BAB I

download BAB I

of 57

description

kesehatan

Transcript of BAB I

BAB IPENDAHULUAN

A.Latar BelakangKeperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang mencakup pelayanan bio-psiko-sosio dan spiritual yang komprehensif serta ditujukan kepada individu, keluarga serta masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat, keperawatan pada dasarnya adalahhuman science and human careandcaringmenyangkut upaya memperlakukan klienss secara manusiawi dan utuh sebagai manusia yang berbeda dari manusia lainnyadan kita ketahui manusia terdiri dari berbagai sistem yang saling menunjang, di antara sistem tersebut adalah sistem neurobehavior(handayani, 2008).Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang profesional dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan gerontik, mencakup biopsikososial dan spiritual, dimana klien adalah orang yang telah berusia > 60 tahun, baik yang kondisinya sehat maupun sakit. Tujuan keperawatan gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia, mempertahankan fungsi tubuh, serta membantu lansia menghadapi kematian dengan tenang dan damai melalui ilmu dan teknik keperawatan gerontik ( Maryam, 2012 ).Sistem neurobehaviorterbentuk dari jaringan saraf, sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer. Pada sistem saraf pusat otak merupakan organ paling penting dalam tubuh kita, sebab dapat dikatakan segala aktifitas tubuh dikoordinir oleh organ ini. Anggapan tahap dewasa merupakan tahap tubuh kembang yang maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara berlahan-lahan itulah yang dikatakan proses penuaan. Berbagai keadaan/penyakit seperti demensia dapat menimbulkan gangguan fungsi otak dan dapat menyebabkan gangguan memori dan orientasi(Sudoyo,2009).Salah satu penyakit degneratif adalah demensia yaitu yang mempunyai awitan tersembunyi dan membahayakan serta secara umum progresif, menjadi semakin memburuk. Gambaran khusus meliputi kehilangan berbagai segi kemampuan intelektual, seperti memori, penilaian, pikiran abstrak, dan fungsi kortikal lebih tinggi lainnya, serta perubahan pada keperibadian dan perilaku ( Townsend, 2000 ).Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari. Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari hari (Arif muttaqin, 2008).Lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih (WHO, 1965). Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia di perkirakan mencapai 500 juta dan di perkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di Indonesia sendiri pada tahun 2000, jumlah lansia meningkat mencapai 9,99% dari seluruh penduduk Indonesia (22.277.700 jiwa) dengan umur harapan hidup usia 65-70 tahun dan pada tahun 2020 di perkirakan akan mencapai 30 juta orang dengan umur harapan hidup 70-75 tahun ( Widagdo, 2008 ).Di Indonesia sendiri, menurut data profil kesehatan yang di laporkan oleh departemen kesehatan tahun 1998, terdapat 7,2 % populasi usia lanjut 60 tahun keatas kasus demensia (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). Peningkatan angka kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup suatu populasi. Kira kira 5 % usia lanjut 65 -70 tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia di atas 85 tahun. Penyakit ini adalah penyebab yang paling umum dari gangguan intelektual yang berat pada orang lanjut usia dan kenyataannya merupakan suatu masalah dalam perawatan orang usia lanjut di rumah( Maryam, 2012 ).Sedangkan di Jambi jumlah lansia dari umur rata-rata 70-90 tahun sebagian besar mengalami kepikunan, dari jumlah lansia 356 dengan umur 60-90 tahun yang ada di provinsi jambi. Di dapatkan data dari dinas kesehatan provinsi jambi terdapat jumlah lasia di panti sosial Tresna Werdha Budi Luhur sekitar 20 orang pada tahun 2005.Dampak serangan demensia adalah Penyakit akut atau kronis, seperti gagal jantung kongestif, pneumonia, penyakit ginjal dan hati,kanker dan stroke, faktor hormonal dan nutrisi, diabetes, ketidakseimbangan adrenal, atau tiroid, malnutrisi dan dehidrasi, kerusakan sensorik yang berkaitan dengan kehilangan penglihatan dan pendengaran serta deprivasi tidur, pengobatan, meliputi meminum berbagai obat, resep ( terutama kombinasi obat yang bersifat antikolinergik), obat-obat yang mengganggu sistem kolinergik dan neurotransmitter asetikolin dapat mempengaruhi memori, kemampuan belajar ( Silvia, 2006 ).

Peran perawat gerontik memiliki tanggung jawab untuk membantu klien dalam memperoleh kesehatan yang optimal, memelihara kesehatan, membimbing klien, menerima kondisiya, serta persiapan dalam meghadapi ajal. Pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi upaya pelayanan kesehatan yaitu peningkatan (promation), pencegahan (prevention), diagnosa dini dan pengobatan (early diagnosis and prompt treatment), pembatasan kecacatan serta pemulihan ( Maryam , R. Siti ).Peran perawat untuk demensia yaitu bina hubungan klien-perawat yang terapeutik/ berkomunikasi verbal dengan menatap wajah klien serta berbicara dengan suara yang rendah, pendek, instruksi sederhana dan berbicara berlahan-lahan dengan klien. Dan membimbing klien untuk mengembangkan lingkungan yang tenang, sehat, serta dibataskan dengan kemampuan klien.Berdasarkan dari pernyataan yang telah di uraikan di atas penulis tertarik mengangkat asuhan keperawatan pada Tn. B dengan masalah demensia.

B.Rumusan MasalahRumusan masalah yang diangkat pada makalah ini adalah bagaimana konsep teoritis Asuhan Keperawatan Tn. B dengan Demensia di Panti SosialTresnaWredha Budi Luhur.

C.Tujuan Penulisan1.Tujuan UmumMahasiswa mampu memahami konsep teoritis dan asuhan keperawatan padaTn. B dengan Demensia dipanti sosial tresna wredha budi luhur.2.Tujuan Khususa.Mahasiswa mampu melakukan pengkajian padaTn. B dengan Demensia dipanti sosial tresna wredha budi luhur.b.Mahasiswa mampu mengelompokkan data sesuai dengan tanda dan gejala pada penyakitDemensia di panti sosial tresna wredha budi luhur.c.Mahasiswa mampu merumuskan Diagnosa Keperawatan padaTn. B dengan Demensia dipanti sosial tresna wredha budi luhur.d.Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan padaTn. B dengan Demensia dipanti sosial tresna wredha budi luhur.e.Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi padaTn. B dengan Demensia dipanti sosial tresna wredha budi luhur.f.Mahasiswa mampu malakukan evaluasi padaTn. B dengan Demensia dipanti sosial tresna wredha budi luhur.

D.Manfaat Penulisan1.Manfaat bagi Pantisosial tresnawredha budi luhurSebagai masukan rumah sakit dalam peningkatan mutu dan layanan asuhan keperawatan di pantisosial tresnawredha budi luhur.2.Manfaat bagi AkademikSebagai tamabahan referensi dan bahan pustaka bagi sekolah tinggi ilmu kesahatan harapan ibu jambi mengenai asuhan keperawatan dengan demensia.3.Manfaat bagi MahasiswaUntuk memberikan informasi kepada mahasiswa lain dan kepada masyarakat tentang demensia, sehingga kita semua menyadari akan pentingnya kesehatan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A.ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERSYARAFANGambar 2.1 : Anatomi Otak

Sistem persyarafan mengatur kebanyakan aktivitas sistem-sistem tubuh, pengaturan saraf tersebut memungkinkan terjalinnya komunikasi antara berbagai sistem tubuh sehingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam sitem inilah terdapat segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi, dan gerakan (syaifuddin, 2011).Sistem persyarafan dibagi menjadi dua bagian, yaitu :1.Sistem Saraf Pusat (SPP)a.OtakOtak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Jaringan otak sangat rentan dan kebutuhan akan oksigen dan glukosa melalui aliran darah. Bila aliran darah berhenti selama 10 detik, maka kesadaran mungkin akan hilang, dan penghentian dalam beberapa menit dapat menimbulkan kerusakan yang tidak ireversibel. Aktivitas otak yang tidak pernah berhenti berkaitan dengan fungsinya yang kritis sebagai pusat integrasi dan koordinasi organ-organ sensori dan sistem efektor perifer tubuh, di samping berfungsi sebagai pengatur informasi yang masuk. Otak manusia mengandung 98% jaringan saraf tubuh, berat otak sekitar 1,4 kg dan mempunyai isi sekitar 1200 cc.

b.Medula spinalisBagian medula spinalis terditi ataspons dan medula oblongata :a)Pons merupakan serabut yang menghubungkan kedua hemisfer serebelum serta menghubungkan mesensefalon di sebelah atas dengan medula oblongata.b)Medula oblongata merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung, vasokonstriktor, pernapasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur, dan muntah.

2.Sistem Saraf Tepi (SST)

Gambar 2.2 : sistem saraf simpatis (a),dansistem saraf parasimfatis (b)

a.Saraf otonomSistem saraf otonom (SSO) merupakan sistem persyarafan campuran, serabut-serabut eferennya membawa masukan dari organ-organ viseral berkaitan dengan pengaturan denyut jantung, diameter pembuluh darah, pernafasan, pencernaan makanan, rasa lapar, mual, dan pembuangan. Saraf eferen motorik mempersarafi otot polos, otot jantung, dan kelenjar-kelenjar viseral. Sistem saraf otonom terdiri atas dua bagian yaitu sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Sebagian besar jaringan dan organ-organ dibawah kontrol otonom yang mencakup kedua sistem ini. Sebagai mediator pada stimulus simpatis adalah norepinefrin dan mediator impuls parasimpatis adalah asetikolin.a). Fungsi saraf otonom simpatisfungsi saraf otonom simpatis adalah sistem siap siaga untuk membantu dalam proses kedaduratan. Dibawah keadaan stres baik yang disebabkan oleh fisik maupun emosional dapat menyebabakan peningkatan yang cepat pada impuls simpatis. Sebagai akibatnya, bronkiolus berdilatasi untuk memudahkan pertukaran gas, kontraksi jantungyang kuat dan cepat, dilatasi arteri menuju jantung dan otot-otot volunter yang membawa lebih banyak darah ke jantung.b). Fungsi saraf parasimpatisfungsi saraf parasimpatis adalah sebagai pengotrol dominan untuk kebanyakan efektor viseral dalam waktu lama. Selama keadaan diam, kondisi tanpa stres, impuls dari serabut-serabut parasimpatis (kolenergik) menonjol. Serabut-sarabut sistem parasimpatis terletak di dua area, satu pada batang otak, dan yang lainnya pada segmen spinal di bawah L2. Oleh karena lokasi serabut-serabut tersebut, saraf parasimpatis menghubungkan area kraniosakral, sedangkan saraf simpatis menghubungkan area terakolumbal dari sistem saraf otonom.

B.DEFINISI

Gambar 2.1 : Penderita penyakit demensia

Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari -hari. Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari hari (Arif muttaqin, 2008).Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang dapat dipengaruhi pada demensia adalah inteligensia umum, belajar dan ingatan, bahasa, memecahkan masalah, orientasi, persepsi, perhatian, konsentrasi, pertimbangan dan kemampuan social (Aru w. Sudoyo, 2009).

C.ETIOLOGIYang paling sering menyebabkan demensia adalah penyakit Alzheimer. Penyebab penyakit Alzheimer tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik, karena penyakit ini tampaknya ditemukan dalam beberapa keluarga dan disebabkan atau dipengaruhi oleh beberapa kelainan gen tertentu. Pada penyakit Alzheimer, beberapa bagian otak mengalami kemunduran, sehingga terjadi kerusakan sel dan berkurangnya respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan sinyal di dalam otak (Aru w. Sudoyo (2009).Di dalam otak ditemukan jaringan abnormal (disebut plak senilis dan serabut saraf yang abnormal), yang bisa terlihat pada otopsi. Penyebab ke-2 tersering dari demensia adalah serangan stroke. Stroke tunggal ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau kelemahan yang timbul secara perlahan (Arif muttaqin, 2008).Stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah otak yang mengalami kerusakan akibat tersumbatnya aliran darah disebut infark. Demensia yang berasal dari beberapa stroke kecil disebut demensia multi-infark. Sebagian besar penderitanya memiliki tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak ( Silvia, 2006).

D.KLASIFIKASIMenurut : Silvia (2006), demensia berhubungan dengan beberapa jenis penyakit sebagai berikut:1.Penyakit yang berhubungan dengan Sindrom Medik: Hal ini meliputi hipotiroidisme, penyakit Cushing, defisiensi nutrisi, kompleks demensia AIDS, dan sebagainya.2.Penyakit yang berhubungan dengan Sindrom Neurologi: Kelompok ini meliputi korea Huntington, penyakit Schilder, dan proses demielinasi lainnya; penyakit Creutzfeldt-Jakob; tumor otak; trauma otak; infeksi otak dan meningeal; dan sejenisnya.3.Penyakit dengan demensia sebagai satu-satunya tanda atau tanda yang mencolok: Penyakit Alzheimer dan penyakit Pick adalah termasuk dalam kategori ini.4.Demensia dari segi anatomi dibedakan antara demensia kortikal dan demensia subkortikal. Dari etiologi dan perjalanan penyakit dibedakan antara demensia yang reversibel dan irreversible.Menurut : Arif muttaqin (2008),kerusakan struktur otak demensia dibagi menjadi2 yaitu :1.Tipe AlzheimerLima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya. Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir.2.Demensia vascularDemensia tipe Vaskuler, disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak. Dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia,. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi itu dapat didiuga sebagaidemensia vaskuler.

E.PATOFISIOLOGIPada awalnya penyakit ini merusak sel saraf-saraf pada bagian otak yang mengatur memori, khususnya pada hipotelamus dan struktur yang berhubungan dengannya. Saat sel-sel saraf hipotelamus berhenti berfungsi sebagaimana mestinya, terjadi kegagalan daya ingat jangka pendek, dilanjutkan dengan kegagalan kemampuan orang untuk melakukan perbuatan udah dan tugas-tugas biasa. Penyakit ini juga mengenai korteks serebri, khususnya daerah yang bertanggung jawab terhadap bahasa dan pemikiran. Hilangya kemampuan berbahasa, menurukan kemampuan seseorang untuk membuat keputusan, dan timbul perubahan kepribadian. Emosi yang meledak-ledak dan gangguan perilaku, seperti berjalan tampa tujuan dan agitasi mulai timbul, dan lambat laun semakin sering seiring jalannya penyakit ( Sylvia, 2005)Akhirnya banyak daerah yang terlibat, bagian atrofi dan pada pasien ini biasanya tidak mampu berinteraksi dengan orang lain, dan sangat bergantung pada orang lain untuk melakukan tugas pribadi yang paling mendasar, seperti makan, minum, BAK BAB. Secara makroskopik, perubahan otak penyakit ini melibatkan kerusakan berat neuron korteks dan hipotelamus, serta penimbunan amoloid dalam pembuluh darah intrakranial. Secara mikroskopik, terdapat perubahan marfologis dan biokimia pada neuron-neuron. Perubahan marfologis terdiri dari dua ciri khas lesi yang pada akhirnya berkembang menjadi degenerasi soma, akson dan dendrit neuron ( Wiwik, 2005).Satu tanda lesi adalah kekusutan neurofibrilaris, yaitu struktur intraselular yang berisi serat kusut, melintir, yang sebagian besar terdiri dari protein. Dalam sistem saraf pusat , protein ini sebagian besar telah dipelajari sebagai penghambat pembentuk struktural yang berkait dalam menstabikan mikrotubulus dan merupakan komponen penting dari sitoskleton sel neuronal (Muttaqin, 2008).

E.WOCTerjadi plek senilis

Hilangnya serat saraf kolinergik di korteks serebrum

Kekusutan neurolibrilar yang difusi

Degenerasi neuron kolinergik

Penurunan metabolisme dan aliran darah di korteks parietalis superior

Perubahan kemampuan merawat diri sendiri

Asetilkolin menurun pada otak

Kelainan neurotransmiter

Penurunan sel neuron kolinergik yang berproyeksi ke hipotelamus dan amigdala

Kehilangan kemampuan menyelesaikan masalah: perubahan mengawasi keadaan yang kompleks dan berpikir abstrak: emosi labil, pelupa, apatis

MK :perubahan proses pikir

Mk : defisit perawatan diri(makan, minum, berpakaian, danhigiene)

Tingkah laku aneh, dan Mempunyai dorongan melakukan kekerasan

MK :resikocedera

Faktor resiko : yang berpengaruh : adanya keluarga dengan sindrom down, fertilasi yang kurang, dan defisiensi kalsium.

Faktor predisposisi: usia, genetik, radikal bebas, toksin amiloid, pengaruh logam alumunium, dan akibat infeksi virus.

Degenerasi progresif korteks serebral

lobus pariental

Penurunan Orientasi spinal

Lobus temporal

Penurunan mengenalkarateristik spesifik dari infut sensori

Lobus frontal

Penurunan kemampuan motorik utama ( korteks premoton/ asosiasi motorik menurun )

( Arif muttaqin, 2008 )F.MANIFESTASI KLINISMenurut ( Silvia, 2006 )Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sebagai berikut:1.Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.2.Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat penderita demensia berada3.Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali4.Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.5.Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah.

F.PENATALAKSANAANMenurut : ( Silvia, 2006) penatalaksanaan di bagi menjadi 3 yaitu1.Farmakoterapia)Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan antikoliesterase sepertiDonepezil,Rivastigmine,Galantamine,Memantineb)Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet sepertiAspirin,Ticlopidine,Clopidogreluntuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.c)Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke.d)Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi sepertiSertralinedanCitalopram.e)Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakan obat anti-psikotik (misalnyaHaloperidol,QuetiapinedanRisperidone). Tetapi obat ini kurang efektif dan menimbulkan efek samping yang serius. Obat anti-psikotik efektif diberikan kepada penderita yang mengalamihalusinasiatauparanoid.2.Dukungan atau Peran Keluargaa.Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding dengan angka-angka yang besar atau radio juga bisa membantu penderita tetap memiliki orientasi.b.Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu bisa membantu mencegah terjadinya kecelekaan pada penderita yang senang berjalan-jalan.c.Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin, bisa memberikan rasa keteraturan kepada penderita.d.Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan akan memperburuk keadaan.e.Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan sosial dan perawatan, akan sangat membantu.3.Terapi SimtomatikPada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik, meliputi :a)Dietb)Latihan fisik yang sesuaic)Terapi rekreasional dan aktifitasd)Penanganan terhadap masalah-masalah

G.KOMPLIKASIMenurut silvia, (2006), komplikasi yang akan muncul adalah sebagai berikut :1.Penyakit akut atau kronis, seperti gagal jantung kongestif, pneumonia, penyakit ginjal dan hati,kanker dan stroke.2.Faktor hormonal dan nutrisi, diabetes, ketidakseimbangan adrenal, atau tiroid, malnutrisi dan dehidrasi.3.Kerusakan sensorik yang berkaitan dengan kehilangan penglihatan dan pendengaran serta deprivasi tidur.4.Pengobatan, meliputi meminum berbagai obat, resep ( terutama kombinasi obat yang bersifat antikolinergik).5.Obat-obat yang mengganggu sistem kolinergik dan neurotransmitter asetikolin dapat mempengaruhi memori, kemampuan belajar.

H.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKMenurut Arif muttaqin, (2008) :1.Pemeriksaan laboratorium rutinPemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis demensia ditegakkan untuk membantu pencarian etiologi demensia khususnya pada demensiareversible, walaupun 50% penyandang demensia adalah demensia Alzheimer dengan hasil laboratorium normal, pemeriksaan laboratorium rutin sebaiknya dilakukan. Pemeriksaan laboratorium yang rutin dikerjakan antara lain: pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah, ureum, fungsi hati, hormone tiroid, kadar asam folat.2.ImagingComputed Tomography(CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) telah menjadi pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan demensia walaupun hasilnya masih dipertanyakan.3.Pemeriksaan EEGElectroencephalogram(EEG) tidak memberikan gambaran spesifik dan pada sebagian besar EEG adalah normal. Pada Alzheimer stadium lanjut dapat memberi gambaran perlambatan difus dan kompleks periodik.4.Pemeriksaan cairan otakFungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensia akut, penyandang dengan imunosupresan, dijumpai rangsangan meningen dan panas, demensia presentasi atipikal, hidrosefalus normotensif, tes sifilis (+), penyengatan meningeal pada CT scan.5.Pemeriksaan genetikaApolipoprotein E (APOE) adalah suatu protein pengangkut lipid polimorfik yang memiliki 3 allel yaitu epsilon 2, epsilon 3, dan epsilon 4. setiap allel mengkode bentuk APOE yang berbeda. Meningkatnya frekuensi epsilon 4 diantara penyandang demensia Alzheimer tipe awitan lambat atau tipe sporadik menyebabkan pemakaian genotif APOE epsilon 4 sebagai penanda semakin meningkat.6.Pemeriksaan neuropsikologisPemeriksaan neuropsikologis meliputi pemeriksaan status mental, aktivitas sehari-hari / fungsional dan aspek kognitif lainnya. (Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003) Pemeriksaan neuropsikologis penting untuk sebagai penambahan pemeriksaan demensia, terutama pemeriksaan untuk fungsi kognitif, minimal yang mencakup atensi, memori, bahasa, konstruksi visuospatial, kalkulasi danproblem solving. Pemeriksaan neuropsikologi sangat berguna terutama pada kasus yang sangat ringan untuk membedakan proses ketuaan atau proses depresi. Sebaiknya syarat pemeriksaan neuropsikologis memenuhi syarat sebagai berikut:a.Mampu menyaring secara cepat suatu populasib.Mampu mengukur progresifitas penyakit yang telah diindentifikaskan demensia.7.Sebagai suatu esesmen awal pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE) adalah test yang paling banyak dipakai, tetapi sensitif untuk mendeteksi gangguan memori ringan.PEMERIKSAAN STATUS MENTAL MINI (MMSE)

NoTesNilai

ORIENTASI

1.Sekarang (tahun), (musim), (bulan), ( tanggal), hari apa?5

2.Kita berada dimana (Negara, propinsi, kota, rumah sakit, lantai kamar)5

REGISTRASI

3.Sebutkan 3 buah nama benda(apel, meja, atau koin), setiap benda 1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk setiap nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan3

ATENSI DAN KAKULASI

4.Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja tebalik kata WAHYU (nilai di berikan huruf yang benar sebelum kesalahan: minsalnya uyahw 2 nilai5

MENGINGAT KEMBALI (RECALL)

5.Pasien di suruh menyebutkan kembali 3 benda diatas3

BAHASA

6.Pasien di suruh menyebut nama benda yang di tunjukkan (pensil, buku)2

7.Pasien di suruh mengulang kata-kata namun, tanpa, bila1

8.Pasien di suruh melakukan perintah ambil kertas itu dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letaklah dilantai3

9.Pasien di suruh melakukan perintah pejamkanlah mata anda1

10.Pasien disuruh menulis dengan spontan1

11.Pasien disuruh menggambarkan bentuk dibawah ini1

TOTAL30

SkorNilai24 30=NormalNilai17 23=SedangNilai0 15=Berat

I.EVIDEN BASEDPada tahun 2008, Yuda Turana, Adre Mayza, dan Jofizal Jannis telah melakukan penelitian tentang demensia, mereka dariPusat Penelitian Kesehatan Atma Jaya, Tim Pokja P3IK DepKes RI. Demensia adalah suatu penyakit yang ditandai dengan gangguan daya pikir dan daya ingat yang bersifat progresif disertai dengan gangguan bahasa, perubahan kepribadian dan perilaku. Pengobatan yang dianjurkan untuk penderita demensia ini terdiri dari terapi farmakologis dan terapi non farmakologis. Salah satu bentuk terapi non farmakologis yang dianjurkan yaitu latihan kognitif berupa senam otak. Telah dilakukan penelitian tentang "Pengaruh Latihan Kognitif Terhadap Perubahan Skor Fungsi Kognitif Pada Lansia Dengan Demensia Ringan di PSTW Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar". Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh latihan kognitif terhadap peningkatan fungsi kognitif pada lanjut usia yang menderita demensia ringan di PSTW Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah untuk melihat fungsi kognitif sebelum dan sesudah diberi latihan kognitif pada kelompok eksperimen, melihat fungsi kognitif pada kelompok kontrol yang tidak diberi latihan kognitif dan melihat pengaruh latihan kognitif berupa senam otak pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan dan menggunakan penelitian Quasi- eksperimen (pretest-posttest) dengan sampel penelitian sebanyak 12 orang. 6 orang sebagai kelompok eksperimen dan 6 orang sebagai kelompok kontrol. Pengukuran fungsi kognitif dilakukan dengan menggunakan MMSE (Mini Mental State Examination). Analisa statistik yang digunakan yaitu Wilcoxon, t-test dan Mann-Whiteney test. Test Wilcoxon untuk melihat apakah latihan kognitif berpengaruh terhadap peningkatan fungsi kognitif pada kelompok eksperimen (pS0,05). Pada kelompok kontrol tidak ada peningkatan fungsi kognitif tetapi terjadi penurunan fungsi kognitif secara bermakna (p