BAB I
-
Upload
karina-diana -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
description
Transcript of BAB I
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang
mengenai parenkim paru. (Arif Mansjoer.2000). Berdasarkan anatominya
pneumonia dibagi menjadi tiga yaitu pneumonia lobaris, pneumonia lobularis
(bronchopneumonia) dan pneumonia interstitialis (bronkiolitis).
Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau
beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat
(Whalley and Wong, 1996). Bronchopneumonia adalah suatu radang paru yang
disebabkan oleh bermacam – macam etiologi seperti bakteri, virus,jamur, dan
benda asing yang mengenai satu atau beberapa lobus ( Ngastiyah, 1997). Selain
itu menurut Brunner dan Suddarth (2001), Bronchopneumonia adalah radang
pada paru-paru yang mempunyai penyebaran berbercak, teratur dalam satu area
atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru. Dari
berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bronchopneumonia adalah
infeksi saluran pernafasan bagian bawah yang secara anatomi mengenai bagian
lobulus paru mulai dari parenkim paru sampai perbatasan bronkus yang ditandai
dengan adanya bercak-bercak infiltrate.
Gambar : Perbedaan bronkus normal
dan bronkopneumonia
Sumber : (Reeves, 2001)
1.2 Epidemiologi
Pneumonia adalah penyakit umum di semua bagian dunia. Ini adalah
penyebab utama kematian di antara semua kelompok umur. Pada anak-anak,
banyak dari kematian ini terjadi pada masa neonatus. Organisasi Kesehatan Dunia
memperkirakan bahwa satu dari tiga kematian bayi baru lahir disebabkan
pneumonia. Lebih dari dua juta anak balita meninggal setiap tahun di seluruh
dunia. WHO juga memperkirakan bahwa sampai dengan 1 juta ini (vaksin
dicegah) kematian yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus''''pneumoniae, dan
lebih dari 90% dari kematian ini terjadi di negara-negara berkembang. Kematian
akibat pneumonia umumnya menurun dengan usia sampai dewasa akhir. Lansia
individu, bagaimanapun, berada pada risiko tertentu untuk pneumonia dan
kematian terkait. Karena beban yang sangat tinggi penyakit di negara berkembang
dan karena kesadaran yang relatif rendah dari penyakit di negara-negara industri,
komunitas kesehatan dunia telah menyatakan untuk November 2 Hari Pneumonia
Dunia, sehari untuk warga yang prihatin dan pembuat kebijakan untuk mengambil
tindakan terhadap penyakit.
Di Inggris, kejadian tahunan dari pneumonia adalah sekitar 6 kasus untuk
setiap 1000 orang untuk kelompok usia 18-39. Bagi mereka 75 tahun lebih dari
usia, ini meningkat menjadi 75 kasus untuk setiap 1000 orang. Sekitar 20-40%
individu yang membutuhkan pneumonia kontrak yang masuk rumah sakit antara
5-10% diterima ke unit perawatan kritis. Demikian pula, angka kematian di
Inggris adalah sekitar 5-10%. Individu-individu ini juga lebih cenderung memiliki
episode berulang dari pneumonia. Orang-orang yang dirawat di rumah sakit untuk
alasan apapun juga berisiko tinggi untuk pneumonia.
1.3 Penyebab
Pada umumnyatubuh terserang Bronchopneumonia karena disebabkan oleh
penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme
patogen.Penyebab Bronchopneumonia yang biasa ditemukan adalah:
1. Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus
Aureus, Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni),
Mycobacterium Tuberculosis.
2. Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.
3. Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices
Dermatides, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia.
Aspirasi benda asing.
4. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopneumonia adalah
a) Faktor predisposisi
- usia /umur
- genetik
b) Faktor pencetus
- gizi buruk/kurang
- berat badan lahir rendah (BBLR)
- tidak mendapatkan ASI yang memadai
- imunisasi yang tidak lengkap
- polusi udara
- kepadatan tempat tinggal
1.4 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang dapat terjadi karena penyakit Bronchopneumonia
adalah
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki,
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
5. Diaforesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan atau berkarat
9. Gelisah
10. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
1.5 Patofisiologi
Bronchopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya
disebabkan oleh virus penyebab bronchopneumonia yang masuk ke saluran
pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus
ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif,
ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka
komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan
napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan
produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga
fleura. Emfisema ( tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru ) adalah
tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi
napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan
kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. Secara singkat
patofisiologi dapat digambarkan pada skema proses.
1.6 Clinical Pathway
Gangguan perfusi jaringan
1.7 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan pada bronkopneumonia untuk
menegakkan diagnosis diantaranya yaitu :
1. Rontgen Dada : Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi distribusi struktural;
dapat juga menyatakan abses luas atau infiltrat, empiema(stapilococcus);
infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran /perluasan
infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.
Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau
beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada
satu atau beberapa lobus. Berikut gambaran foto rongent penderita
bronkopnemonia yang dimana dalam hasilnya terdapat bercak-bercak
bronkopnemonia.
2. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi
langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari
etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar.
3. Pemeriksaan fungsi paru. Pada pemeriksaan ini akan didapatkan volume paru
mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin
meningkat dan komplain paru menurun, terjadi hipoksemia.
4. Analisa Gas Darah. Pada pemeriksaan darah ini biasanya akan didapatkan hasil
yang tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.
5. Pemeriksaan radiologi yaitu pada foto thoraks, konsolidasi satu atau beberapa
lobus yang berbercak-bercak infiltrate
6. Pemeriksaan laboratorium didapati lekositosit antara 15000 sampai 40000
/mm3.
7. Hitung sel darah putih biasanya meningkat kecuali apabila pasien mengalami
imunodefiensi.
8. Pemeriksaan AGD (analisa gas darah), untuk mengetahui status
kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigen.
9. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum,
untuk mengetahui mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok untuk
menanganinya.
1.8 Penatalaksanaan Medis
Pada dasarnya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi
tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama,
maka dalam praktek diberikan pengobatan polifragmasi seperti penisilin diambah
dengan kloramfenikol atau diberi antibiotik yang mempunyai spektrum luas
seperti ampicillin. Pengobatan diteruskan sampai anak bebas demam selama 4 – 5
hari. Adapun berapa pengobatan secara medis atau penatalaksanaan yang dapat
dilakukan yaitu :
1. Bed rest
2. Jumlah cairan disesuaikan dengan berat badan dan kenaikan suhu.
3. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
4. Pemberian antibiotik sesuai biakan atau berikan :
a. Untuk kasus pneumonia community base :
- Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
- Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
b. Untuk kasus pneumonia hospital base :
- Sefotaksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
- Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberia
- Antipiretik : paracetamol 10-15 mg/kgBB/x beri
- Mukolitik : Ambroxol 1,2-1,6 mg/kgBB/2 dosis/oral
5. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan
broncodilator.
6. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip. Jika sesaknya berat maka
pasien harus dipuasakan.
1.9 Penetalaksanaan Keperawatan
1. Perawat melakukan perannya sebagai edukator untuk memberikan pasien
pengetahuan tindakan yang akan dilakukan seperti suction yang diberikan
kepada pasien untuk menghilangkan secret agar jalan nafas pasien kembali
efektif.
2. Perawat melakukan tugasnya sebagai koordinator untuk memberikan dan
mengatur waktu pasien untuk tindakan bed rest agar keadaan pasien
kembali fit dan untuk menjaga kondisi pasien tetap stabil.
3. Perawat melakukan tugasnya sebebagai pelaksana atau sebagai kolaborator
untuk mendiskusikan pemberian tindakan yang akan dilakukan dengan
dokter,ahli gizi,fisioterapi dll. Seperti pemberian cairan dimana pasien
bronkopneumonia mengalami resiko kekurangan cairan, disini perawat
berkolabosari dengan dokter dalm pemberian cairan untuk penderita
bronkopneumonia.
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Alamat : Patrang Rt/Rw 07/08, Kec. Patrang, Kab. Jember
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Montir
2.2 Keluhan Utama
Tn. A mengalami sesak nafas, batuk, dan pilek
2.3 Riwayat Keperawatan Sekarang
Dua minggu (25 januari 2015 ) sebelum masuk rumah sakit, Tn. A
mengatakan bahwa ia panas tinggi secara terus menerus.Tetapi setelah diberi obat
panasnya turun. Tn. A menderita batuk serta pilek, pasien tidak menggigil. Tn. A
tidak mengalami mual dan muntah, BAK dengan jumlah yang cukup, warna
kuning dengan bau khas. BAB tidak mengalami konsistensi padat serta bau khas.
Satu minggu ( 1 februari 2015 ) yang lalu, Tn. A masih panas tinggi, naik
turun.Pasien masih batuk dan pilek, Tn.A masih bersedia makan dan minum,
BAK dan BAB tidak ada kelaianan. Tn. A lalu pergi ke puskesmas dan diberi
Paracetamol, namun belum ada perbaikan.
Tiga hari (8 februari 2015) yang lalu Tn. A masih panas tinggi, batuk
pilek.Nafas tampak lebih cepat dari biasanya. Kelopak mata tampak bengkak, kaki
tampak bengkak, terkadang muntah sekitar ¼ gelas kecil atau sesuai yang
dimakan.Tn. A tampak lemas, BAK dan BAB tidak ada kelainan. Lalu ia dibawa
ke RS. Soebandi , sesampainya dirumah sakit Tn. A melakukan pemeriksaan
laboratorium, dari hasil lab ditemukan : Hb: 9,7 g/dL, 26,4 ribu/mmk, Tr:
1.057.000/µl, Hc: 30,9%. Setelah itu perawat melakukan observasi dan
didapatkan hasil TTV , TD: 130/70, nadi 124x/menit, RR: 30x/menit,suhu = 37K
C, Setelah dilakukan anamnese ternyata Tn. A merupakan perokok aktif,
informasi itu didapat dari istrinya.
Pernah berobat
Tn. A sempat di bawa ke puskesmas
Obat obatan yang digunakan
Tn.. A pernah mendapatkan paracetamol dari puskesmas
Tindakan operasi
Tn. A belum pernah dilakukan tindakan operasi
Alergi
Tn. A tidak mempenyai riwayat alergi
Kecelakaan
Tn. A tidak pernah jatuh/cidera sampai dirawat di RS
2.4 Riwayat Keperawatan Dahulu
Sekitar lima bulan yang lalu Tn. A menderita demam berdarah, namun
penyakit tersebut telah sembuh setelah Tn. A mendapat perawatan di Rumah
Sakit.
2.5 Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga Tn. A tidak memiliki riwayat bronkopneumonia. Namun Tn. A
merupakan perokok aktif (bukan merupakan faktor keturunan tetapi
kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat).
2.6 Pengkajian 11 Pola Fungsional Kesehatan dari Marjory Gordon
1. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Sebelum sakit : orang tua pasienmengatakan anak panas tinggisecara terus
menerus serta panas menurun ketika diberi obat turun panas.
Saat sakit : saat sakit di bawa kerumah sakit.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
Sebelum sakit : Tn. A bersedia makan dan minum.
Saat sakit : Tn. A masih bersedia makan dan minum tetapi terkadang
muntah sekitar ¼ gelas kecil atau sesuai yang dimakan.
3. Pola Eliminasi
BAK dengan jumlah cukup, warna kuning, serta bau khas. BAB tidak
mengalami gangguan dengan warna hijau, konsistensi padat,dan bau khas.
4. Pola Latihan dan Aktivitas
a. Aktivitas
Kemampuan
perawatan diri
0 1 2 3 4
Makan dan minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: di bantu orang lain dan
alat, 4: tergantung.
b. Latihan
Sebelum sakit
Pola gerak : bisa bergerak dengan bebas
Pola aktivitas : dapat beraktivitas seperti biasa
Saat sakit
Pola gerak : terbatas untuk bergerak karena dipasang infuse
Pola aktivitas : hanya bisa melakukan aktivitas di tempat tidur
5. Pola Kognitif dan Perseptual
Kurang mengetahui tentang penyakitnya secara mendetail.
6. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : Tn. A mengatakan setiap hari tidur dengan rentang 6-8
jam. Tidur malam pukul 23.00 dan bangun pagi pukul 06.00.
Saat sakit : saat sakit susah tidur dan sedikit terganggu karena ruang
gerak yang tidak memadai. Tidur malam pukul 22.00 dan bangun pagi
05.30.
7. Pola Konsep Diri dan Persepsi Diri
Sebelum sakit
Harga diri : tidak bermasalah
Body image : tidak bermasalah
Ideal diri : tidak bermasalah
Peran : tidak bermasalah
Identitas diri : tidak bermasalah
Saat sakit
Harga diri : tidak bermasalah
Body image : tidak bermasalah
Ideal diri : tidak bermasalah
Peran : tidak bermasalah
Identitas diri : tidak bermasalah
8. Pola Peran dan Hubungan
Sebelum sakit : mengatakan dapat berkomunikasi dengan baik, dengan
keluarga maupun temannya.
Saat sakit : dapat berkomunikasi dengan baik, dengan perawat,
keluarga maupun temannya.
9. Pola Reproduksi atau Seksual
Mempunyai seorang istri dan 2 anak.
10. Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stres )
Sebelum sakit : mengatakan jika mengalami masalah stress akan bercerita
dengan teman.
Saat sakit : menceritakan keluhannya kepada keluarga.
11. Pola Keyakinan Dan Nilai
Sebelum sakit : menganut agama islam dan selalu sholat.
Saat sakit : tidak bisa melakukan sholat dengan berdiri, hanya bisa
melakukannya dengan duduk.
2.7 Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan fisik head to toe pada anak dengan bronkopneumonia
menurut Riyadi, 2009:
1. Kepala
b. Bentuk kepala
c. Warna rambut
d. Distribusi rambut
e. Ada lesi atau tidak
f. Hygiene
g. Ada hematoma atau tidak
2. Mata
a. Sklera berwarna merah (ada peningkatan suhu tubuh)
b. Kaji reflek cahaya
c. Konjungtiva anemis atau tidak
d. Pergerakan bola mata
3. Telinga
a. Simetris atau tidak
b. Kebersihan
c. Tes pendengaran
4. Hidung
a. Ada polip atau tidak
b. Nyeri tekan
c. Kebersihan
d. Pernafasan cuping hidung
e. Fungsi penciuman
5. Mulut
a. Warna bibir
b. Mukosa bibir lembab atau tidak
c. Mukosa bibir kering (meningkatnya suhu tubuh)
d. Reflek mengisap
e. Reflek menelan
6. Dada
a. Paru – paru
Inspeksi : Irama nafas tidak teratur, pernapasan dangkal,
penggunaan otot bantu napas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara paru ronchi
b. Jantung
Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada dada sebelah kiri
Perkusi : Suara jantung terdengar redup
Auskultasi : Nada S1 S2 dan lub dup
7. Abdomen
a. Inspeksi : bentuk, lesi
b. Palpasi : Splenomegali, hepatomegali, nyeri tekan, nyeri lepas,
turgor kulit <3 detik
c. Perkusi : Suara abdomen timpani
d. Auskultasi :Bising usus meningkat (normal 4-9x/menit)
8. Ekstremitas
a. Pergerakan sendi terbatas (nyeri sendi)
b. Kelelahan (malaise)
c. Kelemahan
d. Crt <2 detik dan keluhan
9. Genetalia dan anus
a. Kelengkap (laki-laki: penis, skrotum; perempuan: labia minora, labia
mayora, klitoris)
b. Fungsi bab
c. Fungsi bak
b. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : pada klien dengan bronopneumonia irama nafas tidak
teratur, pernapasan dangkal,penggunaan otot bantu napas
b. Palpasi : Splenomegali, hepatomegali, nyeri tekan, nyeri lepas,
turgor kulit <3 detik (abdomen)
c. Perkusi : Suara parunya terdengar sonor, Suara abdomen timpani
d. Auskultasi : Krekels, ronki, mengi terdengar inspirasi dan ekspirasi
pada respon terhadap pengumpulan cairan, secret kental, dan spasme
jalan nafas atau obstruksi.
2.8 Hasil Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Tanggal :11 Februari 2015
Hematologi Hb:
Hb : 8,20 gr/ dL
Hematokrit : 27,8 %
Erythrosit : 3,64 juta/ mmk
MCV : 76,4 fL
MCH : 22,5 pg
MCHC : 29,5 gr/ dL
Leukosit : 26,4 ribu/ mmk
Hitung Jenis Darah Tepi
Eosinofil : 2%
Basofil : 0%
Batang : 0%
Segmen : 58%
Limfosit : 30%
Monosit : 6%
Eritrosit : anisitosis ringan poikilositosis sedang
Tombosit : jumlah meningkat, bentuk normal
Lekosit : jumlah tampak meningkat, limfosit teraktivasi +, smudge
cell+
RDW : 17,4 %
MPV : 7,60 fL
2. Program Terapi
Tanggal : 11 Februari 2015
O2 Headrop
Suction periodik
Inj. Ceftriaxon 2x 300 mg iv
Infus D5 ¼ Ns 480/20/5
Inj. Ca Glukonas 2x3,5 cc “iv pelan”
Paracetamol 4-6 x ¾ tab jika T ≥ 380 C
Tranfusi albumin 2x pemberian 20% dgn indikasi albumin < 1 mg/dL
Diit : ASI (NGT)
2.9 Problem List
No Tanggal/Jam Data Problem Etiologi Paraf
1 12 Februari
2015
Pukul 08.00
S : Tn.A mengeluh
sesak
O :
- Napas anak
tampak lebih
cepat
- Tn. A tampak
lemah
- Nadi 124x/menit
- RR: 30x/menit
- Bibir pucat
Gangguan
Pertukaran Gas
Perubahan
membran
alveolar kapiler
2 12 Februari
2015
Pukul 08.00
S : Tn.A mengeluh
sesak, batuk dan
pilek
O :
- Batuk, pilek
- Ronkhi basah
halus
- Produksi
sputum berlebih
- Sesak nafas
(dispnea)
- Nafas cepat dan
meningkat
- RR: 30x/me
Bersihan Jalan
Nafas Tidak efektif
adanya
sekret/sputum
pada saluran
napas
3. 12 Februari
2015
Pukul 08.00
S : istri Tn. A
mengatakan , suami
saya muka nya kok
pucat ya sus,
sesekali saya
Gangguan perfusi
jaringan
Suplai O2 dalam
darah menurun
18
memegang
tangannya dingin.
O :
- Sianosis
- Bibir pucat
- Nadi
124x/menit.
- T: 37 ˚ C
4 12 Februari
2015
Pukul 08.00
S : Tn.A mengeluh
sesak
O :
- Sesak napas
(dispneu)
- RR: 30x/menit
Pola Nafas Tidak
Efektif
Kelelahan otot
pernapasan
5 12 Februari
2015
Pukul 08.00
S : istri Tn. A
mengatakan, suami
saya susah kalau
disuruh makan,
mau muntah setiap
makan apabila
disertai batuk.
O :
- Muntah sesuai
yang dimakan
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Ketidakmampuan
untuk
memasukkan
atau mencerna
nutrisi
19
2.10 Prioritas Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar kapiler,adanya
sekret d.d Napas tampak lebih cepat, Tn. A tampak lemah, nadi
124x/menit, RR: 30x/menit, bibir pucat, batuk, pilek, terdengan ronchi
basah halus, sesak napas
2. Gangguan perfusi jaringan b.d kerusakan transport oksigen melalui
membrane alveolar dan/ membrane kapiler d.d sianosis, bibir pucat, nadi
124x/menit.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak
mampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi d.d muntah sesuai
yang dimakan
23
2.11 Nursing Care Plan
NoTang
galJam
No
Dx
Perencanaan
ParafTujuan &
kriteria hasilIntervensi Rasional
1 12
Febru
ari
2015
08.00 I Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24
jam Gangguan
pertukaran
pasien teratasi
dengan kriteria
hasi:
1. Menunjukk
an fungsi
paru dalam
batas
normal
2. Tidak
mengalami
nafas
dangkal
3. Tidak
menggunak
an otot
aksesoris
untuk
bernapas.
4. Tanda
1. Kaji status
respirasi
2. Observasi
sianosis
khususnya
membran
mukosa
3. Posisikan pasien
semifowler
4. Anjurkan pasien
untuk minum-
minuman
hangat
5. Lakukan suction
6. Lakukan
kolaborasi
dengan
pemberian
oksigen
7. Lakukan
kolaborasi
dengan
memberi
bronkodilator
melalui
1. Takipneu,
pernapasan
dangkal dan
gerakan dada
tidak simetris
sering terjadi
karena
ketidaknyamana
n gerakan
dinding dada.
2. Sianosis pada
kuku
menunjukan
vasokonstriksi
atau respon
tubuh terhadap
demam/menggi
gil. Namun
sianosis dan
telinga,
membran
mukosa dan
kulit sekitar
mulut
menunjukkan
hipoksemia
24
tanda vital
dalam
rentang
normal
nebulizer
8. Jelaskan pada
pasien dan
keluarga tentang
persiapan
tindakan dan
tujuan
penggunaan alat
tambahan
(Oksigen,
Suction,
nebulizer)
sistemik.
3. Mempermudah
bernapas
4. Mengencerkan
dahak
5. Membersihkan
jalan napas
secara mekanik
pada pasien
yang tidak
mampu
melakukan
batuk efektif /
penurunan
tingkat
kesadaran
6. Alat dalam
menurunkan
kerja napas ;
menghilangkan
distres respirasi
dan sianosis
sehubungan
dengan
hipoksemia.
7. Menurunkan
spasme bronkus
dengan
mobilisasi
sekret.
8. Supaya keluarga
25
mengetahui
mengenai
tindakan yang
akan dilakukan
pada pasien
2 12
Febru
ari
2015
08.00 II Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24
jam Gangguan
perfusi
jaringan pasien
dapat teratasi
dengan kriteria
hasi:
1. TTV dalam
batas
normal
2. Mengidenti
fikasi cara
medis, diet,
pengobatan,
aktivitas
yang
meningkatk
an
vasodilatasi
3. Status
mental
1. Kaji bunyi nafas
dan setelah
pengisapan atau
terapi inhalasi.
2. Kaji nadi perifer
dan kapilari
reffil
3. Monitor out put
urine dan
laporkan bila
kurang dari 30
cc/jam.
4. Lakukan
kolaborasi
dengan O2
5. Ajarkan dan
libatkan
keluarga
mengenai teknik
posisi semi
fowler
1. Mengetahui
perkembangan
fungsi
pernafasan
klien.
2. Penurunan nadi
perifer dan
kapilari reffil
merupakan
indikasi
penurunan
perfusi jaringan.
3. Penurunan
produksi urine
merupakan
indikasi peerfusi
jaringan ke
ginjal tidak
adekuat.
4. Pemberian O2
dapat
melancarkan
pernafasan
5. Melatih
keluarga,
26
klien tidak
ada
penurunan,
sianosis
tidak ada,
extremitas
tidak
dingin.
apabila pasien
sesak bisa
dibantu
melancarkan
pernapasan
dengan teknik
semi fowler.
3 12
Febru
ari
2015
08.00 III Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24
jam kebutuhan
nutrisi pasien
tercukupi
dengan kriteria
hasil:
1. Adanya
peningkata
n berat
badan
sesuai
dengan
tujuan
2. Berat badan
ideal sesuai
dengan
tinggi badan
3. Mampu
mengidentifi
1. Monitoring BB
pasien dalam
batas normal
2. Anjurkan diet
makanan tinggi
serat
3. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan nutrisi yang
dibutuhkan
pasien.
4. Libatkan
keluarga dalam
pemberian
nutrisi
1. Mengetahui
kondisi pasien
2. Mencegah
terjadinya
konstipasi pada
pasien
3. Supaya nutrisi
yang diberikan
untuk pasien
tercukupi
4. Supaya keluarga
dapat
mengetahui
nutrisi yang
dibutuhkan
pasien saat ini
apa saja.
27
kasi
kebutuhan
nutrisi
4. Tidak ada
tanda tanda
malnutrisi
5. Tidak terjadi
penurunan
berat badan
yang berarti.
28
2.12 Implementation
1. No Dx I : Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar
kapiler
No Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Formatif Paraf
1 12
Februari
2015
1. Mengkaji status
respirasi
2. Mengobservasi
sianosis khususnya
membran mukosa
3. Memposisikan
pasien semifowler
4. Menganjurkan pasien
untuk minum -
minuman hangat
5. Melakukan suction
6. Melakukan
kolaborasi dengan
pemberian oksigen
7. Melakukan
kolaborasi dengan
memberi
bronkodilator
melalui nebulizer
8. Menjelaskan pada
pasien dan keluarga
tentang persiapan
tindakan dan tujuan
penggunaan alat
tambahan (Oksigen,
Suction, nebulizer)
1. Status respirasi
membaik
2. Membran mukosa
pasien terlihat tidak pucat
3. Pasien dapat duduk
selama 30 menit tanpa
sesak
4. Pasien meminum ½
gelas air hangat
5. Dahak telah
dikeluakan
6. Sesak pasien telah
berkurang
7. Pasien dapat
mengeluarkan dahaknya
8. Keluarga telah
memahami mengenai
tujuan dari tindakan dari
penggunaan suction, dan
nebulizer
2. No. Dx 2 : Gangguan perfusi jaringan b.d kerusakan transport oksigen
melalui membrane alveolar dan/ membrane kapiler
29
No Tanggal Jam Implementasi Evaluasi
Formatif
Paraf
3 13
Februari
2015
12
Februari
2015
08.00
08.05
08.15
08.20
09.00
1. Mengkaji bunyi
nafas setelah
pengisapan atau
terapi inhalasi.
2. Mengkaji nadi
perifer dan
kapilari reffil
3. Memonitor
output urine
dan laporkan
bila kurang dari
30 cc/jam.
4. Melakukan
kolaborasi
dengan
pemberian
oksigen
1. Suara
ronkhi
berkurang
2. CTR <2
detik
3. output
urin pasien
50cc/jam
4.
30
5. Mengajarkan
keluarga
mengenai
teknik posisi
semifowler
3. No Dx III : Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis,
psikologis atau ekonomi
No Tanggal Jam Implementasi Evaluasi
Formatif
Paraf
5 12
Februari
2015
07.00
09.30
1. Monitoring BB
pasien dalam
batas normal
2. Kolaborasi
dengan ahli
gizi untuk
31
09.30
09.33
menentukan
jumlah kalori
dan nutrisi
yang
dibutuhkan
pasien.
3. Anjurkan diet
yang dimakan
mengandung
tinggi serat
4. Libatkan
keluarga dalam
pemberian
nutrisi
32
2.13 Evaluasi / SOAP
No Tanggal Jam No.
Dx
Catatan Perkembangan Paraf
1 12
Februari
2015
16.00 I S : Tn.A mengatakan sesak
mulai berkurang
O :
- Napas Tn.A tampak
lebih normal
- Nadi 124x/menit
- RR: 55x/menit
- Bibir kemerahan / tidak
pucat
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutrkan
2 II S : -
O :
- Nadi 124x/menit
- RR: 55x/menit
- Bibir kemerahan / tidak
pucat
- Tidak sianosis
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
33
3 13
Februari
2015
15.00 III S : Tn.A mengatakan badannya
sudah tidak terasa lemah.
O :
- Tidak muntah saat
makan maupun setelah
makan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
34
BAB 3. PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Bronchopneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-
paru meradang. Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi
nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang.
Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Gara- gara
inilah,selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita bronchopneumonia
bisa meninggal. Sebenarnya bronchopneumonia bukanlah penyakit tunggal.
Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan
sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia
maupun partikel.
1.2 Saran
Dari kesimpulan diatas penulis dapat sedikit memberi saran kepada
beberapa pihak untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan utamanya di Indonesia, diantaranya sebagai berikut:
a. Keluarga klien atau pasien
Keluarga klien atau pasien diharapkan dapat memberikan perawatan dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari yang menderita penyakit bronkopneumonia
dan mampu menjaga kebersihan lingkungan sehingga setiap anggota keluarga
yang lain dapat terhindar dari penyakit bronkopneumonia.
b. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep brokopneumonia
utamanya dalam memberikan asuhan keperawatan dengan intensif pada pasien
dengan bronkopneumonia dan memberikan penyuluhan pada keluarga pasien
sebagai usaha untuk mempercepat penyembuhan pasien serta mencegah
terjadinya komplikasi. Mahasiswa dapat menjalin kerja sama dengan keluarga
perawat lainnya, agar dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara
operasional.
35
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Alim Hidayat. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Baughman,D.C& Hackley,J.C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Doengoes, Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3.
Jakarta :EGC
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-ruffaedahg-6294-2-
babii.pdf ( diakses pada tanggal 09 maret 2015)
http://kampusdokter.blogspot.com/2012/12/bronkopneumonia.html ( diakses
pada tanggal 25 februari 2015)
Kumar, dkk. 2009. Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Pasien Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Potter P. A, Perry Anne.P. 2005. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktik. Jakarta: EGC.
Reeves J Charlen. (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba
Medika
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC
36