BAB I

14
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Skizofrenia 1.1.1 Definisi Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu gangguan pskiatri mayor yang ditndai dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran, afek dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun deficit tertentu dapat berkembang kemudian (Kaplan & Sadock, 2004). Menurut Eugen Bleuler, Skizofrenia adlaah suatu gangguan jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses pikir, perasaan dan perbuatan. 1.1.2 Etiologi Teori tentang penyebab skizofrenia, yaitu : a.Diatesis-Stress Model Teori ini menggabungkan antara faktor biologis, psikososial, dan lingkungan yang secara khusus mempengaruhi diri seseorag sehingga dapat menyebabkan berkembangnya gejala skizofrenia. Dimana 1

description

skizofrenis

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Skizofrenia

1.1.1 Definisi

Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu

gangguan pskiatri mayor yang ditndai dengan adanya perubahan pada persepsi,

pikiran, afek dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan

intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun deficit tertentu dapat berkembang

kemudian (Kaplan & Sadock, 2004).

Menurut Eugen Bleuler, Skizofrenia adlaah suatu gangguan jiwa yang

terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses pikir, perasaan

dan perbuatan.

1.1.2 Etiologi

Teori tentang penyebab skizofrenia, yaitu :

a. Diatesis-Stress Model

Teori ini menggabungkan antara faktor biologis, psikososial, dan lingkungan

yang secara khusus mempengaruhi diri seseorag sehingga dapat menyebabkan

berkembangnya gejala skizofrenia. Dimana ketiga faktor tersebut saling

berpengaruh secara dinamis (Kaplan & Sadock, 2004)

b. Faktor Biologis

Dari faktor biologis dikenal suatu hipotesis dopamine yang menyatakan

bahwa skizofrenia disebabkan oleh aktivitas dopaminergic yang berlebihan di

bagian kortikal otak, dan berkaitan dengan gejala positif dari skizofrenia.

Penelitian terbaru juga menunjukkan pentingnya neurotransmitter lain

termasuk serotonin, norephinefrin, glutamate dan GABA. Selain perubahan

yang sifatnya neurokimiawi, penelitian menggunakan CT Scan ternyata

ditemukan perubahan anatomi otak seperti pelebaran lateral ventrikel, atropi

1

Page 2: BAB I

korteks atau atropi otak kecil, terutama pada penderita skizofrenia kronis

(Kaplan & Sadock, 2004).

c. Genetika

Factor genetika telah dibuktikan secara meyakinkan. Resiko masyarakat

umum 1%, pada orang tua resiko 5%, pada saudara kandung 8%, dan pada

anak 12% apabila salah satu orang tua menderita skizofrenia, walaupun anak

telah dipisahkan daro orang tua sejak lahir, anak dari kedua orang tua

skizofrenia 40%. Pada kembar monozigot 47%, sedangkan untuk kembar

dizigot sebesar 12% (Kaplan & Sadock, 2004).

d. Faktor Psikososial

Teori perkembangan

Ahli teori Sullivan dan Erikson mengemukakan bahwa krangnya

perhatian yang hangat dan penuh kasih sayang di tahun-tahun awal

kehidupan berperan dalam menyebabkan kurangnya identitas diri, salah

interpetasi terhadap realitas dan menarik diri dari hubungan social pada

penderita skizofrenia (Sirait, 2008).

Teori Belajar

Menurut ahli teori belajar (learning theory), anak-anak yang menderita

skizofrenia mempelajari reaksi dan cara berfikir irasional orang tua yang

mungkin memiliki masalah emosional yang bermakna. Hubungan

interpersonal yang buruk dari penderita skizofrenia akan berkembang

karena mempelajari model yang buruk selama anak-anak (Sirait, 2008).

Teori keluarga

Tidak ada teori yang terkait dengan peran keluarga dalam menimbulkan

skizofrenia.Namun beberapa penderita skizofrenia berasal dari keluarga

yang disfungsional (Sirait, 2008).

2

Page 3: BAB I

1.1.3 Tipe-tipe skizofrenia

Diagnosis skizofrenia berawal dari Diagnostik and Statistical Manual of

Mental Disorders (DSM) yaitu: DSM –III dan berlanjut dalam DSM-IV-TR 2000.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala yang dominan yaitu (Davison, 2006):

Tipe Paranoid

Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah waham yang mencolok atau halusinasi

auditorik dalam konteks terdaoatnya fungsi kognitif dan afektif yang relative

masih terjaga.Waham biasanya adalah waham kejar atau waham kbesaran,

atau keduanya, tetapi waham dengan tema lain (misalnya waham

kecemburuan, keagamaan, atau somalisas) mungkin juga muncul.Ciri-ciri

lainnya meliputi ansietas, kemarahan, menjaga jarak dan suka

berargumentasi, dan agresif.

Tipe Hebefrenik

Ciri utama skizofrenia tipe hebefrenik adalah pembicaraan kacau, tingkah

laku kacau dan afek yang datar atau inappropriate.Pembicaraan yang kacau

dapat disertai kekonyolan dan tertawa yang tidak erat kaitannya dengan isi

pembicaraan.Disorganisasi tingkah laku dapat membawa pada gangguan

yang serius pada aktivitas hidup sehari-hari.

Tipe katatonik

Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah gangguan pada psikomotor yang dapat

meliputi ketidak bergerakan motoric (waxy flexibility. Aktivitas motor yang

berlebihan, negativism yang ekstrim, sama sekali tidak mau bicara dan

berkomunikasi (mutism), gerakan-gerakan yang tidak terkendali, mengulang

ucapan orang lain (echolalia) atau mengikuti tingkah laku orang lain

(echopraxia).

Tipe undifferentiated

Merupakan tipe skizofrenia yang menampilkan perubahan pola symptom-

simptom yang cepat menyangkut semua indicator skizofrenia. Misalnya,

indikasi yang sangat ruwet, kebingungan (confusion), emosi yang tidak dapat

dipegang karena berubah-ubah atau salah, adanya ketergugahan yang sangat

3

Page 4: BAB I

besar, autisme seperti mimpi, depresi, dan sewaktu-waktu juga ada fase yang

menunjukkan ketakutan.

Tipe residual

Tipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari skizofrenia

tetapi masih memperlihatkan gejala-gejala residual atau sisa, seperti

keyakinan-keyakinan negative, atau mungkin masih memiliki ide-ide tidak

wajar yang tidak sepenuhnya delusional.Gejala-gejala residual itu dpaat

meliputi menarik diri secara social, pikiran-pikiran ganjil, inaktivitas, dan

afek datar.

1.1.4 Gejala klinis skizofrenia

Berdasarkan DSM-IV, ciri yang terpenting dari skizofrenia adalah

adanya campuran dari dua karakteristik (baik gejala positif maupun gejala negative

(APA, 2000). Secara umum, karakteristik gejala skizofrenia (Kriteria A), dapa

digolongkan dalam 3 kelompok:

a. Gejala positif

b. Gejala negatif

c. Gejala lainnya

Gejala positif adalah tanda yang biasanya pada orang kebanyakan tidak

ada, namun pada pasien skizofrenia justru muncul. Gejala positif adalah gejala

yang bersifat aneh, antara lain berupa delusi, halusinasi, ketidak teraturan

pembicaraan, dan perubahan perilaku (Kaplan & Sadock, 2004).

Gejala negatif adalah menurunnya atau tidak adanya perilaku tertentu,

seperti perasaan yang datar, tidak adanya perasaan yang bahagia dan gembira,

menarik diri, ketiadaan pembicaraan yang berisi, mengalami gangguan sosial, serta

kurangnya motivasi untuk beraktivitas (Kaplan & Sadock, 2004).

Kategori gejala yang ketiga adalah disorganisasi, antara lain perilaku

yang aneh (misalnya katatonia, di mana pasien menampilkan perilaku tertentu

berulang-ulang, menampilkan pose tubuh yang aneh) dan disorganisasi

4

Page 5: BAB I

pembicaraan. Adapun disoraginasi pembicaraan adalah masalah dalam

mengorganisasikan ide dan pembicaraan, sehingga orang lain mengerti (dikenal

dengan gangguan berfikir normal).Misalnya asosiasi longgar, inkoherensi, dan

sebagainya (Prabowo, 2007).

Sedangkan menurut Bleurer, gejala skizofrenia dibagi dua, yaitu:

a. Gejala primer

1) Gangguan proses pikir (bentuk, langkah, dan isi pikir)

2) Gangguan afek dan emosi

3) Gangguan memori

4) Gejala psikomotor/ gejala katatonik gangguan perbuatan

b. Gejala sekunder

1) Waham

2) Halusinasi

1.2 Skizofrenia Hebefrenik

Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa

remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang mencolok adalah: gangguan proses

berfikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi atau double personality.

Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan

sering terdapat pada skizofrenia hebefrenik.Waham halusinasi banyak sekali.

Pedoman diagnostic Skizofrenia Hebefrenik menurut PPDGJ-III :

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

Diagnosis hebefrenik utuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau

dewasa muda (onset biasanya 15-25 tahun).

Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu dan senang menyendiri

(solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.

5

Page 6: BAB I

Untuk diagnosis hebefrenik yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan

kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran

yang khas berikut ini memang benar bertahan:

o Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta

mannerism; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan

perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan.

o Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering

disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied),

senyum sendiri (self-absorbed smiling), atau oleh sikap tinggi hati (lofty

manner), tertawa menyeringai (grimaces), (pranks), keluhan

hipokondrial , dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated-phrase).

o Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu

(rambling) serta inkoheren.

Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumya

menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tapi biasanya tidak menonjol

(fleeting and fragmentary delusions and hallucination). Dorongan kehendak

(drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan,

sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan

(aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya suatu preokupasi yang

dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak

lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien (PPDGJ-III,

2013)

1.3 Terapi Skizofrenia

1.3.1 Terapi Farmakologis

Pengobatan farmakologi pada skizofrenia, termasuk jenis skizofrenia

hebefrenik, menggunakan antipsikotika (AP). Obat ini dibagi dalam dua kelompok,

berdasarkan mekanisme kerjanya.Yaitu dopamine reseptor antagonis (DRA) atau

antipsikotika generasi I (APG-I) dan serotonin-dopamin antagonis (SDA) atau

6

Page 7: BAB I

antipsikotika generasi II (APG-II).Obat APG I disebut juga antipsikotika

konvensional atau tipikal.Sedangkan APG-II disebut juga antipsikotika baru atau

atipikal.

Sebaiknya skizofrenia diobati dengan APG-II dengan kisaran dosis

ekuivalen klorpromazine 300-600mg per hari atau kadang-kadang mungkin

lebih.Pemeliharaan dengan dosis rendah antipsikotika diperlukan, setalah

kekambuhan pertama.Dosis pemeliharaannya sebaiknya diteruksan untuk beberapa

tahun.

Obat APG-I berguna terutama untuk mengontrol gejala-gejala positif,

sedangkan untuk gejala negative hamper tidak bermanfaat.Obat APG-II bermanfat

baik untuk gejala posotif maupun negative.

Standar emas baru adalah APG-II.Meskipun harganya mahal tetapi

manfaatnya sangat besar. Pilihlah APG-II yang efektif dan efek samping yang lebih

ringan dan dapat digunakan secara aman tanpa memerlukan pemantauan jumlah sel

darah putih setiap minggu.Gunakanlah APG-II yang aman yang anda tidak harus

memantaunya secara ketat.

1.3.2 Terapi Psikososial

a. Terapi perilaku:

Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan

sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi

diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku

adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus

untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di

rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau

menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di

masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.

7

Page 8: BAB I

b. Terapi berorintasi-keluarga:

Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali

dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien

skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi

keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode

pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga

adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya.

Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak

saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur

terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari

ketidaktahuan tentang sifat skizofreniadan dari penyangkalan tentang

keparahan penyakitnya. Ahli terapi harus membantu keluarga dan

pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati.

Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah

efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol,

penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa

terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.

c. Terapi kelompok:

Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana,

masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin

terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau

tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan

isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes

realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan

cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling

membantu bagi pasien skizofrenia.

d. Psikoterapi individual:

Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam

pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi alah

membantu dan menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep

8

Page 9: BAB I

penting di dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah

perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien sebagai

aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli

terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli

terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien. Hubungan antara

dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di dalam

pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit

dilakukan; pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap

keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas,

bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan yang

cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan

hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada

informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama yang

merendahkan diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang

berlebihan adalah tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha

untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.

9