BAB I A. Latar Belakang Masalah -...

25
1 BAB I A. Latar Belakang Masalah Di era modern ini, bahasa menjadi sesuatu yang wajib untuk dipelajari. Bahasa dijadikan modal utama untuk kegiatan komunikasi. Bukan hanya komunikasi dengan bahasa lisan, namun juga bahasa tulisan. Salah satu fungsi dari alat komunikasi adalah untuk bertukar informasi, baik informasi dari satu bahasa maupun informasi dari lain bahasa. Dalam memperoleh informasi dari bahasa lain diperlukan adanya proses alih bahasa. Di sinilah seorang penerjemah dibutuhkan. Untuk itu seorang penerjemah memiliki peran penting dalam membantu masalah ini. Seorang penerjemah bukan hanya mengalihbahasakan saja, tetapi harus dapat menyampaikan amanat dari bahasa sumber (BSu) sehinga dapat diterima dengan baik oleh pengguna bahasa sasaran (BSa). Selain untuk bertukar informasi, penerjemahan juga memiliki andil yang besar bagi kehidupan seperti halnya di bidang hiburan. Mulai dari film, musik dan karya sastra diterjemahkan untuk memberi variasi hiburan di dalam bahasa sasaran. Dunia hiburan dewasa ini telah mengalami perkembangan yang signifikan. Hal itu dapat diperhatikan dalam pertelevisian, karya sastra dan lainnya. Dalam dunia pertelevisian, banyak film yang mulai dialihbahasakan dan ditayangkan di pengguna BSa. Di dunia sastra, tidak sedikit karya sastra yang dialihbahasakan seperti pada novel Laskar Pelangi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Selain bahasa Arab yang menjadi BSa, adapula novel yang

Transcript of BAB I A. Latar Belakang Masalah -...

Page 1: BAB I A. Latar Belakang Masalah - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1012033_bab1.pdf · berbahasa Arab yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia seperti

1

BAB I

A. Latar Belakang Masalah

Di era modern ini, bahasa menjadi sesuatu yang wajib untuk dipelajari.

Bahasa dijadikan modal utama untuk kegiatan komunikasi. Bukan hanya

komunikasi dengan bahasa lisan, namun juga bahasa tulisan. Salah satu fungsi

dari alat komunikasi adalah untuk bertukar informasi, baik informasi dari satu

bahasa maupun informasi dari lain bahasa.

Dalam memperoleh informasi dari bahasa lain diperlukan adanya proses

alih bahasa. Di sinilah seorang penerjemah dibutuhkan. Untuk itu seorang

penerjemah memiliki peran penting dalam membantu masalah ini. Seorang

penerjemah bukan hanya mengalihbahasakan saja, tetapi harus dapat

menyampaikan amanat dari bahasa sumber (BSu) sehinga dapat diterima dengan

baik oleh pengguna bahasa sasaran (BSa).

Selain untuk bertukar informasi, penerjemahan juga memiliki andil yang

besar bagi kehidupan seperti halnya di bidang hiburan. Mulai dari film, musik dan

karya sastra diterjemahkan untuk memberi variasi hiburan di dalam bahasa

sasaran. Dunia hiburan dewasa ini telah mengalami perkembangan yang

signifikan. Hal itu dapat diperhatikan dalam pertelevisian, karya sastra dan

lainnya. Dalam dunia pertelevisian, banyak film yang mulai dialihbahasakan dan

ditayangkan di pengguna BSa. Di dunia sastra, tidak sedikit karya sastra yang

dialihbahasakan seperti pada novel Laskar Pelangi yang diterjemahkan ke dalam

bahasa Arab. Selain bahasa Arab yang menjadi BSa, adapula novel yang

Page 2: BAB I A. Latar Belakang Masalah - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1012033_bab1.pdf · berbahasa Arab yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia seperti

2

berbahasa Arab yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia seperti novel Al-

Launu Al-A>khar yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia oleh Ali

Ghufron menjadi An Evening in Cairo.

Penelitian ini, membahas tentang karya sastra berupa novel berbahasa

Arab dan hasil terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Novel tersebut berjudul

Al-Launu Al-A>khar karya Ihsan Abdu al-Quddu>s. Novel ini menceritakan tentang

perbedaan budaya perempuan di negara Sudan dan negara Mesir.

Suatu karya sastra dapat mendunia apabila diterjemahkan ke dalam

pelbagai bahasa. Tidak semua pengalihbahasaan dari suatu bahasa ke bahasa lain

merupakan terjemahan. Untuk bisa disebut terjemahan, teks bahasa sasaran (TSa)

harus mengandung sesuatu yang sama dengan teks bahasa sumber (TSu). Dengan

kata lain, dalam memindahkan informasi di bahasa sumber ke bahasa sasaran

harus mempertahankan isi informasi teks asli (Moentaha, 2008: 10).

Proses penerjemahan tidak bisa dikatakan singkat. Seorang penerjemah

harus menguasai dua bahasa yang hendak dialihbahasakan. Selain itu penerjemah

juga harus memiliki wawasan tentang isi teks bahasa sumber. Sehingga, ketika

menerjemahkan tidak mengalami salah makna yang mengakibatkan perubahan isi

pesan. Apabila seorang penerjemah tidak menguasai kedua bahasa tersebut

dengan baik, baik bahasa sumber maupun sasaran, maka hasil terjemahanpun

tidak akan bagus. Kemampuan berbahasa sangat mempengaruhi suatu hasil

penerjemahan.

Penerjemahan dapat terjadi dalam sebuah wacana, paragraf, kalimat, frasa

dan kata. Berhubungan dengan hal tersebut, suatu bahasa pasti memiliki suatu

Page 3: BAB I A. Latar Belakang Masalah - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1012033_bab1.pdf · berbahasa Arab yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia seperti

3

struktur kalimat. Menurut Kridalaksana ( 2008: 103), kalimat adalah satuan

bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan

secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa. Kalimat juga merupakan

konstruksi gramatikal yang berdiri atas satu atau lebih klausa dan dapat berdiri

sebagai satu satuan.

Menurut Rahardi (2005: 71) Kalimat merupakan suatu satuan gramatikal

yang tersusun dan dibatasi dengan adanya jeda panjang. Kesempurnaan kalimat

tidak dilihat dari panjang atau pendeknya kalimat tersebut. Kalimat memiliki

banyak variasi. Menurut Ramlan (1996: 31) kalimat dibagi menjadi tiga, kalimat

berita (deklaratif), kalimat tanya (introgatif), dan kalimat perintah (imperatif).

Kalimat deklaratif atau biasa disebut kalimat berita, merupakan kalimat

yang di dalamnya mengandung informasi kepada mitra tutur tanpa meminta

respon dari mitra tutur. Al-khuli (1982: 56 ) menyepadankan kalimat deklaratif

dengan jumlah ikhbariyyah, sedangkan al-Ja>rim (2007: 153) menyepadankan

kalimat deklaratif dengan kalam khabar, yaitu kalimat yang di dalamnya

terkandung suatu kebenaran maupun kesalahan. Contoh kalimat deklaratif :

Contoh 1 :

BSu :

ها كأهنا ابنيت إىن أحب مريفت ابنة أخى أعتزي

Inni> uchibbu mi>rfata ibnata akhi> a’tazi >ha> ka-annaha> ibnati> (

Quddus,1999: 7).

BSa : “Aku menyukai dan bangga pada keponakanku, Mirfat layaknya

anak sendiri” (Ghufron, 2005: 7).

Contoh 2 :

BSu

وحىب يشوبو احساس عجيب

Wa chubby> yasywibihi ichsa>sun ajiibun (al-\ Quddu>s,1999 :7).

Page 4: BAB I A. Latar Belakang Masalah - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1012033_bab1.pdf · berbahasa Arab yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia seperti

4

BSa :“Cintaku padanya diikuti oleh perasaan aneh” (Ghufran, 2005: 7).

Contoh kalimat pertama, penulis hanya memberikan penekanan kepada

pembaca, jika penutur menyukai Mirfat. Penutur pada kalimat pertama adalah

tokoh “aku”. Sedangkan pada kalimat kedua, mengabarkan jika tokoh “aku”

mencintai Mirfat, tetapi cinta yang dirasakannya itu ada yang aneh. Tidak ada

respon atau timbal balik dari kalimat deklaratif ini. Kedua contoh ini memiliki

perbedaan walaupun keduanya kalimat deklaratif. Pada kalimat pertama,

menggunakan penekanan/ taukid إن (inna) sedangkan kalimat kedua tidak

menggukan penekanan.

Menurut al-Ja>rim (2007: 169) kalimat deklaratif dalam bahasa Arab

memiliki banyak variasi, baik dari tujuan, maupun keadaan penutur. Untuk itu

peneliti akan mengklasifikasikan kalimat deklaratif tersebut. Selain itu juga

banyak dilakukan penambahan dan pengurangan dalam menerjemahkan novel ini,

sehingga amanat kurang dapat tersampaikan dengan baik walaupun kalimatnya

dapat berterima dalam BSa. Contoh pengurangan dan penambahan makna dapat

dilihat pada contoh berikut:

Contoh 1

Bsu:

إن مرفت ترقص .. و ىي ترقص مع شاب أسود غطيس

Inna Mi>rfata tarqushu.. wa hiya tarqushu ma’a sya>bin aswada ghathi>sin. (Al-Quddu>s, 1999: 12).

BSa ̀ : “Mirfat ikut berdansa. Ia berdansa dengan seorang

pemuda berkulit hitam pekat”(Ghufron, 2005: 13).

Contoh 2

Bsu:

و شعرىا الناعم أسود غامق مسراء

Samra-u wa sya’riha> an-na>’imu aswadu gha>miqun (Qudu>s: 8)..

BSa: ‚Berkulit coklat dan berambut hitam pekat” (Ghufron: 9).

Page 5: BAB I A. Latar Belakang Masalah - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1012033_bab1.pdf · berbahasa Arab yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia seperti

5

Pada contoh 1 terjadi pengurangan makna taukid. Dimana penerjemah

tidak menerjemahkan partikel إن /inna/. Dalam BSu, yaitu bahasa Arab, taukid

merupakan hal yang biasa dan lazim diungkapkan. Sedangkan pada BSa, kata

penegas sangat jarang digunakan. Sedangkan pada contoh 2 terjadi penambahan.

Dalam menerjemahkan kata مسراء /samra-u/ yang artinya coklat, di dalam bahasa

sasaran terjadi penambahan kata “berkulit”. Penerjemah tidak mengubah makna

dari kata tersebut sehingga dapat difahami oleh pengguna BSa.

Penelitian ini mengkaji tentang novel Al-Launu Al-A>khar karya Ihsan

Abdu al-Quddu>s, pada tahun 1999. Novel karya al-Qudu>s ini telah diterjemahkan

ke dalam bahasa Indonesia oleh Ali Ghufron dan diterbitkan oleh Penerbit Dastan

Books, Jakarta. Hasil terjemahan novel ini diterbitkan tahun 2005. Lebih khusus,

peneliti akan meneliti kalimat deklaratif yang terdapat dalam novel tersebut.

Kalimat dalam novel lebih banyak menggunakan kalimat deklaratif ketika

penggambaran tokoh utama maupun penggambaran kejadian atau peristiwa.

Obyek kajian ini diambil karena peneliti melihat banyaknya teknik

penambahan dan pengurangan yang dipakai penerjemah dalam menerjemahkan

kalimat deklaratif dalam novel tersebut. Menurut pandangan peneliti, hal itu

menghasilkan terjemahan yang berterima akan tetapi meyebabkan tidak

tersampaikannya pesan. Padahal novel ini merupakan suatu buku fiksi yang

menjadi sumber untuk mempelajari budaya Negara Mesir dan Sudan. Perbedaan

budaya di Timur Tengah khususnya Mesir dan Sudan menjadi konflik utama

dalam novel ini.

Page 6: BAB I A. Latar Belakang Masalah - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1012033_bab1.pdf · berbahasa Arab yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia seperti

6

Ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan kalimat deklaratif yang

telah dilakukan sebelumnya, antara lain:

Pertama, Sebuah tesis yang berjudul kalimat deklaratif dalam Al-Qur‟an

Surat Al Ra‟d karya Zaky (2014). Tesis ini menggunakan pendekatan pragmatik

dalam menganalisis kalimat deklaratif dalam Al-Qur‟an Surat Al Ra‟d. Hasil dari

penelitiain ini adalah, Zaky menggolongkan surat Ar-ra‟d merupakan surat yang

sederhana dalam menyampaian pesan dari tuturan yakni Allah Subhanahu Wa

Ta‟ala kepada mitra tutur, sekalipun banyak ancaman dalam surat ini.

Kedua, Pengurangan dan Penambahan Makna (loss and gain) pada

Terjemahan tuturan deklaratif dalam buku cerita A Child Called “It” karya

Sumardi (2009). Data yang digunakan Sumardi adalah tuturan deklaratif pada

buku cerita berbahasa Ingris A Child Called “It”. Tesis ini mendeskripsikan

tentang wujud loss and gain serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

terjadinya loss and gain.

Ketiga, Penelitian loss and gain pada tuturan yang berkontruksi deklaratif

dan pengaruhnya terhadap kualitas terjemahan dalam buku Strugle for Survival

dan terjemahannya yang ditulis oleh Indratno (2009). Tesis ini menjelaskan

tentang deskripsi bentuk-bentuk loss and gain, menentukan tingkat ketepatan

terjemah, keterbacaan dan keberterimaan terjemah dari buku Struggle for

Survival. Penelitian ini membahas kontruksi kalimat deklaratif dan melihat

kalimat deklaratif dari segi penambahan dan pengurangan (loss and gain) yang

mempengaruhi kualitas penerjemahan dalam buku Strugle for Survival.

Page 7: BAB I A. Latar Belakang Masalah - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1012033_bab1.pdf · berbahasa Arab yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia seperti

7

Peneliti juga menyajikan beberapa penelitian tentang penambahan dan

pengurangan makna (loss and gain), yaitu:

Pertama, karya Agustina (2013) dengan judul Loss and Gain in

Translation Prosess of a Comic “The Adventures of Tintin: Tintin in America”

Into Indonesian Version “Petualangan Tintin: Tintin di Amerika”. Tesis ini

menjelaskan tentang variasi penambahan dan pengurangan makna pada komik

petualangan Tintin. Dari data yang didapatkan, pengurangan terjadi pada tataran

kata, frasa, klausa dan kalimat. Sedangkan penambahan hanya terdapat pada kata

dan frasa.

Kedua, Sebuah tesis karya Istiqomah pada tahun 2009 dengan judul

“Analisis Penambahan dan Pengurangan Makna (loss and gain) pada Terjemahan

Novel All American Girl oleh Monica Dwi Chresnayani. Tesis ini menjelaskan

tentang kuantitas penambahan dan pengurangan (loss and gain). Peneliti

menemukan 57 kalimat yang mengalami kehilangan makna dan 64 kalimat yang

terjadi penambahan. Selain itu di dalam tesis ini juga menyebutkan tentang faktor

terjadinya loss and gain dan pengaruh terjadinya loss and gain.

Selain penelitian tentang kalimat deklaratif dan penambahan dan

pengurangan (loss and gain), peneliti juga menyajikan penelitian terdahulu

tentang novel Al-launu al-A>khar dan Ihsan Abdul Qudu>s, yaitu sebuah tesis karya

Fahrizal pada tahun 2008 dengan judul “Faizah fi Al-Qishah Wanasitu Anni

Imra‟ah li Ihsan Abd Al-Qudus Dirasah Tahliliyah Sikulujiyah Adabiyah”. Tesis

ini dianalisis dengan menggunakan psikoanalisis terhadap tokoh perempuan

Page 8: BAB I A. Latar Belakang Masalah - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1012033_bab1.pdf · berbahasa Arab yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia seperti

8

dalam novel karya Ihsan Abdu al-Qudu>s. Perempuan itu bernama Faizah dan

dalam cerita tersebut Faizah mengalami gangguan psikis.

Tesis-tesis di atas merupakan hasil penelitian terdahulu. Tesis-tesis

tersebut berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian

ini merupakan penelitian terhadap novel karya Ihsan al-Qudu>s yang berjudul Al-

launu Al-A>khar. Peneliti hanya mengkaji kalimat deklaratif yang terdapat dalam

novel tersebut dan kemudian akan dikaji penambahan dan pengurangan (loss and

gain) dalam penerjemahannya.

Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua

hal, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Secara teoritis, penelitian ini

diharapkan dapat memberi tambahan perkembangan teori penerjemahan,

khususnya penambahan dan pengurangan makna dalam bahasa Arab. Mengingat

jarang ditemukannya teori tentang penambahan dan pengurangan makna di dalam

bahasa Arab. Manfaat praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi

manfaat sebagai masukan bagi peneliti lain untuk dapat meneliti lebih mendalam

tentang kalimat-kalimat yang lain, yang belum dibahas dalam penelitian ini.

Selain itu diharapkan penelitian ini dapat menambah pustaka bacaan minat

penerjemahan khususnya penerjemahan Arab yang sekarang ini ini masih sangat

sedikit rujukannya. Manfaat praktis yang lain adalah bahwa hasil penelitian ini

diharapkan dapat juga dimanfaatkan oleh pembaca buku terjemahan, terutama

pembaca ahli, agar lebih kritis dalam menilai suatu terjemahan. Pembaca buku

terjemahan bukan hanya menikmati hasil terjemahan saja tetapi juga melihat

makna terjemahan itu sesuai dengan buku asli atau tidak.

Page 9: BAB I A. Latar Belakang Masalah - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1012033_bab1.pdf · berbahasa Arab yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia seperti

9

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana variasi kalimat deklaratif dan metode penerjemahnya pada

novel Al-Launu Al-A>khar?

2. Bagaimana bentuk penambahan dan pengurangan makna (loss and

gain) pada penerjemahan kalimat deklaratif yang terdapat pada novel

Al-Launu Al-A>khar ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka

penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan variasi kalimat deklaratif dan metode

penerjemahannya pada novel Al-Launu Al-A>khar.

2. Mendeskripsikan bentuk penambahan dan pengurangan makna (loss

and gain) pada kalimat deklaratif yang terdapat dalam novel Al-launu

Al-A>khar.

D. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ini bertujuan untuk membuat hasil penelitian ini lebih

fokus. Dalam hal ini, peneliti membatasi hanya mengkaji teknik penambahan dan

pengurangan makna yang terdapat pada novel terjemahan dari novel Al-launu Al-

A>khar karya Ihsan al- Qudu>s yang diterbitkan oleh Penerbit Da>r Akhbar al-Yaum

pada tahun 1999. Novel ini berisi 7 bab. Setiap bab terdiri dari 15-20 halaman.

Akan tetapi peneliti hanya meneliti pada bab 1 saja, karena merupakan gambaran

awal mengenai tokoh utama.

Page 10: BAB I A. Latar Belakang Masalah - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1012033_bab1.pdf · berbahasa Arab yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia seperti

11

Data yang dianalisis merupakan penerjemahan kalimat deklaratif yang

terdapat pada novel Al-launu Al-A>khar dan terfokus pada penerjemahan bahasa

Arab ke bahasa Indonesia.

E. Kajian Teori

Untuk meneliti suatu kasus, seorang peneliti memerlukan suatu teori

sebagai landasan penelitiannya. Hal itu dimaksudkan agar penelitian yang

dilakukan menjadi terarah dan mudah untuk difahami. Teori yang digunakan

sebagai landasan oleh peneliti meliputi teori kalimat deklaratif, teori metode

penerjemahan, dan teori loss and gain.

1. Kalimat Deklaratif

Kata “kalimat” memiliki banyak makna. Setiap pakar lingustik memiliki

pengertian yang berbeda-beda. Menurut Kridalaksana ( 2008: 103), kalimat adalah

satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final

dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa. Kalimat juga merupakan

konstruksi gramatikal yang berdiri atas satu atau lebih klausa dan dapat berdiri

sebagai satu satuan. Sedangkan menurut Ramlan (1996: 25), kalimat adalah

satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda pandang yang disertai nada akhir

turun atau naik. Dari pendapat-pendapat yang ada, kalimat merupakan suatu

susunan gramatikal yang berdiri sendiri.

Dalam bahasa Indonesia, kalimat memiliki banyak varian. Berdasarkan

unsurnya, Ramlan (1996: 27-30) membagi menjadi dua yaitu kalimat berklausa

dan kalimat tak berklausa. Kalimat berklausa pun akan dibagi lagi menjadi

beberapa bagian. Sedangkan berdasarkan fungsinya, Ramlan (1996: 31)

Page 11: BAB I A. Latar Belakang Masalah - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1012033_bab1.pdf · berbahasa Arab yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia seperti

11

menggolongkan kaliam menjadi 3 yaitu : 1) kalimat berita, 2) kalimat tanya, 3)

kalimat suruh.

Tidak jauh berbeda dengan Ramlan, Rahardi (2005: 71-74) membagi

kalimat berdasarkan bentuk dan nilai komunikatif. Apabila berdasarkan bentuk,

kalimat dibagi menjadi dua, yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk.

Sedangkan berdasarkan nilai komunikatifnya, kalimat dalam bahasa Indonesia

dibedakan menjadi 5, yaitu, 1) kalimat berita ( deklaratif), 2) kalimat perintah

(Imperatif), 3) kalimat tanya (interogatif), 4) kalimat seruan (eksklamatif), 5)

kalimat penegas (empatik).

Dalam bahasa Indonesia, kalimat deklaratif mengandung tujuan

tenyampaikannya informasi kepada mitra tutur. Informasi yang diberitakan

umumnya, merupakan pengungkapan suatu peristiwa atau suatu kejadian kalimat

deklaratif dalam bahasa Indonesia dapat merupakan tuturan langsung maupun

tidak langsung. Menurut Rahardi (2005: 71-74), kalimat deklaratif langsung yaitu

kalimat berita yang memuat peristiwa atau kejadian dari sumber lain dengan

langsung menirukan, mengutip, atau mengulang kembali ujaran dari sumber.

Sedangkan kalimat deklaratif tidak langsung yaitu kalimat berita yang memuat

peristiwa atau kejadian dari sumber lain yang diubah susunannya oleh penutur,

tidak menirukan atau mengucapkan lagi langsung dari sumber lain tersebut.

Kalimat deklaratif disebut juga kalimat berita. Al-khuli (1982: 56 )

menyepadankan kalimat berita dengan jumlah ikhbariyyah. Al Khuli memberi

definisi tentang jumlah ikhbariyyah sebagai berikut.

Page 12: BAB I A. Latar Belakang Masalah - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1012033_bab1.pdf · berbahasa Arab yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia seperti

12

مجلة تقّرر خربا، و ىي خمتلف عن كل من اجلملة االستفهامية و اجلملة التعجبية و اجلملة الطلبية ‘Jumlatun taqarriru khabaran, wa hiya muhtalifun ‘an kullu mina al jumlati al istifhamiyyati wa al jumlati at ta’ajjubiyyati wa al jumlati at thalabiyati

Sedangkan al-Ja>rim (2007: 153) menjelaskan jika kalimat deklaratif sebagai

kalam khabar sesuai dengan definisi yang disampaikannya sebagai berikut.

للواقع كان كاذب، فإن كان مطابقا فاخلرب ما يصّح ان يقول لقائلو إنّو صادق فيو أو كان قائلو كاذبا.، و إن كان غري مطابقا لو صادق قائلو

„fal khabaru ma> yashich-chu an yaqu<la liqa>-ilihi innahu sho>diqan fi>hi au ka>dziban fa-in ka>na mutha>biqan lilwa>qi’i ka>na qa>-iluhu sha>diqan. Wa inka>na ghaira mutha>biqan lahu ka>na qa>-iluhu ka>dziban.’

“Kalam khabar adalah kalimat yang pembicaranya dapat dikatakan

sebagai orang yang benar atau dusta. Bila kalimat itu sesuai dengan

kenyataan, maka pembicaranya adalah benar. Dan bila tidak sesuai

dengan kenyataan maka pembicaranya adalah pendusta”

Dari definisi yang disampaikan Al-Ja>rim di atas, kalimat deklaratif dalam

bahasa Arab adalah kalimat yang memberitahukan tentang suatu kebenaran atau

kesalahan. Benar atau salahnya suatu kalimat dilihat dari kenyataan yang ada.

Apabila kalimat yang disampaikan penutur sesuai dengan kejadian yang ada

maka kalimat itu benar. Namun apabila kalimat tersebut tidak sesuai dengan

kenyataan maka kalimat yang disampaikan penutur adalah dusta. Dari pengertian

di atas, terjadi perbedaan antara kalimat berita/kalimat deklaratif pada linguistik

umum dengan linguistik Arab.

Apabila dilihat dari mitra tutur, Al-Ja>rim (2007: 169) membedakan kalam

khabar menjadi tiga, yaitu :

اىل الذىن من احلكم، وىف ىذه احلال يُلقى إليو اخلرب خاليا من أدوات التوكيد، ويسمى أن يكون خ ىذا الّضرب من اخلرب ابتدائيا

Page 13: BAB I A. Latar Belakang Masalah - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1012033_bab1.pdf · berbahasa Arab yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia seperti

13

أن يكون مًتددا ىف احلكم طالبا أن يصل اىل اليقني يف ادلعرفتو، و ىف ىذه احلال حيسن توكيده لو لبتكن من نفسو، و يسمى ىذا الضرب طلبيا

وة و أن يكون منكرا لو، وىف ىذه احلال جيب أن يؤكد اخلرب مبؤكد أو أكثر على حسب إنكاره ق ضعفا، ويسمى ىذا الضرب إنكاريا

An yaku>nu kha>liya adz-dzihni min al-chukmi, wa fi> hadzihi al-cha>li yulqa> ilaihi al-khabara khaliyan min adawa>tu at-tauki>di, wa yusamma> hadza> adl-dlarbu min al-khabari intida>iyyan.

An yaku>na mutaraddidan fi al-chukmi tha>liban an yushilla ila al-yaqi>ni fi ma’rifatihi, wa fi hadzihi al-cha>lu yachsunu tauki>duhu lahu layatamakkanu fi nafsahu, wa tusamma hadza> adl-dlarbu thalabiyyan.

An yaku>na munkaran lahu, wa fi hadzihi al-cha>l yaji>bu an yu-akku al khabara bi mu-akkidin au aktsara ‘ala> chasabi inka>rihi quwwatan wa dla’fan, wa yusamma hadza adz-dzarbu inka>riyyan.

Berdasarkan kondisi mukhatab, kalam khabar dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1) mitra tuturan tidak mengetahui isi berita yang disampaikan, pada kondisi ini,

kalimat tidak menggunakan taukid. Kalimat ini merupakan kalam khabar ibtida>-i,

2) mitra tutur ragu terhadap kebenaran informasi yang disampaikan, sehingga

penutur menggunakan taukid. Kalimat ini merupakan kalam khabar thalabi. 3)

mitra tutur mengingkari kebenaran berita yang disampaikan penutur, hal itu

membuat penutur menggunakan taukid lebih dari satu agar mitra tutur percaya.

Kalimat ini merupakan kalam khabar inka>ri.

2. Metode Penerjemahan

Metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk melakukan sesuatu.

Dalam KBBI (2005: ) yang dimaksud dengan metode adalah cara teratur yang

digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang

dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu

kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Machali (2009:75) mengambil

dua inti pokok dari pengertian metode dalam penerjemahan, yang pertama metode

Page 14: BAB I A. Latar Belakang Masalah - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1012033_bab1.pdf · berbahasa Arab yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia seperti

14

adalah cara untuk melakukan penerjemahan dan yang kedua, metode adalah

rencana dalam pelaksanaan terjemah.

Newmark (1988: 45) membagi metode penerjemah menjadi dua macam,

Sourge Language emphasis (SL) dan Target Language emphasis (TL). SL

emphasis yaitu metode yang menekankan pada BSu. Penerjemah memunculkan

kembali dengan tepat makna kontekstual teks sumber. Sedangkan TL emphasis

merupakan metode yang menekankan pada BSa. Dari kedua metode tersebut

kemudian Newmark membuat dua kelompok metode penerjemahan. Newmark

(1988: 45) menyebutnya diagram V metode penerjemahan.

SL emphasis TL emphasis

Word for word translation Adaption

Literal translation Free translation

faithful Translation Idiomatic translation

semantic Translation Communicative Translation

Diagram 1.1 V Metode Penerjemahan

a. SL emphasis (Penekanan Pada Bahasa Sumber)

1) Metode Penerjemahan Kata demi Kata

Metode penerjemahan kata demi kata (word-for-word translation), kata-kata

pada TSa (teks sasaran) langsung diletakkan di bawah versi Tsu (teks sumber).

Metode penerjemahan ini sangat terikat pada tataran kata, sehingga susunan kata

sangat dipertahankan. Dalam melakukan tugasnya, penerjemah hanya mencari

Page 15: BAB I A. Latar Belakang Masalah - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1012033_bab1.pdf · berbahasa Arab yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia seperti

15

padanan kata BSu dalam BSa. Menurut Machali (2009: 78) Susunan kata dalam

kalimat terjemahan sama persis dengan susunan kata dalam kalimat BSu tanpa

memperhatikan konteksnya. Menurut Newmark (1988: 46) Setiap kata

diterjemahkan satu-satu berdasarkan makna umum atau di luar konteks,

sedangkan kata-kata yang berkaitan dengan budaya diterjemahkan secara harfiah.

Umumnya metode ini digunakan pada tahapan prapenerjemahan pada saat

penerjemah menerjemahkan teks yang sukar atau untuk memahami mekanisme

BSu. Jadi metode ini digunakan pada tahap analisis atau tahap awal pengalihan.

Biasanya metode ini digunakan untuk penerjemahan tujuan khusus, namun tidak

lazim digunakan untuk penerjemahan yang umum.

2) Penerjemahan Harfiah

Penerjemahan harfiah (literal translation) atau disebut juga penerjemahan

lurus (linear translation). Dalam proses penerjemahannya, penerjamah mencari

konstruksi gramatikal BSu yang sepadan atau dekat dengan BSa. Menurut

Machali (2009: 78) Penerjemahan harfiah ini terlepas dari konteks. Sehingga

penerjemahan ini dengan melakukan penerjemahan kata-demi-kata. Contoh

penerjemahan harfiah adalah penerjemahan kalimat “it‟s raining cats and dogs”

menjadi „hujan kucing dan anjing‟

3) Penerjemahan Setia

Dalam penerjemahan setia (faithful translation), penerjemah berupaya

menyusun kembali makna kontekstual dari TSu dengan tepat dalam batasan-

batasan struktur gramatikal teks sasaran. Di sini kata-kata yang bermuatan budaya

diterjemahkan, tetapi penyimpangan tata bahasa dan pilihan kata masih tetap ada

Page 16: BAB I A. Latar Belakang Masalah - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1012033_bab1.pdf · berbahasa Arab yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia seperti

16

atau dibiarkan. Penerjemahan ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan TSu,

sehingga hasil terjemahan terasa kaku dan seringkali asing.

4) Penerjemahan Semantis

Penerjemahan semantis (semantic translation) lebih luwes daripada

penerjemahan setia. Penerjemahan setia lebih kaku dan tidak kompromi dengan

kaidah BSa atau lebih terikat dengan BSu, sedangkan penerjemahan semantis

lebih fleksibel dengan BSa. Berbeda dengan penerjemahan setia, penerjemahan

semantis harus mempertimbangkan unsur estetika teks BSu dengan cara

mengkompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran.

b. TL emphasis (Penekanan Pada Bahasa Sasaran)

1) Penerjemahan Adaptasi (Saduran)

Adaptasi (adaptation) oleh Machali (2009: 80) disebut dengan metode

penerjemahan yang paling bebas dan paling dekat dengan BSa. Ketika

menerjemahkan suatu teks saduran dapat dilakukan dengan syarat penyadurannya

tidak mengorbankan tema, karakter atau alur dalam BSu. Memang penerjemahan

adaptasi ini banyak digunakan untuk menerjemahkan puisi dan drama. Di sini

terjadi peralihan budaya BSa ke BSu dan teks asli ditulis kembali serta

diadaptasikan ke dalam Tsa. Jika seorang penyair menyadur atau mengadaptasi

sebuah naskah drama untuk dimainkan, maka ia harus tetap mempertahankan

semua karakter dalam naskah asli dan alur cerita juga tetap dipertahankan, namun

dialog Tsu sudah disadur dan disesuaikan dengan budaya.

Page 17: BAB I A. Latar Belakang Masalah - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1012033_bab1.pdf · berbahasa Arab yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia seperti

17

2) Penerjemahan Bebas

Newmark (1988: 56) berpendapat penerjemahan bebas berupaya

memproduksi materi tertentu tanpa menggunakan cara tertentu. Dalam hal ini

penerjemah menerjemahkan isi semata tanpa mengindahkan bentuk, Akibatnya

metode ini menghasilkan teks target yang tidak lagi memiliki gaya atau bentuk

teks sumber. Dalam pratiknya penerjemah bebas tidak terikat dengan pencarian

padanan pada kata atau kalimat, pencarian padanan cenderung terfokus pada

tataran sebagai satu kesatuan. Biasanya, metode ini merupakan parafrase yang

lebih panjang daripada bahasa aslinya. Menurut Al Farisi (2009: 56), terdapat

perbedaan antara metode adaptasi dan metode penerjemahan bebas, yaitu

penerjemahan bebas tetap mempertahankan pesan yang disebutkan dalam bahasa

sumber.

3) Penerjemahan Idiomatis

Al Farisi (2009: 57) menyampaikan apabila metode penerjemahan idiomatis

berusaha memproduksi pesan bahasa sumber, tetapi cenderung mendistorsi nuansa

makna. Hal ini disebabkan penerjemah lebih menyukai pemakaian aneka kolokial

dan idiom-idiom yang tidak terdapat dalam bahasa sumber.

4) Penerjemahan Komunikatif

Penerjemahan komunikatif (communicative translation) berupaya untuk

menerjemahkan makna kontekstual dalam teks BSu, baik aspek kebahasaan

maupun aspek isinya, agar dapat diterima dan dimengerti oleh pembaca. Machali

(2009: 83) menambahkan bahwa metode ini memperhatikan prinsip-prinsip

komunikasi, yaitu mimbar pembaca dan tujuan penerjemahan.

Page 18: BAB I A. Latar Belakang Masalah - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1012033_bab1.pdf · berbahasa Arab yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia seperti

18

Menurut Al-Farisi (2011: 57) hasil terjemahan diupayakan mempunyai

bentuk, makna dan fungsi yang selaras dalam bahasa target. Sebab suatu kalimat

yang telah benar secara sintaksis tetapi maknanya tidak logis, atau bentuk dan

maknanya telah sesuai dengan TSa tetapi secara pragmatik penggunaannya tidak

pas dan tidak alamiah .

3. Penambahan dan Pengurangan Makna

Penerjemahan merupakan usaha untuk mengalihkan makna dari bahasa

sumber ke dalam bahasa sasaran. Makna menjadi tekanan yang paling penting

dalam suatu proses penerjemahan. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu proses

pengalihan makna dalam penerjemahan makna dalam bahasa sumber tidak dapat

dialihkan ke dalam bahasa sasaran dengan sempurna dan sepadan. Bisa jadi ada

makna yang hilang atau tidak tersampaikan ke dalam bahasa sasaran. Hingga

muncul makna baru yang sebenarnya tidak ada dalam bahasa sumber. Selain itu,

penerjemah juga sering melakukan penambahan dan pengurangan terhadap makna

suatu teks.

Beberapa istilah dapat ditemukan dalam buku-buku teori penerjemahan

yang ditulis para pakar. Istilah yang memiliki makna yang pada dasarnya sama

tetapi ditulis dalam wujud yang berbeda. Demikian juga dengan istilah tentang

penambahan dan pengurangan. McGuire mengatakan (1991: 30) once the

principle is accepted that sameness cannot exist between two languages, it

becomes posible to approach the question of loss and gain. „Pada dasarnya dua

bahasa tidak ada kesamaan yang sempurna, untuk itu perlu dilakukan

pengurangan dan penambahan makna‟. Newmark (1998: 91) berpendapat :

Page 19: BAB I A. Latar Belakang Masalah - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1012033_bab1.pdf · berbahasa Arab yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia seperti

19

„The additional information a translation may have to add to his

version is normally culture (accounting for differen between SL and

TL culture), technical (relating to the topic) or linguistic (explaining

wayward use of words), and is dependent on the requirement of his,

as opposed to the original, readership. In expressive texts, such

information can normally only be given outside the version,

although brief „concessions‟ for minor cultural details can be made

to the reader.‟

Penambahan makna yang terjadi pada teks terjemahan bisa digunakan

dalam menerjemahan budaya yang terdapat pada BSa dan BSu. Selain itu, dapat

digunakan untuk teknik (yang sesuai topik) atau dapat berfungsi untuk

menjelaskan tentang linguistiknya.

McGuire (1991: 30) berpendapat bahwa gain adalah penambahan makna

yang terangkum dalam bentuk kata, frasa atau bahkan klausa dengan maksud

untuk membuat teks terjemahan dapat diterima di dalam bahasa sasaran.

sedangkan loss dalam penerjemahan adalah adanya istilah atau konsep makna

yang terdapat dalam BSu yang tidak dapat tersampaikan dalam BSa. Dari

pendapat di atas, loos and gain dalam bahasa Indonesia sepadan dengan

penambahan dan pengurangan makna, yaitu suatu proses hilangnya makna asal

dalam teks terjemahan dan terjadi penambahan makna dalam teks terjemahan.

Akan tetapi pada hakikatnya, terdapat perbedaan antara loos dan gain dengan

penambahan dan pengurangan. Loss and gain muncul karena adanya bahasa yang

tidak ada padanannya dalam bahasa sasaran. Sehingga perlu adanya penambahan

maupun pengurangan agar dapat dipadankan kedalam bahasa sasaran.

Lilik (2009: 48) menyebutkan bahwa loss and gain dalam terjemahan

merupakan bentuk strategi yang dilakukan penerjemah untuk mencari

kesepadanan makna yang paling dekat antara BSu dan BSa. Selain itu juga supaya

Page 20: BAB I A. Latar Belakang Masalah - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1012033_bab1.pdf · berbahasa Arab yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia seperti

21

hasil terjemahanan dapat dipahami oleh pengguna BSa. Dengan kata lain,

penerjemahan dalam tataran linguistik tertentu berusaha menunjukkan makna

yang terkandung dalam BSu menjadi makna yang jelas dalam BSa. Loss

mengakibatkan makna yang dialihbahasakan menjadi tidak lengkap sedangkan

gain akan menyebabkan makna dalam BSa tidak sepadan karena terjadi

penambahan dan tidak sesuai dengan konteks. Berikut contoh dari konsep loss

and gain

Contoh 1.

BSu :

أهنا ما ولكنها حائرة مع نفسها ورمبا كان سر حريهتاليست حائرة يف شىء تعرف أهنا حلوة .. مجيلة..

Laisat cha>iratan fi syai-in ma> walakinnaha> cha>-iratun ma’a nafsiha> wa rubbama> ka>na sirru chi>ratiha> annaha ta’rifu annaha chulwatun… jami>latun

Bsa : Bukan bingung karena apa-apa, tetapi bingung karena tahu

dirinya manis dan cantik

Dari penerjemahan di atas tampak penerjemah menghilangkan sebagian

informasi yang ada dalam teks BSu. Contoh 1, penerjemah menghilangkan frase

walakinnaha> cha>-iratun ma’a nafsiha> wa / ولكنها حائرة مع نفسها ورمبا كان سر حريهتا

rubbama> ka>na sirru chi>ratiha /yang sebenarnya dalam BSa dapat dipadankan

dengan „akan tetapi dia bingung terhadap dirinya sendiri‟. Berikut ini merupakan

contoh dari gain.

Contoh 2.

BSu :

تعطى اللمس الكامل بني جسدى الفىت والفتاة حىت ترفرف اخلطيئة عليهما و رقصات إهنا مها يرقصان

Page 21: BAB I A. Latar Belakang Masalah - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1012033_bab1.pdf · berbahasa Arab yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia seperti

21

Innaha> raqsha>tun tu’thi> al-lamsa al-ka>mila baina jasadayi al-fata>

wa al-fata>ti chatta tarafrafa al-khathi>-atu ‘alaihima wa huma

yarqasha>ni

BSa : Berbeda dengan dansa-dansa model kuno, yang mana

tubuh kedua pasangan saling melekat sehingga menyulut timbulnya

“kesalahan”saat dansa.

Pada penerjemahan di atas, tampak telah terjadi penambahan informasi

yang sebenarnya informasi tersebut tidak tersurat dalam BSu. Ada makna implisit

yang disampaikan penerjemah. Pada terjemahan contoh 2, penerjemah

menambahkan informasi „Berbeda dengan dansa-dansa model kuno‟ untuk

menjelaskan kata رقصات /raqsha>ti/.

Istiqomah (2009: 93-100) berpendapat variasi loss dibedakan menjadi

empat tipe, yaitu (1) loss dalam tataran leksikal, (2) loss dalam tataran frase, (3)

loss pada tataran klausa, dan (4) loss pada tataran kalimat. Sedangkan pada gain

panerjemahan disampaikan oleh Newmark (1988: 92) jika penambahan dapat

berupa: 1) penambahan pada teks, 2) penambahan pada footnote, 3) penambahan

pada akhir bab, 4) dapat juga dijelaskan pada glosarium. Penambahan yang

dilakukan pada teks memilik banyak bentuk, yaitu 1) menambahkan kata

alternatif yang lebih dipahami dalam BSa, 2) menambahkan klausa yang

menjelaskan Tsu, 3) menambahkan nomina oposisi. 4) penambahan sebagai

kelompok partisipal, 5) menambahkan terjemahan harfiah dari kata yang dialihkan

dan terletak di dalam tanda kurung.

F. Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi

mengenai data yang akan diteliti. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan

Page 22: BAB I A. Latar Belakang Masalah - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1012033_bab1.pdf · berbahasa Arab yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia seperti

22

menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data

yang akan diteliti oleh peneliti. Sedangkan data sekunder merupakan data yang

menjadi rujukan dalam menyelesaikan masalah. Dalam penelitian ini, yang

menjadi data sekunder adalah literatur, artikel, jurnal, serta situs internet yang

berkenaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti.

Data yang menjadi data primer peneliti adalah kalimat deklaratif berbahasa

Arab dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Sumber primer penelitian ini

ada dua, yang pertama diambil dari novel Al-launu Al-A>khar karya Ihsan Al-

Qudu>s yang diterbitkan oleh Penerbit Da>r Akhbar Al-Yaum, Kairo (1999). Novel

ini tebal 128 halaman. Sumber primer yang kedua adalah Novel An Evening in

Cairo, diterjemahkan oleh Ali Ghufron dan diterbitkan oleh Penerbit Dastan

Books, Jakarta pada tahun 2005. Tebal novel terjemahan ini 173 halaman.

Data sekunder yang sebagaimana telah dijelaskan di atas, yang berupa

literatur, artikel, jurnal dan lain sebagainya, maka peneliti memakai buku-buku

yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Seperti halnya buku-buku

pragmatik, teori terjemah, dan lain sebagainya.

G. Metode Penelitian

Penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif-analisis.

Menurut Sudarwan (2013: 41) penelitian deskriptif (descriptive research) adalah

penelitian untuk mendeskripsikan suatu situasi, kejadian ataupun peristiwa

tertentu yang bersifat faktual secara sistematis dan akurat. Peneliti juga akan

menganalisi variasi penerjemahan kalimat deklaratif yang terdapat pada novel

tersebut. Penelitian jenis ini, masuk ke dalam kategori penelitian kualitatif.

Page 23: BAB I A. Latar Belakang Masalah - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1012033_bab1.pdf · berbahasa Arab yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia seperti

23

Adapun pengumpulan data dilakukan dengan observasi, dimana menurut Sutopo

(2002: 58) observasi dibedakan menjadi dua cara, observasi berperandan

observasi berperan. Peneliti menggunakan metode observasi dengan mencatat,

mengkaji dan menganalisi data pada novel Al-Launu Al-A>khar. Data yang

diobservasi merupakan kalimat deklaratif yang terdapat pada novel. Dalam proses

analisis data, menurut Miles dan Huberman (dalam Sutopo, 2002: 91) analisis

dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga komponen pokok yaitu : reduksi data,

sajian data dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data

Menurut Sutopo (2002: 91), reduksi data merupakan langkah awal dalam

analisis sebuah data yang merupakan proses seleksi data, pemfokusan,

penyederhanaan, dan abstraksi dari fieldnote. Reduksi data merupakan bagian dari

proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang

hal-hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga

kesimpulan penelitian dapat dilakukan.

Pada reduksi data ini, dilakukan sejak sebelum kegiatan pengumpulan data

dilakukan. Proses reduksi berlanjut sehingga peneliti memilah dan memilih

kalimat deklaratif dalam novel tersebut pada bab 1. Kemudian akan dikelompokan

berdasarkan kelompok masing-masing berdasarkan teori yang disampaikan oleh

Jari>m (2007: 169). Setelah itu baru dianalisis penembahan dan pengurangan

dalam menerjemahkan kalimat deklaratif tersebut.

Page 24: BAB I A. Latar Belakang Masalah - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1012033_bab1.pdf · berbahasa Arab yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia seperti

24

2. Sajian Data

Sajian data merupakan deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan

simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data harus mengacu pada rumusan

masalah yang telah dirumuskan peneliti.

Peneliti akan memaparkan hasil penelitiannya dalam bentuk dekripsi.

Setiap sajian data yang dikemukan akan menjawab rumusan masalah yang

dihadapi. Dimulai dengan menjelaskan variasi kalam khabar kemudian dijelaskan

pula metode penerjemahan yang digunakan penerjemah. Pada sajian data pada

rumusan kedua dijelaskan berupa deskriptif dengan mendeskripsikan variasi dari

loss and gain.

3. Penarikan simpulan dan verifikasi

Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai pada waktu proses

pengumpulan data berakhir. Kesimpulan yang telah ada perlu diverifikasi agar

benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Kesimpulan merupakan ide pokok

dalam penelitian yang dilakukan dan merupakan kesimpulan dari rumusan

masalah dan pemecahannya.

H. Sistematika Penyajian

Penelitian ini disusun dalam empat bab. Bab pertama merupakan

pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan,

pembataan masalah, teori, metode dan teknik, serta sistematika penyajian. Latar

belakang membahas tentang hal yang melatarbelakangi peneliti melakukan

penelitian dan memilih tema tersebut. Selain itu, dalam latar belakang juga

dibahas mengenai kajian pustaka terhadap penelitian sebelumnya yang membahas

tentang kalimat deklaratif dan loss and gain. Sedangkan kajian teori memuat

Page 25: BAB I A. Latar Belakang Masalah - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1012033_bab1.pdf · berbahasa Arab yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia seperti

25

tentang landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini. Adapun teori yang

dipakai berupa variasi kalimat deklaratif baik dalam linguistik umum maupun

linguistik Arab, teori metode penerjemahan dan teori yang selanjutnya teori

tentang loss and gain.

Bab kedua berisi tentang pembahasan dan analisis rumusan masalah

pertama, yaitu variasi kalimat deklaratif dalam bahasa Arab yang terdapat dalam

novel Al-launu Al-A>khar karya Al-Quddu>s. Dari variasi yang dijelaskan akan

dijelaskan pula tentang metode yang dipakai dalam menerjemahkan kalimat

deklaratif.

Bab ketiga membahas tentang rumusan masalah kedua, yaitu penambahan

dan pengurangan makna yang terdapat dalam novel Al-launu Al-A>khar karya

Qudu>s dan Novel An Evening in Cairo (terjemahan novel Al-launu Al-A>khar),

yang merupakan hasil terjemahan dari novel Al-launu Al-A>khar. Novel tersebut

diterjemahkan oleh Ali Ghufron.

Bab keempat merupakan kesimpulan dan saran. Bab terakhir ini akan

memunculkan kesimpulan yang diambil dari pembahasan pada bab pertama dan

kedua. Kemudian pada bab ini juga akan diberi saran kepada peneliti lain terkait

kalimat deklaratif, loss and gain, dan novel Al-Launu Al-A>khar sehingga peneliti

lain dapat melanjutkan penelitian baik dalam novel ini maupun dalam kalimat

deklaratif yang lain.