BAB I
-
Upload
angeline-loisye -
Category
Documents
-
view
9 -
download
0
description
Transcript of BAB I
-
7/18/2019 BAB I
1/34
BAB. I
PENDAHULUAN
Diabetes merupakan penyakit metabolik sebagai akibat kekurangan
insulin baik karena disfungsi penkreas (pankreas tidak mampu
memproduksi insulin), ataupun disfungsi insulin absolut (pankreas masih
memproduksi insulin, tetapi tidak aktif). Menurut WHO, Diabetes mellitus
(DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme
kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula
darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan
protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin
dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-
sel beta angerhans kelen!ar pankreas, atau disebabkan oleh kurang
responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin.
"arbohidrat dalam makanan diubah men!adi glukosa. #lukosa
beredar ke seluruh pembuluh darah. $ada saat !umlah glukosa dalam
pembuluh darah meningkat sampai titik pun%ak, pankreas akan
mengeluarkan insulin. Insulin akan memba&a glukosa ke dalam sel-sel
yang membutuhkan sehingga !umlahnya dalam pembuluh darah
berkurang. 'pabila insulin berkurang atau tidak ada, maka glukosa
dalam darah akan tetap tinggi dan mengganggu sistem metabolisme.
$ada kondisi demikian, apabila konsumsi glukosaa berlebih maka akan
memperparah kondisi diabetes yang ter!adi.
1
-
7/18/2019 BAB I
2/34
$opulasi penderita diabetes di Indonesia diperkirakan berkisar
antara , sampai *,+ ke%uali di Manado +. Dengan !umlah penduduk
sekitar * !uta !i&a, berarti lebih kurang - !uta penduduk Indonesia
menderita diabetes. /er%atat pada tahun 00, !umlah penderita diabetes
di Indonesia men%apai !uta !i&a. $ada tahun * diperkirakan akan
men%apai * !uta penderita ($romosi "esehatan Online, 1uli *).
Walaupun Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik yang tidak
menyebabkan kematian se%ara langsung, tetapi dapat berakibat fatal bila
pengelolaannya tidak tepat. $engelolaan DM memerlukan penanganan
se%ara multidisiplin yang men%akup terapi non-obat dan terapi obat.
2
-
7/18/2019 BAB I
3/34
BAB. II
DIABETES MELLITUS
II.1 KLASIFIKASI
"lasifikasi diabetes melitus mengalami perkembangan dan
perubahan dari &aktu ke &aktu. Dahulu diabetes diklasifikasikan
berdasarkan &aktu mun%ulnya (time of onset). Diabetes yang mun%ul
se!ak masa kanak-kanak disebut 2!u3enile diabetes4, sedangkan yang
baru mun%ul setelah seseorang berumur di atas 5 tahun disebut sebagai
2adult diabetes4. 6amun klasifikasi ini sudah tidak layak dipertahankan
lagi, sebab banyak sekali kasus-kasus diabetes yang mun%ul pada usia
*-0 tahun, yang menimbulkan kebingungan untuk
mengklasifikasikannya.
$ada tahun 07, 'D' ('meri%an Diabetes 'sso%iation)
menga!ukan rekomendasi mengenai standarisasi u!i toleransi glukosa dan
menga!ukan istilah-istilah Pre-diabetes, Suspected Diabetes, Chemical
atau Latent Diabetes dan Overt Diabetes untuk pengklasifikasiannya.
8ritish Diabetes 'sso%iation (8D') menga!ukan istilah yang berbeda, yaitu
Potential Diabetes, Latent Diabetes, Asymptomatic atau Sub-clinical
Diabetes, dan Clinical Diabetes.
WHO pun telah beberapa kali menga!ukan klasifikasi diabetes
melitus. $ada tahun 0 WHO menga!ukan beberapa istilah dalam
pengklasifikasian diabetes, antara lain Childhood Diabetics, Young
3
-
7/18/2019 BAB I
4/34
Diabetics, Adult Diabetics dan Elderly Diabetics. $ada tahun 07 WHO
mengemukakan klasifikasi baru diabetes melitus memperkuat
rekomendasi 6ational Diabetes Data #roup pada tahun 090 yang
menga!ukan * tipe utama diabetes melitus, yaitu :nsulin- Dependent
Diabetes !ellitus" #DD!$ disebut !uga Diabetes Melitus /ipe dan :%on-
nsulin-Dependent Diabetes !ellitus" #%DD!$ yang disebut !uga Diabetes
Melitus /ipe *. $ada tahun 07 WHO menga!ukan re3isi klasifikasi dan
tidak lagi menggunakan terminologi DM /ipe dan *, namun tetap
mempertahankan istilah :nsulin-Dependent Diabetes !ellitus" #DD!$
dan :%on-nsulin Dependent Diabetes !ellitus" #%DD!$, &alaupun
ternyata dalam publikasi-publikasi WHO selan!utnya istilah DM /ipe dan
* tetap mun%ul. Disamping dua tipe utama diabetes melitus tersebut, pada
klasifikasi tahun 07 dan 07 ini WHO !uga menyebutkan kelompok
diabetes lain yaitu Diabetes /ipe ain, /oleransi #lukosa /erganggu atau
mpaired &lucose'olerance #&'$ dan Diabetes Melitus #estasional atau
#estational Diabetes Melitus (#DM). $ada re3isi klasifikasi tahun 07
WHO !uga mengintroduksikan satu tipe diabetes yang disebut Diabetes
Melitus terkait Malnutrisi atau !alnutrition-related Diabetes !ellitus
#!(D!) "lasifkasi ini akhirnya !uga dianggap kurang tepat dan
membingungkan sebab banyak kasus 6IDDM (6on-Insulin-Dependent
Diabetes Mellitus) yang ternyata !uga memerlukan terapi insulin. ;aat ini
terdapat ke%enderungan untuk melakukan pengklasifikasian lebih
berdasarkan etiologi penyakitnya.
4
-
7/18/2019 BAB I
5/34
"lasifikasi Diabetes Melitus berdasarkan etiologinya dapat dilihat
pada tabel
5
-
7/18/2019 BAB I
6/34
II.2 ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
'. Diabetes Mellitus /ipe Diabetes tipe ini merupakan diabetes yang !arang atau
sedikit populasinya, diperkirakan kurang dari -+ dari
keseluruhan populasi penderita diabetes #angguan produksi
insulin pada DM /ipe umumnya ter!adi karena kerusakan sel-sel
< pulau angerhans yang disebabkan oleh reaksi otoimun. 6amun
ada pula yang disebabkan oleh berma%am-ma%am 3irus,
diantaranya 3irus =o%ksakie, >ubella, =M?irus, Herpes, dan lain
sebagainya. 'da beberapa tipe otoantibodi yang dihubungkan
dengan DM /ipe , antara lain I==' (Islet =el =ytoplasmi%
'ntibodies), I=;' (Islet %ell surfa%e antibodies), dan antibodi
terhadap #'D (glutami% a%id de%arbo@ylase). I==' merupakan
otoantibodi utama yang ditemukan pada penderita DM /ipe .
Hampir 0+ penderita DM /ipe memiliki I==' di dalam
6
-
7/18/2019 BAB I
7/34
darahnya. Di dalam tubuh non-diabetik, frekuensi I==' hanya ,-
5+. Oleh sebab itu, keberadaan I==' merupakan prediktor yang
%ukup akurat untuk DM /ipe . I==' tidak spesifik untuk sel-sel espon indi3idual terhadap terapi insulin %ukup beragam, oleh
sebab itu !enis sediaan insulin mana yang diberikan kepada seorang
22
-
7/18/2019 BAB I
23/34
penderita dan berapa frekuensi penyuntikannya ditentukan se%ara
indi3idual, bahkan seringkali memerlukan penyesuaian dosis terlebih
dahulu. mumnya, pada tahap a&al diberikan sediaan insulin dengan
ker!a sedang, kemudian ditambahkan insulin dengan ker!a singkat untuk
mengatasi hiperglikemia setelah makan. Insulin ker!a singkat diberikan
sebelum makan, sedangkan Insulin ker!a sedang umumnya diberikan satu
atau dua kali sehari dalam bentuk suntikan subkutan. 6amun, karena
tidak mudah bagi penderita untuk men%ampurnya sendiri, maka tersedia
sediaan %ampuran tetap dari kedua !enis insulin regular (>) dan insulin
ker!a sedang (6$H).
Waktu paruh insulin pada orang normal sekitar - menit, tetapi
meman!ang pada penderita diabetes yang membentuk antibodi terhadap
insulin. Insulin dimetabolisme terutama di hati, gin!al dan otot. #angguan
fungsi gin!al yang berat akan mempengaruhi kadar insulin di dalam darah
(IO6I,*).
Sediaan Insulin yang Beredar di Indonesia
23
-
7/18/2019 BAB I
24/34
Dalam tabel 9 disa!ikan beberapa produk obat suntik insulin yang
beredar di Indonesia (IO6I, * dan ;oegondo, 00b).
II.$.2 Terap O"a# Hp()'*e+* Ora'
24
-
7/18/2019 BAB I
25/34
Obat-obat hipoglikemik oral terutama ditu!ukan untuk membantu
penanganan pasien DM /ipe II. $emilihan obat hipoglikemik oral yang
tepat sangat menentukan keberhasilan terapi diabetes. 8ergantung pada
tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien, farmakoterapi hipoglikemik
oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu !enis obat atau kombinasi
dari dua !enis obat. $emilihan dan penentuan re!imen hipoglikemik yang
digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan diabetes (tingkat
glikemia) serta kondisi kesehatan pasien se%ara umum termasuk
penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada.
Penggolongan Obat Hipoglikemik Oral
8erdasarkan mekanisme ker!anya, obat-obat hipoglikemik oral
dapat dibagi men!adi golongan, yaitu
a) Obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin, meliputi obat
hipoglikemik oral golongan %&',(!'&rea dan glinida (+e)'#!-a dan
#&r&!a!,e!'a'a!!.
b) ;ensitiser insulin (obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel
terhadap insulin), meliputi obat-obat hipoglikemik golongan ")&a!-a dan
#a/('-!-(!, yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin
se%ara lebih efektif.
%) Inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain !0"#(r )'&*(%-a%e
yang beker!a menghambat absorpsi glukosa dan umum digunakan untuk
mengendalikan hiperglikemia post-prandial (post-meal
hypergly%emia).Disebut !uga 2star%h-blo%ker4.
25
-
7/18/2019 BAB I
26/34
Dalam tabel 7 disa!ikan beberapa golongan senya&a hipoglikemik
oral beserta
mekanisme ker!anya.
Golongan Sulfanilurea
26
-
7/18/2019 BAB I
27/34
Merupakan obat hipoglikemik oral yang paling dahulu ditemukan. ;ampai
beberapa tahun yang lalu, dapat dikatakan hampir semua obat
hipoglikemik oral merupakan golongan sulfonilurea. Obat hipoglikemik oral
golongan sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of %hoi%e) untuk
penderita diabetes de&asa baru dengan berat badan normal dan kurang
serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya.
;enya&a-senya&a sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada
penderita gangguan hati, gin!al dan tiroid. Obat-obat kelompok ini beker!a
merangsang sekresi insulin di kelen!ar pan%reas, oleh sebab itu hanya
efektif apabila sel-sel < angerhans pankreas masih dapat berproduksi.
$enurunan kadar glukosa darah yang ter!adi setelah pemberian senya&a-
senya&a sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan sekresi insulin oleh
kelen!ar pan%reas. ;ifat perangsangan ini berbeda dengan perangsangan
oleh glukosa, karena ternyata pada saat glukosa (atau kondisi
hiperglikemia) gagal merangsang sekresi insulin, senya&a-senya&a obat
ini masih mampu meningkatkan sekresi insulin. Oleh sebab itu, obat-obat
golongan sulfonilurea sangat bermanfaat untuk penderita diabetes yang
kelen!ar pankreasnya masih mampu memproduksi insulin, tetapi karena
sesuatu hal terhambat sekresinya. $ada penderita dengan kerusakan sel-
sel < angerhans kelen!ar pan%reas, pemberian obat-obat hipoglikemik
oral golongan sulfonilurea tidak bermanfaat. $ada dosis tinggi, sulfonilurea
menghambat degradasi insulin oleh hati.
27
-
7/18/2019 BAB I
28/34
'bsorpsi senya&a-senya&a sulfonilurea melalui usus %ukup baik,
sehingga dapat diberikan per oral. ;etelah diabsorpsi, obat ini tersebar ke
seluruh %airan ekstrasel. Dalam plasma sebagian terikat pada protein
plasma terutama albumin (9-0+).
Efek ;amping (Handoko dan ;uharto, 00 IO6I, *)
Efek samping obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea
umumnya ringan dan frekuensinya rendah, antara lain gangguan saluran
%erna dan gangguan susunan syaraf pusat. #angguan saluran %erna
berupa mual, diare, sakit perut, hipersekresi asam lambung dan sakit
kepala. #angguan susunan syaraf pusat berupa 3ertigo, bingung, ataksia
dan lain sebagainya. #e!ala hematologik termasuk leukopenia,
trombositopenia, agranulosistosis dan anemia aplastik dapat ter!adi &alau
!arang sekali. "lorpropamida dapat meningkatkan 'DH ('ntidiuretik
Hormon). Hipoglikemia dapat ter!adi apabila tidak tepat atau diet terlalu
ketat, !uga pada gangguan fungsi hati ata gin!al atau pada lansia.
Hipogikemia sering diakibatkan oleh obat-obat hipoglikemik oral dengan
masa ker!a pan!ang.
Interaksi Obat (Handoko dan ;uharto, 00 IO6I, *)
8anyak obat yang dapat berinteraksi dengan obat-obat sulfonilurea,
sehingga risiko ter!adinya hipoglikemia harus di&aspadai. Obat atau
senya&asenya&a yang dapat meningkatkan risiko hipoglikemia se&aktu
pemberian obat-obat hipoglikemik sulfonilurea antara lain alkohol, insulin,
fenformin, sulfonamida, salisilat dosis besar, fenilbutaGon, oksifenbutaGon,
28
-
7/18/2019 BAB I
29/34
probeneGida, dikumarol, kloramfenikol, penghambat M'O (Mono 'min
Oksigenase), guanetidin, steroida anabolik, fenfluramin, dan klofibrat.
$eringatan dan "ontraindikasi (IO6I, * dans)
$enggunaan obat-obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea
harus hatihati pada pasien usia lan!ut, &anita hamil, pasien dengan
gangguan fungsi hati, dan atau gangguan fungsi gin!al.
"lorpropamida dan glibenklamida tidak disarankan untuk pasien
usia lan!ut dan pasien insufisiensi gin!al. ntuk pasien dengan
gangguan fungsi gin!al masih dapat digunakan glikuidon, gliklaGida,
atau tolbutamida yang ker!anya singkat. Wanita hamil dan menyusui, porfiria, dan ketoasidosis merupakan
kontraindikasi bagi sulfonilurea. /idak boleh diberikan sebagai obat tunggal pada penderita diabetes
yu3enil, penderita yang kebutuhan insulinnya tidak stabil, dan
diabetes melitus berat. Obat-obat golongan sulfonilurea %enderung meningkatkan berat
badan.
Golongan Meglitinida dan Turunan Fenilalanin
Obat-obat hipoglikemik oral golongan glinida ini merupakan obat
hipoglikemik generasi baru yang %ara ker!anya mirip dengan golongan
sulfonilurea. "edua golongan senya&a hipoglikemik oral ini beker!a
meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelen!ar pankreas.
mumnya senya&a obat hipoglikemik golongan meglitinida dan turunan
fenilalanin ini dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat
antidiabetik oral lainnya.
29
-
7/18/2019 BAB I
30/34
Golongan Biguanida
Obat hipoglikemik oral golongan biguanida beker!a langsung pada
hati (hepar), menurunkan produksi glukosa hati. ;enya&a-senya&a
golongan biguanida tidak merangsang sekresi insulin, dan hampir tidak
pernah menyebabkan hipoglikemia.
;atu-satunya senya&a biguanida yang masih dipakai sebagai obat
hipoglikemik oral saat ini adalah metformin. Metformin masih banyak
dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia, karena frekuensi
ter!adinya asidosis laktat %ukup sedikit asal dosis tidak melebihi 9
mgJhari dan tidak ada gangguan fungsi gin!al dan hati.
Efek ;amping (;oegondo, 00b)
Efek samping yang sering ter!adi adalah nausea, muntah,
kadangkadang diare, dan dapat menyebabkan asidosis laktat.
"ontra Indikasi
;ediaan biguanida tidak boleh diberikan pada penderita gangguan
fungsi hepar, gangguan fungsi gin!al, penyakit !antung kongesif dan &anita
hamil. $ada keadaan ga&at !uga sebaiknya tidak diberikan biguanida.
Golongan Tiazolidindion T!"#
;enya&a golongan tiaGolidindion beker!a meningkatkan kepekaan
tubuh terhadap insulin dengan !alan berikatan dengan $$'>P (pero@isome
proliferator a%ti3ated re%eptor-gamma) di otot, !aringan lemak, dan hati
untuk menurunkan resistensi insulin. ;enya&a-senya&a /QD !uga
menurunkan ke%epatan glikoneogenesis.
30
-
7/18/2019 BAB I
31/34
Golongan In$ibitor %&Glukosidase
;enya&a-senya&a inhibitor A-glukosidase beker!a menghambat
enGim alfa glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus. EnGim-
enGim A-glukosidase (maltase, isomaltase, glukomaltase dan sukrase)
berfungsi untuk menghidrolisis oligosakarida, pada dinding usus halus.
Inhibisi ker!a enGim ini se%ara efektif dapat mengurangi pen%ernaan
karbohidrat kompleks dan absorbsinya, sehingga dapat mengurangi
peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita diabetes.
;enya&a inhibitor A-glukosidase !uga menghambat enGim A-amilase
pankreas yang beker!a menghidrolisis polisakarida di dalam lumen usus
halus.
Obat ini merupakan obat oral yang biasanya diberikan dengan
dosis - mgJhari. Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi
karbohidrat dan kadar glukosa plasma puasa kurang dari 7 mgJdl. Obat
ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada &aktu makan dan
tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu. Obat-obat inhibitor
A-glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk
kombinasi dengan obat hipoglikemik lainnya. Obat ini umumnya diberikan
dengan dosis a&al mg dan dinaikkan se%ara bertahap sampai -
mgJhari. Dian!urkan untuk memberikannya bersama suappertama setiap
kali makan.
Efek ;amping (;oegondo, 00b)
31
-
7/18/2019 BAB I
32/34
Efek samping obat ini adalah perut kurang enak, lebih banyak flatus
dan kadang-kadang diare, yang akan berkurang setelah pengobatan
berlangsung lebih lama. Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa
darah pada &aktu makan dan tidak mempengaruhi kadar glukosa darah
setelah itu. 8ila diminum bersama-sama obat golongan sulfonilurea (atau
dengan insulin) dapat ter!adi hipoglikemia yang hanya dapat diatasi
dengan glukosa murni, !adi tidak dapat diatasi dengan pemberian gula
pasir. Obat ini umumnya diberikan dengan dosis a&al mg dan
dinaikkan se%ara bertahap, serta dian!urkan untuk memberikannya
bersama suap pertama setiap kali makan.
II.$.3 Terap K(+"!a%
$ada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa
OHO atau OHO dengan insulin. "ombinasi yang umum adalah antara
golongan sulfonilurea dengan biguanida. ;ulfonilurea akan menga&ali
dengan merangsang sekresi pankreas yang memberikan kesempatan
untuk senya&a biguanida beker!a efektif. "edua golongan obat
hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap sensiti3itas reseptor insulin,
sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek saling menun!ang.
$engalaman menun!ukkan bah&a kombinasi kedua golongan ini dapat
efektif pada banyak penderita diabetesyang sebelumnya tidak bermanfaat
bila dipakai sendiri-sendiri.
Ha'Ha' a!) Per'& Dper0a#*a! Da'a+ Pe!))&!aa! O"a#
Hp()'*e+* Ora'
32
-
7/18/2019 BAB I
33/34
Dosis selalu harus dimulai dengan dosis rendah yang kemudian
dinaikkan se%ara bertahap. Harus diketahui betul bagaimana %ara ker!a, lama ker!a dan efek
samping obat-obat tersebut. 8ila diberikan bersama obat lain, pikirkan kemungkinan adanya
interaksi obat. $ada kegagalan sekunder terhadap obat hipoglikemik oral,
usahakanlah menggunakan obat oral golongan lain, bila gagal lagi,
baru pertimbangkan untuk beralih pada insulin. Hipoglikemia harus dihindari terutama pada penderita lan!ut usia,
oleh sebab itu sebaiknya obat hipoglikemik oral yang beker!a
!angka pan!ang tidak diberikan pada penderita lan!ut usia. sahakan agar harga obat ter!angkau oleh penderita.
BAB. III
PENUTUP
'poteker sebagai salah satu profesi kesehatan sudah seharusnya
berperan dari aspek pelayanan kefarmasiannya dalam rangka
33
-
7/18/2019 BAB I
34/34
menerapkan 2Pharmaceutical Care2 sebagaimana mestinya. Memberikan
pelayanan kefarmasian se%ara paripurna melalui berbagai kegiatan yang
mendukung terapi diabetes yang bertu!uan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien, antara lain dengan melakukan monitoring dan menge3aluasi
keberhasilan terapi, memberikan rekomendasi terapi, memberikan
pendidikan dan konseling dan beker!a sama erat dengan pasien dalam
penatalaksanaan diabetes sehari-hari, merupakan satu tugas profesi
kefarmasian.
ntuk dapat berperan se%ara profesional dalam pelayanan
kefarmasian dan penatalaksanaan diabetes mellitus tentu sa!a diperlukan
dukungan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang memadai.