BAB I

58
ANALISIS NILAI PSIKOLOGIS DAN NILAI MORAL DALAM NOVEL TERJEMAHAN TENDER REBEL CINTA MENAKLUKKAN SEGALANYA KARYA JOHANNA LINDSEY (sebagai upaya mendapatkan bahan ajar membaca novel di SMA) A. Latar Belakang Keterampilan berbahasa terbagi menjadi empat aspek, diantaranya (1) keterampilan menyimak/mendengarkan (listening skill), (2) keterampilan berbicara (speaking skills), (3) keterampilan membaca (reading skills), dan (4) keterampilan menulis (writing skills). Keterampilan tersebut sangat erat kaitannya satu sama lain, dalam memperoleh suatu keterampilan berbahasa biasanya memperoleh urutan yang teratur. Dari mulai menyimak/mendengarkan, kemudian berbicara, lalu membaca dan menulis. Menurut Tarigan (2008: 7) membaca adalah suatu proses yang dilakukan pembaca dalam memperoleh pesan/informasi yang disampaikan oleh penulis dalam bahasa tulis. Sesuai pernyataan tersebut tujuan membaca adalah sebagai salah satu cara berkomunikasi untuk mendapatkan informasi dan memahami makna

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

ANALISIS NILAI PSIKOLOGIS DAN NILAI MORAL DALAM NOVEL

TERJEMAHAN TENDER REBEL CINTA MENAKLUKKAN SEGALANYA KARYA

JOHANNA LINDSEY

(sebagai upaya mendapatkan bahan ajar membaca novel di SMA)

A. Latar Belakang

Keterampilan berbahasa terbagi menjadi empat aspek, diantaranya (1) keterampilan

menyimak/mendengarkan (listening skill), (2) keterampilan berbicara (speaking skills), (3)

keterampilan membaca (reading skills), dan (4) keterampilan menulis (writing skills).

Keterampilan tersebut sangat erat kaitannya satu sama lain, dalam memperoleh suatu

keterampilan berbahasa biasanya memperoleh urutan yang teratur. Dari mulai

menyimak/mendengarkan, kemudian berbicara, lalu membaca dan menulis.

Menurut Tarigan (2008: 7) membaca adalah suatu proses yang dilakukan pembaca dalam

memperoleh pesan/informasi yang disampaikan oleh penulis dalam bahasa tulis. Sesuai

pernyataan tersebut tujuan membaca adalah sebagai salah satu cara berkomunikasi untuk

mendapatkan informasi dan memahami makna bacaan dari sebuah tulisan. Dengan membaca

akan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta mengetahui berbagai informasi yang

bermanfaat.

Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari hasil cipta manusia, melalui karya seni manusia

mampu mencurahkan pengalaman, pemikiran, perasaan, pandangan, harapan, dan dihasilkan

dalam bentuk tulisan. Banyak orang yang menyukai dan hidup dari karya seni, namun tak jarang

pula orang yang meremehkan atau memandang karya seni hanya dengan sebelah mata.

Page 2: BAB I

Sebenarnya karya seni sangat bermanfaat bagi kehidupan, karena karya seni dapat memberikan

keasadaran kepada pembaca tentang kehidupan, walaupun dilukiskan dalam bentuk fiksi.

Salah satu fungsi bahasa menunjuk atau mengungkapkan pengalaman orang

memakainya, tidak berlebihan jika kita menganggap sastra sebagai pernyataan atau

pengungkapan dunia pengarang dan pembacanya yang kompleks dan menyeluruh. (Rahmanto,

2005: 12)

Karya sastra termasuk ke dalam karya seni, yang membedakan karya sastra dengan

karya-karya lainnnya adalah media yang digunakan. Karya sastra dapat memberikan kepuasan

bathin. Karya sastra juga dapat dijadikan sebagai pengalaman untuk berkarya, karena siapa pun

bisa menuangkan isi hati dan pikiran dalam sebuah tulisan yang bernilai seni.

Karya sastra memiliki tiga bentuk yaitu puisi, prosa fiksi, dan drama. Puisi adalah karya

sastra yang terikat oleh bait dan larik, kata-katanya singkat tetapi kaya makna. Prosa fiksi adalah

karya sastra yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian, sedangkan drama ialah karya

yang terdiri dari aspek sastra dan aspek pementasan.

Novel tercipta dari realita kehidupan, tokoh, dan perwatakan serta alur cerita di dalamnya

mungkin tak jauh berbeda dengan keadaan yang dialami seseorang atau sekelompok orang.

Karena itu, pentingnya memahami tokoh dari segi psikologis dan moral dalam novel mungkin

akan mampu memberikan sebuah pelajaran, pengetahuan, pemahaman,atau bahkan pengalaman

yang mungkin tidak perlu kita alami langsung cukup kita ketahui berdasarkan cerita orang lain.

Untuk memahami sebuah novel kita tentunya harus mengetahui dan memahami terlebih

dahulu nilai psikologis dan nilai moral tersebut. Setelah kita mampu menganalisis sebuah novel,

Page 3: BAB I

selanjutnya dengan sendirinya kita pun pasti bisa menemukan pemahaman tentang isi novel

tersebut.

Salah satu standar kompetensi pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA adalah

memahami pembacaan novel. Namun dalam kenyataannnya, novel-novel yang digunakan

sebagai bahan ajar kurang diperhatikan kesesuaian isi dengan psikologis dan moral siswa SMA.

Berikut adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran sastra di SMA yang

berkaitan dengan novel.

Kelas X, Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Membaca

7. Memahami berbagai hikayat, novel

Indonesia/novel terjemahan.

7.1 Menemukan unsur-unsur intrinsik dan

ekstrinsik hikayat.

7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan

ekstrinsik novel Indonesia/novel terjemahan.

Kelas XI, Semester 2

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

Membaca

15. Memahami buku biografi, novel, dan

hikayat.

15.1 Mengungkapkan hal-hal yang menarik

dan dapat diteladani dari tokoh.

15.2 Membandingkan unsur intrinsik dan

ekstrinsik novel Indonesia/novel terjemahan

Page 4: BAB I

dengan hikayat.

Pemilihan novel harus mengacu pada psikologis dan moral siswa SMA, karena pada usia

tersebut siswa cenderung menyukai novel yang bertemakan cinta ( cinta berkaitan dengan

kehidupan pada saat itu ), atau novel yang bercerita tentang penyimpangan-penyimpangan yang

berkaitan dengan upaya pencarian jati diri. Dalam novel terjemahan “ Tender Rebel” begitu

banyak watak atau karakter moral yang menyimpang. Karena itu untuk memahami watak-watak

tersebut penulis merasa harus meneliti struktur isi yang terdapat dalam novel, sehingga lahirlah

pemahaman sebuah novel dengan menggunakan sudut pandang psikologis dan moral.

Berdasarkan pemahaman tersebut penulis bermaksud meneliti novel terjemahan “ Tender

Rebel “ dilihat dari sudut pandang psikologi dan moral sebagai sebuah upaya pemilihan bahan

ajar Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA. Karena penulis beranggapan jika telah tumbuh

apresiasi yang baik pada saat SMA, maka apresiasinya terhadap karya sastra pada fase

berikutnya akan semakin baik, karena pada usia SMA kemampuan siswa sedang berada pada

puncaknya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Bagaimanakah nilai-nilai psikologis novel terjemahan “ Tender Rebel ” karya Johanna

Lindsey?

2) Bagaimanakah nilai-nilai moral novel terjemahan “ Tender Rebel ” karya Johanna

Lindsey?

Page 5: BAB I

3) Bagaimanakah kesesuaian isi novel terjemahan “ Tender Rebel ” dikaitkan dengan

kompetensi-kompetensi dasar pembelajaran sastra di SMA?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui nilai psikologis novel terjemahan “ Tender Rebel ” karya Johanna

Lindsey.

2) Untuk mengetahui nilai moral novel terjemahan “ Tender Rebel ” karya Johanna

Lindsey.

3) Untuk mengetahui kesesuaian isi novel terjemahan“ Tender Rebel ” karya Johanna

Lindsey dikaitkan dengan kompetensi-kompetensi dasar pada pembelajaran karya sastra

di SMA.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang akan penulis lakukan diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang

dirumuskan, sehingga dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Manfaat tersebut antara lain :

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan ilmu

pengetahuan khususnya di bidang ilmu sastra, dan juga dapat dijadikan alternatif sebagai

bahan pembelajaran sastra novel di SMA.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori sastra, khususnya

bentuk karya sastra prosa fiksi.

Page 6: BAB I

b. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk upaya pemilihan

bahan ajar sastra.

c. Bagi peneliti, penelitan ini memberikan pengalaman langsung dalam mengapresiasi

karya sastra, khususnya novel terjemahan “Tender Rebel”.

E. Kerangka pemikiran

Salah satu tujuan penyalenggaraan pendidikan adalah untuk membentuk sikap, moral,

dan watak murid yang berbudi luhur, dengan menyajikan pembelajaran sastra yang sesuai

dengan kriteria psikologis siswa.

“Dalam memilih bahan pengajaran sastra, tahap-tahap perkembangan psikologis ini hendaknya diperhatikan karena tahap-tahap ini sangat besar pengaruhnya terhadap minat dan keengganan anak didk dalam banyak hal. Tahap perkembangan psikologis ini juga sangat besar pengaruhnya terhadap: daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan problem yang dihadapi” (Rahmanto, 2005: 30).

Sedangkan menurut Tarigan (2011:118) apresiasi siswa terhadap sastra harus lebih

ditingkatkan, supaya minat baca merupakan bagian dari hidupnya. Karena kemajuan dari suatu

bangsa dapat diukur dari jenis bacaan yang dibaca oleh para siswa.

Dari dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, minat baca siswa terhadap sastra

khususnya fiksi harus ditingkatkan. Karena akan menambah pengetahuan dan peristiwa

pembelajaran hidup. Dengan bacaan sastra yang sesuai dengan psikologi siswa agar mudah

untuk dipahami dan dikaitkan dengan pembelajaran.

Dengan membaca novel ini, diharapkan siswa mampu menyimpulkan bacaan yang baik

dan buruk yang sesuai dengan kriteria psikologisnya. Sehingga secara tidak langsung siswa dapat

mengetahui pengalaman dari luar kehidupannya.

Page 7: BAB I

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 8: BAB I

Bagan 1

Kerangka pemikiran

Novel

Terjemahan

Tender Rebel

Cinta

Menaklukan

Segalanya

karya Johanna

Lindsey

Alat kaji 1:

1.Teori Tentang Nilai

Psikologis Dalam

Novel Terjemahan

Tender Rebel Cinta

Menaklukan

Segalanyakarya

Johanna Lindsey

(Sarlito W. Sarwono)

2. Teori Tentang Nilai

Moral Dalam Novel

Terjemahan Tender

Rebel Cinta

Menaklukan

SeganyaKarya

Johanna Lindsey

Temuan 1:

1. Psikologis

umum

2. Psikologis

khusus

3. Unsur

Moral

dalam Fiksi

Alat kaji 2:

Kriteria Bahan

Ajar Membaca

Novel di SMA

B. Rahmanto

Temuan 2:

Pemilihan

Bahan

Pengajaran

Sastra

1. Bahasa

2. Psikologi

3. Latar

Belakang

Budaya

4. Standar Isi

Kesesuaian

Novel Tender

Rebel Cinta

Menaklukan

Segalanya

Karya

Johanna

Lindsey

bebagai Bahan

ajar membaca

novel di SMA

Page 9: BAB I

E. Kajian Teori

1. Membaca

Membaca adalah salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa, ke empat aspek

tersebut sangat erat kaitannya. Membaca dengan menulis sangat erat kaitannya, karena dengan

tulisan seseorang akan bertukar informasi, bertukar pendapat, dan bertukar pengalaman dengan

pembacanya.

“Membaca pun dapat pula diartikan sebagai suatu metode yang kita pergunakan untuk

berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang dengan orang lain – yaitu mengomunikasikan

makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertentu” (Tarigan, 2008: 8).

Dengan membaca seseorang dapat menambah pengalaman yang luar biasa, karena tidak

mungkin kita mengalaminya sendiri. Mengingat kepuasan manusia yang tidak ada batasnya.

Terkadang apa yang kita alami tidak sesuai dengan apa yang kita kehendaki, dan dengan

membaca sebuah karya sastra kita bebas berekspresi. Kita bisa terhanyut dengan dengan bacaan

sastra yang kita baca, kita bisa tersenyum, tertawa, menangis,bersedih, berdecak kagum,dan

sebagainya.

Jadi membaca adalah suatu proses kegiatan yang mendapatkan sebuah informasi dari sebuah

bacaan. Dengan informasi tersebut seseorang akan mendapatkan sebuah pengetahuan dan

pengalaman.

2. Sastra

Secara etimologi kata sastra berasal dari bahasa Sansakerta, berasal dari kata akar kata as dan tra. Sas mempunyai arti mengarahkan, mengajar, member petunjuk; sedangkan –tra mempunyai arti ‘alat atau sarana’. Kata sastra dapat berarti ‘alat untuk mengajarkan atau buku

Page 10: BAB I

petunjuk’. Dengan arti ini, dalam bahasa Sansakerta dapat dijumpai istilah Silpasastra yang berarti ‘buku arsitektur’ dan Kamasastra yang berarti buku seni buku bercinta’ Sugianto Mas dalam Suryaman (2011: 7).

Menurut Sumardjo (1988: 1) “sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa

pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran

konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa”

Sedangkan menurut Wellek Warren (1993: 3) menyatakan bahwa sastra adalah suatu

kegiatan kreatif sebuah karya seni.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sastra adalah karya seni yang di

ungkapkan oleh seseorang yang memiliki nilai keindahan dari daya imajinasi.

Menurut Sumardjo jenis (genre) sastra terbagi menjadi dua, yaitu sastra non imajinatif

dan sastra imajinatif.

1) Sastra Non-imajinatif

a) Esei

b) Kritik

c) Biografi

d) Otobiografi

e) Sejarah

f) Memoar

g) Catatan harian

h) Surat-surat

2) Sastra Imajinatif

a) Puisi

Page 11: BAB I

b) Fiksi atau Prosa Naratif

c) Drama

3. Novel

Novel merupakan salah satu genre fiksi atau prosa naratif, dalam novel cerita yang

disuguhkan bersifat khayal dengan karakter yang banyak dan dengan suasana yang beragam.

Abrams dalam Nurgiyantoro (2010: 4) “Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya, tentu saja juga bersifat imajinatif”.

Menurut Sumardjo (1988: 29) “Novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas.

Ukuran yang luas di sini dapat berarti cerita dengan plot (alur) yang kompleks, karakter yang

banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting cerita yang beragam

pula.

Dapat disimpulkan bahwa yang disebut dengan novel adalah sebuah cerita rekaan (imajinatif)

yang dibangun dengan unsur intrinsik dan ekstrinsik yang menceritakan tentang suatu peristiwa

dan berbagai konflik di dalamnya.

4. Pengertian Unsur Intrinsik dalam Novel

Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun sebuah karya itu sendiri yang membentuk

sebuah cerita. Unsur itu meliputi tema, alur atau plot, setting atau latar, tokoh dan penokohan,

sudut pandang, dan amanat.

a) Tema

Page 12: BAB I

“Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra yang

terkanndung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-

persamaan atau perbedaan-perbedaan” Hartoko dalam Nurgiyantoro (2010: 68).

Untuk menentukan sebuah tema dalam novel kita harus menyimpulkan dari keseluruhan

cerita, karena tidak terdapat dalam bagian-bagian tertentu saja.

b) Alur/Plot

Stanton dalam Nurgiyantoro (2010: 113) “plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian,

namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau

menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain”.

Sugianto Mas dalam Suryaman (2011: 12) “peristiwa-peristiwa yang tersusun menjadi

sebuah cerita dari awal hingga akhir yang bersambung berdasarkan hukum sebab akibat”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa yang disebut dengan plot adalah serangkaian peristiwa

yang diceritakan dari awal sampai akhir cerita.

Sumardjo membagi plot dalam lima bagian, yaitu (1) pengenalan, (2) timbulnya konflik,

(3) konfliks memuncak, (4) klimaks, dan (5) pemecahan soal. Dengan adanya konfliks di tengah-

tengah cerita, maka pembaca akan lebih tertarik untuk membacanya sampai akhir.

c) Setting/Latar

Abrams dalam Nurgiayantoro (2010: 216) Latar atau setting disebut juga sebagai landas

tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan social tempat

terjadinya peristiwa yang diceritakan.

Page 13: BAB I

Menurut Sumardjo (1988: 75) Dalam novel memang harus ada tempat dan ruang

kejadian.

Menurut Tarigan (2011: 137) Latar dipergunakan untuk beberapa maksud atau tujuan,

antara lain:

Pertama,suatu latar yang dapat dengan mudah dikenal kembali, dan juga yang dilukiskan dengan

terang dan jelas serta mudah diingat, biasanya cenderung untuk memperbesar keyakinan

terhadap tokoh dan geraknya serta tindakannya.

Kedua, latar suatu cerita mempunnyai relasi yang lebih langsung dengan arti keseluruhan dan arti

yang umum dari suatu cerita.

Ketiga, kadang-kadang mungkin juga terjadi bahwa latar itu dapat bekerja bagi maksud-maksud

yang lebih tertentu dan terarah daripada menciptakan suatu atmosfer yang bermanfaat.

Latar tempat adalah gambaran ‘dimana’ seluruh peristiwa dalam cerita itu terjadi. Latar

waktu adalah ‘kapa’ peristiwa cerita itu terjadi, dan latar social adalah gambaran lingkungan

social ‘apa saja’ yang ada dalam cerita.

d) Tokoh dan Penokohan

Tokoh dalam sebuah novel memiliki peranan yang sangat penting, karena seorang tokoh

merupakan bagian yang hidup dari sebuah cerita.

Menurut Aan Sugianto Mas ada beberapa jenis tokoh yang terdapat dalam sebuah cerita

yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan.

(1) Tokoh Sentral

Page 14: BAB I

Tokoh sentral adalah tokoh yang hampir dalam keseluruhan cerita menjelajahi persoalan.

Mereka menjadi manusia yang konfliknya menonjol. Tokoh sentral ini terbagi pada tokoh utama

atau protagonis dan tokoh penentang tokoh utama atau antagonis.

(a) Tokoh utama atau protagonis

Tokoh ini adalah tokoh yang memegang peran yang mernjadi pusat cerita, tempat

bertumpunya plot dan tema cerita. Kriteria yang digunakan untuk menentukan tokoh utama

bukan kemunculannya, melainkan intensitas keterlibatannya dengan peristiwa-peristiwa yang

membangun cerita.

(b) Tokoh penentang atau protagonis

Tokoh ini yang menjadi lawan tokoh utama. Sebagai npenentang kehadiran tokohy ini akan

menjelaskan konflik yang ada pada tokoh utama.

(2) Tokoh Bawahan

Adapun yang dimaksud tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya

dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh

utama.

Tokoh-tokoh tersebut menampilkan watak dan karakternya, yaitu sifat batin manusia

yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah lakunya. Pengarang yang berpengalaman

tentu akan mampu menggambarkan watak tokohnya sedemikian rupa sehingga

memungkinkan cerita menjadi menarik.

Ada tiga cara pengarang dalam melukiskan watak tokoh, yaitu dengan cara langsung atau

analitik dan dramatik.

Page 15: BAB I

Cara langsung atau analitik

Pengarang menggambarkan watak para tokohnya secara langsung. Dia sebagai juru

cerita langsung menganalisis dan memberitahu watak kepada pembaca tanpa ragu-

ragu.

Cara tak langsung atau dramatik

Sebaliknya pengarang sering pula menggambarkan watak para tokoh dengan cara tidak langsung.

Caranya sebagai berikut:

Dengan menggambarkan fisik tokoh

Ada pengarang yang menjelaskan watak tokohnya dengan menggambarkan fisiknya. Hal ini

biasanya muncul pada cerita stereotif yang menerangkan bahwa seorang yang berwatak jahat

berarti pula berwajah garang. Sebaliknya seorang yang berwatak baik biasanya ganteng, bersih,

dan rapi. Cara ini mulai banyak ditinggalkan pengarang masa kini.

Dengan menggambarkan tempat dan lingkungannya

Ada juga pengarang yang menjelaskan tempat atau lingkungan tokohnya untuk menggambarkan

watak tokoh tersebut. Misalnya lingkungan yang kotor berarti menggambarkan bahwa tokoh

yang menempatinya berwatak pemalas dan jorok.

Dengan menggambarkan perbuatan atau tingkah laku atau reaksi tokoh terhadap suatu

kejadian.

Page 16: BAB I

Perbuatan atau tingkah laku atau reaksi terhadap suatu kejadian pun sering dipakai pengarang

untuk menggambarkan watak para tokoh. Biasanya reaksi tokoh akan nampak situasi kritis, yang

menuntut tokoh yang bersangkutan mengambil pilihan keputusan penting.

Dengan menggambarkan pikiran-pikiran tokoh

Melukiskan suasana hati tokoh dalam mengahadapi suatu kejadian adalah salah satu cara

pengarang untuk menggambarkan watak. Cara ini mendukung penjelasan mengenai alasan

mengapa tokoh tersebut mengambil tindakan tertentu

Dengan menggambarkan melalui dialog tokoh

Pengarang sering pula menggambarkan watak tokohnya melalui dialog yang diucapkan tokoh

tersebut.

e) Amanat

Dalam sebuah cerita fiksi dapat dipastikan berisi pikiran pengarangnya. Pikiran-

pikiran itu tersembunyi dan merupakan renungan tentang kehidupan manusia, pikiran

yang tesembunyi itu yang disebut dengan amanat.

Amanat dalam sebuah novel merupakan cara pengarang dalam menyampaikan pesan

kepada pembacanya mengenai tulisannya. Berbobot tidaknya amanat yang ada dalam

cerita tergantung pada mutu cerita, artinya sangat terikat proses pencairan ide,

perenungan tentang kehidupan, tanggapan-tanggapan tentang persoalan manusia, sikap

emosional dan intelektual dalam melihat lingkungan.

Amanat yang terdapat dalam novel dapat dilihat dari keseluruhan isi cerita, artinya

dalam cara-cara pengarang melontarkan konflik bagi tokoh-tokohnya,

Page 17: BAB I

mengembangkannya, dan menyelesaikannya. Dari pesan, pembaca dapat mengetahui

bagaimana sikap hidup pengarang dalam menjalani hidup ini.

f) Sudut Pandang

Menurut Nurgiyantoro (2010: 246) “sudut pandang mempersoalkan siapa yang

menceritakan, atau dari posisi mana (siapa) peristiwa dan tindakan ini dilihat.”

Abrams dalam Nurgiyantoro (2010: 248) mnyimpulkan bahwa “cara dan atau

pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh,

tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi

kepada pembaca.”

Jadi dalam sudut pandang pengarang tidak menceritakan kehidupan pribadinya

melainkan menceritakan cerita imajinatif, dan di sini posisi pengarang sebagai juru cerita.

Suryaman (2011: 18) Secara garis besar titik pengisahan atau juru cerita terdiri dari

titik pengisahan sebagai pengamat dan titik pengisahan sebagai tokoh.

(1) Titik pengisahan pengarang

Pengarang sebagai pengamat dalam cerita biasanya menyebut nama masing-masing para

tokoh. Pengarang benar-benar berada diluar cerita dan bertindak sebagai dalang. Titik

pengisahan sebagai pengamat bervariasi sebagai berikut:

(a) Titik Pengisahan Maha Tahu

Pengarang mampu menceritakan segala hal yang tertuang dalam cerita. Dia dapat

menceritakan semua tingkah laku, apa yang dikerjakan, bahkan perasaan dalam diri tokoh

ciptaannya.

Page 18: BAB I

(b) Titik Pengisahan Objektif

Pengarang bertindak sebagai orang yang menceritakan para tokohnya sebagai yang

dilakukan pengarang maha tahu, tetapi berusaha objektif. Artinya pengarang hanya

menceritakan sesuatu yang nampak saja, sedangkan yang abstrak dari tokoh tersebut

seperti suasana hati diceritakan.

(c) Titik Pengisahan Peninjau

Pengarang memilih salah satu tokoh dan penjelasan secara detail mengenai tindakannya,

dan perasaannya. Titik pengisahan seperti ini cukup terbatas, sebab cerita terpaksa harus

mengikuti peristiwa yang dialami tokoh yang ditinjau, sedangkan tokoh lain yang berada

jauh dari tokoh tersebut luput dari jangkauan.

(2) Titik Pengisahan Sebagai Tokoh

Pengarang bias menempatkan dirinya sebagai ‘aku’ dalam cerita dan mengalami seluruh

peristiwa yang ada. Pengarang bias bertindak sebagai tokoh protagonis atau bawahan.

(a) Pengarang Sebagai Tokoh Protagonis

Pengarang bertindak sebagai tokoh utama atau protagonis. Di ber ‘aku’ dan menceritakan

dirinya sendiri. Semua cerita berpusat pada ‘aku’ yang dengan bebas menceritakan segala

tindakannya, pikiran-pikirannya, dan perasaannya, tetapi tokoh tersebut tidak bias

menceritakan lebih jauh tentang tokoh lain.

(b) Pengarang Sebagai Tokoh Bawahan

Pengarang bertindak sebagai tokoh bawahan. Bia ber ‘aku’ dan menceritakan tokoh lain,

yaitutokoh protagonist yang pasti selalu diketahuinya. Fokus cerita ada pada tokoh

protagonis yang selalu diikuti oleh tokoh ‘aku’ tersebut. Dalam hal ini tokoh ‘aku’ tidak

bisa menjelaskan perasaan tokoh protagonis, ia hanya menjelaskan tindakannya.

Page 19: BAB I

5. Psikologi

“Terbentuknya karya sastra hampir seluruhnya melalui proses kreatif yang panjang. Namun, panjang dan pendeknya proses ini amat relatif, tergantung kesiapan psikologis sastrawan. Tiap karya memerlukan proses yang berbeda satu dengan yang lain. Belum tentu puisi dua baris itu proses kreatifnya lebih singkat dibanding novel yang beratus-ratus halaman” Endraswara (2008: 212)

Freud dalam Yusuf (2011: 50) “tingkah laku manusia merupakan hasil dari rentetan konflik

internal yang terus menerus. Konflik (peperangan) antara id, ego, superego adalah hal yang

baiasa (rutin).”

Dalam sebuah karya sastra tentunya mempunyai nilai-nilai yang terkandung di dalamnya,

salah satunya yaitu nilai psikologis.

1) Sejarah dan Definisi Psikologi

“Psikologi berasal dari kata-kata Yunani: psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa. Namun, “ilmu jiwa” masih kabur sekali. Apa yang dimaksud dengan “jiwa”, tidak ada seorang pun yang tahu dengan sesungguhnya” Sarwono (2013: 1)

Begitulah untuk rentan waktu yang relatif lama, karena definisi psikologi masih belum

jelas, timbul berbagai pendapat . Maka banyak sarjana yang memberikan definisi sendiri yang

disesuaikan dengan arah minat dan aliran masing-masing.

Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan panjang.

Konsep psikologidapat ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno. Thales merupakan filsuf Yunani

kuno (624-548 SM) yang dianggap sebagai Bapak Filasafat. Menurut beliau jiwa adalah sesuatu

yang supernatural, jadi semua yang ada di alam ini adalah gejala alam (natural phenomena) dan

semua gejala alam berasal dari air.

Page 20: BAB I

Dari sekian banyak tokoh yang kemudaian berperan paling penting terhadap

perkembangan psikologi ratusan tahun ke depan adalah tiga serangkai Sokrates (469-399), Plato

(427-347), dan Aristoteles (384-322), yang sering disebut dengan trio SPA. Plato adalah murid

Sokrates dan Aristoteles adalah murid Plato.

Plato kemudian berteori bahwa jiwa manusia mulai masuk ke tubuhnya sejak manusia

ada dalam kandungan dan mempunyai tiga fungsi, yaitu Logisticon (akal) yang berpusat di

kepala, Thumeticon (rasa) yang berpusat pada dada, dan Abdomen (kehendak) yang berpusat di

perut.

Aristoteles menyumbangkan pikiran yang sangat penting dalam tulisannya yang berjudul

“The Anima”. Dia mengatakan bahwa makhluk hidup terbagi dalam tiga golongan, yaitu Anima

Vegetativa (tumbuh-tumbuhan), Anima Sensitiva (hewan), dan Anima Intelektiva (manusia).

Berbeda dengan Plato, Descartes (1596-1650), seorangh filsuf Prancis mencetuskan

definisi bahwa ilmu jiwa (psikologi) adalah ilmu tentang kesadaran. Ia mengemukakan mottonya

yang terkenal “cogito ergo sum” (saya berpikir maka saya ada), karena menurut beliau segala

sesuatu di dunia ini tidak ada yang dapat dipastikannya, kecuali pikirannya sendiri.

Gardner Murphy dalam Sarwono (2013: 6) “psikologi adalah ilmu yang mempelajari

respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya.”

T. Morgan dalam Sarwono (2013: 6) “psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah

laku manusia dan hewan.”

Sedangkan menurut Sarwono sendiri (2013: 6) “yang dimaksud dengan psikologi adalah

ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya.

Page 21: BAB I

Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu yang

mempelajari tingkah laku manusia beserta kejiwaannya.

Ibnu Sina adalah seorang filsuf Islam yang dalam bahasa Eropa disebut dengan Avicenna

dan Imam Ghazali atau yang dikenal dengan nama Abu Hamid al-Ghazali, dua pemikir Islam

Persia/Iran, namun menganut pemikiran Aristoteles dan Neo-Platonian. Sarwono (2013: 7).

Namun, hal itu tidak berarti bahwa Ibnu Sina tidak mempunyai pikiran-pikiran sebelumnya, baik

dalam segi pembahasan fisika maupun segi metafisika.

Pengaruh Ibnu Sina dalam soal penjiwaan tidak dapat diremehkan, baik pada dunia piker

Arab sejak abad ke-10 Masehi sampai akhir abad ke-19 Masehi, maupun pada filsafat skolastik

Yahudi dan Masehi, terutama pada Gundissalinus, Albert the Great, Thomas Aquinas, Roger

Bacon, dan Dun Scot.

Segi-segi kejiwaan Ibnu Sina pada garis besarnya dapat dibagi dua segi, yaitu:

1) Segi fisika, yang membicarakan macam-macam jiwa, pembagian kebaikan, jiwa manusia,

indra, pembahasan lain yang biasa termasuk dalam ilmu jiwa yang sebenarnya.

2) Segi metafisika, yang membicarakan wujud dan hakikat jiwa, pertalian jiwa dengan badan

dan keabadian jiwa.

Karena keterbatasan ilmu manusia beberapa pendapat tentang psikologi pun bermunculan

dan saling berbeda tetapi mempunyai inti yang sama.

2) Ruang Lingkup Psikologi

Secara garis besar dibedakan menjadi tiga kategori bidang psikologi, yaitu psikologi umum,

psikologi khusus, dan psikologi terapan.

Page 22: BAB I

a) Psikologi Umum

Psikologi umum sering juga disebut sebagai pengantar psikologi merupakan studi tentang

perilaku atau kegiatan individu secara umum. Studi ini, memberikan pengantar kepada studi

tentang perilaku individu yang lebih lanjut, lebih khusus dan mendalam.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan atau perbuatan individu baik faktor yang berasal

dari dalam diri maupun individu; baik faktor fisik maupun psikis. Faktor-faktor yang berasal

dari individu adalah kebutuhan dan motif, minat, sikap, perasaan, tujuan-tujuan yang ingin

dicapainya. Faktor-faktor yang berasal dariluar diri individu bersumber dari lingkungan, seperti

lingkungan alam, sosial, politik, budaya, pengetahuan, teknologi, dll.

b) Psikologi Khusus

Kelompok psikologi ini mempelajari perilaku atau kegiatan individu secara khusus, baik

terhadap perkembangannya, posisinya, aspek yang mendapatkan sorotan utamanya atau karena

kondisinya.

(1) Psikologi Perkembangan

Masa sebelum lahir, masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak kecil, masa sekolah dasar,

masa remaja awal, remaja tengah dan adolesen, masa dewasa muda, dewasa dan dewasa tu,

sertamasa usia lanjut. Tiap masa perkembangan tersebut menjadi objek studi dari psikologi sebab

setiap masa memiliki cirri-ciri karakteristik perkembangan yang berbeda. Karena adanya

perkembangan dominasi perkembangan-perkembangan aspek tertentu maka seringkali individu

memperlihatkan perilaku yang tidak sama.

(2) Psikologi Pria dan Wanita

Page 23: BAB I

Perbedaan jenis kelamin kiranya tidak hanya membawa perbedaan dalam segi fisik, tetapi

juga segi-segi kerohanian. Psikologi ini mempelajari kondisi dan cirri-ciri yang khas dari kedua

jenis kelamin. Wanita dituntut berpenampilan dan berperilaku sebagai wanita, istri, dan ibu,

sedangkan pria diharapkan berpenampilan sebagai suami dan ayah dari anak-anaknya. Peranan-

peranan tersebut secara normal tidak dapat dipertukarkan. Perkembangan kebudayaan, terutama

perkembangan-perkembangan teknologi memberikan peluang-peluang yang cukup besar untuk

mengubah status suatu pekerjaan. Suatu pekerjaan yang pada masa-masa yang selalu dikerjakan

oleh kaum pria, karena adanya fasilitas baru hasil dari perkembangan teknologi dapat dikerjakan

jugta oleh wanita. Hal ini bukan hanya memberikan pengaruh positif, tapi juga dapat

memberikan beberapa tantangan dan persoalan.

(3) Psikologi Kepribadian

Manusia mungkin satu-satunya makhluk di dunia ini yang memiliki kepribadian. Karena

adanya cirri-ciri kepribadian inilah sebenarnya yang membuat organisme manusia ini sebagai

individu. Dalam studi tentang kepribadian dibicarakan beberapa tipologi yang bertolak dari

karakteristik fisik, sosial, moral maupun aspek lainnya.

Tipe kepribadian menurut Gerart Heymans dalam Suryaman (2011: 31) berdasarkan kuat

lemahnya dalam diri setiap orang menjadi tujuh tipe, seperti berikut:

(a) Gapasioneerden (orang hebat): orang yang aktif dan emosional serta fungsi sekundernya

kuat. Orang ini selalu bersikap keras, emosional, gila kuasa, egois, suka mengecam.

Mereka adalah patriot yang baik, memiliki rasa kekeluargaan yang kuat, dan suka

menolong orang yang lemah.

Page 24: BAB I

(b) Cheolerici (orang garang): orang yang aktif dan emosional, tetapi fungsi sekundernya

lemah. Orang ini lincah, rajin bekerja, periang, pemberani, optimis, suka pada hal-hal

yang faktual. Mereka suka kemewahan, pemboros, dan sering bertindak ceroboh tanpa

piker panjang.

(c) Sentimentil (orang perayu): orang yang tidak aktif, emosional, dan fungsi sekundernya

kuat. Orang ini suka bersikap emosional, sering implusif (menurutkan hati), pintar bicara

sehingga mudah mempengaruhi orang lain, senang terhadap kehidupan alam, dan

menjauhkan diri dari kebisingan dan keramaian.

(d) Nerveuzen (orang penggugup): orang yang tidak aktif dan fungsi sekundernya lemah,

tetapi emosinya lemah. Orang-orang tipe ini sifatnya emosional (mudah naik darah tetapi

cepat dingin), suka memprotes/mengecam orang lain, tidak sabar, tidak mau berpikir

panjang, agresif tetapi tidak pendendam.

(e) Flegmaciti (orang tenang): orang yang tidak aktif dan fungsi sekundernya kuat. Orang-

orang yang tipe seperti ini selalu bersikap tenang, sabar, tekun bekerja secara teratur,

tidak lekas putus asa, berbicara singkat, tetapi mantap. Mereka berpandangan luas,

berbakat matematika, senang membaca, dan memiliki ingatan yang baik. Orang tipe ini

rajin dan cekatan serta mampu berdiri sendiri tanpa memerlukan bantuan orang lain.

(f) Sanguinici (orang kekanak-kanakan): orang yang tidak aktif, tidak emosional, tetapi

fungsi sekundernya kuat. Orang ini antara lain, sukar mengambil keputusan, kurang

berani/ragu-ragu bertindak, pemurung, pendiam, suka menyendiri, berpegang teguh pada

pendiiriannya, pendendam, tidak gila hormat dan kuasa, dan dalam bidang politik selalu

berpandangan konservatif.

Page 25: BAB I

(g) Amorfem (orang tak berbentuk): orang-orang yang tidak aktif, tidak emosional, danfungsi

sekundernya lemah. Sifat-sifat tipe orang ini, antara lain intelektualnya kurang, picik,

tidak praktis, selalu membeo, canggung, dan ingatannya buruk. Mereka termasuk orang

yang perisau, peminum, pemboros, dan cnderung membiarkan dirinya dibimbing dan

dikuasai orang lain.

(4) Psikologi Diferensial

Sebagian besar individu memilki inteligensi yang tergolong normal, tetapi sebagian memilki

inteligensi tinggi dan sebagian lainnya rendah. Bakat individu berbeda-beda, seseorang berbakat

dalam bidang musik, yang lain lebih berbakat dalam bidang olahraga, memasak, dll. Hal ini

menunjukkan bahwa adanya perbedaan kemampuan dalam bidang-bidang tersebut. Perbedaan

kemampuan seseorang tidak hanya dalam bidang yang bersifat intelektual tetapi juga dalam

bidang sosial.

c) Psikologi Terapan

Merupakan penerapan atau penggunaan pengetahuan, prinsip-prinsip, kaidah-kaidah,

pendekatan, metode, dan teknik-teknik psikologis untuk memahami dan memecahkan masalah-

masalah pada bidang lain. Orang-orang yang bergerak dalam bidang psikologi pendidikan,

psikologi industri dan perusahaan, dan sebagainya membutuhkan pengetahuan psikologi terapan

di bidang tersebut.

3) Psikologi Perkembangan Remaja

Pada usia remaja, mereka telah memasuki pencarian jati diri, memilki rasa kebebasan untuk

menentukan nasib sendiri. Kalau terarah dengan baik, maka ia akan menjadi seorang individu

yang memiliki rasa tanggung jawab, tetapi kalau tidak terbimbing maka bisa menjadi seseorang

Page 26: BAB I

yang memilki masa depan yang tidak baik. Pada masa-masa ini, adanya aspek perubahan pada

aspek fisik, psikis, dan psikososial.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja yaitu:

a) Faktor endrogen (nature) yaitu faktor perubahan fisik maupun psikis yang oleh faktor

internal yang bersifat herediter seperti tinggi badan, bakat, minat, kecerdasan,

kepribadian, dan sebagainya.

b) Faktor exogen yaitu faktor yang berasal dari luar individu. Faktor ini diantaranya faktor

lingkungan seperti fasilitas, cuaca iklim, dan sebagainya.

c) Interaksi antara endogen dan exogen yaitu faktor yang berasal dari dalam dan luar

individu. Faktor ini merupakan perpaduan antara herediter (bawaan) dengan lingkungan.

6. Moral

Indonesia merupakan negara yang multikultural dengan memiliki keanekaragaman

kebudayaan yang tersebar di wilayah kepulauan Indonesia. Perbedaan suku bangsa, agama, ras,

bahasa, serta adat istiadatlantas mengharuskan bangsa Indonesia memiliki rasa saling

menghormati, menghargai perbedaan, bertoleransi tinggi, serta ramah terhadap sesama warga

negara Indonesia.namun, seiring dengan berjalannya waktu dan semakin banyaknya interaksi

serta pengaruh dari negara luar membuat nilai-nilai luhur yang dimilki oleh bangsa Indonesia

mulai terkikis terutama dikalangan pelajar. Pada dasarnya, nilai-nilai luhur tersebut haruslah

dimiliki oleh setiap anak bangsa yang memiliki peran sebagai penyokong atau tulang punggung

dari kemajuan bangsa Indonesia di masa depan. Lunturnya nilai-nilai luhur yang dimiliki oleh

bangsa Indonesia tersebut kini mulai terlihat dikalangan pelajar yang kurang dibekali dengan

pendidikan moral.

Page 27: BAB I

1) Pengertian Nilai Moral

Seperti diketahui kata moral berasal dari kata Latin “mos” yang berarti kebiasaan, kata mos

jika akan dijadikan kata keterangan atau kata nama sifat lalu mendapat perubahan pada

belakangnya, sehingga kebiasaan jadi moris, dan moral adalah kata nama sifat dari kebiasaan

itu, yang semula berbunyi moralis.

Adapun moral secara umum mengarah pada pengertian ajaran tentang baik buruk yang

diterima mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti, dan sebagainya. Remaja dikatakan

bermoral jika mereka memiliki kesadaran moral yaitu dapat menilai hal-hal yang baik dan buruk,

hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta hal-hal yang etis dan tidak etis.

Kata moral selalu mengacu kepada baik buruk manusia. Sikap moral disebut juga moralitas yaitu

sikap hati seseorang yang terungkap dalam tindakan lahiriah. Moralitas adalah sikap dan

perbuatan baik yang betul-betul tanpa pamrih dan hanya moralitaslah yang dapat bernilai secara

moral.

Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan nilai moral adalah nilai yang terkandung

dalam perilaku manusia, dari segi baik buruknya tingkah laku yang sesuai dengan norma, adat,

kebiasaan, dan aturan yang berlaku.

2) Unsur Moral dalam Fiksi

a) Pengertian dan Hakikat Moral

Menurut Kenny dalam Nurgiyantoro (2010: 321) “ moral dalam cerita biasanya

dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat

praktis, yang dapat diambil (dan ditafsirkan) lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca”.

Page 28: BAB I

Pengarang dengan sengaja menggambarkan moral para tokoh dengan masalah kehidupan

seperti tingkah laku, sopan santun pergaulan. Standar moral manusia banyak ditentukan oleh

tingkat perkembangan sosialnya dan ilmu pengetahuan yang berkembang. Moralitas tumbuh

dan berkembang dalam kehidupan manusia sebagai pembuka bagi kehidupan yang lebih maju

kea rah kehidupan yang bermakna.

Sifat perilaku yang baik jujur, adil, santun, dermawan, dan sebagainya atau sebaliknya

merupakian indikator untuk menetapkan seseorang berperilaku baik atau tidak baik.

“Moral dalam karya sastra dapat dipandang sebagai amanat, pesan, message. Bahkan unsur

amanat itu sebenarnya merupakan gagasan yang mendasari diciptakannya karya sastra sebagai

pendukung pesan” Nurgiyantoro (2010: 321).

Dalam sebuah karya sastra biasanya selalu menyimpulkan sebuah pesan moral meskipun

tidak secara langsung disampaikan.

b) Wujud Pesan Moral

Pesan moral yang disampaikan pengarang kepada pembaca memang tidak secara langsung

disampaikan. Biasanya pesan moral tersebut disampaikan dengan tingkah laku dan percakapan

dalam dialog.

“Secara garis besar persoalan hidup dan kehidupan manusia itu dapat dibedakan ke dalam

persoalan hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam

lingkup sosial termasuk hubungannya dengan lingkungan alam dan hubungan manusia dengan

Tuhan.” Nurgiyantoro (2010: 323)

Page 29: BAB I

Pembaca sering mempertanyakan tentang sesuatu yang diungkapkan pengarang itu

mempunyai hubungan dengan kebenaran. Nilai-nilai moral atau lainnya dalam kehidupan

sehari-hari, sikap dan tingkah laku tokoh tersebut hanyalah model-model atau sosok yang

sengaja ditampilkan pengarang sebagai sikap dan tingkah laku yang baik atau diikuti minimal

dicenderungi oleh pembaca.

3) Pesan Religius dan Kritik Sosial

a) Pesan Religius dan Keagamaan

Mangunwijaya dalam Nurgiyantoro (2010: 331) “kehadiran unsur religius dan keagamaan

dalam sastra adalah setua keberadaan sastra itu sendiri. Bahkan sastra tumbuh dari sesuatu yang

bersifat religius. Pada awal mula segala sastra adalah religius. “

Pesan yang bersifat keagamaan biasanya lebih menonjolkan kebaktian kepada Tuhan,

karena dengan hukum-hukum yang resmi. Oleh karenanya, apabila amal dan pikiran seseorang

sholeh (baik) maka sholeh pula diri dan akhlaknya, dan sebaliknya apabila amal dan pikirannya

rusak maka rusak pula dirinya dan akhlaknya. Akhlak dapat dirumuskan sebagai suatu sifat atau

sikap kepribadian yang melahirkan tingkah laku perbuatan manusia, dalam usaha membentuk

kehidupan yang sempurna berdasarkan kepada prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh Allah.

b) Pesan Kritik Sosial

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup seorang diri, dan dalam kehidupan

sehari-harinya manusia selalu membutuhkan orang lain. Karena setiap orang memilki karakter

yang berbeda-beda, jadi kita harus bisa mengontrol perilaku kita.

Page 30: BAB I

“Sastra yang mengandung pesan kritik- dapat juga disebut sebagai sastra kritik- biasanya

akan lahir di tengah masyarakat jika terjadi hal-hal yang kurang beres dalam kehidupan sosial

dan masyarakat” Nurgiyantoro (2010: 331).

4) Bentuk Penyampaian Pesan Moral

Bentuk penyampaian pesan moral terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

a) Bentuk Penyampaian Langsung

Menurut Nurgiyantoro (2010: 335) “Bentuk penyampaian pesan moral yang bersifat

langsung, boleh dikatakan identik dengan cara pelukisan watak tokoh yang bersifat uraian,

telling, atau penjelasan, expository”.

Dengan mendeskripsikan watak para tokoh maka akan mempermudah pembaca untuk

memahami pesan yang disampaikan. Karena dengan penyampaian secara langsung, pesan yang

disampaikan oleh pengarang terasa sangat komunikatif.

b) Bentuk Penyampaian Tidak Langsung

Berbeda dengan bentuk penyampaian langsung, pesan yang disampaikan dengan

mendeskripsikan watak tokoh secara jelas. Bentuk penyampaian tidak langsung disampaikan

lewat dialog, sikap dalam menghadapi konflik, pikiran atau pun perasaan.

Nurgiyantoro (2010: 339) “yang ditampilkan dalam cerita adalah peristiwa-peristiwa,

konflik, sikap dan tingkah laku itu, baik yang terlihat dalam tingkah laku verbal, maupun yang

hanya terjadi dalam pikiran dan perasaan”.

Endraswara (2008: 179) memperjelas bahwa “membaca sikap dan perilaku dalam sastra,

peneliti akan mampu memahami gejolak jiwa manusia. Peristiwa kejiwaan ketika menggerutu,

meratap, melamun, menangis, menghindari kenyataan yang tidak menyenangkan, berteriak

histeris, membanting pintu……”

Page 31: BAB I

Sesuai dengan pendapat di atas, maka pesan yang disampaikan dengan berbagai hal tersebut

dapat diketahui oleh pembaca dengan penghyatan.

7. Apresiasi Sastra

Dalam apresiasi terhadap karya sastra, proses tersebut mencakup kepada proses menikmati

keindahan, mengerti, memahami, dan menghayati serta akhirnya dapat menghargai mutu dan

nilai yang terkandung dalam karya sastra.

Squire dan Taba dalam Aminudin (2013: 34) berkesimpulan bahwa sebagai suatu proses,

apresiasi, melibatkan tiga unsur inti yaitu:

1) Aspek kognitif, yang berkaitan dengan intelek pembaca dalam upaya memahami unsur-

unsur kesastraan yang bersifat objektif.

2) Aspek emotif, yang berkaitan dengan keterlibatan unsure emosi pembaca dalam upaya

mengahayati unsur-unsur keindahan dalam teks sstra yang dibaca.

3) Aspek evaluative, yang berhubungan dengan kegiatan memberikan penialaian terhadap

baik buruk, indah tak indah, sesuai tidak sesuai, serta sejumlah ragam penilaian yang

tidak harus hadir dalam sebuah karya kritik, tapi secara personal cukup dimiliki oleh

pembaca.

8. Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Sastra

Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rahmanto (1988: 27), bahwa ada tiga aspek penting

jika memilih bahan ajar.

1) Bahasa

Penguasaan suatu bahasa sebenarnya tumbuh dan berkembang melalui tahapan yang jelas

pada setiap individu, maka setiap bahan pengajaran harus menggunakan bahasa yang sesuai

dengan tingkat penguasaan bahasa siswa.

Page 32: BAB I

2) Psikologi

Perkembangan psikologi menuju dewasa melalui tahapan-tahapan tertentu yang cukup jelas.

Dalam pemilihan bahan pengajaran hendaknya tahapan perkembangan psikologis itu

diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap daya ingat, kemampuan, pengerjaan tugas,

kesiapan bekerja, pemahaman situasi, atau pemecahan problem yang dihadapi.

3) Latar Belakang Budaya

Bahan pengajaran sastra hendakanya dapat memberikan peluang kepada siswa untuk

menambah pengetahuan dan kebudayaan. Apabila siswa telah memiliki rasa percaya diri untuk

memahami karya sastra latar belakang budaya lain yang ia kenal, barulah ia siap memahami

budaya asing sebagai bahan banding.

Dalam pemilihan bahan ajar guru harus lebih kreatif, sesuai dengan kurikulum yang berlaku,

dan menyesuaikan dengan psikologis siswa. Banyak buku dan karya sastra yang tersedia sebagai

acuan dalam pembelajaran.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah strategi untuk menemukan atau memperoleh data yang

diperlukan. Dengan menggunakan metode kualitatif data yang terkumpul berupa konsep,

kategori, sikap yang memang tidak perlu di angkakan dan tujuan penelitiannyabukan untuk

memperoleh gambaran angka-angka. (Satoto, 2012: 15). Metode kualitatif juga mengutamakan

kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif yang bertujuan

memecahkan masalah dan melukiskan realitas sosial yang kompleks dengan cara

mengumpulkan, menyusun, menjelaskan, kemudian menganalisis data yang ada.

Page 33: BAB I

Teknik deskriptif antara lain penelitian yang bersifat menuturkan, memaparkan, menganalisis, dan mengklasifikasikan; penelitian dengan teknik survai, teknik wawancara, angket observasi, atau dengan teknik tes; studi kasus, studi komparasi, studi waktu dan gerak, analisis kuantitatif atau kualitatif, studi kooperatif atau operasional. (Satoto, 2012: 11)

Oleh karena itu, penulis dalam penelitian ini akan menggunakan pendekatankualitatif.

Metode ini merupakan cara untuk memperoleh gambaran yang sistematis mengenai novel yang

kemudian diteliti isinya dan dideskripsikan menurut criteria atau pola tertentu.

G. Fokus Kajian

Dalam fokus kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan berbagai informasi yang

terdapat dalam novel yang diteliti, juga sebagai bahan pengumpulan data untuk dianalisis.

Peneliti bermaksud untuk menganalisis dan mengidentifikasi nilai-nilai psikologis dan nilai-nilai

moral pada novel Tender Rebel Cinta Menaklukan Segalanya karya Johanna Lindsey.

Penelitian didasarkan atas beberapa pertimbangan sebagai berikut.

1) Fokus penelitian ini adalah nilai psikologis dan nilai moral yang terkandung dalam novel

Tender Rebel Cinta Menaklukan Segalanya karya Johanna Lindsey.

2) Kajian nilai psikologis tersebut dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan menarik

kesimpulan makna yang terkanndung dalam novel Tender Rebel Cinta Menaklukan

Segalanya karya Johanna Lindsey.

3) Kajian nilai moral dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan menarik kesimpulan makna

yang terkandung dalam novel Tender Rebel Cinta Menaklukan Segalanya karya Johanna

Lindsey.

Aspek-aspek yang dikaji adalah sebagai berikut.

Page 34: BAB I

Tabel 1

Fokus Kajian

Fokus kajian Aspek yang dikaji indikator Alat ukur

1. Struktur yang

membangun novel

terjemahan Tender

Rebel Cinta

Menaklukan

Segalanya karya

Johanna Lindsey.

Tema

Setting

Tokoh dan

Penokohan

Amanat

Sudut pandang

Kriteria struktur yang

membangun novel

terjemahan Tender

Rebel Cinta Menaklukan

Segalanya karya

Johanna Lindsey.

Nilai psikologis

dan nilai moral

dalam novel

terjemahan

Tender Rebel

Cinta

Menaklukan

Segalanya karya

Johanna Lindsey.

2. Nilai psikologis yang

terkandung dalam

novel terjemahan

Tender Rebel Cinta

Menaklukan Segalanya

karya Johanna Lindsey.

Psikologi umum

Psikologi khusus

Psikologi terapan

Kriteria nilai psikologi

pada novel terjemahan

Tender Rebel Cinata

Menaklukan Segalanya

karya Johanna Lindsey

3. Nilai moral yang

terkandung dalam

Unsur Moral Dalam Kriteria nilai moral pada

novel Tender Rebel

Page 35: BAB I

novel terjemahan

Tender Rebel Cinta

Menaklukan

Segalanya karya

Johanna Lindsey

Fiksi

Pengertian dan

ahkikat moral

Wujud pesan moral

Pesan religius dan

kritik sosial

Bentuk

penyampaian pesan

moral

Cinta Menaklikan

Segalanya karya

Johanna Lindsey

4. Kesesuaian novel

terjemahan Tender

Rebel Cinta

Menaklukan

Segalanya karya

Johanna Lindsey

sebagai upaya

memperoleh bahan

pembelajaran

membeca novel di

SMA

Pemilihan bahan

pengajaran sastra

Bahasa

Psikologi

Latar belakang

budaya

Kriteria bahan

pengajaran sastra

Page 36: BAB I

H. Sumber Data

Sumber data adalah sumber untuk memperoleh data yang diperlukan dalam suatu

penelitian. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah novel terjemahan Tender Rebel

Cinta Menaklukan Segalanya karya Johanna Lindsey. Hasil data analisis dalam penelitian ini

adalah data yang berbentuk deskripsi.

I. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan objek yang dijadikan bahan penelitian dalam hal ini adalah sebuah novel

terjemahan yang berjudul Tender Rebel karya Johanna Lindsey, maka teknik yang digunakan

adalah sebagai berikut.

1) Studi pustaka, yaitu kegiatan pengkaji sumber-sumber yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti.

2) Teknik analisis, yaitu kegiatan menganalisis novel dari struktur isi, nilai psikologis, nilai

moral, serta mengatikannya dengan kompetensi dasar yang terdapat kurikulum Bahasa

dan Sastra Indonesia.

J. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan kegiatan menganalisis novel, dalam hal ini alat atau cara

yang dipakai untuk mencapai tujuan penelitian sebagai berikut:

1) Membaca Novel terjemahan“Tender Rebel” karya Johanna Lindsey.

2) Menganalisis struktur isi novel terjemahan “Tender Rebel” karya Johanna Lindsey.

a) Menganalisis nilai psikologi yang terkandung dalam novel terjemahan “Tender

Rebel” karya Johanna Lindsey.

Page 37: BAB I

b) Menganalisis nilai moral yang terkandung dalam novel terjemahan “Tender Rebel”

karya Johanna Lindsey.

c) Mengaitkannya dengan kompetensi dasar pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

K. Prosedur Kegiatan Penelitian

1) Tahap persiapan

a) Menentukan novel yang akan diteliti.

b) Menyiapkan buku-buku penunjang penelitian.

2) Tahap pelaksanaan

a) Membaca novel dengan teliti.

b) Mengumpulkan data.

c) Menganalisis struktur isi novel terjemahan Tender Rebel karya Johanna Lindsey.

d) Menganalisis nilai psikologis dalam novel terjemahan Tender Rebel karya Johanna

Lindsey.

e) Menganalisis nilai moral dalam novel terjemahan Tender Rebel karya Johanna Lindsey.

3) Tahap Pelaporan

a) Penyusunan laporan penelitian

b) Merevisi laporan penelitian

c) Menyususn skripsi

Page 38: BAB I

Tabel 2

Jadwal Kegiatan

Tahun

No. Tahap Penelitian 2013 2014

Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

1. Pengajuan judul V

2. Pembuatan proposal V V

3. Seminar proposal V

4. Tahap penelitian V V

5. Penyusunan dan

bimbingan skripsi

V V V

6. Penyelesaian

administrasi untuk

siding skripsi

V

7. Sidang skripsi V

Page 39: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2013. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Azis, Siti Aida. 2011. Analisis Nilai Moral dalam Novel.

http://kajiansastra.blogspot.com/2011/08/analisis-nilai-moral-dalam-novel.html. (diakses pada

tanggal 22 Januari 2014).

Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra. Yogyakarta: Medpress.

Lindsey, Johanna. 2010. Tender Rebel Cinta Menaklukan Segalanya. Jakarta: Dastan.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: gajah Mada University press.

Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yoyakarta: Kanisius.

Sarwono,Sarlito. W. 2013. Pengantar Psikologi Umum. Depok: Raja Grapindo Persada.

Satoto, Soediro. 2012. Metode Penelitian Sastra. Surakarta: Yuma Pustaka.

Sumardo, Jakob. Saini, K. M. 1988. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Tarigan, H. G. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Membaca. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H. G. 2011. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

Yusuf, Syamsu. A. juntika Nurihsan.2011. Teori Kepribadian. Bandung: remaja Rosdakarya.

Zuldafrial. Muhamad Lahir. 2012. Penelitian Kualitatif. Surakarta: Yuma Pustaka.

Page 40: BAB I