bAB I
-
Upload
bagus-hutomo -
Category
Documents
-
view
816 -
download
1
description
Transcript of bAB I
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumai
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Minyak dan gas bumi digunakan sebagai sumber energi utama oleh umat manusia di
dunia, untuk memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier.
Kebutuhan ini terus meningkat sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi. Meningkatnya kebutuhan minyak dan gas bumi tersebut bukan hanya dari segi
kuantitas tetapi juga dari segi kualitas dan ragam kebutuhan. Oleh karena itu industri minyak
dan gas memiliki peranan yang sangat penting sebagai sarana dalam memenuhi kebutuhan
energi bagi kehidupan.
Minyak bumi merupakan campuran dari berbagai senyawa hidrokarbon dengan
berbagai komposisi yang terdapat di dalam bumi. Dari beberapa ahli, diketahui bahwa
terdapat dua teori pembentukan minyak bumi, yaitu teori Biogenik dan Abiogenik. Teori
Biogenik menyatakan bahwa minyak bumi dihasilkan dari hasil proses perubahan materi
organik karena adanya tekanan dan pemanasan selama kurun waktu tertentu sedangkan teori
Abiogenik menyatakan bahwa minyak bumi telah ada sejak terbentuknya bumi dan sifatnya
mengalir serta terkumpul pada tempat-tempat tertentu. Akan tetapi, teori Biogenik lebih
dikenal karena sebagian besar para ahli menyakini bahwa minyak bumi terbentuk dari
binatang dan tumbuhan laut yang tekubur selama jutaan tahun oleh pengaruh lingkungannya,
yaitu temperatur, tekanan, kehadiran senyawa logam dan mineral, letak geologis serta waktu
proses perubahan.
Pengaruh lingkungan pada proses pembentukan minyak bumi menyebabkan minyak
bumi akan mempunyai komposisi yang berbeda dari satu tempat dengan tempat lainnya.
Berdasarkan perbedaan komposisinya, minyak bumi dapat diklasifikasikan menjadi minyak
bumi parafinik (paraffinic-base crude oil), minyak bumi naftenik (naphthene-base crude oil),
dan minyak bumi aromatik (aromate-base crude oil). Minyak bumi ini digunakan untuk
menghasilkan berbagai macam bahan bakar, diantaranya LPG, premium, kerosene, avtur,
solar serta bahan bahan lainnya seperti aspal, pelumas, bahan pelarut, lilin dan bahan baku
petrokimia.
1
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumai
Pengilangan minyak bumi bertujuan untuk mengubah minyak mentah dengan
berbagai proses menjadi suatu produk yang ekonomis dan dapat dipasarkan. Dalam kilang
minyak bumi, dikenal beberapa proses pengolahan yang dapat dikategorikan sebagai proses
pemisahan fisis, proses konversi kimia dan proses treating. Proses pemisahan dan treating
secara fisis pada umumnya merupakan proses pengolahan pertama atau dikenal dengan
Primary Processing, sedangkan proses konversi dan treating yang disertai dengan perubahan
kimia merupakan proses lanjutan atau Secondary Processing. Salah satu perusahaan yang
bergerak dalam bidang pengilangan minyak bumi ini adalah PT. PERTAMINA (Persero).
1.2. Sejarah PT. PERTAMINA (Persero)
Usaha pencarian minyak bumi di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1871 dan 1873
di langkat Sumatera Utara tepatnya di daerah telaga Tunggal dimana ditemukan semburan
minyak bumi yang pertama. Tetapi tonggak sejarah perminyakan di Indonesia baru di mulai
pada tanggal 15 Juni 1885 setelah minyak bumi tersebut diproduksi secara ekonomi untuk
keperluan pemerintah kolonial Belanda. Pencarian minyak bumi selanjutnya dilakukan di
daerah lain seperti pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan.
Sejalan dengan penemuan minyak bumi maka didirikan kilang untuk mengolah
minyak bumi yaitu :
Kilang minyak Wonokromo, dibangun oleh De Dordtsche Petroleum Maattchappij pada
tahun 1889 dengan kapasitas 2000 barrel per hari yang merupakan kilang tertua di
Indonesia
Kilang minyak Pangkalan Brandan dibangun oleh De Koninklijke pada tahun 1891
dengan kapasitas 3500 barrel per hari
Kilang Balikpapan dibangun oleh Royal Deutsch pada tahun 1894
Kilang minyak Cepu dibangun oleh De Dordtsche Petroleum Maattchappij pada tahun
1894 dengan kapasitas 3500 barrel oer hari.
Kilang Sei Gerong dibangun oleh Stanvac pada tahun 1926
Kilang Plaju dibangun oleh Shell pada tahun 1926
Seluruh kilang tersebut dikuasai dan digunakan untuk keperluan pemerintah kolonial
Belanda.
2
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumai
Pada massa perang kemerdekaan, perusahaan – perusahaan minyak Belanda tersebut
dialihkuasakan kepada pemerintah Indonesia dan dikenal adanya perusahaan minyak pada
massa perang diantaranya Perusahaan Minyak Republik Indonesia (PERMIRI) dan
Perusahaan Tambang Minyak Nasional (PTMN). Pada perkembangan selanjutnya
perusahaan minyak daerah menjadi perusahaan minyak nasional yang dimulai dari Pangkalan
Brandan pada tanggal 10 Desember 1957 yaitu PT Perusahaan Minyak Nasional (PT
PERMINA) yang selanjutnya berkembang perusahaan minyak nasional lainnya, yaitu PT
Pertambangan Minyak Indonesia (PT PERMINDO), PT Pertambangan Minyak Nasional (PT
PERTAMIN) dan PT Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional (PT PERMIGAN).
Pada tanggal 10 Desember 1958, Pemerintah melebur semua perusahaan minyak
nasional tersebut menjadi Perusahaan Tambang Minyak dan Gas Bumi (PERTAMINA) yang
dipimpin oleh seorang direktur utama yang diangkat oleh Presiden Republik Indonesia.
Landasan hukum PERTAMINA adalah UUD 1945 pasal 33 dan sebagai pelaksanaanya yang
utama adalah PERTAMINA menyediakan bahan bakar minyak untuk keperluan seluruh
rakyat Indonesia sehingga seluruh hasil PERTAMINA diserahkan kepada negara untuk
digunakan sebesar – besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Sejak tahun 1971 hingga kini telah terjadi beberapa perubahan regulasi pada sektor
migas di Indonesia. Perubahan tersebut yaitu dari UU No.8 tahun 1971 yang berisi bahwa
Pertamina bertanggung jawab penuh terhadap pemenuhan seluruh kebutuhan migas dalam
negeri. Selanjutnya pada tahun 2001 beralaih kepada UU No. 22 tahun 2001 yang berisi
bahwa pemenuhan kebutuhan migas dalam negeri tidak hanya dilakukan oleh Pertamina
melainkan seluruh perusahaan migas di dunia yang bersaing secara global dan pada tahun
2003 Pertamina yang sebelumnya merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah
berubah status menjadi PT. Persero. Perubahan regulasi ini memaksa PT. PERTAMINA
untuk terus melakukan perbaikan dalam berbagai bidang sehingga dapat menjadi perusahaan
migas yang dapat bersaing di pasar global.
Saat ini PT. PERTAMINA memiliki 7 kilang yang tersebar di pulau Sumatera, Jawa,
Kalimantan dan Papua dengan kapasitas produksi ± 1.051.700 barrel per hari seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 1.1. Dari 7 kilang tersebut, RU I Pangkalan Brandan telah berhenti
beroperasi sejak tahun 2003 dan direnacanakan akan beroperasi kembali pada tahun 2009 ini
3
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumaisehingga kapasitas produksi kilang PT.PERTAMINA saat ini sekitar 1.046.700 barel per
hari.
Tabel 1.1 Kapasitas Produksi Kilang PT PERTAMINA (Persero)
NAMA KILANG KAPASITAS
RU I Pangkalan Brandan
RU II Dumai dan Sei Pakning, Riau
RU III Plaju dan Sei Gerong, Sumatera Selatan
RU IV Cilacap, Jawa Tengah
RU V Balikpapan, Kalimantan Timur
RU VI Balongan, Jawa Barat
RU VII Kasim, Papua
5.000 BPSD
170.000 BPSD
133.700 BPSD
348.000 BPSD
260.000 BPSD
125.000 BPSD
10.000 BPSD
TOTAL 1.046.700 BPSD
BPSD: Barel Per Stream Day
PERTAMINA dalam usahanya memiliki visi dan misi organisasi sebagai berikut :
Visi : Menjadi perusahaan minyak nasional kelas dunia
Misi : Menjalankan usaha inti minyak, gas, dan bahan bakar nabati secara terintergrasi,
berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat
1.3. PT. PERTAMINA Refinery Unit (RU) II Dumai
PT. PERTAMINA RU II merupakan salah satu dari tujuh unit pengilangan minyak
bumi yang ada Indonesia. RU II mempunyai dua kilang yang mengolah minyak mentah dari
sumber yang sama yaitu Kilang Dumai dan Sei Pakning. RU II memiliki visi dan misi
sebagai berikut:
Visi : Menjadi Kilang Minyak Kebanggaan Nasional Yang Kompetitif mulai tahun 2012
Misi : Melakukan usaha di bidang pengolahan minyak bumi yang dikelola secara
profesional dan kompetitif berdasarkan tata nilai unggulan untuk memberikan
nilai tambah lebih bagi pemegang saham, pelanggan, pekerja dan lingkungan
4
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumai
1.3.1. Sejarah
Berdasarkan surat keputusan Direktur Utama PERTAMINA Nomor
334/KPTS/DM/1967, dibangunlah kilang minyak PERTAMINA Unit Pengolahan II pada
bulan April 1969. Pembangunan ini merupakan hasil kerja sama PERTAMINA dengan Far
East Sumitomo Jepang, atas dasar perjanjian “Turn Key Project”. Pelaksana teknis
pembangunan dilakukan oleh kontraktor asing yaitu:
IHHI (Ishikawajima Harima Heavy Industries) yang membangun permesinan dan
instalasi.
TAISEI Construction Co. yang membangun kontruksi kilang minyak RU II Dumai.
Unit yang pertama didirikan adalah Crude Distillation Unit (CDU), selesai pada
bulan Juni 1971 dan berhasil melakukan test run pengolahan minyak jenis Sumatra Light
Crude (SLC) dengan kapasitas 100.000 bbl/day atau 6 juta liter/hari. Pada tanggal 9
September 1971 operasi kilang ini diresmikan dan diberi nama Kilang Putri Tujuh, yang
diambil dari cerita rakyat setempat. CDU ini terdiri dari Topping Unit dan Plat Reformer
dengan produk yaitu mogas, kerosene, solar dan 55% - 60% residu. Kerosene dan solar
dipakai untuk kebutuhan dalam negeri, sedangkan residu diekspor ke Jepang sebagai dana
angsuran untuk pembayaran hutang pembangunan kilang.
Dalam jangka waktu tiga tahun, seluruh hutang pembangunan kilang dapat dilunasi.
Selanjutnya pengiriman residu ke Jepang tersendat-sendat karena pihak Jepang menunda-
nunda pembelian residu, sehingga residu yang menumpuk di tangki menjadi melimpah.
Karena kebutuhan akan bahan bakar dalam negeri meningkat, maka pemerintah dalam hal ini
PERTAMINA membangun proyek Hydrocracking, yang bertujuan mengolah residu menjadi
kerosene dan solar semaksimum mungkin.
Pada tahun 1980 ditandatangani perjanjian pemakaian lisensi dan proses kilang
Dumai dari Universal Oil Product (UOP), dimana Amerika Serikat sebagai pemegang hak
patent. Pada tanggal 27 April 1981 ditandatangani kontrak pembangunan perluasan kilang
dengan kontaktor utama Technidas Reunidas dan Centunion Spanyol.
5
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II DumaiTahap – tahap pelaksanaan pembangunan proyek tersebut antara lain :
1. Survey tanah dilakukan oleh SOFOKO (Indonesia) dan dievaluasi oleh HASKONING
(Belanda).
2. Penimbunan area dilaksanakan oleh PT SAC Nusantara (Indonesia). Pasir timbunan
diambil dari pulau Jelintik (8 km dari area proyek) dengan cutter section dredger.
3. Pemancangan tiang pertama dilaksanakan oleh PT Jaya Sumpiles Indonesia dengan
jumlah tiang pancang 18.000 buah dan panjang 706 km.
4. Pembangunan unit-unit proses beserta fasilitas penunjang dikerjakan oleh kontraktor
utama Technidas Reunidas dan Centunion Spanyol yang bekerjasama dengan Jaya
Group, dan sub kontraktor :
a. DAELIM (Korea) mengerjakan kontruksi: High Vacuum Unit, HC
Unibon Unit, Hidrogen Plant Unit, Naptha Hidrotreater Unit, CCR Platformer Unit,
Delayed Coking Unit, serta Amine dan LPG Recovery Unit.
b. HYUNDAI (Korea) mengerjakan kontruksi unit penunjang dan Offsite
Facilities yang meliputi Power Plant, Boiler Unit, Coke Calciner Unit, Water Treated
Boiler, Waste Water Treatment Unit, Tank Inter Connection dan Sewer System.
c. Pembangunan tangki – tangki penyimpanan dilakukan oleh Toro
Kanetsu Indonesia.
d. Pembangunan Fasilitas Jetty dikerjakan oleh PT. Jaya Sumpiles
Indonesia
e. Pembangunan sarana penunjang seperti pipa penghubung kilang lama
dan kilang baru, gedung laboratorium, gedung Fire & Safety, perkantoran dan
perumahan karyawan dikerjakan oleh kontraktor- kontraktor Indonesia.
f. Pengawasan proyek dilakukan oleh TRC dan PERTAMINA dibantu
oleh konsultan CF dari Amerika Serikat.
Setelah proyek perluasan ini selesai dibangun, kilang baru ini diresmikan oleh
Presiden Soeharto pada tanggal 16 Februari 1984. Proyek ini mencakup beberapa proses
dengan teknologi tinggi, yang terdiri dari unit-unit proses sebagai berikut:
1. High Vacuum Distillation Unit (110)
2. Delayed Coking Unit (140)
3. Coke Calciner Unit (170)
6
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumai4. Naptha Hydrotreating Unit (200)
5. Hydrocracker Unibon (211/212)
6. Distillat Hydrotreating Unit (220)
7. Continuous Catalyst Regeneration – Platforming Unit (300/310)
8. Hidrobon Platforming Unit /PL-I (310)
9. Amine – LPG Recovery Unit (410)
10. Hydrogen Plant (701/702)
11. Sour Water Stripper Unit (840)
12. Nitrogen Plant (940)
13. Fasilitas penunjang operasi kilang (Utilitas)
14. Fasilitas tangki penimbun dan dermaga baru
Beberapa jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) dan non BBM yang telah diproduksi
oleh kilang PERTAMINA RU II Dumai dan kapasitas produksinya dapat dilihat pada Tabel
1.2 berikut :
Tabel 1.2 Kapasitas Produk Pertamina RU II Dumai
No Produk Kapasitas (ton/hari)
1. Fuel gas 14,932. LPG 14,23. Premium 81,284. Avtur 46,425. Kerosene 132,306. Automotive Diesel Oil (ADO) 418,057. Low Sulphur Wax Residue (LSWR) 81,278. Coke 41,7
Pada April 2006 PT. PERTAMINA melakukan proyek pembangunan unit tambahan
pada RU II Dumai yaitu unit Lube Base Oil (LBO) yang mengolah Unconverted Oil (UCO)
yang berasal dari unit Hidrocracker Unibon (HCU) menjadi bahan baku minyak pelumas
yaitu Lube Base Oil. Proyek LBO ini dikenal dengan sebutan L-Project yang mana
dijalankan selama periode 1 April 2006 hingga 30 juni 2008 dengan total investasi sebesar
USD 215.000.000. L-Project merupakan kerjasama antara PT. Patra Niaga (anak perusahaan
Pertamina) dengan SK Energi Asia (Anak Perusahaan SK Corporation) dengan rasio modal
35 : 65. L-Proyek dijalankan melalui empat perode yaitu
7
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumai
Pembentukan PT. Patra SK sebagai pengelola unit LBO pada September 2006
Revamp Mechanical Completion pada November 2007
LBO Plant Mechanical Completion pada Mei 2008
On stream LBO Plant pada juni 2008
Pembentukan PT. Patra SK oleh Pertamina dan SK Corporation didasari pada
kemampuan masing-masing pihak yaitu :
– Pertamina :
Mempunyai pengalaman dalam pengoperasian kilang
Mempunyai aset yang dapat mendukung adanya kilang LBO Group III (feedstock,
utility, lahan)
Lokasi kilang yang berdekatan dengan pasar LBO Group III
– SK Corporation :
Mempunyai teknologi
Mempunyai pasar LBO Group III
Mempunyai brand LBO Group III yang sudah dikenal pasar.
Mempunyai jaringan distribusi dalam pemasaran
Kegiatan L-Project meliputi :
Revamping Unit HVU (High Vacum Unit) 92.6 MBSD → 106.0 MBSD
Revamping Unit HCU (Hydrocracker Unibon) 55.6 MBSD → 63.0 MBSD
Pembangunan Unit VDU (Vacuum Distillation Unit) 25.0 MBSD
Pembangunan Unit CDW (Catalytic Dewaxing Unit) 9.0 MBSD
Pembangunan Fasilitas Utility dan Offsite antara lain Storage Tank, Waste Water
Treating Unit, Cooling Water System, Air Compressor, Nitrogen Unit.
Pembangunan Control Room, Kantor dan Electric Substation
1.3.2. Lokasi Pabrik
PERTAMINA RU II terletak di kota Dumai, yang berjarak 200 km dari kota
Pekanbaru di tepi pantai Timur Sumatera, Propinsi Riau. Sebelah utara kilang berbatasan
8
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumaidengan Pulau Rupat, sebelah selatan merupakan perkampungan penduduk, sebelah barat
terdapat perkantoran dan perumahan karyawan (sekitar 8 km dari kilang), dan disebelah
timur terdapat perumahan penduduk.
Dipilihnya kota Dumai sebagai lokasi kilang minyak disebabkan beberapa faktor
yang menguntungkan yaitu :
1. Terletak di tepi pantai (selat Rupat) yang memiliki perairan tenang dan luas sehingga
dapat dikunjungi oleh kapal-kapal berat dan super tanker, serta merupakan persimpangan
lalu lintas dari barat ke timur.
2. Letaknya berdekatan dengan daerah pengeboran minyak yang
merupakan bahan baku kilang.
3. Daerah Dumai merupakan daerah dataran rendah dan cukup stabil sehingga aman untuk
mendirikan dan memperluas kilang di kemudian hari.
4. Daerah Dumai masih memiliki banyak hutan-hutan sehingga memungkinkan perluasan
daerah maupun pengembangan pabrik.
5. Kota Dumai termasuk daerah dengan kepadatan penduduk rendah sehingga di harapkan
dapat membantu pemerintah dalam program pemerataan penyebaran penduduk.
6. Tanah Dumai merupakan tanah yang kurang subur sehingga tidak
merugikan bila didirikan kilang.
1.3.3. Struktur dan Manajemen Organisasi
Struktur organisasi di PERTAMINA RU II Dumai-Sei Pakning berbentuk staff line
yang dipimpin oleh General Manager yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur
Pengolahan PERTAMINA Pusat di Jakarta. General Manager ini membawahi bidang-bidang
kegiatan seperti yang terlihat pada bagan organisasi PERTAMINA RU II Dumai pada
Lampiran A. Berikut adalah tugas dari tiap – tiap bagian :
A. Perencanaan dan Keekonomian (RENEKON)
Bagian ini membawahi bagian Perencanaan Crude, Produksi dan Keekonomian serta
Bagian Penjadwalan Crude. Bertanggung jawab kepada pengolahan dan produksi minyak.
Perencanaan akan kapasitas produksi yang akan dihasilkan bisa berupa perencanaan tahunan,
bulanan, maupun harian. Sebagai contoh, untuk perencanaan produksi dua bulan kedepan,
9
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumaimaka jumlah konsumsi BBM untuk masyarakat, jumlah BBM yang dihasilkan kilang, jumlah
crude oil yang tersedia di kilang, berapa banyak yang diolah dan berapa jumlah yang
diproduksi harus sudah diketahui bulan ini. Selain itu bagian perencanaan dan keekonomian
harus bisa mengatur berapa kapasitas unit. Oleh sebab itu, akan ada keterkaitan erat antara 3
bagian yaitu perencanaan dan keekonomian, kilang dan proses engineering.
B. Engineering dan Pengembangan
Bagian ini mempunyai tugas-tugas sebagai berikut :
Memberikan saran-saran kepada bagian kilang untuk mendapatkan kondisi operasi yang
optimum dari segi unjuk kerja, ekonomis, dan keamanan.
Evaluasi kondisi operasi dan bila diperlukan memberikan saran untuk memodifikasikan
peralatan produksi serta memajukan teknik perbaikan.
Evaluasi kondisi operasi unit untuk uji unjuk kerja, perbandingan kondisi operasi sebelum
dan sesudah Turn Around (TA).
Memberikan saran pada pemeliharaan sistem instrumentasi.
Melaksanakan studi-studi/modifikasi peralatan/ proses.
Bidang ini membawahi Bagian Proses Engineering, Fasilitas Engineering, Proyek
Engineering dan Energi Konservasi dan Loss Control.
1. Proses Engineering dibagi empat seksi yaitu :
a. Seksi Optimasi dan Kesisteman
b. Seksi Pengembangan
c. Seksi Proses Kontrol
d. Seksi Safety dan Environmental
e. Seksi Plant Engineering
2. Fasilitas Engineering
Bertanggung jawab terhadap kehandalan peralatan kilang dari sisi engineering mengenai
non proses seperti rotating equipment dan non rotating equipment, seperti :
Mengenai problem yang terjadi pada peralatan operasi
Menganalisa rencana pengembangan pada suatu alat
operasi
3. Proyek Engineering
10
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumai
Bertanggung jawab atas pemeliharaan peralatan produksi, modifikasi peralatan produksi,
pembuatan paket kontak dan pengawasan proyek-proyek yang meliputi kegiatan :
Teknik perencanaan, mekanikal, listrik, instrumentasi dan sipil
Penyiapan pembuatan paket kerja yang dikontrak oleh rekanan
Pengawasan proyek – proyek yang sedang dikerjakan di kilang
4. Energi Konservasi dan Loss Control
Bertanggung jawab atas pemantauan dan evaluasi banyaknya energi yang digunakan pada
kilang sehingga dapat mengontrol pemakaian energi yang bertujuan untuk pemakaian energi
yang efektif dan efesien. Bentuk energi di sini yaitu berupa fuel gas, fuel oil, steam dan listrik
yang digunakan oleh kilang
C. Keuangan
Bertugas dan bertanggung jawab atas keuangan perusahaan yang meliputi fungsi
administrasi, kebendaharaan, dan anggaran keuangan minyak dan akuntansi perusahaan.
Bidang ini membawahi bagian kontroler, akuntansi kilang dan perbendaharaan.
D. Umum
Bidang ini membawahi bagian hukum dan pertahanan, hubungan pemerintah dan
masyarakat, serta bagian sekuriti.
E. Jasa dan Sarana Umum
Bertugas dan bertanggungjawab terhadap adanya kegiatan penyediaan, pengadaan
material suku cadang yang diperlukan operasi perusahaan. Bidang ini membawahi bagian
pengadaan, kontrak, fasilitas umum dan marine.
F. Kilang
Bertugas dan bertanggungjawab atas kegiatan pengolahan minyak menjadi produk-
produk kilang. Mulai dari strategi dan pola pengoperasian kilang, pemeliharaan peralatan-
11
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumaiperalatan produksi engineering. Dipimpin oleh seorang manajer kilang dan membawahi
bidang - bidang antara lain:
a. Produksi BBM Sei Pakning
Bertugas dan bertanggungjawab atas operasi kilang RU II Sei Pakning yang dipimpin oleh
seorang manajer produksi BBM Sei Pakning.
b. Unit Produksi
Bidang ini dibagi menjadi enam bagian yang masing-masing diketuai oleh seorang kepala
bagian. Bagian-bagian tersebut antara lain:
1. Hydro Skimming Complex (HSC)
Bertanggung jawab terhadap operasi unit-unit proses sebagai berikut:
Crude Distillation Unit (CDU)
Platforming I (Existing)
Naphta Rerun Unit (NRU)
Platforming II/ CCR
Naphta Hydrotreating Unit (NHDT)
2. Hydro Cracker Complex (HCC)
Bertanggung jawab terhadap operasi unit-unit proses berikut:
Hydrocracker Unibon (HCU)
Hydrogen Plant
Amine & LPG Recovery
Sour Water Stripper
Nitrogen Plant
3. Heavy Oil Complex (HOC)
Bertanggung jawab terhadap unit-unit proses sebagai berikut:
High Vacuum Unit (HVU)
Delayed Coking Unit (DCU)
Distillate Hydrotreating Unit
Coke Calcining Unit
4. Utilitas
Bertanggung jawab terhadap unit - unit penunjang operasi kilang meliputi:
12
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumai
Unit Penjernihan Air (Water Treatment Plant)
Unit Penyediaan Uap (Boiler Plant)
Unit Air Pendingin (Cooling Water Unit)
Unit Penyediaan Udara Bertekanan
Unit Penyediaan Fuel
Unit Penyediaan Power
Unit Pengolahan Limbah
5. Instalasi Tangki dan Pengapalan (ITP)
Berfungsi sebagai penunjang operasi kilang untuk kegiatan penampungan produk dan
pengapalan (distribusi). Dalam pelaksanaannya dibagi menjadi tiga bagian:
a. Tank Yard
Kegiatan ini operasinya meliputi :
Menerima dan mempersiapkan crude oil dari PT Chevron Pasific
Indonesia untuk bahan baku
Menyediakan flushing oil untuk keperluan start-
up
Menerima dan mengirim produk intermediate
dan produk akhir
Mengatur pergerakan minyak
Menyediakan fuel oil untuk keperluan operasi
Menerima dan mengolah kembali ballast dari
kapal
Pemompaan untuk loading unit.
Kapasitas tangki yang ada di tank yard yaitu:
Crude oil sebanyak enam buah masing-masing dengan kapasitas
20967 KL
Intermediate dan Finished product sebanyak 54 buah
dengan kapasitas masing- masing 638.740 m3
Tangki LPG sebanyak empat buah dengan kapasitas
10.741 m3
13
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumai
Silo penampung Calcined Coke sebanyak tiga buah
dengan kapasitas masing-masing 30.000 ton.
b. Loading dan Unloading
Kegiatan ini operasinya adalah sebagai berikut:
Pengiriman dan pengapalan minyak dari tangki ke kapal
Menerima pengiriman minyak dari kapal ke tangki
Pengiriman fuel oil ke kilang dan utilitas
Menerima slop oil dan ballast dari kapal
Fasilitas darat dalam pengiriman minyak ke PT Chevron Pasific
Indonesia.
c. Blending Part
Merupakan fasilitas pencampuran beberapa komponen minyak mentah untuk
mendapatkan produk jadi, antara lain :
Premium dari naphtha dan komponen mogas
Diesel dari LVGO, HCGO dan ADO
Kerosene dari komponen ADO dan kerosene.
d. Unit Reabilitas
Bidang ini membawahi bagian perencanaan dan koordinator KSP dan inspeksi. Bagian
inspeksi bertanggung jawab atas kondisi peralatan-peralatan mekanik unit-unit proses
pada waktu operasi maupun perbaikan, melakukan pemeriksaan kondisi.
6. Laboratorium
Tugas utamanya adalah sebagai berikut:
Quality Control (QC)
Quality Insurance
Feed Intermediate Product
Feed Finished Product (Contoh : pengapalan)
Peralatan produksi dan saran-saran teknik pemeliharaan
Pemeriksaan kualitas material suku cadang.
Laboratorium di kilang menggunakan parameter - parameter penguji, peralatan uji terdiri
dari 2 bagian yaitu konvensional terdiri dari gravity dan titrimetry, dan instrumental terdiri
dari AAS, GC, spektro, dan potensiograf. Parameter-parameter pengujinya khusus untuk :
14
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumai
Avtur
Premium
Kerosin
Air minum
Solar
LPG
Coke
Air limbah
G. Sumber Daya Manusia
Bidang ini membawahi bagian penggajian dan benefit, perencanaan dan pengembangan,
hubungan industrial dan kesejahteraan, organisasi dan prosedur, serta kesehatan. Tugasnya
antara lain mengembangkan potensi karyawan antara lain dengan kursus, pelatihan, dan
perencanaan pekerjaan.
H. Sistem Informasi dan Komunikasi
Membawahi bagian operasi telekomunikasi dan jaringan serta pengembangan informasi.
I. Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LKKK)
Dalam melaksanakan tugasnya LK dan KK dibagi menjadi tiga seksi yaitu :
1. Penanggulangan Kebakaran, Pelatihan, dan Administrasi (PKPA). Tugas
dan tanggung jawabnya meliputi :
Menciptakan sistem penanggulangan kebakaran yang handal bagi operasi kilang,
melalui pengadaan perangkat keras, perangkat lunak, dan pembinaan sumber daya
manusia.
Mengkoordinir pelaksanaan pembinaan aspek LKKK.
Melaksanakan penyelenggaraan tertib administrasi umum.
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh bagian ini adalah :
Mobil pemadam yang dilengkapi dengan water tender, foam tender, powder tender,
triple agent, dll.
Alat pemadam portable, terdiri dari APAR (Alat Pemadam Api Ringan), alat
pemadam beroda, pompa pemadam kebakaran dan perlengkapannya.
15
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumai
Alat pemadam tetap terdiri dari foam chamber, sprinkler, hydrant, emergency pump,
jockey pump.
Alat deteksi kebakaran yang terdiri dari alat deteksi panas dan alat deteksi asap.
2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tugas dan tanggung jawabnya adalah :
Membuat dan me-review prosedur kerja
Mengidentifikasi, menganalisis dan mengendalikan bahaya serta melaksanakan
audit K3.
Melakukan pengawasan penggunaan peralatan keselamatan kerja.
Memberikan penjelasan tentang pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja.
Sarana yang dimilikinya adalah :
Alat monitoring bahaya kesehatan, antara lain alat ukur bahaya kimiawi dan fisika.
Alat perlindungan seperti helm dan safety shoes.
Perlengkapan P3K.
Pengendalian bahaya biologi.
3. Perlindungan Lingkungan
Tugas dan tanggung jawabnya adalah :
Menciptakan lingkungan bersih dengan mengupayakan pengurangan dan
pemantauan emisi udara, cair dan limbah padat yang menimbulkan dampak negatif
bagi lingkungan.
Menerapkan sistem manajemen lingkungan (SMR) ISO 14001.
Meyakinkan bahwa peralatan perlindungan lingkungan dirawat dan dioperasikan
dengan baik.
Menciptakan citra perusahaan yang berwawasan lingkungan.
Sarana dan prasarana yang dimilikinya adalah :
Tiga unit oil separator untuk memisahkan kandungan air dengan minyak
Sour Water Stripper (SWS) untuk mengurangi kandungan sulfide dan ammonia dari
air buangan.
Empat unit ballast tank untuk menampung air ballast dari kapal serta pemisahaan
settlement.
Tiga unit alat ukur debit limbah.
16
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumai
Satu unit return sea water pond yang berfungsi sebagai bak kontrol atau separator
terhadap buangan air pendingin.
Tempat penampungan sementara (TPS) limbah padat.
Empat unit flare.
Silencer yang berfungsi mengurangi intensitas kebisingan.
Peralatan penanggulangan tumpahan minyak.
Penghijauan sebagai buffer zone.
Sarana monitoring seperti pH, temperatur dan lainnya.
1.3.4. Garis Besar Proses
Untuk memproses minyak mentah menjadi produk minyak jadi, diperlukan proses
fisika dan kimia dalam pengolahannya. Proses produksi dimulai dari proses penerimaan
minyak mentah. Kilang Dumai menerima minyak mentah dari PT. Chevron Pacific Indonesia
melalui perpipaan. Selanjutnya minyak diolah dalam dua tahap pengolahan.
Pada pengolahan tahap I (Primary Processing), setelah diendapkan airnya, minyak
mentah didistilasi dalam Crude Distilation Unit (CDU). Produk yang diperoleh adalah
Naftha (8,2%), Kerosin(16,0%), Solar (17,8%), Gas (0,6%) dan Long Residue (57,2%) serta
Losses (0,2%). Karena perolehan BBM tahap I masih sedikit, maka diperlukan pengolahan
tahap II untuk mengubah long residue menjadi BBM.
Pengolahan Tahap II (Secondary Processing), dimulai dengan distilasi vakum long
residue di High Vacuum Unit (HVU). Produk distilasi HVU ini adalah Solar, Heavy Vacuum
Gas Oil (HVGO), Light Vacuum Gas Oil (LVGO) dan short residue. HVGO dan short
residue masih perlu direngkah untuk menghasilkan BBM. HVGO direngkah secara katalitik
dalam Hydrocracker Unibon (HCU). Dengan menggunakan katalis dan hidrogen tekanan
tinggi, HVGO direngkah menghasilkan LPG, Naftha, Kerosin, Avtur, dan Solar serta UCO
(Unconverted Oil). Pada bagian lain, short residue direngkah secara thermal dalam Delayed
Cooking Unit (DCU). Di DCU, short residue dipanaskan hingga 500 oC agar terengkah
menjadi LPG, Naftha, Solar, dan coke. Produk- produk rengkahan ini berkualitas rendah
sehingga harus di treating sebelum dipasarkan.
Sejak berdirinya unit LBO, UCO yang dihasilkan dari unit HCU tidak lagi langsung
dipasarkan melainkkan diolah terlebih dahulu menjadi bahan baku produksi minyak pelumas
17
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumai(Lube Base). Sedangakan Produk Naftha dari CDU, HCU, dan DCU adalah komponen
bensin, namun masih mempunyai bilangan oktan rendah. Oleh sebab itu Naftha harus diolah
dalam platforming Unit (PL) untuk menghasilkan komponen bensin beroktan tinggi (HOMC)
sekitar 92. Proses ini membutuhkan katalis platina. Dengan pertimbangan ekonomi HOMC
di blending dengan dengan komponen lainnya hingga di dapat premium dengan bilangan
oktan 88.
1.1 Pelaksanaan Kerja Praktek
Kerja praktek dilaksanakan di Pertamina RU II Dumai pada bagian Energi
Konservasi dan Loss Control dari tanggal 03 Agustus sampai dengan 03 September 2009
dengan alokasi waktu sebagai berikut:
1. Orientasi Umum ke berbagai unit di Pertamina RU II Dumai yang dilaksanakan
pada tanggal 05 hingga 14 Agustus 2009seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.3
berikut :
Tabel 1.3 Jadwal Orientasi Umum Kerja Praktek
No. Bagian Tanggal Jam
1. LK & KK – LK3 05 Agustus 2009 07.15 – 11.30
2. HSC – Unit Produksi 06 Agustus 2009 07.15 – 15.30
3. HCC – Unit Produksi 07 Agustus 2009 07.15 – 16.00
4. HOC – Unit Produksi 10 Agustus 2009 07.15 – 15.30
5. Utilities – Unit Produksi 11 Agustus 2009 07.15 – 15.30
6. ITP – Unit Produksi 12 Agustus 2009 07.15 – 15.30
7. Laboratorium – Unit Produksi 13 Agustus 2009 07.15 – 15.30
18
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumai
8. Ren, Ada – Ren. Ekon 14 Agustus 2009 07.15 – 15.30
2. Orientasi Khusus yang meliputi studi literatur, pengumpulan data dan pembuatan
laporan dari tanggal 15Agustus sampai dengan 03 September 2009.
1.2 Tujuan Kerja Praktek
Tujuan dari Kerja Praktek di kilang Pertamina RU II Dumai ini adalah:
1. Mendapatkan gambaran nyata tentang pengoperasian sistem proses dan utilitas
untuk pengolahan minyak dan gas bumi.
2. Memahami dan dapat menggambarkan pola inti proses produksi pada Pertamina
RU II Dumai, meliputi :
a. Bahan baku utama maupun penunjang
b. Proses yang terjadi
c. Produk yang dihasilkan, meliputi produk utama, produk samping, energi, dan
limbah untuk industri proses pengolahan minyak dan gas bumi.
3. Mengenal dan lebih memahami wujud dan karakteristik perangkat – perangkat
proses, termasuk alat ukur dan alat kendali.
4. Mendapatkan kesempatan menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari bangku
kuliah untuk menganalisis jalannya proses kegiatan dan memecahkan persoalan
yang nyata yang ada di dalam kegiatan pengoperasian Pertamina RU II Dumai.
5. Mendapatkan gambaran nyata tentang organisasi kerja, manajemen dan
penerapannya, dalam upaya mengoperasikan suatu sarana produksi, termasuk
pengenalan terhadap praktik-praktik pengelolaan dan peraturan-peraturan kerja di
Pertamina RU II Dumai.
6. Memahami segi-segi ekonomis pengoperasian Pertamina RU II Dumai.
1.3 Ruang Lingkup Laporan Kerja Praktek
Ruang lingkup laporan kerja praktek ini adalah menjelaskan tentang bahan dan
produk yang dihasilkan meliputi, alur proses, sistem pemroses dan instrumentasi yang
digunakan, utilitas dan pengolahan limbah, tata letak dan lokasi pabrik, organisasi dan segi
ekonomis perusahaan. Sedangkan tugas khusus yang dikerjakan adalah “Evaluasi
19