BAB I

download BAB I

of 21

description

bab

Transcript of BAB I

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPendidikan merupakan sumber kemajuan bangsa yang sangat menentukan daya saing bangsa, dengan demikian sektor pendidikan harus terus menerus ditingkatkan mutunya. Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas peserta didik dalam semua bidang pendidikan. Melalui pendidikan akan mampu mengembangkan potensi sumber daya manusia baik yang berupa kecerdasan, akhlak mulia, pengendalian diri, kepribadian, spritual, keagamaan dan keterampilan. Dalam meningkatkan mutu pendidikan sangat diperlukan tenaga pendidik atau tenaga pengajar yang berkualitas dan profesional di bidangnya. Adanya tenaga pendidik yang berkualitas dan profesional akan mampu memberikan ilmu kepada peserta didik yang sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS). Dalam hal ini, guru merupakan sebagai seorang pendidik sangatlah berperan sebagai motor penggerak dalam dunia pendidikan. Dengan demikian akan tercipta SDM yang berkualitas baik hardskill dan softskillnya, itu merupakan syarat mutlak bagi setiap orang untuk dapat bertahan hidup. Pembentukan profesionalisme guru sangatlah penting dalam mendukung proses belajar-mengajar didalam dunia pendidikan. Mutu keprofesionalan seorang guru tergantung pada kemampuannya mengembangkan diri dan mendidik serta menanamkan nilai-nilai moral yang baik kepada siswa (Dahar, 2011). Jadi, seorang pendidik tidak hanya harus pandai dalam ilmu pengetahuan tetapi juga mampu membina peserta didiknya menjadi siswa yang teladan dan berprestasi. Untuk itu diperlukan pengalaman pengalaman yang harus dimiliki tenaga pedidik dalam melakukan interaksi pada proses belajar mengajar maupun kehidupan sosial guna memenuhi perkembangan anak didik kearah kedewasaan dan kemandirian. Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) sebagai salah satu Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan di Bali mempunyai peranan penting dalam menghasilkan tenaga pendidik yang profesional. Melalui Lembaga Program Pengembangan Lapangan (LPPL) yang di selenggarakan oleh UNDIKSHA diharapkan nantinya akan menghasilkan kualitas lulusan berupa tenaga guru maupun tenaga kependiddikan lainnya yang professional dan penuh daya inovatif dalam mengemban tugasnya. Pembentukan kompetensi keguruan itu telah disiapkan sejak dini melalui proses pembelajaran bertahap terpadu berupa PPL-Awal, Pengajaran Mikro, PPL-Real dan rangkaian materi perkuliahan yang dilakukan dengan pendekatan kompetensi. PPL awal dilaksanakan pada akhir semester dua atau awal dari semester tiga oleh setiap mahasiswa calon guru, yang bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur fisik dan non fisik sekolah, mengkondisikan (mengakrabkan) mahasiswa calon guru dengan seluruh perikehidupan sekolah secara nyata dan secara khusus serta mahasiswa calon guru memperoleh pengalaman langsung di lapangan melalui interaksi dengan seluruh komponen kehidupan di sekolah. Selanjutnya PPL-Real yang dilaksanakan pada semester VII yang bertujuan untuk mengaplikasikan langsung ilmu yang telah diperoleh selama perkuliaan dalam proses pembelajaran yang nyata. PPL-Real ini dilakukan dengan sistem magang selama 3 bulan (14 minggu) di sekolah yang telah ditetapkan oleh LPPL. Program PPL-Real lebih menekankan pada pelaksanaan latihan mengajar di dalam kelas. Kegiatan tersebut diselenggarakan secara bertahap dan terpadu dalam bentuk orientasi lapangan, pelatihan terbimbing, dan pelatihan mandiri. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih calon guru agar memiliki kemampuan memeragakan kinerja dalam situasi nyata, baik dalam kegiatan mengajar maupun tugas-tugas keguruan lainnya yang sesuai dengan standar pendidikan nasional/lembaga. Secara khusus PPL-Real bertujuan agar mahasiswa dapat menimba dan menyerap pengalaman sacara langsung untuk meningkatkan keprofesionalismenya sebagai seorang calon guru. Dalam PPL-Real ini mahasiswa tidak hanya dituntut dalam mengajar, tetapi juga harus mengetahui lingkungan fisik dan non fisik sekolah serta kegiatan non mengajar.Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis ketika proses pembelajaran berlangsung, diperoleh hasil bahwa proses pembelajaran telah berlangsung sesuai dengan paradigma pembelajaran saat ini yaitu student centered yang merupakan pembelajaran berpusat pada siswa. Namun, dalam penerapannya masih banyak terdapat kendala, misalnya saja siswa mengalami kendala dalam mengeksplorasi pengetahuannya sendiri. Hal ini dikarenakan motivasi siswa dalam belajar masih sangat rendah. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan proses pembelajaran yang mampu membuat motivasi belajar siswa menjadi lebih baik. Melalui PPL-Real ini diharapkan mahasiswa praktikan mampu memberikan solusi-solusi dalam permasalahan yang ada dibidang pendidikan sehingga mahasiswa praktikan memiliki pengalaman dalam pembelajaran maupun pengalaman kegiatan non mengajar.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan pemaparan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.1. Apa saja permasalahan pembelajaran kimia yang ditemui selama melaksanakan PPL-Real di SMA Negeri 1 Sawan?2. Bagaimanakah solusi yang dapat dilakukan dalam perbaikan pembelajaran kimia di SMA Negeri 1 Sawan?3. Bagaimanakah pengalaman yang diperoleh selama melaksanakan kegiatan PPl-Real?

1.3 TujuanBerdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dilaksanakannya PPL-Real adalah sebagai berikut.1.3 1. Untuk mengetahui permasalahan pembelajaran kimia yang terjadi di SMA Negeri 1 Sawan.2. Untuk mengetahui solusi yang dapat dilakukan dalam perbaikan pembelajaran kimia di SMA Negeri 1 Sawan.3. Untuk mengetahui pengalaman yang diperoleh selama melaksanakan kegiatan PPL-Real.

1.4 ManfaatPelaksanaan PPL-Real ini memiliki manfaat bagi berbagai pihak, baik bagi mahasiswa PPL-Real, bagi lembaga (Universitas Pendidikan Ganesha), maupun bagi sekolah. 1. Bagi Mahasiswa PPL-Reala. Mahasiswa dapat mmenerapkan semua ilmu yang diperoleh di bangku kuliah hingga pada situasi nyata.b. Mahasiswa dapat berlatih dalam mengelola kegiatan pembelajaran di kelasc. Mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk berlatih membuat persiapan mengajar seperti menentukan waktu efektif, membuat program tahunan, program semester, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), alat evaluasi, serta media pembelajaran yang tepat digunakan dalam kegiatan pembelajaran. d. Dapat meningkatkan kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap calon guru.e. Mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk memahami karakter siswa lebih dekat, baik dikelas maupun di luar kelas.2. Bagi Lembaga (Universitas Pendidikan Ganesha)a. PPL-Real merupakan wahana bagi Universitas Pendidikan Ganesha untuk membekali mahasiswa calon guru dengan berbagai pengalaman, baik secara langsung maupun tidak langsung yang didapat di lapangan dalam rangka membentuk calon-calon guru yang profesional. b. Memiliki hubungan kerjasama yang baik dengan sekolah mitra, sehingga pelaksanaan program PPL-Real dapat dilaksanakan secara berkelanjutan guna melatih mahasiswa calon guru mengembangkan profesionalitasnya.3. Bagi Sekolah (SMA Negeri 1 Sawan)PPL-Real yang dilaksanakan di sekolah dapat memberikan beberapa manfaat antara lain sebagai berikut.a. Sebagai bentuk pertukaran pola pengajaran dari guru mata pelajaran dengan mahasiswa PPL-Real terkait teori yang didapat di kampus dengan praktek pengajaran oleh guru di sekolah.b. Mengembangkan kompetensi pembelajaran (bidang studi) yang menjadi spesialisasinya. c. Membantu sekolah dalam melaksanakan kegiatan non akademis seperti ekstrakurikuler, kegiatan serangkaian HUT sekolah, maupun kegiatan sekolah yang laind. Sekolah dapat mengembangkan strategi pembelajaran yang inovatif dan bervariasi untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa.

BAB IISOLUSI TAWARAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN DAN PEMBAHASAN2.1 Masalah-Masalah Pembelajaran yang Ditemukan Selama PPL dan Solusi Tawaran Perbaikan Pembelajaran1. Masalah PembelajaranBerdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas XI IPA 2, XI IPA 3, X2 dan X5 terlihat bahwa siswa kurang berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas dan kurangnya antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena siswa beranggapan bahwa kimia itu merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dimengerti. Siswa berfikir bahwa pelajaran kimia bersifat abstrak dan penuh dengan rumus-rumus serta perhitungan yang rumit. Fasilitas yang kurang mendukung juga menjadi kendala dalam melaksanakan proses pembelajaran. Buku-buku mata pelajaran khususnya buku paket kimia yang terdapat di perpustakaan SMA Negeri 1 Sawan hanya dapat dipinjem ketika proses belajar berlangsung dan tidak dapat dibawa pulang. Hal ini menyebabkan siswa kurang maksimal dalam pembelajaran baik di sekolah maupun di rumah.Permasalahan yang juga ditemukan pada proses belajar mengajar di SMA Negeri 1 Sawan adalah rendahnya motivasi belajar siswa. Ini terlihat dari kurangnya perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga hanya sebagian kecil yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan hanya sedikit siswa yang memiliki buku kimia. Siswa hanya menunggu guru untuk menjelaskan materi tanpa ada motivasi untuk membaca materi pelajaran terlebih dahulu, sehingga siswa kurang memiliki pengetahuan awal, yang menyebabkan komunikasi hanya berjalan satu arah. Hal ini yang menyebabkan pada saat pembelajaran ada beberapa siswa yang sibuk sendiri bahkan membuat keributan pada saat pembelajaran berlangsung.2. Solusi Tawaran Perbaikan PembelajaranProses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang berjalan dengan kondusif, menyenangkan, nyaman, efektif dan efisien. Dengan suasana pembelajaran seperti itu, siswa akan lebih mampu menerima pelajaran yang diberikan sehingga tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai. Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas, ada beberapa solusi yang ditawarkan untuk memperbaiki proses belajar-mengajar kearah yang lebih baik. Adapun beberapa solusi tawaran yang diberikan agar tercipta suasana pembelajaran yang optimal dan dapat mencapai hasil yang maksimal, antara lain adalah sebagai berikut.a. Pemanfaatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara optimalRencana pelaksanaan pembelajaran merupakan suatu bentuk prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam standar isi. Perencanaan pembelajaran yang baik diharapkan nantinya akan berdampak pada hasil yang akan dicapai (output) yang baik juga. Dalam membuat perencanaan, guru merupakan salah satu yang memegang peranan paling penting dalam merancang suatu RPP.RPP yang baik tergantung pada kemampuan guru dalam merancang suatu pembelajaran. Fungsi RPP adalah untuk mengefektifkan proses pembelajaran agar sesuai dengan yang direncanakan. RPP dibuat oleh seorang guru agar dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik dan terkontrol dengan baik. Unsur-unsur utama dalam RPP minimal harus ada standar kompetensi, kompetensi dasar yang akan dimiliki oleh peserta didik, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, metode dan sumber belajar, langkah-langkah pembelajaran, dan alat evaluasi pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) hendaknya disusun secara sistematis, utuh dan menyeluruh, dengan beberapa kemungkinan penyesuaian dalam situasi pembelajaran yang aktual sehingga pemanfaatan RPP dapat dilakukan secara optimal saat mengajar di kelas agar standar kompetensi, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, dan hal lainnya dapat tercapai dengan baik dan sesuai dengan yang direncanakan. b. Penerapan Model Pembelajaran KooperatifPenerapan model pembelajaran kooperatif pada proses belajar akan membuat siswa dapat berpartisipasi aktif untuk menggali pemahamannya sendiri. Model pembelajaran kooperatif ini didasarkan atas kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu antara siswa satu dengan yang lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Model pembelajaran ini bukan saja sekedar melibatkan dan menempatkan siswa secara bersama dalam suatu kelompok kecil dan memberikan kepada mereka tugas, akan tetapi juga didalamnnya melibatkan pemikiran dan perhatian penuh pada berbagai macam aspek pada proses kelompok. Siswa yang aktif dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri lewat indera sensoriknya sendiri seperti penglihatan, suara, penciuman, dan lain sebagainya. Hal inilah yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan meningkatkan pemahaman pengetahuan dari siswa sehingga pembelajaran berpusat pada siswa (student centered learning).Terdapat berbagai macam model pembelajaran kooperatif, namun model yang ditawarkan penulis untuk mengatasi permasalahan belajar yang kurang aktif adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achieve Division (STAD) dan Group Investigation (GI) dengan bantuan LKS terbimbing dan diskusi kelompok kecil untuk membangun konsep siswa pada materi yang dipelajari. Melalui solusi yang ditawarkan tersebut, siswa diharapkan lebih termotivasi untuk belajar karena pada proses pembelajaran siswa terlibat ikut terlibat aktif berdiskusi dalam memecahkann permasalahan yang ada di dalam LKS. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam model pembelajaran STAD didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini diterapkan di kelas XI IPA 2 dan IPA 3 pada materi termokimia dengan subtopik sistem dan lingkungan serta di kelas X 2 dan X 5 pada materi ikatan kimia. Dalam mengaplikasikan model pembelajaran STAD, guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta simpulan dan terkahir diadakan evaluasi berupa kuis. Adapun sintak model pembelajaran STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu: 1) penyajian kelas, 2) kegiatan kelompok, 3) tes individual (kuis), 4) peningkatan skor individual, 5) pengakuan kelompok. Keunggulan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut. 1. Peningkatan belajar terjadi tidak tergantung pada usia siswa, mata pelajaran dan aktivitas belajar. 2. Pembelajaran kooperatif dapat menyebabkan unsur-unsur psikologis siswa menjadi terangsang dan lebih aktif. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa kebersamaan dalam kelompok, sehingga mereka dengan mudah dapat berkomunikasi dengan bahasa yang lebih sederhana.3. Mendengar, menghormati, serta menerima pendapat siswa lain serta meyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan meyakinkan dirinya untuk saling memahami dan saling mengerti.4. Siswa dapat belajar dalam kelompok dan menerapkannya dalam menyelesaikan tugas-tugas kompleks, serta dapat meningkatkan kecakapan individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah, meningkatkan komitmen, dapat menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebayanya dan siswa yang berprestasi dalam pembelajaran kooperatif ternyata lebih mementingkan orang lain, tidak bersifat kompetitif, dan tidak memiliki rasa dendam. 5. Dapat menimbulkan motivasi siswa karena adanya tuntutan untuk menyelesaikan tugas.Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) diterapkan hanya di kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 pada materi laju reaksi dengan sub topik faaktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Model pembelajaran GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, topik yang tersedia maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Model pembelajaran kooperatif tipe GI adalah pembelajaran yang dilaksanakan dalam bentuk kelompok kecil yang terdiri atas 4 sampai 6 orang siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe GI memiliki enam tahapan pembelajaran, yaitu (1) tahap pembentukan kelompok, (2) tahap perencanaan, (3) tahap penyelidikan, (4) tahap pengorganisasian, (5) tahap presentasi, (6) tahap evaluasi. Keunggulan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI adalah sebagai berikut. 1. Peningkatan belajar terjadi tidak tergantung pada usia siswa, mata pelajaran dan aktivitas belajar. 2. Pada saat berdiskusi fungsi ingatan dari siswa menjadi lebih aktif, lebih bersemangat dan berani mengemukakan pendapat. 3. Pembelajaran kooperatif GI juga dapat meningkatkan kerja keras siswa, lebih giat dan lebih termotivasi. 4. Penerapan pembelajaran kooperatif GI dapat membantu siswa mengaktifkan kemampuan latar belakang mereka dan belajar dari pengetahuan latar belakang teman sekelas mereka. 5. Dapat menimbulkan motivasi siswa karena adanya tuntutan untuk menyelesaikan tugas. Dengan model pembelajaran kooperatif STAD dan GI ini diharapkan mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan GI dapat membantu siswa dalam belajar dengan berdiskusi kepada sesama teman yang ada dalam kelompoknya. Pada aktivitas ini terjadi proses belajar mengajar antarsiswa, saling bertanya, saling menjelaskan, dan mempraktikan kemampuan-kemampuan lain dalam wadah kelompok diskusi dan apabila mengalami kesulitan dalam berdiskusi dapat meminta bimbingan kepada guru. Dengan demikian peserta didik dapat untuk berfikir kritis, inovatif, aktif, dan kreatif serta mampu mencapai standar kompetensi yang diharapkan. c. Pemanfaatan Media dan Menumbuhkan Motivasi Siswa Pemanfaatan media juga menjadi hal penting dalam pembelajaran. Berdasarkan permasalahan siswa yang banyak tidak memiliki buku pelajaran, pemanfaatan media LKS (Lembar Kerja Siswa) sangat efektif dilakukan. LKS yang dirancang oleh penulis merupakan LKS terbimbing sehingga siswa akan lebih terorganisir dalam memahami suatu materi pelajaran. Dengan adanya LKS, semua siswa akan aktif berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Hal ini akan membuat pembelajaran yang efektif dan efisien. Disamping media belajar yang baik, motivasi belajar juga sangat penting ditumbuhkan kepada siswa guna meningkatkan prestasi yang dimiliki. Motivasi dapat ditumbuhkan dengan memberikan pujian kepada siswa yang aktif dalam berpartisipasi dalam proses pembelajaran seperti bertanya, menjawab pertanyaan, dan memberikan pendapat. Dengan diberikannya pujian siswa akan merasa dihargai dan termotivasi untuk mencapai prestasi yang lebih baik lagi. Pemberian pujian harus dilakukan pada waktu yang tepat agar memupuk suasana yang menyenangkan, mempertinggi motivasi belajar, dan membangkitkan harga diri siswa. Hal lain yang dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa adalah pemberian nilai kepada siswa yang aktif dan transparansi nilai yang diperoleh siswa. Dengan demikian siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar apabila nilai yang diperoleh tersebut kurang maksimal.

2.2 Pembahasan Pembelajaran yang diharapkan sekarang adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Pembelajaran yang berpusat pada siswa menekankan pada siswa agar menemukan sendiri konsep dari suatu materi yang dipelajari. Siswa harus mampu menggali ilmunya dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Guru hanya sebagai fasilitator yang akan memfasilitasi siswa dalam belajar. Kegiatan pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi terlibat aktif tergantung pada model pembelajaran yang digunakan. Seringkali pemilihan model pembelajaran menjadi permasalahan dari kurangnya pemahaman siswa terhdap konsep yang dipelajari. Apabila model pembelajaran yang digunakan kurang tepat, maka tujuan pembelajaran tidak akan dicapai. Sebelum melaksanakan pelatihan mengajar terbimbing dan mandiri, terlebih dahulu penulis melakukan observasi terhadap beberapa guru model untuk mengetahui bagaimana cara guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Kegiatan yang diamati pada saat melakukan observasi guru model meliputi cara menyampaikan materi pelajaran untuk membangun konsep siswa (kegiatan awal/pembuka, kegiatan inti, dan penutup) dan cara mengelola kelas yang baik sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung kondusif. Dengan mengamati guru model tersebut, penulis dapat mengetahui bagaimana cara guru tersebut dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan mengelola kelas yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan pelatihan mengajar terbimbing dan mandiri.Berdasarkan observasi beberapa guru model, penulis mengamati bahwa siswa cenderung kurang aktif dalam belajar dan motivasi belajar siswa masih tergolong rendah. Ini terlihat dari kurangnya perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran dan mengerjakan tugas, sedikitnya siswa yang membawa buku pelajaran saat kegiatan pembelajaran, dan kurangnya minat membaca siswa dalam menemukan sendiri konsep-konsep dari materi yang dipelajari. Siswa hanya menerima materi yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran seperti ini cenderung membuat siswa mudah lupa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Untuk mengatasi permasalahan rendahnya motivasi belajar siswa, dapat dilakukan dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat. Guru harus mampu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa dengan memperhatikan karakter siswa dan kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektf dalam menunjang keberhasilan belajar siswa. Dalam menerapkan model pembelajaran, diperlukan hal pendukung yaitu pemanfaatan media yang kreatif dan inovatif sehingga nantinya siswa diharapkan lebih tertantang dalam belajra. Selain itu, pemanfaatan RPP secara optimal sangat penting diperhatikan agar proses pembelajaran efektif, sistematis, dan terorganisasi. Dengan demikian, keterlibatan siswa dalam belajar yang aktif dapat terwujud untuk membangun konsep-konsep yang akan dipelajari.Model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat membangun sendiri konsepnya adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan GI dengan didukung media pembelajaran yaitu LKS terbimbing. Di dalam pembelajaran kooperatif, kelas disusun atas kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok biasanya terdiri dari beberapa siswa dengan kemampuan berbeda, yakni tinggi, sedang, dan rendah. Jika kondisi memungkinkan, dalam pembentukan kelompok hendaknya diperhatikan pula perbedaan suku, budaya dan jenis kelamin. Siswa tetap berada dalam kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Aktivitas siswa antara lain mengikuti penjelasan guru secara aktif, bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas dalam kelompok, memberikan penjelasan kepada teman sekelompoknya, mendorong kelompok untuk berpartisipasi secara aktif, berdiskusi, dan sebagainya. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan GI menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model pembelajaran STAD ini dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. Menurut Slavin (2006), model pembelajaran STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu: 1. Penyajian kelasPenyajian kelas adalah tahap saat siswa memulai pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Peserta didik harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh agar memahami uraian materi yang akan dibahas, dengan demikian akan membantu mereka dalam diskusi kelompok.2. Kegiatan kelompokSiswa bekerja dan belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dengan anggota 4-5 orang yang heterogen. Fungsi utama dari kelompok adalah memastikan bahwa setiap anggota kelompok memahami masalah yang didiskusikan oleh kelompok tersebut, sehingga saat diadakan kuis, setiap anggota kelompok mampu meraih skor maksimal. 3. Tes individual (kuis)Setelah siswa berlatih dalam kelompok, siswa diberi test individu. Tahap ini siswa tidak diperkenankan untuk saling memberi tahu atau bekerjasama dengan yang lain. Jadi setiap peserta didik bertanggung jawab untuk memahami materi yang diajarkan.4. Memberikan skor peningkatan individualPemberian skor peningkatan individual bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi setiap siswa agar dapat menunjukkan gambaran kinerja pencapaian tujuan dari hasil kerja maksimal setiap individu yang disumbangkan untuk kelompoknya.5. Pengakuan kelompokPengakuan kelompok atau penghargaan kelompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing kelompok dengan melihat skor kemajuan kelompok yang diperoleh.Model pembelajaran kooperatif tipe GI juga tidak jauh berbeda dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model pembelajaran GI menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Menurut Slavin (dalam Rusman, 2012), menjelaskan bahwa dalam group investigation, para siswa bekerja melalaui enam tahapan. Tahapan-tahapan ini dan komponen-komponennya dapat dijabarkan sebagai berikut.1. Mengidentifikasikan topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok. a. Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik. b. Para siswa begabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang mereka pilih. c. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen. d. Guru membantu dalam mengumpulkan informasidan memfasilitasi pengaturan 2. Merencanakan tugas yang akan dipelajari Para siswa merencanakan bersama mengenai apa yang akan dipelajari, bagaimana mempelajarinya dan pembagian tugas. 3. Melaksanakan investigasi a. Para siswa mengumpulkan informasi, mengenai data dan membuat kesimpulan b. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya. c. Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklasifikasi, dan mensintesis semua gagasan. 4. Menyiapkan laporan akhir a. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari tugas mereka.b. Anggota kelompok merencanakan apa yang mereka laporkan, dan bagaimana mereka membuat presentasinya. c. Wakil-wakil kelompok membentuk panitia untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi. 5. Mempresentasikan laporan akhir a. Presentasi yang dibuat untuk semua kelas dan berbagai macam bentuk.b. Presentasi harus dapat melibatkan peseta secara aktif.c. Para peserta mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan keriteria yang telah ditentukan sebelumnya. 6. Evaluasia. Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut.b. Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.c. Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi. Dari penerapan model pembelajaran STAD terhadap mata pelajaran kimia di kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 pada materi termokimia subtopik sistem dan lingkungan serta di kelas X 2 serta kelas X 5 pada materi ikatan kimia terlihat bahwa siswa lebih aktif dan dapat membangun semangat belajar dan motivasi siswa. Ini dikarenakan pada kegiatan pembelajaran menggunakan model ini, siswa bekerja dalam kelompok dituntut untuk mampu memecahkan masalah dan menemukan konsep dari suatu materi yang dipelajari. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI di kelas XI IPA 2 dann XI IPA 3 pada materi laju reaksi dengan sub topik faktor-faktor yang mempengaruhi lajau reaski juga memberikan hasil yang lebih baik dalam meningkatkan keaktifan dan antusias siswa dalam belajar. Dengan menggunakan model pembelajaran GI yang berbantuan LKS terbimbing serta metode demonstrasi dan diskusi kelompok keccil mampu membangun konsep siswa pada mata pelajaran kimia khususnya materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi melalui percobaan. Percobaan yang dilakukan ketika mempelajari faktor-faktor laju reaksi mampu meningkatkan antusias siswa dalam menginvestigasi permasalahan yang ada di LKS. Siswa terlihat lebih termotivasi untuk belajar dan lebih aktif berdiskusi tentang fenomena yang terjadi dalam percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe GI akan lebih maksimal apabila didukung dengan media yang sesuai. Dengan penggunaan media pembelajaran siswa akan lebih mudah dalam memahami materi yang diajarkan. Media pembelajaran juga akan mampu merangsang peserta didik untuk mengeksplorasi pengetahuannya sendiri sehingga akan berdampak pada partisipasi siswa. Media yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran menggunakan model tersebut adalah media LKS (Lembar Kerja Siswa). LKS dirancang agar siswa berpikir secara bertahap dalam memahami materi. Kegiatan pembelajaran seperti ini akan membuat siswa tertantang untuk memecahkan masalah pada LKS dan lebih termotivasi untuk belajar. Dengan demikian siswa akan lebih memahami dan lebih ingat terhadap materi yang dipelajari, karena siswa menemukan dan membangun sendiri konsep materi yang dipelajari.Pemberian penghargaan berupa pujian kepada siswa saat proses pembelajaran berlangsung juga sangat perlu untuk dilakukan oleh seorang guru karena dengan melakukan hal ini akan mampu memotivasi siswa, sehingga minat siswa dalam mengikuti pelajaran akan meningkat. Sekecil apapun partisipasi siswa, hendaknya harus diberi balikan oleh guru berupa penghargaankarena siswa yang bersangkutan telah berani berpartisipasi saat kegiatan pembelajaran.Siswa yang berpartisipasi aktif diberikan penghargaan berupa pujian untukmemotivasi siswa dalam belajar. Dengan pemberian penghargaan seperti itu akan meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam mengungkapkan pendapat atau menjawab pertanyaan guru, walaupun masih belum sempurna. Pemahaman siswa ini nantinya akan terlihat pada proses evaluasi. Proses evaluasi dilakukan untuk mengetahui seberapa dalam pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dipelajari. Evaluasi ini dilaksanakan pada akhir kegiatan pembelajaran. Hasil evalusi tersebut sedapat mungkin agar selaludiketahui oleh sises untuk dijadikan sebagai bahan refleksi ke depannya dan juga sebagai motivasi untuk belajar. Transparansi hasil evaluasi dapat membangkitkan semangat siswa, terutama bagi yang memperoleh nilai kurang memuaskan agar meningkatkan hasil belajarnya di waktu yang akan datang, sehingga prestasi siswa akan terus meningkat dari waktu ke waktu.

2.3 Pengalaman dan Hasil PPL-Real dalam Kegiatan Pembelajaran1. Pengalaman Selama PPL-Real di SMA Negeri 1 SawanPelaksanaan kegiatan PPL-Real diawali dengan penyerahan mahasiswa PPL-Real UNDIKSHA oleh LPPL kepada masing-masing sekolah mitra. Penyerahan mahasiswa PPL-Real ini dilaksanakan di Auditorium UNDIKSHA secara simbolik yang dihadiri oleh kepala sekolah dari masing-masing sekolah yang berada di Singaraja. Setelah kegiatan serah terima, kemudian, mahasiswa PPL-Real langsung diterjunkan ke sekolah tempat pelatihan. Pada hari pertama mahasiswa berkonsultasi dengan kepala sekolah tentang jadwal pelaksanaan kegiatan PPL-Real dan melakukan observasi lingkungan fisik sekolah serta berkonsultasi dengan guru agama untuk melaksanakan matur piuning di SMA Negeri 1 Sawan. Matur piuning dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2015 di parhyangan SMA Negeri 1 Sawan. Setelah melakukan matur piuning, kepala sekolah SMA Negeri 1 Sawan memberikan pengarahan dan melakukan perkenalan kepada seluruh staf pengajar dan pegawai yang ada di sekolah tersebut. Pihak sekolah menerima mahasiswa PPL-Real dengan terbuka. Bapak kepala sekolah menyampaikan kondisi SMA Negeri 1 Sawan secara umum kepada mahasiswa PPL-Real dan sedikit menyampaikan sejarah dan prestasi sekolah. Setelah perkenalan dengan staf pengajar dan pegawai, Wakasek Kurikulum membagikan guru pamong kepada masing-masing mahasiswa PPL-Real. Penulis mendapatkan guru pamong Ni Made Sarini, S.Pd. Setelah diberikan arahan dan pembagian guru pamong, mahasiswa PPL-Real dipersilakan berkenalan dengan guru pamong dan berkoordinasi mengenai jadwal mengajar sesuai dengan bidang studi masing-masing. Kegiatan yang dilaksanakan mahasiswa selama PPL disesuaikan dengan program kerja PPL-Real yang sudah dilegalisir oleh guru pamong, dosen pembimbing, dan kepala sekolah. Sebelum memulai kegiatan inti dari PPL-Real yaitu kegiatan mengajar, penulis mengadakan observasi dan orientasi awal selama 2 minggu untuk mengenal lingkungan fisik sekolah. Observasi ini bertujuan untuk mengenal lebih jauh kondisi lingkungan sekolah seperti ruang belajar, perpustakaan, fasilitas pendukung pembelajaran, laboratorium, lapangan sekolah, mengamati keadaan guru, pegawai, dan siswa. Secara umum kondisi fisik sekolah SMA Negeri 1 Sawan sudah cukup baik, rindang, dan nyaman sehingga dengan kondisi ini diharapkan proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan kondusif. Setelah melakukan observasi terhadap lingkungan fisik dan orang-orang yang berada di lingkungan sekolah, penulis mulai belajar untuk membuat administrasi guru dengan bimbingan dari guru pamong. Untuk menjadi seorang guru yang profesional, selain mengajar guru juga wajib melengkapi administrasi-administrasi guru. Administrasi yang harus dilengkapi oleh guru antara lain rincian minggu afektif yang ditentukan dari kalender pendidikan, distribusi waktu, program tahunan, program semester, analisis kompetensi inti dan kompetensi dasar, analisis kompetensi dasar dan indikator, analisis silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), daftar agenda guru, daftar hadir siswa, serta daftar nilai.Kegiatan observasi tidak hanya dilakukan di luar kelas tetapi juga dilakukan observasi di dalam kelas yaitu observasi prilaku siswa dalam kelas dan observasi guru model yang sedang mengajar di kelas. Guru model yang diobservasi adalah satu guru pamong dan dua guru mata pelajaran lain. Berikut pemaparan hasil observasi guru model:A. Guru Bidang Studi KimiaNama: Ni Made Sarini, S.PdMata pelajaran: KimiaKelas: XI IPA 3Jam Pelajaran: 1-3Adapun hasil observasi dari guru tersebut, dapat diuraikan sebagai berikut.a. PembukaanKegiatan pembelajaran diawali dengan pemberian salam Om Swastiastu dan selamat pagi kepada guru yang mengajar oleh siswa. Guru menjawab salam siswa selamat pagi kemudian dilanjutkan kembali dengan mengisi daftar hadir siswa. Setelah selesai mengisi daftar hadir siswa, guru membuka pelajaran dengan mengadakan tanya jawab dengan siswa-siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa mengenai materi yang sudah diberikan minggu lalu. Guru kemudian meminta siswa mengumpulkan tugas yang telah diberikan kepada siswa pada minggu sebelumnya. Kemudian guru memulai pelajaran dengan materi bilangan kuantum.

b. Kegiatan IntiDalam kegiatan inti, guru menjelaskan materi bilangan kuantum secara sepintas, kemudian siswa diberikan permasalahan yang ada di LKS. Apabila siswa mengalami kendala dalam membahas soal bilangan kuantum yang ada di LKS, maka guru memberikan bimbingan untuk memecahkan permasalahan yang ada di LKS. Setelah selesai mengerjakan soal, guru meminta siswa untuk maju ke depan dan menulis hasil pekerjaannya di papan. Antusias siswa sudah cukup baik pada saat mengerjakan di papan tulis, akan tetapi pada saat guru menjelaskan diawal masih ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru. c. PenutupDalam mengakhiri pelajaran, guru memberikan evaluasi berupa post test. Guru dan siswa besama-sama kemudian menutup materi pembelajaran dengan mengucapkan salam Om Santih, Santih, Santih Om.

B. Guru Bidang Studi BiologiNama : Drs. I Ketut MawaMata Pelajaran: FisikaKelas: XI IPA 2Jam Pelajaran: 3-4Adapun hasil observasi guru model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.a. PembukaanKegiatan pembelajaran diawali dengan pemberian salam Om Swastiastu kepada guru yang mengajar oleh siswa. Guru menjawab salam siswa Om Swastiastu kemudian dilanjutkan kembali dengan mengisi daftar hadir siswa. Sebelum memulai pada materi Gerak Melingkar Beraturan (GMB) dan Gerak melingkar Berubah Beraturan (GMBB), guru membuka pelajaran dengan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. b. Kegiatan IntiPada saat kegiatan inti ini, Guru menjelaskan materi GMB dan GMBB. Setelah menjelaskan guru memberikan contoh soal dan latihan soal untuk dikerjakan oleh siswa. Selanjutnya, guru mempersilahkan siswa untuk maju ke depan dan menuliskan jawabannya di papan tulis. Setelah itu guru menjelaskan kembali kepada siswa mengenai perbedaan gerak melingkar yang beraturan dan gerak melingkar yang berubah beraturan.c. Penutup Pada akhir pembelajaran, guru menyimpulkan mengenai pelajaran yang telah dipelajari dan menyampaikan materi pembelajaran selanjutnya. Guru dan siswa besama-sama kemudian menutup materi pembelajaran dengan mengucapkan salam Om Santih, Santih, Santih Om.

C. Guru Bidang KimiaNama: I Made Marta WirawanMata Pelajaran: MatematikaKelas: XII IPA 3Jam Pelajaran: 1-3Adapun hasil observasi guru tersebut, dapat diuraikan sebagai berikut:a. PembukaanKegiatan pembelajaran diawali dengan pemberian salam Om Swastiastu kepada guru yang mengajar oleh siswa. Guru menjawab salam siswa Om Swastiastu kemudian dilanjutkan kembali dengan mengisi daftar hadir siswa. Setelah selesai mengisi daftar hadir siswa, guru membuka pelajaran dengan mengadakan tanya jawab dengan siswa-siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa mengenai materi yang sudah diberikan minggu lalu. Guru kemudian meminta siswa mengumpulkan tugas yang telah diberikan kepada siswa pada minggu sebelumnya. Kemudian guru melanjutkan materi tentang sistem persamaan linear.b. Kegiatan IntiPada saat kegiatan inti, guru menjelaskan materi persamaan linear kemudian mempersilahkan siswa untuk mencatat penjelasan guru. Guru kemudian memberikan contoh soal di papan tulis. Setelah memberikan contoh soal, kemudian siswa disuruh untuk mengerjakan soal-soal yang terdapat dalam buku pelajaran melalui diskusi kelompok. Setelah selesai, guru menunjuk beberapa siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis. c. Penutup Menutup pelajaran dilakukan guru dengan cara merefleksi hasil kerja siswa dan menyimpulkan pembelajaran yang telah berlangsung. Guru dan siswa besama-sama kemudian menutup materi pembelajaran dengan mengucapkan salam Om Santih, Santih, Santih Om.Pada saat mengikuti pelajaran siswa terlihat kurang antusias dalam menerima pelajaran. Para siswa ada yang memperhatikan dan ada yang kurang memperhatikan materi yang diberikan oleh guru, namun hal ini tidak mempengaruhi proses belajar mengajar didalam kelas. Dalam proses belajar mengajar, seorang guru, dalam penyampaian materi harus jelas dan dapat dimengerti oleh siswa. Seorang guru juga wajib membuat materi yang diajarkan menarik untuk disimak dan didiskusikan. Di dalam merespon masalah yang dilontarkan guru, siswa sudah aktif dalam menanggapinya. Dalam pembelajaran interaksi antara guru dan siswa sudah cukup baik. Keberanian siswa dalam merespon pertanyaan yang dilontarkan guru sudah menunjukkan pembelajaran terjadi dua arah. 2. Hasil PPL dalam Kegiatan PembelajaranSelama melaksanakan praktik di SMA Negeri 1 Sawan, penulis mendapatkan kesempatan mengajar Kimia di kelas XI IPA 2, XI IPA 3, X 2 dan X5. Dalam melaksanakan kegiatan praktik mengajar di SMA Negeri 1 Sawan, penulis dibimbing oleh seorang guru pamong dari sekolah latihan dan seorang dosen pembimbing dari Jurusan Pendidikan Kimia di Universitas Pendidikan Ganesha. Adapun Jadwal mengajar adalah sebagai berikut.Tabel 1. Jadwal Mengajar Kimia di SMA Negeri 1 SawanJAM KEWAKTUHARIKELAS

2 4 08.00 10.30Senin XI IPA 2

5 6 10.30 12.00 Selasa XI IPA 2

1 2 07.15 08.45 Kamis X 2

1 3 07.15 09.30 Jumat XI IPA 3

1 2 09.00 10.30 Sabtu X 5

4 5 11.30 13.00 Sabtu XI IPA 3

Dalam mempersiapkan latihan mengajar terbimbing dan mandiri, mahasiswa praktikan/penulis mendapat kesempatan untuk membuat persiapan pembelajaran seperti menyusun minggu efektif, menyusun program tahunan, program semester, analisis hasil belajar, membuat kartu soal dan kisi-kisinya, membuat rubrik penilaian, merancang kegiatan pembelajaran di kelas dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pada saat menyusun minggu efektif dalam satu semester berdasarkan kalender akademik disekolah perlu diperhatikan jumlah minggu efektif dan jumlah minggu yang tidak efektif seperti ulang tahun sekolah, hari besar/hari raya, kegiatan tengah semester, HUT sekolah, pembagian raport serta libur semester. Selanjutnya menentukan jumlah jam pelajaran yang efektif dengan mengalikan jumlah minggu efektif dengan jumalh jam pelajaran tiap minggunya kemudian distrbusikan waktu sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada, sedangkan program tahunan dan program semester dibuat berdasarkan silabus yang telah disusun. Alokasi waktu diatur sedemikian rupa sehingga cocok dengan rincian minggu efektif.Pada saat menyusun RPP, penulis menyusun langkah-langkah pembelajaran mengacu pada model pembelajaran kooperatif. Disamping itu juga harus menentukan Hal tersebut dilakukan untuk mengefektifkan dan mengefisienkan pelaksanaan proses belajar-mengajar. Dalam proses pembelajaran untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif maka sebagai seorang guru diperlukan keterampilan khusus dalam berbicara atau menyampaikan materi pelajaran. Keterampilan tersebut antara lain.a. Keterampilan membuka pelajaranPada saat membuka pelajaran, penulis berusaha untuk menarik perhatian siswa, dengan memberikan apersepsi, motivasi dan mengaitkan materi yang akan dibahas dengan kehidupan nyata. Hal ini dilakukan agar siswa merasa terpacu untuk belajar.b. Keterampilan menjelaskan Pada saat menjelaskan materi, penulis menerapkan keterampilan menjelaskan dipadukan dengan tanya jawab (diskusi informasi). Perpaduan ini dimaksudkan untuk membimbing siswa memahami konsep, melibatkan siswa untuk berfikir, mendapat balikan dari siswa, dan untuk mengetahui serta mengatasi miskonsepsi siswa.c. Keterampilan bertanyaPenerapan keterampilan bertanya dalam proses pembelajaran sangan penting dilakukan. Pertanyaan yang harus diungkapkan harus secara jelas dan singkat dengan menggunakan kata-kata yang dapat dipahami siswa. Tujuan memberikan pertanyaan kepada siswa adalah agar siswa belajar sehingga memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berfikir.

d. Keterampilan memberikan penguatanPenulis memberikan penguatan agar motivasi belajar siswa menjadi lebih tinggi. Tujuan dan cara penggunaan komponen keterampilan memberikan penguatan dapat digunakan untuk mengatasi siswa yang tidak mau terlibat dalam kegiatan belajar.e. Keterampilan menutup pelajaranPada saat menutup pelajaran penulis meninjau kembali dan mengevaluasi proses pembelajaran yang telah berlangsung. Ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa sudah memahami materi yang telah diajarkan. Selama pelaksanaan PPL-Real ini, selain kegiatan mengajar, penulis juga mengikuti kegiatan non mengajar yang dilaksanakan pihak sekolah. Adapun kegiatan non mengajar yang penulis ikuti diantaranya kegiatan upacara bendera yang dilaksanakan setiap hari Senin, jalan santai atau senam yang dilaksanakan setiap hari Sabtu pagi, mengikuti kegiatan serangkaian HUT yang ke 24 di SMA Negeri 1 Sawan, dan ikut membantu membimbing siswa yang tergabung dalam KSP (Kelompok Penggemar Mata Pelajaran) kimia.

BAB IIIPENUTUP

3.1 Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas mengenai hasil-hasil kegiatan Program Pengalaman Lapangan Real (PPL- Real) l di SMA Negeri 1 Sawan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.1. Dari observasi awal yang telah dilakukan, penulis mengamati proses pembelajaran di kelas XI IPA terlihat banyak siswa yang kurang aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar, kurangnya motivasi siswa dan kurangnya fasilitas seperti buku pelajaran yang mendukung proses belajar mengajar. Hal inilah yang menjadi penyebab terhambatnya kegiatan pembelajaran. 2. Solusi tawaran perbaikan pembelajaran yang cocok diterapkan dalam permasalahan kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Sawan adalah pemanfaatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara optimal, penerapan model pembelajaran yang tepat yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achieve Division) dengan menggunakan media pembelajaran berupa LKS dan alat serta bahan praktikum dapat meningkatkan antusias, motivasi dan partisipasi siswa.3. Pengalaman yang diperoleh selama melaksanakan kegiatan PPL-Real adalah pengalaman membuat administrasi keguruan, mengetahui kegiatan non-mengajar, pengalaman mengelola kegiatan pembelajaran dan hal-hal yang berharga lainnya untuk dijadikan bekal nantinya apabila menjadi guru yang profesional.3.2. SaranBerdasarkan hasil penelitian ini, disampaikan beberapa saran antara lain sebagai berikut.1. Bagi siswaUntuk mendapatkan hasil belajar yang optimal hendaknya siswa dapat menyesuaikan diri di dalam kelas, pemahaman konsep perlu dilakukan sebelum memulai pembelajaran. Motivasi siswa dalam belajar di kelas sangat bergantung pada bagaimana cara guru melaksakan pembelajaran itu sendiri.2. Bagi GuruHasil penelitian ini dapat digunakan para guru untuk menerapkan model pembelajaran yang sesuai pada tiap kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Bagi Kepala SekolahHasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan bagi kepala sekolah selaku pengambil kebijakan dalam memotivasi guru agar selalu melakukan perbaikan pembelajaran.DAFTAR PUSTAKADahar, R. W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga. Rusman. 2012. Modelmodel Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo.Slavin, R. E. (2006). Educational Psychology: theory and practice (8th ed.). Boston: Pearson Education.

22