BAB I

download BAB I

of 17

description

jiwa

Transcript of BAB I

BAB IPENDAHULAN1.1 Latar BelakangTidur yang lelap dan nyenyak tanpa gangguan menjadi kebutuhan manusia yang penting, sama pentingnya dengan kebutuhan makan, minum, tempat tinggal dan lain- lain. Gangguan terhadap tidur pada malam hari (insomnia) akan menyebabkan mengantuk sepanjang hari esoknya, sehingga mengantuk (insomnia) merupakan faktor risiko untuk terjadinya kecelakaan, jatuh, penurunan stamina dan secara ekonomi mengurangi produktivitas seseorang. Kita menggunakan sekitar sepertiga waktu dalam hidup kita untuk tidur. Itu berarti bahwa sebagian besar orang hidup hampir 3.000 jam per tahun, untuk banyak orang. Tidur bersifat memberikan energi, baik secara mental maupun fisik, sayangnya sebagian besar orang tidak mendapatkan tidur yang cukup.Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik kualitas maupun kuantitas. Jenis insomnia ada 3 macam yaitu insomnia inisial atau tidak dapat memulai tidur, insomnia intermitten atau tidak bisa mempertahankan tidur atau sering terjaga dan insomnia terminal atau bangun secara dini dan tidak dapat tidur kembali.Untuk menyembuhkan insomnia, maka terlebih dahulu harus dikenali penyebabnya. Artinya, kalau disebabkan penyakit tertentu, maka untuk mengobatinya maka penyakitnya yang harus disembuhkan terlebih dahulu.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Fisiologis TidurSemua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia disebut sebagaiirama sirkadian. Tidur tidak dapat diartikan sebagai menifestasi proses deaktivasi Sistem Saraf Pusat. Saat tidur, susunan saraf pusat masih bekerja dimana neuron-neuron di substansia retikularis ventral batang otak melakukan sinkronisasi. Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada substansia ventrikulo retikularis batang otak yang disebut sebagai pusat tidur ( sleep center). (3)Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi / desinkronisasi terdapat padabagian rostral batang otak disebut sebagai pusat penggugah ( arousal center).Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu:a. Tipe Rapid Eye Movement (REM)b. TipeNon Rapid Eye Movement(NREM)Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-6 kali siklus semalam.Tidur NREM yang meliputi 75% dari keseluruhan waktu tidur, dibagi dalam empat stadium,antara lain:a. Stadium 1, berlangsung selama 5% dari keseluruhan waktu tidur. Stadium ini dianggap stadium tidur paling ringan. EEG menggambarkan gambaran kumparan tidur yang khas, bervoltase rendah, dengan frekuensi 3 sampai 7 siklus perdetik, yangdisebut gelombang teta.b. Stadium 2, berlangsung paling lama, yaitu 45% dari keseluruhan waktu tidur. EEGmenggambarkan gelombang yang berbentuk pilin ( spindle shaped) yang sering dengan frekuensi 12 sampai 14 siklus perdetik, lambat, dan trifasik yang dikenal sebagai kompleks K. Pada stadium ini, orang dapat dibangunkan dengan mudah.c. Stadium 3, berlangsung 12% dari keseluruhan waktu tidur. EEG menggambarkangelombang bervoltase tinggi dengan frekuensi 0,5 hingga 2,5 siklus perdetik, yaitugelombang delta. Orang tidur dengan sangat nyenyak, sehingga sukar dibangunkan.d. Stadium 4, berlangsung 13% dari keseluruhan waktu tidur. Gambaran EEG hampirsama dengan stadium 3 dengan perbedaan kuantitatif pada jumlah gelombang delta.Stadium 3 dan 4 juga dikenal dengan nama tidur dalam, atau delta sleep, atau SlowWave Sleep (SWS)Sedangkan tidur REM meliputi 25% dari keseluruhan waktu tidur. Tidak dibagi-bagidalam stadium seperti dalm tidur NREM. (3)Pola siklus tidur dan bangun adalah bangun sepanjang hari saat cahaya terang dan tidur sepanjang malam saat gelap. Jadi faktor kunci adalah adanya perubahan gelap dan terang. Stimulasi cahaya terang akan masuk melalui mata dan mempengaruhi suatu bagian di hipotalamus yang disebut nucleus supra chiasmatic (NSC). NSC akan mengeluarkan neurotransmiter yang mempengaruhi pengeluaran berbagai hormon pengatur temperatur badan, kortisol, growth hormone, dan lain-lain yang memegang peranan untuk bangun tidur. NSC bekerja seperti jam, meregulasi segala kegiatan bangun tidur. Jika pagi hari cahaya terang masuk, NSC segera mengeluarkan hormon yang menstimulasi peningkatan temperatur badan, kortisol dan GH sehingga orang terbangun. Jila malam tiba, NSC merangsang pengeluaran hormon melatonin sehingga orang mengantuk dan tidur. Melatonin adalah hormon yang diproduksi oleh glandula pineal. Saat hari mulai gelap, melatonin dikeluarkan dalam darah dan akan mempengaruhi terjadinya relaksasi serta penurunan temperatur badan dan kortisol. Kadar melatonin dalam darah mulai meningkat pada jam 9 malam, terus meningkat sepanjang malam dan menghilang pada jam 9 pagi.5

2.2 Lama TidurManusia menghabiskan, rata rata 25% hidupnya dengan tidur. Waktu tidur bervariasi, baik pada seseorang selama masa perkembangan dan siklus hidupnya, maupun diantar orang dengan orang. Perbedaan perbedaan setiap orang di dalam dan antara subjek paling jelas terlihat pada masa bayi. Lama tidur rerata harian dalam minggu pertama kehidupan adalah 16 jam. Terdapat penurunan bertahap pada lama tidur harian rerata selama masa bayi dan pertengahan masa kanak. Sebagian besar bayi bangun sedikitnya satu kali setiap malam tetapi, berbeda dengan bayi yang memerlukan makanan (lebih sering bayi yang meminum ASI), mereka biasanya tertidur sendiri kembali. Orang tua tidak menyadari hal ini kecuali jika mereka mengalami amalah tidur. Orang dewasa juga akan terbangun sebentar pada waktu malam tetapi sering tidak akan ingat. Frekuensi terbangun akan meningkat seiring pertambahan usia. (3)Tidur normal Tidur normal merupakan serangkaian fae 1-4 dengan peningkatan kedalaman, diselingi dengan periode singkat hampir terjagaselama terjadinya gerakan mata cepat (REM). Setiap fase tidur memiliki gambaran EEG yang khas Terdapat rentang luas pada perbedaan lama tidur antara setiap orang tetapi biasanya menurun seiring pertambahan usia.

2.3 Fungsi TidurFungsi tidur telah diteliti dalam berbagai cara, sebagian besar peneliti menyimpulkan bahwa tidur memliki fungsi resonatif dan homeostatik dan tampaknya penting untuk termoregulasi dan cadangan energi normal. (1)Kekurangan TidurPeriode kekurangan tidur yang panjang kadang-kadang menyebabkan disorganisasi ego, halusinasi, dan waham. Menghilangkan tidur REM pada seseorang dengan membangunkannya pada awal siklus REM menghasilkan peningkatan jumlah periode REM dan jumlah tidur REM (peningkatan rebound) jika mereka dibiarkan tidur tanpa diganggu. Pasien dengan kekurangan tidur REM mungkin menunjukkan sikap mudah tersinggung dan latergi.Pada penelitian terhadap tikus, kekurangan tidur menghasilkan suatu sindrom yang berupa penampilan terdebilitas, lesi kulit, peningkatan asupan makanan, kehilangan berat badan, peningkatan penggunaan energi, penurunan temperatur tubuh, dan kematian. Perubahan neuroendokrin berupa peningkatan norepinefrin plasma dan penurunan tiroksin plasma. (1)Kebutuhan tidurBeberapa orang secara normal adalah petidur singkat (short sleeper) yang memerlukan tidur kurang dari enam jam setiap malam dan yang berfungsi secara adekuat. Petidur lama (long sleeper) adalah mereka yang tidur lebih dar sembilan jam setiap malamnya untuk adapat berfungsi secara adekuat. Petidur lama memiliki lebih banyak periode REM dan lebih banyak gerakan mata cepat dalam masing-masing periode (dikenal sebagai densitas REM) dibandingkan petidur singkat. Gerakan tersebut kadang-kadang dianggap sebagai ukuran intensitas tidur REM dan berhubungan dengan kejernihan mimpi. Petidur singkat biasanya efisien, ambisius, cakap secara sosial, dan puas diri. Petidur lama cendrung terdepresi ringan, cemas, dan menarik diri secara sosial. Peningkatan kebutuhan tidur terjadi pada kerja fisik, latihan, penyakit, kehamilan, stres mental umum, dan peningkatan aktivitas mental. Periode REM meningkat setelah stimuli psikologis yang akut, seperti situasi belajar yang sulit dan stres, dan setelah pemakaian zat kimia atau obat yang menurunkan katekolamin otak. (1)2.4 InsomniaA. DefinisiMenurut kamus besar bahasa Indonesia, insomnia adalah keadaan tidak dapat tidurkarna gangguan jiwa. Insomnia atau gangguan tidur merupakan suatu keadaan seseorang dengan kuantitas dan kualitas tidur yang kurang. Menurut kamus kedokteran, insomnia adalah gangguan yang ditandai oleh penurunan kemampuan untuk memulai atau mempertahan kan tidur. Dalam kamus Dorlan insomnia didefiniskan tidak dapat tidur atau keadaan terjaga yang abnormal. Insomnia dapat terjadi secaraprimer atau berhubungan dengan kondisi medis atau kejiwaan. Insomnia merupakan kesulitan untuk masuk tidur, kesulitan dalam mempertahankan tidur, atau tidak cukup tidur (ilmu kedokteran jiwa darurat). Menurut DSM-IV, Insomnia didefinisikan sebagai keluhan dalam hal kesulitan untukmemulai atau mempertahankan tidur atau tidur non-restoratif yang berlangsung setidaknyasatu bulan dan menyebabkan gangguan signifikan atau gangguan dalam fungsi individu. The International Classification of Diseases mendefinisikan Insomnia sebagai kesulitan memulai atau mempertahankan tidur yang terjadi minimal 3 malam/minggu selama minimal satu bulan. Menurut The International Classification of Sleep Disorders, insomnia adalah kesulitan tidur yang terjadi hampir setiap malam, disertai rasa tidak nyaman setelah episode tidur tersebut.(6)Insomnia adalah suatu gangguan dengan kuantitas atau kualitas tidur yang tidak cukup. Diagnosis ini dapat digunakan untuk semua usia (sebe;lumnya gangguan tidur pada masa kanak kanak digolongkan secara terpisah). Insomnia dapat bersifat transien (riwayat hanya berlangsung beberapa hari atau minggu) atau kronik (riwayat menetap selama beberapa bulan atau tahun). (3)Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur. Keadaan ini adalah keluhan tidur yang paling sering. Insomnia mungkin sementara atau persisten. (1)Jadi, Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidurberupa kesulitan berulang untuktidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk melakukannya. (6)B. EpidemiologiKeluhan berupa ketidakmampuan tidur jauh lebih sering daripada keluhan lain yang berhubungan dengan tidur. Perkiraan prevalensinya pada orang dewasa bervariasi dari 15% sampai 40%, dan meningkat pada lansia. Orang yang mengalami insomnia intermitten lebih banyak daripada orang yang mengeluh ke dokter umumnya, meskipun hal tersebut telah menjadi keluhan pembedahan umum yang umum terjadi. (3)Anak anak biasanya tidak mengeluh. Sebanyak 14% anak mengalami kesulitan tidur pada usia 3 tahun. Hal tersebut dapat berarti campuran kompleks antara kesulitan masuk tidur (difficulty settlyng) dan terbangun pada sore dan malam hari. (3)Telah terbukti bahwa masalah tidur terjadi pada sebanyak 50-80% anak dengan disabilitas belajar. Keadaan ini disebbakan oleh arsitektur tidur yang berbeda pada disabilitas belajar yang parah. Pada sindrom Down, terjadi juga peningkatan insiden apnea tidur obstruktif, yang dapat mengganggu tidur. (3)C. Gambaran KlinisInsomnia sejati, pada orang dewasa serta anak anak, menyebabkan kelelahan sepanjang hari. Kurang tidur perlu dibedakan dengan kesulotan masuk tidur (terutama pada anak anak), meskipun juga dapat mengurangi lama tidur. Pola insomnia juga harus diidentifikasi yaitu, kesulitan untuk mempertahankan tidur, bangun terlalu cepat, gangguan pengalihan fasse (phase-shift). (3)Variasi kebutuhan tidur berati bahwa pemberian waktu tidur yang ideal selama maa kanak kanak tidaklah bijaksana. Namun, tidur yang tidak cukup akibat waktu tidur yang terlambat sering menyebabkan kelelahan di pagi hari, dengan kesulitan terbangun, mengantuk di siang hari dan tidur siang yang tidak terjadwal. Anak lain dapat memperlihatkan iritabilitas, peningkatan aktivitas dan gangguan konsentrasi saat merasa lelah. Waktu tidur dan jumlah tidur siang serta tidur sejenak (beberapa detik tidur ringan selama penurunan akitivitas) bervariasi seumur hidup. Frekuensi tidur singkat dapat meningkat pada usia tua. (3)D. Klasifikasi Insomnia (6) Bedasarkan tipe tidurnya, ada 3 macam insomnia.a. insomnia inisialInsomnia inisial yakni bila seseorang kesulitan tidur saat hendak memulai tidur.b. Insomnia intermittenInsomnia intermitten yakni bila seseorang tidak mampu mempertahankan tidurnya atau sering terbangun saat ia tidurc. Insomnia terminalInsomnia terminal yakni seseorang terbangun terlalu dini dan tidak dapat tidurkembali. Berdasarkan jangka waktu berlangsungnya ada 2 macam insomnia, yaitu insomnia akut (acute insomnia) dan insomnia kronis (chronic insomnia).a. Insomnia akutInsomnia akut berlangsung dalam waktu yang singkat, yaitu antara 1 malam sampaibeberapa minggu. Insomnia akut, adalah gejala yang paling umum terjadi dan biasanya diakibatkan oleh situasi seperti stres di tempat kerja, masalah keluarga, atau peristiwa traumatis.b. Insomnia kronisInsomnia kronis yaitu bila penderita mengalaminya selama minimal 3 malamperminggu dan berlangsung selama 1 bulan atau lebih. Berdasarkan penyebabnya ada dua jenis insomnia. Yaitu insomnia primer dan insomnia sekunder.a. Insomnia PrimerInsomnia primer bersumber dari masalah psikis / psikologis, seperti perubahan hidup yang dapat memicu insomnia primer, stres yang berkepanjangan dan pengaruh emosional. Insomnia primer ini mempunyai faktor penyebab yang jelas. insomnia atau susah tidur ini dapat mempengaruhi sekitar 3 dari 10 orang yang menderita insomnia. Pola tidur, kebiasaan sebelum tidur dan lingkungan tempat tidur seringkali menjadi penyebab dari jenis insomnia primer ini.b. Insomnia SekunderInsomnia sekunder berarti merupakan efek samping dari suatu masalah medis seperti : kondisi kesehatan, pengaruh penyakit, pengaruh obat dan lain lain. Insomnia sekunder biasanya terjadi akibat efek dari hal lain, misalnya kondisi medis. Masalah psikologi seperti perasaan bersedih, depresi dan dementia dapat menyebabkan terjadinya insomnia sekunder ini pada 5 dari 10 orang. Selain itu masalah fisik seperti penyakit arthritis, diabetes dan rasa nyeri juga dapat menyebabkan terjadinya insomnia sekunder ini dan biasanya mempengaruhi 1 dari 10 orang yang menderita insomnia atau susah tidur. Insomnia sekunder juga dapat disebabkan oleh efek samping dari obat-obatan yang diminum untuk suatu penyakit tertentu, penggunaan obat-obatan yang terlarang ataupun penyalahgunaan alkohol. Faktor ini dapat mempengaruhi 1-2 dari 10 orang yang menderita insomnia.E. EtiologiEtiologi insomnia diringkas dalam tabel(3)Penyebab Insomnia Lingkungan higiene tidur yang buruk Perubahan zona waktu Perubahan pola tidur Penggantian waktu kerja

Fisiologis sleeper singkat alami Kehamilan Usia pertengahan

Sterss Hidup kehilangan Kerabat Ujian Pindah rumah dll

Psikiatrik Ansietas akut Depresi Mania Sindrom otak organik

Fisik Nyeri Distres kardiorespiorasi Artritis Nokturia Gangguan gastrointestinal Tirotoksikosis

Farmakologis Kafein Alkohol Stimulan Penggunaan hipnotik kronik

Parasomnia Apnea tidur Mioklonus tidur

Faktor faktor presdisposisiKeluhan lebih sering ditemukan di kelompok masayarakat sosial ekonomi rendah. Setiap perbedaan pada temperatur tubuh, resistensi kulit, dan ekskresi kortikosteroid telah dihubungkan dengan variasi frekuensi insomnia. Sikap keluarga terhadap tidur juga dapat menentukan tingkat keluhan insmonia pada setiap individu. (3)Faktor faktor presipitasiInsomnia transien bisanya disebabkan oleh beberapa perubahan lingkungan atau suatu perubahan pola kerja istirahat, dan sering disebabkan oleh krisis emosional seperti kehilangan. Keadaan tersebut mungkin merupakan salah satu tanda pertama distres akibat tekanan dari luar. Tidak tampak hubungan langsung antara jenis pengalaman dan kemungkinan insomnia, tetapi hal tersebut akan bergantung pada kebermaknaan setiap peristiwa yang pebuh stres.Terdapat preferensi yang bersifat individual pada tingkat bising, cahayadan temperatur untuk tidur. Perpindahan ke area yangn lebih tenang dapat menimbulkan insomnia pada seseorang yang terbiasa dengan kebisingan kota, dan sebalilknya. Biasanya tidur terganggua pada temperatur yang lebih besar dari 240C. Perubahan temperatur juga dapat menimbulkan episode insomnia.Ingesti makanan dan minuman yang secara farmakologis aktif, terutama kafein dan alkohol, dapat menggangnu tidur. Beberapa obta, terutama stimulan, dapat menyebabkan insomia baik secara langsung atau sebagai efek samping (akatisia dengan phenotiazine).Pengehentian konsumsi alkohol atau hipnotik jga dapat mengurangi tidur atau menimbulkan perubahan ( peningkatan tidur gerakan mata cepat (REM)), yang menigkatkan keadaan terbangun. Penggunaan hipnotik yang bekerja sangan singkat dapat menimbulkan rebound waking pada tengah malam.Perubahan waktu kerja memerluka perubahan irama sirkadian yang memerlukan beberapa hari agar tercapai, dan insomia transient dapat terjadi. Jika pergantian sering berubah, gangguan tidur yang lebih berat terjadi.Meskipun sebagian besar insomnia kronik disertai masalah medis, psikiatri atau perilaku, beberapa orang mengalami tidur buruk yang lama tanpa gangguan apapun yang nyata di area area ini. Keadaan ini dapat disebut insomnia kronik primer, dan dapat terjadi pada keadaan tidur di siang hari dan/atau gangguan mood dan kesehatan. Terdapat anggapan bahwa hal ini berkaitan dengan perubahan yang belum terdeteksi pada arsitektur tidur atau sebai bagian dari rentang perbedaan individual.Penyebab utama insomnia kronik akibat faktor faktor organik adalah setiap keadaan yang menimbulkan nyeri. (3)Faktor faktor yang memperlambatSecara jelas, jika setiap faktor penyebab terlewatkan, insomnia akan terus terjadi. Insomnia transien dapat berkembang menjadi insomnia kronik jika terdapat higiene tidur yang buruk, atau jika terbentuk suatu lingkaran setan dari kekhawatiran akn kekurangan tidur yang menyebabkan gejala gejala ansietas dan selanjutnya, terbangun dan kesulitan masuk tidur tersebut.Pada insomnia masa kanak, peningkatan agitasi parental, ansietas dan iritabilitas dapat meningkatkan kewaspadaan anak sehingga anak kurang tidur. Juga, kelelahan parental ini dapat mengganggu individu individu paling berkompeten, yang membuat mereka kurang dapat mencapai tingkat normal penanganan yang sesuai. (3)Etilogi insomnia: (6) Stres.Kekhawatiran tentang pekerjaan, kesehatan sekolah, atau keluarga dapat membuatpikiran menjadi aktif di malam hari, sehingga sulit untuk tidur. Peristiwa kehidupan yangpenuh stres, seperti kematian atau penyakit dari orang yang dicintai, perceraian ataukehilangan pekerjaan, dapat menyebabkan insomnia. Kecemasan dan depresi.Hal ini mungkin disebabkan ketidakseimbangan kimia dalamotak atau karena kekhawatiran yang menyertai depresi. Obat-obatan.Beberapa resep obat dapat mempengaruhi proses tidur, termasuk beberapa antidepresan, obat jantung dan tekanan darah, obat alergi, stimulan (seperti Ritalin) dan kortikosteroid. Kafein, nikotin dan alkohol.Kopi, teh, cola dan minuman yang mengandung kafein adalah stimulan yang terkenal. Nikotin merupakan stimulan yang dapat menyebabkan insomnia. Alkohol adalah obat penenang yang dapat membantu seseorang jatuh tertidur,tetapi mencegah tahap lebih dalam tidur dan sering menyebabkan terbangun di tengah malam. Kondisi Medis.Jika seseorang memiliki gejala nyeri kronis, kesulitan bernapas dansering buang air kecil, kemungkinan mereka untuk mengalami insomnia lebih besardibandingkan mereka yang tanpa gejala tersebut. Kondisi ini dikaitkan dengan insomnia akibat artritis, kanker, gagal jantung, penyakit paru-paru, gastroesophageal reflux disease (GERD), stroke, penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer. Perubahan lingkungan atau jadwal kerja.Kelelahan akibat perjalanan jauh ataupergeseran waktu kerja dapat menyebabkan terganggunya irama sirkadian tubuh,sehingga sulit untuk tidur. Ritme sirkadian bertindak sebagai jam internal, mengatursiklus tidur-bangun, metabolisme, dan suhu tubuh. Belajar insomnia.Hal ini dapat terjadi ketika Anda khawatir berlebihan tentang tidakbisa tidur dengan baik dan berusaha terlalu keras untuk jatuh tertidur. Kebanyakan orangdengan kondisi ini tidur lebih baik ketika mereka berada jauh dari lingkungan tidur yangbiasa atau ketika mereka tidak mencoba untuk tidur, seperti ketika mereka menonton TV atau membaca. 6F. DiagnosisUntuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap: 1 Pola tidur penderita. Pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang. Tingkatan stres psikis. Riwayat medis. Aktivitas fisik Diagnosis berdasarkan kebutuhan tidur secara individual.Sebagai tambahannya, dokter akan melengkapi kuisioner untuk menentukan pola tidur dan tingkat kebutuhan tidur selama 1 hari. Jika tidak dilakukan pengisian kuisioner, untuk mencapai tujuan yang sama Anda bisa mencatat waktu tidur Anda selama 2 minggu.Pemeriksaan fisik akan dilakukan untuk menemukan adanya suatu permasalahan yang bisa menyebabkan insomnia. Ada kalanya pemeriksaan darah juga dilakukan untuk menemukan masalah pada tyroid atau pada hal lain yang bisa menyebabkan insomnia. Jika penyebab dari insomnia tidak ditemukan, akan dilakukan pemantauan dan pencatatan selama tidur yang mencangkup gelombang otak, pernapasan, nadi, gerakan mata, dan gerakan tubuh. 5Kriteria Diagnostik Insomnia Non-Organik berdasarkan PPDGJ 4 Hal tersebut di bawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti:a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas tidur yang burukb. Gangguan minimal terjadi 3 kali dalam seminggu selama minimal 1 bulanc. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang harid. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan Adanya gangguan jiwa lain seperti depresi dan anxietas tidak menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan. Kriteria lama tidur (kuantitas) tidak diguankan untuk menentukan adanya gangguan, oleh karena luasnya variasi individual. Lama gangguan yang tidak memenuhi kriteria di atas (seperti pada transient insomnia) tidak didiagnosis di sini, dapat dimasukkan dalam reaksi stres akut (F43.0) atau gangguan penyesuaian (F43.2)G. PenatalaksanaanHigiene tidurHigiene tidur adalah dasar strategi preventif untuk insomnia dan merupakan pendekatan pilihan pertama setelah penilaian lengkap menyingkirkan kemungkinan gangguan medis atau psikiatri primer. (3)HipnotikHipnotik, terutama benzodiazepine (dan sebelumnya barbiturate), telah diberikan dalam jumlah besar selama beberapa tahun belakangan tetapi saat ini masih diragukan karena masalah substansial gejala gejala ketergantungan dan withdrawal akibat pengguanaan jangka panjang. Toleransi terjadi dalam 3-14 hari. Karena alasan ini hipnotik hipnotik sebaiknya jarang diberikan, untuk periode singkat (lebih baik hanya untuk beberapa hari tertentu saja kurang dari sebulan) dan secara intermiten. Mereka yang bergantung kepada benzodiazepine dapat mengalami insomnia rebound yang bermakna saat berhenti menggunakannya, dengan mimpi yang hidup dan peningkatan tidur REM.Benzodiazepine yang bekerja lama seperti diazepam atau nitrazepam dapat membantu bila insomnia disebabkan oleh ansietas di siang hari, tetapi tidak demikian ketika ansietas menjadi bagian gangguan deftretif atau psikitarik lain. Pada lansia, obat obat yangn bekerja lama ini dikontraindikasikan karena dalam waktu relatif singkat dapat menimbulkan pusing, ketidakstabilan dan kebingungan dalam taraf yang membahayakan.Benzodiazepine yang bekerja singkat lebih dipilih untuk menghindari efek efek bangover (rasa pusing/mabuk) yang terjadi jika pasien diberikan benzodiazepine dengan waktu paruh yang lebih lama. Hipnotik yang lebih baru juga memiliki kekurangan yang bermakna. Cyclopyrrolone (zopiclone) menyebabkan rasa logam yang tidak menyenangkan pada 40-50% pasien. Imidazopyridine (zolpidem) dapat menimbulkan masalah karena durasi kerjanya yang sangat singkat.Kloralhidrat efektif dan murah tetapi dapat menyebabkan iritasi lambung dan ruam, dapat menyebabkan ketergantungan dan bersifat letal bila diberikan dalam dosis berlebih. (3)Pendekatan prilakuPendekatan prilaku meriupakan terapi pilihan untuk anak anak. Obat obtan jarang diindikasikan, meskipun dapat digunakan dalam beberapa hari untuk merusak siklus bangun di tengah malam atau memberikan istirahat bagi orang tua yang kelelahan. Kunci penatalksanaan yang sukses adalah Penilaian menyeluruh pola tidur-bangun-kesulitan masuk tidur Pemahaman yang jelas mengenai keinginan dan pandangan tentang perawat agar kemitraan pada penatalaksanaan dapat tercapai. (3)Kebutuhan pertama dicapai dengan suatu kombinasi antara anamnesis yang cermat dan perawat yang menjaga catatan harian mengenai masuk tidur (settlig), tidur dan bangun beserta responnya. Jika bangun sering atau periode masuk tidur cukup lama, catatan harian tidak saja menyediakan catatan untuk memantau terapi tetapi juga mengingatkan perawat akan hal yang telah terjadi (penurunan frekuensi bangun dari tujuh kali pada malam hari sampai lima hari dirasakan sedikit berbeda oleh orang tua, meskipun hal tersebut merupakan suatu perbaikan). Pendekatan terapi prilaku terhapat gangguan tidur anak secara kasar dapat dibagi menjadi: Pendekatan yang menekankan utnuk tidak memberikan perhatian kepada anak ketika mereka terbangun atau ketika mereka memperlihatkan kegelisahan berharap tidak masuk tidur (cepat, tetapi sangat traumatik bagi semua yang peduli). Pendekatan yang memerlukan pendekatan yang lebih bertahap dalam mengajari anak untuk masuk tidur. (3)H. Perjalanan Klinis dan PrognosisSeperti yang telah dibahas, insomnia transien dapat menjadi kronik jika berbagai faktor yang memperlama gangguan tersebut berada pada tempatnya, jika tindakan tidak diambil untuk menanganinya secara tepat atau jika penyebab mendasar merupakan suatu keadaan kronik. Insomnia kronik dapat terjadi seumur hidup. Keadaan tersebut biasanya merupakan konsekuensi usia tua, masalah medis, prilaku atau masala psikiatrik. (3)

BAB IIIPENUTUPKesimpulanInsomnia merupakan kesulitan untuk masuk tidur, kesulitan dalam mempertahankan tidur, atau tidak cukup tidur. Insomnia merupakan gangguan fisiologis yang cukup serius, dimana apabila tidak ditangani dengan baik dapat mempengaruhi kinerja dan kehidupan sehari-hari.Insomnia dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti stres, kecemasan berlebihan, pengaruh makanan dan obat-obatan, perubahan lingkungan, dan kondisi medis. Insomnia didiagnosis dengan melakukan penilaian terhadap pola tidur penderita, pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang, tingkatan stres psikis, riwayat medis, aktivitas fisik, dan kebutuhan tidur secara individual.Insomnia dapat ditatalaksana dengan cara farmakologi dan non farmakologi, bergantung pada jenis dan penyebab insomnia. Obat-obatan yang biasanya digunakan untuk mengatasi insomnia dapat berupa golongan benzodiazepin (Nitrazepam, Trizolam, dan Estazolam), dan non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital). Tatalaksana insomnia secara non farmakologis dapat berupa terapi tingkah laku dan pengaturan gaya hidup dan pengobatan di rumah seperti mengatur jadwal tidur.

DAFTAR PUSTAKA1. Kaplan & Shadock. 2010. Sinopsis Psikiatri. Binarupa Aksara. Tanggerang 2. Dorlan. 2012. Kamus Saku Kedokteran Dorlan. EGC. Jakarta3. Laking, Puri, Treasaden. 2011. buku ajar psikiatri. EGC. Jakarta4. Maslim.Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa. Utika Atmajaya. Jakarta5. Tomb, David A. 2004. Buku Saku Psikiatri Ed 6. Jakarta: EGC6. Kaplan, H.I, Suddock, B.J, Greb, J.A. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Alih Bahasa : Roan, W. M. Jakarta : Penerbit Widya Medika.

18 |Insomnia