BAB I

21

Click here to load reader

description

medisch

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Sejak 1978 ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memulai

programnya “Health for All in 2000”, pelayanan kesehatan primer menjadi

salah satu hal yang utama dalam pengembangan perencanaan pemerintah.

Program tersebut menitikberatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif.

Pada Januari 1995 Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan

Organisasi Dokter Keluarga Dunia yaitu World Organization of National

Colleges, Academies and Academic Associatons of General Practitioner or

Family Physician (WONCA) telah merumuskan sebuah visi global dan

rencana tindakan (action plan) untuk meningkatkan kesehatan individu dan

masyarakat yang tertuang dalam tulisan “Making Medical Practice and

Education More Relevant to People’s Needs: The Role of Family Doctor”.

Dalam acara pembukaan Temu Ilmiah Akbar Kursus Penyegar dan

Penambah Ilmu Kedokteran (TIA-KPPIK) 2002 di Jakarta, Menteri

Kesehatan, Achmad Sujudi, menyatakan bahwa visi dan misi kurikulum

pendidikan dokter di Indonesia sepatutnya diarahkan untuk menghasilkan

dokter keluarga, tidak lagi dokter komunitas atau dokter Puskesmas seperti

sekarang. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

916/Menkes/Per/VIII/1997 tentang Pelayanan Dokter Umum yang

diarahkan menjadi pelayanan dokter keluarga.

Ilmu Kedokteran Keluarga kemudian masuk dalam Kurikulum Inti

Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPDI II) pada tahun 1993, yang

merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kesehatan

Masyarakat.

Definisi dokter keluarga (DK) atau dokter praktek umum (DPU) yang

dicanangkan oleh WONCA pada tahun 1991 adalah dokter yang

mengutamakan penyediaan pelayanan komprehensif bagi semua orang yang

mencari pelayanan kedokteran dan mengatur pelayanan oleh provider lain

bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang menerima semua

Page 2: BAB I

2

orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya pembatasan

usia, jenis kelamin ataupun jenis penyakit. Dokter yang mengasuh individu

sebagai bagian dari keluarga dan dalam lingkup komunitas dari individu

tersebut tanpa membedakan ras, budaya dan tingkatan sosial. Secara klinis

dokter ini berkompeten untuk menyediakan pelayanan dengan sangat

mempertimbangkan dan memperhatikan latar budaya, sosial ekonomi dan

psikologis pasien. Sebagai tambahan, dokter ini bertanggung jawab atas

berlangsungnya pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan bagi

pasiennya (Danakusuma, 1996).

Dokter keluarga ini memiliki fungsi sebagai five stars doctor dan

memiliki organisasi yang telah dibentuk yaitu PDKI dan KIKKI yang telah

diketahui oleh IDI.

I.2. TUJUAN

Tujuan umum

Mengetahui tentang kedokteran keluarga beserta sistemnya.

Tujuan khusus

a. Mengetahui tentang pengertian dari kedokteran keluarga

b. Mengetahui sejarah daripada organisasi yang telah terbentuk

c. Mengetahui perbedaan antara dokter keluarga dan dokter praktek umum

I.3. MANFAAT

Menambah wawasan dan keilmuan untuk penulis serta membantu

pembaca khususnya teman-teman mahasiswa lainnya untuk memahami

tentang kedokteran keluarga.

Page 3: BAB I

3

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. PENGERTIAN

Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kedokteran dan kesehatan yang

bermutu dan terjangkau sudah sangat didambakan. Sehingga merupakan

tugas profesi untuk mewujudkannya seoptimal mungkin agar masyarakat

tetap dan semakin percaya pada sistem pelayanan kesehatan di Indonesia.

Definisi dokter keluarga atau dokter praktek umum yang dicanangkan

oleh WONCA pada tahun 1991 adalah dokter yang mengutamakan

penyediaan pelayanan komprehensif bagi semua orang yang mencari

pelayanan kedokteran dan mengatur pelayanan oleh provider lain bila

diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang menerima semua

orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya pembatasan

usia, jenis kelamin ataupun jenis penyakit. Dokter yang mengasuh individu

sebagai bagian dari keluarga dan dalam lingkup komunitas dari individu

tersebut tanpa membedakan ras, budaya dan tingkatan sosial. Secara klinis

dokter ini berkompeten untuk menyediakan pelayanan dengan sangat

mempertimbangkan dan memperhatikan latar budaya, sosial ekonomi dan

psikologis pasien. Sebagai tambahan, dokter ini bertanggung jawab atas

berlangsungnya pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan bagi

pasiennya.

Definisi kedokteran keluarga (IKK FK-UI 1996) adalah disiplin ilmu

kedokteran yang mempelajari dinamika kehidupan keluarga, pengaruh

penyakit terhadap fungsi keluarga, pengaruh fungsi keluarga terhadap

timbul dan berkembangnya penyakit, cara pendekatan kesehatan untuk

mengembalikan fungsi tubuh sekaligus fungsi keluarga agar dalam keadaan

normal. Setiap dokter yang mengabdikan dirinya dalam bidang profesi

dokter maupun kesehatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan melalui

pendidikan khusus di bidang kedokteran keluarga yang mempunyai

wewenang untuk menjalankan praktek dokter keluarga.

Page 4: BAB I

4

Definisi kedokteran keluarga (PB IDI 1983) adalah ilmu kedokteran

yang mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran yang orientasinya untuk

memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan

dan menyeluruh kepada kesatuan individu, keluarga, masyarakat dengan

memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya.

Pelayanan kesehatan tingkat pertama dikenal sebagai primary health care,

yang mencangkup tujuh pelayanan (Muhyidin, 1996) :

1. Promosi kesehatan

2. KIA

3. KB

4. Gizi

5. Kesehatan lingkungan

6. Pengendalian penyakit menular

7. Pengobatan dasar

II.2. TUJUAN PELAYANAN DOKTER KELUARGA

Tujuan pelayanan dokter keluarga mencakup bidang yang amat luas

sekali. Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam

(Azwar, 1995) :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum pelayanan dokter keluarga adalah sama dengan tujuan

pelayanan kedokteran dan atau pelayanan kesehatan pada umumnya,

yakni terwujudnya keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga.

2. Tujuan Khusus

Sedangkan tujuan khusus pelayanan dokter keluarga dapat dibedakan

atas dua macam :

a. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang

lebih efektif. Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya,

pelayanan dokter keluarga memang lebih efektif. Ini disebabkan

karena dalam menangani suatu masalah kesehatan, perhatian tidak

hanya ditujukan pada keluhan yang disampaikan saja, tetapi pada

Page 5: BAB I

5

pasien sebagai manusia seutuhnya, dan bahkan sebagai bagian dari

anggota keluarga dengan lingkungannya masing-masing. Dengan

diperhatikannya berbagai faktor yang seperti ini, maka pengelolaan

suatu masalah kesehatan akan dapat dilakukan secara sempurna dan

karena itu penyelesaian suatu masalah kesehatan akan dapat pula

diharapkan lebih memuaskan.

b. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang

lebih efisien. Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya,

pelayanan dokter keluarga juga lebih mengutamakan pelayanan

pencegahan penyakit serta diselenggarakan secara menyeluruh,

terpadu dan berkesinambungan. Dengan diutamakannya pelayanan

pencegahan penyakit, maka berarti angka jatuh sakit akan menurun,

yang apabila dapat dipertahankan, pada gilirannya akan berperan

besar dalam menurunkan biaya kesehatan. Hal yang sama juga

ditemukan pada pelayanan yang menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan. Karena salah satu keuntungan dari pelayanan

yang seperti ini ialah dapat dihindarkannya tindakan dan atau

pemeriksaan kedokteran yang berulang-ulang, yang besar

peranannya dalam mencegah penghamburan dana kesehatan yang

jumlahnya telah diketahui selalu bersifat terbatas.

II.3. MANFAAT PELAYANAN DOKTER KELUARGA

Apabila pelayanan dokter keluarga dapat diselenggarakan dengan baik,

akan banyak manfaat yang diperoleh. Manfaat yang dimaksud antara lain

adalah (Cambridge Research Institute, 1976) :

1. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai

manusia seutuhnya, bukan hanya terhadap keluhan yang disampaikan.

2. Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dan

dijamin kesinambungan pelayanan kesehatan.

3. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akan lebih baik

dan terarah, terutama ditengah-tengah kompleksitas pelayanan kesehatan

saat ini.

Page 6: BAB I

6

4. Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga

penanganan suatu masalah kesehatan tidak menimbulkan berbagai

masalah lainnya.

5. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan, maka segala

keterangan tentang keluarga tersebut, baik keterangan kesehatan dan

ataupun keterangan keadaan sosial dapat dimanfaatkan dalam

menangani masalah kesehatan yang sedang dihadapi.

6. Akan dapat diperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi

timbulnya penyakit, termasuk faktor sosial dan psikologis.

7. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tata

cara yang lebih sederhana dan tidak begitu mahal dan karena itu akan

meringankan biaya kesehatan.

8. Akan dapat dicegah pemakaian berbagai peralatan kedokteran canggih

yang memberatkan biaya kesehatan.

II.4. FUNGSI, TUGAS DAN KOMPETENSI DOKTER KELUARGA

Dokter keluarga memiliki 5 fungsi yang dimiliki, yaitu (Azrul Azwar,

dkk. 2004) :

a. Care Provider (Penyelenggara Pelayanan Kesehatan)

Yang mempertimbangkan pasien secara holistik sebagai seorang

individu dan sebagai bagian integral (tak terpisahkan) dari keluarga,

komunitas, lingkungannya, dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan

yang berkualitas tinggi, komprehensif, kontinu, dan personal dalam

jangka waktu panjang dalam wujud hubungan profesional dokter-pasien

yang saling menghargai dan mempercayai. Juga sebagai pelayanan

komprehensif yang manusiawi namun tetap dapat dapat diaudit dan

dipertangungjawabkan

b. Comunicator (Penghubung atau Penyampai Pesan)

Yang mampu memperkenalkan pola hidup sehat melalui penjelasan

yang efektif sehingga memberdayakan pasien dan keluarganya untuk

meningkatkan dan memelihara kesehatannya sendiri serta memicu

Page 7: BAB I

7

perubahan cara berpikir menuju sehat dan mandiri kepada pasien dan

komunitasnya

c. Decision Maker (Pembuat Keputusan)

Yang melakukan pemeriksaan pasien, pengobatan, dan pemanfaatan

teknologi kedokteran berdasarkan kaidah ilmiah yang mapan dengan

mempertimbangkan harapan pasien, nilai etika, “cost effectiveness”

untuk kepentingan pasien sepenuhnya dan membuat keputusan klinis

yang ilmiah dan empatik

d. Manager

Yang dapat berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di

dalam maupun di luar sistem kesehatan agar dapat memenuhi

kebutuhan pasien dan komunitasnya berdasarkan data kesehatan yang

ada. Menjadi dokter yang cakap memimpin klinik, sehat, sejahtera, dan

bijaksana

e. Community Leader (Pemimpin Masyarakat)

Yang memperoleh kepercayaan dari komunitas pasien yang

dilayaninya, menyearahkan kebutuhan kesehatan individu dan

komunitasnya, memberikan nasihat kepada kelompok penduduk dan

melakukan kegaiatan atas nama masyarakat dan menjadi panutan

masyarakat

Selain fungsi, ada pula tugas dokter keluarga, yaitu :

a. Mendiagnosis dan memberikan pelayanan aktif saat sehat dan sakit

b. Melayani individu dan keluarganya

c. Membina dan mengikut sertakan keluarga dalam upaya penanganan

penyakit

d. Menangani penyakit akut dan kronik

e. Merujuk ke dokter spesialis

Page 8: BAB I

8

Kewajiban dokter keluarga :

a. Menjunjung tinggi profesionalisme

b. Menerapkan prinsip kedokteran keluarga dalam praktek

c. Bekerja dalam tim kesehatan

d. Menjadi sumber daya kesehatan

e. Melakukan riset untuk pengembangan layanan primer

Kompetensi dokter keluarga yang tercantum dalam Standar Kompetensi

Dokter Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga

Indonesia tahun 2006 adalah (Danasari, 2008) :

a. Keterampilan komunikasi efektif

b. Keterampilan klinik dasar

c. Keterampilan menerapkan dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu

perilaku dan epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga

d. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga

ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik,

berkesinambungan, terkoordinir dan bekerja sama dalam konteks

Pelayanan Kesehatan Primer

e. Memanfaatkan, menilai secara kritis dan mengelola informasi

f. Mawas diri dan pengembangan diri atau belajar sepanjang hayat

g. Etika moral dan profesionalisme dalam praktek

II.5. ORGANISASI PADA DOKTER KELUARGA

Pada dokter keluarga, memiliki 2 organisasi yang akan dibahas sebagai

berikut :

a. Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI)

Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI) yang saat ini seluruh

anggotanya adalah Dokter Praktik Umum (DPU) yang tersebar di seluruh

pelosok Indonesia. Jumlah anggota yang telah mendaftar sekitar 3000 orang.

Semua anggota PDKI adalah anggota IDI. PDKI merupakan organisasi

profesi dokter penyelenggara pelayanan kesehatan tingkat primer yang

utama.

Page 9: BAB I

9

Ciri dokter layanan primer adalah (Danasari, 2008) :

1. Menjadi kontak pertama dengan pasien dan memberi pembinaan

berkelanjutan (continuing care)

2. Membuat diagnosis medis dan penangannnya

3. Membuat diagnosis psikologis dan penangannya

4. Memberi dukungan personal bagi setiap pasien dengan berbagai latar

belakang dan berbagai stadium penyakit

5. Mengkomunikasikan informasi tentang pencegahan, diagnosis,

pengobatan, dan prognosis

6. Melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit kronik dan

kecacatan melalui penilaian risiko, pendidikan kesehatan, deteksi

dini penyakit, terapi preventif, dan perubahan perilaku.

Setiap dokter yang menyelenggarakan pelayanan seperti di atas

dapat menjadi anggota PDKI. Anggota PDKI adalah semua dokter

penyelenggara pelayanan kesehatan tingkat primer baik yang baru lulus

maupun yang telah lama berpraktik sebagai Dokter Praktik Umum.

Dokter penyelenggara tingkat primer, yaitu :

1. Dokter praktik umum yang praktik pribadi

2. Dokter keluarga yang praktik pribadi

3. Dokter layanan primer lainnya seperti :

a. Dokter praktik umum yang bersama

b. Dokter perusahaan

c. Dokter bandara

d. Dokter pelabuhan

e. Dokter kampus

f. Dokter pesantren

g. Dokter haji

h. Dokter puskesmas

i. Dokter yang bekerja di unit gawat darurat

j. Dokter yang bekerja di poliklinik umum RS

k. Dokter praktik umum yang bekerja di bagian pelayanan khusus

Page 10: BAB I

10

Sejarah PDKI

PDKI pada awalnya merupakan sebuah kelompok studi yang

bernama Kelompok Studi Dokter Keluarga (KSDK, 1983), sebuah

organisasi dokter seminat di bawah IDI. Anggotanya beragam, terdiri

atas dokter praktik umum dan dokter spesialis. Pada tahun 1986, menjadi

anggota organisasi dokter keluarga sedunia (WONCA). Pada tahun 1990,

setelah Kongres Nasional di Bogor, yang bersamaan dengan Kongres

Dokter Keluarga Asia-Pasifik di Bali, namanya diubah menjadi Kolese

Dokter Keluarga Indonesia (KDKI), namun tetap sebagai organisasi

dokter seminat. Pada tahun 2003, dalam Kongres Nasional di Surabaya,

ditasbihkan sebagai perhimpunan profesi, yang anggotanya terdiri atas

dokter praktik umum, dengan nama Perhimpunan Dokter Keluarga

Indonesia (PDKI), namun saat itu belum mempunyai kolegium yang

berfungsi.

Dalam Kongres Nasional di Makassar 2006 didirikan Kolegium Ilmu

Kedokteran Keluarga (KIKK) dan telah dilaporkan ke Ikatan Dokter

Indonesia (IDI) dan Masyarakat Kestabilan dan Kendali Indonesia

(MKKI).

Continuing Professional Development (CPD) yang dilakukan oleh

Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI) adalah :

1. Pelatihan Paket A : Pengenalan Konsep Dokter Keluarga

2. Pelatihan Paket B : Manajemen Pelayanan Dokter Keluarga

3. Pelatihan Paket C : Pengetahuan Medis Dasar dan Keterampilan

Teknis Medis

4. Pelatihan Paket D : Pengetahuan Mutakhir Kedokteran

5. Konversi DPU menjadi DK bagi dokter yang telah praktek 5 tahun

atau lebih dan masih punya izin praktek dengan mengisi borang yang

telah disediakan sampai tahun 2012, setelah itu bila ingin jadi dokter

keluarga harus mengikuti pendidikan formal baik S2 atau spesialis

DK

6. Pengisian modul DK

7. Kerja sama dengan Australia dengan mengisi modul online

Page 11: BAB I

11

b. Kolegium Ilmu Kedokteran Keluarga Indonesia ( KIKKI )

Dipilih dalam Kongres Nasional VII di Makassar 30 Agustus 2006 – 2

September 2006, dan telah dilaporkan ke PB IDI Pusat dan MKKI.

Kolegium memang harus ada dalam sebuah organisasi profesi. Jadi PDKI

harus mempunyai kolegium yang akan memberikan pengakuan kompetensi

keprofesian kepada setiap anggotanya. Dalam PDKI lembaga ini yang

diangkat oleh kongres dan bertugas sebagai berikut :

1. Melaksanakan isi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta

semua keputusan yang ditetapkan kongres

2. Mempunyai kewenangan menetapkan, melaksanakan, dan

mengevaluasi kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan sistem

pendidikan profesi bidang kedokteran keluarga

3. Mengkoordinasikan kegiatan kolegium kedokteran

4. Mewakili PDKI dalam pendidikan profesi bidang kedokteran keluarga

5. Menetapkan program studi pendidikan profesi bidang kedokteran

keluarga beserta kurikulumnya

6. Menetapkan kebijakan dan pengendalian uji kompetensi nasional

pendidikan profesi kedokteran keluarga

7. Menetapkan pengakuan keahlian (sertfikasi dan resertifikasi)

8. Menetapkan kebijakan akreditasi pusat pendidikan dan rumah sakit

pendidikan untuk pendidikan dokter keluarga

9. Mengembangkan sistem informasi pendidikan profesi bidang

kedokteran keluarga

Angota KIKK terdiri atas anggota PDKI yang dinilai mempunyai

tingkat integritas dan kepakaran yang tinggi untuk menilai kompetensi

keprofesian anggotanya. Atas anjuran dan himbauan IDI sebaiknya KIKK

digabung dengan KDI karena keduanya menerbitan sertifikat kompetensi

untuk Dokter Pelayanan Primer (DPP). Setelah melalui diskusi yang

berkepanjangan akhirnya bergabung dengan nama Kolegium Dokter dan

Dokter Keluarga (KDDKI) yang untuk sementara melanjutkan tugas

masing-masing, unsur KDI memberikan sertifikat kepada dokter yang baru

Page 12: BAB I

12

lulus sedangkan unsur KIKK memberikan sertifikat kompetensi

(resertifikasi) kepada DPP yang akan mendaftar kembali ke KKI

(Qomariah, 2000).

II.6. PERBEDAAN DOKTER PRAKTEK UMUM DAN DOKTER

KELUARGA

Tabel ini menjelaskan tentang perbedaan antara dokter praktek umum

dengan dokter keluarga (Qomariah, 2000) :

DOKTER PRAKTEK

UMUM

DOKTER

KELUARGA

Cakupan Pelayanan Terbatas Lebih Luas

Sifat Pelayanan Sesuai Keluhan

Menyeluruh, Paripurna,

bukan sekedar yang

dikeluhkan

Cara PelayananKasus per kasus dengan

pengamatan sesaat

Kasus per kasus dengan

berkesinambungan

sepanjang hayat

Jenis PelayananLebih kuratif hanya

untuk penyakit tertentu

Lebih kearah

pencegahan, tanpa

mengabaikan

pengobatan dan

rehabilitasi

Peran keluargaKurang

dipertimbangkan

Lebih diperhatikan dan

dilibatkan

Promotif dan

pencegahanTidak jadi perhatian Jadi perhatian utama

Hubungan dokter-

pasienDokter – pasien

Dokter – pasien – teman

sejawat dan konsultan

Awal pelayanan Secara individual

Secara individual

sebagai bagian dari

keluarga komunitas dan

lingkungan

Page 13: BAB I

13

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

III.1. KESIMPULAN

Dokter keluarga merupakan profesi dokter yang dapat mencegah

terjadinya pembengkakkan biaya dengan cara memperhatikan riwayat

daripada suatu keluarga. Dengan tindakan seperti itulah dokter keluarga

dapat mencegah penyakit yang akan timbul. Dan ini pula yang dilewati oleh

dokter praktek umum.

Dokter keluarga juga dapat berperan sebagaimana layaknya dokter

praktek umum, yaitu sama-sama sebagai five stars doctor dimana mereka

menjadi communicator, care provider, decision maker, community leader

dan manager. Selain itu juga, dokter keluarga tergabung dalam organisasi

Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI) dan Kolegium Ilmu

Kedokteran Keluarga Indonesia (KIKKI).

PDKI terbentuk pada tahun 2003 dengan anggotanya adalah dokter

praktik umum (IDI) yang juga bekerja sebagai pelayanan jasa primer.

Kemudian, pada kongres selanjutnya mendirikan kolega yaitu Kolegium

Ilmu Kedokteran Keluarga Indonesia (KIKKI).

Namun, ada juga perbedaan antara dokter praktik umum dan dokter

keluarga yang dapat dilihat dari cakupan pelayanan, sifat pelayanan, cara

pelayanan, jenis pelayanan, dan lain-lain.

III.2. SARAN

Jadilah seorang dokter yang profesional sehingga dapat dipercaya oleh

banyak orang.

Page 14: BAB I

14

DAFTAR PUSTAKA

1. Azwar, Azrul. 1995. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. IDI : Jakarta

2. Azwar, Azrul ; Gan, Goh Lee ; Wonodirekso, Sugito. 2004. A Primer On

Family Medicine Practice. Singapore International Foundation : Singapore

3. Danakusuma, Muhyidin. 1996. Pengantar Kesehatan Masyarakat dan

Kedokteran Komunitas. IDI : Jakarta

4. Danasari. 2008. Standar Kompetensi Dokter Keluarga. PDKI : Jakarta

5. Qomariah. 2000. Sekilas Kedokteran Keluarga. FK-Yarsi : Jakarta