BAB I

8
BAB I Subjective well-being ini merupakan suatu bentuk evaluasi mengenai kehidupan individu yang bersangkutan. Bentuk evaluasi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu: penilaian secara kognitif, seperti kepuasan hidup, dan respon emosional terhadap kejadian, seperti merasakan emosi yang positif (Diener,2002). 1. Bagaimana gambaran subjective well-being pada lansia penghuni panti jompo? 2. Mengapa subjective well-being dialami oleh lansia penghuni panti jompo? LATAR BELAKANG MASALAH Subjective well-being penting bagi lansia karena dengan seseorang memiliki penilaian yang lebih tinggi tentang kebahagiaan dan kepuasan hidup maka mereka cenderung bersikap lebih bahagia dan lebih puas (Muba, PERTANYAAN PENELITIAN TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui gambaran subjective well-being pada lansia penghuni panti jompo dan mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan subjective well-being yang dialami oleh lansia penghuni panti jompo MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis 2. Manfaat praktis

description

BAB I. LATAR BELAKANG MASALAH. PERTANYAAN PENELITIAN. Bagaimana gambaran subjective well-being pada lansia penghuni panti jompo? Mengapa subjective well-being dialami oleh lansia penghuni panti jompo ?. TUJUAN PENELITIAN. - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of BAB I

Page 1: BAB  I

BAB I

Subjective well-being ini merupakan suatu bentuk

evaluasi mengenai kehidupan individu yang

bersangkutan. Bentuk evaluasi dapat dilakukan

melalui dua cara yaitu: penilaian secara kognitif,

seperti kepuasan hidup, dan respon emosional

terhadap kejadian, seperti merasakan emosi yang

positif (Diener,2002).

1. Bagaimana gambaran subjective well-being pada lansia penghuni panti jompo?

2. Mengapa subjective well-being dialami oleh lansia penghuni panti jompo?

LATAR BELAKANG MASALAH

Subjective well-being penting bagi lansia

karena dengan seseorang memiliki penilaian

yang lebih tinggi tentang kebahagiaan dan

kepuasan hidup maka mereka cenderung

bersikap lebih bahagia dan lebih puas (Muba,

2009)

PERTANYAAN PENELITIAN

TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui gambaran subjective well-being pada lansia penghuni panti jompo dan mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan subjective well-being yang dialami oleh lansia penghuni panti jompo

MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis2. Manfaat praktis

Page 2: BAB  I

BAB II

Pengertian Subjective Well-being

Menurut Diener dan Lucas (1999), Subjective Well-beingadalah evaluasi seseorang tentang hidup mereka, termasuk penilaian kognitif terhadap kepuasan

hidupnya serta evaluasi afektif dari mood dan emosi-emosi.

Komponen Subjective Well-Being

Menurut (Diener, 1997) subjective well-being diukurberdasarkan pada prespektif individu yang bersangkutan,melalui 3 komponen yang saling berhubungan antara lain :1. Kepuasan Hidup2. Afeksi Positif3. Afeksi Negatif

Page 3: BAB  I

Didalam panti jompo terkadang lansia mengalami beberapa masalah yang menyebabkan

lansia merasa tidak betah untuk tinggal didalam panti jompo, hal tersebut dapat menyebabkan lansia

mengalami depresi (Partini, 2002).

Namun jika lansia memiliki Subjective Well-being maka dapat membuat lansia menikmati

kehidupanya terutama didalam panti jompo, karena individu yang memiliki Subjective Well-being pada

umumnya memiliki kualitas hidup yang mengagumkan (Diener, 2000).

Besar kecilnya tingkat Subjective Well-being seseorang dapat dilihat berdasarkan prespektif

hidup dari orang yang bersangkutan, melalui 3 komponen yang saling berhubungan yaitu kepuasan

hidup, afeksi positif dan afeksi negatif (Diener, 1977)

Seseorang yang memiliki subjective well-being dia akan dengan mudah beradaptasi dengan

lingkungannya yang baru. Dia akan cenderung lebih menikmati hidup karena dia menjalaninya dengan

rasa bahagia tanpa tertekan dan selalu berfikir positif.

Subjective Well-being Pada Lansia Penghuni Panti Jompo

Page 4: BAB  I

BAB III

Subjek PenelitianSubjek adalah seorang lansia berjenis kelamin laki-laki berusia 60-70 tahun yang tinggal didalam panti jompo

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus Stake (dalam Heru Basuki, 2006) menjelaskan bahwa studi kasus ditekankan oleh beberapa peneliti karena memfokuskan tentang apa yang dapat dipelajari secara khusus pada kasus tunggal. Penekanan studi kasus adalah memaksimalkan pemahaman tentang kasus yang dipelajari dan bukan untuk mendapatkan generalisasi.

Wawancara Dalam penelitian ini akan digunakan tipe wawancara bebas-terpimpin. Wawancara bebas-terpimpin kebebasan juga diberikan, dalam arti yang diwawancarai dapat memberikan jawaban dalam situasi bebas, tapi peneliti juga mengendalikan, peneliti memberikan arah dari wawancara.

Observasi Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode observasi non -partisipasi. Dalam observasi ini observer atau peneliti tidak ikut ambil bagian secara langsung dalam situasi yang ditelitinya. Peneliti tidak sebagai pemain, tetapi sebagai penonton.

Page 5: BAB  I

BAB IV

PembahasanGambaran subjective well-being pada lansia penghuni panti jompo

1.Kepuasan hidupKepuasan hidup yang didapat menurut subjek, subjek merasa puas dengan kehidupanya

karena subjek dapat berprestasi dalam pekerjaanya, anak-anak subjekpun dapat mandiri dan telah memiliki perkerjaaan yang bagus.2.Afeksi positif

Afeksi positif pada subjek cukup tinggi karena subjek seringkali merasakan emosi yang positif, subjek cukup perhatian, bersemangat dalam menjalankan hidup, antusias dan bangga dalam menjalankan kehidupanya.3.Afeksi negatif

Afeksi negatif pada subjek tidak terlalu muncul dan dapat diatasi oleh subjek, walau dapat diatasi subjek tetap merasa wajar untuk merasakan sedih dan gelisah

Page 6: BAB  I

BAB V

Subjective Well-being dimiliki oleh subyek karena subjek puas dengan kehidupannya karena banyak prestasi yang diperoleh subjek seperti memenangkan tender, afeksi positif subyek sering munculseperti memiliki banyak teman dan subjek jarang sekali mengalami afeksi positif didalam kehidupanya.

Kesimpulan

Prediktor yang muncul didalam diri subjek yaitu Optimisme, subjek sangat optimis dengan kehidupannya, subjek juga banyak bergaul di dalam lingkungan sosialnya dan subjek juga merupakan orang yang taat beribadah.

Saran

1. Subjek agar menjaga kesehatan dirinya, selalu meningkatkan keimanannya, menjaga hubungan dengan teman-teman yang ada dipanti jompo

2. Bagi keluarga diharapkan memperhatikan subjek, sebisa mungkin meluangkan waktu untuk mengunjungi subjek, dan selalu memotivasi agar subjek bisa menikmati hidup, sehingga tidak terlalu memikirkan anak cucunya

3. Untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan subjek lansia wanita, lansia yang tinggal di rumah anak-anaknya, ataupun lansia yang hidup sendirian.

Page 7: BAB  I

Alat Pengumpul Data

1.Pedoman Wawancara

2.Pedoman Observasi

3.Alat Tulis

4.Alat Perekam dan Kaset

Keakuratan Penelitian

1.Triangulasi data, yakni digunakannya variasi sumber – sumber data yang berbeda.

2.Triangulasi penelitian, yakni digunakannya beberapa peneliti atau evaluator yang berbeda.

3.Triangulasi teori, yakni digunakannya beberapa perspektif yang berbeda untuk menginterpretasi

data yang sama.

4.Triangulasi metodologis, yakni dipakainya beberapa metode yang berbeda untuk meneliti suatu hal

yang sama.

Teknik Analisis Data

1.Organisasi Data

2.Koding dan Analisis

3.Analisa Tematik

Page 8: BAB  I

Prediktor subjective well-being yang dialami oleh lansia penghuni panti jompo

Dari 8 prediktor mengenai subjective well-being, ada 3 prediktor yang muncul didalam diri subjek, 3

prediktor itu adalah:

1.Optimisme

Subjek sangat optimis didalam kehidupanya, subjek merasa tidak ada hal yang tidak

mungkin, selama kita masih tetap mau untuk mencoba sesuatu.

2.Kontak sosial

Subjek tidak memilih-milih dalam berteman dan saat subjek mengalami kesulitan banyak

teman subjek yang menolongnya karena subjek juga banyak bergaul didalam lingkungan sosialnya.

3.Pemahaman tentang arti dan tujuan

Subjek termasuk orang yang sabar, selain itu subjek rajin beribadah dan ketika ada yang

bermasalah dengan subjek, subjek dapat memaafkan kesalahan orang lain.