BAB I

61
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepuasan pasien adalah perasaan senang atau kecewa dari seseorang yang mendapat kesan dari membandingkan hasil pelayanan yang didapatkan dengan harapan- harapannya. Kepuasan pasien hal utama yang perlu diprioritaskan oleh rumah sakit agar dapat bertahan, bersaing dan mempertahankan pasar yang sudah ada karena rumah sakit merupakan badan usaha yang bergerak dibidang jasa pelayanan kesehatan. Untuk mencapai mutu pelayanan yang sesuai dengan standar pasar, maka rumah sakit senantiasa mengutamakan kepuasan pasien melalui peningkatan mutu pelayanan berkesinambungan dengan pelaksanaan praktek yang benar, peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) dan penerapan teknologi yang memadai. Salah satu ciri yang menonjol adalah sifat kompetitif yang menjadi basis pengembangan mutu pelayanan rumah sakit dan untuk mencapai mutu pelayanan

description

hfhdshfsfjsfjdsfjsdjfjdsfjsdjfjsdfjsdfjsjfjsdjfsdjfjsdjfdsjfjdsfjdsjfjdsfjdsjfjdsfjsdjfdjsfjdsjfsdjjdssadsadsadsd

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepuasan pasien adalah perasaan senang atau kecewa dari seseorang yang

mendapat kesan dari membandingkan hasil pelayanan yang didapatkan dengan

harapan-harapannya. Kepuasan pasien hal utama yang perlu diprioritaskan oleh

rumah sakit agar dapat bertahan, bersaing dan mempertahankan pasar yang sudah

ada karena rumah sakit merupakan badan usaha yang bergerak dibidang jasa

pelayanan kesehatan. Untuk mencapai mutu pelayanan yang sesuai dengan

standar pasar, maka rumah sakit senantiasa mengutamakan kepuasan pasien

melalui peningkatan mutu pelayanan berkesinambungan dengan pelaksanaan

praktek yang benar, peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) dan

penerapan teknologi yang memadai. Salah satu ciri yang menonjol adalah sifat

kompetitif yang menjadi basis pengembangan mutu pelayanan rumah sakit dan

untuk mencapai mutu pelayanan yang sesuai dengan standart, dibutuhkan suatu

organisasi yang fleksibel (tidak kaku), yang dapat menyesuaikan diri dengan

perkembangan lingkungan dari pelayanan rumah sakit.1

Rumah sakit harus mampu memberikan pelayanan yang bermutu kepada

pelanggannya (pasien), salah satu diantaranya dengan memberikan asuhan

keperawatan dalam praktek keperawatan profesional. Semua pemberi pelayanan

kesehatan boleh bersaing namun kualitas pelayanan dan kepuasan pasien sebagai

konsumen masih tetap menjadi tolak ukur utama keberhasilan pelayanan

kesehatan yang diberikan rumah sakit. Salah satu faktor yang mempengaruhi

1

Page 2: BAB I

2

kepuasan pasien dalam pelayanan / pemberian asuhan keperawatan adalah

komunikasi, yaitu tata cara penyampaian informasi yang diberikan pihak penyedia

jasa dalam menanggapi keluhan-keluhan dari pasien dan bagaimana keluhan-

keluhan dari pasien dengan cepat diterima oleh penyedia jasa terutama perawat

dalam memberikan respon terhadap keluhan pasien.

Pelayanan kesehatan bersifat multidimensional dengan mempertimbangkan

keberadaan masyarakat melalui penggunaan teknologi pelayanan kesehatan yang

tinggi. Hal ini memacu sikap konsumerisme yang tinggi dari pengguna pelayanan

kesehatan. Profesionalisme pelayanan keperawatan di masa mendatang dituntut

menghasilkan pelayanan yang bermutu tinggi.2

Pelayanan yang bermutu harus dihasilkan dari input dan proses yang baik,

sehingga menghasilkan sistem kerja yang baik, motivasi kerja, kepuasan kerja dan

kinerja perawat yang tinggi. Kinerja perawat akan dapat menghasilkan mutu

asuhan keperawatan yang baik.2

Perawat mempunyai kontak yang continue dengan pasien sehingga memiliki

pelayanan keperawatan akan menjadi citra dan jantungnya rumah sakit. Citra

rumah sakit akan menjadi tolak ukur mutu tidaknya pelayanan kesehatan.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mutu asuhan keperawatan sangat

ditentukan oleh kompetensi teknis perawat, keamanan dan kenyamanan dalam

memberikan asuhan keperawatan.3

Salah satu bentuk pelayanan yang paling mempengaruhi tingkat kepuasan

pasien di rumah sakit adalah pelayanan keperawatan. Hal tersebut dapat

dimaklumi karena pelayanan keperawatan diberikan selama 24 jam dimulai dari

Page 3: BAB I

3

awal masuk hingga kepulangan pasien. Sepanjang pasien dirawat di ruangan,

pasien akan terus berinteraksi dengan perawat. Perawatlah yang selalu siap

membantu pasien ketika pasien membutuhkan pertolongan. Perawat juga yang

membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan membantu dalam

pemulihan dan penyembuhan pasien. Sehingga hubungan dan interaksi antara

perawat-pasien akan sangat menentukan tingkat kepuasan pasien terhadap kualitas

pelayanan di rumah sakit.

Ada empat indikator kualitas pelayanan keperawatan, responsiveness atau

ketanggapan perawat ketika dipanggil, helpfulness atau keinginan perawat untuk

membantu menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri pasien, communication

atau kemampuan perawat berkomunikasi dengan pasien, dan intruction atau

kemampuan perawat untuk memberikan instruksi atau penjelasan yang memadai

terhadap pengobatan atau perawatan pasien. Apabila indikator - indikator tersebut

dapat dipenuhi dengan sangat baik oleh perawat, maka pasien akan sangat puas

dan menganggap bahwa kualitas pelayanan yang didapatkannya sudah prima.

Kualitas pelayanan keperawatan yang prima memiliki makna bahwa kualitas

pelayananan yang diberikan perawat kepada pasien melebihi kualitas yang telah

distandarkan yang bertujuan untuk mewujudkan kepuasan pasien.4

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ismawan Nur Laksono, di

Rumah Sakit Dedi Jaya Kabupaten Brebes, terhadap pasien rawat inap didapatkan

pasien tidak puas sebesar 43,3% dan pasien yang puas sebesar 8,3%.5 Namun

kenyataannya masih banyak pasien yang tidak puas terhadap pelayanan yang di

Page 4: BAB I

4

berikan oleh petugas rumah sakit terhadap pasien, baik pelayanan keperawatan

maupun pelayanan petugas lainnya.

RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung merupakan Rumah Sakit

Rujukan Provinsi Lampung, yang tidak hanya menerima rujukan dari rumah sakit

yang ada disekitar Kota Bandar Lampung, namun juga dari Kabupaten dan Kota

yang ada di Provinsi Lampung, dengan demikian jumlah pasien meningkat baik

pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap yang memiliki jumlah paling banyak

jika dibandingkan dengan rumah sakit lainnya.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disebut

BPJS yang baru diberdiri mulai januari 2014 sampai sekarang, pasien yang

menggunakan BPJS akan mendapakatkan pelayanan yang sepenuhnya dari pihak

rumah sakit maupun puskesmas.

Berdasarkan uraian di atas peneliti bermaksud untuk meneliti tentang

analisis kepuasan pasien BPJS terhadap asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap

Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

Tahun 2015.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti sangat tertarik

untuk melakukan penelitian bagaimanakah kepuasan pasien BPJS terhadap asuhan

keperawatan di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.

Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015?

Page 5: BAB I

5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk menganalisis kepuasan pasien BPJS terhadap asuhan keperawatan

di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul

Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kepuasan pasien BPJS terhadap asuhan keperawatan

di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.

Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015

2. Untuk mengetahui hubungan ketanggapan perawat ketika di panggil

pasien terhadap kepuasan pasien BPJS Di Ruang Rawat Inap Kelas III

Rumah Sakit Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun

2015

3. Untuk mengetahui hubungan keinginan perawat untuk memberikan

bantuan kepada pasien terhadap kepuasan pasien BPJS di Ruang Rawat

Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek

Provinsi Lampung Tahun 2015

4. Untuk mengetahui hubungan komunikasi perawat kepada pasien

terhadap kepuasan pasien BPJS di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah

Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun

2015

5. Untuk mengetahui kemampuan perawat untuk memberikan intruksi

kepada pasien terhadap kepuasan pasien BPJS di Ruang Rawat Inap

Page 6: BAB I

6

Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung Tahun 2015

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Diketahui dengan jelas mengenai kepuasan pasien BPJS terhadap

asuhan keperawatan.

1.4.2 Bagi Manajemen Rumah Sakit

Sebagai bahan informasi atau masukan yang diharapkan dapat

mengetahui dengan jelas mengenai kepuasan pasien BPJS terhadap asuhan

keperawatan.

1.4.3 bagi pasien

sebagai pengetahuan pasien lebih lanjut mengenai pemberian

asuhan keperawatan

1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian lebih lanjut.

Page 7: BAB I

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepuasan

2.1.1 Pengertian

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa dari seseorang yang

mendapat kesan dari membandingkan hasil pelayanan yang didapatkan dengan

harapan-harapannya.6 Kepuasan atau ketidakpuasan merupakan respon pasien

sebagai hasil dan evaluasi ketidaksesuaian kinerja/tindakan yang dirasakan

sebagai akibat dari tidak terpenuhinya harapan.7 Tingkat kepuasan merupakan

fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan, apabila

kinerja di bawah harapan maka pasien akan kecewa.7

Pada dasarnya harapan pasien adalah perkiraan atau keyakinan pasien

tentang pelayanan yang diterimanya akan memenuhi harapannya. Sedangkan hasil

kinerja akan dipersepsikan oleh pasien. Kesimpulan yang dapat diambil dari

beberapa pengertian di atas terdapat kesamaan pandangan bahwa kepuasan

pelanggan/pasien merupakan ungkapan perasaan puas apabila menerima

kenyataan/pengalaman pelayanan memenuhi harapan pasien.8

Pasien akan merasa puas apabila kinerja layanan kesehatan yang diperoleh

sama atau melebihi harapannya dan sebaliknya, ketidakpuasan atau perasaan

kecewa pasien akan muncul apabila kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya

tidak sesuai dengan harapannya. Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan

pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang

diperolehnya setelah pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkannya.

77

Page 8: BAB I

8

2.1.2 Pengukuran Kepuasan Pasien

Pengukuran kepuasan pasien merupakan elemen penting dalam

penyediaan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif. Apabila

pasien merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan yang disediakan, maka

pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak efektif dan efisien. Tingkat kepuasan

pasien terhadap pelayanan merupakan faktor yang penting dalam pengembangan

suatu sistem penyediaan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan pasien,

meminimalkan biaya dan waktu serta memaksimalkan dampak pelayanan

terhadap populasi dan sasaran. Bila pasien tidak puas atau kecewa, harus segera

diketahui faktor penyebabnya dan segera dilakukan koreksi atau perbaikan. Tanpa

adanya tindakan untuk melakukan koreksi atau perbaikan hasil pengukuran

tingkat kepuasan pasien menjadi tidak bermamfaat. Padahal tujuan pengukuran

tingkat kepuasan pasien adalah untuk dapat segera mengetahui faktor-faktor yang

membuat para pasien tidak puas, dapat segera diperbaiki, sehingga pasien tidak

kecewa.9

Tingkat kepuasan adalah merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja

yang dirasakan dengan harapan apabila kinerja dibawah harapan, maka pasien

akan kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan, pasien akan sangat puas.

Harapan pasien dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari

kerabatnya serta janji dan informasi pemasaran dan saingannya. Pasien yang puas

akan setia lebih lama.9

Page 9: BAB I

9

Ada beberapa metode yang dapat dipergunakan oleh suatu perusahaan atau

organisasi untuk mengukur kepuasan pasiennya. 4 cara untuk mengukur kepuasan

pasien yaitu:10

a. Sistem keluhan dan saran: organisasi yang berpusat pada pasien memberikan

kesempatan yang luas kepada pasiennya untuk menyampaikan keluhan dan

saran.

b. Ghost Shooping: adalah salah satu cara untuk mengetahui gambaran

mengenai kepuasan dengan mempekerjakan beberapa orang untuk berperan

atau bersikap sebagai pembeli potensial, kemudian melaporkan temuannya

mengenai kekuatan dan kelemahan produk dari perusahaan/organisasi

pesaing berdasarkan pengalaman mereka dalam membeli produk-produk

tersebut.

c. Lost Customer Analysis: yaitu menghubungi pasien yang berhenti

mengunjungi rumah sakit.

d. Survey kepuasan pasien: umumnya dilakukan dengan penelitian baik melalui

kuesioner, pos, telepon maupun wawancara langsung.

2.1.3 Manfaat Pengukuran Kepuasan

Manfaat utama dari program pengukuran adalah tersedianya umpan

balik yang segera, berarti dan obyektif. Dengan hasil pengukuran orang

biasa melihat bagaimana mereka melakukan pekerjaanya,

membandingkannya dengan standar kerja dan memutuskan apa yang harus

dilakukan untuk melakukan perbaikan berdasarkan pengukuran tersebut.

Page 10: BAB I

10

Ada beberapa manfaat dari pengukuran kepuasan antara lain sebagai

berikut :

a. Pengukuran menyebabkan seseorang memiliki rasa berhasil dan

berprestasi, yang kemudian diterjemahkan menjadi pelayanaan yang prima

kepada pasien.

b. Pengukuran biasa dijadikan dasar menentukan standar kinerja dan standar

prestasi yang harus dicapai, yang mengarahkan mereka menuju mutu yang

semakin baik dan kepuasan pasien yang semakin miningkat.

c. Pengukuran pemberian umpan balik segera kepada pelaksana, terutama

bila pasien sendiri yang mengukur kinerja pelaksana atau yang memberi

pelayanan.

d. Pengukuran memberitahu apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki

mutu dan kepuasan pasien bagaimana harus melakukannya, informasi ini

juga biasa datang dari pasien.

e. Pengukuran memotivasi orang untuk melakukan dan mencapai tingkat

produktivitas yang lebih tinggi.

2.1.4 Aspek – aspek yang mempengaruhi kepuasan pasien

Aspek – aspek yang mempengaruhi kepuasan pasien disajikan dengan

urutan sebagai berikut:6

a. Kesembuhan.

b. Ketersedian obat.

c. Keleluasan pribadi atau privasi sewaktu berada dalam kamar periksa.

Page 11: BAB I

11

d. Mendapat jawaban yang dimengerti terhadap pertanyaan pasien, artinya

apakah pasien mengerti jawaban yang diberikan oleh petugas kesehatan

terhadap pertanyaan yang diajukan.

e. Memberikan kesempatan bertanya, artinya apakah petugas kesehatan

memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya.

2.1.5 Tahapan untuk memperoleh kepuasan pasien.

a. Memberi Pelayanan Kesehatan yang bermutu sesuai dengan harapan

pelanggan (pasien dan keluarganya).

b. Bila pelayanan yang diberikan memenuhi harapan mereka dengan

sendirinya mereka akan loyal pada unit pelayanan kesehatan yang

bersangkutan.

c. Dengan adanya loyalitas tersebut, langsung atau tidak langsung unit

pelayanan kesehatan tersebut akan memperoleh keuntungan.

d. Akhirnya tanggapan pelanggan/pasien dan keluarganya akan jasa

pelayanan kesehatan baik, sehingga menjadikan pasien dan keluarganya

sebagai “petugas pemasaran yang efektif dan efisien” bagi unit pelayanan

kesehatan tersebut.

Page 12: BAB I

12

2.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan penggunaan jasa pelayanan

kesehatan:7

a. Biaya (cost)

Tingginya biaya pelayanan menyebabkan pasien dan keluarganya bersikap

kurang peduli. Pasien dan keluarganya beranggapan ”yang penting

sembuh” menyebabkan mereka menerima apa saja jenis perawatan dan

teknologi kedokteran yang ditawarkan oleh petugas kesehatan, akibatnya

biaya perawatan menjadi mahal. Informasi terbatas yang dimiliki pasien

dan keluarganya tentang perawatan yang diterima dapat menjadi keluhan

pasien. Sistem asuransi kesehatan akan dapat mengatasi masalah biaya

kesehatan.

b. Sikap Peduli (emphaty)

Meliputi sikap kontrak personel maupun perusahaan untuk memahami

kebutuhan maupun kesulitan konsumen, perhatian pribadi, kemudahan

dalam melakukan komunikasi atau hubungan.

Sikap ini akan menyentuh emosi pasien. Faktor ini akan berpengaruh pada

tingkat kepatuhan pasien (complince). Perbuatan atau sikap untuk

memberikan perhatian secara pribadi kepada pelanggan, komunikatif dan

memahami kebutuhan pelanggan dalam meningkatkan kepuasan, yaitu

perhatian perawat terhadap keluhan pasien, tanggapan perawat terhadap

keluhan, cara perawat menjaga kebersihan pasien, membantu apabila anda

Page 13: BAB I

13

membutuhkan pertolongan apabila tidak mampu dan perhatian perawat

terhadap lingkungan sekitar agar pasien dan keluarga dapat beristirahat.

Atribut-atribut yang ada dalam dimensi ini adalah:

1) Memberikan perhatian individu kepada konsumen.

2) Karyawan yang mengerti keinginan dari para konsumennya.

c. Bukti Langsung (tangibility)

Penampilan fisik (kerapihan) petugas, kondisi kebersihan dan kenyamanan

ruangan menjadi daya tarik bagi pasien untuk memilih pelayanan adalah

kelengkapan sarana dan prasarana rumah sakit serta jaminan pelayanan

yang diberikan. Sarana dan prasarana yang berkenaan lokasi dengan

bangunan yang nyaman, aman, terang dan terhindar dari pencemaran dan

peralatan medis dan non medis yang dipergunakan untuk mendiagnosa,

pengobatan, perawatan serta penunjang lainnya.

Atribut-atribut yang ada dalam dimensi ini adalah:

1) Peralatan yang modern

2) Fasilitas yang menarik

d. Jaminan (assurance)

Meliputi pengetahuan, kemampuan, keramahan, sopan dan sifat dapat

dipercaya dari kontak personel untuk menghilangkan sifat keragu-raguan

konsumen dan merasa terbebas dari bahaya dan resiko. Pengetahuan dan

keyakinan dalam setiap pelayanan adalah kesopanan dan keramahan

perawat dalam memberikan pelayanan.

Atribut-atribut yang ada dalam dimensi ini adalah:

Page 14: BAB I

14

1) Karyawan yang memberi jaminan berupa kepercayaan diri kepada

konsumen.

2) Membuat konsumen merasa aman saat menggunakan jasa pelayanan

perusahaan.

3) Karyawan yang sopan.

4) Karyawan yang memiliki pengetahuan yang luas sehingga dapat

menjawab pertanyaan dari konsumen.

e. Kehandalan (reliability)

Yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan

dengan tepat (accurately) dan kemampuan untuk dipercaya (dependably),

terutama memberikan jasa secara tepat waktu (ontime), dengan cara yang

sama sesuai dengan jadwal yang telah dijanjikan dan tanpa melakukan

kesalahan setiap kali. Dimensi ini diukur melalui penjelasan perawatan

bahaya atau resiko suatu tindakan sebelum melakukan tindakan perawatan

dan cara perawatan melakukan tindakan perawatan.

Atribut-atribut yang berada dalam dimensi ini antara lain adalah:

(1) Memberikan pelayanan sesuai janji.

(2) Pertanggung jawaban tentang penanganan konsumen akan masalah

pelayanan.

(3) Memberi pelayanan yang baik saat kesan pertama kepada konsumen.

(4) Memberikan pelayanan tepat waktu.

(5) Memberikan informasi kepada konsumen tentang kapan pelayanan

yang dijanjikan akan direalisasikan.

Page 15: BAB I

15

f. Daya Tanggap (responsiveness)

Yaitu kemauan atau keinginan para perawat untuk membantu dan

memberikan jasa yang dibutuhkan pasien. Membiarkan pasien

mengunggu, terutama tanpa alasan yang jelas, akan menimbulkan kesan

negatif yang tidak seharusnya terjadi. Kecuali jika kesalahan ini ditanggapi

dengan cepat, maka bisa menjadi satu yang berkesan dan menjadi

pengalaman yang menyenangkan. Kemampuan untuk membantu

pelanggan dan memberikan jasa pelayanan tanggap dan cepat dapat diukur

melalui evaluasi pasien terhadap tujuan perawatan setiap hari dengan kerja

sama perawatan dan pasien, tanggung jawab perawatan atau kepala

perawatan kepada pasien setiap pergantian pekerjaan, keterangan

perawatan tentang keadaan dan masalah yang dihadapi pasien, penjelasan

prosedur perawatan yang akan dilaksanakan sebelum melakukan tindakan

perawatan dan cara perawatan meminta persetujuan kepada pasien atau

keluarga sebelum melakukan tindakan.

Atribut-atribut yang ada dalam dimensi ini adalah:

1) Memberikan pelayanan yang cepat.

2) Kerelaan untuk membantu/menolong konsumen.

3) Siap dan tanggap untuk menangani respon permintaan dari para

konsumen.

Page 16: BAB I

16

2.2 Asuhan keperawatan

2.2.1. Empat indicator pelayanan keperawatan3

1. Responsiveness atau ketanggapan perawat ketika dipanggil

Ketanggapan ( responsiveness ) adalah keinginan untuk membantu

dan menyediakan jasa yang dibutuhkan pasien. Hal ini meliputi kejelasan

informasi, waktu penyampaian jasa, ketepatan dan kecepatan dalam

pelayanan administrasi, kesediaan pegawai dalam membantu pasien,

keluangan waktu pegawai dalam menanggapi permintaan pasien dengan

cepat.

Ketanggapan perawat merupakan bagian dari dimensi mutu pelayanan

pada khususnya tanggap didalam melayani pasien. Hal itu diikuti dengan

kemampuan perawat secara terus berkelanjutan untuk meningkatkan status

kesehatan klien. Ketanggapan pelayanan perawat adalah tindakan

keperawatan yang dilakukan oleh perawat dalam membantu pasien untuk

mengidentifikasi resiko dan masalah dan menggali pilihan yang ada.

Tindakan ini meliputi tindakan yang dilakukan perawat yang dihasilkan

dari diagnosa keperawatan, tindakan yang dilakukan dokter dihasilkan dari

diagnosa medis dan kinerja fungsi penting sehari – hari untuk pasien yang

tidak dapat melakukannya.

2. Helpfulness atau keinginan perawat untuk membantu menghilangkan atau

mengurangi rasa nyeri pasien, perawat memantau dan mengobservasi

keadaan pasien secara rutin setiap hari maupun penggantian kerja,

Page 17: BAB I

17

perhatian perawat saat melakukan tindakan perawatan dan penilaian

perawat pada saat melakukan perawatan.

3. Communication atau kemampuan perawat berkomunikasi dengan pasien

Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam

hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi

lebih bermakna karena metoda utama dalam mengimplementasikan proses

keperawatan. Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara

terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan

pasien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan

profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi

keperawatan serta citra rumah sakit, tetapi yang paling penting adalah

mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama

manusia. Komunikasi memegang peranan penting karena pelayanan

kesehatan adalah high personal contact. Pada dasarnya komunikasi yang

dilakukan oleh petugas kesehatan adalah untuk mendukung proses

kesembuhan pasiennya. Hal ini dilakukan dengan memberikan rasa

tenang, nyaman dan dukungan kepada pasien. Melalui komunikasi

diharapkan terjadi perubahan dalam diri pasien. Pasien yang tadinya tidak

dapat menerima dirinya apa adanya setelah berkomunikasi dengan petugas

akan mampu menerima dirinya. Proses komunikasi yang terjadi antara

petugas dan pasien merupakan cara untuk mengekspresikan kebutuhan,

memecahkan masalah dan meningkatkan kemampuan untuk memahami.11

Page 18: BAB I

18

4. Intruction atau kemampuan perawat untuk memberikan instruksi atau

penjelasan yang memadai terhadap pengobatan atau perawatan pasien.

2.2.2. Pengertian Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada

praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien di

berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah

keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,

bersifat humanistic, dan berdasarkan pada kebutuhan objektif pasien untuk

mengatasi masalah yang dihadapi klien.3

Proses keperawatan adalah metode asuhan keperawatan yang ilmiah,

sistematis, dinamis, dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam rangka

pemecahan masalah kesehatan pasien, di mulai dari pengkajian (pengumpulan

data, analisis data, dan penentuan masalah) diagnosis keperawatan, pelaksanaan,

dan penilaian tindakan keperawatan. Asuhan keperawatan terhadap pasien

dilakukan dengan pendekatan sistem penugasan keperawatan. Sistem penugasan

yang dikenal antara lain metode kasus, fungsional, tim, moduler, primer dan

manajemen kasus. Sistem penugasan mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Keputusan menggunakan sistem penugasan keperawatan melalui berbagai

pertimbangan misalnya jumlah dan kualifikasi perawat, klasifikasi tingkat

ketergantungan pasien, dan kebijakan rumah sakit.3

Penilaian atau persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan keperawatan

dipengaruhi oleh banyak faktor baik itu yang berhubungan langsung dengan

proses penyampaian jasa pelayanan keperawatan oleh perawat kepada pasien

Page 19: BAB I

19

maupun yang tidak berhubungan langsung dengan proses penyampaian jasa

seperti aspek fisik dan persyaratan pelayanan. Oleh sebab itu, untuk menilai

tingkat kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit,

diperlukan indikator-indikator yang relevan, valid dan reliabel agar aspek yang

benar-benar mempengaruhi tingkat kepuasan pasien benar-benar dapat terwakili.

2.2.3. Tujuan asuhan keperawatan

Adapun tujuan dalam pemberian asuhan keperawatan antara lain:3

a. Membantu individu untuk mandiri

b. Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang kesehatan

c. Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara kesehatan

secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam memelihara

kesehatannya

d. Membantu individu memperoleh derajat kesehatan yang optimal

2.2.4. Fungsi proses keperawatan

Proses Keperawatan berfungsi sebagai berikut:3

a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi

tenaga keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan

keperawatan.

b. Memberi ciri profesionalisasi asuhan keperawatan melalui pendekatan

pemecahan masalah dan pendekatan komunikasi yang efektif dan efisien.

c. Memberi kebebasan pada pasien untuk mendapat pelayanan yang optimal

sesuai dengan kebutuhanya dalam kemandirianya di bidang kesehatan.

Page 20: BAB I

20

2.2.5. Tahap-tahap proses keperawatan3

2.2.5.1 Pengkajian

Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan

sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan

keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, social maupun spiritual

dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data,

analisis data, dan penentuan masalah kesehatan serta keperawatan.

1. Pengumpulan data

Tujuan:

Diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada

pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus di ambil untuk

mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik,mental,sosial dan

spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus

akurat dan mudah di analisis. Jenis data antara lain Data objektif, yaitu data

yang diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan,

misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit. Data subjekyif, yaitu

data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau dari keluarga

pasien/saksi lain misalnya: kepala pusing, nyeri, dan mual.

Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi

a. Status kesehatan sebelumnya dan sekarang

b. Pola koping sebelumnya dan sekarang

c. Fungsi status sebelumnya dan sekarang

d. Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan

Page 21: BAB I

21

e. Resiko untuk masalah potensial

f. Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan pasien

2. Analisa data

Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir

rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan.

3. Perumusan masalah

Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan.

Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan asuhan

keperawatan (masalah keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih

memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan

sesuai dengan prioritas. Prioritas masalah ditentukan berdasarkan kriteria

penting dan segera. Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi

akan menimbulkan komplikasi, sedangkan segera mencakup waktu misalnya

pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan harus segera dilakukan

untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau kematian. Prioritas masalah

juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu:

Keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan,

persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.

2.2.5.2. Diagnosa keperawatan

Pengertian:

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia

(status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana

perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi

Page 22: BAB I

22

secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah

dan merubah. Perumusan diagnosa keperawatan: 12

1. Actual: menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang

ditemukan.

2. Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak di

lakukan intervensi.

3. Kemungkinan: menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk

memastikan masalah keperawatan.

4. Wellness: keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga, atau

masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera

yang lebih tinggi.

5. Syndrom: diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa keperawatan actual

dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau

situasi tertentu.

2.2.5.3. Rencana keperawatan

Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien

beralih dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam

hasil yang di harapkan.12

Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan pasien. Rencana perawatan

terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi

tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di

rumuskan dengan tepat memfasilitasi kontinuitas asuhan perawatan dari satu

Page 23: BAB I

23

perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai

kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten.

Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat

dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup

kebutuhan pasien jangka panjang.12

2.2.5.4. Implementasi keperawatan

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang

spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan

ditujukan pada nursing orders untuk membantu pasien mencapai tujuan yang

diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk

memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien.

Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut:12

Tahap 1: persiapan

Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang

diindentifikasi pada tahap perencanaan.

Tahap 2 : intervensi

Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan

tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.

Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan: independen,dependen,dan

interdependen.

Tahap 3 : dokumentasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan

akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

Page 24: BAB I

24

2.2.5.5. Evaluasi

Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan

keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan

jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut.

Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara

tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan

kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya. Sasaran

evaluasi adalah sebagai berikut:12

1. Proses asuhan keperawatan, berdasarkan kriteria/ rencana yang telah disusun.

2. Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah di

rumuskan dalam rencana evaluasi. Hasil evaluasi Terdapat 3 kemungkinan

hasil evaluasi yaitu:

a. Tujuan tercapai, apabila pasien telah menunjukan perbaikan/kemajuan

sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan.

b. Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara

maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.

c. Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan

perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru. dalam hal

ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat

data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai

yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.

Page 25: BAB I

25

Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses keperawatan dari pengkajian

sampai dengan evaluasi kepada pasien, seluruh tindakannya harus di

dokumentasikan dengan benar dalam dokumentasi keperawatan.

2.2.6 Dokumentasi keperawatan

Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat

diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang. Tujuan

dalam pendokumentasian yaitu:12

1. Komunikasi

Sebagai cara bagi tim kesehatan untuk mengkomunikasikan (menjelaskan)

perawatan pasien termasuk perawatan individual, edukasi pasien dan

penggunaan rujukan untuk rencana pemulangan.

2. Tagihan financial

Dokumentasi dapat menjelaskan sejauhmana lembaga perawatan mendapatkan

ganti rugi (reimburse) atas pelayanan yang diberikan bagi pasien.

3. Edukasi

Dengan catatan ini peserta didik belajar tentang pola yang harus ditemui

dalam berbagai masalah kesehatan dan menjadi mampu untuk mengantisipasi

tipe perawatan yang dibutuhkan pasien.

4. Pengkajian

Catatan memberikan data yang digunakan perawat untuk mengidentifikasi dan

mendukung diagnosa keperawatan dan merencanakan intervensi yang sesuai.

5. Riset

Page 26: BAB I

26

Perawat dapat menggunakan catatan pasien selama studi riset untuk

mengumpulkan informasi tentang faktor-faktor tertentu.

6. Audit dan pemantauan

Tinjauan teratur tentang informasi pada catatan pasien memberi dasar untuk

evaluasi tentang kualitas dan ketepatan perawatan yang diberikan dalam suatu

institusi.

7. Dokumentasi legal

Pendokumentasian yang akurat adalah salah satu pertahanan diri terbaik

terhadap tuntutan yang berkaitan dengan asuhan keperawatan. Dokumentasi

penting untuk meningkatkan efisiensi dan perawatan pasien secara individual.

Ada enam penting penting dalam dokumentasi keperawatan yaitu:13

a. Dasar factual

Informasi tentang pasien dan perawatannya harus berdasarkan fakta yaitu

apa yang perawat lihat,dengar dan rasakan.

b. Keakuratan

Catatan pasien harus akurat sehingga dokumentasi yang tepat dapat

dipertahankan pasien.

c. Kelengkapan

Informasi yang dimasukan dalam catatan harus lengkap,mengandung

informasi singkat tentang perawatan pasien.

d. Keterkinian

Memasukan data secara tepat waktu penting dalam perawatan bersama

pasien.

Page 27: BAB I

27

e. Organisasi

Perawat mengkomunikasikan informasi dalam format atau urutan yang

logis. Contoh catatan secara teratur menggambarkan nyeri pasien,

pengkajian dan intervensi perawat dan dokter.

f. Kerahasiaan

Informasi yang diberikan oleh seseorang keorang lain dengan kepercayaan

dan keyakinan bahwa informasi tersebut tidak akan dibocorkan.

Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran

dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Hal ini

akan bermanfaat bagi peningkatan mutu pelayanan dan bahan pertimbangan

dalam kenaikan jenjang karir/kenaikan pangkat. Selain itu dokumentasi

keperawatan juga dapat menggambarkan tentang kinerja seorang perawat.12

2.3 Badan Pengelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan agar peserta

memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi

kebutuhan standar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah

membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.13

Badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan yang selanjutnya disebut

BPJS. Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan

program jaminan kesehatan.13

Pelayanan kesehatan yang dijamin oleh BPJS, Kesehatan dalam pelayanan

rawat inap terdiri atas :13

1. Pelayanan kesehatan rawat inap tingkat pertama, terdiri dari :

Page 28: BAB I

28

a. Administrasi pelayanan terdiri atas biaya pendaftaran pasien

dan biaya administrasi lain yang terjadi selama proses

perawatan atau pelayanan kesehatan pasien.

b. Pemeriksaan, pengobatan, konsultasi medis.

c. Perawatan dan akomodasi di ruang perawatan.

d. Tindakan medis kecil/sederhana oleh Dokter ataupun

paramedis.

e. Persalinan pervaginam tanpa penyulit maupun dengan penyulit.

f. Pemeriksaan penunjang selama masa perawatan.

g. Pelayanan obat dan bahan medis habis terpakai selama masa

perawatan.

h. Pelayanan transfusi darah sesuai indikasi medis.13

2. Pelayanan kesehatan rawat inap tingkat lanjut mencakup semua pelayanan

kesehatan yang diberikan pada rawat jalan tingkat lanjut ditambah dengan

akomodasi berupa :

a. Perawatan inap nonintensif, dan

b. Perawatan inap intensif.13

2.4 Metode Hasil Ukur Penelitian

2.4.1 Metode Hasil Ukur Variabel Independen dan Dependen

2.4.1.1 Skala guttman

Page 29: BAB I

29

Skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan

memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan/ pertanyaan :

ya, dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah.15

Dalam penelitian ini, menggunakan batasan nilai mean atau median

dikategorikan menjadi :

1. Baik bila skor ≥ mean atau median.

2. Tidak baik bila skor ≤ mean atau median.

Ada empat indikator kualitas pelayanan keperawatan, responsiveness atau

ketanggapan perawat ketika dipanggil, helpfulness atau keinginan perawat untuk

membantu menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri pasien, communication

atau kemampuan perawat berkomunikasi dengan pasien, dan intrusion atau

kemampuan perawat untuk memberikan instruksi atau penjelasan yang memadai

terhadap pengobatan atau perawatan pasien.4

2.5 Kerangka Teori

Berdasarkan teori yang sudah dijabarkan sebelumnya maka dapat diambil

kerangka penelitian sebagai berikut:

Page 30: BAB I

30

Indikator – indikator Asuhan Keperawatan

Gambar 2.1 Kerangka Teori4

Sumber: Otani dkk, asuhan keperawatan (2009) dan Pasuraman dkk, manajemen

mutu pelayanan kesehatan, dalam Muninjaya (2014).

2.6 Kerangka Konsep

Kerangka Konsep Penelitian

Asuhan keperawatan

Ketanggapan

Keinginan perawat mememberikan bantuan

Ketanggapan

Komunikasi

Kemampuan perawat untuk memberikan intruksi

Kepuasan pasien

Page 31: BAB I

31

Gambar 2.2

2.7 Hipotesa

H0 :

1. Tidak ada hubungan antara Ketanggapan dengan Kepuasan pasien BPJS

di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung Tahun 2015

2. Tidak ada hubungan antara Keinginan perawat untuk memberi bantuan

dengan Kepuasan pasien BPJS di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Dr.

H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015

3. Tidak ada hubungan antara Komunikasi dengan Kepuasan pasien BPJS di

Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung Tahun 2015

4. Tidak ada hubungan antara Kemampuan perawat untuk memberikan

instruksi dengan Kepuasan pasien BPJS di Ruang Rawat Inap Kelas III

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015

Kepuasan pasien BPJS Keinginan perawat untuk memberi bantuan

Komunikasi

Kemampuan perawat untuk memberikan instruksi

Page 32: BAB I

32

Ha :

1. Ada hubungan antara Ketanggapan dengan Kepuasan pasien BPJS di

Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung Tahun 2015

2. Ada hubungan antara Keinginan perawat untuk memberi bantuan dengan

Kepuasan pasien BPJS di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Dr. H.

Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015

3. Ada hubungan antara Komunikasi dengan Kepuasan pasien BPJS di

Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung Tahun 2015

4. Ada hubungan antara Kemampuan perawat untuk memberikan instruksi

dengan Kepuasan pasien BPJS di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Dr.

H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif adalah suatu metode

penelitian yang bersifat induktif, objektif dan ilmiah di mana data yang di peroleh

Page 33: BAB I

33

berupa angka-angka (score, nilai) atau pernyataan-pernyataan yang di nilai, dan

dianalisis dengan analisis statistik. 14

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung dan dilaksanakan bulan

Februari 2015.

3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasi dengan

menggunakan pendekatan cross sectional yaitu: suatu penelitian yang dilakukan

dengan sekali pengamatan pada suatu saat tertentu, dimana variabel independen

dan variabel dependen diamati pada waktu bersamaan.14

3.4 Subyek Penelitian

3.4.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan individu atau objek yang akan dikaji oleh

peneliti.14 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien BPJS di Ruang

Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung. Penentuan jumlah populasi penelitian ini didasarkan pada jumlah

kunjungan pasien rawat inap kelas III hingga desember 2014 sebanyak 16.240

pasien.

3.4.2 Sampel

32

Page 34: BAB I

34

Sampel adalah himpunan individu yang dipilih dari suatu populasi, dan ia

harus mewakili populasinya.14 Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang

telah menerima pelayanan Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung pada saat penelitian ini

berlangsung. Penentuan besarnya sampel bisa ditentukan dengan menggunakan

rumus Slovin:14

n= N1+N ( d2)

n= 16.240

1+16.240 (0,05 )2= 16.240

41,6=390,3

Keterangan:

N = Besar populasi

n = Besar sampel (jumlah pasien rata – rata per bulan)

d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang di inginkan adalah sebesar 5%

atau 0,05.

Perhitungannya sebagai berikut :

Jadi sampel yang digunakan yaitu 390,38 sampel.

Sampel di ambil berdasarkan dari jumlah bed yang tersedia di ruang

Delima, Kenanga, Kutilang, Mawar Dan Nuri. Kelima ruangan tersebut dapat

mewakili dari ruangan yang ada di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD dr. H.

Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015. Dari jumlah bed kelima ruangan

tersebut di dapatkan sebanyak 126 bed.

Page 35: BAB I

35

3.4.3 Tehnik Sampel

Teknik sampling dalam penelitian ini adalah Accidental Sampling.

Dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau

tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian.14

Adapun kriteria sampel sebagai berikut :

Kriteria inklusi

1. Pasien yang menggunakan fasilitas BPJS

2. Pasien yang di rawat di ruang rawat inap di kelas III

3. pasien atau keluarga pasien yang bersedia menjadi responden

Kriteria eksklusi

1. Pasien yang tidak menggunakan fasilitas BPJS

2. Pasien yang tidak di rawat di ruang rawat inap di kelas III

3. Pasien atau keluarga pasien yang tidak dersedia menjadi responden

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Responsiveness, helpfulness

komunikasi dan kemampuan perawat untuk memberikan instruksi.

3.5.2 Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepuasan pasien terhadap

asuhan keperawatan.

Page 36: BAB I

36

3.6 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

Variabel DefinisiOperasional

Alat Ukur CaraUkur

Hasil Ukur Skala Ukur

Variabel Independen :

Daya tanggap Ketanggapan perawat ketika dipanggil pasien

Kuisioner WawancaraSkor : Ya = 1Tidak = 0

0= Baik 1=Tidak Baik

Nominal

Komunikasi Bagaimana Kuisioner Wawancara 0= Baik Nominal

Page 37: BAB I

37

kemampuan perawat dalam berkomunikasi kepada pasien

Ya= 1Tidak = 0

1= Tidak baik

Intruksi Kemampuaan perawat untuk memberikan intruksi kepada pasien

Kuisioner Wawancara Ya= 1Tidak = 0

0= Baik 1=Tidak Baik

Nominal

Keinginan perawat memberi bantuan

Keinginan perawat untuk membantu menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri pasien

Kuisioner WawancaraYa= 1Tidak = 0

0= Baik 1=Tidak Baik

Nominal

Variabel Dependen :Kepuasan pasien terhadap asuhan keperawatan

Perasaan puas terhadap pelayanan asuhan keperawatan yang diterima pasien

Kuisioner WawancaraYa= 1Tidak = 0

0= Baik 1=Tidak Baik

Nominal

3.7 Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini yaitu kuesioner yang

disampaikan langsung kepada pasien BPJS di ruang rawat inap kelas III.

Sebelum kuesioner diisi, akan di uji validitas dan reabilitas sangat penting

dalam penelitian untuk mengetahui validitas dan kehandalan kuesioner tersebut.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar – benar

mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita

susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji

dengan uji korelasi.

2. Uji Reabilitas

Page 38: BAB I

38

Reabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu pengukur dapat

dipercaya atau diandalkan. Kuesioner yang akan digunakan untuk penelitian

harus di tes (uji coba) sekurang – kurangnya dua kali.

3.8 Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer

Data primer terdiri dari asuhan keperawatan dan kepuasan. Data primer

diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan

bantuan kuesioner yang telah di rancang untuk data kuantitatif. Kuesioner di buat

untuk memperoleh informasi yang relavan dengan tujuan survei dan memperoleh

informasi dengan realibilitas dan validitas setinggi mungkin.

2. Data Sekunder

Data sekunder berupa yang diperoleh dari laporan tahunan Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

3.9 Pengolahan Data

Analisis data penelitian agar menghasilkan informasi yang benar, paling

tidak ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui.14

a. Editing

Memastikan bahwa data yang diperoleh sudah lengkap atau belum, artinya

data dalam kuesioner tersebut telah terisi semua dengan lengkap, jelas dan

relevan.

b. Coding

Page 39: BAB I

39

Merupakan kegiatan merubah data kedalam bentuk angka/bilangan, terutama

pada pertanyaan-pertanyaan yang belum sesuai dengan kode yang ada pada

definisi operasional berdasarkan hasil ukur. Hal ini dilakukan dengan tujuan

untuk memudahkan pada saat analisis dan juga mempercepat pada saat

memasukkan data ke program komputer.

c. Proccessing

Setelah semua lembaran observasi dan kuiseoner terisi penuh dan benar serta

sudah dilakukan pengkodean, selanjutnya data diproses dengan cara

memasukan hasil observasi yang diperoleh dari dokumen yang dilakukan

dalam instrument cheklist ke dalam program komputer.

d. Cleaning

Kegiatan pembersihan data dilakukan untuk mengecek kembali sebelum

dilakukan analisis lebih lanjut.

3.10 Alur Penelitian

Tahapan Persiapan

Pembuatan proposal, perizinan, koordianasi

Tahapan Pelaksanaan

Page 40: BAB I

40

3.11 Analisa Data

Data yang telah dilakukan pengolahannya dengan benar selanjutnya dianalisa

secara univariat dan bivariat ini dilakukan untuk memperoleh gambaran distribusi

frekuensi subyek penelitian dan distribusi rasio prevalensi variabel.

1. Analisa univariat

Analisa univariat untuk menjelaskan/mendeskripsikan karakteristik

Informed Consent

Pengisian kuesioner dan wawancara

Pengumpulan Data

Tahapan Pengelolahan

Analisis Dengan Menggunakan Aplikasi Komputer

Hasil Penelitian

Page 41: BAB I

41

masing-masing variabel yang diteliti. Uji statistik univariat menggunakan

bantuan program komputer.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk analisis terhadap dua variabel

yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Kedua variabel dianalisis

menggunakan uji chi-square.