri seseorang untuk melakukan suatu
hal. Minat belajar pada diri siswa biasanya akan mendukung
siswa untuk mengikuti kegiatan belajar berikutnya. Oleh karena
itu, minat memiliki peran penting dalam suatu pembelajaran.
Minat belajar sebagai salah satu faktor internal
mempunyai peranan yang sangat menunjang dalam prestasi
belajar siswa, siswa yang berminat terhadap bahan pelajaran
akan menunjukkan sikap yang kurang simpatik, malas dan tidak
bergairah untuk mengikuti proses pembelajaran.
Peserta didik juga masing masing memiliki gaya belajar
yang berbeda beda. Gaya belajar adalah cara termudah peseta
6
didik memperoleh informasi, dan setiap peserta didik memiliki
gaya belajar yang berbeda. Peserta didik umumnya belajar
melalui Visual (apa yang dapat dilihat atau diamati), Auditory
(apa yang dapat didengar), dan Kinesthetic (apa yang dapat
dilakukan) sehingga mereka memerlukan perlakuan yang
berbeda sesuai dengan gaya belajarnya masing masing. Adapun
karakteristik dari gaya belajar kinestetik sendiri diantaranya
yaitu:
Karakteristik seseorang dengan gaya belajar Kinestetik:
1. Ketika menyampaikan pendapat biasanya disertai dengan
gerakan tangan atau bahasa tubuh yang melibatkan anggota
tubuh lain seperti wajah, mata, dan sebagainya.
2. Mudah memahami materi pelajaran yang sudah dilakukan,
tetapi akan sulit untuk mengingat materi yang sudah dikatakan
atau dilihat.
3. Ketika membaca, ia lebih suka menunjuk kata kata dalam
bacaan dengan jarinya.
4. Ingin melakukan segala sesuatu.
7
Sebagaimana telah dipaparkan diatas bahwa setiap
individu memiliki keunikan atau memiliki gaya belajar masing-
masing berbeda satu sama lain. Dua anak yang tumbuh dalam
lingkungan yang sama dan mendapat perlakuan yang sama oleh
keluarga nya belum tentu akan memiliki pemahaman pemikiran
yang sama. Begitupun gaya belajar masing masing orang
pastinya setiap orang memiliki gaya belajar yang sesuai dengan
kemampuan dirinya.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Gaya Belajar Kinestetik
terhadap Minat belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih
materi Shalat Jama’ dan Qashar”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di
identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Kurang adanya semangat belajar siswa, sehingga tidak
menimbulkan pembelajaran yang aktif.
2. Guru tidak memahami karakteristik gaya belajar siswa
3. Siswa tidak ada minat belajar pada mata pelajaran fiqih.
8
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka masalah dalam
penelitian ini akan dibatasi pada hal berikut:
1. Pengaruh Gaya Belajar Kinestetik terhadap Minat Belajar siswa
pada mata pelajaran Fiqih materi “Shalat Jama’ dan Qashar”
2. Siswa-siswi yang dijadikan penelitian yaitu yang cenderung
memiliki gaya belajar kinestetik.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gaya belajar kinestetik siswa pada mata pelajaran
fiqih di MTS Darussalam Pipitan?
2. Bagaimana minat belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTS
Darussalam Pipitan?
3. Apakah terdapat pengaruh gaya belajar kinestetik terhadap minat
belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTS Darussalam
Pipitan?
9
E. Tujuan Penelitian
Dari Rumusan Masalah diatas, maka tujuan diadakannya
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui ada berapa siswa yang memiliki gaya belajar
kinestetik pada mata pelajaran Fiqih di MTS Darussalam Pipitan.
2. Untuk mengetahui minat belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih
di MTS Darussalam Pipitan.
3. Untuk mengetahui pengaruh gaya belajar kinestetik terhadap
minat belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih materi “Shalat
jama’ dan Qasar” di MTS Darussalam Pipitan.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Lembaga Pendidikan
Sebagai motivasi yang membangun guna meningkatkan kualitas
lembaga pendidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada,
dan penentuan kebijakan dalam lembaga pendidikan.
10
2. Bagi Guru
Sebagai motivasi kepada guru bidang studi untuk meningkatkan
minat belajar siswa dengan memerhatikan model, metode atau
strategi dalam pembelajaran.
3. Bagi Siswa
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran siswa, dan untuk
meningkatkan kemampuan siswa juga dapat membantu
meningkatkan semangat dan minat belajar siswa.
4. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan yang lebih baik
dalam bidang pengajaran dan menambah wawasan dalam bidang
penelitian, sehingga dapat dijadikan sebagai latihan bagi penulis.
5. Bagi Pengembang Ilmu
Untuk dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau
dikembangkan lebih lanjut, serta referensi terhadap penelitian
yang sejenis.
G. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini terbagi menjadi lima Bab, dengan sistematika
pembahasan sebagai berikut:
11
Bab I Pendahuluan. Dalam pendahuluan berisi: Latar Belakang
Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.
Bab II Tinjauan Pustaka. Berisi: Kajian Teori, Penelitian
terdahulu Kerangka Berpikir, dan Pengajuan Hipotesis. Adapun
Kajian Teori yang membahas tentang berbagai teori yang berkaitan
dengan judul yaitu Pengaruh Gaya Belajar Kinestetik terhadap
Minat Belajar Siswa pada mata pelajaran Fiqih.
Bab III Metodologi Penelitian. Berisi tentang: Waktu dan
Tempat Penelitian Metode Penelitian, Populasi dan Sampel
Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Instrumen Penelitian, Teknik
Analisis Data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Berisi tentang:
Analisis data tentang Gaya Belajar Kinestetik (Variabel X), Analisis
Data Minat Belajar (Variabel Y), dan Analisis Data Pengaruh Gaya
Belajar Kinestetik terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran
Fiqih kelas VII SMP Negeri 6 kota Cilegon.
Bab V Penutup. Berisi tentang: Kesimpulan dan saran.
12
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Hakikat Gaya Belajar Kinestetik
1. Konsep Belajar
a. Pengertian Belajar
Dikehidupan sehari-hari, belajar diartikan orang
secara sempit yaitu menghafal, mencari atau memperoleh
pengetahuan. Dalam kaitannya dengan perkembangan
manusia, belajar adalah faktor penentu proses perkembangan,
manusia memperoleh hasil perkembangan berupa
pengetahuan sikap, keterampilan, nilai, reaksi, keyakinan dan
lain-lain. Tingkah laku yang dimiliki manusia adalah
diperoleh melalui belajar.
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai
akibat pengalaman atau latihan. Proses perubahan tingkah
laku atau proses belajar yang terjadi pada diri individu itu
merupakan proses internal psikologis yang dapat diketahui
secara nyata. “Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses
13
yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang.”3 Perubahan belajar berhubungan dengan
perubahan yang terjadi pada diri individu setelah berinteraksi
dengan lingkungan. Lingkungan adalah fakta yang dapat
membantu merangsang perhatian individu untuk
mempelajarinya.
Berdasarkan definisi-definisi dari beberapa ahli dapat
disimpulkan dalam beberapa hal penting yang berkaitan
dengan pengertian belajar sebagai berikut :
1) Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai
akibat pengalaman atau latihan.4
2) Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupa
memperoleh perilaku yang baru atau
memperbaiki/meningkatkan perilaku yang sudah ada.5
3 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan berdasarkan kurikulum nasional,(Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya). 62
4 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar,(Ciputat, Jakarta. PT Logos WacanaIlmu, Bukit Pamulang Indah V, Jl. Poksay Pemulang Timur, 1999). 35
5 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar,(Prenadamedia Grup, Jl. Tambra Raya No. 23 Rawamangun. Jakarta. 2016). 55
14
3) Perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh belajar
dapat berupa perilaku yang baik (posistif) atau perilaku
yang buruk (negatif).6
4) Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar itu terjadi
melalui usaha dengan mendengar, membaca, mengamati,
memikirkan, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau
berarti dengan pengalaman atau latihan. Jadi perubahan
perilaku akibat kematangan atau pertumbuhan fisik itu
bukan hasil belajar.
5) Tingkah laku yang mengalami perubahan akibat belajar itu
menyangkut sema aspek kepribadian/tingkah laku individu,
baik perubahan dalam pengetahuan, kemmpuan,
keterampilan kebiasaan, sikap dan aspek prilaku lainnya.7
6) Belajar itu dalam prakteknya dapat dilakukan disekolah,
atau diluar sekolah. Belajar disekolah senantiasa
diarahkan oleh guru kepada perubahan pengetahuan dan
6 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Fakultas Tarbiyah IAIN WalisongoSemarang, Pustaka Pelajar, Celeban Timur UH III/548 Yogyakarta, 2008). 46
7 Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, (Ar-Ruzz Media, Jl.Anggrek 126 Sambilegi, Maguwoharjo Jogyakarta. 2013) 69
15
perubahan prilaku positif, sedangkan belajar diluar
sekolah yang dilakukan dapat menghasilkan perubahan
prilaku yang positif atau negatif.8
Selanjutnya, belajar sebagai suatu aktifitas internal
psikologis, meskipun prosesnya sulit untuk dilihat secara nyata,
tetapin kriteria persyaratan dalam proses belajar itu dapat
diterapkan berdasarkan kondisi fundamental dalam setiap
kegiatan belajar. Dalam kegiatan yang disebut belajar harus ada
tiga kondisi yang fundamental pada diri orang yang belajar,
yaitu adanya:
a) Suatu dorongan atau kebutuhan untuk belajar/mempelajari
sesuatu.
b) Suatu perangsangan atau isyarat tertentu sebagai tanda atau
bahan materi yang akan dipelajari.
c) Suatu respon utama dari diri orang yang belajar, apakah
berupa tindakan motorik, pengamatan, pemikiran,
penghayatan atau perubahan fisiologis.
8 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan berdasarkan kurikulum nasional,pedoman ilmu jaya, jakarta. Hlm. 56
16
Kondisi fundamentas tersebut sudah menjadi dasar
untuk guru dalam megelola kegiatan belajar mengajar. Yaitu
guru setiap mengajar harus dimulai dengan membangkitkan
minat atau motivasi kepada siswa, kemudian menciptakan
situasi belajar mengajar yang merangsang siswa untuk belajar
dan setiap akhir pembelajaran guru harus mengadakan evaluasi
(post test) untuk mengukur keberhasilan belajar siswa. Apabila
siswa belum berhasil, maka sebagai tindak lanjut kegiatan
evaluasi guru harus memberikan pengajaran remedial kepada
siswa yang membutuhkan.
Adapun secara teoritis menurut taksonomi Bloom, tujuanpendidikan dibagi ke dalam tiga ranah yaitu: 9
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisiperilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual,seperti pengetahuan, pengertian dan keterampilanberpikir.
2. Affective Domain (Ranah Afektif), berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi,seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor), beirsiprilaku-prilaku yang menekankan aspek keterampilanmotorik seperti tulisan tangan, mengetik,dsb.
b. Jenis-Jenis Belajar
9 Firdausannisaa.blogspot.com,09-06-2019,13.15
17
Masalah jenis-jenis belajar dapat dikelompokkan
berdasarkan tujuan belajar, teknik atau metode belajar dan
sebagainy. Menurut Nasution M.A. Dalam bukunya
menyebutkan ada lima jenis belajar. Pengelompokkan jenis-
jenis itu terutama berdasarkan kepada cara atau proses yang
ditempuh dalam belajar. Adapun kelima jenis belajar itu sebagai
berikut : 10
1) Belajar berdasarkan pengamatan (Sensory type of learning)
Jenis belajar ini adalah belajar berdasarkan pengamatan
terhadap objek-objek sekitar dengan alat indra untuk
melihat, mendengar, meraba, mengecap, dan sebagainya.
Contoh : berkat pengamatan seorang anak mula-mula
mengenal ibunya, kemudian anggota keluarga lainnya.
2) Belajar berdasarkan gerak (motor type of learning)
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam belajar
motoris: latihan belajat motoris lebih efektif bila perhatian
tidak dipusatkan pada gerakan itu sendiri. Misalnya belajar
10 Usman efendi, Pengantar Psikologi, angkasa Bandung 1993, hlm. 119-120
18
mobil, perhatian ditujukan pada keadaan lalu lintas tidak
pada gerakan kaki atau tangan, tidak banyak keritik
terutama pada proses belajar permulaan.
3) Belajar bedasarkan menghafal (memory type of learning)
Hal yang dihafal harus jelas kaitannya antara satu masalah
dan masalah lainnya, apa saja yang dihafalkan terlebih
dahulu harus dipahami atau benar-benar dimengerti,
kemudian jangan lupa untuk mengulangi hafalan.
4) Belajar berdasarkan pemecahan masalah (problem solving
type of learning)
Adapun langkah-langkah dalam problem solving
diantaranya: memahami masalah atau problem,
merumuskan hipotesis, mengadakan eksperimen, kemudian
membentuk kesimpulan.
5) Belajar berdasarkan emosi (emotional type of learning).
Belajar berdasarkan emosi bertujuan untuk menanamkan
aspek-aspek kepribadian, misalnya ketekunan, kebersihan,
sikap dan minat.
19
c. Tujuan Belajar
Belajar adalah suatu aktifitas yang bertujuan. Dan
tujuan belajar ini ada yang benar benar disadari dan ada pula
yang kurang begitu disadari oleh orang yang belajar. Tujuan
belajar tersebut erat kaitannya dengan perubahan/
pembentukan tingkah laku tertentu. Menurut Winamo
Surachmad, tujuan belajar disekolah itu untuk: 11
1) Pengumpulan pengetahuan
2) Penenaman konsep dan kecekatan/keterampilan
3) Pembentukan sikap dan perbuatan.
Tujuan belajar dalam dunia pendidikan kita sekarang lebih
dikenal dengan tujuan pendidikan menurut Taksonomi Bloom
yaitu tujuan belajar siswa diarakan untuk mencapai tiga
ranah :
“Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik. Tujuan belajarkognitif untuk memperoleh pengetahuan fakta/ingatan,pemahaman, aplikasi, dan kemampuan berfikir. Tujuanbelajar afektif untuk memperoleh sikap, apresiasi, dan
11 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, PT Logos Wacana Ilmu, BukitPamulang Indah V, Jl. Poksay Pemulang Timur, Ciputat, Jakarta. 1999. Hlm. 39
20
tujuan psikomotorik untuk memperoleh keterampilanfisik yang berkaitan dengan keterampilan gerak.”12
Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku, pola pikir, dan
pemahaman seseorang untuk mencapai sebuah tujuan belajar.
sedangkan tujuan belajar sendiri yaitu suatu proses yang
harus dicapai dalam pembelajaran.
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses
dan hasil belajar siswa disekolah yang secara garis besarnya
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan
faktor eksternal siswa. Menurut M. Alisuf Sabri dalam
bukunya menyatakan ada tiga faktor yang mempengaruhi
belajar diantaranya: 13
1) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu: faktor lingkungan alam/non sosial dan
12 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendiidkan berdasarkan kurikulum nasional,jakarta 2007, hlm.58
13 M. Alisuf Sabri, psikologi pendiidkan berdasarkan kurikulum nasional,pedoman ilmu jaya jakarta, hlm. 60-61
21
faktor lingkungan sosial. Yang termasuk faktor
lingkungan non sosial/alami seperti: keadaan suhu,
kelembaban udara, waktu, tempat/letak gedung sekolah,
dan sebagainya. Faktor lingkungan sosial seperti budaya
akan mempengaruhi proses dan hasil siswa.
2) Faktor instrumental
Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana
kelas, sarana alat pengajaran, media pengajaran, guru
dan kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar
mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses
dan hasil belajar siswa.
3) Faktor kondisi internal siswa
Faktor kondisi siswa ini diuraikan menjadi dua
macam yaitu kondisi fisiologis siswa dan kondisi
psikologis siswa. Faktor kondisi fisiologis siswa terdiri
dari kondisi kesehatan dan kebugaran fisik dan kondisi
panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran.
Adapun faktor psikologis yang akan mempengaruhi
22
keberhasilan belajar siswa adalah faktor : minat, bakat,
intelegensi, motivasi dan kemampuan kognitif.
Sedangkan dalam buku karangan Yahdinil Firda Nadira,
menyatakan faktor yang mempengaruhi belajar diantaranya: 14
a) Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) yakni,
keadaan /kondisi jasmani dan rohani siswa.
b) Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa) yakni, kondisi
lingkungan disekitar siswa.
c) Faktor pendekatan siswa (approach to learning), yakni
jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan
metode yang digunakan guru untuk melakukan kegiatan
pembelajaran materi-materi pelajaran.
Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa banyak
sekali faktor faktor yang mempengaruhi belajar siswa,
diantaranya faktor dari dalam diri siswa (faktor internal),
faktor dari luar siswa seperti lingkungan, teman bermain dsb
(faktor eksternal), dan faktor yang meliputi strategi dan
14 Yahdinil Firda Nadirah, Psikologi belajar dan mengajar, DinasPendidikan Provinsi Banten, Jl.Syah, Nawawi KP3B Palima Curug SerangBanten,2017. Hlm. 45
23
metode pembelajaran yang digunakan guru ketika mengajar
(faktor pendekatan siswa).
3. Gaya Belajar
Akhir-akhir ini timbul pikiran baru dalam pendidikan
disekolah, yaitu guru dalam mengajar harus memperhatikan gaya
belajar (learning style) siswa. Pemikiran itu timbul mengingat
hasil penelitian dalam mencari metode mengajar mana yang
paling sesuai untuk mengajar, ternyata semuanya gagal karena
setiap mengajar efektifitasnya akan sangat tergantung pada cara
atau gaya belajar siswa dan kesanggupan intelektualnya.15
Oleh karena itu mengetahui gaya belajar setiap siswa serta
berupaya memperbaiki gaya belajar siswa yang kurang baik bagi
seorang guru adalah merupakan suatu usaha yang sangat penting
dalam upaya mewujudkan keberhasilan mengajar.
Menurut Sarasin dalam bukunya yang berjudul Learning
Style Perspectives, Impact in the classroom, gaya belajar adalah
pola perilaku spesifik dalam menerima informasi baru,
mengembangkan keterampilan baru, serta proses menyimpan
informasi dan keterampilan baru. Gaya belajar merupakan
15 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan berdasarkan kurikulum nasiona,pedoman ilmu jaya, jakarta. Hlm. 101
24
kumpulan karakteristik pribadi yang membuat pembelajaran
efektif untuk beberapa orang dan tidak efektif untuk oranglain. 16
Gaya belajar pada diri siswa dapat membantu mendorong
semangat belajar, jika seorang siswa sudah memiliki semangat
belajar dapat dipastikan akan berpengaruh juga pada hasil belajar
siswa. Namun jika seorang siswa belajar bukan dengan cara
belajar atau gaya belajar yang dimilikinya kemungkinan akan
berpengaruh juga pada hasil belajarnya.Hasil reset menunjukkan
bahwa murid yang belajar dengan menggunakan gaya belajar
mereka saat mengerjakan tes dominan akan mencapai nilai yang
jauh lebih tinggi dibandingkan bila mereka belajar dengan cara
yang tidak sejalan dengan gaya belajar mereka.
a. Pengertian Gaya Belajar
Menurut kesimpulan S. Nasution, “gaya belajar adalah
cara yang paling baik dilakukan oleh seorang murid dalam
menangkap stimulus atau informasi, cara cepat mengingat
16 Nini Subini, Raahasia Gaya Belajar Orang Besar, jakarta, hlm. 13
25
dan memahami pelajaran.”17 Gaya belajar atau learning style
ialah cara siswa bereaksi dan menggunakanperangsang-
perangsang yang diterimanya dalam belajar atau proses
belajar mengajar disekolah.
Dalam buku Rahasia Gaya Belajar Orang Besar
karangan Nini Subini menyatakan bahwa “Gaya Belajar
adalah cara seseorang merasa mudah, nyaman, dan aman saat
belajar, baik dari sisi waktu maupun secara indra.”18 Gaya
belajar adalah gaya yang dipilih seseorang untuk
mendapatkan informasi atau pengetahuan dalam suatu proses
pembelajaran. Seseorang pada umumnya akan sulit
memproses informasi dengan cara yang tidak nyaman bagi
mereka karena setiap orang memiliki kebutuhan belajar
sendiri. Oleh karena itu kebutuhan belajar setiap orang
berbeda, cara belajar serta memproses informasi pun
berbeda.
17 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan berdasarkan kurikulum nasiona,pedoman ilmu jaya, jakarta. Hlm.102
18 Nini Subini, Rahasia Gaya Belajar Orang Besar, jakarta, hlm. 12
26
Perlu diingat, bagaimanapun gaya belajar yang
diterapkan, kita harus dapat menyerap apa yang dipelajari
secara optimal. Tidak ada gaya belajar yang lebih baik
dibandingkan yang lain. Misalnya jika seseorang nyaman
dengan belajar saat malam hari, pergunakan waktu dimalam
hari secara maksimal. Begitu pula jika seseorang merasa
mudah menyerap informasi dengan melalui pengalaman, cari
dan lakukan apa yang seharusnya dilakukan.
b. Macam-macam Gaya Belajar
Setiap orang adalah individu yang unik, masing-
masing mempunyai caranya sendiri untuk sukses. Meskipun
kita melihat suatu kejadian pada waktu yang bersamaan,
tidak menjamin kita akan sama dalam melaporkan apa yang
kita lihat. Hal ini karena setiap orang memiliki cara berpikir
dan memahami sesuatu yang berbeda-beda. Seperti yang
dikemukakan diatas gaya belajar setiap orang berbeda-beda.
Ada yang belajar lebih cepat dengan membaca, mengamati,
bereksperimen, pengalaman, dan sebagainya.
27
Menurut Bobby Deporter, ada dua hal yang perlu
diperhatikan dalam gaya belajar:
Pertama adalah cara seseorang menyerap informasidengan mudah atau sering disebut sebagai modalitas.Kedua adalah cara orang mengelola dan mengaturinformasi tersebut. Modalitas belajar adalah caraseseorang menyerap informasi melalui indra yang kitamiliki.19
Masing-masing orang mempunyai kecenderungan
berbeda-beda dalam menyerap informasi.
Perbedaan modalitas atau gaya belajar siswa
berkaitan dengan kemampuan pada diri siswa tersebut, tidak
banyak siswa yang memiliki gaya belajar atau modalitas
belajar yang sama maka terkadang ada saja siswa yang
kurang memperhatikan pelajaran jika tidak sesuai dengan
modalitas dirinya. Modalitas dalam belajar dibagi menjadi
tiga klompok diantaranya sebagai berikut: 20
1) Belajar dengan cara melihat (Visual Learning)
2) Belajar dengan cara mendengar (Auditory Learning)
19 Bobbi Deporter , Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman danMenyenangkan, Penerbit Kaifah, 1999. Hlm. 5520 Nini Subini, Rahasia Gaya Belajar Orang Besar, jakarta, hlm. 16
28
3) Belajar dengan cara melakukan gerakan (Kinesthetic
Learning)
Orang visual akan sangat mudah melihat atau
membayangkan apa yang diterangkan. Mereka sering melihat
gambar yang berhubungan dengan kata atau perasaan dan
kemudian mereka akan mengerti suatu informasi bila mereka
melihat kejadian, melihat informasi itu dalam bentuk
gambar.
Orang auditory mengekspresikan diri mereka melalui
suara, baik itu melalui komunikasi internal dengan diri
sendiri maupun eksternal dengan orang lain. Bila hendak
menuliskan sesuatu, orang ini akan mendengar suara dari apa
yang akan ia tulis. Bila ia harus bertemu dan akan berbicara
dengan seseorang yang baru dikenal, ia akan melakukan
latihan mental mengenai apa saja yang akan ia katakan dan
bagaimana cara mengatakannya.
Orang kinestetik sangat peka terhadap perasaan atau
emosional dan pada sensasi sentuhan dan gerakan. Bila
29
diminta untuk menuliskan suatu kata, orang ini akan
“merasakan” dulu kata tersebut, baru setelah itu menuliskan
kata tersebut. Orang kinestetik akan belajar secara maksimal
dalam suatu kondisi dimana banyak keterlibatan fisik dan
gerakan.
Sedangkan dalam buku Rahasia Gaya Belajar Orang
Besar karangan Nini Subini menyatakan: 21
1) Visual Learning (Gaya Belajar Visual)
Visual learning adalah gaya belajar dengan cara melihat
sehingga mata memegang peranan penting. Gaya belajar
secara visual dilakukan seseorang untuk memperoleh
informasi seperti melihat gambar, peta, poster, dan
sebagainya. Orang dengan gaya belajar visual memiliki
kebutuhan yang tinggi untuk melihat dan menangkap
informasi secara visual sebelum mereka memahaminya.
Mereka lebih mudah menangkap pelajaran lewat materi
bergambar. Selain itu, mereka memiliki kepekaan yang
21 Nini Subini, Rahasia Gaya Belajar Orang Besar, jogjakarta. Hlm. 20
30
kuat terhadap warna. Karakter seseorang yang
menggunakan Visual Learning :
a) Materi pembelajaran harus yang dapat dilihat.
b) Memiliki kepekaan kuat terhadap warna.
c) Saat proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar), ia akan
berusaha duduk di depan kelas.
d) Harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka
gurunya untuk mengerti materi pelajaran.
e) Suka mencoret-coret sesuatu yang terkadang tanpa ada
artinya saat di dalam kelas.
f) Pembaca cepat dan tekun.
g) Lebih suka membaca dari pada dibacakan.
h) Lebih mudah mengingat dengan melihat.
2) Auditory Learning (Gaya Belajar Auditory)
Gaya belajar auditori yaitu gaya belajar yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh informasi dengan
memanfaatkan indra telinga. Oleh karena itu, mereka
sangat mengandalkan telinganya untuk mencapai
31
kesuksesan belajar. misalnya dengan cara mendengar
seperti ceramah dan berdiskusi. Karakteristik seseorang
dengan gaya belajar auditori:
a) Ia akan mencari posisi duduk tempat dia dapat
mendengar meskipun tidak dapat melihat yang terjadi
di depannya. Seseorang dengan gaya belajar seperti ini
hanya perlu mendengar dengan jelas.
b) Ketika merasa bosan biasanya berbicara dengan diri
sendiri atau teman disampingnya atau bisa juga dengan
mendengar atau menyanyikan sebuah lagu.
c) Lebih cepat menyerap dengan mendengarkan.
d) Dapat mengingat dengan baik materi saat diskusi.
e) Senang dibacakan atau mendengar cerita dibandingkan
membaca cerita.
f) Pandai berbicara
g) Tidak bisa diam dalam waktu lama.
3) Kinesthetic Learning (Gaya Belajar Kinestetik)
32
Gaya belajar kinestetik merupakan cara belajar yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh informasi dengan
melakukan pengalaman, gerakan, dan sentuhan. Selain itu,
belajar secara kinestetik berhubungan dengan praktik atau
pengalaman belajar secara langsung. Karakteristik
seseorang dengan gaya belajar kinestetik:22
a) Ketika menyampaikan pendapat biasanya disertai
dengan gerakan tangan atau bahasa tubuh yang
melibatkan anggota tubuh lain seperti wajah, mata, dan
sebagainya.
b) Mudah memahami materi pelajaran yang sudah
dilakukan, tetapi akan sulit untuk mengingat materi
yang sudah dikatakan atau dilihat.
c) Ketika bosan akan pergi untuk jalan jalan.
d) Ketika membaca, ia lebih suka menunjuk kata kata
dalam bacaan dengan jarinya.
e) Ingin melakukan segala sesuatu.
22 Nini Subini, Rahasia Gaya Belajar Orang Besar, jogjakarta. Hlm. 21-22
33
f) Kemungkinan tulisannya jelek.
g) Menyukai permainan dan olahraga.
Kinestetik berasal dari kata kinetik yang berarti gerak.
Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar dengan gaya
bergerak, bekerja, dan menyentuh (praktik langsung). Jika
belajar di kelas, peserta didik aktif bertanya dan
berdiskusi dengan temannya. Ciri peserta didik yang
bergaya kinestetik, yaitu:23
a) Berbicara dengan perlahan.
b) Menanggapi perhatian fisik.
c) Menyentuh oranglain untuk mendapatkan perhatian
mereka.
d) Banyak bergerak.
e) Belajar dengan praktek.
f) Menghafal dengan sambil berjalan atau bergerak. 24
g) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca.
23 Donni juni priansa, Pengembangan strategi dan model pembelajaran, cv.Pustaka setia, bandung 2016, hlm. 57-58.
24 Bobbi deporter, Quantum Learning, penerbit kaifa, bandung 1992, hlm.119
34
h) Banyak menggunakan isyarat tubuh atau bahasa
tubuh.
i) Tidak bisa diam untuk waktu yang lama.
Selain itu ada juga kendala-kendala yang dialami
seseorang yang memiliki gaya belajar kinestetik,
diantaranya yaitu:25
a) Mengalami kesulitan duduk lama didepan komputer.
b) Tidak betah membaca atau berdiskusi topik-topik di
dalam ruang kelas.
c) Sulit untuk berdiam diri.
d) Sulit mempelajari hal yang abstrak seperti simbol
matematika dan sebagainya.
e) Kapasitas energinya cukup tinggi sehingga bila tidak
disalurkan akan berpengaruh terhadap konsentrasi
belajarnya.
Oleh karena itu, hendaknya kita tidak memaksakan
cara belajar pada oranglain. Biarkan mereka tahu
25 Nini Subini, Rahasia Gaya Belajar Orang Besar, Pt. Buku kita, jakarta2011, hlm. 23
35
informasi dengan gaya belajar mereka sendiri karena
dengan begitu akan lebih mempermudah mencapai apa
yang diinginkan.
B. Hakikat Minat Belajar
1. Pengertian Minat
Menurut Sukardi dalam buku karangan Ahmad Susanto
menyatakan bahwa, “minat dapat diartikan sebagai suatu
kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu."26 Oleh
karena itu, apa saja yang dilihat seseorang barang tentu akan
membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu
mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Hal
ini menunjukan bahwa minat merupakan kecenderungan
jiwa seseorang terhadap suatu objek, biasanya disertai
dengan perasaan senang.
Sedangkan menurut Bloom dalam buku karangan Aisuf
Sabri menyatakan bahwa, minat adalah apa yang disebutnya
26 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, PrenadamediaGrup, Jl. Tambra Raya No. 23 Rawamangun. Jakarta. 2016. Hlm.57
36
sebagai subject-related affect, yang didalamnya termasuk
minat dan sikap terhadap materi pelajaran. Dari beberapa
gambaran definisi minat diatas, kiranya dapat ditegaskan
disini bahwa minat merupakan dorongan dalam diri
seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau
perhatian secara efektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu
objek atau kegiatan yang menguntungkan, dan
menyenangkan.
Menurut Aswan siswa yang memiliki minat terhadap
subjek tertentu cenderung memberikan perhatian yang lebih
besar terhadap subjek tersebut. Suatu minat dapat
diekspresikan siswa melalui:
1) Suatu pernyataan yang menunjukkan lebih
menyukai terhadap suatu hal dari pada hal lainnya.
2) Partisipasi dalam suatu aktivitas.27
2. Ciri-ciri Minat Belajar
27 Aswan, Strategi Pembelajaran Berbasis PAIKEM,(Yogyakarta:Awaja Pressindo, 2016), 17
37
Elizabeth Hurlock dalam Ahmad Susanto menyebut ada
tujuh ciri-ciri minat, sebagai berikut:
1) Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan
fisik dan mental. Minat disemua bidang berubah
setelah terjadi perubahan fisik dan mental, misalnya
perubahan minat hubungannya dengan perubahan
usia.
2) Minat tergantung pada kegiatan belajar. kesiapan
belajar merupakan salah satu penyebab
mengingkatnya minat seseorang.
3) Minat tergantung pada kesempatan belajar.
kesempatan belajar merupakan faktor yang sangat
berharga sebab tidak semua orang dapat
menikmatinya.
4) Perkembangan minat mungkin terbatas.
Keterbatasan ini dikarenakan keadaan fisik yang
tidak memungkinkan.
38
5) Minat dipengaruhi budaya. Budaya sangat
mempengaruhi, sebab jika budaya sudah mulai
luntur maka minatpun ikut luntur.
6) Minat berbobot emosional. Minat berhubungan
dengan perasaan, maksudnya bila suatu objek
dihayati sebagai sesuatu yang sangat berharga, maka
akan timbul perasaan senang yang akhirnya dapat
diminati.
7) Minat berbobot egostris, artinya jika seseorang
minat terhadap sesuatu maka akan timbul hasrat
untuk memilikinya.28
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Menurut Muhibbin Syah, minat belajar siswa
dipengaruhi oleh dua faktor diantaranya: 29
1) Faktor dari luar (eksternal) yakni suatu perbuatan
dilakukan atas dasar dorongan atau paksaan dari
28 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di SekolahDasar, (Jakarta:Prenamedia Grup, 2016), 62-63
29 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya,(Jakarta:Rineka Cipta, 2010)180.
39
luar. Minat datang bukan dari orang itu sendiri
seperti: lingkungan, orangtua, guru, ataupun teman.
2) Faktor dari dalam (internal) yakni sesuatu perbuatan
yang memang diinginkan karena seseorang senang
melakukannya. Minat datang dari diri sendiri ini
seperti: rasa senang, mempuai perhatian lebih,
semangat, dan motivasi.
Dari pendapat diatas, dapat diketahui bahwa ada
banyak hal yang dapat mempengaruhi minat seseorang.
Minat tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya faktor-
faktor lai, baik faktor internal maupun eskternal.
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku
sebagai akibat pengalaman atau latihan. Proses perubahan
tingkah laku atau proses belajar yang terjadi pada diri
individu itu merupakan proses internal psikologis yang
dapat diketahui secara nyata. Belajar pada hakikatnya adalah
40
suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang.
Berdasarkan definisi-definisi dari beberapa ahli
dapat disimpulkan dalam beberapa hal penting yang
berkaitan dengan pengertian belajar sebagai berikut :
1) Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai
akibat pengalaman atau latihan.
2) Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupa
memperoleh perilaku yang baru atau
memperbaiki/meningkatkan perilaku yang sudah ada.
3) Perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh belajar
dapat berupa perilaku yang baik (posistif) atau perilaku
yang buruk (negatif).
4) Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar itu terjadi
melalui usaha dengan mendengar, membaca, mengamati,
memikirkan, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau
berarti dengan pengalaman atau latihan. Jadi perubahan
41
perilaku akibat kematangan atau pertumbuhan fisik itu
bukan hasil belajar.
5) Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar harus relatif
menetap bukan perubahan yang bersifat sementara atau
tiba-tiba terjadi kemudian cepat menghilang kembali,
seperti perubahan tingkah laku akibat alkohol/minuman
keras.
6) Tingkah laku yang mengalami perubahan akibat belajar
itu menyangkut sema aspek kepribadian/tingkah laku
individu, baik perubahan dalam pengetahuan,
kemmpuan, keterampilan kebiasaan, sikap dan aspek
prilaku lainnya.
Belajar itu dalam prakteknya dapat dilakukan
disekolah, atau luar sekolah. Belajar disekolah senantiasa
diarahkan oleh guru kepada perubahan pengetahuan dan
perubahan prilaku positif, sedangkan belajar diluar sekolah
yang dilakukan dapat menghasilkan perubahan prilaku yang
positif atau negatif.
42
4. Fiqih
a. Pengertian Fiqih
Pengertian fiqih secara etimologi bermakna “ilmu
hukum islam”.30 Dan menurut A.W. Munawwir fiqih artinya
“Mengerti dan memahami”.31 Fiqih secara terminologi
adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syari’at islam
mengenai perbuatan manusia, yang diambil dari dalil-dalil
secara rinci.32
Fiqih merupakan salah satu materi pelajaran dalam
pendidikan agama islam yang membahas tentang hukum-
hukum islam yang bersifat amali. Materi ini diberikan
dengan tujuan untuk memberikan pemahaman dan
pengalaman pada siswa dalam menyelesaikan permasalahan
yang muncul disekitarnya yang bersifat amaliyah melalui
hukum-hukum islam.
Pengertian fiqih sebagai kurikulum merupakan salah
satu materi pelajaran dalam pendidikan agama islam yang
30 W. J. S. Porwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (jakarta, BalaiPustaka, 2006), hlm. 330
31 A. W. Munawwir, kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap.(Yogyakarta, pustaka persada, 1996), hlm. 1147.
32 Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996),hlm. 2
43
membahas tentang hukum-hukum islam yang bersifat amali.
Materi ini diberikan dengan tujuan untuk memberikan
pemahaman dan pengalaman pada siswa dalam
menyelesaikan permasalahan yang muncul disekitarnya yang
bersifat amaliyah berdasarkan hukum-hukum islam.
Mata pelajaran fiqih dalam kurikulum adalah salah satu
bagian mata pelajaran PAI yang diarahkan untuk
menyiapkan peserta didik supaya mengenal, memahami, dan
mengamalkan hukum islam. Secara etimologi, kata fiqih
berarti “kecerdasan” dalam memahami sesuatu secara mutlak
atau mengetahui sesuatu, memahami dan menanggapi secara
sempurna. 33
Syariat islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang
kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui
proses pendidikan. Nabi telah mengajarkan orang orang
untuk beriman dan beramal serta berakhlak baik sesuai ajaran
islam dengan berbagai metode dan pendekatan. Dari satu
33 Dedi Supriyadi, Sejarah Hukum Islam, (Bandung, pustaka setia,2007)hlm. 20
44
segi mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik
bagi dirinya maupun oranglain.
b. Sumber-Sumber Hukum Fiqih
Sumber hukum fiqih yang disepakati para ulama yaitu:
Al-Qur’an, Hadits, Ijma’, dan Qiyas.34 Adapun penjelasan
dari keempat sumber hukum fiqih tersebut diantaranya:35Al-
Qur’an adalah kitab Allah Swt yang diturunkan atau
diwahyukan kepada Nabi Swt dan utusan-Nya yaitu
Muhammad Saw melalui malaikar Jibril As, yang dimulai
dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat Al-Nas.
Didalamnya terdapat hukum-hukum, cerita, dan peringatan.
Hadits adalah segala yang dikatakan, dilakukan dan
disetujui oleh Rasulullah Saw. Sunah nabi atau Hadits
memiliki beberapa fungsi disisi Al-Qur’an yaitu sebagai
penguat hukum Al-Qur’an, sebagai penjelas yang tidak jelas
34 Ahmad Thib Raya, Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam Islam, PrenadaMedia, Jl. Kedondong I No.26 Rawamangun-Jakarta Timur, 2003. Hlm. 109
35 Ahmad Bisyir Syakur, The Pocket Fiqih Cara Baru Memahami Fiqihdengan Praktis dan Cepat,Pt. Grafindo Media Pratama, Jln. Pasirwangi No. 1Pasirluyu Bandung, 2011. Hlm. 4-11
45
dalam Al-Qur’an, sebagai penmabah hukum yang ada diAl-
Qur’an.
Ijma’(konsesus) adalah kesepakatan ulama islam dalam
sebuah hukum syari’at setelah wafatnya Rasulullah Saw dari
masa ke masa, dalam ijma’ harus ada landdasan Al-Qur’an
atau sunahnya. Kata “konsesus” hanyalah penyamaan
etimologi dan bukan terminologi karena dalam konsesus
berlaku suara terbanyak sedangkan dalam ijma’ tidak berlaku
suara mayoritas, tetapi yang berlaku suara bulat dalam
mengambil keputusan hukum syariat. Dalam konsesus juga
perlu melihat dasar hukumnya.
Qiyas (kesamaan alasan/illat hukum) adalah menyamakan
hukum cabang dengan hukum asal karena memiliki
kesamaan illat atau alasan hukum, seperti apakah hukumnya
memukul orangtua? Apa landasan hukumnya? Kita pernah
menemukan masalah ini dalam Al-Qur’an.
46
c. Keutamaan Fiqih
Dengan mempelajari Fiqih islam kita akan menjadi orang
yang berilmu karena mengetahui hukum-hukum agama.
Kalau kita telah menjadi orang yang berilmu, maka kita akan
memiliki banyak kelebihan dan keutamaan dari pada orang
yang tidak berilmu. Allah berfirman dalam Q.S. Al-
Mujadalah ayat 11: 36
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila
dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan didalam majelis-
majelis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah
kamu”, maka berdirilah niscaya Allah akan mengangkat
36 Al-Qur’an dan Terjemahnya, Cv. Pustaka Agung Harapan, 2006
47
derajat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.”
d. Tujuan Pengajaran Fiqih
Dilihat dari pengalaman ajaran islam, pengajaran
fiqih adalah pengajaran yang bersifat amaliah, dan
mengandung unsur teori dan praktek. Belajar fiqih untuk
diamalkan sekaligus menjadi pedoman atau pegangan hidup.
Tujuan mempelajari ilmu fiqih ialah menerapkan hukum
syar’i islam atas seluruh tindakan dan ucapan manusia.
Adapun tujuan pembelajaran fiqih disekolah untuk
membekali peserta didik agar dapat:
1) Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum islam
dalam mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan
hubungan manusia dengan Allah SWT yang diatur dalam
fiqih ibadah dan hubungan manusia dengan sesama diatus
dalam fiqih muamalah.
48
2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum islam
dengan benar dalam melaksanakan ibadah kepada Allah
SWT dan ibadah sosial.37
C. Pengertian Shalat Jama’ dan Qashar
a. Pengertian Shalat
Asal makna shalat menurut bahasa Arab ialah “Doa”,
tetapi yang dimaksud disini ialah “Ibadah yang tersusun dari
beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbir, disudahi dengan salam, dan memenuhi beberapa
syarat yang ditentukan.”38
Selain itu dalam buku “Tuntunan Shalat Fardhu dan
Shalat Sunnah karangan Akhmad Muhaimin Azzet dituliskan
bahwa shalat menurut syari’at islam adalah ibadah kepada
Allah Swt, yang berupa perkataan dan perbuatan dengan
syarat dan rukun yang telah ditentukan, yang dimulai dengan
takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.39
37 Kementrian agama RI, model silabus dan rencana pelaksanaanpembelajaran (RPP) fiqih MTS, (Jakarta : edisi agustus, 2010) hlm 5
38 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2015)hlm. 53
39 Akhmad Muhaimin Azzet, Tuntunan Shalat Fardhu dan Sunnah,(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 17
49
Firman Allah Swt : 40
....
Artinya : “Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat
itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar”.
(Al-Ankabut: 45)
b. Syarat Sah Shalat
Pertama, Suci dari hadats besar dan hadats kecil.
Firman Allah Swt :41
... ...
Kedua, Suci badan, pakaian, dan tempat dari najis.
Firman Allah Swt :
40 Al-Qur’an dan Terjemahnya, Cv. Pustaka Agung Harapan, 200641 Ahmad Bisyir, The Pocket Fiqih Cara Baru Memahami Fiqih dengan
Praktis dan Cepat,Pt. Grafindo Media Pratama, Jln. Pasirwangi No. 1 PasirluyuBandung, 2011. Hlm.125
50
Ketiga, Menutup aurat. Firman Allah Swt :
....Keempat, Menghadap Kiblat. Firman Allah Swt:
...٤٢
Artinya : “ Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil
Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah
mukamu ke arahnya.” (Al-Baqarah: 144)
c. Rukun Shalat
Dalam ibadah shalat selain syarat sah shalat ada
juga rukun shalat supaya ibadah shalat berurutan, adapun
rukun shalat diantaranya yaitu:43
1) Niat
Niat pada Syara’ (yang menjadi rukun shalat dan
ibadah yang lain), yaitu menyengaja suatu perbuatan
42 Al-qur’an dan Terjemahnya, Cv. Pustaka Agung Harapan, 200643 Syakur Ahmad Bisyir, The Pocket Fiqih Cara Baru Memahami Fiqih
dengan Praktis dan Cepat,Pt. Grafindo Media Pratama, Jln. Pasirwangi No. 1Pasirluyu Bandung, 2011. Hlm. 126
51
karena mengikuti perintah Allah supaya diridhai-Nya.
Inilah yang dinamakan ikhlas. Maka orang yang
shalat hendaklah sengaja mengerjakan shalat karena
mengikuti perintah Allah semata-mata agar mendapat
keridhoi-Nya, begitu juga ibadah yang lain. Firman
Allah Swt: 44
ت .رواه البخارى ومسلم ما الاعما ل با ان
یا لن
Artinya : “Sesungguhnya segala amal itu hendaklah
dengan niat.”(HR. Bukhari dan Muslim).
2) Berdiri bagi yang kuasa
Orang yang tidak kuasa berdiri, boleh shalat
sambil duduk, kalau tidak bisa duduk boleh
berbaring, dan kalau tidak kuasa berbaring boleh
terlentang, kalau tidak kuasa juga shalat lah
sekuasanya sekalipun dengan isyarat.
44 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2015)hlm. 75-88
52
3) Takbiratul ihram
Membaca “Allahu Akbar”
4) Membaca surat Al-Fatihah
Sabda Rasulullah Saw : 45
لاصلاة لمن لم یقرأ بفا تحة الكتاب.
Artinya : “Tiadalah shalat bagi seseorang yang tidak
membaca surat Al-Fatihah.” (HR. Bukhari)
5) Rukuk serta tuma’ninah (diam sebentar)
6) I’tidal serta tuma’ninah (diam sebentar)
7) Sujud dua kali serta tuma’ninah (diam sebentar)
8) Duduk diantara dua sujud serta tuma’ninah (diam
sebentar)
9) Duduk akhir
10) Membaca tasyahud akhir.
45 Ahmad Bisyir, The Pocket Fiqih Cara Baru Memahami Fiqih dengan
Praktis dan Cepat,Pt. Grafindo Media Pratama, Jln. Pasirwangi No. 1 Pasirluyu
Bandung, 2011. Hlm. 127
53
11) Membaca shalawat atas Nabi Muhammad Saw
12) Memberi salam
d. Shalat Jama’ dan Qhasar
Seorang muslim yang sedang dalam perjalanan atau
ketika melakukan bepergian diberi keringanan oleh
Allah Swt dalam melakukan shalat fardhu. Keringanan
tersebut berupa shalat yang dilakukan dengan cara
qhasar, jamak, atau menggabungkan antara keduanya.
1) Shalat Qhasar
Shalat Qhasar adalah shalat fardhu yang
diringkas rakaatnya, yakni yang semestinya empat
rakaat dikerjakan cukup dengan dua rakaat saja.
Shalat yang bisa dikerjakan dengan qhasar adalah
shalat dzuhur, ashar dan isya. Sementara itu shalat
magrib dan subuh dikerjakan sebagaimana
mestinya.46
Allah Swt berfirman :
46 Akhmad Muhaimin Azzet, Tuntunan Shalat Fardhu dan Sunnah,(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm.99
54
...
Artinya : “Dan apabila kamu bepergian
dimuka bumi, maka tidaklah mengapa kamu
mengqhasar sembahyangmu...”(QS. An-Nisa:101)47
Menurut para ulama fiqih. Hukum
mengqhasar shalat ada tiga macam, sebagai
berikut:48
a. Boleh (jawaz), apabila perjalanan yang
ditempuh oleh seseorang telah mencapai jarak
yang diperbolehkan untuk mengqhasar shalat,
tetapi belum mencapai tiga marhalah atau
47 Al-qur’an dan Terjemahnya, Cv. Pustaka Agung Harapan, 200648 Akhmad Muhaimin Azzet, Tuntunan Shalat Fardhu dan Sunnah,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm.100
55
120,96 km. Meskipun boleh, lebih baik apabila
tidak mengqhasar shalatnya.
b. Lebih utama (afdhal), apabila jarak perjalanan
yang ditempuh oleh seseorang sudah mencapai
tiga marhalah bahkan lebih.
c. Harus (Wajib), apabila waktu yang digunakan
untuk mengerjakan shalat tidak mencukupi
kecuali hanya dengan cara mengqhasar shalat.
Adapun syarat sah shalat yang dikerjakan
dengan cara mengqhasar shalat sebagai berikut:
1. Perjalanan atau kepergiannya bukan dalam rangka
maksiat kepada Allah Swt.
2. Perjalanan yang ditempuh cukup jauh, setidaknya
mencapai dua marhalah atau lebih, atau sekurangnya
mencapai 80,640 km.
3. menuju tempat yang sudah jelas.
4. Shalat yang diqhasar adalah shalat fardhu yang
empat rakaat.
56
5. Berniat melakukan shalat qhasar pada waktu
takbiratul ihram.
6. Tidak bermakmum kepada imam yang bukan
musafir.
7. ketika melakukan qhasar masih dalam perjalanan.
Adapun niat shalat qhasar apabila dilafalkan
sebagai berikut:49
Aku menyengaja shalat dzuhur dua rakaat
dengan qhasar karena Allah ta’ala.
العصر ا صلي فر ض
Aku menyengaja shalat asar dua rakaat dengan
qhasar karena Allah ta’ala.
لعشاء ا ا صلي فر ض
Aku menyengaja shalat isya dua rakaat dengan
qhasar karena Allah ta’ala.
49 Azzet Ahmad Muhaimin, Tuntunan Shalat Fardhu dan Sunnah, DarulHikma, Jl. Anggrek 126 Sambilegi, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Djogjakarta.2013. Hlm. 60
57
2) Shalat Jamak
Shalat jamak adalah mengerjakan dua shalat
fardhu dalam satu waktu. Shalat jamak juga
dipahami sebagai shalat yang digabungkan menjadi
satu. Shalat jamak juga merupakan keringanan bagi
orang yang sedang dalam perjalanan. Shalat yang
boleh dikerjakan dengan cara jamak adalah shalat
dzuhur dengan ashar dan shalat maghrib dengan
isya. Sementara itu, shalat suhub dikerjakan pada
waktu sebagaimana mestinya.
Cara melakukan shalat jamak ada dua macam,
yakni shalat fardhu dikerjakan dengan jamak takdim
dan shalat fardhu dikerjakan dengan jamak takhir.
1) Shalat Jamak Takdim
Shalat jamak takdim adalah
menggabungkan dua shalat dan dikerjakan
pada waktu yang awal atau pertama. Misalnya,
shalat dzuhur dan ashar dikerjakan pada waktu
58
dzuhur, atau shalat maghrib dan isya
dikerjakan pada waktu maghrib.
Adapun syarat dari shalat yang dikerjakan
dengan jamak takdim sebagai berikut:50
Pertama, dikerjakan dengan mendahulukan
shalat pertama. Misalnya mendahulukan dzuhur
baru kemudian ashar.
Kedua, berniat melakukan shalat jamak pada
shalat yang pertama.
Ketiga, berurutan atau diselingi hal lain diluar
shalat. Setelah selesai dan salam pada shalat
yang pertama, hendaknya langsung bertakbiratul
ihram untuk melakukan shalat yang kedua.
Keempat, melakukan shalat yang kedua masih
dalam keadaan diperjalanan.
50 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Sinar Baru Algensindo Offset Bandung,1986. Hlm. 135
59
Sementara itu niatnya apabila dilafalkan, sebagai
berikut:51
Pertama, niat shalat dzuhur dan shalat ashar
yang dilakukan dengan cara jamak takdim:
ھر اربع ركعات مجمو اصلى فرض الظ
“Aku menyegaja shalat fardhu dzuhur empat rakaat
dijamak bersama shalat ashar empat dengan jamak
takdim karena Allah ta’ala.”
Kedua, niat shalat maghrib dan shalat isya yang
dilakukan dengan cara jamak takdim:
شاء ركعات مجموعا بالع ثلاث ب لمغر اصلى فرض ا
“Aku menyengaja shalat fardhu maghrib tiga
rakaat dijamak bersama isya dengan jamak takdim
karena Allah Ta’ala.”
51 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Sinar Baru Algensindo Offset Bandung,1986. Hlm. 139
60
2) Shalat Jamak Takhir
Shalat jamak takhir adalah menggabungkan dua
shalat dan dikerjakan pada waktu yang akhir atau kedua.
Misalnya, shalat dzuhur dan ashar dikerjakan pada
waktu ashar, atau shalat maghrib dan isya dikerjakan
pada waktu isya.
Adapun syarat dari shalat yang dikerjakan dengan
jamak takhir, sebagai berikut:
Pertama, berniat melakukan shalat jamak takhir
pada shalat yang pertama.
Kedua, ketika mengerjakan shalat yang kedua masih
dalam keadaan diperjalanan.
Sementara itu, niatnya apabila dilafalkan, sebagai
berikut:52
Pertama, niat shalat dzuhur dan shalat ashar yang
dilakukan dengan cara jamak takhir:
52 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Sinar Baru Algensindo Offset Bandung,1986. Hlm. 140
61
ھر اربع ركعات مجموعا بالعصر جمع تاخیر اصلى فرض الظ
“Aku menyengaja shalat fardhu dzuhur empat
rakaat dijamak bersama ashar dengan jamak takhir
karena Allah Ta’ala.”
تاخیرجمع شاء ركعات مجموعا بالع ثلاث ب لمغر اصلى فرض ا
“Aku menyengaja shalat fardhu maghrib tiga
rakaat bersama ashar dengan jamak takhir karena Allah
Ta’ala”
3) Shalat jamak dan qhasar
Shalat jamak dan qhasar adalah mengumpulkan
dua shalat fardhu dalam satu waktu dan meringkas
rakaatnya. Jadi, keringanan diperbolehkannya
melakukan shalat jamak maupun qhasar diambil
sekaligus. Hal ini pun merupakan keringanan yang
diberikan kepada orang yang melakukan perjalanan
dengan beberapa syarat tertentu sebagaimana telah
dipaparkan sebelumnya. Adapun contoh niat shalat yang
dilakukan dengan jamak sekaligus qhasar yaitu:
62
Pertama,niat shalat dzuhur dan shalat ashar yang
dilakukan dengan cara jamak takdim dan qhasar:
ھر قصر مجموعا بالعصر جمع تقدیم ر كعتین اصلى فرض الظ
“Aku menyengaja shalat fardhu dzuhur dua rakaat
dijamak bersama ashar dengan jamak taqdim dan qashar
karena Allah Ta’ala.”
لمغرب جمع تاخیر قصر بامجموعار كعتین لعشاء ا ا صلي فر ض
“Aku menyengaja shalat fardhu isya dua rakaat
dijamak bersama maghrib dengan jamak takhir dan
qashar karena Allah Ta’ala.”
D. Penelitian Terdahulu
1. Hamsar jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Alauddin Makassar. Dengan judul
Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IX
Pada Mata Pelajaran IPA Madrasah Tsanawiyyah Alauddin
Pao-Pao. Berdasarkan analisis dari penelitiannya dapat
disimpulkan bahwa:
63
a. Gaya belajar siswa kelas IX di Mts. Madani Alauddin
Paopao yaitu cenderung gaya belajar Visual, dengan
persentase 40,86% dan jumlah frekuensi 38 dari 93
responden, sedangkan gaya belajar auditory sebesar
32,26% dengan jumlah siswa 30 orang, sedangkan
jumlah siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik
adalah 25 orang dengan persentase 26,88%.
b. Hasil belajar IPA pada peserta didik kelas IX Mts
Madani Alauddin Paopao tergolong Tinggi dengan
presentase 24,73% pada interval (78,90-81,64) dengan
jumlah frekuensi 23 dari 93 responden.
c. Koefisien korelasi gaya belajar terhadap hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPA sebesar 0,081, jika
dibandingkan dengan kriteria signifikan sig 0,05 maka
Ha ditolak dan Ho ini menunjukkan bahwa gaya belajar
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil
belajar.
64
2. Siti Dina Safrianti jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang. Dengan judul Pengaruh Gaya
Belajar Visual, Auditorial, dan Kinestetik terhadap Hasil
Belajar Siswa kelas X IPS Program Unggulan di MAN 1 Kota
Malang. Berdasarkan hasil analisis data dari penelitiannya dapat
di simpulkan bahwa:
a. Pada persamaan regresi pengaruh gaya belajar visual
terhadap hasil belajar memiliki nilai constant sebesar
63,154 merupakan nilai dari variabel hasil belajar
apabila variabel gaya belajar visual tidak digunakan.
Nilai koefisien regresi variabel gaya belajar visual
sebesar 0.396. Nilai ini menunjukkan peningkatan yang
terjadi pada variabel hasil belajar apabila Gaya Belajar
Visual digunakan.
b. Pada persamaan regresi pengaruh gaya belajar auditorial
terhadap hasil belajar memiliki nilai constant sebesar
69,331 merupakan nilai dari variabel hasil belajar
65
apabila variabel Gaya Belajar Auditorial tidak
digunakan. Nilai koefisien regresi variabel Gaya Belajar
Auditorial sebesar 0,237. Nilai ini menunjukan
peningkatan yang terjadi pada variabel hasil belajar
apabila Gaya Belajar Auditorial digunakan.
c. Pada persamaan regresi pengaruh gaya belajar kinestetik
terhadap hasil belajar memiliki nilai constant sebesar
52,306 merupakan nilai dari variabel hasil belajar
apabila variabel Gaya Belajar Kinestetik tidak
digunakan. Nilai koefisien regresi variabel Gaya Belajar
Kinestetik sebesar 0,485. Nilai ini menunjukan
peningkatan yang terjadi pada variabel hasil belajar
apabila gaya belajar kinestetik digunakan. Diantara tiga
gaya belajar diatas yaitu gaya belajar virtual, auditorial
dan kinestetik yang mempunyai pengaruh yang paling
besar terhadap hasil belajar siswa kelas X IPS Program
Unggulan di MAN 1 Kota Malang adalah gaya belajar
visual yang memiliki nilai koefisien regresi variabel
66
gaya belajar visual sebesar 0,396. Nilai ini menunjukan
peningkatan yang terjadi pada variabel hasil belajar
apabila Gaya Belajar Visual digunakan.
3. Dian Rosalina Amalia Solihah jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri
Sutan Maulana Hasanuddin Banten. Dengan judul Hubungan
Antara Motivasi Dengan Minat Belajar Siswa Dalam Membaca
Al-Qur’an Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Studi
di SMA N 4 Kota Cilegon. Berdasarkan hasil analisis data dari
penelitiannya dapat di simpulkan bahwa:
a. Siswa kelas XI di SMA N 4 Kota Cilegon, memiliki
motivasi yang baik dengan nilai rata-rata sebesar 84,9.
Hal ini, bisa dibuktikan bahwa siswa merasa antusias
dalam kegiatan pembelajaran, siswa tidak pernah
terlambat masuk kelas, siswa selalu aktif bertanya
apabila ada pelajaran yang belum dipahami, dan siswa
selalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
67
b. Siswa kelas XI di SMA N 4 Kota Cilegon, memiliki
minat belajar memebaca Al-Qur’an yang rendah dengan
nilai rata-rata sebesar 40. Hal ini dibuktikan karena
siswa kurang bersemangat dalam belajar, siswa kurang
menghormati Al-Qur’an, tidak serius dalam membaca
Al-Qur’an. Hal tersebut dilandasi karena kurangnya
faktor pengoptimalan sarana dan prasarana yang ada
dilingkungan sekolah.
c. Hasil analisis korelasi antara variabel X dengan variabel
Y menunjukkan bahwa indeks koefisien korelasi, (rxy) =
0,11 dimana angka “r” (0.11) berada antara variabel
(0,00 – 0,199) interpretasinya ialaha antara variabel Y
terdapat korelasi yang sangat rendah. Selanjutnya,
berdasarkan perhitungan “r” produkmoment diketahui t
hitung = 0,85. Sedangkan, harga t tabel =2,00 jika harga
t hitung lebih besar dari harga t tabel maka hipotesis nol
ditolak, artinya terdapat korelasi antara yang signifikan
68
hubungan antara motivasi dan minat belajar siswa
membaca Al-Qur’an (variabel Y).
Dilihat dari beberapa penelitian terdahulu diatas
perbedaannya dengan penelitian yang akan penulis ambil yaitu
pada variabel x penulis ingin mencari tau tentang pengaruh gaya
belajar kinestetik saja tidak menyeluruh gaya belajar, kemudian
pada variabel y penulis ingin mengetahui tentang minat belajar
siswa pada mata pelajaran fiqih materi tentang shalat jama dan
qhasar di MTS Al-Khairiyah Pipitan.
E. Kerangka Berfikir
Dalam suatu pembelajaran harus ada interaksi yang baik
antara guru dan siswa supaya pembelajaran berjalan aktif
sampai kegiatan belajar mengajar selesai. Terkadang jika
seorang guru mengajar dengan pembelajaran yang monoton
hanya terfokus pada ceramah siswa pun akan merasa bosan
untuk mengikuti pembelajaran tersebut, bahkan jika siswa
sudah tau jika seorang guru itu membosankan maka mereka
akan meremehkan pelajaran yang diajarkan, bahkan ada
69
sebagian yang lebih memilih tidur selama pembelajaran
berlangsung dari pada harus mendengarkan penjelasan guru.
Siswa berbeda beda karakteristik baik minat, bakat, maupun
gaya belajar. ada yang memiliki bakat dalam bidang olahraga
adapula yang berbakat dalam bidang akademisi, ada yang
berminat untuk mengikuti semua pelajaran adapula yang hanya
berminat pada salah satu atau beberapa mata pelajaran saja,
selain minat dan bakat siswa juga memiliki perbedaan pada
modalitas belajar.
Ada yang lebih mudah memahami pelajaran hanya dengan
melihat dan membaca buku pelajaran ia langsung bisa
memahami pelajaran tanpa harus di terangkan kembali oleh
guru, adapula yang tidak. Ada yang lebih mudah memahami
pelajaran hanya jika melihat seorang guru langsung
menerangkan pelajaran dan ia memerhatikan apa yang di
ucapkan guru tersebut. Ada juga yang tidak dapat memahami
hanya dengan membaca buku, ataupun dengan mendegarkan
70
penjelasan guru saja, namun ia harus melakukan suatu gerakan
supaya ia faham pelajaran.
Modalitas itu biasa disebut juga dengan gaya belajar, dari
penjelasan tadi bisa kita simpulkan bahwa ada tiga gaya belajar
siswa yang berbeda. Pertama Visual, kedua Auditory, ketiga
Kinestetik. Orang visual akan sangat mudah melihat atau
membayangkan apa yang diterangkan. Mereka sering melihat
gambar yang berhubungan dengan kata atau perasaan dan
kemudian mereka akan mengerti suatu informasi bila mereka
melihat kejadian, melihat informasi itu dalam bentuk gambar.
Orang auditory mengekspresikan diri mereka melalui suara,
baik itu melalui komunikasi internal dengan diri sendiri maupun
eksternal dengan orang lain. Bila hendak menuliskan sesuatu,
orang ini akan mendengar suara dari apa yang akan ia tulis. Bila
ia harus bertemu dan akan berbicara dengan seseorang yang
baru dikenal, ia akan melakukan latihan mental mengenai apa
saja yang akan ia katakan dan bagaimana cara mengatakannya.
71
Orang kinestetik sangat peka terhadap perasaan atau
emosional dan pada sensasi sentuhan dan gerakan. Bila diminta
untuk menuliskan suatu kata, orang ini akan “merasakan” dulu
kata tersebut, baru setelah itu menuliskan kata tersebut. Orang
kinestetik akan belajar secara maksimal dalam suatu kondisi
dimana banyak keterlibatan fisik dan gerakan. Adapun
karakteristik seseorang dengan gaya belajar kinestetik
diantaranya sebagai berikut:53
a. Ketika menyampaikan pendapat biasanya disertai dengan
gerakan tangan atau bahasa tubuh yang melibatkan anggota
tubuh lain seperti wajah, mata, dan sebagainya.
b. Mudah memahami materi pelajaran yang sudah dilakukan,
tetapi akan sulit untuk mengingat materi yang sudah
dikatakan atau dilihat.
c. Ingin melakukan segala sesuatu.
d. Kemungkinan tulisannya jelek.
e. Berbicara dengan perlahan.
53 Nini Subini, Rahasia Gaya Belajar Orang Besar, jogjakarta. Hlm. 21-22
72
f. Menanggapi perhatian fisik.
g. Menyentuh oranglain untuk mendapatkan perhatian
mereka.
h. Banyak bergerak.
i. Belajar dengan praktek.
j. Menghafal dengan sambil berjalan atau bergerak. 54
k. Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca.
l. Banyak menggunakan isyarat tubuh atau bahasa tubuh.
m. Tidak bisa diam untuk waktu yang lama.
Siswa sebagai komponen dalam pembelajaran dituntut untuk
giat belajar agar mencapai hasil belajar yang baik. keberhasilan
belajar ditandai dengan adanya perubahan-perubahan pada diri
siswa yang semakin lebih baik. keberhasilan belajar siswa
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: intelegensi,
minat, bakat, keadaan sosial, metode mengajar, media, kesiapan
belajar, teman belajar dan gaya belajar.
54 Bobbi deporter, Quantum Learning, penerbit kaifa, bandung 1992, hlm.119
73
Meskipun gaya belajar yang dimiliki seseorang berbeda beda
tetapi tujuan yang hendak dicapai sama saja yaitu untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan mencapai hasil belajar yang
diharapkan. Ada siswa yang mampu memaksimalkan semua
gaya belajar karna mereka belum tau apa tipe gaya belajar yang
dimilikinya.
Gaya belajar yang baik akan mendorong minat siswa untuk
mengikuti pembelajaran kemudian dari adanya minat belajar
tersebut akan membantu siswa untuk mendapatkan prestasi
yang bagus pula. Dalam penelitian ini siswa akan diberikan
kuisioner gaya belajar untuk mengetahui masing-masing dari
gaya belajar mereka.
Minat belajar adalah kecenderungan pada diri sendiri untuk
memperhatikan pelajaran. Minat belajar merupakan keinginan
hati yang tinggi terhadap sesuatu yang timbul karena kebutuhan,
yang dirasa atau dirasakan. Minat dapat dijadikan sebab suatu
pelajaran dan sebagai hasil dari keikut sertaan dalam suatu
pelajaran kecenderungan keinginan hati untuk belajar dan
74
mendapatkan informasi, pengetahuan, atau pengalaman. Maka
minat belajar besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar.
Penulis menyimpulkan bahwa minat belajar akan
berpengaruh pada ketertarikan untuk mengikuti pembelajaran,
meningatkan keaktifan siswa pada pembelajaran, semangat
belajar dan siswa akan cenderung menyukai pelajaran saat
pembelajaran berlangsung.
75
Tabel 2.1
Skema Hubungan Antara Variabel Sebagai Berikut:
Gaya Belajar Siswa
(Variabel X)
Aspek Gaya Belajar Kinestetik:
Banyak bergerak
Senang belajar praktek
Menghafal sambil
berjalan/bergerak
Membaca dengan
menggunakan jari sebagai
petunjuk.
Banyak menggunakan isyarat
tubuh
Tidak bisa diam untuk waktu
yang lama.
Minat Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Fiqih
(Variabel Y)
Aspek Minat Belajar :
Semangat belajar
Rajin belajar
Antusias
Disiplin
PENGARUH
SISWA
76
F. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan hasil pengamatan selama penulis melaksanakan
Program Pengalaman Lapangan Kependidikan (PPLK) diduga
adanya “Pengaruh Gaya Belajar Kinestetik Terhadap Minat
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih Materi Shalat Jama’
dan Qhasar”.
Pernyataan diatas dapat dilukiskan dalam bentuk statistic
hubungan antara kedua variabel, yang diajukan hipotesisnya
sebagai berikut:
1. Gaya belajar kinestetik merupakan cara belajar yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh informasi dengan melakukan
pengalaman, gerakan, dan sentuhan. Adapun gaya balajar siswa
di Mts Al-Khaeriyah Darussalam Pipitan dikelas VII termasuk
baik karena berdasarkan distribusi tertinggi pada gaya belajar
kinestetik berada pada batas bawah 55,5 yaitu 10 frekuensi.
Sedangkan distribusi terendah berada pada batas bawah nyata
48,5 yaitu 3 frekuensi.
77
2. Minat belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di Mts Al-
Khaeroyah Darussalam Pipitan dikelas VII termasuk baik
karena berdasarkan distribusi tertinggi pada tingkat minat
belajar, berada pada batas bawah 56,5 yaitu 9 frekuensi,
sedangkan distribusi terendah berada pada batas bawah nyata
44,5 yaitu 3 frekuensi.
3. Pengaruh gaya belajar kinestetik terhadap minat belajar siswa
pada mata pelajaran fiqih sebesar 0,25 korelasi ini berada pada
posisi interpretasi antara 0,20-0,40 yang berarti korelasi tersebut
rendah.
78
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian yang penulis tempuh
dalam upaya untuk menyusun karya ilmiah ini tentang
“Pengaruh Gaya Belajar Kinestetik Terhadap Minat
Belajar Siswa Pada Mata Pelajara Fiqih Materi Tentang
Shalat Jama’ dan Qhasar Studi di Mts Al-Khaeriyah
Pipitan kota Serang Banten, terhitung dari bulan Januari
tahun 2019.
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
No Uraian Kegiatan PelaksanaanJanuari Februari Maret April Mei Juni
1. Sidang Proposal
2. Penyusunan Instrumen
3. Penelitian
4. Analisis Data
79
5. Penyusunan Laporan
Skripsi
6. Sidang Skripsi
2. Tempat Penelitian
Dalam hal ini penulis menentukan lokasi penelitian
di Mts Darussalam Pipitan kota Serang Provinsi Banten.
Jl. Ciruas – Walantaka, Pipitan, Walantaka, Kota
Serang, Banten, Kode Pos 42183. Adapun alasan penulis
memilih lokasi tersebut adalah:
a. Terdapat masalah untuk diteliti secara ilmiah dan
belum ada yang melakukan penelitian yang
berkaitan dengan masalah yang ingin peneliti teliti.
b. Penulis cukup mengenal lokasi tersebut.
80
B. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dankegunaan
tertentu. 55 Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kuantitatif, dan metode penelitian yang
digunakan adalah metode deskriptif kerelasional. Metode
deskriptif kolerasi merupakan metode yang menggunakan
kuesioner sebagai instrumen utama untuk mengumpulkan
data.
Metode deskriptif yaitu metode yang menuturkan dan
menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan,
variabel dan fenomena yang terjadi saat penelitian
berlangsung dengan apa adanya.56 Sedangkan penelitian
korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan
pengumpulan data guna menentukan apakah ada hubungan
atau keterkaitan dan tingkat hubungan antara dua variabel
55 Darwansyah, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Jakarta:HajaMandiri, 2017). 43
56 M. Subana, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (Bandung:Pustaka Setia,2005).89
81
atau lebih.57 Analisis korelasi merupakan analisis hubungan
dua variabel atau lebih, yaitu antara variabel bebas dengan
variabel terikat.
C. Populasi dan sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terjadi atas:
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.58 Populasi dalam
penelitian ini terdapat populasi keseluruhan dan pupulasi
terjangkau. Adapun populasi keseluruhan yaitu seluruh
siswa/siswi Mts Al-Khairiyyah Pipitan berjumlah 294
dengan siswa berjumlah 160 dan siswi berjumlah 134.
Kemudian populasi terjangkaunya peneliti mengambil
keseluruhan siswa/siswi kelas VII Mts Al-Khairiyyah
Pipitan yang berjumlah 140.
57 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta:PT.Bumi Aksara,2003).166
58 Sugiono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung: Algabeta, 2014) .61
82
Sampel adalah bagian jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi.59 Atau dapat dikatakan bahwa
sampel merupakan bagian dari populasi yang dijadikan
sebagai subjek penelitian. Untuk mempermudah proses
penetapan sampel, penulis berpedoman kepada pendapat
Suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa “Apabila
subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya jika subjeknya lebih dari 100 dapat diambil
antara 10 % - 15 % atau 20 % - 25 %.”
Dalam penelitian ini penulis menggunakan populasi dari
kelas VII yang berjumlah 140 . Karena jumlahnya lebih
dari 100 siswa, maka peneliti mengambil 25% dari jumlah
populasi. Jadi sampelnya yaitu: 140 × = 35
Sampel tersebut diambil dikelas VII MTS Al-Khairiyah
Pipitan, adapun teknik pengambilan sampel menggunakan
teknik puposive sampling atau sampel bertujuan. Purposive
sampling bertujuan dilakukan dengan cara mengambil
59 Sugiono, Statistika untuk Penelitian. 64
83
subjek bukan didasarkan atas sastra, random, atau daerah
tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.60
D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial
yang diamati.61 Instrumen penelitian berguna untuk
memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti
menginjak langkah pengumpulan informasi dilapangan.62
Instrumen penelitian dapat membantu peneliti untuk
mengumpulkan suatu data yang diinginkan. Adapun
instrumen dalam penelitian kuantitatif dapat berupa test,
pedoman wawancara, pedoman observasi, dan
quesioner.63
Instrumen penelitian yang peneliti gunakan adalah
quesioner untuk memperoleh data data tentang gaya
belajar siswa dan minat belajar siswa. Variabel gaya
belajar siswa dan minat belajar siswa dijelaskan secara
konsep dan operasional sebagai berikut:
60 Sugiono, Statistika untuk Penelitian. 5661 Suginono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, dan
R&D), (Bandung:Alfabeta,2012). 11462 Amri Dawis, Metode Penelitian Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2014). 5863 Sugiono, Metode Peneitian Pendidikan. 305
84
1) Gaya Belajar Kinestetik
a. Definisi Konsep
Menurut kesimpulan S. Nasution, gaya
belajar adalah cara yang paling baik dilakukan
oleh seorang murid dalam menangkap stimulus
atau informasi, cara cepat mengingat dan
memahami pelajaran. 64 Gaya belajar atau
learning style ialah cara siswa bereaksi dan
menggunakan perangsang-perangsang yang
diterimanya dalam belajar atau proses belajar
mengajar disekolah. Karakteristik gaya belajar
kinestetik diantaranya: banyak bergerak, senang
belajar praktek, menghafal sambil bergerak, dll.
b. Devinisi operasional
Adapun skor minat belajar yang diperoleh
dari responden meliputi tentang: semangat
belajar, rajin belajar, antusias belajar dan
disiplin.tentang karakteristik gaya belajar
64 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan berdasarkan kurikulum nasiona,pedoman ilmu jaya, jakarta. Hlm.102
85
kinestetik diantaranya: Banyak bergerak, senang
belajar praktek, menghafal sambil
berjalan/bergerak, membaca dengan
menggunakan jari sebagai petunjuk, banyak
menggunakan isyarat tubuh, tidak bisa diam
untuk waktu yang lama.
c. Kisi-kisi instrumen penelitian Gaya Belajar
Kinestetik
Adapun kisi-kisi gaya belajar kinestetik
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
86
Tabel 3.2
Instrumen Gaya Belajar Kinestetik
Variabel
Penelitian
Indikator No. Butir Soal Jumlah
Positif Negatif
Gaya
Belajar
Kinestetik
1. Banyak bergerak 4,9,13,
18
3,19, 20 7
2. Belajar dengan fisik. 6,10,14,
16
15 5
3. Menghafal sambil berjalan
atau bergerak.
11 1
4. Banyak menggunakan
isyarat tubuh atau bahasa
tubuh
1,12 2
5. Menanggapi perhatian
fisik.
8 17 2
6. Tulisan jelek 5 1
7. Mudah memahami materi 2 1
87
pelajaran yang sudah
dilakukan, tetapi akan sulit
untuk mengingat materi yang
dikatakan atau dilihat.
8. Suka berbicara denganperlahan.
7 1
Jumlah : 15 5 20
2) Minat Belajar Siswa
a. Devinisi Konsep
Minat belajar siswa adalah kecenderungan
hati yang tinngi terhadap suatu gairah keinginan.
Menurut Sukardi dalam buku karangan Ahmad
Susanto menyatakan bahwa, minat dapat diartikan
sebagai suatu kesukaan, kegemaran atau
kesenangan akan sesuatu.65 Oleh karena itu, apa
saja yang dilihat seseorang barang tentu akan
membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat
itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya
65 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, PrenadamediaGrup, Jl. Tambra Raya No. 23 Rawamangun. Jakarta. 2016. Hlm.57
88
sendiri. Hal ini menunjukan bahwa minat
merupakan kecenderungan jiwa seseorang
terhadap suatu objek, biasanya disertai dengan
perasaan senang.
b. Devinisi Operasional
Minat biasanya dapat diekspresikan melalui
suatu pernyataan yang menujukkan bahwa siswa
lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya.
Siswa yang memiliki minat terhadap subjek
cenderung akan memberikan perhatian yang lebih
besar terhadap subjek tersebut. Adapun skor minat
belajar yang diperoleh dari responden meliputi
tentang: Minat kesiapan belajar, dan minat
emosional.66
c. Kisi-kisi instrumen penelitian (minat belajar siswa)
66 Ahmad Susanto, Teori belajar dan Pembelajaran (Jakarta,Prenada MediaGrup),2013. 60
89
Tabel 3.3
Instrumen Penelitian Minat Belajar
2. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat
pengumpulan data sebagai berikut:
Variabel Penelitian Kriteria
Minat Belajar
Indikator No. Butir Soal Jumlah
Positif Negative
Minat Belajar
Siswa
1. Minat
kesiapan
belajar
1. Kesiapan
Belajar
3,17 2,4,6,16 6
2. Disiplin 1 8,20 3
2. Minat
emosional
1. Semangat
belajar
5,10,18 7,14 5
2. Tekun
belajar
11,12,19 9,13,15 6
Jumlah 12 8 20
90
a) Observasi
Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa observasi
merupakan proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis.
Artinya peneliti dapat mengamati objek penelitian
dengan ikut terlibat secara langsung maupun tidak
langsung dalam aktivitas yang dilakukan oleh orang-
orang yang dijadikan sumber dalam penelitian. Teknik
observasi yang digunakan peneliti untuk memperoleh
data adalah melalui teknik pendekatan dan pengamatan
secara langsung ke tempat penelitian yaitu Mts Al-
Khairiyah Pipitan.
b) Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneiti ingin melakukan
studi terdahulu untuk menentukan permasalahan yang
harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
91
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan teknik wawancara biasanya mengambil
responden dengan jumlah sedikit/kecil.67 Wawancara
yang dilakukan oleh peneliti yaitu kepada guru mata
pelajaran Fiqih dan siswa kelas VII yang bertujuan
untuk memperoleh data tentang gaya belajar kinestetik
dan minat belajar.
c) Kuesioner (angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya.68 Angket yang digunakan penelitian
ini adalah angket berupa skala gaya belajar kinestetik
dan minat belajar siswa. Teknik ini digunakan dengan
menggunakan beberapa pernyataan secara tertulis
dengan ketentuan alternatif jawaban yang te;ah
67 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D). 137
68 Suginono, statistika untuk Penelitian. 137-145
92
disediakan. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan
data tentang aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran
fiqih di Mts Al-Khairiyah Pipitan kelas VII .
Sehubungan dengan data penelitian maka teknik
yang penulis gunakan sebagai pengumpulan data
melalui beberapa pernyataan yang harus dijawab oleh
responden, dalam hal ini siswa Mts Al-Khairiyyah
Pipitan kelas VII. Angket yang digunakan dalam
penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu angket yang
jawabannya sudah disediakan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan skala
likert dengan lima alternative jawaban.
a. Selalu dengan bobot skor (5) untuk pernyataan
positive dan bobot skor (1) untuk pernyataan
negative.
b. Sering dengan bobot skor (4) untuk pernyataan
positive dan bobot skor (2) untuk negative.
93
c. Kadang-kadang dengan bobot skor (3) untuk
pernyataan positive dan bobot skor (3) untuk
pernyataan negative.
d. Pernah dengan bobot skor (2) untuk pernyataan
positive dan bobot skor (4) untuk pernyataan
negative.
e. Tidak pernah dengan bobot skor (1) untuk
pertanyaan positive dan bobot skor (5) untuk
pernyataan negative.
E. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan
pendekatan kuantitatif yaitu menggunakan prosedur
statistik. Adapun langkah-langkah yang peneliti tempuh
dalam menganalisis data sebagai berikut:
1. Validitas dan Realibilitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui
kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan
94
dalam mendefinisikan suattu variabel. 69 uji validitas ini
dilakukan dengan cara membandingkan antara hasil dari
r hitung dengan r tabel, dimana df = n-2 dengan tarif
signifikasi 5% jika r hitung > r tabel maka valid.70
Sedangkan uji realibilitas dilakukan secara bersamaan
terhadap seluruh butir pernyataan yang telah disebarkan
dengan menggunakan rumus Alfa Cronbach yang
terdapat dalam aplikasi SPSS 16.0.
2. Mencari Data Parsial
a.Menggunakan data hasil angket
b.Mencari Range, dengan rumus:71
R = H – L
Keterangan :
R : Range yang akan dicari
69 Darwansyah, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. 13870 Wiratna, Sujarweni, Statistika untuk Penelitian, (Yogyakarta:Graha Ilmu,
2012).17871 Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2001) cet. Ke 10, 49
95
H : Skor atau nilai yang tertinggi.
L : Skor atau nilai yang terendah.
c. Menentukan jumlah kelas, dengan rumus:72
K = 1 + (3,3) Log N
K : Banyak kelas
N : Banyak data
3,3 : Bilangan konstan
d. Menentukan panjang kelas (interval), dengan
rumus:73
P =
Keterangan:
P : Panjang kelas (Interval Kelas)
R : Range / rentang
72 Subana, et. Al, Statistik Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2000). 39.73 Subana, et. Al, Statistik Pendidikan. 40
96
K : Banyaknya kelas
e. Membuat tabel distribusi frekuensi
f. Menentukan ukuran gejala pusat atau analisis tendesi
sentral dengan cara:
1. Menghitung rata-rata (mean)
X = ∑Keterangan:
X : Mean yang akan dicari
FX : Jumlah nilai yang ada
N : Banyaknya frekuensi menghitung yang ada
2. Menghitung Median dengan rumus: 74
Me = b + P
74 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan. (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 1999), 103
97
b : batas bawah kelas median
p : panjang kelas median
n : banyaknya data
F : jumlah frekuensi kumulatif sebelum batas
bawah kelas yang mengandung median
f : frekuensi kelas median
3. Menghitung modus, dengan rumus :75
Mo = b + p { }
b : batas bawah kelas modus
p : panjang kelas
b1 : frekuensi kelas modus dikurangi kelas
interval sebelum tanda kelas modus.
75 Agus Irianto, Statistik konsep dasar, aplikasi dan pengembangannya(Jakarta : Kharisma Putra Utama, 2004), hlm. 59
98
b 2 : frekuensi kelas modus dikurangi kelas
interval sesudah tanda kelas modus.
g. Mencari standar deviasi, dengan rumus:76
SD =∑ (∑ ).
FXi : jumlah dari hasil perkalian frekuensi
masing-masing dengan titik tengah.
Fxi2 : jumlah dari hasil perkalian frekuensi
yang dikuadratkan masing-masing dengan
titik tengah .
N : jumlah frekuensi
h. Melakukan uji normalitas dengan langkah
sebagai berikut:
1. Menghitung nilai Z dengan rumus
76 Noegroho Boedijoewono, Pengantar Statistika ekonomi dan bisnis (Yogyakarta : UPP STIM YKPN, 2012), hlm. 70
99
Z =
Keterangan :
X : Batas kelas
Xi : Mean (nilai rata-rata)
SD : Standar deviasi
2. Menghitung X2 (chi kuadrat) dengan
rumus:77
X2 =( )
Keterangan:
X2 : Chi kuadrat
fo : frekuensi observasi, yaitu banyaknya
data yang termasuk pada suatu kelas inteval
fe : frekuensi ekpektasi : Nx luas Z tabel
77 Subana, et. Al. Statistik pendidikan, 128
100
i. Analisis regresi dengan rumus:
y = a + bx
a =(∑ )(∑ ) (∑ )(∑ )(∑ ) (∑ )
b =( ∑ ) (∑ )(∑ )(∑ (∑ )
j. Analisis korelasi product moment dengan
rumus:
rxy =(∑ ) (∑ ∑ ){ ∑ (∑ ) }{ ∑ ) (∑ ) }
Keterangan :
Rxy = angka indeks korelasi “r” product
moment
N = nomor kelas
∑ x = jumlah seluruh skor x
101
∑ y = jumlah seluruh skor y
∑ xy = jumlah hasil skor x dan y
k. Menetapkan penafsiran koreasi sebagai
berikut:
0,00 – 0,20 = Antara variabel X dan variabel Y
memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi
itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga
korelasi itu diabaikan (diangggap tidak ada
korelasi antara variabel X dan variabel Y).
0,20 – 0,40 = antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang lemah atau rendah.
0,40 – 0,70 = antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang cukup atau sedang.
0,70 – 0,90 = antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang kuat atau tinggi.
102
0,90 – 1,00 = antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang sangat kuat atau tinggi.
l. Menentukan t hitung dengan rumus :
t hitung = r √√
103
BAB IV
DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
Bab ini berisi uraian tentang deksripsi data hasil penelitian
untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik distribusi skor dari
subjek penelitian. Selanjutnya disajikan perhitungan persyaratan
analisis, yaitu uji normalitas. Pada bagian akhir dilakukan pengujian
hipotesis dan interpretasi hasil penelitian.
A. Deskripsi Data
1. Uji Validitas
Data yang dideskripsikan merupakan data yang diperoleh dari
hasil pengisian kuesioner dengan menggunakan instrumen-instrumen
yang telah dikembangkan. Instrumen tersebut terbagi menjadi dua
bentuk yang mewakili masing-masing variabel yaitu variabel X (Gaya
Belajar Kinestetik) dan variabel Y (Minat Belajar Siswa) terdiri dari 20
butir pernyataan. Dimana setiap butir angket telah diberi skor pada
setiap jawaban yang dipilih dengan ketentuan yang berbeda-beda, yaitu
untuk pernyataan positif SL (selalu) = 5, SR (sering) = 4, KD (kadang-
kadang) = 3, P (pernah) = 2, Tp (tidak pernah) = 1.
104
Angket sebelumnya telah diuji validitas dan realibilitasnya.
Dalam proses pengujian validitas dan realibilitas angket ini diberikan
kepada 35 orang responden. Pengujian validitas dilakukan dengan
menggunakan microsoft exel, dengan hasil perhitungan r hitung
dibandingkan dengan r tabel dimana DF = 35 – 2 = 33, maka nilai r
tabel 0,334 dengan taraf signifikan 5%. Butir pernyataan dikatakan
valid jika r hitung > r tabel. Hasil pengujian sebagai berikut:
a. Variabel X
Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas
Item r hitung rtabel
Ket Item r hitung rtabel
Ket
P1 0,516765 0,334 Valid P11 0,607366 0,334 ValidP2 0,389706 0,334 Valid P12 0,394967 0,334 ValidP3 0,379201 0,334 Valid P13 0,676094 0,334 ValidP4 0,377065 0,334 Valid P14 0,362611 0,334 ValidP5 0,349223 0,334 Valid P15 0,345334 0,334 ValidP6 0,550388 0,334 Valid P16 0,441508 0,334 ValidP7 0,372255 0,334 Valid P17 0,390064 0,334 ValidP8 0,389818 0,334 Valid P18 0,34025 0,334 ValidP9 0,476069 0,334 Valid P19 0,445423 0,334 ValidP10 0,335923 0,334 Valid P20 0,350555 0,334 Valid
b. Variabel Y
105
Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas
Item r hitung rtabel
Ket Item r hitung rtabel
Ket
P1 0,724281 0,334 Valid P11 0,614798 0,334 ValidP2 0,614798 0,334 Valid P12 0,541802 0,334 ValidP3 0,724281 0,334 Valid P13 0,724281 0,334 ValidP4 0,614798 0,334 Valid P14 0,545909 0,334 ValidP5 0,724281 0,334 Valid P15 0,832745 0,334 ValidP6 0,633453 0,334 Valid P16 0,78198 0,334 ValidP7 0,642269 0,334 Valid P17 0,768691 0,334 ValidP8 0,602357 0,334 Valid P18 0,700834 0,334 ValidP9 0,487518 0,334 Valid P19 0,414275 0,334 ValidP10 0,614798 0,334 Valid P20 0,406572 0,334 Valid
2. Uji Realibilitas
a. Variabel X
Uji realibilitas dilakukan dengan menggunakan rumus
alpha cronbach dan perhitungan dilakukan menggunakan excel.
Dari hasil perhitungan tabel (terlampir) diperoleh nilai alpha
cronbach sebesar 1,264 jika nilai alpha cronbacth > r tabel
dengan n = 35 (0,334) dengan taraf signifikan 5% maka
pernyataan reliabel. Hasil uji coba alpha cronbatch adalah 1,264
> 0,334 dinyatakan reliabel.
106
b. variabel Y
Uji realibilitas dilakukan dengan menggunakan rumus
alpha cronbach dan perhitungan dilakukan menggunakan excel.
Dari hasil perhitungan tabel (terlampir) diperoleh nilai alpha
cronbach sebesar 1,045. Jika nilai alpha cronbacth > r tabel
dengan n = 35 (0,334) dengan taraf signifikan 5% maka
pernyataan reliabel. Hasil uji coba alpha cronbatch adalah 1,045
> 0,334 dinyatakan reliabel.
B. Uji Prasyaratan Analis
1. Variabel X (Gaya Belajar Kinestetik)
a. Uji Analisis
Data yang dideskripsikan merupakan data yang
diperoleh dari hasil pengisian kuesioner dengan
menggunakan instrumen-instrumen yang telah
dikembangkan tentang gaya belajar kinestetik yang
diberikan kepada 35 responden. Disusun berdasarkan skor
terendah ke skor terbesar :
107
49 53 53 57 57 59 59 60 60
60 61 62 62 64 65 66 71 71
71 72 73 74 75 76 77 77 79
80 80 81 82 85 87 88 90
Berdasarkan data diatas dapat dilihat dari data yang
terkecil adalah 49 sedangkan data yang tertinggi adalah 90.
Untuk menganalisis data pada variabel X penulis menempuh
langkah-langkah sebagai berikut:
b. Mencari Range
R = H – L
R = 90 – 49 = 41
c. Menentukan Banyak Kelas
K = 1 + 3,3 Log N
K = 1 + 3,3 Log 35
K = 1 + 3,3 (1,544)
K = 1 + 5,095
K = 6, 10 = 6
108
d. Panjang Kelas
P =
P =
P = 6, 8 = 7
e. Menentukan Tabel Distribusi Frekuensi
Tabel 4.3
Tabel Distribusi Frekuensi Variabel X
Berdasarkan tabel diatas, frekuensi terbanyak terdapat
pada kelas interval ke 2 (dua) yang berjumlah 10 frekuensi.
Tabel diatas penulis rubah menjadi bentuk poligon dan
histogram.
f. Grafik Histogram dan Poligon
Interval Kelas xi fi fr(%) fk (%) xi-fi xi2 fixi2
49 - 55 52 3 9 9 156 2704 811256 - 62 59 10 29 29 590 3481 3481063 - 69 66 3 9 9 198 4356 1306870 - 76 73 8 23 23 584 5329 4263277 - 83 80 7 20 20 560 6400 4480084 - 90 87 4 11 11 348 7569 30276
417 35 100 2436 29839 173698
109
Grafik 4.1
Grafik Histogram dan Poligon Gaya Belajar Kinestetik
(Variabel X)
Gambar 4.2 menunjukkan histigram frekuensi gaya
belajar kinestetik, diperoleh data nilai tertinggi 90 dan nilai
terendah 49, menunjukkan batas bawah nyata dan batas atas
nyata adalah 3 frekuensi pada batas nyata antara 48,5 – 55,5,
ada 10 frekuensi pada batas nyata antara 55,5-62,5, ada 3
frekuensi pada batas nyata antara 62,5-69,5, ada 8 frekuensi
pada batas nyata antara 69,5-76,5, ada 7 frekuensi pada batas
nyata antara 76,5-83,5, ada 4 frekuensi pada batas nyata antara
83,5-89,5.
XBatas Nyata
83,5
10
48, 5 62,5
5
0 55,5 89,5
33
76,569,5
4
87
10
110
Distribusi tertinggi pada gaya belajar kinestetik , berada
pada batas bawah 55,5 yaitu 10 frekuensi pada kelas interval
56-62, kalau dipresentasikan yaitu sekitar 29%, sedangkan
distribusi terendah berada pada batas bawah nyata 48,5 yaitu 3
frekuensi pada kelas interval 49-55 dipresentasikan yaitu sekitar
9%.
Analisis selanjutnya penulis melakukan pencarian
tendensi sentral yaitu mean, median dan modus.
g. Mencari Ukuran Gejala Pusat atau Tendensi Sentra, adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Mencari Mean
X = ∑X =
∑= 69,6
2) Mencari Median
Me = b + P
Me = 55,5 + (7),
111
Me = 57, 95
3) Mo = b + p { }
Mo = 55,5 + (7)
Mo = 62,50
h. Menghitung Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal
dari populasi yang berdistribusi normal maka dilakukan uji
normalitas dengan uji (liliefors). Adapun kriteria uji
normalitas adalah Ho ditolak jika Lo hitung lebih besar dari
Lo tabel atau Ho diterima jika Lo hitung lebih kecil dari Lo
tabel.
Setelah dilakukan perhitungan diperoleh Lo hitung
0,492. Jika dibandingkan dengan tabel liliefors pada taraf
signifikan 5% dan N = 35 diperoleh Lo tabel 1,161. Dengan
demikian Ho diterima karena Lo hitung lebih kecil dari Lo
tabel (0,492 < 1,161). Dapat disimpulkan bahwa data pada
variabel gaya belajar kinestetik (X) dari populasi
112
berdistribusi normal hal tersebut dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 4.4
Uji Normalitas Variabel X dari 35 Responden
N A (5%) Lo hitung Lo tabel Keputusan
35 0,05 0,492 1,161 Ho
diterima
2. Variabel Y (Minat Belajar)
a. Uji Analisis
Data yang dideskripsikan merupakan data yang
diperoleh dari hasil pengisian kuesioner dengan
menggunakan instrumen-instrumen yang telah
dikembangkan tentang gaya belajar kinestetik yang
diberikan kepada 35 responden. Disusun berdasarkan skor
terendah ke skor terbesar :
113
45 45 50 56 56 56 57 59
59 59 59 60 60 63 63 64
64 64 66 66 66 67 67 69
71 71 71 72 72 74 76 77
78 79 79
Berdasarkan data diatas dapat dilihat dari data
yang terkecil adalah 45 sedangkan data yang tertinggi
adalah 79. Untuk menganalisis data pada variabel X
penulis menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mencari Range
R = H – L
R = 79– 45 = 34
b. Menentukan Banyak Kelas
K = 1 + 3,3 Log N
K = 1 + 3,3 Log 35
K = 1 + 3,3 (1,544)
114
K = 1 + 5,095
K = 6, 10 = 6
c. Panjang Kelas
P =
P =
P = 5,6 = 6
d. Menentukan Tabel Distribusi Frekuensi
Tabel 4.5
Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Y
Berdasarkan tabel diatas, frekuensi terbanyak
terdapat pada kelas interval ke 3 dan 4 yang berjumlah 9
Interval Kelas xi fi fr(%) fk (%) xi-fi xi2 fixi2
45 - 50 47,5 3 9 8,571 143 2256 6768,7551 - 56 53,5 3 9 17 161 2862 8586,7557 - 62 59,5 9 26 43 536 3540 31862,2563 - 68 65,5 9 26 69 590 4290 38612,2569 - 74 71,5 6 17 86 429 5112 30673,575 - 81 78,5 4 11,4286 80 314 6162 24649
376 34 97,1429 2171 24224 141152,5
115
frekuensi. Tabel diatas penulis rubah menjadi bentuk
poligon dan histogram.
e. Grafik Histogram dan Poligon
Grafik 4.1
Grafik Histogram dan Poligon Minat Belajar (Variabel Y)
Gambar 4.4 menunjukkan histogram frekuensi
minat belajar dapat dijelaskan. Diperoleh data nilai
tertinggi 81,5 dan data nilai terendah 44,5 menunjukkan
batas bawah nyata dan batas atas nyata adalah 3
frekuensi pada batas nyata antara 44,5 –50,5, ada 3
frekuensi pada batas nyata antara 50,5-56,5, ada 9
Y81,5
10
69,544,5 50,5 56,5Batas Nyata
75,563,50
3 3
5
6
4
9 9
116
frekuensi pada batas nyata antara 56,5-63,5, ada 9
frekuensi pada batas nyata antara 63,5-69,5, ada 6
frekuensi pada batas nyata antara 69,5-75,5, ada 4
frekuensi pada batas nyata antara 75,5-81,5.
Distribusi tertinggi pada tingkat minat belajar,
berada pada batas bawah 56,5 yaitu 9 frekuensi pada
kelas interval 57-63 jika dipresentasikan yaitu sekitar
26%, sedangkan distribusi terendah berada pada batas
bawah nyata 44,5 yaitu 3 frekuensi pada kelas interval
45-50 jika dipresentasikan 9%.
Analisis selanjutnya penulis melakukan pencarian
tendensi sentral yaitu mean, median dan modus.
f. Mencari Ukuran Gejala Pusat atau Tendensi Sentra,
adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Mencari Mean
X = ∑X =
∑= 63,853
117
2) Mencari Median
Me = b + P
Me = 63,5 + (3)( )
Me = 68,33
3) Mo = b + p { }
Mo = 63,5 + (3)
Mo = 63,50
g. Menghitung Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
berasal dari populasi yang berdistribusi normal maka
dilakukan uji normalitas dengan uji (liliefors). Adapun
kriteria uji normalitas adalah Ho ditolak jika Lo hitung
lebih besar dari Lo tabel atau Ho diterima jika Lo
hitung lebih kecil dari Lo tabel.
Setelah dilakukan perhitungan diperoleh Lo
hitung 0,136. Jika dibandingkan dengan tabel liliefors
pada taraf signifikan 5% dan N = 35 diperoleh Lo
118
tabel 1,161. Dengan demikian Ho diterima karena Lo
hitung lebih kecil dari Lo tabel (0,136 < 1,161). Dapat
disimpulkan bahwa data pada variabel minat belajar
(Y) dari populasi berdistribusi normal. Hal tersebut
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.6
Uji Normalitas Variabel Y dari 35 Responden
N A (5%) Lo hitung Lo tabel Keputusan
35 0,05 0,136 1,161 Ho diterima
C. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan data angket yang sudah diperoleh, selanjutnya
penulis akan menganalisa data dengan menggunkan teknik analisa
product moment. Namun sebelum melakukan perhitungan untuk
memperoleh angka indeks korelasi rxy terlebih dahulu merumuskan
hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis (nol) sebagai berikut:
(H0) : rxy = 0 artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara gaya belajar kinestetik terhadap minat belajar
119
siswa pada mata pelajaran fiqih materi tentang shalat
jama’ dan qhasar.
(Ha) : rxy > 0 artinya terdapat pengaruh antara gaya belajar
kinestetik terhadap minat belajar siswa pada mata
pelajaran fiqih materi tentang shalat jama’ dan qhasar.
Selanjutnya penulis akan melakukan perhitungan dari data yang
telah diperoleh untuk mendapatkan angka indeks korelasi (rxy).
Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk mencari korelasi
variabel X dan Y sebagai berikut:
1. Analisis Korelasi (Product Moment)
a. Analisis Regresi dengan Rumus:
y = a + bx
a =(∑ )(∑ ) (∑ )(∑ )(∑ ) (∑ )
=(∑ )(∑ ) (∑ )(∑ )(∑ ) (∑ )
=
120
=
= 2872.18
b =( ∑ ) (∑ )(∑ )(∑ (∑ )
=( . ) ( )( )(∑ ( )
=
=
= 1287,32
y = a + bx
= 2872.18+1287,32 X
Jadi, persamaan regresinya ialah 2872.18+1287,32 X
Artinya setiap terjadi perubahan satuan dari variabel
X maka akan terjadi perubahan pula sebesar 1287,32
pada variabel Y pada kontans 2872.18.
b. Analisis Korelasi Product Moment
121
rxy =(∑ ) (∑ ∑ ){ ∑ (∑ ) }{ ∑ ) (∑ ) }
rxy =( ) ( . ){ . ( ) }{ . ) ( ) }
rxy = { . }{ )rxy = { }{ }rxy = ,rxy = 0,25
2. Interprestasi Data Hasil Penelitian
Untuk menginterprestasikan nilai koefisien tersebut,
maka penulis menggunakan interprestasi “r” product moment
sebagai berikut:
Tabel 4.7
Interpretasi “r” Product Moment
Besar “r” Interprestasi
0,00 – 0,20
Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat
korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau
122
sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan
(diangggap tidak ada korelasi antara variabel X dan
variabel Y).
0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
yang lemah atau rendah.
0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
yang cukup atau sedang.
0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
yang kuat atau tinggi.
0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
yang sangat kuat atau tinggi.
Dari perhitungan diatas dapat diketahui indeks koefisien
sebesar 0,25 dan setelah dikontruksikan dengan tabel
interprestasi angka “r” (0,25) berada diantara (0,20 – 0,40) yang
interprestasinya adalah antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang lemah.
123
a. Menentukan t hitung dengan rumus :
t hitung = r √√t hitung = 0,25.
√√ ,t hitung = 0,25 . ,,t hitung = 0,25 . 5,97
t hitung = 1,49
b. Derajat kebebasan
Db = N-2
Db = 35-2
Db = 33
c. Menghitung t tabel dengan taraf signifikan 5% dan dk 33
T tabel = (1-a) (db)
124
T tabel = (1-0,05) (33)
T tabel = 0,95 (33)
T tabel = 31,35
T tabel = 1,697
Berdasarkan perhitungan diatas diketahui t hitung 1,49 t
tabel 1,697. Maka t hitung < t tabel dengan demikian hipotesis
alternatif atau Ha ditolak, sedangkan hipotesis nol atau Ho
diterima. Kesimpulannya adalah tidak terdapat korelasi positif
yang signifikan antara gaya belajar kinestetik terhadap minat
belajar siswa.
3. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data variabel X dan variabel
Y menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh yang
signifikan antara gaya belajar kinestetik terhadap minat
belajar siswa. Hal ini ditunjukkan oleh uji normalitas gaya
belajar kinestetik bahwa Lo hitung 0,492. Jika dibandingkan
125
dengan tabel liliefors pada taraf signifikan 5% dan N = 35
diperoleh Lo tabel 1,161. Dengan demikian Ho diterima
karena Lo hitung lebih kecil dari Lo tabel (0,492 < 1,161).
Dapat disimpulkan bahwa data pada variabel gaya belajar
kinestetik (X) dari populasi berdistribusi normal.
Uji normalitas minat belajar siswa ialah diperoleh Lo
hitung 0,136. Jika dibandingkan dengan tabel liliefors pada
taraf signifikan 5% dan N = 35 diperoleh Lo tabel 1,161.
Dengan demikian Ho diterima karena Lo hitung lebih kecil
dari Lo tabel (0,136 < 1,161). Dapat disimpulkan bahwa
data pada variabel minat belajar (Y) dari populasi
berdistribusi normal.
Diketahui bahwa indeks koefisien korelasi sebesar 0,25
setelah dikonsultasikan dengan tabel interpretasi ternyata
angka “r” (0,25) skor koefisien korelasi berada pada 0,20-
0,40 maka interpretasinya yaitu : memang terdapat korelasi,
akan tetapi korelasi tersebut sangat rendah.
126
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis data tentang
pengaruh gaya belajar kinestetik terhadap minat belajar siswa pada
mata pelajaran fiqih materi tentang shalat jama’ dan qhasar studi
diMts Al-Khaeriyyah Darussalam Pipitan peneliti dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Gaya belajar kinestetik merupakan cara belajar yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh informasi dengan melakukan
pengalaman, gerakan, dan sentuhan. Adapun gaya balajar siswa
di Mts Al-Khaeriyah Darussalam Pipitan dikelas VII termasuk
baik karena berdasarkan distribusi tertinggi pada gaya belajar
kinestetik berada pada batas bawah 55,5 yaitu 10 frekuensi.
Sedangkan distribusi terendah berada pada batas bawah nyata
48,5 yaitu 3 frekuensi.
2. Minat belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di Mts Al-
Khaeroyah Darussalam Pipitan dikelas VII termasuk baik
karena berdasarkan distribusi tertinggi pada tingkat minat
127
belajar, berada pada batas bawah 56,5 yaitu 9 frekuensi,
sedangkan distribusi terendah berada pada batas bawah nyata
44,5 yaitu 3 frekuensi.
3. Pengaruh gaya belajar kinestetik terhadap minat belajar siswa
pada mata pelajaran fiqih sebesar 0,25 korelasi ini berada pada
posisi interpretasi antara 0,20-0,40 yang berarti korelasi tersebut
rendah.
B. Saran
Berdasarkan hasil kajian serta kesimpulan diatas, maka dalam
akhir tulisan ini peneliti akan memberikan beberapa saran
diantaranya adalah:
1. Bagi siswa-siswi Mts Al-Khaeriyah Darussalam
Pipitan, tingkatkan lagi kemampuan belajarnya, agar
seluruh siswa memiliki hasil belajar yang baik termasuk
pada materi fiqih dan dapat lulus melebihi nilai KKM
yang ditentukan.
2. Bagi guru Mts Al-Khaeriyah Darussalam Pipitan,
disarankan agar mempertahankan kemampuan
128
mengajar yang baik agar minat dan hasil belajar siswa
tidak menurun, meskipun gaya belajar tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap minat
belajar, akan tetapi keberadaan guru untuk mentransfer
ilmu kepada siswa tetap merupkan faktor yang sangat
penting.
3. Bagi penliti selanjutnya, disarankan agar lebih
mengembangkan gaya belajar kinestetik dan minat
belajar siswa dikorelasikan dengan variabel yang
berbeda atau metodologi yang berbeda.