bAB I

29
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak dan gas bumi digunakan sebagai sumber energi utama oleh umat manusia di dunia, untuk memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Kebutuhan ini terus meningkat sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Meningkatnya kebutuhan minyak dan gas bumi tersebut bukan hanya dari segi kuantitas tetapi juga dari segi kualitas dan ragam kebutuhan. Oleh karena itu industri minyak dan gas memiliki peranan yang sangat penting sebagai sarana dalam memenuhi kebutuhan energi bagi kehidupan. Minyak bumi merupakan campuran dari berbagai senyawa hidrokarbon dengan berbagai komposisi yang terdapat di dalam bumi. Dari beberapa ahli, diketahui bahwa terdapat dua teori pembentukan minyak bumi, yaitu teori Biogenik dan Abiogenik. Teori Biogenik menyatakan bahwa minyak bumi dihasilkan dari hasil proses perubahan materi organik karena adanya tekanan dan pemanasan selama kurun waktu tertentu sedangkan teori Abiogenik menyatakan bahwa minyak bumi telah ada sejak terbentuknya bumi dan sifatnya mengalir serta terkumpul pada tempat-tempat tertentu. Akan tetapi, teori Biogenik lebih dikenal karena sebagian besar para ahli menyakini bahwa minyak bumi terbentuk dari binatang dan tumbuhan laut yang tekubur selama jutaan tahun oleh pengaruh lingkungannya, yaitu 1

description

kerja praktek

Transcript of bAB I

Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumai

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Minyak dan gas bumi digunakan sebagai sumber energi utama oleh umat manusia di

dunia, untuk memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier.

Kebutuhan ini terus meningkat sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

teknologi. Meningkatnya kebutuhan minyak dan gas bumi tersebut bukan hanya dari segi

kuantitas tetapi juga dari segi kualitas dan ragam kebutuhan. Oleh karena itu industri minyak

dan gas memiliki peranan yang sangat penting sebagai sarana dalam memenuhi kebutuhan

energi bagi kehidupan.

Minyak bumi merupakan campuran dari berbagai senyawa hidrokarbon dengan

berbagai komposisi yang terdapat di dalam bumi. Dari beberapa ahli, diketahui bahwa

terdapat dua teori pembentukan minyak bumi, yaitu teori Biogenik dan Abiogenik. Teori

Biogenik menyatakan bahwa minyak bumi dihasilkan dari hasil proses perubahan materi

organik karena adanya tekanan dan pemanasan selama kurun waktu tertentu sedangkan teori

Abiogenik menyatakan bahwa minyak bumi telah ada sejak terbentuknya bumi dan sifatnya

mengalir serta terkumpul pada tempat-tempat tertentu. Akan tetapi, teori Biogenik lebih

dikenal karena sebagian besar para ahli menyakini bahwa minyak bumi terbentuk dari

binatang dan tumbuhan laut yang tekubur selama jutaan tahun oleh pengaruh lingkungannya,

yaitu temperatur, tekanan, kehadiran senyawa logam dan mineral, letak geologis serta waktu

proses perubahan.

Pengaruh lingkungan pada proses pembentukan minyak bumi menyebabkan minyak

bumi akan mempunyai komposisi yang berbeda dari satu tempat dengan tempat lainnya.

Berdasarkan perbedaan komposisinya, minyak bumi dapat diklasifikasikan menjadi minyak

bumi parafinik (paraffinic-base crude oil), minyak bumi naftenik (naphthene-base crude oil),

dan minyak bumi aromatik (aromate-base crude oil). Minyak bumi ini digunakan untuk

menghasilkan berbagai macam bahan bakar, diantaranya LPG, premium, kerosene, avtur,

solar serta bahan bahan lainnya seperti aspal, pelumas, bahan pelarut, lilin dan bahan baku

petrokimia.

1

Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumai

Pengilangan minyak bumi bertujuan untuk mengubah minyak mentah dengan

berbagai proses menjadi suatu produk yang ekonomis dan dapat dipasarkan. Dalam kilang

minyak bumi, dikenal beberapa proses pengolahan yang dapat dikategorikan sebagai proses

pemisahan fisis, proses konversi kimia dan proses treating. Proses pemisahan dan treating

secara fisis pada umumnya merupakan proses pengolahan pertama atau dikenal dengan

Primary Processing, sedangkan proses konversi dan treating yang disertai dengan perubahan

kimia merupakan proses lanjutan atau Secondary Processing. Salah satu perusahaan yang

bergerak dalam bidang pengilangan minyak bumi ini adalah PT. PERTAMINA (Persero).

1.2. Sejarah PT. PERTAMINA (Persero)

Usaha pencarian minyak bumi di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1871 dan 1873

di langkat Sumatera Utara tepatnya di daerah telaga Tunggal dimana ditemukan semburan

minyak bumi yang pertama. Tetapi tonggak sejarah perminyakan di Indonesia baru di mulai

pada tanggal 15 Juni 1885 setelah minyak bumi tersebut diproduksi secara ekonomi untuk

keperluan pemerintah kolonial Belanda. Pencarian minyak bumi selanjutnya dilakukan di

daerah lain seperti pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan.

Sejalan dengan penemuan minyak bumi maka didirikan kilang untuk mengolah

minyak bumi yaitu :

Kilang minyak Wonokromo, dibangun oleh De Dordtsche Petroleum Maattchappij pada

tahun 1889 dengan kapasitas 2000 barrel per hari yang merupakan kilang tertua di

Indonesia

Kilang minyak Pangkalan Brandan dibangun oleh De Koninklijke pada tahun 1891

dengan kapasitas 3500 barrel per hari

Kilang Balikpapan dibangun oleh Royal Deutsch pada tahun 1894

Kilang minyak Cepu dibangun oleh De Dordtsche Petroleum Maattchappij pada tahun

1894 dengan kapasitas 3500 barrel oer hari.

Kilang Sei Gerong dibangun oleh Stanvac pada tahun 1926

Kilang Plaju dibangun oleh Shell pada tahun 1926

Seluruh kilang tersebut dikuasai dan digunakan untuk keperluan pemerintah kolonial

Belanda.

2

Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumai

Pada massa perang kemerdekaan, perusahaan – perusahaan minyak Belanda tersebut

dialihkuasakan kepada pemerintah Indonesia dan dikenal adanya perusahaan minyak pada

massa perang diantaranya Perusahaan Minyak Republik Indonesia (PERMIRI) dan

Perusahaan Tambang Minyak Nasional (PTMN). Pada perkembangan selanjutnya

perusahaan minyak daerah menjadi perusahaan minyak nasional yang dimulai dari Pangkalan

Brandan pada tanggal 10 Desember 1957 yaitu PT Perusahaan Minyak Nasional (PT

PERMINA) yang selanjutnya berkembang perusahaan minyak nasional lainnya, yaitu PT

Pertambangan Minyak Indonesia (PT PERMINDO), PT Pertambangan Minyak Nasional (PT

PERTAMIN) dan PT Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional (PT PERMIGAN).

Pada tanggal 10 Desember 1958, Pemerintah melebur semua perusahaan minyak

nasional tersebut menjadi Perusahaan Tambang Minyak dan Gas Bumi (PERTAMINA) yang

dipimpin oleh seorang direktur utama yang diangkat oleh Presiden Republik Indonesia.

Landasan hukum PERTAMINA adalah UUD 1945 pasal 33 dan sebagai pelaksanaanya yang

utama adalah PERTAMINA menyediakan bahan bakar minyak untuk keperluan seluruh

rakyat Indonesia sehingga seluruh hasil PERTAMINA diserahkan kepada negara untuk

digunakan sebesar – besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Sejak tahun 1971 hingga kini telah terjadi beberapa perubahan regulasi pada sektor

migas di Indonesia. Perubahan tersebut yaitu dari UU No.8 tahun 1971 yang berisi bahwa

Pertamina bertanggung jawab penuh terhadap pemenuhan seluruh kebutuhan migas dalam

negeri. Selanjutnya pada tahun 2001 beralaih kepada UU No. 22 tahun 2001 yang berisi

bahwa pemenuhan kebutuhan migas dalam negeri tidak hanya dilakukan oleh Pertamina

melainkan seluruh perusahaan migas di dunia yang bersaing secara global dan pada tahun

2003 Pertamina yang sebelumnya merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah

berubah status menjadi PT. Persero. Perubahan regulasi ini memaksa PT. PERTAMINA

untuk terus melakukan perbaikan dalam berbagai bidang sehingga dapat menjadi perusahaan

migas yang dapat bersaing di pasar global.

Saat ini PT. PERTAMINA memiliki 7 kilang yang tersebar di pulau Sumatera, Jawa,

Kalimantan dan Papua dengan kapasitas produksi ± 1.051.700 barrel per hari seperti yang

ditunjukkan pada Tabel 1.1. Dari 7 kilang tersebut, RU I Pangkalan Brandan telah berhenti

beroperasi sejak tahun 2003 dan direnacanakan akan beroperasi kembali pada tahun 2009 ini

3

Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumaisehingga kapasitas produksi kilang PT.PERTAMINA saat ini sekitar 1.046.700 barel per

hari.

Tabel 1.1 Kapasitas Produksi Kilang PT PERTAMINA (Persero)

NAMA KILANG KAPASITAS

RU I Pangkalan Brandan

RU II Dumai dan Sei Pakning, Riau

RU III Plaju dan Sei Gerong, Sumatera Selatan

RU IV Cilacap, Jawa Tengah

RU V Balikpapan, Kalimantan Timur

RU VI Balongan, Jawa Barat

RU VII Kasim, Papua

5.000 BPSD

170.000 BPSD

133.700 BPSD

348.000 BPSD

260.000 BPSD

125.000 BPSD

10.000 BPSD

TOTAL 1.046.700 BPSD

BPSD: Barel Per Stream Day

PERTAMINA dalam usahanya memiliki visi dan misi organisasi sebagai berikut :

Visi : Menjadi perusahaan minyak nasional kelas dunia

Misi : Menjalankan usaha inti minyak, gas, dan bahan bakar nabati secara terintergrasi,

berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat

1.3. PT. PERTAMINA Refinery Unit (RU) II Dumai

PT. PERTAMINA RU II merupakan salah satu dari tujuh unit pengilangan minyak

bumi yang ada Indonesia. RU II mempunyai dua kilang yang mengolah minyak mentah dari

sumber yang sama yaitu Kilang Dumai dan Sei Pakning. RU II memiliki visi dan misi

sebagai berikut:

Visi : Menjadi Kilang Minyak Kebanggaan Nasional Yang Kompetitif mulai tahun 2012

Misi : Melakukan usaha di bidang pengolahan minyak bumi yang dikelola secara

profesional dan kompetitif berdasarkan tata nilai unggulan untuk memberikan

nilai tambah lebih bagi pemegang saham, pelanggan, pekerja dan lingkungan

4

Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumai

1.3.1. Sejarah

Berdasarkan surat keputusan Direktur Utama PERTAMINA Nomor

334/KPTS/DM/1967, dibangunlah kilang minyak PERTAMINA Unit Pengolahan II pada

bulan April 1969. Pembangunan ini merupakan hasil kerja sama PERTAMINA dengan Far

East Sumitomo Jepang, atas dasar perjanjian “Turn Key Project”. Pelaksana teknis

pembangunan dilakukan oleh kontraktor asing yaitu:

IHHI (Ishikawajima Harima Heavy Industries) yang membangun permesinan dan

instalasi.

TAISEI Construction Co. yang membangun kontruksi kilang minyak RU II Dumai.

Unit yang pertama didirikan adalah Crude Distillation Unit (CDU), selesai pada

bulan Juni 1971 dan berhasil melakukan test run pengolahan minyak jenis Sumatra Light

Crude (SLC) dengan kapasitas 100.000 bbl/day atau 6 juta liter/hari. Pada tanggal 9

September 1971 operasi kilang ini diresmikan dan diberi nama Kilang Putri Tujuh, yang

diambil dari cerita rakyat setempat. CDU ini terdiri dari Topping Unit dan Plat Reformer

dengan produk yaitu mogas, kerosene, solar dan 55% - 60% residu. Kerosene dan solar

dipakai untuk kebutuhan dalam negeri, sedangkan residu diekspor ke Jepang sebagai dana

angsuran untuk pembayaran hutang pembangunan kilang.

Dalam jangka waktu tiga tahun, seluruh hutang pembangunan kilang dapat dilunasi.

Selanjutnya pengiriman residu ke Jepang tersendat-sendat karena pihak Jepang menunda-

nunda pembelian residu, sehingga residu yang menumpuk di tangki menjadi melimpah.

Karena kebutuhan akan bahan bakar dalam negeri meningkat, maka pemerintah dalam hal ini

PERTAMINA membangun proyek Hydrocracking, yang bertujuan mengolah residu menjadi

kerosene dan solar semaksimum mungkin.

Pada tahun 1980 ditandatangani perjanjian pemakaian lisensi dan proses kilang

Dumai dari Universal Oil Product (UOP), dimana Amerika Serikat sebagai pemegang hak

patent. Pada tanggal 27 April 1981 ditandatangani kontrak pembangunan perluasan kilang

dengan kontaktor utama Technidas Reunidas dan Centunion Spanyol.

5

Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II DumaiTahap – tahap pelaksanaan pembangunan proyek tersebut antara lain :

1. Survey tanah dilakukan oleh SOFOKO (Indonesia) dan dievaluasi oleh HASKONING

(Belanda).

2. Penimbunan area dilaksanakan oleh PT SAC Nusantara (Indonesia). Pasir timbunan

diambil dari pulau Jelintik (8 km dari area proyek) dengan cutter section dredger.

3. Pemancangan tiang pertama dilaksanakan oleh PT Jaya Sumpiles Indonesia dengan

jumlah tiang pancang 18.000 buah dan panjang 706 km.

4. Pembangunan unit-unit proses beserta fasilitas penunjang dikerjakan oleh kontraktor

utama Technidas Reunidas dan Centunion Spanyol yang bekerjasama dengan Jaya

Group, dan sub kontraktor :

a. DAELIM (Korea) mengerjakan kontruksi: High Vacuum Unit, HC

Unibon Unit, Hidrogen Plant Unit, Naptha Hidrotreater Unit, CCR Platformer Unit,

Delayed Coking Unit, serta Amine dan LPG Recovery Unit.

b. HYUNDAI (Korea) mengerjakan kontruksi unit penunjang dan Offsite

Facilities yang meliputi Power Plant, Boiler Unit, Coke Calciner Unit, Water Treated

Boiler, Waste Water Treatment Unit, Tank Inter Connection dan Sewer System.

c. Pembangunan tangki – tangki penyimpanan dilakukan oleh Toro

Kanetsu Indonesia.

d. Pembangunan Fasilitas Jetty dikerjakan oleh PT. Jaya Sumpiles

Indonesia

e. Pembangunan sarana penunjang seperti pipa penghubung kilang lama

dan kilang baru, gedung laboratorium, gedung Fire & Safety, perkantoran dan

perumahan karyawan dikerjakan oleh kontraktor- kontraktor Indonesia.

f. Pengawasan proyek dilakukan oleh TRC dan PERTAMINA dibantu

oleh konsultan CF dari Amerika Serikat.

Setelah proyek perluasan ini selesai dibangun, kilang baru ini diresmikan oleh

Presiden Soeharto pada tanggal 16 Februari 1984. Proyek ini mencakup beberapa proses

dengan teknologi tinggi, yang terdiri dari unit-unit proses sebagai berikut:

1. High Vacuum Distillation Unit (110)

2. Delayed Coking Unit (140)

3. Coke Calciner Unit (170)

6

Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumai4. Naptha Hydrotreating Unit (200)

5. Hydrocracker Unibon (211/212)

6. Distillat Hydrotreating Unit (220)

7. Continuous Catalyst Regeneration – Platforming Unit (300/310)

8. Hidrobon Platforming Unit /PL-I (310)

9. Amine – LPG Recovery Unit (410)

10. Hydrogen Plant (701/702)

11. Sour Water Stripper Unit (840)

12. Nitrogen Plant (940)

13. Fasilitas penunjang operasi kilang (Utilitas)

14. Fasilitas tangki penimbun dan dermaga baru

Beberapa jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) dan non BBM yang telah diproduksi

oleh kilang PERTAMINA RU II Dumai dan kapasitas produksinya dapat dilihat pada Tabel

1.2 berikut :

Tabel 1.2 Kapasitas Produk Pertamina RU II Dumai

No Produk Kapasitas (ton/hari)

1. Fuel gas 14,932. LPG 14,23. Premium 81,284. Avtur 46,425. Kerosene 132,306. Automotive Diesel Oil (ADO) 418,057. Low Sulphur Wax Residue (LSWR) 81,278. Coke 41,7

Pada April 2006 PT. PERTAMINA melakukan proyek pembangunan unit tambahan

pada RU II Dumai yaitu unit Lube Base Oil (LBO) yang mengolah Unconverted Oil (UCO)

yang berasal dari unit Hidrocracker Unibon (HCU) menjadi bahan baku minyak pelumas

yaitu Lube Base Oil. Proyek LBO ini dikenal dengan sebutan L-Project yang mana

dijalankan selama periode 1 April 2006 hingga 30 juni 2008 dengan total investasi sebesar

USD 215.000.000. L-Project merupakan kerjasama antara PT. Patra Niaga (anak perusahaan

Pertamina) dengan SK Energi Asia (Anak Perusahaan SK Corporation) dengan rasio modal

35 : 65. L-Proyek dijalankan melalui empat perode yaitu

7

Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumai

Pembentukan PT. Patra SK sebagai pengelola unit LBO pada September 2006

Revamp Mechanical Completion pada November 2007

LBO Plant Mechanical Completion pada Mei 2008

On stream LBO Plant pada juni 2008

Pembentukan PT. Patra SK oleh Pertamina dan SK Corporation didasari pada

kemampuan masing-masing pihak yaitu :

– Pertamina :

Mempunyai pengalaman dalam pengoperasian kilang

Mempunyai aset yang dapat mendukung adanya kilang LBO Group III (feedstock,

utility, lahan)

Lokasi kilang yang berdekatan dengan pasar LBO Group III

– SK Corporation :

Mempunyai teknologi

Mempunyai pasar LBO Group III

Mempunyai brand LBO Group III yang sudah dikenal pasar.

Mempunyai jaringan distribusi dalam pemasaran

Kegiatan L-Project meliputi :

Revamping Unit HVU (High Vacum Unit) 92.6 MBSD → 106.0 MBSD

Revamping Unit HCU (Hydrocracker Unibon) 55.6 MBSD → 63.0 MBSD

Pembangunan Unit VDU (Vacuum Distillation Unit) 25.0 MBSD

Pembangunan Unit CDW (Catalytic Dewaxing Unit) 9.0 MBSD

Pembangunan Fasilitas Utility dan Offsite antara lain Storage Tank, Waste Water

Treating Unit, Cooling Water System, Air Compressor, Nitrogen Unit.

Pembangunan Control Room, Kantor dan Electric Substation

1.3.2. Lokasi Pabrik

PERTAMINA RU II terletak di kota Dumai, yang berjarak 200 km dari kota

Pekanbaru di tepi pantai Timur Sumatera, Propinsi Riau. Sebelah utara kilang berbatasan

8

Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumaidengan Pulau Rupat, sebelah selatan merupakan perkampungan penduduk, sebelah barat

terdapat perkantoran dan perumahan karyawan (sekitar 8 km dari kilang), dan disebelah

timur terdapat perumahan penduduk.

Dipilihnya kota Dumai sebagai lokasi kilang minyak disebabkan beberapa faktor

yang menguntungkan yaitu :

1. Terletak di tepi pantai (selat Rupat) yang memiliki perairan tenang dan luas sehingga

dapat dikunjungi oleh kapal-kapal berat dan super tanker, serta merupakan persimpangan

lalu lintas dari barat ke timur.

2. Letaknya berdekatan dengan daerah pengeboran minyak yang

merupakan bahan baku kilang.

3. Daerah Dumai merupakan daerah dataran rendah dan cukup stabil sehingga aman untuk

mendirikan dan memperluas kilang di kemudian hari.

4. Daerah Dumai masih memiliki banyak hutan-hutan sehingga memungkinkan perluasan

daerah maupun pengembangan pabrik.

5. Kota Dumai termasuk daerah dengan kepadatan penduduk rendah sehingga di harapkan

dapat membantu pemerintah dalam program pemerataan penyebaran penduduk.

6. Tanah Dumai merupakan tanah yang kurang subur sehingga tidak

merugikan bila didirikan kilang.

1.3.3. Struktur dan Manajemen Organisasi

Struktur organisasi di PERTAMINA RU II Dumai-Sei Pakning berbentuk staff line

yang dipimpin oleh General Manager yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur

Pengolahan PERTAMINA Pusat di Jakarta. General Manager ini membawahi bidang-bidang

kegiatan seperti yang terlihat pada bagan organisasi PERTAMINA RU II Dumai pada

Lampiran A. Berikut adalah tugas dari tiap – tiap bagian :

A. Perencanaan dan Keekonomian (RENEKON)

Bagian ini membawahi bagian Perencanaan Crude, Produksi dan Keekonomian serta

Bagian Penjadwalan Crude. Bertanggung jawab kepada pengolahan dan produksi minyak.

Perencanaan akan kapasitas produksi yang akan dihasilkan bisa berupa perencanaan tahunan,

bulanan, maupun harian. Sebagai contoh, untuk perencanaan produksi dua bulan kedepan,

9

Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumaimaka jumlah konsumsi BBM untuk masyarakat, jumlah BBM yang dihasilkan kilang, jumlah

crude oil yang tersedia di kilang, berapa banyak yang diolah dan berapa jumlah yang

diproduksi harus sudah diketahui bulan ini. Selain itu bagian perencanaan dan keekonomian

harus bisa mengatur berapa kapasitas unit. Oleh sebab itu, akan ada keterkaitan erat antara 3

bagian yaitu perencanaan dan keekonomian, kilang dan proses engineering.

B. Engineering dan Pengembangan

Bagian ini mempunyai tugas-tugas sebagai berikut :

Memberikan saran-saran kepada bagian kilang untuk mendapatkan kondisi operasi yang

optimum dari segi unjuk kerja, ekonomis, dan keamanan.

Evaluasi kondisi operasi dan bila diperlukan memberikan saran untuk memodifikasikan

peralatan produksi serta memajukan teknik perbaikan.

Evaluasi kondisi operasi unit untuk uji unjuk kerja, perbandingan kondisi operasi sebelum

dan sesudah Turn Around (TA).

Memberikan saran pada pemeliharaan sistem instrumentasi.

Melaksanakan studi-studi/modifikasi peralatan/ proses.

Bidang ini membawahi Bagian Proses Engineering, Fasilitas Engineering, Proyek

Engineering dan Energi Konservasi dan Loss Control.

1. Proses Engineering dibagi empat seksi yaitu :

a. Seksi Optimasi dan Kesisteman

b. Seksi Pengembangan

c. Seksi Proses Kontrol

d. Seksi Safety dan Environmental

e. Seksi Plant Engineering

2. Fasilitas Engineering

Bertanggung jawab terhadap kehandalan peralatan kilang dari sisi engineering mengenai

non proses seperti rotating equipment dan non rotating equipment, seperti :

Mengenai problem yang terjadi pada peralatan operasi

Menganalisa rencana pengembangan pada suatu alat

operasi

3. Proyek Engineering

10

Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumai

Bertanggung jawab atas pemeliharaan peralatan produksi, modifikasi peralatan produksi,

pembuatan paket kontak dan pengawasan proyek-proyek yang meliputi kegiatan :

Teknik perencanaan, mekanikal, listrik, instrumentasi dan sipil

Penyiapan pembuatan paket kerja yang dikontrak oleh rekanan

Pengawasan proyek – proyek yang sedang dikerjakan di kilang

4. Energi Konservasi dan Loss Control

Bertanggung jawab atas pemantauan dan evaluasi banyaknya energi yang digunakan pada

kilang sehingga dapat mengontrol pemakaian energi yang bertujuan untuk pemakaian energi

yang efektif dan efesien. Bentuk energi di sini yaitu berupa fuel gas, fuel oil, steam dan listrik

yang digunakan oleh kilang

C. Keuangan

Bertugas dan bertanggung jawab atas keuangan perusahaan yang meliputi fungsi

administrasi, kebendaharaan, dan anggaran keuangan minyak dan akuntansi perusahaan.

Bidang ini membawahi bagian kontroler, akuntansi kilang dan perbendaharaan.

D. Umum

Bidang ini membawahi bagian hukum dan pertahanan, hubungan pemerintah dan

masyarakat, serta bagian sekuriti.

E. Jasa dan Sarana Umum

Bertugas dan bertanggungjawab terhadap adanya kegiatan penyediaan, pengadaan

material suku cadang yang diperlukan operasi perusahaan. Bidang ini membawahi bagian

pengadaan, kontrak, fasilitas umum dan marine.

F. Kilang

Bertugas dan bertanggungjawab atas kegiatan pengolahan minyak menjadi produk-

produk kilang. Mulai dari strategi dan pola pengoperasian kilang, pemeliharaan peralatan-

11

Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumaiperalatan produksi engineering. Dipimpin oleh seorang manajer kilang dan membawahi

bidang - bidang antara lain:

a. Produksi BBM Sei Pakning

Bertugas dan bertanggungjawab atas operasi kilang RU II Sei Pakning yang dipimpin oleh

seorang manajer produksi BBM Sei Pakning.

b. Unit Produksi

Bidang ini dibagi menjadi enam bagian yang masing-masing diketuai oleh seorang kepala

bagian. Bagian-bagian tersebut antara lain:

1. Hydro Skimming Complex (HSC)

Bertanggung jawab terhadap operasi unit-unit proses sebagai berikut:

Crude Distillation Unit (CDU)

Platforming I (Existing)

Naphta Rerun Unit (NRU)

Platforming II/ CCR

Naphta Hydrotreating Unit (NHDT)

2. Hydro Cracker Complex (HCC)

Bertanggung jawab terhadap operasi unit-unit proses berikut:

Hydrocracker Unibon (HCU)

Hydrogen Plant

Amine & LPG Recovery

Sour Water Stripper

Nitrogen Plant

3. Heavy Oil Complex (HOC)

Bertanggung jawab terhadap unit-unit proses sebagai berikut:

High Vacuum Unit (HVU)

Delayed Coking Unit (DCU)

Distillate Hydrotreating Unit

Coke Calcining Unit

4. Utilitas

Bertanggung jawab terhadap unit - unit penunjang operasi kilang meliputi:

12

Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumai

Unit Penjernihan Air (Water Treatment Plant)

Unit Penyediaan Uap (Boiler Plant)

Unit Air Pendingin (Cooling Water Unit)

Unit Penyediaan Udara Bertekanan

Unit Penyediaan Fuel

Unit Penyediaan Power

Unit Pengolahan Limbah

5. Instalasi Tangki dan Pengapalan (ITP)

Berfungsi sebagai penunjang operasi kilang untuk kegiatan penampungan produk dan

pengapalan (distribusi). Dalam pelaksanaannya dibagi menjadi tiga bagian:

a. Tank Yard

Kegiatan ini operasinya meliputi :

Menerima dan mempersiapkan crude oil dari PT Chevron Pasific

Indonesia untuk bahan baku

Menyediakan flushing oil untuk keperluan start-

up

Menerima dan mengirim produk intermediate

dan produk akhir

Mengatur pergerakan minyak

Menyediakan fuel oil untuk keperluan operasi

Menerima dan mengolah kembali ballast dari

kapal

Pemompaan untuk loading unit.

Kapasitas tangki yang ada di tank yard yaitu:

Crude oil sebanyak enam buah masing-masing dengan kapasitas

20967 KL

Intermediate dan Finished product sebanyak 54 buah

dengan kapasitas masing- masing 638.740 m3

Tangki LPG sebanyak empat buah dengan kapasitas

10.741 m3

13

Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumai

Silo penampung Calcined Coke sebanyak tiga buah

dengan kapasitas masing-masing 30.000 ton.

b. Loading dan Unloading

Kegiatan ini operasinya adalah sebagai berikut:

Pengiriman dan pengapalan minyak dari tangki ke kapal

Menerima pengiriman minyak dari kapal ke tangki

Pengiriman fuel oil ke kilang dan utilitas

Menerima slop oil dan ballast dari kapal

Fasilitas darat dalam pengiriman minyak ke PT Chevron Pasific

Indonesia.

c. Blending Part

Merupakan fasilitas pencampuran beberapa komponen minyak mentah untuk

mendapatkan produk jadi, antara lain :

Premium dari naphtha dan komponen mogas

Diesel dari LVGO, HCGO dan ADO

Kerosene dari komponen ADO dan kerosene.

d. Unit Reabilitas

Bidang ini membawahi bagian perencanaan dan koordinator KSP dan inspeksi. Bagian

inspeksi bertanggung jawab atas kondisi peralatan-peralatan mekanik unit-unit proses

pada waktu operasi maupun perbaikan, melakukan pemeriksaan kondisi.

6. Laboratorium

Tugas utamanya adalah sebagai berikut:

Quality Control (QC)

Quality Insurance

Feed Intermediate Product

Feed Finished Product (Contoh : pengapalan)

Peralatan produksi dan saran-saran teknik pemeliharaan

Pemeriksaan kualitas material suku cadang.

Laboratorium di kilang menggunakan parameter - parameter penguji, peralatan uji terdiri

dari 2 bagian yaitu konvensional terdiri dari gravity dan titrimetry, dan instrumental terdiri

dari AAS, GC, spektro, dan potensiograf. Parameter-parameter pengujinya khusus untuk :

14

Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumai

Avtur

Premium

Kerosin

Air minum

Solar

LPG

Coke

Air limbah

G. Sumber Daya Manusia

Bidang ini membawahi bagian penggajian dan benefit, perencanaan dan pengembangan,

hubungan industrial dan kesejahteraan, organisasi dan prosedur, serta kesehatan. Tugasnya

antara lain mengembangkan potensi karyawan antara lain dengan kursus, pelatihan, dan

perencanaan pekerjaan.

H. Sistem Informasi dan Komunikasi

Membawahi bagian operasi telekomunikasi dan jaringan serta pengembangan informasi.

I. Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LKKK)

Dalam melaksanakan tugasnya LK dan KK dibagi menjadi tiga seksi yaitu :

1. Penanggulangan Kebakaran, Pelatihan, dan Administrasi (PKPA). Tugas

dan tanggung jawabnya meliputi :

Menciptakan sistem penanggulangan kebakaran yang handal bagi operasi kilang,

melalui pengadaan perangkat keras, perangkat lunak, dan pembinaan sumber daya

manusia.

Mengkoordinir pelaksanaan pembinaan aspek LKKK.

Melaksanakan penyelenggaraan tertib administrasi umum.

Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh bagian ini adalah :

Mobil pemadam yang dilengkapi dengan water tender, foam tender, powder tender,

triple agent, dll.

Alat pemadam portable, terdiri dari APAR (Alat Pemadam Api Ringan), alat

pemadam beroda, pompa pemadam kebakaran dan perlengkapannya.

15

Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumai

Alat pemadam tetap terdiri dari foam chamber, sprinkler, hydrant, emergency pump,

jockey pump.

Alat deteksi kebakaran yang terdiri dari alat deteksi panas dan alat deteksi asap.

2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tugas dan tanggung jawabnya adalah :

Membuat dan me-review prosedur kerja

Mengidentifikasi, menganalisis dan mengendalikan bahaya serta melaksanakan

audit K3.

Melakukan pengawasan penggunaan peralatan keselamatan kerja.

Memberikan penjelasan tentang pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja.

Sarana yang dimilikinya adalah :

Alat monitoring bahaya kesehatan, antara lain alat ukur bahaya kimiawi dan fisika.

Alat perlindungan seperti helm dan safety shoes.

Perlengkapan P3K.

Pengendalian bahaya biologi.

3. Perlindungan Lingkungan

Tugas dan tanggung jawabnya adalah :

Menciptakan lingkungan bersih dengan mengupayakan pengurangan dan

pemantauan emisi udara, cair dan limbah padat yang menimbulkan dampak negatif

bagi lingkungan.

Menerapkan sistem manajemen lingkungan (SMR) ISO 14001.

Meyakinkan bahwa peralatan perlindungan lingkungan dirawat dan dioperasikan

dengan baik.

Menciptakan citra perusahaan yang berwawasan lingkungan.

Sarana dan prasarana yang dimilikinya adalah :

Tiga unit oil separator untuk memisahkan kandungan air dengan minyak

Sour Water Stripper (SWS) untuk mengurangi kandungan sulfide dan ammonia dari

air buangan.

Empat unit ballast tank untuk menampung air ballast dari kapal serta pemisahaan

settlement.

Tiga unit alat ukur debit limbah.

16

Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumai

Satu unit return sea water pond yang berfungsi sebagai bak kontrol atau separator

terhadap buangan air pendingin.

Tempat penampungan sementara (TPS) limbah padat.

Empat unit flare.

Silencer yang berfungsi mengurangi intensitas kebisingan.

Peralatan penanggulangan tumpahan minyak.

Penghijauan sebagai buffer zone.

Sarana monitoring seperti pH, temperatur dan lainnya.

1.3.4. Garis Besar Proses

Untuk memproses minyak mentah menjadi produk minyak jadi, diperlukan proses

fisika dan kimia dalam pengolahannya. Proses produksi dimulai dari proses penerimaan

minyak mentah. Kilang Dumai menerima minyak mentah dari PT. Chevron Pacific Indonesia

melalui perpipaan. Selanjutnya minyak diolah dalam dua tahap pengolahan.

Pada pengolahan tahap I (Primary Processing), setelah diendapkan airnya, minyak

mentah didistilasi dalam Crude Distilation Unit (CDU). Produk yang diperoleh adalah

Naftha (8,2%), Kerosin(16,0%), Solar (17,8%), Gas (0,6%) dan Long Residue (57,2%) serta

Losses (0,2%). Karena perolehan BBM tahap I masih sedikit, maka diperlukan pengolahan

tahap II untuk mengubah long residue menjadi BBM.

Pengolahan Tahap II (Secondary Processing), dimulai dengan distilasi vakum long

residue di High Vacuum Unit (HVU). Produk distilasi HVU ini adalah Solar, Heavy Vacuum

Gas Oil (HVGO), Light Vacuum Gas Oil (LVGO) dan short residue. HVGO dan short

residue masih perlu direngkah untuk menghasilkan BBM. HVGO direngkah secara katalitik

dalam Hydrocracker Unibon (HCU). Dengan menggunakan katalis dan hidrogen tekanan

tinggi, HVGO direngkah menghasilkan LPG, Naftha, Kerosin, Avtur, dan Solar serta UCO

(Unconverted Oil). Pada bagian lain, short residue direngkah secara thermal dalam Delayed

Cooking Unit (DCU). Di DCU, short residue dipanaskan hingga 500 oC agar terengkah

menjadi LPG, Naftha, Solar, dan coke. Produk- produk rengkahan ini berkualitas rendah

sehingga harus di treating sebelum dipasarkan.

Sejak berdirinya unit LBO, UCO yang dihasilkan dari unit HCU tidak lagi langsung

dipasarkan melainkkan diolah terlebih dahulu menjadi bahan baku produksi minyak pelumas

17

Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumai(Lube Base). Sedangakan Produk Naftha dari CDU, HCU, dan DCU adalah komponen

bensin, namun masih mempunyai bilangan oktan rendah. Oleh sebab itu Naftha harus diolah

dalam platforming Unit (PL) untuk menghasilkan komponen bensin beroktan tinggi (HOMC)

sekitar 92. Proses ini membutuhkan katalis platina. Dengan pertimbangan ekonomi HOMC

di blending dengan dengan komponen lainnya hingga di dapat premium dengan bilangan

oktan 88.

1.1 Pelaksanaan Kerja Praktek

Kerja praktek dilaksanakan di Pertamina RU II Dumai pada bagian Energi

Konservasi dan Loss Control dari tanggal 03 Agustus sampai dengan 03 September 2009

dengan alokasi waktu sebagai berikut:

1. Orientasi Umum ke berbagai unit di Pertamina RU II Dumai yang dilaksanakan

pada tanggal 05 hingga 14 Agustus 2009seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.3

berikut :

Tabel 1.3 Jadwal Orientasi Umum Kerja Praktek

No. Bagian Tanggal Jam

1. LK & KK – LK3 05 Agustus 2009 07.15 – 11.30

2. HSC – Unit Produksi 06 Agustus 2009 07.15 – 15.30

3. HCC – Unit Produksi 07 Agustus 2009 07.15 – 16.00

4. HOC – Unit Produksi 10 Agustus 2009 07.15 – 15.30

5. Utilities – Unit Produksi 11 Agustus 2009 07.15 – 15.30

6. ITP – Unit Produksi 12 Agustus 2009 07.15 – 15.30

7. Laboratorium – Unit Produksi 13 Agustus 2009 07.15 – 15.30

18

Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II Dumai

8. Ren, Ada – Ren. Ekon 14 Agustus 2009 07.15 – 15.30

2. Orientasi Khusus yang meliputi studi literatur, pengumpulan data dan pembuatan

laporan dari tanggal 15Agustus sampai dengan 03 September 2009.

1.2 Tujuan Kerja Praktek

Tujuan dari Kerja Praktek di kilang Pertamina RU II Dumai ini adalah:

1. Mendapatkan gambaran nyata tentang pengoperasian sistem proses dan utilitas

untuk pengolahan minyak dan gas bumi.

2. Memahami dan dapat menggambarkan pola inti proses produksi pada Pertamina

RU II Dumai, meliputi :

a. Bahan baku utama maupun penunjang

b. Proses yang terjadi

c. Produk yang dihasilkan, meliputi produk utama, produk samping, energi, dan

limbah untuk industri proses pengolahan minyak dan gas bumi.

3. Mengenal dan lebih memahami wujud dan karakteristik perangkat – perangkat

proses, termasuk alat ukur dan alat kendali.

4. Mendapatkan kesempatan menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari bangku

kuliah untuk menganalisis jalannya proses kegiatan dan memecahkan persoalan

yang nyata yang ada di dalam kegiatan pengoperasian Pertamina RU II Dumai.

5. Mendapatkan gambaran nyata tentang organisasi kerja, manajemen dan

penerapannya, dalam upaya mengoperasikan suatu sarana produksi, termasuk

pengenalan terhadap praktik-praktik pengelolaan dan peraturan-peraturan kerja di

Pertamina RU II Dumai.

6. Memahami segi-segi ekonomis pengoperasian Pertamina RU II Dumai.

1.3 Ruang Lingkup Laporan Kerja Praktek

Ruang lingkup laporan kerja praktek ini adalah menjelaskan tentang bahan dan

produk yang dihasilkan meliputi, alur proses, sistem pemroses dan instrumentasi yang

digunakan, utilitas dan pengolahan limbah, tata letak dan lokasi pabrik, organisasi dan segi

ekonomis perusahaan. Sedangkan tugas khusus yang dikerjakan adalah “Evaluasi

19

Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina UP-II DumaiPerformance Heater Debutanizer 212-H2 dan Heater Fractionator 212-H3 Hydrocracking

Unit (HCU) RU II Dumai”

20