BAB I

9
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan Otonomi Daerah yang luas, nyata, akuntabel, dan berkesinambungan, maka dalam pelaksanaannya membutuhkan pendanaan yang besar untuk membangun Daerah, dalam hal ini daerah sudah tentu pembiayaan tersebut berasal dari pendapatan asli daerah dan dana perimbangan dari pemerintah pusat serta pendapatan lain-lain daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah khususnya sektor pajak menjadi andalan pemerintah daerah, maka sektor pajak perlu dioptimalkan sehingga daerah lebih mandiri dan dapat lebih diwujudkan. Sebagaimana UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah untuk melaksanakan fungsi utama yakni melayani masyarakat melalui pelimpahan kewenangan meliputi aspek politik, administratif dan fiskal. Sedangkan UU Nomor 33 Tahun 2004 yang mengatur tentang dana Perimbangan Pemerintah Pusat dan Daerah. Prinsipnya adalah pemisahan keuangan perlu dilaksanakan secara jelas dan konsisten sehingga ada kejelasan pembagian kewenangan dan tanggungjawab antara pemerintah pusat dan daerah sehingga terwujudnya check and balances serta mendorong peningkatan kinerja aparat pemerintah daerah dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan. Salah satu faktor penting dari kewenangan pemerintah daerah di bidang pengelolaan pajak dan retribusi daerah adalah bagaimana meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), karena dalam

description

strategi penerimaan pajak kendaraan bermotor terhada peningkatan PAD provinsi NTB

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyelenggaraan Otonomi Daerah yang luas, nyata, akuntabel, dan

berkesinambungan, maka dalam pelaksanaannya membutuhkan pendanaan yang

besar untuk membangun Daerah, dalam hal ini daerah sudah tentu pembiayaan

tersebut berasal dari pendapatan asli daerah dan dana perimbangan dari pemerintah

pusat serta pendapatan lain-lain daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah

khususnya sektor pajak menjadi andalan pemerintah daerah, maka sektor pajak

perlu dioptimalkan sehingga daerah lebih mandiri dan dapat lebih diwujudkan.

Sebagaimana UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah untuk

melaksanakan fungsi utama yakni melayani masyarakat melalui pelimpahan

kewenangan meliputi aspek politik, administratif dan fiskal. Sedangkan UU

Nomor 33 Tahun 2004 yang mengatur tentang dana Perimbangan Pemerintah

Pusat dan Daerah. Prinsipnya adalah pemisahan keuangan perlu dilaksanakan

secara jelas dan konsisten sehingga ada kejelasan pembagian kewenangan dan

tanggungjawab antara pemerintah pusat dan daerah sehingga terwujudnya check

and balances serta mendorong peningkatan kinerja aparat pemerintah daerah

dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan. Salah satu faktor penting dari

kewenangan pemerintah daerah di bidang pengelolaan pajak dan retribusi daerah

adalah bagaimana meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), karena dalam

Page 2: BAB I

2

sistem Negara manapun di dunia, hampir tidak dijumpai pengeluaran daerah

sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah pusat.

Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan

yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan

pembangunan daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Dengan keluarnya

Undang-undang nomor 28 tahun 2009 atas perubahan Undang-undang 34 tahun

2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dimana di dalamnya telah diatur

yang termasuk jenis Pajak Provinsi yaitu sebagai berikut :

a. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

b. Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)

d. Pajak Air Permukaan (PAP), dan

e. Pajak Rokok (Cukai Rokok)

Selain memuat tentang jenis pajak, di dalam juga berisi ketentuan-ketentuan

pokok yang memberikan pedoman kebijakan dan arahan bagi daerah Provinsi

dalam melaksanakan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah, sekaligus

menetapkan peraturan untuk menjamin penetapan dan prosedur umum perpajakan.

Pengaturan pembagian dan pemanfaatan pajak dan retribusi daerah

dilakukan secara proporsional, berkeadilan, serta kewenangan pemungutan jenis-

jenis pajak daerah didasarkan pada kewenangan yang diberikan oleh pemerintah

pusat kepada pemerintah daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Atas dasar

pemikiran tersebut sebagai instansi pemungut pendapatan asli daerah (PAD), maka

Dinas Pendapatan Daerah harus mampu menunjukkan partisipasinya dalam proses

Page 3: BAB I

3

pembangunan daerah sesuai dengan visinya pemerintah daerah Provinsi NTB yaitu

“Terwujudnya Pendapatan Daerah Yang Mantap Dan Berdaya Saing Dengan

Titik Berat Pada Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Provinsi Nusa Tenggara

Barat”. Visi tersebut merupakan penuntun bagi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi

Nusa Tenggara Barat untuk memacu kinerja yang optimal dengan didasari oleh

potensi daerah, peluang, tantangan dan tuntutan masyarakat Nusa Tenggara Barat.

Untuk dapat terwujudnya Visi tersebut di atas, telah ditetapkan Misi bagi

Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai Berikut:

1. Mengembangkan Pendapatan Asli Daerah

2. Mengembangkan Sumber Daya Manusia

3. Meningkatkan Pelayanan Kepada Masyarakat Secara Optimal

Agar dapat mewujudkan Visi dan Misi tersebut, tentu dibutuhkan strategi

bagi kinerja Dinas Pendapatan Daerah sebagai pilar utama pemungut pajak dan

instansi yang terkait seperti Kepolisian, dan Jasa Raharja sebagai mitra kerja

dalam proses pemungutan pajak di kantor-kantor pelayanan pajak. Tugas berat

bagi Dinas Pendapatan saat ini adalah bagaimana cara mengupayakan setiap tahun

pendapatan asli daerah selalu mengalami peningkatan yang cukup besar terutama

dari sektor pajak kendaraan bermotor (PKB). Setiap tahun pajak kendaraan

bermotoro menunjukkan tren angka yang progresif seiring dengan kebutuhan

daerah dalam membiayai pembangunan, dan tuntutan masyarakat dalam

meningkatkan pelayanan publik yang optimal dan merata di setiap daerah

kabupaten dan kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Page 4: BAB I

4

Ada sembilan Strategi yang sudah dilaksanakan oleh Dispenda dalam upaya

peningkatkan penerimaan pajak kendaraan bermotor (PKB) sebagai berikut:

1) Membebaskan pajak balik nama kendaraan bermotor (PBNKB) sesuai

Perda Nomor 9 tahun 2011.

2) Melakukan koordinasi dengan instansi yang terlibat pada Kantor Sistem

Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT), dan Merazia Kendaraan

secara kontinyu terutama WP yang belum Membayar pajak.

3) Merazia kendaraan ilegal yang masuk ke Provinsi Nusa Tenggara Barat.

4) Menerapkan sistem pembayaran PKB secara online sebagai fasilitas

Samsat Link.

5) Membangun kantor Samsat yang memadai di setiap kabupaten/kota guna

memperlancar proses pembayaran PKB, TNKB dll.

6) Melakukan Samsat Keliling secara kontinyu oleh setiap UPTD di setiap

Kabupaten dan Kota hingga daerah terpencil terutama daerah yang tinggi

tunggakan PKB.

7) Membangun Drive Thru yang lokasinya di Lombok Barat dan Kecamatan

Mantang Kabupaten Lombok Tengah.

8) Mengedepankan pelayanan cepat, mudah, dan tepat waktu

9) Melakukan Sosialisasi kepada masyarakat melalui media, Pamflet, radio,

baliho serta spanduk-spanduk yang isinya, menginformasikan tentang

pentingnya membayar pajak sebagai sumber dana pembangunan daerah,

(Sumber: Dinas Pendapatan Provinsi NTB)

Page 5: BAB I

5

Secara umum langkah-langkah atau strategi kebijakan yang diambil oleh

Dispenda tersebut memberikan dampak yang cukup berarti terhadap pendapatan

daerah. Hal ini tercermin dari meningkatnya penerimaan dari target pendapatan

asli daerah khususnya Pajak Kendaraan Bermotor. Adapun realisasi perkembangan

dan kontribusi penerimaan dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) terhadap

Pendapatan Aali Daerah (PAD) Provinsi Nusa Tenggara Barat lima tahu terakhir

dari tahun 2007 s/d 2011, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.1 : Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) TerhadapPAD

Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2007 s/d 2011

Tahun Kontribusi PKB

(Rp)

PAD Provinsi NTB

(Rp)

Persentase

( % )

2007 74.149.355.243,00 344.010.226.780,26 21,55

2008 88.679.141.800,00 434.192.088.288,75 20,42

2009 107.767.730.515,00 474.455.062.324,08 22,71

2010 121.518.483.332,00 515.340.956.845,65 23,58

2011 142.684.620.853,00 741.291.174.995,39 19,23

Rata – rata 21,50

Sumber : Dinas Pendapatan Prov. NTB Tahun 2012

Berdasarkan tabel 1.1 di atas menunjukkan kontribusi penerimaan Pajak

Kendaraan Bermotor terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi Nusa Tenggara

Barat untuk tahun 2007 PKB sebesar Rp.74.149.355.243,00 PAD sebesar

Rp.344.010.226.780,26. Tahun 2008 PKB sebesar Rp.88.679.141.800,00 dengan

PAD sebesar Rp.434.192.088.288,75. Pada tahun 2009 penerimaan PKB sebesar

Rp.107.767.730.515,00 dan sedangkan PAD sebesar Rp.474.455.062.324,08.

Tahun 2010 PKB sebesar Rp.121.518.483.332,00 dan PAD Provinsi NTB sebesar

Page 6: BAB I

6

Rp.515.340.956.845,65 dan pada tahun 2011 penerimaan Pajak Kendaraan

Bermotor sebesar Rp.142.684.620.853,00, sedangkan pendapatan asli daerah

sebesar Rp.741.291.174.995,39. Jadi, penerimaan PKB dan PAD terus mengalami

peningkatan, sedangkan secara persentase kontribusi penerimaan PKB terhadap

PAD mengalami fluktuasi dan jika di rata-ratakan kontribusi PKB selama lima

tahun sebesar 21,50%.

Meskipun dispenda dituntut untuk senantiasa ada peningkatan pendapatan

Asli Daerah, namun demikian dalam pelaksanaan target PKB, BBNKB dan pajak-

pajak lain ditetapkan secara rasional dengan mempertimbangkan penerimaan pajak

tahun sebelumnya, potensi pajak, dan asumsi pertumbuhan ekonomi. Kalau

mengacu pada Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2007 tentang APBD, dimana

pendapatan daerah berjumlah Rp868.615.655.780,26 terdiri dari PAD sebesar

Rp344.010.226.780,26 atau sekitar 39,60%, dana perimbangan sebesar

Rp524.605.000.000,00 atau sekitar 60,39%. Jelas terlihat dari konposisi

pendapatan daerah tersebut, Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki

ketergantungan dana dari pemerintah pusat masih cukup besar.

Hal ini terjadi disebabkan hingga saat ini Dinas Pendapatan Daerah Provinsi

Nusa Tenggara Barat sebagai pilar utama pemungut pajak belum memiliki data

wajib pajak yang akurat. Dalam penetapan target tidak dapat dilakukan secara

tepat, sebagaimana yang diharapkan di era otonomi daerah saat ini. Semua pihak

yang terlibat harus mengetahui secara jelas potensi pajak yang sebenarnya agar

dalam menetapkan target yang riil setiap tahunnya berdasarkan potensi pajak yang

sebenarnya sehingga pembangunan daerah Provinsi NTB lebih bisa diwujudkan.

Page 7: BAB I

7

Dari laporan tahunan Dinas Pendapatan Provinsi NTB Tahun 2011 dalam

bidang perpajakan khususnya PKB terdapat masalah antara lain:

1. Belum tersedianya data wajib pajak yang valid.

2. Data tunggakan PKB yang dihimpun belum tepat waktu dan akurat.

3. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi.

4. Kepolisian sebagai mitra kerja sering melakukan razia sendiri tanpa

melibatkan Dinas Pendapatan.

5. Lembaga Pembiayaan Kredit (Finance) tidak sepenuhnya terbuka dalam

melaporkan kliennya untuk membayar pajak.

6. Pos-pos pelayanan pajak dan retribusi belum representatif

7. Pertumbuhan ekonomi regional di Provinsi NTB masih melambat, dan

8. Lemahnya pengendalian dan pengawasan pajak oleh penentu kebijakan.

Permasalahan tersebut masih perlu dibenahi oleh Dinas Pendatan dalam

meningkatkan penerimaan pendapatan asli daerah. Dari berbagai permasalahan

yang telah dikemukakan di atas, maka penulis sangat tertarik untuk membuat suatu

rancana penelitian dalam bentuk tesis yang berjudul “Strategi Penerimaan Pajak

Kendaraan Bermotor Terhadap Peningkatkan Pendapatan Asli Daerah Provinsi

Nusa Tenggara Barat (Studi Kasus pada Dinas Pendapatan Provinsi Nusa

Tenggara Barat tahun 2007 s/d 2011).

Page 8: BAB I

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti merumuskan masalah

sebagai fokus penelitian sebagai berikut:

1. Kesesuaian Strategi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dalam

Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat?

2. Seberapa besar Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor terhadap Peningkatan

Pendapatan Asli Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada uraian dari permasalahan tersebut di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis kesesuaian strategi penerimaan Pajak Kendaraan

Bermotor terhadap peningkatkan Pendapatan Asli Daerah Provinsi Nusa

Tenggara Barat.

2. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi dari sektor Pajak Kendaraan

Bermotor terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Provinsi Nusa

Tenggara Barat.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengembangkan teori manajemen strategi penerimaan Pajak kenderaan

Bermotor dalam upaya meningkatkan menerimaan PAD Provinsi NTB

dan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil langkah-langkah

Page 9: BAB I

9

kebijaksanaan operasional di lingkungan Dipenda Provinsi NTB yang

berkaitan dengan Pendapatan Asli Daerah

2. Memberikan sumbangsih pemikiran dan bahan masukan bagi Dipenda

Provinsi NTB khususnya strategi penerimaan Pajak Kendaraan

Bermotor dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah pada tahun-

tahun berikutnya.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti serupa terutama yang ingin

mengembangkan lebih lanjut dan lebih mendalam.