BAB I

46
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. (Arif Mansjoer.2000). Berdasarkan anatominya pneumonia dibagi menjadi tiga yaitu pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronchopneumonia) dan pneumonia interstitialis (bronkiolitis). Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996). Bronchopneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam – macam etiologi seperti bakteri, virus,jamur, dan benda asing yang mengenai satu atau beberapa lobus ( Ngastiyah, 1997). Selain itu menurut Brunner dan Suddarth (2001), Bronchopneumonia adalah radang pada paru-paru yang mempunyai penyebaran berbercak, teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru. Dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bronchopneumonia adalah infeksi saluran pernafasan bagian bawah yang secara anatomi mengenai bagian lobulus paru mulai dari parenkim paru sampai perbatasan bronkus yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrate.

description

bRONKOPNEUMONIA

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi

Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan  akut bagian bawah yang

mengenai parenkim paru. (Arif Mansjoer.2000). Berdasarkan anatominya

pneumonia dibagi menjadi tiga yaitu pneumonia lobaris, pneumonia lobularis

(bronchopneumonia) dan pneumonia interstitialis (bronkiolitis).

Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau

beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat

(Whalley and Wong, 1996). Bronchopneumonia adalah suatu radang paru yang

disebabkan oleh bermacam – macam etiologi seperti bakteri, virus,jamur, dan

benda asing yang mengenai satu atau beberapa lobus ( Ngastiyah, 1997). Selain

itu menurut Brunner dan Suddarth (2001), Bronchopneumonia adalah radang

pada paru-paru yang mempunyai penyebaran berbercak, teratur dalam satu area

atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru. Dari

berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bronchopneumonia adalah

infeksi saluran pernafasan bagian bawah yang secara anatomi mengenai bagian

lobulus paru mulai dari parenkim paru sampai perbatasan bronkus yang ditandai

dengan adanya bercak-bercak infiltrate.

Gambar : Perbedaan bronkus normal

dan bronkopneumonia

Sumber : (Reeves, 2001)

Page 2: BAB I

1.2 Epidemiologi

Pneumonia adalah penyakit umum di semua bagian dunia. Ini adalah

penyebab utama kematian di antara semua kelompok umur. Pada anak-anak,

banyak dari kematian ini terjadi pada masa neonatus. Organisasi Kesehatan Dunia

memperkirakan bahwa satu dari tiga kematian bayi baru lahir disebabkan

pneumonia. Lebih dari dua juta anak balita meninggal setiap tahun di seluruh

dunia. WHO juga memperkirakan bahwa sampai dengan 1 juta ini (vaksin

dicegah) kematian yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus''''pneumoniae, dan

lebih dari 90% dari kematian ini terjadi di negara-negara berkembang. Kematian

akibat pneumonia umumnya menurun dengan usia sampai dewasa akhir. Lansia

individu, bagaimanapun, berada pada risiko tertentu untuk pneumonia dan

kematian terkait. Karena beban yang sangat tinggi penyakit di negara berkembang

dan karena kesadaran yang relatif rendah dari penyakit di negara-negara industri,

komunitas kesehatan dunia telah menyatakan untuk November 2 Hari Pneumonia

Dunia, sehari untuk warga yang prihatin dan pembuat kebijakan untuk mengambil

tindakan terhadap penyakit.

Di Inggris, kejadian tahunan dari pneumonia adalah sekitar 6 kasus untuk

setiap 1000 orang untuk kelompok usia 18-39. Bagi mereka 75 tahun lebih dari

usia, ini meningkat menjadi 75 kasus untuk setiap 1000 orang. Sekitar 20-40%

individu yang membutuhkan pneumonia kontrak yang masuk rumah sakit antara

5-10% diterima ke unit perawatan kritis. Demikian pula, angka kematian di

Inggris adalah sekitar 5-10%. Individu-individu ini juga lebih cenderung memiliki

episode berulang dari pneumonia. Orang-orang yang dirawat di rumah sakit untuk

alasan apapun juga berisiko tinggi untuk pneumonia.

Page 3: BAB I

1.3 Penyebab

Pada umumnyatubuh terserang Bronchopneumonia karena disebabkan oleh

penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme

patogen.Penyebab Bronchopneumonia yang biasa ditemukan adalah:

1. Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus

Aureus, Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni),

Mycobacterium Tuberculosis.

2. Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.

3. Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices

Dermatides, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia.

Aspirasi benda asing.

4. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopneumonia adalah

a) Faktor predisposisi

- usia /umur

- genetik

b) Faktor pencetus

- gizi buruk/kurang

- berat badan lahir rendah (BBLR)

- tidak mendapatkan ASI yang memadai

- imunisasi yang tidak lengkap

- polusi udara

- kepadatan tempat tinggal

1.4 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang dapat terjadi karena penyakit Bronchopneumonia

adalah

1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan

a. Nyeri pleuritik

b. Nafas dangkal dan mendengkur

c. Takipnea

Page 4: BAB I

2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi

a. Mengecil, kemudian menjadi hilang

b. Krekels, ronki,

3. Gerakan dada tidak simetris

4. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium

5. Diaforesis

6. Anoreksia

7. Malaise

8. Batuk kental, produktif sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi

kemerahan atau berkarat

9. Gelisah

10. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan

11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

1.5 Patofisiologi

Bronchopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya

disebabkan oleh virus penyebab bronchopneumonia yang masuk ke saluran

pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus

ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif,

ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka

komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.

Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan

napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan

produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga

fleura. Emfisema ( tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru ) adalah

tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi

napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan

kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. Secara singkat

patofisiologi dapat digambarkan pada skema proses.

Page 5: BAB I

1.6 Clinical Pathway

Gangguan perfusi jaringan

Page 6: BAB I

1.7 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan pada bronkopneumonia untuk

menegakkan diagnosis diantaranya yaitu :

1. Rontgen Dada : Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi distribusi struktural;

dapat juga menyatakan abses luas atau infiltrat, empiema(stapilococcus);

infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran /perluasan

infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.

Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau

beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada

satu atau beberapa lobus. Berikut gambaran foto rongent penderita

bronkopnemonia yang dimana dalam hasilnya terdapat bercak-bercak

bronkopnemonia.

2. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi

langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari

etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar.

3. Pemeriksaan fungsi paru. Pada pemeriksaan ini akan didapatkan volume paru

mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin

meningkat dan komplain paru menurun, terjadi hipoksemia.

Page 7: BAB I

4. Analisa Gas Darah. Pada pemeriksaan darah ini biasanya akan didapatkan hasil

yang tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan

penyakit paru yang ada.

5. Pemeriksaan radiologi yaitu pada foto thoraks, konsolidasi satu atau beberapa

lobus yang berbercak-bercak infiltrate

6. Pemeriksaan laboratorium didapati lekositosit antara 15000 sampai 40000

/mm3.

7. Hitung sel darah putih biasanya meningkat kecuali apabila pasien mengalami

imunodefiensi.

8. Pemeriksaan AGD (analisa gas darah), untuk mengetahui status

kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigen.

9. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum,

untuk mengetahui mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok untuk

menanganinya.

1.8 Penatalaksanaan Medis

Pada dasarnya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi

tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama,

maka dalam praktek diberikan pengobatan polifragmasi seperti penisilin diambah

dengan kloramfenikol atau diberi antibiotik yang mempunyai spektrum luas

seperti ampicillin. Pengobatan diteruskan sampai anak bebas demam selama 4 – 5

hari. Adapun berapa pengobatan secara medis atau penatalaksanaan yang dapat

dilakukan yaitu :

1. Bed rest

2. Jumlah cairan disesuaikan dengan berat badan dan kenaikan suhu.

3. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

4. Pemberian antibiotik sesuai biakan atau berikan :

a. Untuk kasus pneumonia community base :

- Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian

- Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian

b. Untuk kasus pneumonia hospital base :

Page 8: BAB I

- Sefotaksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian

- Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberia

- Antipiretik : paracetamol 10-15 mg/kgBB/x beri

- Mukolitik : Ambroxol 1,2-1,6 mg/kgBB/2 dosis/oral

5. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan

broncodilator.

6. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap

melalui selang nasogastrik dengan feeding drip. Jika sesaknya berat maka

pasien harus dipuasakan.

1.9 Penetalaksanaan Keperawatan

1. Perawat melakukan perannya sebagai edukator untuk memberikan pasien

pengetahuan tindakan yang akan dilakukan seperti suction yang diberikan

kepada pasien untuk menghilangkan secret agar jalan nafas pasien kembali

efektif.

2. Perawat melakukan tugasnya sebagai koordinator untuk memberikan dan

mengatur waktu pasien untuk tindakan bed rest agar keadaan pasien

kembali fit dan untuk menjaga kondisi pasien tetap stabil.

3. Perawat melakukan tugasnya sebebagai pelaksana atau sebagai kolaborator

untuk mendiskusikan pemberian tindakan yang akan dilakukan dengan

dokter,ahli gizi,fisioterapi dll. Seperti pemberian cairan dimana pasien

bronkopneumonia mengalami resiko kekurangan cairan, disini perawat

berkolabosari dengan dokter dalm pemberian cairan untuk penderita

bronkopneumonia.

Page 9: BAB I

BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Identitas Klien

Nama : Tn. A

Umur : 28 tahun

Jenis Kelamin : Laki laki

Alamat : Patrang Rt/Rw 07/08, Kec. Patrang, Kab. Jember

Agama : Islam

Status : Menikah

Pekerjaan : Montir

2.2 Keluhan Utama

Tn. A mengalami sesak nafas, batuk, dan pilek

2.3 Riwayat Keperawatan Sekarang

Dua minggu (25 januari 2015 ) sebelum masuk rumah sakit, Tn. A

mengatakan bahwa ia panas tinggi secara terus menerus.Tetapi setelah diberi obat

panasnya turun. Tn. A menderita batuk serta pilek, pasien tidak menggigil. Tn. A

tidak mengalami mual dan muntah, BAK dengan jumlah yang cukup, warna

kuning dengan bau khas. BAB tidak mengalami konsistensi padat serta bau khas.

Satu minggu ( 1 februari 2015 ) yang lalu, Tn. A masih panas tinggi, naik

turun.Pasien masih batuk dan pilek, Tn.A masih bersedia makan dan minum,

BAK dan BAB tidak ada kelaianan. Tn. A lalu pergi ke puskesmas dan diberi

Paracetamol, namun belum ada perbaikan.

Tiga hari (8 februari 2015) yang lalu Tn. A masih panas tinggi, batuk

pilek.Nafas tampak lebih cepat dari biasanya. Kelopak mata tampak bengkak, kaki

tampak bengkak, terkadang muntah sekitar ¼ gelas kecil atau sesuai yang

dimakan.Tn. A tampak lemas, BAK dan BAB tidak ada kelainan. Lalu ia dibawa

ke RS. Soebandi , sesampainya dirumah sakit Tn. A melakukan pemeriksaan

laboratorium, dari hasil lab ditemukan : Hb: 9,7 g/dL, 26,4 ribu/mmk, Tr:

1.057.000/µl, Hc: 30,9%. Setelah itu perawat melakukan observasi dan

Page 10: BAB I

didapatkan hasil TTV , TD: 130/70, nadi 124x/menit, RR: 30x/menit,suhu = 37K

C, Setelah dilakukan anamnese ternyata Tn. A merupakan perokok aktif,

informasi itu didapat dari istrinya.

Pernah berobat

Tn. A sempat di bawa ke puskesmas

Obat obatan yang digunakan

Tn.. A pernah mendapatkan paracetamol dari puskesmas

Tindakan operasi

Tn. A belum pernah dilakukan tindakan operasi

Alergi

Tn. A tidak mempenyai riwayat alergi

Kecelakaan

Tn. A tidak pernah jatuh/cidera sampai dirawat di RS

2.4 Riwayat Keperawatan Dahulu

Sekitar lima bulan yang lalu Tn. A menderita demam berdarah, namun

penyakit tersebut telah sembuh setelah Tn. A mendapat perawatan di Rumah

Sakit.

2.5 Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga Tn. A tidak memiliki riwayat bronkopneumonia. Namun Tn. A

merupakan perokok aktif (bukan merupakan faktor keturunan tetapi

kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat).

2.6 Pengkajian 11 Pola Fungsional Kesehatan dari Marjory Gordon

1. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan

Sebelum sakit : orang tua pasienmengatakan anak panas tinggisecara terus

menerus serta panas menurun ketika diberi obat turun panas. 

Saat sakit : saat sakit di bawa kerumah sakit.

Page 11: BAB I

2. Pola Nutrisi dan Metabolik

Sebelum sakit : Tn. A bersedia makan dan minum.

Saat sakit : Tn. A masih bersedia makan dan minum tetapi terkadang

muntah sekitar ¼ gelas kecil atau sesuai yang dimakan.

3. Pola Eliminasi

BAK dengan jumlah cukup, warna kuning, serta bau khas. BAB tidak

mengalami gangguan dengan warna hijau, konsistensi padat,dan bau khas.

4. Pola Latihan dan Aktivitas

a. Aktivitas

Kemampuan

perawatan diri

0 1 2 3 4

Makan dan minum

Mandi

Toileting

Berpakaian

Berpindah

0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: di bantu orang lain dan

alat, 4: tergantung.

b. Latihan

Sebelum sakit

Pola gerak : bisa bergerak dengan bebas

Pola aktivitas : dapat beraktivitas seperti biasa

Saat sakit

Pola gerak : terbatas untuk bergerak karena dipasang infuse

Pola aktivitas : hanya bisa melakukan aktivitas di tempat tidur

5. Pola Kognitif dan Perseptual

Kurang mengetahui tentang penyakitnya secara mendetail.

6. Pola Istirahat dan Tidur

Sebelum sakit : Tn. A mengatakan setiap hari tidur dengan rentang 6-8

jam. Tidur malam pukul 23.00 dan bangun pagi pukul 06.00.

Page 12: BAB I

Saat sakit : saat sakit susah tidur dan sedikit terganggu karena ruang

gerak yang tidak memadai. Tidur malam pukul 22.00 dan bangun pagi

05.30.

7. Pola Konsep Diri dan Persepsi Diri

Sebelum sakit

Harga diri : tidak bermasalah

Body image : tidak bermasalah

Ideal diri : tidak bermasalah

Peran : tidak bermasalah

Identitas diri : tidak bermasalah

Saat sakit

Harga diri : tidak bermasalah

Body image : tidak bermasalah

Ideal diri : tidak bermasalah

Peran : tidak bermasalah

Identitas diri : tidak bermasalah

8. Pola Peran dan Hubungan

Sebelum sakit : mengatakan dapat berkomunikasi dengan baik, dengan

keluarga maupun temannya.

Saat sakit : dapat berkomunikasi dengan baik, dengan perawat,

keluarga maupun temannya.

9. Pola Reproduksi atau Seksual

Mempunyai seorang istri dan 2 anak.

10. Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stres )

Sebelum sakit : mengatakan jika mengalami masalah stress akan bercerita

dengan teman.

Saat sakit : menceritakan keluhannya kepada keluarga.

11. Pola Keyakinan Dan Nilai

Sebelum sakit : menganut agama islam dan selalu sholat.

Saat sakit : tidak bisa melakukan sholat dengan berdiri, hanya bisa

melakukannya dengan duduk.

Page 13: BAB I

2.7 Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan fisik head to toe pada anak dengan bronkopneumonia

menurut Riyadi, 2009:

1. Kepala

b. Bentuk kepala

c. Warna rambut

d. Distribusi rambut

e. Ada lesi atau tidak

f. Hygiene

g. Ada hematoma atau tidak

2. Mata

a. Sklera berwarna merah (ada peningkatan suhu tubuh)

b. Kaji reflek cahaya

c. Konjungtiva anemis atau tidak

d. Pergerakan bola mata

3. Telinga

a. Simetris atau tidak

b. Kebersihan

c. Tes pendengaran

4. Hidung

a. Ada polip atau tidak

b. Nyeri tekan

c. Kebersihan

d. Pernafasan cuping hidung

e. Fungsi penciuman

5. Mulut

a. Warna bibir

b. Mukosa bibir lembab atau tidak

c. Mukosa bibir kering (meningkatnya suhu tubuh)

d. Reflek mengisap

e. Reflek menelan

Page 14: BAB I

6. Dada

a. Paru – paru

Inspeksi : Irama nafas  tidak teratur, pernapasan  dangkal,

penggunaan otot bantu napas

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Suara paru ronchi

b. Jantung

Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada dada sebelah kiri

Perkusi : Suara jantung terdengar redup

Auskultasi : Nada S1 S2 dan lub dup

7. Abdomen

a. Inspeksi : bentuk, lesi

b. Palpasi : Splenomegali, hepatomegali, nyeri tekan, nyeri lepas,

turgor kulit <3 detik

c. Perkusi : Suara abdomen timpani

d. Auskultasi :Bising usus meningkat (normal 4-9x/menit)

8. Ekstremitas

a. Pergerakan sendi terbatas (nyeri sendi)

b. Kelelahan (malaise)

c. Kelemahan

d. Crt <2 detik dan keluhan

9. Genetalia dan anus

a. Kelengkap (laki-laki: penis, skrotum; perempuan: labia minora, labia

mayora, klitoris)

b. Fungsi bab

c. Fungsi bak

b. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi : pada klien dengan bronopneumonia irama nafas  tidak

teratur, pernapasan  dangkal,penggunaan otot bantu napas

Page 15: BAB I

b. Palpasi : Splenomegali, hepatomegali, nyeri tekan, nyeri lepas,

turgor kulit <3 detik (abdomen)

c. Perkusi : Suara parunya terdengar sonor, Suara abdomen timpani

d. Auskultasi : Krekels, ronki, mengi terdengar inspirasi dan ekspirasi

pada respon terhadap pengumpulan cairan, secret kental, dan spasme

jalan nafas atau obstruksi.

2.8 Hasil Pemeriksaan Diagnostik

1. Laboratorium

Tanggal :11 Februari 2015

Hematologi Hb:

Hb             : 8,20 gr/ dL                           

Hematokrit     : 27,8 %                                  

Erythrosit        : 3,64 juta/ mmk                                 

MCV               : 76,4 fL

MCH               : 22,5 pg

MCHC : 29,5 gr/ dL

Leukosit         : 26,4 ribu/ mmk                   

Hitung Jenis Darah Tepi

Eosinofil          : 2%

Basofil             : 0%

Batang             : 0%

Segmen           : 58%

Limfosit          : 30%

Monosit           : 6%

Eritrosit           : anisitosis ringan poikilositosis sedang

Tombosit        : jumlah meningkat, bentuk normal

Lekosit          : jumlah tampak meningkat, limfosit teraktivasi +, smudge

cell+

RDW               : 17,4 %

MPV               : 7,60 fL         

Page 16: BAB I

2. Program Terapi

Tanggal : 11 Februari 2015

O2 Headrop

Suction periodik

Inj. Ceftriaxon 2x 300 mg iv

Infus D5 ¼ Ns 480/20/5

Inj. Ca Glukonas 2x3,5 cc “iv pelan”

Paracetamol 4-6 x ¾ tab jika T ≥ 380 C

Tranfusi albumin 2x pemberian 20% dgn indikasi albumin < 1 mg/dL

Diit : ASI (NGT)

Page 17: BAB I

2.9 Problem List

 No Tanggal/Jam Data Problem Etiologi Paraf

1 12 Februari

2015

Pukul 08.00

S : Tn.A mengeluh

sesak

O :

- Napas anak

tampak lebih

cepat

- Tn. A tampak

lemah

- Nadi 124x/menit

- RR: 30x/menit

- Bibir pucat

Gangguan

Pertukaran Gas

Perubahan

membran

alveolar kapiler

2 12 Februari

2015

Pukul 08.00

S : Tn.A mengeluh

sesak, batuk dan

pilek

O :

- Batuk, pilek

- Ronkhi basah

halus

- Produksi

sputum berlebih

- Sesak nafas

(dispnea)

- Nafas cepat dan

meningkat

- RR: 30x/me

Bersihan Jalan

Nafas Tidak efektif

adanya

sekret/sputum

pada saluran

napas

3. 12 Februari

2015

Pukul 08.00

S : istri Tn. A

mengatakan , suami

saya muka nya kok

pucat ya sus,

sesekali saya

Gangguan perfusi

jaringan

Suplai O2 dalam

darah menurun

18

Page 18: BAB I

memegang

tangannya dingin.

O :

- Sianosis

- Bibir pucat

- Nadi

124x/menit.

- T: 37 ˚ C

4 12 Februari

2015

Pukul 08.00

S : Tn.A mengeluh

sesak

O :

- Sesak napas

(dispneu)

- RR: 30x/menit

Pola Nafas Tidak

Efektif

Kelelahan otot

pernapasan

5 12 Februari

2015

Pukul 08.00

S : istri Tn. A

mengatakan, suami

saya susah kalau

disuruh makan,

mau muntah setiap

makan apabila

disertai batuk.

O :

- Muntah sesuai

yang dimakan

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Ketidakmampuan

untuk

memasukkan

atau mencerna

nutrisi

19

Page 19: BAB I

2.10 Prioritas Diagnosis Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar kapiler,adanya

sekret d.d Napas tampak lebih cepat, Tn. A tampak lemah, nadi

124x/menit, RR: 30x/menit, bibir pucat, batuk, pilek, terdengan ronchi

basah halus, sesak napas

2. Gangguan perfusi jaringan b.d kerusakan transport oksigen melalui

membrane alveolar dan/ membrane kapiler d.d sianosis, bibir pucat, nadi

124x/menit.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak

mampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi d.d muntah sesuai

yang dimakan

23

Page 20: BAB I

2.11 Nursing Care Plan

NoTang

galJam

No

Dx

Perencanaan

ParafTujuan &

kriteria hasilIntervensi Rasional

1 12

Febru

ari

2015

08.00 I Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 3 x 24

jam Gangguan

pertukaran

pasien teratasi

dengan kriteria

hasi:

1. Menunjukk

an fungsi

paru dalam

batas

normal

2. Tidak

mengalami

nafas

dangkal

3. Tidak

menggunak

an otot

aksesoris

untuk

bernapas.

4. Tanda

1. Kaji status

respirasi

2. Observasi

sianosis

khususnya

membran

mukosa

3. Posisikan pasien

semifowler

4. Anjurkan pasien

untuk minum-

minuman

hangat

5. Lakukan suction

6. Lakukan

kolaborasi

dengan

pemberian

oksigen

7. Lakukan

kolaborasi

dengan

memberi

bronkodilator

melalui

1. Takipneu,

pernapasan

dangkal dan

gerakan dada

tidak simetris

sering terjadi

karena

ketidaknyamana

n gerakan

dinding dada.

2. Sianosis pada

kuku

menunjukan

vasokonstriksi

atau respon

tubuh terhadap

demam/menggi

gil. Namun

sianosis dan

telinga,

membran

mukosa dan

kulit sekitar

mulut

menunjukkan

hipoksemia

24

Page 21: BAB I

tanda vital

dalam

rentang

normal

nebulizer

8. Jelaskan pada

pasien dan

keluarga tentang

persiapan

tindakan dan

tujuan

penggunaan alat

tambahan

(Oksigen,

Suction,

nebulizer)

sistemik.

3. Mempermudah

bernapas

4. Mengencerkan

dahak

5. Membersihkan

jalan napas

secara mekanik

pada pasien

yang tidak

mampu

melakukan

batuk efektif /

penurunan

tingkat

kesadaran

6. Alat dalam

menurunkan

kerja napas ;

menghilangkan

distres respirasi

dan sianosis

sehubungan

dengan

hipoksemia.

7. Menurunkan

spasme bronkus

dengan

mobilisasi

sekret.

8. Supaya keluarga

25

Page 22: BAB I

mengetahui

mengenai

tindakan yang

akan dilakukan

pada pasien

2 12

Febru

ari

2015

08.00 II Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 3 x 24

jam Gangguan

perfusi

jaringan pasien

dapat teratasi

dengan kriteria

hasi:

1. TTV dalam

batas

normal

2. Mengidenti

fikasi cara

medis, diet,

pengobatan,

aktivitas

yang

meningkatk

an

vasodilatasi

3. Status

mental

1. Kaji bunyi nafas

dan setelah

pengisapan atau

terapi inhalasi.

2. Kaji nadi perifer

dan kapilari

reffil

3. Monitor out put

urine dan

laporkan bila

kurang dari 30

cc/jam.

4. Lakukan

kolaborasi

dengan O2

5. Ajarkan dan

libatkan

keluarga

mengenai teknik

posisi semi

fowler

1. Mengetahui

perkembangan

fungsi

pernafasan

klien.

2. Penurunan nadi

perifer dan

kapilari reffil

merupakan

indikasi

penurunan

perfusi jaringan.

3. Penurunan

produksi urine

merupakan

indikasi peerfusi

jaringan ke

ginjal tidak

adekuat.

4. Pemberian O2

dapat

melancarkan

pernafasan

5. Melatih

keluarga,

26

Page 23: BAB I

klien tidak

ada

penurunan,

sianosis

tidak ada,

extremitas

tidak

dingin.

apabila pasien

sesak bisa

dibantu

melancarkan

pernapasan

dengan teknik

semi fowler.

3 12

Febru

ari

2015

08.00 III Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 3 x 24

jam kebutuhan

nutrisi pasien

tercukupi

dengan kriteria

hasil:

1. Adanya

peningkata

n berat

badan

sesuai

dengan

tujuan

2. Berat badan

ideal sesuai

dengan

tinggi badan

3. Mampu

mengidentifi

1. Monitoring BB

pasien dalam

batas normal

2. Anjurkan diet

makanan tinggi

serat

3. Kolaborasi

dengan ahli gizi

untuk

menentukan

jumlah kalori

dan nutrisi yang

dibutuhkan

pasien.

4. Libatkan

keluarga dalam

pemberian

nutrisi

1. Mengetahui

kondisi pasien

2. Mencegah

terjadinya

konstipasi pada

pasien

3. Supaya nutrisi

yang diberikan

untuk pasien

tercukupi

4. Supaya keluarga

dapat

mengetahui

nutrisi yang

dibutuhkan

pasien saat ini

apa saja.

27

Page 24: BAB I

kasi

kebutuhan

nutrisi

4. Tidak ada

tanda tanda

malnutrisi

5. Tidak terjadi

penurunan

berat badan

yang berarti.

28

Page 25: BAB I

2.12 Implementation

1. No Dx I : Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar

kapiler

No Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Formatif Paraf

1 12

Februari

2015

1. Mengkaji status

respirasi

2. Mengobservasi

sianosis khususnya

membran mukosa

3. Memposisikan

pasien semifowler

4. Menganjurkan pasien

untuk minum -

minuman hangat

5. Melakukan suction

6. Melakukan

kolaborasi dengan

pemberian oksigen

7. Melakukan

kolaborasi dengan

memberi

bronkodilator

melalui nebulizer

8. Menjelaskan pada

pasien dan keluarga

tentang persiapan

tindakan dan tujuan

penggunaan alat

tambahan (Oksigen,

Suction, nebulizer)

1. Status respirasi

membaik

2. Membran mukosa

pasien terlihat tidak pucat

3. Pasien dapat duduk

selama 30 menit tanpa

sesak

4. Pasien meminum ½

gelas air hangat

5. Dahak telah

dikeluakan

6. Sesak pasien telah

berkurang

7. Pasien dapat

mengeluarkan dahaknya

8. Keluarga telah

memahami mengenai

tujuan dari tindakan dari

penggunaan suction, dan

nebulizer

2. No. Dx 2 : Gangguan perfusi jaringan b.d kerusakan transport oksigen

melalui membrane alveolar dan/ membrane kapiler

29

Page 26: BAB I

No Tanggal Jam Implementasi Evaluasi

Formatif

Paraf

3 13

Februari

2015

12

Februari

2015

08.00

08.05

08.15

08.20

09.00

1. Mengkaji bunyi

nafas setelah

pengisapan atau

terapi inhalasi.

2. Mengkaji nadi

perifer dan

kapilari reffil

3. Memonitor

output urine

dan laporkan

bila kurang dari

30 cc/jam.

4. Melakukan

kolaborasi

dengan

pemberian

oksigen

1. Suara

ronkhi

berkurang

2. CTR <2

detik

3. output

urin pasien

50cc/jam

4.

30

Page 27: BAB I

5. Mengajarkan

keluarga

mengenai

teknik posisi

semifowler

3. No Dx III : Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d

ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau

mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis,

psikologis atau ekonomi

No Tanggal Jam Implementasi Evaluasi

Formatif

Paraf

5 12

Februari

2015

07.00

09.30

1. Monitoring BB

pasien dalam

batas normal

2. Kolaborasi

dengan ahli

gizi untuk

31

Page 28: BAB I

09.30

09.33

menentukan

jumlah kalori

dan nutrisi

yang

dibutuhkan

pasien.

3. Anjurkan diet

yang dimakan

mengandung

tinggi serat

4. Libatkan

keluarga dalam

pemberian

nutrisi

32

Page 29: BAB I

2.13 Evaluasi / SOAP

No Tanggal Jam No.

Dx

Catatan Perkembangan Paraf

1 12

Februari

2015

16.00 I S : Tn.A mengatakan sesak

mulai berkurang

O :

- Napas Tn.A tampak

lebih normal

- Nadi 124x/menit

- RR: 55x/menit

- Bibir kemerahan / tidak

pucat

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutrkan

2 II S : -

O :

- Nadi 124x/menit

- RR: 55x/menit

- Bibir kemerahan / tidak

pucat

- Tidak sianosis

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

33

Page 30: BAB I

3 13

Februari

2015

15.00 III S : Tn.A mengatakan badannya

sudah tidak terasa lemah.

O :

- Tidak muntah saat

makan maupun setelah

makan

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

34

Page 31: BAB I

BAB 3. PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Bronchopneumonia adalah  infeksi yang menyebabkan paru-

paru  meradang. Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi

nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang.

Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Gara- gara

inilah,selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita bronchopneumonia

bisa meninggal. Sebenarnya bronchopneumonia bukanlah penyakit tunggal.

Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan

sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia

maupun partikel.

1.2 Saran

Dari kesimpulan diatas penulis dapat sedikit memberi saran kepada

beberapa pihak untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan

kesehatan utamanya di Indonesia, diantaranya sebagai berikut:

a. Keluarga klien atau pasien

Keluarga klien atau pasien diharapkan dapat memberikan perawatan dalam

memenuhi kebutuhan sehari-hari yang menderita penyakit bronkopneumonia

dan mampu menjaga kebersihan lingkungan sehingga setiap anggota keluarga

yang lain dapat terhindar dari penyakit bronkopneumonia.

b. Mahasiswa

Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep brokopneumonia

utamanya dalam memberikan asuhan keperawatan dengan intensif pada pasien

dengan bronkopneumonia dan memberikan penyuluhan pada keluarga pasien

sebagai usaha untuk mempercepat penyembuhan pasien serta mencegah

terjadinya komplikasi. Mahasiswa dapat menjalin kerja sama dengan keluarga

perawat lainnya, agar dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara

operasional.

35

Page 32: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Alim Hidayat. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika.

Baughman,D.C& Hackley,J.C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Doengoes, Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3.

Jakarta :EGC

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-ruffaedahg-6294-2-

babii.pdf ( diakses pada tanggal 09 maret 2015)

http://kampusdokter.blogspot.com/2012/12/bronkopneumonia.html ( diakses

pada tanggal 25 februari 2015)

Kumar, dkk. 2009. Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Pasien Gangguan

Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika

Potter P. A, Perry Anne.P. 2005. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan

Praktik. Jakarta: EGC.

Reeves J Charlen. (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba

Medika

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis

NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC

36