BAB I

4
7/21/2019 BAB I http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-56dca79c1d726 1/4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia sering ditemukan beragam penyakit yang disebabkan oleh traumatik. Trauma merupakan keadaan dimana seseorang mengalami cidera oleh salah satu sebab. Penyebab utama trauma adalah kecelakaan lalu lintas, industri, olah raga dan rumah tangga. Salah satu  penyakit yang dapat terjadi karena trauma yaitu dislokasi, misalnya dislokasi sendi (David, 202!. Dislokasi sendi juga sering terjadi pada olahraga"an yaitu terpelesetnya  bonggol sendi dari tempatnya. #pabila sebuah sendi pernah mengalami dislokasi, maka ligament pada sendi tersebut akan kendor, sehingga sendi tersebut mudah mengalami dislokasi kembali (dislokasi habitualis!. Penyebab terjadinya cedera olahraga dapat berasal dari luar seperti misalnya kontak keras dengan la"an pada olahraga body contact , karena benturan dengan alat$alat olahraga seperti misalnya  stick hockey, bola, raket dan lain$lain. Dapat pula disebabkan oleh keadaan lapangan yang tidak rata yang meningkatkan potensi olahraga"an untuk jatuh, terkilir atau bahkan patah tulang. Penyebab dari dalam biasanya terjadi karena koordinasi otot dan sendi yang kurang sempurna, ukuran tungkai yang tidak sama panjang, ketidak seimbangan otot antagonis (%ullun, 200! %eluhan akibat dislokasi sendi yang pada umumnya terjadi yaitu adanya nyeri, keterbatasan lingkup gerak sendi (&'S!, adanya bengkak (oedem! dan penurunan kekuatan otot. Serta memiliki keterbatasan ungsi dari

description

htuy

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

7/21/2019 BAB I

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-56dca79c1d726 1/4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan manusia sering ditemukan beragam penyakit yang

disebabkan oleh traumatik. Trauma merupakan keadaan dimana seseorang

mengalami cidera oleh salah satu sebab. Penyebab utama trauma adalah

kecelakaan lalu lintas, industri, olah raga dan rumah tangga. Salah satu

 penyakit yang dapat terjadi karena trauma yaitu dislokasi, misalnya dislokasi

sendi (David, 202!.

Dislokasi sendi juga sering terjadi pada olahraga"an yaitu terpelesetnya

 bonggol sendi dari tempatnya. #pabila sebuah sendi pernah mengalami

dislokasi, maka ligament pada sendi tersebut akan kendor, sehingga sendi

tersebut mudah mengalami dislokasi kembali (dislokasi habitualis!. Penyebab

terjadinya cedera olahraga dapat berasal dari luar seperti misalnya kontak keras

dengan la"an pada olahraga body contact , karena benturan dengan alat$alat

olahraga seperti misalnya  stick hockey, bola, raket dan lain$lain. Dapat pula

disebabkan oleh keadaan lapangan yang tidak rata yang meningkatkan potensi

olahraga"an untuk jatuh, terkilir atau bahkan patah tulang. Penyebab dari

dalam biasanya terjadi karena koordinasi otot dan sendi yang kurang sempurna,

ukuran tungkai yang tidak sama panjang, ketidak seimbangan otot antagonis

(%ullun, 200!

%eluhan akibat dislokasi sendi yang pada umumnya terjadi yaitu

adanya nyeri, keterbatasan lingkup gerak sendi (&'S!, adanya bengkak 

(oedem! dan penurunan kekuatan otot. Serta memiliki keterbatasan ungsi dari

Page 2: BAB I

7/21/2019 BAB I

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-56dca79c1d726 2/4

lengan untuk menekuk maupun meluruskan, dan melakukan aktivitas sehari$

hari seperti halnya berpakaian, makan, mandi dan sebagainya (Prasetyo, 202!.Pada penderita dislokasi sendi, nyeri merupakan masalah yang paling

sering dijumpai ()ur"ani, 200*!. +oley (200*! mengumpulkan data sebanyak 

- pasien dislokasi mengeluhkan nyeri. /yeri dapat dibedakan menjadi dua,

yakni nyeri akut dan nyeri kronis. /yeri akut datangnya tiba$tiba atau singkat,

dapat hilang dengan sendiri, dapat diprediksi, dan merupakan reaksi isiologi

akan sesuatu yang berbahaya ()ur"ani, 200*!. /yeri pada dislokasi bersiat kronis, nyeri kronis tidak dapat diprediksi

sehingga membuat pasien rustasi dan seringkali mengarah pada depresi

 psikologi (Pur"andari, 200!. )aka untuk mengurangi nyeri, strategi

 penatalaksanaan nyeri harus mencakup pendekatan armakologis dan non

armakologis. Teknik armakologis dapat digunakan bersama dengan

 penatalaksanaan nonarmakologis untuk mengurangi nyeri. Salah satu cara

terapi non armakologis untuk mengurangi nyeri pada pasien nyeri kronis

adalah dengan isioterapi (/orman, 200*!.

Sebagai landasan dalam memberikan intervensi adalah sesuai dengan

%P)/%S 11 tahun 200 pasal 2 dicantumkan bah"a 3 4+isioterapi

adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukkan kepada individu dan atau

kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan

ungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan denganmenggunakan penanganan

secara manual, peningkatan gerak, peralatan (isik, elektroterapeutik dan

mekanik!, pelatihan ungsi dan komunikasi5.

+isioterapi pada sindroma nyeri mioasial otot upper trape6ius, dapat

 berupa pemberian ischemic technique dan transverse friction dan cryotherapy.

Page 3: BAB I

7/21/2019 BAB I

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-56dca79c1d726 3/4

Dalam klinis cryotherapy masih jarang diaplikasikan dalam penanganan

sindroma nyeri mioasial. Ishemic technique adalah suatu metode terapi dengan

menekan atau mengkompresi daerah trigger point dalam "aktu 20$10 detik.

Transverse friction adalah suatu pemberian stress ritmis secara transversal

untuk remodeling struktur jaringan ikat dan kolagen dan kemudian

menempatkan kembali kolagen ke dalam susunan longitudinal. #dapun

 pengaplikasian cryotherapy  pada kondisi sindroma nyeri mioasial bertujuan

untuk mengurangi inlamasi baru setelah dilakukan intervensi ischemic

technique dan transverse friction.

ek dari cryotherapy  pada pembuluh darah cutaneus terjadi

vasokontriksi sebagai reaksi mengurangi hilangnya energi dan sesudah

 beberapa "aktu -$0 menit akan diikuti vasodilatasi pembuluh darah (lewi’s

hunting reaction). Pada sara perier akan menghasilkan suatu stimulus yang

 berhubungan dengan stimulus sel yang peka terhadap stimulus dingin. 7al

tersebut mungkin digunakan untuk terapi pengurangan nyeri karena transmisi

 synaptic  berkurang. ek yang diharapkan pada kondisi sindroma nyeri

mioasial otot upper trape6ius dengan pemberian cryotherapy (ice massage)

yang dikenal sebagai short-live-analgetic effect adalah penghambatan oedema

dan penurunan iritasi chemis atau iritan penyebab nyeri setelah intervensi

ischemic technique  pada trigger point dan transverse friction  pada jaringan

mioasial.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. easlian Penelitian

Page 4: BAB I

7/21/2019 BAB I

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-56dca79c1d726 4/4

!.