BAB I
Click here to load reader
-
Upload
nadia-indri -
Category
Documents
-
view
220 -
download
6
description
Transcript of BAB I
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Sejak 1978 ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memulai
programnya “Health for All in 2000”, pelayanan kesehatan primer menjadi
salah satu hal yang utama dalam pengembangan perencanaan pemerintah.
Program tersebut menitikberatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif.
Pada Januari 1995 Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan
Organisasi Dokter Keluarga Dunia yaitu World Organization of National
Colleges, Academies and Academic Associatons of General Practitioner or
Family Physician (WONCA) telah merumuskan sebuah visi global dan
rencana tindakan (action plan) untuk meningkatkan kesehatan individu dan
masyarakat yang tertuang dalam tulisan “Making Medical Practice and
Education More Relevant to People’s Needs: The Role of Family Doctor”.
Dalam acara pembukaan Temu Ilmiah Akbar Kursus Penyegar dan
Penambah Ilmu Kedokteran (TIA-KPPIK) 2002 di Jakarta, Menteri
Kesehatan, Achmad Sujudi, menyatakan bahwa visi dan misi kurikulum
pendidikan dokter di Indonesia sepatutnya diarahkan untuk menghasilkan
dokter keluarga, tidak lagi dokter komunitas atau dokter Puskesmas seperti
sekarang. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
916/Menkes/Per/VIII/1997 tentang Pelayanan Dokter Umum yang
diarahkan menjadi pelayanan dokter keluarga.
Ilmu Kedokteran Keluarga kemudian masuk dalam Kurikulum Inti
Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPDI II) pada tahun 1993, yang
merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kesehatan
Masyarakat.
Definisi dokter keluarga (DK) atau dokter praktek umum (DPU) yang
dicanangkan oleh WONCA pada tahun 1991 adalah dokter yang
mengutamakan penyediaan pelayanan komprehensif bagi semua orang yang
mencari pelayanan kedokteran dan mengatur pelayanan oleh provider lain
bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang menerima semua
2
orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya pembatasan
usia, jenis kelamin ataupun jenis penyakit. Dokter yang mengasuh individu
sebagai bagian dari keluarga dan dalam lingkup komunitas dari individu
tersebut tanpa membedakan ras, budaya dan tingkatan sosial. Secara klinis
dokter ini berkompeten untuk menyediakan pelayanan dengan sangat
mempertimbangkan dan memperhatikan latar budaya, sosial ekonomi dan
psikologis pasien. Sebagai tambahan, dokter ini bertanggung jawab atas
berlangsungnya pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan bagi
pasiennya (Danakusuma, 1996).
Dokter keluarga ini memiliki fungsi sebagai five stars doctor dan
memiliki organisasi yang telah dibentuk yaitu PDKI dan KIKKI yang telah
diketahui oleh IDI.
I.2. TUJUAN
Tujuan umum
Mengetahui tentang kedokteran keluarga beserta sistemnya.
Tujuan khusus
a. Mengetahui tentang pengertian dari kedokteran keluarga
b. Mengetahui sejarah daripada organisasi yang telah terbentuk
c. Mengetahui perbedaan antara dokter keluarga dan dokter praktek umum
I.3. MANFAAT
Menambah wawasan dan keilmuan untuk penulis serta membantu
pembaca khususnya teman-teman mahasiswa lainnya untuk memahami
tentang kedokteran keluarga.
3
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. PENGERTIAN
Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kedokteran dan kesehatan yang
bermutu dan terjangkau sudah sangat didambakan. Sehingga merupakan
tugas profesi untuk mewujudkannya seoptimal mungkin agar masyarakat
tetap dan semakin percaya pada sistem pelayanan kesehatan di Indonesia.
Definisi dokter keluarga atau dokter praktek umum yang dicanangkan
oleh WONCA pada tahun 1991 adalah dokter yang mengutamakan
penyediaan pelayanan komprehensif bagi semua orang yang mencari
pelayanan kedokteran dan mengatur pelayanan oleh provider lain bila
diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang menerima semua
orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya pembatasan
usia, jenis kelamin ataupun jenis penyakit. Dokter yang mengasuh individu
sebagai bagian dari keluarga dan dalam lingkup komunitas dari individu
tersebut tanpa membedakan ras, budaya dan tingkatan sosial. Secara klinis
dokter ini berkompeten untuk menyediakan pelayanan dengan sangat
mempertimbangkan dan memperhatikan latar budaya, sosial ekonomi dan
psikologis pasien. Sebagai tambahan, dokter ini bertanggung jawab atas
berlangsungnya pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan bagi
pasiennya.
Definisi kedokteran keluarga (IKK FK-UI 1996) adalah disiplin ilmu
kedokteran yang mempelajari dinamika kehidupan keluarga, pengaruh
penyakit terhadap fungsi keluarga, pengaruh fungsi keluarga terhadap
timbul dan berkembangnya penyakit, cara pendekatan kesehatan untuk
mengembalikan fungsi tubuh sekaligus fungsi keluarga agar dalam keadaan
normal. Setiap dokter yang mengabdikan dirinya dalam bidang profesi
dokter maupun kesehatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan melalui
pendidikan khusus di bidang kedokteran keluarga yang mempunyai
wewenang untuk menjalankan praktek dokter keluarga.
4
Definisi kedokteran keluarga (PB IDI 1983) adalah ilmu kedokteran
yang mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran yang orientasinya untuk
memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan
dan menyeluruh kepada kesatuan individu, keluarga, masyarakat dengan
memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama dikenal sebagai primary health care,
yang mencangkup tujuh pelayanan (Muhyidin, 1996) :
1. Promosi kesehatan
2. KIA
3. KB
4. Gizi
5. Kesehatan lingkungan
6. Pengendalian penyakit menular
7. Pengobatan dasar
II.2. TUJUAN PELAYANAN DOKTER KELUARGA
Tujuan pelayanan dokter keluarga mencakup bidang yang amat luas
sekali. Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam
(Azwar, 1995) :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pelayanan dokter keluarga adalah sama dengan tujuan
pelayanan kedokteran dan atau pelayanan kesehatan pada umumnya,
yakni terwujudnya keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga.
2. Tujuan Khusus
Sedangkan tujuan khusus pelayanan dokter keluarga dapat dibedakan
atas dua macam :
a. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang
lebih efektif. Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya,
pelayanan dokter keluarga memang lebih efektif. Ini disebabkan
karena dalam menangani suatu masalah kesehatan, perhatian tidak
hanya ditujukan pada keluhan yang disampaikan saja, tetapi pada
5
pasien sebagai manusia seutuhnya, dan bahkan sebagai bagian dari
anggota keluarga dengan lingkungannya masing-masing. Dengan
diperhatikannya berbagai faktor yang seperti ini, maka pengelolaan
suatu masalah kesehatan akan dapat dilakukan secara sempurna dan
karena itu penyelesaian suatu masalah kesehatan akan dapat pula
diharapkan lebih memuaskan.
b. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang
lebih efisien. Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya,
pelayanan dokter keluarga juga lebih mengutamakan pelayanan
pencegahan penyakit serta diselenggarakan secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan. Dengan diutamakannya pelayanan
pencegahan penyakit, maka berarti angka jatuh sakit akan menurun,
yang apabila dapat dipertahankan, pada gilirannya akan berperan
besar dalam menurunkan biaya kesehatan. Hal yang sama juga
ditemukan pada pelayanan yang menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Karena salah satu keuntungan dari pelayanan
yang seperti ini ialah dapat dihindarkannya tindakan dan atau
pemeriksaan kedokteran yang berulang-ulang, yang besar
peranannya dalam mencegah penghamburan dana kesehatan yang
jumlahnya telah diketahui selalu bersifat terbatas.
II.3. MANFAAT PELAYANAN DOKTER KELUARGA
Apabila pelayanan dokter keluarga dapat diselenggarakan dengan baik,
akan banyak manfaat yang diperoleh. Manfaat yang dimaksud antara lain
adalah (Cambridge Research Institute, 1976) :
1. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai
manusia seutuhnya, bukan hanya terhadap keluhan yang disampaikan.
2. Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dan
dijamin kesinambungan pelayanan kesehatan.
3. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akan lebih baik
dan terarah, terutama ditengah-tengah kompleksitas pelayanan kesehatan
saat ini.
6
4. Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga
penanganan suatu masalah kesehatan tidak menimbulkan berbagai
masalah lainnya.
5. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan, maka segala
keterangan tentang keluarga tersebut, baik keterangan kesehatan dan
ataupun keterangan keadaan sosial dapat dimanfaatkan dalam
menangani masalah kesehatan yang sedang dihadapi.
6. Akan dapat diperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi
timbulnya penyakit, termasuk faktor sosial dan psikologis.
7. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tata
cara yang lebih sederhana dan tidak begitu mahal dan karena itu akan
meringankan biaya kesehatan.
8. Akan dapat dicegah pemakaian berbagai peralatan kedokteran canggih
yang memberatkan biaya kesehatan.
II.4. FUNGSI, TUGAS DAN KOMPETENSI DOKTER KELUARGA
Dokter keluarga memiliki 5 fungsi yang dimiliki, yaitu (Azrul Azwar,
dkk. 2004) :
a. Care Provider (Penyelenggara Pelayanan Kesehatan)
Yang mempertimbangkan pasien secara holistik sebagai seorang
individu dan sebagai bagian integral (tak terpisahkan) dari keluarga,
komunitas, lingkungannya, dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang berkualitas tinggi, komprehensif, kontinu, dan personal dalam
jangka waktu panjang dalam wujud hubungan profesional dokter-pasien
yang saling menghargai dan mempercayai. Juga sebagai pelayanan
komprehensif yang manusiawi namun tetap dapat dapat diaudit dan
dipertangungjawabkan
b. Comunicator (Penghubung atau Penyampai Pesan)
Yang mampu memperkenalkan pola hidup sehat melalui penjelasan
yang efektif sehingga memberdayakan pasien dan keluarganya untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatannya sendiri serta memicu
7
perubahan cara berpikir menuju sehat dan mandiri kepada pasien dan
komunitasnya
c. Decision Maker (Pembuat Keputusan)
Yang melakukan pemeriksaan pasien, pengobatan, dan pemanfaatan
teknologi kedokteran berdasarkan kaidah ilmiah yang mapan dengan
mempertimbangkan harapan pasien, nilai etika, “cost effectiveness”
untuk kepentingan pasien sepenuhnya dan membuat keputusan klinis
yang ilmiah dan empatik
d. Manager
Yang dapat berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di
dalam maupun di luar sistem kesehatan agar dapat memenuhi
kebutuhan pasien dan komunitasnya berdasarkan data kesehatan yang
ada. Menjadi dokter yang cakap memimpin klinik, sehat, sejahtera, dan
bijaksana
e. Community Leader (Pemimpin Masyarakat)
Yang memperoleh kepercayaan dari komunitas pasien yang
dilayaninya, menyearahkan kebutuhan kesehatan individu dan
komunitasnya, memberikan nasihat kepada kelompok penduduk dan
melakukan kegaiatan atas nama masyarakat dan menjadi panutan
masyarakat
Selain fungsi, ada pula tugas dokter keluarga, yaitu :
a. Mendiagnosis dan memberikan pelayanan aktif saat sehat dan sakit
b. Melayani individu dan keluarganya
c. Membina dan mengikut sertakan keluarga dalam upaya penanganan
penyakit
d. Menangani penyakit akut dan kronik
e. Merujuk ke dokter spesialis
8
Kewajiban dokter keluarga :
a. Menjunjung tinggi profesionalisme
b. Menerapkan prinsip kedokteran keluarga dalam praktek
c. Bekerja dalam tim kesehatan
d. Menjadi sumber daya kesehatan
e. Melakukan riset untuk pengembangan layanan primer
Kompetensi dokter keluarga yang tercantum dalam Standar Kompetensi
Dokter Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga
Indonesia tahun 2006 adalah (Danasari, 2008) :
a. Keterampilan komunikasi efektif
b. Keterampilan klinik dasar
c. Keterampilan menerapkan dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu
perilaku dan epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga
d. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga
ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik,
berkesinambungan, terkoordinir dan bekerja sama dalam konteks
Pelayanan Kesehatan Primer
e. Memanfaatkan, menilai secara kritis dan mengelola informasi
f. Mawas diri dan pengembangan diri atau belajar sepanjang hayat
g. Etika moral dan profesionalisme dalam praktek
II.5. ORGANISASI PADA DOKTER KELUARGA
Pada dokter keluarga, memiliki 2 organisasi yang akan dibahas sebagai
berikut :
a. Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI)
Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI) yang saat ini seluruh
anggotanya adalah Dokter Praktik Umum (DPU) yang tersebar di seluruh
pelosok Indonesia. Jumlah anggota yang telah mendaftar sekitar 3000 orang.
Semua anggota PDKI adalah anggota IDI. PDKI merupakan organisasi
profesi dokter penyelenggara pelayanan kesehatan tingkat primer yang
utama.
9
Ciri dokter layanan primer adalah (Danasari, 2008) :
1. Menjadi kontak pertama dengan pasien dan memberi pembinaan
berkelanjutan (continuing care)
2. Membuat diagnosis medis dan penangannnya
3. Membuat diagnosis psikologis dan penangannya
4. Memberi dukungan personal bagi setiap pasien dengan berbagai latar
belakang dan berbagai stadium penyakit
5. Mengkomunikasikan informasi tentang pencegahan, diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
6. Melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit kronik dan
kecacatan melalui penilaian risiko, pendidikan kesehatan, deteksi
dini penyakit, terapi preventif, dan perubahan perilaku.
Setiap dokter yang menyelenggarakan pelayanan seperti di atas
dapat menjadi anggota PDKI. Anggota PDKI adalah semua dokter
penyelenggara pelayanan kesehatan tingkat primer baik yang baru lulus
maupun yang telah lama berpraktik sebagai Dokter Praktik Umum.
Dokter penyelenggara tingkat primer, yaitu :
1. Dokter praktik umum yang praktik pribadi
2. Dokter keluarga yang praktik pribadi
3. Dokter layanan primer lainnya seperti :
a. Dokter praktik umum yang bersama
b. Dokter perusahaan
c. Dokter bandara
d. Dokter pelabuhan
e. Dokter kampus
f. Dokter pesantren
g. Dokter haji
h. Dokter puskesmas
i. Dokter yang bekerja di unit gawat darurat
j. Dokter yang bekerja di poliklinik umum RS
k. Dokter praktik umum yang bekerja di bagian pelayanan khusus
10
Sejarah PDKI
PDKI pada awalnya merupakan sebuah kelompok studi yang
bernama Kelompok Studi Dokter Keluarga (KSDK, 1983), sebuah
organisasi dokter seminat di bawah IDI. Anggotanya beragam, terdiri
atas dokter praktik umum dan dokter spesialis. Pada tahun 1986, menjadi
anggota organisasi dokter keluarga sedunia (WONCA). Pada tahun 1990,
setelah Kongres Nasional di Bogor, yang bersamaan dengan Kongres
Dokter Keluarga Asia-Pasifik di Bali, namanya diubah menjadi Kolese
Dokter Keluarga Indonesia (KDKI), namun tetap sebagai organisasi
dokter seminat. Pada tahun 2003, dalam Kongres Nasional di Surabaya,
ditasbihkan sebagai perhimpunan profesi, yang anggotanya terdiri atas
dokter praktik umum, dengan nama Perhimpunan Dokter Keluarga
Indonesia (PDKI), namun saat itu belum mempunyai kolegium yang
berfungsi.
Dalam Kongres Nasional di Makassar 2006 didirikan Kolegium Ilmu
Kedokteran Keluarga (KIKK) dan telah dilaporkan ke Ikatan Dokter
Indonesia (IDI) dan Masyarakat Kestabilan dan Kendali Indonesia
(MKKI).
Continuing Professional Development (CPD) yang dilakukan oleh
Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI) adalah :
1. Pelatihan Paket A : Pengenalan Konsep Dokter Keluarga
2. Pelatihan Paket B : Manajemen Pelayanan Dokter Keluarga
3. Pelatihan Paket C : Pengetahuan Medis Dasar dan Keterampilan
Teknis Medis
4. Pelatihan Paket D : Pengetahuan Mutakhir Kedokteran
5. Konversi DPU menjadi DK bagi dokter yang telah praktek 5 tahun
atau lebih dan masih punya izin praktek dengan mengisi borang yang
telah disediakan sampai tahun 2012, setelah itu bila ingin jadi dokter
keluarga harus mengikuti pendidikan formal baik S2 atau spesialis
DK
6. Pengisian modul DK
7. Kerja sama dengan Australia dengan mengisi modul online
11
b. Kolegium Ilmu Kedokteran Keluarga Indonesia ( KIKKI )
Dipilih dalam Kongres Nasional VII di Makassar 30 Agustus 2006 – 2
September 2006, dan telah dilaporkan ke PB IDI Pusat dan MKKI.
Kolegium memang harus ada dalam sebuah organisasi profesi. Jadi PDKI
harus mempunyai kolegium yang akan memberikan pengakuan kompetensi
keprofesian kepada setiap anggotanya. Dalam PDKI lembaga ini yang
diangkat oleh kongres dan bertugas sebagai berikut :
1. Melaksanakan isi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta
semua keputusan yang ditetapkan kongres
2. Mempunyai kewenangan menetapkan, melaksanakan, dan
mengevaluasi kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan sistem
pendidikan profesi bidang kedokteran keluarga
3. Mengkoordinasikan kegiatan kolegium kedokteran
4. Mewakili PDKI dalam pendidikan profesi bidang kedokteran keluarga
5. Menetapkan program studi pendidikan profesi bidang kedokteran
keluarga beserta kurikulumnya
6. Menetapkan kebijakan dan pengendalian uji kompetensi nasional
pendidikan profesi kedokteran keluarga
7. Menetapkan pengakuan keahlian (sertfikasi dan resertifikasi)
8. Menetapkan kebijakan akreditasi pusat pendidikan dan rumah sakit
pendidikan untuk pendidikan dokter keluarga
9. Mengembangkan sistem informasi pendidikan profesi bidang
kedokteran keluarga
Angota KIKK terdiri atas anggota PDKI yang dinilai mempunyai
tingkat integritas dan kepakaran yang tinggi untuk menilai kompetensi
keprofesian anggotanya. Atas anjuran dan himbauan IDI sebaiknya KIKK
digabung dengan KDI karena keduanya menerbitan sertifikat kompetensi
untuk Dokter Pelayanan Primer (DPP). Setelah melalui diskusi yang
berkepanjangan akhirnya bergabung dengan nama Kolegium Dokter dan
Dokter Keluarga (KDDKI) yang untuk sementara melanjutkan tugas
masing-masing, unsur KDI memberikan sertifikat kepada dokter yang baru
12
lulus sedangkan unsur KIKK memberikan sertifikat kompetensi
(resertifikasi) kepada DPP yang akan mendaftar kembali ke KKI
(Qomariah, 2000).
II.6. PERBEDAAN DOKTER PRAKTEK UMUM DAN DOKTER
KELUARGA
Tabel ini menjelaskan tentang perbedaan antara dokter praktek umum
dengan dokter keluarga (Qomariah, 2000) :
DOKTER PRAKTEK
UMUM
DOKTER
KELUARGA
Cakupan Pelayanan Terbatas Lebih Luas
Sifat Pelayanan Sesuai Keluhan
Menyeluruh, Paripurna,
bukan sekedar yang
dikeluhkan
Cara PelayananKasus per kasus dengan
pengamatan sesaat
Kasus per kasus dengan
berkesinambungan
sepanjang hayat
Jenis PelayananLebih kuratif hanya
untuk penyakit tertentu
Lebih kearah
pencegahan, tanpa
mengabaikan
pengobatan dan
rehabilitasi
Peran keluargaKurang
dipertimbangkan
Lebih diperhatikan dan
dilibatkan
Promotif dan
pencegahanTidak jadi perhatian Jadi perhatian utama
Hubungan dokter-
pasienDokter – pasien
Dokter – pasien – teman
sejawat dan konsultan
Awal pelayanan Secara individual
Secara individual
sebagai bagian dari
keluarga komunitas dan
lingkungan
13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
III.1. KESIMPULAN
Dokter keluarga merupakan profesi dokter yang dapat mencegah
terjadinya pembengkakkan biaya dengan cara memperhatikan riwayat
daripada suatu keluarga. Dengan tindakan seperti itulah dokter keluarga
dapat mencegah penyakit yang akan timbul. Dan ini pula yang dilewati oleh
dokter praktek umum.
Dokter keluarga juga dapat berperan sebagaimana layaknya dokter
praktek umum, yaitu sama-sama sebagai five stars doctor dimana mereka
menjadi communicator, care provider, decision maker, community leader
dan manager. Selain itu juga, dokter keluarga tergabung dalam organisasi
Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI) dan Kolegium Ilmu
Kedokteran Keluarga Indonesia (KIKKI).
PDKI terbentuk pada tahun 2003 dengan anggotanya adalah dokter
praktik umum (IDI) yang juga bekerja sebagai pelayanan jasa primer.
Kemudian, pada kongres selanjutnya mendirikan kolega yaitu Kolegium
Ilmu Kedokteran Keluarga Indonesia (KIKKI).
Namun, ada juga perbedaan antara dokter praktik umum dan dokter
keluarga yang dapat dilihat dari cakupan pelayanan, sifat pelayanan, cara
pelayanan, jenis pelayanan, dan lain-lain.
III.2. SARAN
Jadilah seorang dokter yang profesional sehingga dapat dipercaya oleh
banyak orang.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Azwar, Azrul. 1995. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. IDI : Jakarta
2. Azwar, Azrul ; Gan, Goh Lee ; Wonodirekso, Sugito. 2004. A Primer On
Family Medicine Practice. Singapore International Foundation : Singapore
3. Danakusuma, Muhyidin. 1996. Pengantar Kesehatan Masyarakat dan
Kedokteran Komunitas. IDI : Jakarta
4. Danasari. 2008. Standar Kompetensi Dokter Keluarga. PDKI : Jakarta
5. Qomariah. 2000. Sekilas Kedokteran Keluarga. FK-Yarsi : Jakarta