BAB I

download BAB I

If you can't read please download the document

description

LATAR BELAKANG

Transcript of BAB I

BAB I61BAB IPENDAHULUANLatar Belakang MasalahTujuan utama dalam pokok program pembangunan menuju Indonesia sehat 2010 disebutkan bahwa salah satunya terfokus pada kesehatan itu dan anak serta perbaikan gizi (Dep. Kes. RI, 1999).Angka kematian balita pada 1960, AKB masih sangat tinggi yaitu 216 per 1.00 kelahiran hidup. Berdasarkan survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan terjadinya penurunan hingga mencapai 46 per 1.000 kelahiran hidup periode 1998 2002, rata rata penurunan AKB pada dekade 1990-an adalah tujuh persen pertahun. Pada tahun 2000 Indonesia telah mencapai target yang ditetapkan dalam wora summit for children (WSS) yaitu 65 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI 2002 2003).Angka kematian balita di provinsi Jawa Tengah berdasarkan survei Indonesia tahun 2007 mencapai 32 per 1.000 kelahiran hidup (http://www.bkkbn.go.id 17 Des 2009). Jumlah balita desa Pagiyanten 441 angka kematian balita di kabupaten Tegal pada tahun 2008 sebanyak 17 per 1.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 47 per 1.000 kelahiran hidup (Dinkes Kab. Tegal : 2009) Pada 1999 UNICEF melaporkan secara global bahwa setiap tahun separuh anak balita yang seharusnya bisa dicegah penyebab kematian tersebut setengahnya hdala kurang Gizi. Hasil susenas (Survei Kesehatan Nasional) 2000 menunjukkan dengan jumlah penduduk 203.456.605 jiwa diantaranya pada tingkat berat dengan komplikasi penyakit penyulit. Hal ini akibat dari terdapatnya 37,5 juta penduduk miskin dan ratusan ribu pengungsi yang tersebar diberbagai provinsi serta diperberat dengan adanya perilaku dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang pemuenuhan kecukupan gizi bagi keluarganya. Hasil susenas 2000 dari total kabupaten yang ada terdapat 75% kabupaten yang mempunyai masalah gizi kurang dengan indikator BB, dan TB kurang dari 70 80% pada anak balita, indikator ini mencapai diatas 20% masyarakat yang berada dalam kelompok rawan gizi ini. Memang perlu diwaspadai dan dilakukan tindakan pencegahan secepatnya. Sebab secara ilmiah sudah dibuktikan bahwa anak yang kekurangan gizi pasti akan menghambat pertumbuhan dan perkembangannya. Sejak masih janin, anak hingga dewasa perlu nutrisi yang cukup, hal ini sangat tergantung pada makanan bergizi yang diasupnya (www.gizi.net, 2009).Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zatzat gizi dalam tubuh, bila tubuh memperoleh cukup zatzat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang mengakibatkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsir, 2001).Masalah gizi yang terjadi pada masa tertentu akan menimbulkan masalah pembangunan di masa yang akan datang. Keterlambatan dalam memberikan pelayanan gizi akan berakibat kerusakan yang sulit dan bahkan mungkin tidak dapat ditolong. Oleh karena itu, usaha - usaha peningkatan gizi terutama harus ditujukan pada bayi atau anak balita dan ibu hamil. Bayi pada masa kini adalah pemimpin, ilmuwan, cendikiawan, serta pekerja dimasa yang akan datang. Mereka adalah generasi penerus nusa dan bangsa (M. Agus Krisno B, 2001 : 15). Anak balita sedang melakukan proses pertumbuhan yang sangat giat, sehingga memerlukan zat-zat makanan yang relatif lebih banyak dengan kualitas yang lebih tinggi. Hasil pertumbuhan setelah menjadi manusia dewasa, sangat tergantung dari kondisi gizi dan kesehatan sewaktu masa balita. Pertumbuhan otak yang menentukan tingkat kecerdasan setelah menjadi dewasa, sangat ditentukan oleh pertumbuhan waktu balita. Kekurangan gizi pada fase pertumbuhan akan menghasilkan manusia dewasa dengan sifat-sifat berkualitas inferior. Jadi anak balita haruslah diberi jatah utama dalam distribusi makanan keluarga, bukan mendapat sisa-sisa konsumsi keluarga (Achmad Djaeni Sedioetama, 2000 : 11). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya yang sulit diperbaiki (Hamam Hadi, 2005 : 5). Anak balita belum mampu mengurus dirinya sendiri dengan baik, terutama dalam hal makanan (Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti, 1999 :71). Pada umumnya anak-anak yang masih kecil (balita) mendapat makanannya secara dijatah oleh ibunya dan tidak memilih serta mengambil sendiri mana yang disukainya (Achmad Djaeni Sediaoetama, 2000 : 12). Untuk dapat menyusun menu yang adekuat, seseorang perlu memiliki pengetahuan mengenai bahan makanan dan zat gizi, kebutuhan gizi seseorang serta pengetahuan hidangan dan pengolahannya. Umumnya menu disusun oleh ibu (Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti, 1999 : 123). Angka kejadian gizi buruk di Jawa Tengah naik dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 sebesar 1.03% dari jumlah penduduk, naik menjadi 2,10% pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 menjadi 3,48%. Sedangkan balita gizi kurang pada tahun 2005 sebanyak 9,87% dari jumlah balita di Jawa Tengah, naik menjadi 14,8% pada tahun 2007 (www.pks-Jateng.or.id/new/index.php).Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal tahun 2008 dalam kegiatan Pemantauan Status Gizi di 15 kecamatan berdasarkan berat badan menurut umur ada sebanyak 161 balita (4,84%) dari 3323 balita yang disurvei mengalami gizi buruk, sedangkan balita yang bergizi kurang sebanyak 568 balita (17,01).Data yang diperoleh dari puskesmas Pagiyanten berdasarkan operasi timbang pada bulan November tahun 2009 di Desa Pagiyanten, ada 613 balita yang ditimbang. Sebanyak 19 balita atau 3,01% dengan kasus gizi buruk, dan 218 balita atau 35,6% dengan kasus gizi kurang.Sesuai dengan data yang diperoleh dari Puskesmas Pagiyanten dapat diketahui masih banyak balita yang mengalami masalah gizi, baik gizi buruk maupun gizi kurang. Sementara itu, pentingnya pengetahuan ibu sebagai orang yang dekat dengan bayi tentang pola pemberian makan pada balita, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang pola pemberian makan dengan Status Gizi Balita Usia 1-5 Tahun Di Pagiyanten tahun 2009.Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang pola pemberian makan dengan status gizi balita usia 1 5 tahun di Desa Pagiyanten Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal?. Tujuan PenelitianTujuan UmumUntuk mengetahui ada tidaknya hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang pola pemberian makan dengan status gizi balita usia 1 5 tahun.Tujuan KhususUntuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pola pemberian makan balita usia 1 5 tahunUntuk mengetahui status gizi balita usia 1 5 tahunUntuk mengetahui karakteristik ibu meliputi pendidikan, ekonomi dan pendidikan anakManfaatBagi MasyarakatDapat mengetahui pentingnya pengetahuan tentang gizi sehingga diharapkan (dalam mengkonsumsi makanan) selalu memperhatikan aspek gizi untuk makanan yang diberikan kepada balitanya.Bagi Petugas Kesehatan dan PemerintahSebagai bahan referensi bagi para petugas kesehatan dan pemerintah sehingga mereka dapat memberikan informasi. Arahan kepada masyarakat khususnya ibu ibu agar memperhatikan pola makan dan perkembangan status gizi balitanya. Bagi PenelitiDengan adanya penelitian ini, diharapkan akan mendapatkan tambahan ilmu, pengalaman sehingga dapat menyampaikan tambahan ilmu, pengalaman sehingga dapat menyampaikan pada masyarakat tentang caracara untuk meningkatkan status gizi balitanya.