BAB I
-
Upload
auliya-syifa -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
description
Transcript of BAB I
7/17/2019 BAB I
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568e6845687e3 1/21
BAB I
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Sistemik Lupus Eritematosus adalah sebuah penyakit autoimun yang menyerang
berbagai jaringan dan organ tubuh. Istilah ’lupus eritematosus sistemik’ dapat
diartikan secara bahasa sebagai ’gigitan serigala’, mungkin istilah ini muncul dari
adanya gejala klinis yaitu ruam pada wajah penderita SLE yang perjalanan
penyakitnya sudah lama dan belum mendapat terapi. Secara istilah, SLE dapat
didefinisikan sebagai suatu penyakit yang bersifat episodik, multisistem dan autoimun
ditandai dengan adanya proses inflamasi yang meluas pada pembuluh darah dan
jaringan ikat, serta munculnya antinuklear-antibodi !"!# pada pemeriksaan
penunjang, terutama antibodi untuk double-stranded $"! ds$"!#. %arena
beragamnya organ yang dapat terkena, dan karena sulitnya dalam menegakkan
diagnosis, SLE seringkali disebut sebagai penyakit seribu wajah masquerader, The
Great Imitators#. &,',(
B. ETIOLOGI
Etiologi SLE belum diketahui secara pasti, namun ada faktor predisposisi secaragenetik yang dapat menyebabkan penyakit ini. $iperkirakan SLE, layaknya penyakit
autoimun lain, muncul pada seseorang yang secara genetis rentan terpapar satu atau
beberapa faktor pencetus yang ada di lingkungan. SLE berhubungan dengan
munculnya )L!-haplotype spesifik yang diwariskan* a# allel !+, , $/, dan 0'a
muncul umumnya pada kulit putih. b# $& ditemukan pada penderita SLE yang afro-
amerika. !ntigen )L! !++, dan /( masing-masing memliki hubungan dengan
SLE. %eluarga maupun sanak saudara memiliki peningkatan insidens terhadap
penyakit yang berhubungan dengan disfungsi atau disregulasi sistem imun misal*
imunodefisiensi primer, dan keganasan limforetikuler#, hipergammaglobulinemia, 1,
!"! dan penyakit autoimun lainnya.'
Sebenarnya, apa yang menyebabkan berbagai kelainan imunologi yang ditemukan
pada SLE yaitu disfungsi sel 2, produksi autoantibodi, pembentukan kompleks imun,
+
7/17/2019 BAB I
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568e6845687e3 2/21
hipokomplementemia yang akhirnya menyebabkan kerusakan jaringan sampai saat ini
belum dapat dipastikan. eberapa fakta telah ditemukan tetapi belum merupakan
suatu hipotesis yang mencakup semuanya. !gaknya etiologi SLE merupakan
multifaktor.+
eberapa hal yang disepakati berperan pada SLE adalah* +,3,4
+. 1aktor genetik sebagai predisposisi, didukung oleh adanya beberapa fakta*
- SLE ditemukan pada 456 kembar identik
- 1rekuensi penemuan genotipe )L!-$/ dan $& meningkat
- 1rekuensi pasien SLE pada anggota keluarga yang lain juga meningkat
&. 1aktor hormonal, didukung oleh fakta bahwa*
- 7asien perempuan jauh lebih banyak, terutama pada masa pubertas dan
pasca pubertas
- 7ada binatang percobaan, yaitu tikus "89: yang dibuat menderita
SLE. ila pada yang betina diberi hormon androgen, gejala lupus akan
membaik. Sebaliknya pada tikus jantan akan menyebabkan gejala SLE
bertambah jelek.
/. eberapa faktor pencetus yang dilaporkan menyebabkan kambuhnya SLE
adalah, stress fisik maupun mental, infeksi, paparan ultra;iolet dan obat-
obatan. anyak obat& telah dilaporkan dapat memicu SLE. "amun, lebih dari
<56 nya terjadi sebagai efek samping dari salah satu dari obat& berikut*
hydrala=ine digunakan untuk hipertensi#, >uinidine dan procainamide
digunakan untuk irama jantung abnormal#, fenitoin digunakan untuk
epilepsi#, isonia=id "ydra=id, Lania=id, digunakan untuk tuberculosis#, d-
penicillamine digunakan untuk rheumatoid arthtritis#. ?bat-obatan ini
diketahui menstimulasi sistem imun dan menyebabkan SLE. @ntungnya, SLE
yang dipicu obat-obatan jarang kurang dari (6 dari seluruh pasien SLE# dan
biasanya membaik jika obat-obat tersebut dihentikan
C. EPIDEMIOLOGI
Lupus adalah penyakit yang langka, namun tidak jarang. %ejadian lupus jarang
pada anak usia sekolah, namun frekuensinya meningkat pada remaja.
&
7/17/2019 BAB I
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568e6845687e3 3/21
SLE terjadi pada 3 dari +.555.555 orang dibawah umur +( tahun, dengan +46
orang dengan SLE muncul gejala pada usia kurang dari +3 tahun dan /,(6
diantaranya mulai pada usia kurang dari +5 tahun. 7ada indi;idu dibawah &5 tahun,
sekitar 4/6 didiagnosis SLE pada umur lebih dari +5 tahun. Ini membuat SLE
dikelompokkan sebagai penyakit pada usia remaja. SLE dapat muncul pada pria
maupun wanita, dari etnis manapun, berapapun usianya. "amun diagnosis SLE ',/
kali lebih sering muncul pada anak perempuan dibandingkan laki-laki. 7erbedaan ini
tidak nyata sampai usia < tahun keatas, ketika beberapa penelitian menunjukkan
perbandingan perempuan * laki-laki sebanyak +5*+ pada akhir usia remaja. $alam hal
etnis, lupus lebih sering muncul pada penduduk !frika, penduduk asli !merika,
)ispanik dan !sia, dibandingkan dengan ras %aukasia. &,/,'
D. PATOGENESIS 1,8
SLE adalah penyakit autoimun yang mengenai multipel organ. %adang-kadang,
yang menonjol hanya satu organ tubuh yang terkena, misalnya ginjal pada nefritis
lupus, tetapi lambat laun organ-organ lain akan menyusul. Aambaran klinis yang
ditemukan terjadi akibat terbentuknya autoantibodi terhadap berbagai macam antigen
jaringan. !utoantibodi yang paling banyak ditemukan adalah terhadap inti sel, yaitu
terhadap $"! tubuh sendiri berupa anti $"! double stranded ds-$"!#, juga anti
$"! single stranded ss-$"!#.
Aangguan imunitas pada SLE ditandai oleh persistensi limfosit dan 2 yang
bersifat autoreaktif. !utoantibodi yang terbentuk akan berikatan dengan autoantigen
membentuk/ kompleks imun yang mengendap berupa depot dalam jaringan.
!kibatnya akan terjadi akti;asi komplemen sehingga terjadi reaksi inflamasi yang
menimbulkan lesi di tempat tersebut.
1aktor keluarga yang kuat terutama pada keluarga dekat. esiko meningkat &(-
(56 pada kembar identik dan (6 pada kembar di=ygotic, diduga menunjukkan
kaitannya dengan faktor genetik. 7enyakit lupus disertai oleh petanda penyakit
genetik seperti defisiensi herediter komplemen seperti 0+>, 0+r, 0+s, 0' dan 0&#
dan imunoglobulin Ig!#, atau kecenderungan jenis fenotip )L! -$& dan -$/#.
/
7/17/2019 BAB I
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568e6845687e3 4/21
1aktor imunopatogenik yang berperan dalam SLE bersifat multipel, kompleks dan
interaktif.
Bumlah sel meningkat pada pasien dengan lupus yang aktif dan menghasilkan
peningkatan kadar antibodi dan hipergamaglobulinemia. Bumlah sel yang
memproduksi IgA di darah perifer berkorelasi dengan akti;itas penyakit. !kti;asi sel
poliklonal disebabkan oleh antigen eksogen, antigen yang merangsang proliferasi
sel atau abnormalitas intrinsik dari sel . !ntibodi IgA anti-ds$"! dengan afinitas
tinggi juga merupakan karakteristik, yang disebabkan oleh hipermutasi somatik
selama akti;asi sel poliklonal yang diinduksi oleh faktor lingkungan seperti ;irus
atau bakteri.
Selain memproduksi autoantibodi, sel juga mempengaruhi presentasi antigen
dan respon diferensiasi sel 2h. Aangguan pengaturan produksi autoantibodi
disebabkan gangguan fungsi 0$C, natural killer cell dan inefisiensi jaringan idiotip-
antiidiotip. Imunoglobulin mempunyai struktur tertentu pada bagian determinan
antigenik yang disebut idiotip, yang mampu merangsang respons pembentukan
antibodi antiidiotip. Sebagai respons tubuh terhadap peningkatan kadar idiotip maka
akan dibentuk antiidiotip yang bersifat spesifik terhadap berbagai jenis struktur
determin antigen sesuai dengan jenis idiotip yang ada. Secara teoritis mungkin saja
salah satu dari antiidiotip mempunyai sifat spesifik antigen diri hingga dengan
pembentukan berbagai antiidiotip dapat timbul akti;itas autoimun. 7ersistensi antigen
dan antibodi dalam bentuk kompleks imun juga disebabkan oleh pembersihan yang
kurang optimal dari sistem retikuloendotelial. )al ini disebabkan antara lain oleh
kapasitas sistem retikuloendotelial dalam membersihkan kompleks interaksi antara
autoantibodi dan antigen yang terlalu banyak. $engan adanya kadar autoantibodi
yang tinggi, pengaturan produksi yang terganggu dan mekanisme pembersihan
kompleks imun yang terganggu akan menyebabkan kerusakan jaringan oleh kompleks
imun.
Selama perjalanan penyakit lupus tubuh membuat beberapa jenis autoantibodi
terhadap berbagai antigen diri. $i antara berbagai jenis autoantibodi yang paling
sering dijumpai pada penderita lupus adalah antibodi antinuklear autoantibodi
'
7/17/2019 BAB I
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568e6845687e3 5/21
terhadap $"!, "!, nukleoprotein, kompleks protein-asam nukleat#. @mumnya titer
anti-$"! mempunyai korelasi dengan akti;itas penyakit lupus.
eberapa antibodi antinuklear mempunyai aksi patologis direk, yaitu bersifat
sitotoksik dengan mengaktifkan komplemen, tetapi dapat juga dengan mempermudah
destruksi sel sebagai perantara bagi sel makrofag yang mempunyai reseptor 1c
imunoglobulin. 0ontoh klinis mekanisme terakhir ini terlihat sebagai sitopenia
autoimun. !da pula autoantibodi tertentu yang bersifat membahayakan karena dapat
berinteraksi dengan substansi antikoagulasi, diantaranya antiprotrombinase antibodi
terhadap glikoprotein trombosit#, sehingga dapat terjadi trombositopenia, dan
trombosis disertai perdarahan. !ntibodi antinuklear telah dikenal pula sebagai
pembentuk kompleks imun yang sangat berperan sebagai penyebab ;askulitis.
!utoantibodi pada lupus tidak selalu berperan pada patogenesis ataupun bernilai
sebagai petanda imunologik penyakit lupus. !ntibodi antinuklear dapat ditemukan
pada bukan penderita lupus, atau juga dalam darah bayi sehat dari seorang ibu
penderita lupus. Selain itu diketahui pula bahwa penyakit lupus ternyata tak dapat
ditularkan secara pasif dengan serum penderita lupus.
!danya keterlibatan kompleks imun dalam patogenesis SLE didasarkan pada
adanya kompleks imun pada serum dan jaringan yang terkena glomerulus renal,
tautan dermis-epidermis, pleksus koroid# dan akti;asi komplemen oleh kompleks
imun menyebabkan hipokomplemenemia selama fase aktif dan adanya produk
akti;asi komplemen.
eberapa kompleks imun terbentuk di sirkulasi dan terdeposit di jaringan,
beberapa terbentuk insitu suatu mekanisme yang sering terjadi pada antigen dengan
afinitas tinggi, seperti ds$"!#. %omponen 0+> dapat terikat langsung pada ds$"!
dan menyebabkan akti;asi komplemen tanpa bantuan autoantibodi.
%ompleks imun menyebabkan lesi inflamasi melalui akti;asi kaskade
komplemen. !kibatnya terdapat faktor kemotaktik 0/a, 0(a#, adanya granulosit dan
makrofag sehingga terjadi inflamasi, seperti ;askulitis. eberapa faktor terlibat dalam
deposit kompleks imun pada SLE, antara lain banyaknya antigen, respon autoantibodi
yang berlebih dan penurunan pembersihan kompleks imun karena inefisiensi atau
kelelahan sistem retikuloendotelial. 7enurunan fungsi ini dapat disebabkan oleh
(
7/17/2019 BAB I
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568e6845687e3 6/21
penurunan reseptor komplemen 0+ pada permukaan sel. 7ada lupus nefritis, lesi
ginjal mungkin terjadi karena mekanisme pertahanan di daerah membran basal
glomerulus, yaitu ikatan langsung antara antibodi dengan membran basal glomerulus,
tanpa inter;ensi kompleks imun.
7asien dengan SLE aktif mempunyai limfositopenia 2, khususnya bagian 0$'C
yang mengakti;asi 0$C 2-supressor# untuk menekan hiperaktif sel . 2erdapat
perubahan shift # fenotip sitokin dari sel 2h5 ke sel 2h&. !kibatnya sitokin cenderung
untuk membantu akti;asi sel melalui IL-+5, IL-', IL-( dan IL-3.
!utoantibodi yang terdapat pada SLE ditujukan pada antigen yang terkonsentrasi
pada permukaan sel apoptosis. ?leh karena itu abnormalitas dalam pengaturan
apoptosis mempunyai peranan penting dalam patogenesis SLE. 7ada SLE terjadi
peningkatan apoptosis dari limfosit. Selain itu, terjadi pula persistensi sel apoptosis
akibat defek pembersihan clearance#. %adar 0+> yang rendah mencegah ambilan sel
apoptosis oleh makrofag. 7eningkatan ekspresi cl-& pada sel 2 dan protein 1as pada
0$C mengakibatkan peningkatan apoptosis dan limfositopenia.
Deskipun hormon steroid sex hormone# tidak menyebabkan LES, namun
mempunyai peranan penting dalam predisposisi dan derajat keparahan penyakit.
7enyakit LES terutama terjadi pada perempuan antara menars dan menopause, diikuti
anak-anak dan setelah menopause. "amun, studi oleh 0ooper dkk menyatakan bahwa
menars yang terlambat dan menopause dini juga dapat mendapat LES, yang
menandakan bahwa pajanan estrogen yang lebih lama bukan risiko terbesar untuk
mendapat LES.
!danya defisiensi relatif hormon androgen dan peningkatan hormon estrogen
merupakan karakteristik pada SLE. !nak-anak dengan SLE juga mempunyai kadar
hormon 1S) Follicle-stimulating hormone#, L) Luteinizing hormone# dan prolaktin
yang meningkat. 7ada perempuan dengan SLE, juga terdapat peningkatan kadar +3
alfa hidroksiestron dan estriol. 1rekuensi SLE juga meningkat saat kehamilan
trimester ketiga dan postpartum. 7ada hewan percobaan hormon androgen akan
menghambat perkembangan penyakit lupus pada hewan betina, sedangkan kastrasi
prapubertas akan mempertinggi angka kematian penderita jantan.
3
7/17/2019 BAB I
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568e6845687e3 7/21
1akta bahwa sebagian kasus bersifat sporadis tanpa diketahui faktor predisposisi
genetiknya belum dapat diungkapkan secara jelas, menunjukkan faktor lingkungan
juga berpengaruh. Infeksi dapat menginduksi respon imun spesifik berupa molecular
mimicry yang mengacau regulasi sistem imun.
E. MANIFESTASI KLINIS
7enyakit ini seringkali diawali dengan gejala yang samar-samar, seperti demam,
fatigue, dan kehilangan berat badan. 2anda dan gejala yang muncul pada anak
tidaklah sama dengan pada dewasa. Lupus yang dimulai pada masa anak-anak
biasanya secara klinis lebih berat. 7ada penyakit yang sudah lanjut dan berbulan
bulan sampai tahunan barulah menunjukkan manifestasi klinis yang lebih spesifik dan
lengkap serta cenderung melibatkan multiorgan. &,3
$ua gejala yang sering muncul pada anak adalah ruam kulit dan arthritis. uam
malar yang khas, atau disebut butterfly rash ruam kupu-kupu# muncul akibat adanya
sensitifitas yang berlebihan terhadap cahaya matahari photosensitive# dan dapat
memburuk dengan adanya infeksi ;irus atau stress emosional. uam ini tidak sakit
dan tidak gatal. Bumlah ruam menjadi sedikit pada lipatan nasolabial dan kelopak
mata. uam lain biasanya muncul pada telapak tangan, serta telapak kaki. uam
malar dapat sembuh sempurna tanpa parut dengan terapi. Dungkin terdapat ulkus
pada membran mukosa. ambut dapat berubah menjadi lebih kering dan rapuh,
bahkan sampai alopesia. !rthritis seringkali muncul, dan dapat berlanjut menjadi
pembengkakan sendi jari-jari tangan atau kaki. &,',4
4
7/17/2019 BAB I
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568e6845687e3 8/21
Gambar 1: Butterfly rash (ruam kupukupu ! malar rash" pa#a a$ak #%$&a$
'upu
Danifestasi kulit didapatkan pada lupus diskoid dan biasanya dapat
menyebabkan parut. 7ada lupus diskoid, hanya kulit yang terlibat. uam kulit pada
lupus diskoid sering ditemukan pada wajah dan kulit kepala. iasanya berwarna
merah dan mempunyai tepi lebih tinggi. uam ini biasanya tidak sakit dan tidak gatal,
tetapi parutnya dapat menyebabkan kerontokan rambut permanen. (6-+56 pasien
dengan lupus diskoid bisa menjadi SLE. 4
Gambar ): *uam pa#a 'upu #+k+#
Danifestasi klinis lain adalah petekie dan perdarahan karena trombositopenia.
7ada anak mungkin tidak ada gejala sistemik lain selain itu, dan biasanya didiagnosis
sebagai Idiopathic Thrombocytopenic urpura I27#. %elainan neurologis dapat pula
ditemukan pada sebagian anak. @mumnya gejala berupa nyeri kepala yang tidak
spesifik. !khir-akhir ini, khorea lebih umum ditemukan sebagai manifestasi klinis
dari SLE daripada demam reumatik. Ensefalopati, myelitis atau polineuropati jarang
pcditemukan. 1enomena aynaud sering ditemukan pada anak dengan lupus,
biasanya dihubungkan dengan krioglobulin. &,'
$iagnosis SLE biasanya mulai dipertimbangkan pada seorang anak dengan sakitlebih dari satu minggu yang tidak diketahui sebabnya. @mumnya anak didiagnosis
dengan ’suspect infeksi ;irus’ sebelum akhirnya diagnosis lupus ditegakkan,
walaupun sangat sedikit infeksi ;irus yang gejalanya lebih dari seminggu, dan
kebanyakan infeksi lain biasanya sudah dapat ditentukan sebabnya dalam minggu
pertama. !nak dengan demam dan kehilangan berat badan seringkali dipikirkan
7/17/2019 BAB I
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568e6845687e3 9/21
adanya keganasan atau penyakit inflamasi kronis lain misal* 0rohn disease, atau
;askulitis sistemik#. &
Tab%' 1: Ma$+-%a+ k'+$+ SLE yang dicetak tebal* paling sering ditemukan#(
%eadaan umum
Dudah lelah
$emam dan malaise
7enurunan berat badan
Limfadenopati
%ulit
*uam kupukupu #%$&a$ -%$++-+aA'p%+a
Lesi diskoid
Lesi pada kuku
Lupus tumidus
Lupus kutaneus subakut
7urpura ;askulitis
Duskuloskeletal
Ar/r++ ! ar/ra'&+a $$%r+-
2enosino;itis
Diopati
"ekrosis a;askular
Sistem 7encernaan
0'%ra+ ra' #a$ $aa'
A$r%k+a, p%$uru$a$ b%ra ba#a$, $%r+ p%ru #+-u
$ismotilitas esofagus
%olitis
)epato-splenomegali
7ankreatitis
<
7/17/2019 BAB I
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568e6845687e3 10/21
rotein losing enteropathy 9 sindrom malabsorbsi
%ardio;askuler
F%$m%$a *a$au#
P%r+kar#++
Lesi ;al;ular
Lesi ;askulitik
2rombophlebitis
%elainan konduksi jantung
Diokarditis
Endokarditis Libman-Sacks
!ccelerated coronary artery diseaseAangren perifer
Sistem 7ernapasan
P'%ur++, efusi pleura
Subklinis hanya kelainan pada tes fungsi paru#
7neumonitis, infiltrat pulmoner, atelektasis
7erdarahan
7aru menyusut disfungsi diafragma#
7neumotoraks
Sistem 7ersarafan
M+&ra+$
D%pr%+ ! 2%ma
7sikosis organik
%ejang
"europati saraf pusat dan saraf tepi
%horea
%elainan serebro;askular
Sistem 7englihatan
+5
7/17/2019 BAB I
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568e6845687e3 11/21
etinopati, cotton "ool spots
7apiloedema
Ainjal
G'm%ru'$%-r++
)ipertensi
Aagal ginjal
)ematologi
!nemia hemolitik dengan 0oomb’s positif
2rombositopenia
Sindrom antifosfolipid
Endokrin
)ipo 9 hipertiroidism
$iagnosis lupus sering hampir dapat dipastikan pada keadaan lupus yang berat.
7ada kasus yang lebih ringan, seringkali dokter kesulitan untuk menegakkan
diagnosis. !merican 0ollege of heumatology !0# membuat kriteria untuk
klasifikasi SLE.
Tab%' ): Kr+%r+a AC* (!merican 0ollege of heumatology# e;isi +<<4, untuk
%lasifikasi Lupus Eritematosus Sistemik &
uam malar butterfly rash#
uam diskoid-lupus
1otosensitif
@lkus pada oral atau nasal
!rthritis non-erosif
"efritis
7roteinuria 5,( g9hari
++
7/17/2019 BAB I
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568e6845687e3 12/21
Silinder selular
Ensefalopati
%ejang
7sikosis
7leuritis atau perikarditis
%elainan hematologi
!nemia hemolitik
Leukopenia
Limfopenia
2rombositopenia
7emeriksaan imunoserologis positif
!ntibodi terhadap ds$"!
!ntibodi terhadap Smith nuclear antigen
!ntibodi antifosfolipid C#, berdasarkan*
!ntibodi IgA atau IgD antikardiolipin
Lupus antikoagulan
7ositif palsu pada tes serologis untuk sifilis dalam waktu 3 bulan2es antinuklear antibodi !"!# positif
Bika didapatkan ' dari ++ kriteria diatas kapanpun dalam masa obser;asi penyakit,
diagnosis SLE dapat dibuat dengan sensiti;itas <36 dan spesifisitas <36.
F. BENT0KBENT0K L0P0S
F. 1. N%-r++ Lupu
Lebih dari 56 anak dengan lupus memiliki bukti adanya keterlibatan ginjal pada
suatu masa dalam penyakitnya. ahkan bila pada semua pasien lupus dilakukan
pemeriksaan biopsi ginjal dan diperiksa dengan mikroskop imunofloresensi akan
+&
7/17/2019 BAB I
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568e6845687e3 13/21
ditemukan kelainan pada hampir semua kasus meskipun pada pemeriksaan
urinalisisnya belum ada kelainan silent #L#. (,
Aambaran klinis pasien nefritis lupus sangat ber;ariasi, karena kelainan patologi
anatomik ginjal pada "L dapat mengenai berbagai struktur parenkim ginjal, yaitu
glomerulus, tubulus dan pembuluh darah. Dulai dari tanpa kelainan pada urinalisis,
atau hanya edema, proteinuria9hematuria ringan sampai gambaran klinis yang berat
yaitu sindrom nefrotik, glomerulonefritis yang disertai penurunan fungsi ginjal yang
progresif, atau hipertensi yang dapat disertai ensefalopati hipertensif. +
F. ). Lupu D+k+#
Sebesar & sampai /6 lupus diskoid terjadi pada usia dibawah +( tahun. Lesi kulit
diskoid pada pasien anak terdiri dari bercak eritema yang menimbul dengan adherent
$eratotic scaling dan follicular plugging , pada lesi lama dapat terjadi parut atrofi dan
banyak muncul pada kulit yang sering terkena sinar matahari, sebagaimana halnya
pada pasien dewasa. Lesi diskoid sering menyebabkan timbulnya jaringan parut dan
dapat kambuh kembali jika pasien terpapar sinar ultra;iolet. Sekitar 46 lupus diskoid
akan menjadi SLE dalam waktu ( tahun. :alaupun belum ada penelitian yang
menyebutkan lupus diskoid dapat berkembang menjadi SLE pada anak, namun
presentasi lupus diskoid pada anak yang cukup jarang harus mendapatkan perhatian
dari dokter yang merawat. )asil pemeriksan laboratorium menunjukkan adanya
antibodi antinuclear !"!# yang disertai peningkatan kadar IgA yang tinggi dan
leukopeni ringan. ukti klinis dan laboratoris lain yang menunjukkan adanya
penyakit sistemik penting untuk memantau progresifitas penyakit ini menjadi SLE. /,
F. 3. S+%m Sara- Pua
Aejala SS7 muncul pada &5 F /56 pada anak dan dew
asa dengan SLE, dan dapat melibatkan gejala-gejala neurologis atau psikiatrik. 2idak
seperti manifestasi penyakit lain, keterlibatan SS7 dapat terlihat di tahun pertama
penyakit pada 4(-(6 pasien yang akan berkembang menjadi penyakit SS7. Aejala
SS7 ber;ariasi mulai dari disfungsi serebral global dengan kelumpuhan dan kejang
sampai gejala fokal seperti nyeri kepala dan kehilangan memori. Aejala
+/
7/17/2019 BAB I
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568e6845687e3 14/21
neuropsikiatrik ada pada // F 356 pasien SLE dewasa dengan kelainan SS7. esiko
pada wanita delapan kali lebih besar daripada pria, dan resiko tertinggi ada pada
wanita kulit hitam. $iagnosa lupus SS7 ini membutuhkan e;aluasi untuk
menyingkirkan ganguan psikososial reaktif, infeksi, dan metabolik. $isarankan untuk
mengkonsultasikan hal ini dengan ahli psikiatri.
Secara klinis, ada banyak kemiripan SLE dengan gejala SS7 pada anak dan
dewasa. $iantaranya psikosis, depresi, organic brain syndrome, dan disfungsi
kognitif. Aangguan motorik khorea# lebih sering pada anak, mungkin berhubungan
dengan adanya antibodi anti-fosfolipid. "yeri kepala juga sering menjadi gelaja dari
SLE namun penyebab nyeri kepala lain juga tidak kalah banyaknya. "yeri kepala ini
harus dibuktikan bukan berasal dari kelainan intrakranial, biasanya disebabkan oleh
trombosis ;ena serebralis dan hipertensi intrakranial. 2rombosis ;ena serebralis
bisanya terkait dengan antibodi antifosfolipid. ila diagnosa lupus serebralis sudah
diduga, konfirmasi dengan 02 Scan perlu dilakukan. /,
F. 4. Ar/r++ Lupu
!rtritis nonerosif pada dua atau lebih persendian perifer, ditandai dengan nyeri
tekan, bengkak atau efusi. 7ada lebih dari <56 pasien anak, seringkali muncul
poliarthritis yang mengenai sendi-sendi besar maupun kecil. !rthritis biasanya lebih
mudah untuk diterapi, dibandingkan dengan kelainan organ lain pada SLE. 2idak
seperti reumatoid arthritis, arthritis SLE terasa sangat nyeri, dan nyeri yang dirasakan
pasien tidak sebanding dengan temuan klinisnya yang terlihat ringan. 7emeriksaan
radiologi pada sendi yang terkena, menunjukkan osteopenia tanpa adanya perubahan
pada tulang sendi. !nak dengan ! sendi poliartikular beberapa tahun kemudian
dapat menjadi LES. /
F. 5. S%r++ Lupu (p'%ur++, p%r+kar#++"
iwayat nyeri pleura atau terdengar pleural friction rub atau terdapat efusi pleura
pada pemeriksaan fisik, menunjukkan adanya pleuritis pada pasien. "yeri pleura
adalah nyeri dada yang tajam, yang diperburuk oleh batuk, menarik nafas dalam dan
perubahan tertentu posisi tubuh. !tau dapat pula muncul sebagai perikarditis,
+'
7/17/2019 BAB I
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568e6845687e3 15/21
dibuktikan dengan E%A atau terdengar pericardial friction rub atau terdapat efusi
perikardial pada pemeriksaan fisik. 4,
F. 6. F%$m%$a *a$au#
$itandai oleh keadaan pucat, disusul oleh sianosis, eritema dan kembali hangat.
2erjadi karena disposisi kompleks imun di endotelium pembuluh darah dan akti;asi
komplemen lokal.
F. 7. Ga$&&ua$ Dara/
2erdapat salah satu diantara kelainan darah ini* +# !nemia hemolitik dengan
retikulositosis, &# Leukopenia G '5559mm/ pada + pemeriksaan, /# Limfopenia G
+(559mm/ pada & pemeriksaan, '# 2rombositopenia G +55.5559mm/ tanpa adanya
inter;ensi obat.
G. PENATALAKSANAAN
2elah disebutkan bahwa angka mortalitas pada pasien lupus pada dekade terakhir
ini telah mengalami banyak perbaikan. )al ini terutama disebabkan karena
penggunaan obat kortikosteroid dan sitostatik. Aejala ekstra renal akan cepat
menghilang pada pemberian kortikosteroid. 7ada pasien dengan gejala ekstra-renal
ringan, tidak diperluka terapi kortikosteroid, cukup diberi obat salisilat, anti malaria
hidroksi klorokuin#, atau obat anti inflamasi non steroid. +
Benis penatalaksanaan ditentukan oleh beratnya penyakit. Luas dan jenis
gangguan organ harus ditentukan secara hati-hati. $asar terapi adalah kelainan organ
yang sudah terjadi. !danya infeksi dan proses penyakit bisa dipantau dari
pemeriksaan serologis. Donitoring dan e;aluasi bisa dilakukan dengan parameter
laboratorium yang dihubungkan dengan akti;itas penyakit.
7enyakit SLE adalah penyakit kronik yang ditandai dengan remisi dan relaps.
2erapi suportif tidak dapat dianggap remeh. Edukasi bagi orang tua dan anak penting
dalam merencanakan program terapi yang akan dilakukan. Edukasi dan konseling
+(
7/17/2019 BAB I
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568e6845687e3 16/21
memerlukan tim ahli yang berpengalaman dalam menangani penyakit multisistem
pada anak dan remaja, dan harus meliputi ahli reumatologi anak, perawat, petugas
sosial dan psikologis. "efrologis perlu dilibatkan pada awal penyakit untuk
pengamatan yang optimal terhadap komplikasi ginjal. $emikian pula keterlibatan
dermatologis dan nutrisionis juga diperlukan. 7erpindahan terapi ke masa dewasa
harus direncanakan sejak remaja.&,/
!nti-malaria
H+#rk+k'rk+$
/-4 mg9kg9hari 7? sebagai garam sulfat maksimal '55 mg9hari#
%ortiko-steroid
• Pr%#$+$
$osis harian+ mg9kg9hari#H prednison dosis alternate yang lebih tinggi (
mg9kg9hari, tak lebih +(5-&(5 mg#H prednison dosis rendah harian 5.(
mg9kg#9hari yg digunakan bersama m%/'pr%#$+'$% dosis tinggi intermitten
/5 mg9kg9dosis, maksimum mg# per minggu
?bat imuno-supresif
• S+k'--am+#
(55-4(5 mg9m&
I / kali sehari selama / minggu. maksimal + g9m&
. )arus
diberikan I dengan infus terpasang, dan dimonitor. Donitor lekosit pada -+'
hari mengikuti setiap dosis lekosit dimaintenance &555-/5559mm/#
• Aa/+pr+$%
+-/ mg9kg9hari 7? ' kali sehari
"on-steroidal anti-inflam-matory drugs "S!I$s#
• Napr9%$
4-&5 mg9kg9hari 7? dibagi &-/ dosis maksimal (55-+555 mg9hari
• T'm%+$
+(-/5 mg9kg9hari 7? dibagi &-/ dosis maksimal +&55-+55 mg9hari
• D+2'-%$a2
+3
7/17/2019 BAB I
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568e6845687e3 17/21
G +& tahun * tak dianjurkan
+& tahun * &-/ mg9kg9hari 7? digagi & dosis maksimal +55-&55 mg9hari
Suplemen %alsium dan ;itamin $
• Ka'+um karb$a
G 3 bulan * /35 mg9hari
3-+& bulan * ('5 mg9hari
+-+5 bulan * 55 mg9hari
++-+ bulan * +&55 mg9hari
• Ca'2+-%#+'
G /5 kilogram * &5 mcg 7? / kali9minggu
/5 kilogram * (5 mcg 7? / kali9minggu!nti-hipertensi
• N+-%#+p+$
5.&(-5.( mg9kg9dosis 7? dosis awal, tak lebih dari +5 mg, diulang tiap '- jam.
• E$a'apr+'
5.+ mg9kg9hari 7? ' kali sehari atau & kali sehari bisa ditingkatkan bila perlu,
maksimum 5.( mg9kg9hari
• Prpra$''
5.(-+ mg9kg9hari 7? dibagi &-/ dosis, dapat ditingkatkan bertahap dalam /-4 hari
dengan dosis biasa +-( mg9kg9hari
+4
7/17/2019 BAB I
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568e6845687e3 18/21
. PEME*IKSAAN PEN0NANG
2idak ada gejala atau tanda-tanda tunggal yang cukup untuk menegakkan
diagnosa. ila seorang anak diduga LES pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan
meliputi pemeriksaan indikator inflamasi, uji autoantibodi khususnya ditujukan pada
antigen nuklear#, pemeriksaan untuk e;aluasi keterlibatan organ dan pemeriksaan untuk
memantau efek terapi, termasuk toksisitas obat.
Secara umum anjuran pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah !nalisis darah tepi
lengkap darah besar dan LE$#, Sel LE, !ntibodi antinuclear !"!#, !nti-ds$"! anti$"! natif#, !utoantibodi lain anti SD, 1, antifosfolipid, antihiston, dll#, 2iter
komplemen 0/, 0' dan 0)(5, 2iter IgD, IgA, Ig!, %rioglobulin, Dasa pembekuan,
Serologi sifilis $L#, @ji 0oombs, Elektroforesis protein, %reatinin dan ureum darah,
7rotein urin total protein dalam &' jam#, iakan kuman, terutama dalam urin dan foto
rontgen dada.
Dengingat banyaknya pemeriksaan yang dilakukan bila tidak terdapat berbagai macam
komplikasi atau karena pertimb;angan biaya maka maka dapat dilakukan permeriksaan
awal yang penting seperti darah lengkap dan hitung jenis, trombosit, LE$, !"!,
urinalisis, sel LE dan antibodi anti-ds $"!.
erbagai kriteria diagnosis klinis penyakit lupus telah diajukan akan tetapi yang paling
banyak dianut adalah kriteria menurut !merican 0ollege of heumatology !0# 2abel
+
7/17/2019 BAB I
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568e6845687e3 19/21
/5-4#. $iagnosis LES ditegakkan bila terdapat paling sedikit ' dari ++ kriteria !0
tersebut.
PEME*IKSAAAN HASIL
0;+ +mu$-'urr%%$+ ANA 7?SI2I1
CBC (Complete Blood Cell
Count "
!nemia, Lekopenia, 2rombositopenia.
ES* ( Erithrocyte Sedimen Rate" LE$
0r+$a'+ 7rotein C, Eritrosit C
<ra #a#a Effusi 7leura
B+p+ fungsi hati dan ginjal
I.P*OGNOSIS
7enyakit lupus bere;olusi secara spontan dengan bangkitan serangan diselingi
oleh fase remisi, dengan masa dan kualitas yang ber;ariasi. Denurut Sibley,
bangkitan diartikan sebagai eksaserbasi atau perkembangan tanda atau keluhan baru
yang memerlukan perubahan terapi. 1ase remisi sebetulnya merupakan bentuk klinis
yang kurang ganas dengan gangguan predominan pada sendi dan kulit. eberapa
faktor telah dikenal dapat menimbulkan bangkitan akti;itas lupus di luar masa e;olusi
spontan, yaitu pajanan sinar ultra;iolet, infeksi, beberapa jenis obat tertentu seperti
misalnya antibiotik yang membentuk siklus aromatik penisilin, sulfa, tetrasiklin#,
garam emas, fenotia=in, dan antikon;ulsan, serta kehamilan.
7ada masa reakti;asi yang mendadak, gambaran penyakit berubah ber;ariasi dari
bentuk yang semula jinak dapat menjadi ganas dengan komplikasi ;iseral.
Sebaliknya, bentuk yang ganas dapat dikontrol atau seperti sembuh di bawah
pengobatan.
SLE memiliki angka sur;i;al untuk masa +5 tahun sebesar <56. 7enyebab
kematian dapat langsung akibat penyakit lupus, yaitu karena gagal ginjal, hipertensi
maligna, kerusakan SS7, perikarditis, sitopenia autoimun. 2etapi belakangan ini
kematian tersebut semakin menurun karena perbaikan cara pengobatan, diagnosislebih dini, dan kemungkinan pengobatan paliatif seperti hemodialisis lebih luas.
7enyebab kematian lain dapat ditimbulkan oleh efek samping pengobatan,
misalnya pada penyakit ateromatosa infark miokard, gagal jantumg, aksiden ;askular
serebral iskemik# akibat kortikoterapiH atau neoplasma kanker, hemopati# akibat
pemakaian obat imunosupresanH atau oleh keadaan defisiensi imun akibat penyakit
+<
7/17/2019 BAB I
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568e6845687e3 20/21
lupus. 1rekuensi kejadian ini makin meningkat karena harapan hidup sur;i;al#
penderita lupus lebih panjang.
Infeksi dan sepsis merupakan penyebab kematian utama pada lupus, bukan hanya
akibat kortikoterapi tetapi juga karena defisiensi imun akibat penyakit lupusnya itu
sendiri. 7engurangan risiko infeksi hanya dapat dilakukan dengan pencegahan
terhadap semua sumber infeksi serta deteksi dini terhadap infeksi.
Secara skematis e;olusi penyakit lupus memperlihatkan & puncak kejadian
kematian, yaitu satu puncak prekoks akibat komplikasi ;iseral yang tidak terkontrol,
dan satu puncak lain yang lebih jauh akibat komplikasi kortikoterapi.
7ada tahun +<5-+<<5, %-year survival rates sebesar /6-</6. eberapa peneliti
melaporkan bahwa 436-(6 pasien LES dapat hidup selama +5 tahun sebesar 6
dari pasien mengalami sedikitnya cacat dalam beberapa organ tubuhnya secara jangka
panjang dan meneta
DAFTA* P0STAKA
+. !latas, )usein, dkk. &55'. &u$u !'ar #efrologi !na$ (disi ). Bakarta* alai
7enerbit 1akultas %edokteran @ni;ersitas Indonesia.
&. Dalleson, 7ete dan Benny 2ekano. &554. *iagnosis and +anagement of ystemic
Lupus (rythematosus in hildren. 1rom* Bournal of 7ediatric and 0hild )ealth
+*&. 7ublished by Else;ier Ltd.
/. Aitelman, Darisa %lein, etc. &55&. ystemic Lupus (rythematosus in hildhood .
1rom Bournal* heumatic $isease 0linics of "orth !merica. 7ublished by :S.
'. udolph, !braham D, etc. +<<3. .udolph ediatrics. @S!* !ppleton J Lange.
(. :ebb, "icholas and obert 7ostlethwaite. &55/. linical aediatric #ephrology
/rd (dition. @S!* ?Kford @ni;ersity.
3. %usuma, !nak !gung "gurah Baya. &554. Lupus (ritematosus istemi$ pada
0ehamilan. $ari* Burnal 7enyakit $alam ;ol no. &. $iterbitkan oleh* $i;isi 1eto
Daternal SD1 ?bstetri dan Ainekologi 1% @nud9S@7 Sanglah, $enpasar.
4. 7anca, :idianto. &55<. ystemic Lupus (rythematosus 1L(2. !;ailable on*
http*99widiantopanca.blogdetik.com9systemic-lupuserythematosus. !ccessed at*
Banuary, +4th &5+5.
&5
7/17/2019 BAB I
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-568e6845687e3 21/21
. Budarwanto, :idodo. &55<. Lupus (ritematosus istemi$ pada !na$ . !;ailable
on* http*99childrenclinic.wordpress.com9sle-anak. !ccessed at* Banuary, +4th &5+5.
<. "elson, :aldo E, etc. &555. #(L3# Ilmu 0esehatan !na$ (disi 4%5 Bakarta*
EA0
+5. !nonim. &55. Lupus (ritematosus istemi$5 !;ailable on*
http*99www.klikdokter.com9sle . !ccessed at* Banuary, +4th &5+5.