BAB I
-
Upload
tisnadamayanti -
Category
Documents
-
view
9 -
download
7
description
Transcript of BAB I
2.1 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA FRAKTUR
A. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya (Smeltzer & Bare, 2002 : 2357). Fraktur adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa
(Mansjoer et al, 2002). Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam buku
Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur adalah
rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang
lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.
Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang
praktis , dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1. Berdasarkan sifat fraktur.
1. Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit
masih utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi
tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma,
yaitu:
1) Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan
lunak sekitarnya.
2) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan
jaringan subkutan.
3) Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak
bagian dalam dan pembengkakan.
4) Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang
nyata dan ancaman sindroma kompartement.
b. Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya
perlukaan kulit. merupakan fraktur dengan luka pada kulit, membran
mukosa sampai kepatahan tulang yang dibagi menjadi 3 grade :
1) Grade I dengan luka bersih ( 1 cm panjangnya )
2) Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang
ekstensif
3) Grade III luka yang sangat terkontaminasi dan mengalami
kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
2. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.
a. Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang
atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.
b. Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang
tulang seperti:
1) Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)
2) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks
dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya.
3) Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi
korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang.
3. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme
trauma.
a. Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
b. Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut
terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasijuga.
c. Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi.
d. Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi
yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.
e. Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau
traksi otot pada insersinya pada tulang.
4. Berdasarkan jumlah garis patah.
a. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan
saling berhubungan.
b. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
c. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
pada tulang yang sama.
5. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.
a. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap tetapi kedua
fragmen tidak bergeser dan periosteum nasih utuh.
b. Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang
juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas:
1) Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah
sumbu dan overlapping).
2) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).
3) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling
menjauh).
6. Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.
7. Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.
B. Etiologi
Menurut Betz dan Sowden (2009) penyebab fraktur dapat bermacam-macam :
a. Trauma langsung
Trauma langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang
sehingga tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan
fraktur terbuka dengan garis melintang atau miring
b. Trauma tidak langsung
Trauma tidak langsung biasanya menyebabkan patah di bagian
yang paling lemah dalam jalur hantaran vector benturan. Trauma tidak
langsung juga menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat
terjadinya benturan. Misalnya jatuh dengan tangan berjulur yang
menyebabkan fraktur klavikula.
c. Patologis
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dengan
trauma minor yang mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai
keadaan berikut :
1) Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang
tidak terkendali dan progresif
2) Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut
atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan
sakit nyeri.
3) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi
Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya
disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang kadang-kadang dapat
disebabkan kegagalan absorbs Vitamin D atau oleh karena asupan
kalsium atau fosfat yang renda
Perubahan jaringan sekitar Kerusakan fragmen tlg
Pergeseran fragmen tulang
Deformitas
Ggn fungsi ekstermitas
Laserasi kulit
Hambatan mobilitas fisik
Menyumbat pembuluh darah
Tekanan sumsum tulang lbh tinggi dari kapiler
Melepaskan katekolamin
Metabolisme asam lemak
Bergabung dg trombosit
Emboli
Spasme otot
Peningkatan tek kapiler
Edema
Protein plasma hilang
Pelepasan histamin
Penekanan pembuluh darah
Putus vena/arteri
Perdarahan
Kehilangan volume cairan
Resiko syok (hipovolemik)
Kerusakan integritas kulit Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Resiko Infeksi
Trauma langsung Trauma tdk langsung Kondisi patologis
Fraktur
Diskontinuitas tulang Pergeseran fragmen tlg NYERI AKUT
C. Patofisiologis
D. Manifestasi Klinis
a. Nyeri
Umumnya pasien dengan penyakit atau kondisi traumatik otot, tulang,
dan sendi biasanya mengalami nyeri. Terputusnya kontinuitas jaringan
menyebabkan pelepasan mediator kimia seperti histamin, bradikinin, dan
kalium yang bergabung dengan nosiseptor (reseptor yang berespons
terhadap stimulus yang membahayakan).
b. Hilangnya fungsi
Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan/hilangnya
fungsi anggota badan dan persendian-persendian yang terdekat dan
cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa/gerakan-
gerakan yang abnormal). Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau
tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas
yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal.
Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya otot.
c. Pemendekan ekstermitas
Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya
karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur.
Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm
(1 sampai 2 inci).
d. Krepitus
Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan lainnya (uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan
lunak yang lebih berat).
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai
akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru
terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.Tidak semua tanda
dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur . (Smeltzer, 2001).
E. Pengkajian Keperawatan
1. Data Subyektif
a. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan, kebangsaan,
suku, pendidikan, no register, diagnose medis
b. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.
Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien
digunakan:
1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang
menjadi faktor presipitasi nyeri.
2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau
menusuk.
3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa
jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari.
c. Riwayat Penyakit
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab
dari fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana
tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya
penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang
terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan
mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka
kecelakaan yang lain
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur
dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan
menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan
penyakit paget’s yang menyebabkan fraktur patologis yang sering
sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka
di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik
dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti
diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan,
dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetic
d. Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta
respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam
keluarga ataupun dalam masyarakat
2. Data Obyektif
a. Keadaan Umum
Meliputi keadaan sakit pasien (akut, kronik, ringan, sedang, berat),
tingkat kesadaran, dan tanda-tanda vital
b. Pemeriksaan Sistem Integumen
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak,
oedema, nyeri tekan.
c. Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
d. Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.
e. Wajah
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi
maupun bentuk. Tidak ada lesi, simetris, tidak oedema.
f. Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak
terjadi perdarahan)
g. Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau
nyeri tekan.
h. Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
i. Mulut dan Faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa
mulut tidak pucat.
j. Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
k. Paru
1) Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
2) Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
3) Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
4) Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya
seperti stridor dan ronchi
l. Jantung
1) Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung.
2) Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
3) Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
m. Abdomen
1) Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
2) Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
3) Perkusi
Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
4) Auskultasi
Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.
n. Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran limfe, tidak ada kesulitan BAB.
o. Pemeriksaan Kardiovaskuler
Klien fraktur mengalami denyut nadi meningkat terjadi respon nyeri
dan kecemasan, ada tidaknya hipertensi, takikardi perfusi jaringan dan
perdarahan akibat trauma
p. Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal
Terdapat fraktur, nyeri gerak, kekakuan sendi, bagaimana tinus
ototnya, ada tidaknya atropi dan keterbatasan gerak, adanya krepitus
q. Pemeriksaan Sistem Gastro Intestinal
Tidak ada perubahan yang menonjol seperti nafsu makan tetap,
peristaltik usus, mual, muntah, kembung
r. Pemeriksaan Sistem Ganitourinaria
Tidak ada perubahan yang menonjol seperti produksi urin, warnaurin,
apakah ada hematovia/tidak, adakah disuria, kebersihan genital
s. Pemeriksaan Sistem Endokrin
Tidak ada perubahan yang menonjol seperti ada tidaknya pembesaran
thyroid/struma serta pembesaran kelenjar limfe.
t. Pemeriksaan Sistem Persyarafan
Ada tidaknya hemiplegi, pavaplegi dan bagaimana reflek patelanya
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Radiologi
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan”
menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3
dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2
proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu
diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk
memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya superposisi.
Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas dasar indikasi
kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan
permintaan. Hal yang harus dibaca pada x-ray:
- Bayangan jaringan lunak.
- Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau
biomekanik atau juga rotasi.
- Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.
- Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.
Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya
seperti:
1) Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur
yang lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini
ditemukan kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada
satu struktur saja tapi pada struktur lain juga mengalaminya.
2) Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan
pembuluh darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami
kerusakan akibat trauma.
3) Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak
karena ruda paksa.
4) Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara
transversal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang
yang rusak.
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap
penyembuhan tulang.
2) Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan
kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
3) Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-
5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat
pada tahap penyembuhan tulang.
c. Pemeriksaan lain-lain
1) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas:
didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.
2) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.
3) Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang
diakibatkan fraktur.
4) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek
karena trauma yang berlebihan.
5) Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi
pada tulang.
6) MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
F. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
struktur tulang akibat fraktur
3. Resiko infeksi
4. Resiko syok hipovolemik
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan nyeri
ekstermitas
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik
c. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi
1. Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
cidera fisik
NOC :
Pain level
Pain control
Comfort level
Kriteria Hasil
a. Mampu
mengontrol nyeri
(tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri, mencari
bantuan)
b. Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan
menggunakan
managemen nyeri
c. Mampu mengenali
nyeri (skala,
intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
d. Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
NIC:
Pain management
a. Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
b. Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
c. Gunakan tehnik
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri
pasien
d. Kaji kultur yang
mempengaruhi respon
nyeri
e. Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
f. Evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lain tentang
ketidakefektifan
control nyeri masa
lampau
g. Bantu pasien dan
keluarga untuk
mencari dan
menemukan dukungan
h. Control lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
i. Kurangi factor
presipitasi nyeri
j. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi,
nonfarmakologi dan
interpersonal)
k. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan intervensi
l. Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi
m. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
n. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
o. Tingkatkan istrihat
p. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada
keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
q. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic administration
a. Tentukan lokasi,
karakter, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
b. Cek intruksi dokter
tentang jenis obat,
dosi, dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Pilih analgesic yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesic ketika
pemberian lebih dari
satu
e. Tentukan pilihan
analgesic tergantung
tipe dan beratnya nyeri
f. Tentukan analgesic
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
g. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
h. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian anlgesik
pertama kali
i. Berikan analgesic
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
j. Evalusi efektivitas
analgesic, tanda dan
gejala
2. Hambatan
mobilitas fisik
berhubungan
kerusakan
integritas
struktur tulang
akibat fraktur
NOC:
Joint movement :
active
Mobility level
Self care : ADLs
Transfer perfoormance
Kriteria hasil:
a. Klien meningkat
dalam aktivitas
fisik
b. Mengerti tujuan
dari peningkatan
mobilitas
c. Memverbalisasikan
perasaan
dalammeningkatka
n kekuatan dan
kemampuan
berpindah
d. Memperagakan
penggunaan alat
bantu untuk
mobilisasi (walker)
NIC
Exercise therapy :
ambulation
a. Monitoring vital sign
sebelum/sesudah
latihan respon pasien
saat latihan
b. Konsultasikan dengan
terapi fisik tentang
rencana ambulansi
sesuai dengan
kebutuhan
c. Bantu klien untuk
menggunakan tongkat
saat berjalan dan
cegah terhadap cidera
d. Ajarkan pasien atau
tenaga kesehatan lain
tentang teknik
ambulansi
e. Kaji kemampuan
pasien dalam
mobilisasi
f. Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
g. Damping dan bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs
pasien
h. Berikan alat bantu jika
pasien memerlukan
i. Ajarkan psien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan
3. Resiko infeksi NOC
Immune status
Knowledge : infection
control
Risk control
Kriteria hasil
a. Klien bebas dari
tanda dan gejala
infeksi
b. Mendeskripsikan
proses penularann
penyakit, factor
yang
mempengaruhi
penularan serta
penatalaksanaannya
c. Menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah
NIC
Infection Control
a. Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien
lain
b. Pertahankan teknik
isolasi
c. Batasi pengunjung bila
perlu
d. Instruksikan pada
pengunjung untuk
mencuci tangan saat
berkunjung
meninggalkan pasien
e. Gunakan sabun
antimikroba untuk
cuci tangan
f. Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
timbulnya infeksi
d. Jumlah leukosit
dalam batas normal
e. Menunjukkan
perilaku hidup
sehat
tindakan keperawatan
g. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
penlindung
h. Pertahankan lingkunan
aseptic selama
pemasangan alat
i. Ganti letak IV perifer
dan line central dan
dressing sesuai dengan
petunjuk umum
j. Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
k. Tingkatkan intake
nutrisi
l. Berikan terapi
antibiotic bila perlu
Infection protection
a. Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan local
b. Monitor hitung
granulosit, WBC
c. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
d. Batasi pengunjung
e. Pertahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
f. Pertahankan teknik
isolasi k/p
g. Berikan perawatan
kulit pada area
epidema
h. Inspeksi kulit dan
membrane mukosa
i. Terhadap kemerahan,
panas, dan drainase
j. Inspeksi kondisi
luka/insisi bedah
k. Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
l. Dorong masukan
cairan
m. Dorong istirahat
n. Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotic sesuai resep
o. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
p. Ajarkan cara
menghindari infeksi
q. Laporkan kecurigaan
infeksi
r. Laporkan kultur
positif
4. Resiko syok
hipovolemik
NOC
Syok prevention
Syok management
Kriteria hasil
NIC
Syok prevention
a. Monitor status
sirkulasi BP, warna
a. Nadi dalam batas
yang diharapkan
b. Irama jantung
dalam batas yang
diharapkan
c. Frekunsi napas
dalam batas yang
diharapkan
d. Irama pernapasan
dalam batas yang
diharapkan
e. Natrium serum dbn
f. Kalium serum dbn
g. Klorida serum dbn
h. Kalsium serum dbn
i. Magnesium serum
dbn
j. PH darah serum
dbn
Hidrasi
Indicator
a. Mata cekung tidak
ditemukan
b. Demam tidak
ditemukan
c. TD dbn
d. Hematokrit dbn
kulit, suhu kulit,
denyut jantung, HR,
dan ritme, nadi perifer,
dan kapiler refill
b. Monitor tanda
inadekuat oksigenasi
jaringan
c. Monitor suhu dan
pernafasan
d. Monitor input dan
output
e. Pantau nilai labor:
HB, HT, AGD, dan
elektrolit
f. Monitor hemodinamik
invasi yang sesuai
g. Monitor tanda dan
gejala asites
h. Monitor tanda awal
syok
i. Tempatkan pasien
pada posisi supine,
kaki elevasi untuk
peningkatan preload
dengan tepat
j. Lihat dan pelihara
kepatenan jalan napas
k. Berikan cairan IV dan
atau oral yang tepat
l. Berikan vasodilator
yang tepat
m. Ajarkan keluarga dan
pasien tentang tanda
dan gejala datangnya
syok
n. Ajarkan keluarga dan
pasien tentang langkah
untuk mengatasi gejala
syok
Syok management
a. Monitor fungsi
neurologis
b. Monitor fungsi renal
(e.g BUN dan Cr
Lavel)
c. Monitor tekanan nadi
d. Monitor status cairan,
input, output
e. Catat gas darah arteri
dan oksigen di
jaringan
f. Monitor EKG
g. Memanfaatkan
pemantauan jalur
arteri untuk
meningkatkan akurasi
pembacaan tekanan
darah
h. Menggambarkan gas
darah arteri dan
memonitor jaringan
oksigenasi
i. Memantau tren dalam
parameter
hemodinamik
(misalnya CPV, MAP,
tekanan kapiler
pulmonal/arteri)
j. Memantau factor
penentu pengiriman
jaringan oksigen
(misalnya PaO2 kadar
haemoglobin SaO2,
CO) jika ada
k. Memantau tingkat
karbondioksida
sublingual dan/atau
tonometry
5. Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer
berhubungan
dengan nyeri
ekstermitas
NOC
Circulation status
Tissue perfusion :
cerebral
Kriteria hasil
Mendemonstrasikan
status sirkulasi yang
ditandai dengan:
a. Tekanan systole
dan diastole dalam
rentang yang
diharapkan
b. Tidak ada ortostatik
hipertensi
c. Tidak ada tanda-
tanda peningkatan
tekanan intracranial
(tidak lebih dari 15
NIC
Peripheral sensation
management
a. Monitor adanya
daerah tertentu yang
hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tu
mpul
b. Monitor adanya
paretese
c. Instruksikan keluarga
untuk mengobservasi
kulit jika ada lesi atau
laserasi
d. Gunakan sarung
tangan untuk proteksi
e. Batasi gerakan pada
kepala, leher, dan
mmHg)
Mendemonstrasikan
kemampuan kognitif
yang ditandai dengan:
a. Berkomuniakasi
dengan jelas adn
sesuai dengan
kemampuan
b. Menunjukkan
perhatian,
konsentrasi dan
orientasi
c. Memproses
informasi
d. Membuat
keputusan dengan
benar
Menunjukkan fungsi
sensori motori cranial
yang utuh : tingkat
kesadaran membaik,
tidak ada gerakan-
gerakan involunter
punggung
f. Monitor kemampuan
BAB
g. Kolaborasi pemberian
analgetik
h. Monitor adanya
tromboplebitis
i. Diskusikan mengenai
penyebab perubahan
sensasi
6. Kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan
imobilisasi fisik
NOC
Tissue integrity : skin
and mucous
membranes
Hemodyalisis akses
Kriteria hasil
a. Integritas kulit yang
baik bias
NIC
Pressure management
a. Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian
yang longgar
b. Hindari kerutan pada
tempat tidur
c. Jaga kebersihan kulit
dipertahankan
(sensai, elastisitas,
temperature,
hidrasi, pigmentasi)
b. Tidak ada luka/lesi
pada kulit
c. Perfusi jaringan
baik
d. Menunjukkan
pemahaman dalam
proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya cedera
berulang
e. Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit
perawatan alami
agar tetap bersih dan
kering
d. Mobilisasi pasien
(ubah posisi pasien)
setiap dua jam sekali
e. Monitor kulit akan
adanya kemerahan
f. Oleskan lotion atau
minyak/baby oil pada
daerah yang tertekan
g. Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien
h. Monitor status nutrisi
pasien
i. Memandikan pasien
dengan sabun dan air
hangat
Insision site care
a. Membersihkan,
memantau dan
meningkatkanproses
penyembuhan pada
luka yang ditutup
dengan jahitan, klip
atau straples
b. Monitor proses
kesembuhan area
insisi
c. Monitor tanda dan
gejala infeksi pada
area insisi
d. Bersihkan area sekitar
jahitan atau straples,
emnggunakan lidi
kapas steril
e. Gunakan preparat
antiseptic sesuai
program
f. Ganti balutan pada
interval waktu yang
sesuai atau biarkan
luka tetap terbuka
(tidak dibalut) sesuai
program
Dialysis acces
maintenance
A. Implementasi
1. Reduksi fraktur (setting tulang)
Mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi
anatomis. Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen
tulang ke posisinya dengan manipulasi dan traksi manual. Reduksi
terbuka dilakukan dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi
alat fiksasi interna (ORIF) dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku,
atau batangan logam untuk memepertahankan fragmen tulang dalam
posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.
2. Imobilisasi fraktur.
Setelah fraktur direduksi fragmen tulang harus diimobilisasi atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi ekterna (OREF),
meliputi: pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu pin, dan tehnik gips
atau fiksator eksterna. Implan logam dapat digunakan untuk fiksasi
interna (ORIF) yang berperan sebagai bidai interna untuk
mengimobilisasi fraktur yang dilakukan dengan pembedahan.
3. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
Segala upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan
lunak. Latihan isometricn dan setting otot diusahakan untuk
meminimalkan atrofi disuse dan meningkatkan aliran darah. Partisipasi
dalam aktivitas hidup sehari-hari diusahakan untk memperbaiki
kemandirian fungsi dan harga diri.
B. Evaluasi
Hasil yang diharapkan agar dicapai klien yaitu :
1. Nyeri yang dirasakan pasien dapet berkurang.
2. Pasien mengatakan nyaman setelah nyeri berkurang
3. Integritas kulit pasien dalam keadaan baik dan pasien mampu
mempertahankannya.
4. Pasien memahami proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya
cedera berulang
5. Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi
6. Pasien mampu mencegah timbulnya infeksi.
7. Aktifitas fisik klien meningkat
8. Vital sign dalam batas normal.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Perawatan Medikal Bedah, Volume 2,
Edisi 8, Jakarta : EGC
Cecily Lynn Betz & Linda A. Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri ed
5. Jakarta : EGC
Mansjoer A. dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke-3. Volume 1.
Jakarta : Media Aesculapius Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi
untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Herdman Heather. 2012. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC
Nurarif & Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction
Price, S.A. dan Wilson L.M. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi ke-6. Volume 1. Jakarta : EGC Smeltzer, S.C. dan
B.C Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
dan Suddarth. Edisi ke-8. Volume 2. Jakarta : EGC
Suratun. 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal: Seri Asuhan
Keperawatan. Jakarta : EGC
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN “ KL “ DENGAN CLOSE
FRAKTUR ANGKLE SINISTRA DI RUANG A RSUD KLUNGKUNG
PADA TANGGAL 1- JUNI 2015
I. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 2 Juni 2015 pada pukul 10.00 WITA
di Ruang A RSUD Klungkung dan masuk rumah sakit pada tanggal 31 Mei
2015 pukul 12.00 WITA. Data diperoleh dari wawancara dengan klien,
keluarga klien, dan catatan medik No. CM 001518 yang dilakukan dengan
metode wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik.
A. Identitas Diri Klien
Nama : Tn. KL
Tempat,Tanggal Lahir: Karangasem, Februari 1969
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru ( PNS)
Lama Bekerja : Tahun
Alamat :Br. Pengalon, Ds.Antiga, Kec. Manggis,
Karangasem
Tanggal Masuk RS : 31 Mei 2015
No. RM : 001518
Diagnosa Medis : Close Fraktur Angkle + DM tipe I
Sumber Informasi : Ny (Istri) dan Rekam Medik
Agama : Hindu
Status Perkawinan : Kawin
Suku : Bali
1. Keluarga terdekat yang dapat dihubungi (orang tua, wali, suami, istri,
dan lain – lain)
Pekerjaan : Istri
Pendidikan : SMA
Alamat : Br. Pengalon, Ds.Antiga, Kec. Manggis,
Karangasem
B. Alasan Dirawat
1. Alasan MRS
Pada saat MRS klien mengeluh nyeri pada pergelangan kaki kirinya ,
skala nyeri 6 ( 0-10) dan sulit menggerakan kakinya.
2. Keluhan Utama
Pada saat pengkajian klien mengeluh nyeri pada pergelangan kaki kiri
bekas operasinya.
C. Riwayat Penyakit
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 31 Mei 2014 pukul 12.00 WITA klien datang ke poli
bedah dengan keluhan nyeri pada pergelangan kaki kiri, bengkak (+).
Klien mengalami kecelakaan saat mengendari sepeda motor.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Saat pengkajian, klien mengatakan mempunyai riwayat penyakit
sebelumnya seperti DM sejak tahun 1994. Klien terakhir dirawat di
RSUD Klungkung bulan November 2014 di Ruang E dengan keluhan
perut ascites dan riwayat Sirosis Hepatis, lalu dirujuk ke Sanglah
untuk dirawat secara intensif
a. Alergi :
Klien mengatakan tidak memiliki alergi makanan maupun alergi
obat.Dalam keluarganya juga tidak ada riwayat alergi apapun.
b. Kebiasaan : merokok/kopi/obat/alkohol/lain-lain
Klien mengatakan tidak memiliki kebiasaan merokok, kopi atau
alcohol.
c. Obat – obatan :
Klien tidak pernah mengonsumsi obat-obatan selain yang telah
diberikan di rumah sakit.
D. Riwayat Keluarga
Genogram :
Keterangan :
Laki-Laki
Perempuan
Meninggal
Klien
E. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1. Bernafas
Saat pengkajian klien mengatakan tidak mengalami kesulitan saat
bernafas.
2. Makan dan Minum
Saat penkajian, klien mengatakan sebelum MRS makan 3 kali sehari
dengan waktu makan yang tidak teratur (sekali makan habis 1 porsi)
dan jarang mengkonsumsi sayur dan buah. Semenjak MRS klien
mengatakan nafsu makannya baik sama seberti sebelum MRS.
Saat pengkajian klien mengatakan sebelum MRS minum 5-8 gelas
(1000-1600 cc) air setiap hari dan sesekali minum kopi. Sejak MRS
klien mengatakan minum sama seperti sebelum MRS namun tidak
mengkonsumsi kopi.
3. Eliminasi
BAB
Saat pengkajian klien mengatakan sebelum MRS klien BAB 1 kali
dalam sehari . Sejak MRS klien mengatakan BAB 1 kali tadi pagi .
konsistensi lembek, bau khas feses.
BAK
Saat pengkajian klien mengatakan sebelum MRS kencing 2-3 kali
dalam sehari. Sejak MRS klien mengatakan tidak mengalami
gangguan klien biasa kencing 2-3 kali sehari
4. Gerak dan Aktivitas
Saat pengkajian, klien mengatakan pergelangan kaki kirinya terasa
sakit sehingga tidak bisa melakukan aktifitas dan melakukan
pergerakan.
5. Kebersihan Diri
Saat pengkajian klien mengatakan sebelum MRS biasa mandi dan
gosok gigi 2 kali sehari yaitu di pagi dan sore hari dan keramas 2 kali
seminggu. Sejak MRS klien mandi 1 kali pagi hari dan menggosok
gigi 1 x pagi hari serta belum pernah keramas
6. Istirahat Tidur
Saat pengkajian klien mengatakan sebelum MRS tidur 6-7 jam dalam
sehari biasanya dari pukul 23.00 WITA sampai 05.00 WITA. Sejak
MRS klien tidur kurang lebih 4 jam dalam sehari dan terjaga 3-4 kali
karena nyeri yang dirasakan.
7. Pengaturan Suhu Tubuh
Saat pengkajian, suhu tubuh klien 36OC.
8. Rasa Nyaman
Klien mengatakan tidak nyaman dengan kondisinya. Klien
mengatakan nyeri pada kaki kanannya seperti ditusuk-tusuk dengan
skala 4 (dari0-10).
9. Rasa Aman
Klien mengatakan cemas dengan penyakitkan namun
mempercayakannya kepada petugas medis. Klien mengatakan aman
karena didampingi oleh keluarganya.
10. Sosialisasi dan Komunikasi
Saat pengkaian klien sesekali berkomunikasi dengan perawat dan
keluarga.
11. Rekreasi
Saat pengkajian klien mengatakan sebelum MRS senang ke kebun.
Sejak MRS klien hanya berbaring ditempat di tempat tidur dan
sesekali berbincang dengan keluarga dan penjeguk.
12. Prestasi
Saat pengkajian klien mengatakan pernah memperoleh prestasi
senagai guru teladan
13. Pengetahuan
Saat pengkajian klien mengatakan mengetahui penyebab kondisinya
saat ini.
14. Ibadah
Saat pengkajian klien mengatakan sebelum MRS selalu sembahyang
ketika hari raya misalnya purnama. Sejak MRS klien hanya bias
berdoa dari tempat tidur.
1. Riwayat Lingkungan
Kebersihan Lingkungan : Klien mengatakan lingkungan di rumahnya
bersih.
Bahaya : Klien mengatakan lingkungan rumahnya aman.
Polusi : Klien mengatakan lingkungan rumahnya jauh dari polusi
2. Aspek Psikososial
a. Pola pikir dan persepsi
1) Alat bantu yang digunakan :
Klien mengatakan tidak menggunakan alat bantu pengelihatan
maupun alat bantu pendengaran.
2) Kesulitan yang dialami :
Klien mengatakan tidak memiliki kesulitan pola pikir dan persepsi
saat ini.
b. Persepsi diri
- Hal yang dipikirkan saat ini : Klien mengatakan hal yang dipikirkan
saat ini adalah pekerjaannya sebagai grtu yang tidak bisa ia lakukan
semenjak MRS.
- Harapan setelah menjalani perawatan :Klien sangat berharap ia bisa
cepat sembuh agar bisa bekerja seperti biasa lagi dan kondisinya
pulih seperti semula.
c. Suasana hati :
Klien saat ini merasa sedih karena kondisinya yang menghambat
kegiatan sehati-hari.
d. Hubungan komunikasi :
1) Bicara
Klien berbicara sangat jelas dengan bahasa Indonesia dan biasa
menggunakan bahasa Bali dalam kesehariannya di rumah.
2) Tempat tinggal
Klien mengatakan tinggal di rumahnya sendiri bersama keluarganya.
3) Kehidupan keluarga
a) Adat istiadat yang dianut :
Klien mengatakan menganut adat gotong royong dan
musyawarah di masyarakat.
b) Pembuatan keputusan dalam keluarga :
Klien selalu mengambil keputusan dengan mempertimbangkan
segala hal dengan musyawarah bersama keluarga.
c) Pola komunikasi :
Klien berkomunikasi dengan tim kesehatan dengan baik.
d) Keuangan :
Klien mengatakan keuangannya sangat memadai karena gaji dari
pekerjaannya selalu cukup untuk memenuhi kebutuhannya.
e) Kesulitan dalam keluarga :
Klien tidak mengalami kesulitan dalam hubungan di keluarganya
maupun di masyarakat.
e. Kebiasaan Seksual :
1) Gangguan hubungan seksual :
Klien berumur 46 tahun dan sudah menikah.
2) Pemahaman terhadap fungsi seksual :
Klien mengatakan sudah tahu fungsi seksual.
f. Pertahanan koping :
1) Pengambilan keputusan :
Klien mengatakan selalu mengambil keputusan terbaik dengan
musyawarah dengan keluarganya.
2) Yang disukai tentang diri sendiri :
Klien mengatakan ia adalah orang yang sabar dalam menghadapi
segala hal.
3) Yang ingin diubah dari kehidupan :
Klien mengatakan ingin memperbaiki diri untuk lebih berhati-hati
agar kejadian yang sama tidak menimpa dirinya lagi.
4) Yang dilakukan jika sedang stress :
Klien mengatakan ia selalu menenangkan diri dengan rekreasi
bersama teman-temannya.
g. Sistem Nilai dan Kepercayaan :
1) Sumber kekuatan :
Klien mengatakan sumber kekuatannya adalah Tuhan.
2) Apakah Tuhan, Agama dan Kepercayaan penting untuk Anda :
Klien mengatakan hal tersebut sangat penting untuk kemajuan
dirinya.
3) Kegiatan agama dan kepercayaan yang dilakukan :
Klien mengatakan ia selalu sembahyang di tepat sucinya pada pagi
dan sore hari.
4) Kegiatan agama dan kepercayaan yang dilakukan di RS :
Klien mengatakan bersembahyang di tempat tidur.
3. Pengkajian Fisik
a. Vital sign
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Suhu : 360C
Nadi : 86 x/menit
Pernapasan : 22 x/menit
b. Kesadaran : Compos Mentis
GCS : Eye : 4 Motorik : 5 Verbal : 6
c. Keadaan umum :
Sakit/nyeri : Sedang
Skala nyeri : 4
Nyeri di daerah : Pergelangan kaki kiri
Status gizi : Normal
BB : 70 kg TB : 175 cm
Sikap : Menahan nyeri dan meringis
Personal hygiene : Baik
Orientasi waktu/tempat/orang : Baik
d. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
1. Kepala
Bentuk : Mesochepale
Lesi/luka : Tidak ada
2. Rambut
Warna : Hitam
Kelainan : Tidak ada
3. Mata
Penglihatan : Normal, tidak memakai kacamata
Sclera : Tidak ikterus
Konjungtiva : anemis (pucat)
Pupil : Isokor
Kelainan : Tidak ada
4. Hidung
Penghidu : Normal
Secret/darah/polip : Tidak ada
Tarikan cuping hidung : Tidak ada
5. Telinga
Pendengaran : Normal, tinnitus (-) alat bantu (-)
Sekret/cairan/darah :Tidak ada
6. Mulut dan Gigi
Bibir : Lembab
Mulut dan tenggorokan : Normal, lesi (-) stomatitis (-)
Gigi : Lengkap
7. Leher
Pembesaran tyroid : Tidak ada
Lesi : Tidak ada
Nadi karotis : Teraba
Pembesaran limfoid : Tidak ada
8. Thorax
Jantung : 1. Nadi : 86 x/menit,
2. Kekuatan : kuat
3. Irama : Teratur
Paru : 1. Frekuensi nafas : Teratur
2. Kualitas : Normal, dalam (-) dangkal (-)
3. Suara nafas : Vesikuler, ronchi (-) wheezing (-)
4. Batuk : Ada
5 .Sumbatan jalan nafas : Sputum (-) lendir (-)
Retraksi dada : Tidak Ada
9. Abdomen
Peristaltic usus : 10 x/menit
Kembung : Tidak ada
Nyeri tekan : Tidak ada
Ascites : Ada
10. Genetalia
Pimosis : Tidak
Alat bantu : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
11. Kulit
Turgor : Elastis
Laserasi: Tidak ada
Warna kulit : Sawo matang, pucat (-) sianosis (-) ikterus (-)
12. Ekstremitas
Kekuatan otot :
R O M : Terbatas pada kaki kiri
Hemiplegi/parase : Tidak ada
Akral : Hangat
C R T : Normal, < 2 detik
Edema : Tidak ada
Sianosis : Tidak ada
4. Data Penunjang
a. Hasil Pemeriksaan Hematologi
(tanggal 1 Juni 2015)
Parameter Hasil Satuan Nilai Normal
WBC 22,68 [ 10^3/uL ] 4.60 - 10.2
(tanggal 1 Juni 2015)
GDS 271
b. Program terapi
IVFD RL 20 tetes/menit
Propanolol 2x2 tab
Sporonolacin 1x 1 tab
Sebiva 1x1 tab
Novoravid 3 x 16 IU
Lantus 1 x 22
Seftriaxzone 2x1 inj
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. ANALISA DATA
Data focus Analisis Masalah
DS:
- Klien mengatakan
nyeri pada
pergelangan kaki kiri,
seperti tertusuk-
tusuk dengan skala
nyeri 4 (dari 0-10),
saat menggerakkan
kaki.
- Klien mengatakan
sering terbangun saat
tidur akibat nyeri yg
dirasakan.
DO :
- Klien tampak gelisah
TD : 110/80
RR : 22 x / menit
S : 360 C
N : 86 x / menit
Trauma langsung,
Trauma tidak langsung,
Pergeseran fragmen
tulang
Respon inflamasi local
NYERI
Nyeri Akut
DS :
- Klien mengatakan
sulit menggerakkan
kaki kirinya
DO:
- Klien terlihat
membatasi
pergerakan kaki
kirinya
- Klien mengalami
perubahan gaya
berjalan
Trauma langsung,
Trauma tidak langsung,
Pergeseran fragmen
tulang
Deformitas struktur
tulang
Gangguan Fungsi
ekstremitas
HAMBATAN
MOBILITAS FISIK
Hambatan Mobilitas
Fisik
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik ditandai dengan klien
mengeluh nyeri pada pergelangan kaki kiri seperti tertusuk-tusuk, dengan
skala nyeri 4 (0-10) , saat menggerakkan kaki. Klien mengatakan sering
terbangun saat tidur akibat nyeri yg dirasakan. Klien tampak gelisah TD :
110/80, RR : 22 x / menit, S : 360 C, N : 86 x / menit
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan berhubungan dengan
kerusakan integritas struktur tulang akibat fraktur ditandai dengan Klien
mengatakan sulit menggerakkan kaki kirinya. Klien terlihat membatasi
pergerakan kaki kirinya. Klien mengalami perubahan gaya berjalan
III. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Hari/
Tgl
No
DxTujuan Intervensi Rasional
Selasa
2 Juni
2015
1 Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 2 x 24
jam, diharapkan klien
menunjukkan perbaikan status
nyeri dengan kriteria hasil :
Pain Level
1. Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan
teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan manajemen
nyeri
3. Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
Pain Management
1. Lakukan
pengkajian
nyeri secara
komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
kualitas dan
faktor
presipitasi
2. Gunakan teknik
komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman
nyeri klien
3. Kontrol
lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
nyeri seperti
1. Membantu dalam
menentukan
kebutuhan
manajemen nyeri
dan keafektifan
program
2. Untuk mengetahui
pengalaman nyeri
klien sebelumnya
3. Untuk mengurangi
faktor lain yang
dapat
menyebabkan
nyeri
suhu ruangan,
pencahayaan
dan kebisingan
4. Pilih dan
lakukan
penanganan
nyeri
(farmakologi,
nonfarmakologi
dan
interpersonal)
5. Ajarkan tentang
teknik
nonfarmakologi,
teknik relaksasi
dan distraksi
Analgesic
Administration
1. Tentukan
lokasi, karakter,
kualitas, dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian obat
2. Cek riwayat
alergi
3. Pilih rute
4. Untuk mengurangi
rasa nyeri yang
dirasakan oleh
klien
5. Meningkatkan
relaksasi dan
mengurangi
ketegangan otot
1. Ketepatan dalam
pemberian obat
2. Agar tidak timbul
komplikasi
3. Keefektifan
pemberian
secara IV, IM
untuk
pengobatan
nyeri secara
teratur
4. Monitor vital
sign sebelum
dan sesudah
pemberian
analgesik
pertama kali
5. Evaluasi
efektivitas
analgesik, tanda
dan gejala
pemberian obat
4. Mengetahui
keadaan umum
klien
5. Untuk mengetahui
respon klien
terhadap obat yang
diberikan
Selasa ,
2 Juni
2015
2 Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 2 x 24
jam, diharapkan klien
menunjukkan perbaikan status
mobilisasi dengan kriteria
hasil :
Joint movement : active
Mobility level
Self care : ADLs
1. Klien meningkat dalam
aktivitas fisik
2. Mengerti tujuan dari
peningkatan mobilitas
3. Memverbalisasikan
Exercise therapy
ambulation
1. Monitoring vital
sign
sebelum/sesudah
latihan respon
pasien saat
latihan
2. Kaji
kemampuan
pasien dalam
mobilisasi
1. Untuk
mengetahui
keadaaan umum
klien
2. Mengetahui
kemampuan dan
hambatan
mobilisasi klien
perasaan dalam
meningkatkan kekuatan
dan kemampuan
berpindah
3. Latih pasien
dalam
pemenuhan
kebutuhan ADLs
secara mandiri
sesuai
4. Ajarkan klien
bagaimana
mengubah posisi
dan berikan
bantuan jika
diperlukan
3. Kemandirian
klien dalam
memenuhi
kebutuhan harian
4. Melatih klien
dalam mobilisasi
IV. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Hari/
Tgl/
Jam
No
DxImplementasi Respon
Rabu 3
Mei
2015
Pukul
10.00
WITA
Pukul
11.00
WITA
Pukul
14.00
WITA
1
2
1
1. Mengkaji nyeri dan
pengalaman nyeri yang
dirasakan klien
2. Mengkaji kemampuan dan
hambatan klien dalam
mobilisasi
3. Mengontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
- DS: Klien mengatakan nyeri
pada pergelangan kaki
kirinya dengan skala nyeri 4
(dari 0-10) seperti tertusuk.
Saat menggerakkan kaki.
- DO: Klien Klien tampak
gelisah
TD : 110/80
RR : 22 x / menit
S : 36 C
N : 86 x / menit
- DS : Klien mengatakan sulit
menggerakkan kaki kirinya
dan sulit melakukan
perpindahan.
- DO : Klien terlihat
membatasi pergerakan kaki
kanannya.
- DS : Klien mengatakan
nyaman dengan lingkungan
ruangan dan pencahayaan
yang cukup
Pukul
16.00
WITA
Pukul
16.15
WITA
Pukul
18.00
WITA
Pukul
20.00
WITA
1
1
1
1
4. Memonitor vital sign
5. Mengajarkan klien bagaimana
mengubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
6. Delegatif pemberian obat
Propanolol 2x2 tab
Sebiva 1x1 tab
Novoravid 3x 16 IU
Seftriaxzone 2x1 inj
7. Mengajarkan teknik relaksasi
napas dalam dan distraksi
- DO : Klien tampak nyaman
dengan lingkungan
- DS : -
- DO :
TD : 120/70 mmHg.
S : 36,3 C
RR : 20 x / Menit
N : 90x / menit
- DS : Klien tidak mampu
memindahkan kaki kirinya
diatas tempat tidur
- DO : Klien terlihat gelisah
- DS: Klien mengatakan
bersedia untuk menerima
obat oral dan inj
- DO: Obat masuk, reaksi
alergi (-)
- DS : Klien mengatakan
merasa lebih tenang saat
melakukan teknik relaksasi
napas dalam
- DO: Klien melakukan teknik
dengan baik dan terlihat
lebih nyaman.
Pukul
22.00
WITA
1 8. Delegatif pemberian obat
Lantus 1 x 22
- DS: Klien mengatakan
bersedia untuk menerima
obat inj
- DO: Obat masuk, reaksi
alergi (-)
Kamis,
4 Mei
2015
Pukul
05.00
WITA
Pukul
06.00
WITA
Pukul
06.30
WITA
Pukul
06. 45
WITA
1
1
2
2
1. Memonitor vital sign
2. Delegatif pemberian obat
Propanolol 2x2 tab
Sporonolacin 1x 1 tab
Novoravid 3x 16 IU
Seftriaxzone 2x1 inj
3. Mengkaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi
4. Melatih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai
- DS : -
- DO :
TD : 120/70 mmHg.
S : 37,9 C
RR : 20 x / Menit
N : 90x / menit
- DS: Klien mengatakan
bersedia untuk menerima
obat oral dan inj
- DO: Obat masuk, reaksi
alergi (-)
- DS : Klien mengatakan
susah turun dari tempat
tidur, kaki kiri sulit
digerakan
- DO : Klien tampak
membatasi pergerakan
- DS : Klien mengatakan
belum mampu pemenuhan
kebutuhan sehari hari
- DO : klien tampak
Pukul
14.00
WITA
Pukul
14.10
WITA
Pukul
14.20
WITA
Pukul
16.00
WITA
Pukul
1
1
2
1
1
5. Mengajarkan teknik relaksasi
napas dalam dan distraksi
6. Mengkaji nyeri dan
pengalaman nyeri yang
dirasakan klien
7. Mengajarkan klien bagaimana
mengubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
8. Memonitor vital sign
9. Mengontrol lingkungan yang
dipegangi istrinya ketika
akan ke kamar mandi
- DS : Klien mengatakan
merasa lebih tenang saat
melakukan teknik relaksasi
napas dalam
- DO: Klien melakukan teknik
dengan baik dan terlihat
lebih nyaman.
- DS : Klien menyatakan
nyeri terasa berkurang,
skala 2 ( 0-10)
- DO : Klien tampak tenang
- DS : Klien mampu
memindahkan kaki kirinya
diatas tempat tidur
- DO : klien tampak
menggerakan kakinya
- DS : -
- DO :
TD : 120/80 mmHg.
S : 36,2 C
RR : 20 x / Menit
N : 86x / menit
- DS : Klien mengatakan
nyaman dengan lingkungan
16.20
WITA
Pukul
16.30
WITA
Pukul
18.00
WITA
Pukul
20.00
WITA
Pukul
22.00
1
1
1
1
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
10. Melatih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai
11. Delegatif pemberian obat
Propanolol 2x2 tab
Sebiva 1x1 tab
Novoravid 3x 16 IU
Seftriaxzone 2x1 inj
12. Mengajarkan teknik
relaksasi napas dalam dan
distraksi
13. Delegatif pemberian obat
Lantus 1 x 22
ruangan dan pencahayaan
yang cukup
- DO : Klien tampak nyaman
dengan lingkungan
- DS : Klien mengatakan
belum mampu pemenuhan
kebutuhan sehari hari
- DO : klien tampak
dipegangi istrinya ketika
akan ke kamar mandi
- DS : Klien mengatakan
bersedia untuk menerima
obat oral dan inj
- DO: Obat masuk, reaksi
alergi (-)
- DS : Klien mengatakan
merasa lebih tenang saat
melakukan teknik relaksasi
napas dalam
- DO: Klien melakukan teknik
dengan baik dan terlihat
lebih nyaman.
- DS: Klien mengatakan
bersedia untuk menerima
obat inj
- DO: Obat masuk, reaksi
WITA alergi (-)