BAB I

3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pestisida adalah bahan kimia yang merupakan zat pembunuh hama. Istilah ini biasanya mengacu pada satu atau lebih bahan yang dikembangkan dan digunakan untuk menghancurkan berbagai hama tertentu. Dalam terminologi hukum, pestisida dapat didefinisikan sebagai bahan yang digunakan untuk mengendalikan, mencegah, menghancurkan, memukul mundur, atau mengurangi hama. Karenanya, bahkan bahan kimia yang tidak benar-benar membunuh hama mungkin, untuk praktikal dan alasan hukum, dianggap pestisida (Ware, 1983). Dalam penerapan di bidang pertanian, ternyata tidak semua pestisida mengenai sasaran. Kurang lebih hanya 20 persen pestisida mengenai sasaran sedangkan 80 persen lainnya jatuh ke tanah. Akumulasi residu pestisida tersebut mengakibatkan pencemaran lahan pertanian. Apabila masuk ke dalam rantai makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, mutasi, bayi lahir cacat, CAIDS (Chemically Acquired Deficiency Syndrom) dan sebagainya (Sa’id, 1994). Penentuan residu pestisida biasanya melibatkan penggunaan bentuk kromatografi. Kebanyakan teknik kromatografi penting bagi penelitian tentang residu pestisida yaitu kromatografi gas (GC), kromatografi cair

description

Bab I Pendahuluan

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pestisida adalah bahan kimia yang merupakan zat pembunuh hama. Istilah ini

biasanya mengacu pada satu atau lebih bahan yang dikembangkan dan digunakan

untuk menghancurkan berbagai hama tertentu. Dalam terminologi hukum, pestisida

dapat didefinisikan sebagai bahan yang digunakan untuk mengendalikan, mencegah,

menghancurkan, memukul mundur, atau mengurangi hama. Karenanya, bahkan bahan

kimia yang tidak benar-benar membunuh hama mungkin, untuk praktikal dan alasan

hukum, dianggap pestisida (Ware, 1983).

Dalam penerapan di bidang pertanian, ternyata tidak semua pestisida mengenai

sasaran. Kurang lebih hanya 20 persen pestisida mengenai sasaran sedangkan 80

persen lainnya jatuh ke tanah. Akumulasi residu pestisida tersebut mengakibatkan

pencemaran lahan pertanian. Apabila masuk ke dalam rantai makanan, sifat beracun

bahan pestisida dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, mutasi, bayi

lahir cacat, CAIDS (Chemically Acquired Deficiency Syndrom) dan sebagainya

(Sa’id, 1994).

Penentuan residu pestisida biasanya melibatkan penggunaan bentuk kromatografi.

Kebanyakan teknik kromatografi penting bagi penelitian tentang residu pestisida yaitu

kromatografi gas (GC), kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) dan kromatografi

lapis tipis (TLC). Spektrofotometri juga bisa digunakan untuk identifikasi banyak

pestisida, dan alat kalorimetrik yang tersedia untuk koresterase penghambat

insektisida dan fungisida (Afful, 2002). Dengan munculnya GC dan HPLC,

penggunaan TLC untuk penentuan kuantitatif residu pestisida menjadi kurang

populer. Namun, untuk tujuan screening dan identifikasi itu masih digunakan di

banyak laboratorium (Yeboah et al., 2003). Harus ditekankan bahwa teknik ini telah

digunakan untuk analisis residu pestisida dalam tanah (Ramasamy, 1969), tanaman

dan sayuran (Yeboah et al., 2002) dan air (Abbot et al., 1965). Namun demikian, TLC

akan terus digunakan dalam pestisida penelitian residu karena kesederhanaan,

fleksibilitas dan mengurangi kebutuhan untuk membersihkan sampel (Ambrus, 1986).

Page 2: BAB I

Kromatografi lapis tipis ialah metode pemisahan fisiko kimia. Lapisan yang

memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada

penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan

dipisah berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita (awal). Setelah pelat atau

lapisanditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang

cocok (fase gerak). Pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan).

Selanjutnya senyawa yang tidak berwarna  harus ditampakkan (dideteksi). Untuk

campuran yang tidak diketahui, lapisan pemisah (sifat penjerap) dan sifat larutan

pengembang harus dipilih dengan tepat, karena keduanya bekerja sama untuk

mencapai pemisahan. Selain itu, hal yang juga penting adalah memilih kondisi kerja

yang optimum yang meliputi sifat pengembangan, atmosfer, bejana, dan lain-lain. 

(Stahl, Egon.1985)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara mengidentifikasi residu pestisida menggunakan teknil

kromatografi lapis tipis (TLC)?

2. Apa kelebihan kromatografi lapis tipis (TLC) dibandingkan dengan teknik

kromatografi yang lain.

1.3 Tujuan

1. Mengetahui cara mengidentifikasi residu pestisida menggunakan teknil

kromatografi lapis tipis (TLC).

2. Mengetahui kelebihan kromatografi lapis tipis (TLC) dibandingkan dengan teknik

kromatografi yang lain.