BAB I
-
Upload
trhy-rahyou-marbaniaty -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
description
Transcript of BAB I
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepuasan pasien adalah perasaan senang atau kecewa dari seseorang yang
mendapat kesan dari membandingkan hasil pelayanan yang didapatkan dengan
harapan-harapannya. Kepuasan pasien hal utama yang perlu diprioritaskan oleh
rumah sakit agar dapat bertahan, bersaing dan mempertahankan pasar yang sudah
ada karena rumah sakit merupakan badan usaha yang bergerak dibidang jasa
pelayanan kesehatan. Untuk mencapai mutu pelayanan yang sesuai dengan
standar pasar, maka rumah sakit senantiasa mengutamakan kepuasan pasien
melalui peningkatan mutu pelayanan berkesinambungan dengan pelaksanaan
praktek yang benar, peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) dan
penerapan teknologi yang memadai. Salah satu ciri yang menonjol adalah sifat
kompetitif yang menjadi basis pengembangan mutu pelayanan rumah sakit dan
untuk mencapai mutu pelayanan yang sesuai dengan standart, dibutuhkan suatu
organisasi yang fleksibel (tidak kaku), yang dapat menyesuaikan diri dengan
perkembangan lingkungan dari pelayanan rumah sakit.1
Rumah sakit harus mampu memberikan pelayanan yang bermutu kepada
pelanggannya (pasien), salah satu diantaranya dengan memberikan asuhan
keperawatan dalam praktek keperawatan profesional. Semua pemberi pelayanan
kesehatan boleh bersaing namun kualitas pelayanan dan kepuasan pasien sebagai
konsumen masih tetap menjadi tolak ukur utama keberhasilan pelayanan
kesehatan yang diberikan rumah sakit. Salah satu faktor yang mempengaruhi
1
2
kepuasan pasien dalam pelayanan / pemberian asuhan keperawatan adalah
komunikasi, yaitu tata cara penyampaian informasi yang diberikan pihak penyedia
jasa dalam menanggapi keluhan-keluhan dari pasien dan bagaimana keluhan-
keluhan dari pasien dengan cepat diterima oleh penyedia jasa terutama perawat
dalam memberikan respon terhadap keluhan pasien.
Pelayanan kesehatan bersifat multidimensional dengan mempertimbangkan
keberadaan masyarakat melalui penggunaan teknologi pelayanan kesehatan yang
tinggi. Hal ini memacu sikap konsumerisme yang tinggi dari pengguna pelayanan
kesehatan. Profesionalisme pelayanan keperawatan di masa mendatang dituntut
menghasilkan pelayanan yang bermutu tinggi.2
Pelayanan yang bermutu harus dihasilkan dari input dan proses yang baik,
sehingga menghasilkan sistem kerja yang baik, motivasi kerja, kepuasan kerja dan
kinerja perawat yang tinggi. Kinerja perawat akan dapat menghasilkan mutu
asuhan keperawatan yang baik.2
Perawat mempunyai kontak yang continue dengan pasien sehingga memiliki
pelayanan keperawatan akan menjadi citra dan jantungnya rumah sakit. Citra
rumah sakit akan menjadi tolak ukur mutu tidaknya pelayanan kesehatan.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mutu asuhan keperawatan sangat
ditentukan oleh kompetensi teknis perawat, keamanan dan kenyamanan dalam
memberikan asuhan keperawatan.3
Salah satu bentuk pelayanan yang paling mempengaruhi tingkat kepuasan
pasien di rumah sakit adalah pelayanan keperawatan. Hal tersebut dapat
dimaklumi karena pelayanan keperawatan diberikan selama 24 jam dimulai dari
3
awal masuk hingga kepulangan pasien. Sepanjang pasien dirawat di ruangan,
pasien akan terus berinteraksi dengan perawat. Perawatlah yang selalu siap
membantu pasien ketika pasien membutuhkan pertolongan. Perawat juga yang
membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan membantu dalam
pemulihan dan penyembuhan pasien. Sehingga hubungan dan interaksi antara
perawat-pasien akan sangat menentukan tingkat kepuasan pasien terhadap kualitas
pelayanan di rumah sakit.
Ada empat indikator kualitas pelayanan keperawatan, responsiveness atau
ketanggapan perawat ketika dipanggil, helpfulness atau keinginan perawat untuk
membantu menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri pasien, communication
atau kemampuan perawat berkomunikasi dengan pasien, dan intruction atau
kemampuan perawat untuk memberikan instruksi atau penjelasan yang memadai
terhadap pengobatan atau perawatan pasien. Apabila indikator - indikator tersebut
dapat dipenuhi dengan sangat baik oleh perawat, maka pasien akan sangat puas
dan menganggap bahwa kualitas pelayanan yang didapatkannya sudah prima.
Kualitas pelayanan keperawatan yang prima memiliki makna bahwa kualitas
pelayananan yang diberikan perawat kepada pasien melebihi kualitas yang telah
distandarkan yang bertujuan untuk mewujudkan kepuasan pasien.4
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ismawan Nur Laksono, di
Rumah Sakit Dedi Jaya Kabupaten Brebes, terhadap pasien rawat inap didapatkan
pasien tidak puas sebesar 43,3% dan pasien yang puas sebesar 8,3%.5 Namun
kenyataannya masih banyak pasien yang tidak puas terhadap pelayanan yang di
4
berikan oleh petugas rumah sakit terhadap pasien, baik pelayanan keperawatan
maupun pelayanan petugas lainnya.
RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung merupakan Rumah Sakit
Rujukan Provinsi Lampung, yang tidak hanya menerima rujukan dari rumah sakit
yang ada disekitar Kota Bandar Lampung, namun juga dari Kabupaten dan Kota
yang ada di Provinsi Lampung, dengan demikian jumlah pasien meningkat baik
pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap yang memiliki jumlah paling banyak
jika dibandingkan dengan rumah sakit lainnya.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disebut
BPJS yang baru diberdiri mulai januari 2014 sampai sekarang, pasien yang
menggunakan BPJS akan mendapakatkan pelayanan yang sepenuhnya dari pihak
rumah sakit maupun puskesmas.
Berdasarkan uraian di atas peneliti bermaksud untuk meneliti tentang
analisis kepuasan pasien BPJS terhadap asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap
Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
Tahun 2015.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti sangat tertarik
untuk melakukan penelitian bagaimanakah kepuasan pasien BPJS terhadap asuhan
keperawatan di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015?
5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menganalisis kepuasan pasien BPJS terhadap asuhan keperawatan
di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kepuasan pasien BPJS terhadap asuhan keperawatan
di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015
2. Untuk mengetahui hubungan ketanggapan perawat ketika di panggil
pasien terhadap kepuasan pasien BPJS Di Ruang Rawat Inap Kelas III
Rumah Sakit Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun
2015
3. Untuk mengetahui hubungan keinginan perawat untuk memberikan
bantuan kepada pasien terhadap kepuasan pasien BPJS di Ruang Rawat
Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung Tahun 2015
4. Untuk mengetahui hubungan komunikasi perawat kepada pasien
terhadap kepuasan pasien BPJS di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun
2015
5. Untuk mengetahui kemampuan perawat untuk memberikan intruksi
kepada pasien terhadap kepuasan pasien BPJS di Ruang Rawat Inap
6
Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung Tahun 2015
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Diketahui dengan jelas mengenai kepuasan pasien BPJS terhadap
asuhan keperawatan.
1.4.2 Bagi Manajemen Rumah Sakit
Sebagai bahan informasi atau masukan yang diharapkan dapat
mengetahui dengan jelas mengenai kepuasan pasien BPJS terhadap asuhan
keperawatan.
1.4.3 bagi pasien
sebagai pengetahuan pasien lebih lanjut mengenai pemberian
asuhan keperawatan
1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian lebih lanjut.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepuasan
2.1.1 Pengertian
Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa dari seseorang yang
mendapat kesan dari membandingkan hasil pelayanan yang didapatkan dengan
harapan-harapannya.6 Kepuasan atau ketidakpuasan merupakan respon pasien
sebagai hasil dan evaluasi ketidaksesuaian kinerja/tindakan yang dirasakan
sebagai akibat dari tidak terpenuhinya harapan.7 Tingkat kepuasan merupakan
fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan, apabila
kinerja di bawah harapan maka pasien akan kecewa.7
Pada dasarnya harapan pasien adalah perkiraan atau keyakinan pasien
tentang pelayanan yang diterimanya akan memenuhi harapannya. Sedangkan hasil
kinerja akan dipersepsikan oleh pasien. Kesimpulan yang dapat diambil dari
beberapa pengertian di atas terdapat kesamaan pandangan bahwa kepuasan
pelanggan/pasien merupakan ungkapan perasaan puas apabila menerima
kenyataan/pengalaman pelayanan memenuhi harapan pasien.8
Pasien akan merasa puas apabila kinerja layanan kesehatan yang diperoleh
sama atau melebihi harapannya dan sebaliknya, ketidakpuasan atau perasaan
kecewa pasien akan muncul apabila kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya
tidak sesuai dengan harapannya. Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan
pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang
diperolehnya setelah pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkannya.
77
8
2.1.2 Pengukuran Kepuasan Pasien
Pengukuran kepuasan pasien merupakan elemen penting dalam
penyediaan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif. Apabila
pasien merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan yang disediakan, maka
pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak efektif dan efisien. Tingkat kepuasan
pasien terhadap pelayanan merupakan faktor yang penting dalam pengembangan
suatu sistem penyediaan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan pasien,
meminimalkan biaya dan waktu serta memaksimalkan dampak pelayanan
terhadap populasi dan sasaran. Bila pasien tidak puas atau kecewa, harus segera
diketahui faktor penyebabnya dan segera dilakukan koreksi atau perbaikan. Tanpa
adanya tindakan untuk melakukan koreksi atau perbaikan hasil pengukuran
tingkat kepuasan pasien menjadi tidak bermamfaat. Padahal tujuan pengukuran
tingkat kepuasan pasien adalah untuk dapat segera mengetahui faktor-faktor yang
membuat para pasien tidak puas, dapat segera diperbaiki, sehingga pasien tidak
kecewa.9
Tingkat kepuasan adalah merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja
yang dirasakan dengan harapan apabila kinerja dibawah harapan, maka pasien
akan kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan, pasien akan sangat puas.
Harapan pasien dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari
kerabatnya serta janji dan informasi pemasaran dan saingannya. Pasien yang puas
akan setia lebih lama.9
9
Ada beberapa metode yang dapat dipergunakan oleh suatu perusahaan atau
organisasi untuk mengukur kepuasan pasiennya. 4 cara untuk mengukur kepuasan
pasien yaitu:10
a. Sistem keluhan dan saran: organisasi yang berpusat pada pasien memberikan
kesempatan yang luas kepada pasiennya untuk menyampaikan keluhan dan
saran.
b. Ghost Shooping: adalah salah satu cara untuk mengetahui gambaran
mengenai kepuasan dengan mempekerjakan beberapa orang untuk berperan
atau bersikap sebagai pembeli potensial, kemudian melaporkan temuannya
mengenai kekuatan dan kelemahan produk dari perusahaan/organisasi
pesaing berdasarkan pengalaman mereka dalam membeli produk-produk
tersebut.
c. Lost Customer Analysis: yaitu menghubungi pasien yang berhenti
mengunjungi rumah sakit.
d. Survey kepuasan pasien: umumnya dilakukan dengan penelitian baik melalui
kuesioner, pos, telepon maupun wawancara langsung.
2.1.3 Manfaat Pengukuran Kepuasan
Manfaat utama dari program pengukuran adalah tersedianya umpan
balik yang segera, berarti dan obyektif. Dengan hasil pengukuran orang
biasa melihat bagaimana mereka melakukan pekerjaanya,
membandingkannya dengan standar kerja dan memutuskan apa yang harus
dilakukan untuk melakukan perbaikan berdasarkan pengukuran tersebut.
10
Ada beberapa manfaat dari pengukuran kepuasan antara lain sebagai
berikut :
a. Pengukuran menyebabkan seseorang memiliki rasa berhasil dan
berprestasi, yang kemudian diterjemahkan menjadi pelayanaan yang prima
kepada pasien.
b. Pengukuran biasa dijadikan dasar menentukan standar kinerja dan standar
prestasi yang harus dicapai, yang mengarahkan mereka menuju mutu yang
semakin baik dan kepuasan pasien yang semakin miningkat.
c. Pengukuran pemberian umpan balik segera kepada pelaksana, terutama
bila pasien sendiri yang mengukur kinerja pelaksana atau yang memberi
pelayanan.
d. Pengukuran memberitahu apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki
mutu dan kepuasan pasien bagaimana harus melakukannya, informasi ini
juga biasa datang dari pasien.
e. Pengukuran memotivasi orang untuk melakukan dan mencapai tingkat
produktivitas yang lebih tinggi.
2.1.4 Aspek – aspek yang mempengaruhi kepuasan pasien
Aspek – aspek yang mempengaruhi kepuasan pasien disajikan dengan
urutan sebagai berikut:6
a. Kesembuhan.
b. Ketersedian obat.
c. Keleluasan pribadi atau privasi sewaktu berada dalam kamar periksa.
11
d. Mendapat jawaban yang dimengerti terhadap pertanyaan pasien, artinya
apakah pasien mengerti jawaban yang diberikan oleh petugas kesehatan
terhadap pertanyaan yang diajukan.
e. Memberikan kesempatan bertanya, artinya apakah petugas kesehatan
memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya.
2.1.5 Tahapan untuk memperoleh kepuasan pasien.
a. Memberi Pelayanan Kesehatan yang bermutu sesuai dengan harapan
pelanggan (pasien dan keluarganya).
b. Bila pelayanan yang diberikan memenuhi harapan mereka dengan
sendirinya mereka akan loyal pada unit pelayanan kesehatan yang
bersangkutan.
c. Dengan adanya loyalitas tersebut, langsung atau tidak langsung unit
pelayanan kesehatan tersebut akan memperoleh keuntungan.
d. Akhirnya tanggapan pelanggan/pasien dan keluarganya akan jasa
pelayanan kesehatan baik, sehingga menjadikan pasien dan keluarganya
sebagai “petugas pemasaran yang efektif dan efisien” bagi unit pelayanan
kesehatan tersebut.
12
2.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan penggunaan jasa pelayanan
kesehatan:7
a. Biaya (cost)
Tingginya biaya pelayanan menyebabkan pasien dan keluarganya bersikap
kurang peduli. Pasien dan keluarganya beranggapan ”yang penting
sembuh” menyebabkan mereka menerima apa saja jenis perawatan dan
teknologi kedokteran yang ditawarkan oleh petugas kesehatan, akibatnya
biaya perawatan menjadi mahal. Informasi terbatas yang dimiliki pasien
dan keluarganya tentang perawatan yang diterima dapat menjadi keluhan
pasien. Sistem asuransi kesehatan akan dapat mengatasi masalah biaya
kesehatan.
b. Sikap Peduli (emphaty)
Meliputi sikap kontrak personel maupun perusahaan untuk memahami
kebutuhan maupun kesulitan konsumen, perhatian pribadi, kemudahan
dalam melakukan komunikasi atau hubungan.
Sikap ini akan menyentuh emosi pasien. Faktor ini akan berpengaruh pada
tingkat kepatuhan pasien (complince). Perbuatan atau sikap untuk
memberikan perhatian secara pribadi kepada pelanggan, komunikatif dan
memahami kebutuhan pelanggan dalam meningkatkan kepuasan, yaitu
perhatian perawat terhadap keluhan pasien, tanggapan perawat terhadap
keluhan, cara perawat menjaga kebersihan pasien, membantu apabila anda
13
membutuhkan pertolongan apabila tidak mampu dan perhatian perawat
terhadap lingkungan sekitar agar pasien dan keluarga dapat beristirahat.
Atribut-atribut yang ada dalam dimensi ini adalah:
1) Memberikan perhatian individu kepada konsumen.
2) Karyawan yang mengerti keinginan dari para konsumennya.
c. Bukti Langsung (tangibility)
Penampilan fisik (kerapihan) petugas, kondisi kebersihan dan kenyamanan
ruangan menjadi daya tarik bagi pasien untuk memilih pelayanan adalah
kelengkapan sarana dan prasarana rumah sakit serta jaminan pelayanan
yang diberikan. Sarana dan prasarana yang berkenaan lokasi dengan
bangunan yang nyaman, aman, terang dan terhindar dari pencemaran dan
peralatan medis dan non medis yang dipergunakan untuk mendiagnosa,
pengobatan, perawatan serta penunjang lainnya.
Atribut-atribut yang ada dalam dimensi ini adalah:
1) Peralatan yang modern
2) Fasilitas yang menarik
d. Jaminan (assurance)
Meliputi pengetahuan, kemampuan, keramahan, sopan dan sifat dapat
dipercaya dari kontak personel untuk menghilangkan sifat keragu-raguan
konsumen dan merasa terbebas dari bahaya dan resiko. Pengetahuan dan
keyakinan dalam setiap pelayanan adalah kesopanan dan keramahan
perawat dalam memberikan pelayanan.
Atribut-atribut yang ada dalam dimensi ini adalah:
14
1) Karyawan yang memberi jaminan berupa kepercayaan diri kepada
konsumen.
2) Membuat konsumen merasa aman saat menggunakan jasa pelayanan
perusahaan.
3) Karyawan yang sopan.
4) Karyawan yang memiliki pengetahuan yang luas sehingga dapat
menjawab pertanyaan dari konsumen.
e. Kehandalan (reliability)
Yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan
dengan tepat (accurately) dan kemampuan untuk dipercaya (dependably),
terutama memberikan jasa secara tepat waktu (ontime), dengan cara yang
sama sesuai dengan jadwal yang telah dijanjikan dan tanpa melakukan
kesalahan setiap kali. Dimensi ini diukur melalui penjelasan perawatan
bahaya atau resiko suatu tindakan sebelum melakukan tindakan perawatan
dan cara perawatan melakukan tindakan perawatan.
Atribut-atribut yang berada dalam dimensi ini antara lain adalah:
(1) Memberikan pelayanan sesuai janji.
(2) Pertanggung jawaban tentang penanganan konsumen akan masalah
pelayanan.
(3) Memberi pelayanan yang baik saat kesan pertama kepada konsumen.
(4) Memberikan pelayanan tepat waktu.
(5) Memberikan informasi kepada konsumen tentang kapan pelayanan
yang dijanjikan akan direalisasikan.
15
f. Daya Tanggap (responsiveness)
Yaitu kemauan atau keinginan para perawat untuk membantu dan
memberikan jasa yang dibutuhkan pasien. Membiarkan pasien
mengunggu, terutama tanpa alasan yang jelas, akan menimbulkan kesan
negatif yang tidak seharusnya terjadi. Kecuali jika kesalahan ini ditanggapi
dengan cepat, maka bisa menjadi satu yang berkesan dan menjadi
pengalaman yang menyenangkan. Kemampuan untuk membantu
pelanggan dan memberikan jasa pelayanan tanggap dan cepat dapat diukur
melalui evaluasi pasien terhadap tujuan perawatan setiap hari dengan kerja
sama perawatan dan pasien, tanggung jawab perawatan atau kepala
perawatan kepada pasien setiap pergantian pekerjaan, keterangan
perawatan tentang keadaan dan masalah yang dihadapi pasien, penjelasan
prosedur perawatan yang akan dilaksanakan sebelum melakukan tindakan
perawatan dan cara perawatan meminta persetujuan kepada pasien atau
keluarga sebelum melakukan tindakan.
Atribut-atribut yang ada dalam dimensi ini adalah:
1) Memberikan pelayanan yang cepat.
2) Kerelaan untuk membantu/menolong konsumen.
3) Siap dan tanggap untuk menangani respon permintaan dari para
konsumen.
16
2.2 Asuhan keperawatan
2.2.1. Empat indicator pelayanan keperawatan3
1. Responsiveness atau ketanggapan perawat ketika dipanggil
Ketanggapan ( responsiveness ) adalah keinginan untuk membantu
dan menyediakan jasa yang dibutuhkan pasien. Hal ini meliputi kejelasan
informasi, waktu penyampaian jasa, ketepatan dan kecepatan dalam
pelayanan administrasi, kesediaan pegawai dalam membantu pasien,
keluangan waktu pegawai dalam menanggapi permintaan pasien dengan
cepat.
Ketanggapan perawat merupakan bagian dari dimensi mutu pelayanan
pada khususnya tanggap didalam melayani pasien. Hal itu diikuti dengan
kemampuan perawat secara terus berkelanjutan untuk meningkatkan status
kesehatan klien. Ketanggapan pelayanan perawat adalah tindakan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat dalam membantu pasien untuk
mengidentifikasi resiko dan masalah dan menggali pilihan yang ada.
Tindakan ini meliputi tindakan yang dilakukan perawat yang dihasilkan
dari diagnosa keperawatan, tindakan yang dilakukan dokter dihasilkan dari
diagnosa medis dan kinerja fungsi penting sehari – hari untuk pasien yang
tidak dapat melakukannya.
2. Helpfulness atau keinginan perawat untuk membantu menghilangkan atau
mengurangi rasa nyeri pasien, perawat memantau dan mengobservasi
keadaan pasien secara rutin setiap hari maupun penggantian kerja,
17
perhatian perawat saat melakukan tindakan perawatan dan penilaian
perawat pada saat melakukan perawatan.
3. Communication atau kemampuan perawat berkomunikasi dengan pasien
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam
hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi
lebih bermakna karena metoda utama dalam mengimplementasikan proses
keperawatan. Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara
terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan
pasien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan
profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi
keperawatan serta citra rumah sakit, tetapi yang paling penting adalah
mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama
manusia. Komunikasi memegang peranan penting karena pelayanan
kesehatan adalah high personal contact. Pada dasarnya komunikasi yang
dilakukan oleh petugas kesehatan adalah untuk mendukung proses
kesembuhan pasiennya. Hal ini dilakukan dengan memberikan rasa
tenang, nyaman dan dukungan kepada pasien. Melalui komunikasi
diharapkan terjadi perubahan dalam diri pasien. Pasien yang tadinya tidak
dapat menerima dirinya apa adanya setelah berkomunikasi dengan petugas
akan mampu menerima dirinya. Proses komunikasi yang terjadi antara
petugas dan pasien merupakan cara untuk mengekspresikan kebutuhan,
memecahkan masalah dan meningkatkan kemampuan untuk memahami.11
18
4. Intruction atau kemampuan perawat untuk memberikan instruksi atau
penjelasan yang memadai terhadap pengobatan atau perawatan pasien.
2.2.2. Pengertian Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien di
berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah
keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
bersifat humanistic, dan berdasarkan pada kebutuhan objektif pasien untuk
mengatasi masalah yang dihadapi klien.3
Proses keperawatan adalah metode asuhan keperawatan yang ilmiah,
sistematis, dinamis, dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam rangka
pemecahan masalah kesehatan pasien, di mulai dari pengkajian (pengumpulan
data, analisis data, dan penentuan masalah) diagnosis keperawatan, pelaksanaan,
dan penilaian tindakan keperawatan. Asuhan keperawatan terhadap pasien
dilakukan dengan pendekatan sistem penugasan keperawatan. Sistem penugasan
yang dikenal antara lain metode kasus, fungsional, tim, moduler, primer dan
manajemen kasus. Sistem penugasan mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Keputusan menggunakan sistem penugasan keperawatan melalui berbagai
pertimbangan misalnya jumlah dan kualifikasi perawat, klasifikasi tingkat
ketergantungan pasien, dan kebijakan rumah sakit.3
Penilaian atau persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan keperawatan
dipengaruhi oleh banyak faktor baik itu yang berhubungan langsung dengan
proses penyampaian jasa pelayanan keperawatan oleh perawat kepada pasien
19
maupun yang tidak berhubungan langsung dengan proses penyampaian jasa
seperti aspek fisik dan persyaratan pelayanan. Oleh sebab itu, untuk menilai
tingkat kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit,
diperlukan indikator-indikator yang relevan, valid dan reliabel agar aspek yang
benar-benar mempengaruhi tingkat kepuasan pasien benar-benar dapat terwakili.
2.2.3. Tujuan asuhan keperawatan
Adapun tujuan dalam pemberian asuhan keperawatan antara lain:3
a. Membantu individu untuk mandiri
b. Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang kesehatan
c. Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara kesehatan
secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam memelihara
kesehatannya
d. Membantu individu memperoleh derajat kesehatan yang optimal
2.2.4. Fungsi proses keperawatan
Proses Keperawatan berfungsi sebagai berikut:3
a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
tenaga keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan
keperawatan.
b. Memberi ciri profesionalisasi asuhan keperawatan melalui pendekatan
pemecahan masalah dan pendekatan komunikasi yang efektif dan efisien.
c. Memberi kebebasan pada pasien untuk mendapat pelayanan yang optimal
sesuai dengan kebutuhanya dalam kemandirianya di bidang kesehatan.
20
2.2.5. Tahap-tahap proses keperawatan3
2.2.5.1 Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, social maupun spiritual
dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data,
analisis data, dan penentuan masalah kesehatan serta keperawatan.
1. Pengumpulan data
Tujuan:
Diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada
pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus di ambil untuk
mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik,mental,sosial dan
spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus
akurat dan mudah di analisis. Jenis data antara lain Data objektif, yaitu data
yang diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan,
misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit. Data subjekyif, yaitu
data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau dari keluarga
pasien/saksi lain misalnya: kepala pusing, nyeri, dan mual.
Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi
a. Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
b. Pola koping sebelumnya dan sekarang
c. Fungsi status sebelumnya dan sekarang
d. Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
21
e. Resiko untuk masalah potensial
f. Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan pasien
2. Analisa data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir
rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan.
3. Perumusan masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan.
Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan asuhan
keperawatan (masalah keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih
memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan
sesuai dengan prioritas. Prioritas masalah ditentukan berdasarkan kriteria
penting dan segera. Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi
akan menimbulkan komplikasi, sedangkan segera mencakup waktu misalnya
pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan harus segera dilakukan
untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau kematian. Prioritas masalah
juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu:
Keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan,
persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.
2.2.5.2. Diagnosa keperawatan
Pengertian:
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia
(status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
22
secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah
dan merubah. Perumusan diagnosa keperawatan: 12
1. Actual: menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang
ditemukan.
2. Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak di
lakukan intervensi.
3. Kemungkinan: menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk
memastikan masalah keperawatan.
4. Wellness: keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga, atau
masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera
yang lebih tinggi.
5. Syndrom: diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa keperawatan actual
dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau
situasi tertentu.
2.2.5.3. Rencana keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien
beralih dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam
hasil yang di harapkan.12
Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan pasien. Rencana perawatan
terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi
tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di
rumuskan dengan tepat memfasilitasi kontinuitas asuhan perawatan dari satu
23
perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai
kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten.
Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat
dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup
kebutuhan pasien jangka panjang.12
2.2.5.4. Implementasi keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu pasien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien.
Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut:12
Tahap 1: persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang
diindentifikasi pada tahap perencanaan.
Tahap 2 : intervensi
Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan
tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.
Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan: independen,dependen,dan
interdependen.
Tahap 3 : dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan
akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
24
2.2.5.5. Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan
jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara
tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya. Sasaran
evaluasi adalah sebagai berikut:12
1. Proses asuhan keperawatan, berdasarkan kriteria/ rencana yang telah disusun.
2. Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah di
rumuskan dalam rencana evaluasi. Hasil evaluasi Terdapat 3 kemungkinan
hasil evaluasi yaitu:
a. Tujuan tercapai, apabila pasien telah menunjukan perbaikan/kemajuan
sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara
maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.
c. Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan
perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru. dalam hal
ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat
data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai
yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.
25
Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses keperawatan dari pengkajian
sampai dengan evaluasi kepada pasien, seluruh tindakannya harus di
dokumentasikan dengan benar dalam dokumentasi keperawatan.
2.2.6 Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat
diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang. Tujuan
dalam pendokumentasian yaitu:12
1. Komunikasi
Sebagai cara bagi tim kesehatan untuk mengkomunikasikan (menjelaskan)
perawatan pasien termasuk perawatan individual, edukasi pasien dan
penggunaan rujukan untuk rencana pemulangan.
2. Tagihan financial
Dokumentasi dapat menjelaskan sejauhmana lembaga perawatan mendapatkan
ganti rugi (reimburse) atas pelayanan yang diberikan bagi pasien.
3. Edukasi
Dengan catatan ini peserta didik belajar tentang pola yang harus ditemui
dalam berbagai masalah kesehatan dan menjadi mampu untuk mengantisipasi
tipe perawatan yang dibutuhkan pasien.
4. Pengkajian
Catatan memberikan data yang digunakan perawat untuk mengidentifikasi dan
mendukung diagnosa keperawatan dan merencanakan intervensi yang sesuai.
5. Riset
26
Perawat dapat menggunakan catatan pasien selama studi riset untuk
mengumpulkan informasi tentang faktor-faktor tertentu.
6. Audit dan pemantauan
Tinjauan teratur tentang informasi pada catatan pasien memberi dasar untuk
evaluasi tentang kualitas dan ketepatan perawatan yang diberikan dalam suatu
institusi.
7. Dokumentasi legal
Pendokumentasian yang akurat adalah salah satu pertahanan diri terbaik
terhadap tuntutan yang berkaitan dengan asuhan keperawatan. Dokumentasi
penting untuk meningkatkan efisiensi dan perawatan pasien secara individual.
Ada enam penting penting dalam dokumentasi keperawatan yaitu:13
a. Dasar factual
Informasi tentang pasien dan perawatannya harus berdasarkan fakta yaitu
apa yang perawat lihat,dengar dan rasakan.
b. Keakuratan
Catatan pasien harus akurat sehingga dokumentasi yang tepat dapat
dipertahankan pasien.
c. Kelengkapan
Informasi yang dimasukan dalam catatan harus lengkap,mengandung
informasi singkat tentang perawatan pasien.
d. Keterkinian
Memasukan data secara tepat waktu penting dalam perawatan bersama
pasien.
27
e. Organisasi
Perawat mengkomunikasikan informasi dalam format atau urutan yang
logis. Contoh catatan secara teratur menggambarkan nyeri pasien,
pengkajian dan intervensi perawat dan dokter.
f. Kerahasiaan
Informasi yang diberikan oleh seseorang keorang lain dengan kepercayaan
dan keyakinan bahwa informasi tersebut tidak akan dibocorkan.
Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran
dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Hal ini
akan bermanfaat bagi peningkatan mutu pelayanan dan bahan pertimbangan
dalam kenaikan jenjang karir/kenaikan pangkat. Selain itu dokumentasi
keperawatan juga dapat menggambarkan tentang kinerja seorang perawat.12
2.3 Badan Pengelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan standar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah
membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.13
Badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan yang selanjutnya disebut
BPJS. Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan kesehatan.13
Pelayanan kesehatan yang dijamin oleh BPJS, Kesehatan dalam pelayanan
rawat inap terdiri atas :13
1. Pelayanan kesehatan rawat inap tingkat pertama, terdiri dari :
28
a. Administrasi pelayanan terdiri atas biaya pendaftaran pasien
dan biaya administrasi lain yang terjadi selama proses
perawatan atau pelayanan kesehatan pasien.
b. Pemeriksaan, pengobatan, konsultasi medis.
c. Perawatan dan akomodasi di ruang perawatan.
d. Tindakan medis kecil/sederhana oleh Dokter ataupun
paramedis.
e. Persalinan pervaginam tanpa penyulit maupun dengan penyulit.
f. Pemeriksaan penunjang selama masa perawatan.
g. Pelayanan obat dan bahan medis habis terpakai selama masa
perawatan.
h. Pelayanan transfusi darah sesuai indikasi medis.13
2. Pelayanan kesehatan rawat inap tingkat lanjut mencakup semua pelayanan
kesehatan yang diberikan pada rawat jalan tingkat lanjut ditambah dengan
akomodasi berupa :
a. Perawatan inap nonintensif, dan
b. Perawatan inap intensif.13
2.4 Metode Hasil Ukur Penelitian
2.4.1 Metode Hasil Ukur Variabel Independen dan Dependen
2.4.1.1 Skala guttman
29
Skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan
memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan/ pertanyaan :
ya, dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah.15
Dalam penelitian ini, menggunakan batasan nilai mean atau median
dikategorikan menjadi :
1. Baik bila skor ≥ mean atau median.
2. Tidak baik bila skor ≤ mean atau median.
Ada empat indikator kualitas pelayanan keperawatan, responsiveness atau
ketanggapan perawat ketika dipanggil, helpfulness atau keinginan perawat untuk
membantu menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri pasien, communication
atau kemampuan perawat berkomunikasi dengan pasien, dan intrusion atau
kemampuan perawat untuk memberikan instruksi atau penjelasan yang memadai
terhadap pengobatan atau perawatan pasien.4
2.5 Kerangka Teori
Berdasarkan teori yang sudah dijabarkan sebelumnya maka dapat diambil
kerangka penelitian sebagai berikut:
30
Indikator – indikator Asuhan Keperawatan
Gambar 2.1 Kerangka Teori4
Sumber: Otani dkk, asuhan keperawatan (2009) dan Pasuraman dkk, manajemen
mutu pelayanan kesehatan, dalam Muninjaya (2014).
2.6 Kerangka Konsep
Kerangka Konsep Penelitian
Asuhan keperawatan
Ketanggapan
Keinginan perawat mememberikan bantuan
Ketanggapan
Komunikasi
Kemampuan perawat untuk memberikan intruksi
Kepuasan pasien
31
Gambar 2.2
2.7 Hipotesa
H0 :
1. Tidak ada hubungan antara Ketanggapan dengan Kepuasan pasien BPJS
di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung Tahun 2015
2. Tidak ada hubungan antara Keinginan perawat untuk memberi bantuan
dengan Kepuasan pasien BPJS di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Dr.
H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015
3. Tidak ada hubungan antara Komunikasi dengan Kepuasan pasien BPJS di
Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung Tahun 2015
4. Tidak ada hubungan antara Kemampuan perawat untuk memberikan
instruksi dengan Kepuasan pasien BPJS di Ruang Rawat Inap Kelas III
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015
Kepuasan pasien BPJS Keinginan perawat untuk memberi bantuan
Komunikasi
Kemampuan perawat untuk memberikan instruksi
32
Ha :
1. Ada hubungan antara Ketanggapan dengan Kepuasan pasien BPJS di
Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung Tahun 2015
2. Ada hubungan antara Keinginan perawat untuk memberi bantuan dengan
Kepuasan pasien BPJS di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015
3. Ada hubungan antara Komunikasi dengan Kepuasan pasien BPJS di
Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung Tahun 2015
4. Ada hubungan antara Kemampuan perawat untuk memberikan instruksi
dengan Kepuasan pasien BPJS di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Dr.
H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif adalah suatu metode
penelitian yang bersifat induktif, objektif dan ilmiah di mana data yang di peroleh
33
berupa angka-angka (score, nilai) atau pernyataan-pernyataan yang di nilai, dan
dianalisis dengan analisis statistik. 14
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung dan dilaksanakan bulan
Februari 2015.
3.3 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasi dengan
menggunakan pendekatan cross sectional yaitu: suatu penelitian yang dilakukan
dengan sekali pengamatan pada suatu saat tertentu, dimana variabel independen
dan variabel dependen diamati pada waktu bersamaan.14
3.4 Subyek Penelitian
3.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan individu atau objek yang akan dikaji oleh
peneliti.14 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien BPJS di Ruang
Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung. Penentuan jumlah populasi penelitian ini didasarkan pada jumlah
kunjungan pasien rawat inap kelas III hingga desember 2014 sebanyak 16.240
pasien.
3.4.2 Sampel
32
34
Sampel adalah himpunan individu yang dipilih dari suatu populasi, dan ia
harus mewakili populasinya.14 Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang
telah menerima pelayanan Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung pada saat penelitian ini
berlangsung. Penentuan besarnya sampel bisa ditentukan dengan menggunakan
rumus Slovin:14
n= N1+N ( d2)
n= 16.240
1+16.240 (0,05 )2= 16.240
41,6=390,3
Keterangan:
N = Besar populasi
n = Besar sampel (jumlah pasien rata – rata per bulan)
d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang di inginkan adalah sebesar 5%
atau 0,05.
Perhitungannya sebagai berikut :
Jadi sampel yang digunakan yaitu 390,38 sampel.
Sampel di ambil berdasarkan dari jumlah bed yang tersedia di ruang
Delima, Kenanga, Kutilang, Mawar Dan Nuri. Kelima ruangan tersebut dapat
mewakili dari ruangan yang ada di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015. Dari jumlah bed kelima ruangan
tersebut di dapatkan sebanyak 126 bed.
35
3.4.3 Tehnik Sampel
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah Accidental Sampling.
Dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau
tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian.14
Adapun kriteria sampel sebagai berikut :
Kriteria inklusi
1. Pasien yang menggunakan fasilitas BPJS
2. Pasien yang di rawat di ruang rawat inap di kelas III
3. pasien atau keluarga pasien yang bersedia menjadi responden
Kriteria eksklusi
1. Pasien yang tidak menggunakan fasilitas BPJS
2. Pasien yang tidak di rawat di ruang rawat inap di kelas III
3. Pasien atau keluarga pasien yang tidak dersedia menjadi responden
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Responsiveness, helpfulness
komunikasi dan kemampuan perawat untuk memberikan instruksi.
3.5.2 Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepuasan pasien terhadap
asuhan keperawatan.
36
3.6 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
Variabel DefinisiOperasional
Alat Ukur CaraUkur
Hasil Ukur Skala Ukur
Variabel Independen :
Daya tanggap Ketanggapan perawat ketika dipanggil pasien
Kuisioner WawancaraSkor : Ya = 1Tidak = 0
0= Baik 1=Tidak Baik
Nominal
Komunikasi Bagaimana Kuisioner Wawancara 0= Baik Nominal
37
kemampuan perawat dalam berkomunikasi kepada pasien
Ya= 1Tidak = 0
1= Tidak baik
Intruksi Kemampuaan perawat untuk memberikan intruksi kepada pasien
Kuisioner Wawancara Ya= 1Tidak = 0
0= Baik 1=Tidak Baik
Nominal
Keinginan perawat memberi bantuan
Keinginan perawat untuk membantu menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri pasien
Kuisioner WawancaraYa= 1Tidak = 0
0= Baik 1=Tidak Baik
Nominal
Variabel Dependen :Kepuasan pasien terhadap asuhan keperawatan
Perasaan puas terhadap pelayanan asuhan keperawatan yang diterima pasien
Kuisioner WawancaraYa= 1Tidak = 0
0= Baik 1=Tidak Baik
Nominal
3.7 Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini yaitu kuesioner yang
disampaikan langsung kepada pasien BPJS di ruang rawat inap kelas III.
Sebelum kuesioner diisi, akan di uji validitas dan reabilitas sangat penting
dalam penelitian untuk mengetahui validitas dan kehandalan kuesioner tersebut.
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar – benar
mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita
susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji
dengan uji korelasi.
2. Uji Reabilitas
38
Reabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu pengukur dapat
dipercaya atau diandalkan. Kuesioner yang akan digunakan untuk penelitian
harus di tes (uji coba) sekurang – kurangnya dua kali.
3.8 Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:
1. Data primer
Data primer terdiri dari asuhan keperawatan dan kepuasan. Data primer
diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan
bantuan kuesioner yang telah di rancang untuk data kuantitatif. Kuesioner di buat
untuk memperoleh informasi yang relavan dengan tujuan survei dan memperoleh
informasi dengan realibilitas dan validitas setinggi mungkin.
2. Data Sekunder
Data sekunder berupa yang diperoleh dari laporan tahunan Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
3.9 Pengolahan Data
Analisis data penelitian agar menghasilkan informasi yang benar, paling
tidak ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui.14
a. Editing
Memastikan bahwa data yang diperoleh sudah lengkap atau belum, artinya
data dalam kuesioner tersebut telah terisi semua dengan lengkap, jelas dan
relevan.
b. Coding
39
Merupakan kegiatan merubah data kedalam bentuk angka/bilangan, terutama
pada pertanyaan-pertanyaan yang belum sesuai dengan kode yang ada pada
definisi operasional berdasarkan hasil ukur. Hal ini dilakukan dengan tujuan
untuk memudahkan pada saat analisis dan juga mempercepat pada saat
memasukkan data ke program komputer.
c. Proccessing
Setelah semua lembaran observasi dan kuiseoner terisi penuh dan benar serta
sudah dilakukan pengkodean, selanjutnya data diproses dengan cara
memasukan hasil observasi yang diperoleh dari dokumen yang dilakukan
dalam instrument cheklist ke dalam program komputer.
d. Cleaning
Kegiatan pembersihan data dilakukan untuk mengecek kembali sebelum
dilakukan analisis lebih lanjut.
3.10 Alur Penelitian
Tahapan Persiapan
Pembuatan proposal, perizinan, koordianasi
Tahapan Pelaksanaan
40
3.11 Analisa Data
Data yang telah dilakukan pengolahannya dengan benar selanjutnya dianalisa
secara univariat dan bivariat ini dilakukan untuk memperoleh gambaran distribusi
frekuensi subyek penelitian dan distribusi rasio prevalensi variabel.
1. Analisa univariat
Analisa univariat untuk menjelaskan/mendeskripsikan karakteristik
Informed Consent
Pengisian kuesioner dan wawancara
Pengumpulan Data
Tahapan Pengelolahan
Analisis Dengan Menggunakan Aplikasi Komputer
Hasil Penelitian
41
masing-masing variabel yang diteliti. Uji statistik univariat menggunakan
bantuan program komputer.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk analisis terhadap dua variabel
yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Kedua variabel dianalisis
menggunakan uji chi-square.