BAB I

38
BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. (Price Sylvia A. 1994 : 583) Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologik berupa kelainan fungsi jantung sehingga tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan kemampuannya ada kalau disertai peninggian volume diastolic secara abnormal.(Mansjoer, 1999 Jilid I : 423). Gagal jantung (dikenal juga sebagai insufisiensi krodiak) adalah keadaan dimana jantung sudah tidak mampu lagi memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. (C. Long, 1996 Vol. 2 : 579).

description

cac

Transcript of BAB I

BAB I

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN

Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak

mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.

(Price Sylvia A. 1994 : 583)

Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologik berupa kelainan fungsi jantung

sehingga tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

jaringan dan kemampuannya ada kalau disertai peninggian volume diastolic secara

abnormal.(Mansjoer, 1999 Jilid I : 423).

Gagal jantung (dikenal juga sebagai insufisiensi krodiak) adalah keadaan dimana

jantung sudah tidak mampu lagi memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

(C. Long, 1996 Vol. 2 : 579).

Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologik adanya kelainan fungsi jantung

berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan

pengisiann ventrikel kiri. (Noer, 1996 : 975).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gagal jantung adalah keadaan dimana jantung sudah tidak mampu memompa darah sesuai dengan kebutuhan tubuh dan kemampuannya hanya ada kalau disertai dengan peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri.

B. PENYEBAB

Faktor predisposisi gagal jantung adalah penyakit yang dapat menyebabkan

penurunan fungsi ventrikel (seperti penyakit arteri koroner, hipertensi, kordiomiopati)

penyakit penyakit pembuluh darah dan keadaan yang membatasi pengisian ventrikel

(stenosis mitral kardiomiopati atau penyakit mio kardial).Faktor pencetus termasuk

meningkatan asupan garam. Ketidakpatuhan menjalani pemgobatan gagl jantung ,

infark miokard akut, serangan hipertensi, aritmia akut, infeksi atau demam emboli

paru, anemia, tiroksitosis, kehamilan dan endokarditis infektis (Mansjoer, 1999 Jilid I

: 434).

C. TANDA dan GEJALA

Berdasarkan bagian jantung yang mengalami pemompaan gagal jantung terbagi

menjadi gagal jantung kiri dan kanan. Pada gagal jantung kiri terjadi olyspnea effort,

batuk, pembesaran jantung, irama derap bunyi S2 dan S4, pernafasan Cheyne stokes,

takikardi dan kongesti vena pulmonalis. Pada gagal jantung kanan terjadi fatique

colema, anoreksia dan lambung. Pada pemeriksaan fisik biasa didapatkan hiperteofi

jantung kanan, irama derap atrium kanan, tanda-tanda penyakit paru kronik, tekanan

vena jugularis meningkat, asites hidrotorak, peningkatan tekanan vena, hepotomigali

dan edemapitting, kandiomegali, sedangkan pada gagl jantung kongestif terjadi

manifestasi gabungan antara gagal jantung kiri dan kanan.

D. PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan

kontraktifitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah

jantung normal CO = HR x SV dimana curah jantung (CO = Cardiac Output) adalah

fungsi frekuensi jantung (HR = Heart Rate) volum sekuncup (SV = Stroke Volume).

Frekuensi jantung adalah fungsi system saraf otonom. Bila curah jantung berkurang,

sistemik saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan

diri untuk mempertahankan curah jantung. Tetapi pada gagal jantung pada masa itu

utama kerusakan dan tekanan serabut otot jantung volume sekuncup berkurang dan

Scurah jantung normal masih dapat dipertahankan. Volume sekuncup jumlah darah

yang dipompa pada saat kontraksi tergantung pada tiga factor yaitu preload,

kontraktifitas dan overload.

CO yang tidak adekuat memicu beberapa respon kompensasi yang berusaha untuk

mempertahankan fungsi dua kali orang-orang tubuh vital.Respon awal adalah

stimulus kepada setiap saraf simpatis yang menimbilkan dua pengaruh utama yaitu

meningkatkan kecepatan dan kekuatan kontraksi miocorsium dan vasokonstriksi

perifer. Vasokontriksi perifer menggeser kea rah darah arteri ke organ-organ yang

kurang vital seperti kulit dalam ginjal dan juga ke organ-organ lain seperti otot.

Kontraksi vena meninggalkan peregangan serabut otot cardium meningkatkan

kontraktilitas.

Pada respon berdampak perbaikan terhadap kardiak, namun selanjutnya

meningkatkan kebutuhan O2 untuk miokarsium dibawah garis kemampuan kontraksi.

Bila orang tidak berada dalam kekurangan cairan untuk memulai status peningkatan

volume ventrikel dengan mempercepat preload dan kegagalan komponer.

Jenis kompensasi yang kedua terdiri dari pengaktifan system renin angiotensin,

penurunan darah dalam ginjal dan dampak dari kecepatan filtrosi glomerolus memicu

terlepasnya renin yang terinfeksi dengan angiotensin I dan II yang selanjutnya

berdampak vasokontriksi perifer dan peningkatan reabsorbsi Na dan H2O oleh ginjal.

Kejadian ini meningkatkan volume dan mempertahankan tekanan dalam waktu

singkat. Namun menimbulkan tekanan baik preload maupun afterload pada waktu

jangka panjang.

Pada permulaan sebagian dari jantung mengalami kegagalan jantung dimulai dari

vntrikel kiri. Namun karena kedua ventrikel merupakan bagian dari system ventrikel,

maka ventrikel manapun dapat mengalami kegagalan. Gejala-gejala kegagalan

jantung merupakan dampak dari CO dan kongesti yang terjadi pada system vena atau

sisetem pulmonal atau system lainnya (Long, 1996 : 580).

F. FOKUS PENGKAJIAN

Fokus pengkajia pada pasien dengan gagal jantung.

Pengamatan terhadap tanda-tanda dan gejala kelebihan cairan sistematik dan pulmonal.

Semua tanda-tanda yang menunjukkan harus dicatat dan dilaporkan kepada dokter.

a. Pernafasan

Auskultasi pada interval yang sering untuk menentukan ada atau tidaknya krakles

dan mengi, catat frekuensi dan kedalaman bernafas.

b. Jantung

Auskultasi untuk mengetahui adanya bunyi bising jantung S3 dan S4,

kemungkinan cara pemompaan sudah mulai gagal.

c. Tingkat kesadaran

d. Perifer

Kaji bagian tubuh pasien yang mengalami edema dependen dan hepar untuk

mengetahui reflek hepatojugular (RHJ) dan distensi vena jugularis (DVJ).

e. Haluaran Urine ukur dengan teratur.

Data dasar pengkajian pasien :

1. Bernafas dengan normal

Dyspnea saat aktifitas, tidur, duduk, batuk denagn atau tanpa sputum, riwayat

penyakit paru kronis, penggunaan bantuan pernafasan, takipnea, nafas dangkal.

Tanda : Batuk kering/ nyring/ non produktif atau terus menerus dengan atau tanpa

pembentukan sputum, mungkn bersama darah warna merah muda atau berbuih

(edema pulmonal).

Bunyi nafas : Mungkin tidak terdengar, krakles, mengi.

Fungsi mental : Mungkin menurun, letargi, kegelisahan

Warna kulit : Pucat atau sianosis

2. Nutrisi

Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, peningkatan BB signifikan,

pembengkakan pada ekstermitas bawah, otot tinggi garam atau makanan yang

telah diproses, lemak, gula dan kafein.

Tanda : Penambahan BB dengan cepat, distensi abdomen (asites), edema.

3. Eliminasi

Penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih pada malam hari, diare atau

konstipasi.

4. Berpakaian

5. Personal Hygiene

Keletihan/ kelemahan saat aktifitas perawatan diri, penampilan menandakan

kelalaian perawatan diri.

6. Gerak dan keseimbangan

Keletihan, kelemahan terus menerus sepanjang hari, nyeri sesuai dengan aktifitas.

7. Istirahat dan tidur

Insomnia, dyspnea pada saat istirahat atau pada saat pengerahan tenaga

8. Temperatur suhu dan sirkulasi

Riwayat hipertensi, IM baru/ akut, episode GJK sebelumnya, penykit katup

jantung, bedah jantung, endokarditis, anemia, syok septic, TD mungkin rendah,

normal atau tinggi, frekuensi jantung, irama jantung, sianosis, bunyi nafas, edema.

9. Rasa aman dan nyaman

Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas, sakit pada otot,

tidak tenang, gelisah.

10. Berkomunikasi dengan orang lain

Marah, ketukan, mudah tersinggung

11. Bekerja

Dyspnea pada saat beraktifitas

12. Spiritual

Sesuai kepercayaan yang diakuinya

13. Belajar

Menggunakan/ lupa menggunakan obat-obat penyakit jantung.

14. Rekreasi

Tidak dapat dilakukan, pasien hanya beristirahat.

(Doenges, 1999 : 52-54).

G. FOKUS INTERVENSI

1. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas miokard

Tujuan : menunjukkan TTV dalam batas yang diterima, penurunan episode

dyspnea angina (melapor).

Intervensi :

a. Auskultasi nadi apical, kaji frekuensi dan irama jantung

b. Catat bunyi jantung

c. Palpasi nadi perifer

d. Kaji kulit terhadap sianosis dan pucat

e. Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang

2. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai O2 dengan kebutuhan

dan kelemahan fisik.

Tujuan : Berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan, memenuhi kebutuhan diri

sendiri mencapai peningkatan toleransi aktifitas yang dapat diukur, dibuktikan

oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan dan tanda vital selama beraktifitas.

Intervensi :

a. Periksa TTV sebelum dan sesudah aktifitas, khususnya bila pasien

menggunakan vasolidator, diuretic.

Catat respon kardiopulmonal terhadap aktifitas, catat takikardi, distrimia,dyspnea,

berkeringat, pucat.

c. Kaji presipitator/ penyebab kelemahan contoh : pengobatan, nyeri, obat.

d. Evaluasi peningkatan intoleransi aktifitas.

e. Berikan bantuan dalam aktifitas perawatan diri sesuai dengan indikasi.

3. Kelebihan volume cairan b.d menurunnya laju filtrasi glomerolus (GFR).

Tujuan : Keseimbangan masukan dan keluaran, bunyi nafas bersih, TTV dalam

rentang yang dapat diterima, BB stabil, edema tidak ada. Menyatakan pemahaman

tentang pembatasan cairan individual.

Intervensi :

a. Pantau haluaran urine

b. Pantau/ hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran 24 jam.

c. Pertahankan duduk/ posisi semi fowler selama fase akut

d. Auskultasi bunyi nafas, catat penurunan dan atau bunyi tambahan.

e. Pantau TD dan VP (bila ada).

4. Resti gangguan/ kerusakan pertukaran gas b.d penurunan curah jantung,

perubahan membrane kapiler alveolus dan edema paru.

Tujuan : Mendemonstrasikan ventilasi O2 adekuat.

Intervensi :

a. Auskultasi bunyi nafas, catat crakles, mengi.

b. Anjurkan pasien untuk batuk efektif

c. Dorong perubahan posisi sering

d. Kolaborasi pemberian diuretic

5. Resti terhadap kerusakan intregitas kulit b.d tirah baring lama, edema, penurunan

perfusi jaringan kerusakan kulit.

Intervensi :

a. Lihat kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya

terganggu/ pigmentasi.

b. Pijat area kemerahan atau memutih

c. Ubah posisi sering

d. Berikan perawatan kulit sering, meminimalkan dengan kelembaban.

6. Kurang pengetahuan pola hidup/ perilaku yang perlu.

Intervensi :

a. Diskusikan fungsi jantung normal

b. Diskusikan obat/ tujuan pemberian obat dan efek samping

c. Berikan kesempatan untuk menanyakan, mendiskusikan masalah dan

membuat perubahan pola hidup.

d. Bahas ulang tanda dan gejala yang memerlukan perhatian medic cepat.

Diposkan oleh askep CHF di 18:49 0 komentar

BAB II resume

BAB II

RESUME KEPERAWATAN

Pengkajian dilakukan oleh Andri Priatmaka pada tanggal 22 Juni 2008 di ruang

Handayani RSU Purbowangi Gombong sebagai berikut :

A. PENGKAJIAN

1. Identitas pasien

Pasien bernama Tn. P, 28 tahun, agama islam, Purwodadi Tambak,

pekerjaan penjaga rumah, diagnosa medis CHF, tanggal masuk 18 Juni 2008

pukul 15.30 WIB.

2. Riwayat Kesehatan

Keluhan utama nyeri. Pasien datang ke RSU PKU Purbowangi Gombong

melalui IGD dengan kesadaran composmentis, keadaan umum baik, terpasang

infuse RL. Saat dikaji pada tanggal 22 Juni 2008 pasien mengatakan nyeri pada

dada tetapi hilang timbul, skala nyeri 5, nyeri seperti ditusuk - tusuk, nyeri timbul

bila pasien bergerak, nyeri dating tiba-tiba kemudian menghilang. TTV : TD :

110/80 mmHg, N : 88x/menit, S : 36,5º C, RR : 36x/menit.

Dari riwayat kesehatan dahulu pasien mengatakan ± 1 tahun yang lalu pernah

menderita penyakit yang sama dan dirawat di RS.

Dari riwayat kesehatan keluarga pasien mengatakan Bapak pasien pernah

mengalami sakit seperti yang dialami pasien

B. FOKUS PENGKAJIAN

Dari pengkajian pola istirahat tidur pasien mengatakan tidur 6-8 jam perhari

karena keadaan ruangan yang ramai.

Dari kebutuhan rasa aman dan nyaman pasien mengatakan merasakan aman ketika

bersama keluarga dan merasa tidak nyaman ketika nyeri timbul.

Dari pola personal hygiene pasien mengatakan dapat merawat diri sendiri dengan mandi

2x perhari, gosok gigi 2x sehari, potong kuku seminggu sekali, keramas 2x seminggu.

Dari kebutuhan belajar pasien bertanya kepada keluarga, perawat, dokter dan orang lain.

Dari pemeriksaan fisik keadaan umum pasien baik, kesadaran composmentis, TD: 110/80

mmHg, N: 88104x permenit, S: 36,5° C, R: 28x permenit.

Ekstermitas atas sebelah kanan terpasang infus D5%.

Mulut: gigi terlihat bersih, dada terdengar bunyi jantung S3 (Galilop) pada dada sebelah

kiri.

Dari pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium tanggal 20 Juni 2008 didapatkan hasil normal, pasien mendapat terapi oral digoxsin 0,25mg 2x setelah tablet, zypras 0,5 mg 2x1 tablet, flurinucil syrup 3x1 cth.

Injeksi: rantin 2x1 ampul, lasix 1x1 ampul.

Cairan infus RL.

C. ANALISA DATA

1.Data subyektif: Pasien mengatakan nyeri pada dadanya dengan skala nyeri 5

Data obyektif: Ekspresi wajah meringis menahan sakit, pasien menunjukkan lokasi

nyerinya.

P: nyeri timbul bila pasien bergerak

Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk

R: pada dada sebelah kiri

S: skala nyeri 5

T: nyeri hilang timbul dan datangnya tiba-tiba

Masalah keperawatan yang muncul nyeri akut.

2. Data subyektif: pasien terpasang infus dan tanda-tanda infeksi tidak muncul, S:

36,5°C, jumlah leukosit normal.

Masalah keperawatan yang muncul resiko tinggi infeksi dengan etiologi port de entre.

3. Data subyektif: pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang dideritanya.

Data obyektif: pasien bertanya-tanya tentang penyakitnya, pasien tampak bingung.

Masalah keperawatan yang muncul kurang pengetahuan tentang penyakitnya dengan

etiologi kurang informasi.

D. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan ischemia

2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan port de entre

3. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi

E. INTERVENSI, IMPLEMENTASI DAN EVALUSI

Penulis menggabungkan intervensi, implementasi dan evaluasi untuk memudahkan

pembaca dalam memahami penulisan ini.

1. Nyeri akut berhubungan dengan ischemia

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri dapat

terkontrol dengan kriteria hasil: nyeri terkontrol, ekspresi wajah tenang, kemudian

rencana tindakannya adalah monitor tanda-tanda vital, kaji skala, frekuensi dan intensitas

nyeri, ajarkan teknik relaksasi, ciptakan lingkungan yang nyaman, kolaborasi pemberian

analgetik.

Implementasi yang dilakukan 23 Mei 2008 adalah mengkaji keadaan umum pasien,

mengukur TTV, mengkaji skala intensitas dan frekuensi nyeri.

Evaluasi dilakukan pada tanggal 23 Mei 2008 pukul13.30 WIB dengan masalah nyeri

berhubungan dengan ischemia sudah agak berkurang atau sudah terkontrol dengan data

subyektif : pasien mengatakan nyeri dapat terkontrol atau berkurang kemudian data

obyektif pasien tampak tenang, sksla nyeri berkurang menjadi 3, TD: 100/70mmHg, N:

104x/menit, S: 36,5°C, RR: 28x/menit. Untuk planning selanjutnya adalah : kurangi

aktifitas pasien, anjurkan pasien untuk istirahat cukup.

2.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan port de entre

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan tanda-

tanda infeksi tidak muncul dengan criteria hasil : tanda-tanda infeksi tidak muncul, tanda-

tanda vital dalam batas normal, kemudian rencana tindakannya adalah : monitor tanda-

tanda vital, kaji tanda-tanda infeksi, cuci tangan sebelum dan sesusdah melakukan

tindakan, batasi pengunjung, pertahankan teknik septik anti septic, kolaborasi pemberian

antibiotic.

Implementasi yang dilakukan pada pukul 08.00 WIB mengukur tanda-tanda vital,

mengobservasi tanda-tanda infeksi.

3. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien

paham dan mengertti tentang penyakitnya dengan kriteria hasil : pasien terlihat tenang,

kemudian rencana tindakannya adalah : kaji pengetahuan pasien tentang penyakitnya,

berikan informasi tentang penyakit dan penatalaksanaanya dengan bahasa yang mudah

dipahami, lakukan penkes.

Implementasi yang dilakukan pada pukul 09.45 WIB mengkaji pengetahuan pasien

tentang penyakitnya pukul 10.00 WIB melakukan kontrak untuk penkes, pukul 10.15

WIB melakukan penkes (SAP dilampirkan).

Evaluasi masalah kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang

informasi teratasi dengan data subyektif : pasien mengatakan sudah tahu tentang

penyakitnya, data obyektif : pasien terlihat tenang, pasien tidak bertanya-tanya lagi

tentang penyakitnya.

Diposkan oleh askep CHF di 18:47 0 komentar

BAB III

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas definisi, pengkajian, analisa data, diagnosa

keperawatan, perencanaan pelaksanaan, evaluasi dan rasional tindakan-tindakan

perawatan yang dilakukan.

1. Nyeri berhubungan dengan ischemia

Nyeri akut adealah keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan adanya rasa

ketidaknyamanan atau adanya serangan mendadak atau pelan yintensitasnya dari ringan

sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksikan dengan

durasi kurang dari 6 bulan (Carpenito, 2001; Nanda, 2001).

Penulis menyadari terdapat ketidakcocokan antara keluhan utama saat dikaji dan masalah

keperawatan yang muncul. Yang seharusnya keluhan utamanya itu adalah nyeri bukan

sesak nafas. Penulis mengangkat diagnosa tersebut karena pasien mengatakan nyeri pada

dada sebelah kiri. Batasan karakteristik : laporan secara verbal atau non verbal, posisi

antalgic untuk menghindari nyeri, gerakan melindungi gangguan tidur (mata sayu,

tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai), menarik bila disentuh (Carpenito,

2001; Nanda, 2001 : 123).

Diagnosa ini muncul karena penulis menemukan data subyektif: pasien mengatakan nyeri

pada dada sebelah kiri dengan skala nyeri 5, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri timbul bila

pasien bergerak atau aktivitas, nyeri dating tiba-tiba, data obyektif: ekspresi wajah

meringis menahan sakit dan pasien menunjukkan lokasi nyerinya.

Diagnosa nyeri diprioritaskan pertama karena yang dikeluhkan pasien pada saat itu

adalah nyerinya, dan apabila tidak segera diatasi akan mengganggu aktivitas pasien dan

mengganggu rasa nyaman pasien.

Diagnosa nyeri diangkat dengan mempertimbangkan nyeri yang dirasakan pasien dan

akan mengganggu pasien jika tidak segera diatasi.

Untuk mengatasi masalah ini penulis melakukan tindakan-tindakan :

a. Mengukur tanda-tanda vital, mengkaji skala, frrekuensi dan intensitas nyeri.

Hal ini didukung oleh Doengoes, 2000 yaitu jika terjadi nyeri akan diikuti peningkatan

tekanan darah dan nadi. Pada pengkajian didapatkan skala nyeri 5 kekuatan, dengan

mengkaji tanda-tanda vital, mengkaji skala nyeri, tanda-tandanya serta penanganan yang

tepat.

b. Melatih teknik relaksasi (melatih nafas dalam)

Hal ini didukung oleh Doengoes, 2000 yaitu dengan teknik relaksasi akan membuat otot-

otot menjadi rileks sehingga dapat mengurangi nyeri.

Kekuatan : dengan dilakukan teknik nafas dalam diharapkan nyeri berkurang atau dapat

terkontrol.

c. Menciptakan lingkungan yang tenang

Kekuatan : dengan lingkungan yang tenang diharapkan pasien dapat mencukupi waktu

istirahat seperti saat tidak sakit atau dirumah.

d. Kolaborasi pemberian analgetik.

Evaluasi dilakukan pada tanggal 23 Juni 2008 pukul 13.30 WIB dengan masalah nyeri

berhubungan dengan ischemia, masih terjadi dengan data subyektif : pasien mengatakan

nyeri berkurang atau dapat terkontrol dengan skala nyeri 3,kemudian data obyektif :

ekspresi wajah tenang, skala nyeri berkurang menjadi 3. TD : 110/80 mmHg, N :

88x/menit, S : 36°C, RR : 24x/menit.

Hal ini didukung oleh Carpenito, 2001 : 45 yaitu memperlihatkan bahwa orang lain

membenarkan nyeri itu ada, menghubungkan pengurangan nyeri setelah melakukan

tindakan peredaan rasa nyeri yang memuaskan, rencana masalah nyeri teratasi sebagian,

intervensi dilanjutkan yaitu : kurangi aktifitas pasien, anjurkan untuk istirahat cukup.

2. Resiko Tinggi Infeksi Berhubungan dengan Pintu Masuk Organisme (port de entree)

Resiko tinggi infeksi adalah keadaan dimana seorang individu beresiko terserang oleh

agen pathogen dan oportunis (virus, jamur, bakteri, protozoa atau parasit lain) dari

sumber-sumber eksternal, sumber-sumber endogen dan eksogen (Carpenito, 2001 : 204).

Batasan karakteristik mayor terdapatnya tanda-tanda infeksi (dolor, rubor, kalor, tumor

dan fungsiolaesa) batasan karakteristik minor terjadi peningkatan suhu tubuh lebih dari

37° C, terjadi peningkatan tekanan darah, nadi dan kemungkinan respirasi (Carpenito,

2001 : 205).

Diagnosa tersebut ditegakkan karena penulis menemukan tanda-tanda sebagai berikut :

data subyektif : terpasang infus, tanda-tanda infeksi tidak muncul S : 36°C.

Diagnosa ini dijadikan diagnosa ke dua karena bila masalah tersebut tidak diatasi segera

maka kemungkinan akan terjadi infeksi sehingga akan menimbulkan masalah baru dan

memperlambat proses penyembuhan.

Untuk mengatasi masalah ini penulis melakukan tindakan-tindakan :

a. Memonitor tanda-tanda vital

Hal ini dilakukan agar penulis dan keluarga mengetahui tanda-tanda vital dan tanda-tanda

infeksi (Carpenito, 2001 : 205). Dengan hasil tekanan darah 120/80 mmHg, RR :

22x/menit, S : 36° C, N : 76x/menit. Kekuatan : penulis dapat mengetahui perkembangan

atau tanda-tanda infeksi seperti peningkatan nadi dan suhu.

b. Mengkaji tanda-tanda infeksi dan peradangan

Kekuatan : dapat mengetahui perkembangan atau tanda-tanda infeksi dan peradangan,

kelemahan : jika tidak dilaksanakan tidak diketahui tanda-tanda dari infeksi atau

peradangan yang dapat mengakibatkan atau mengacu terjadinya infeksi.

c. Tingkatkan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan atau tindakan.

Hal ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi silang atau kolonisasi bacterial.

d. Membatasi pengunjung

Membatasi pemajanan pada bakteri atau infeksi. Perlindungan isolasi dapat dibutuhkan

pada anemia aplastik, bila respon imun sangat terganggu.

e. Pertahankan teknik septik antiseptik

Hal ini dilakukan untuk menurunkan resiko kolonisasi/infeksi bakteri.

f. Kolaborasi pemberian antibiotik

Antibiotik yang diberikan yaitu Ampicillin 3x1gr. Ampicillin mengandung antibiotic

yang bekerja menghambat dinding sel bakteri sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi

(Theodorus, 1996 : 13) sehingga dapat mencegah timbulnya infeksi.

Hal ini dilakukan sesuai intruksi untuk mengobati infeksi yang terjadi dengan

diberikannya obat antibiotic dapat mempercepat proses penyembuhan (Doengoes,2000 :

725).

Evaluasi pada masalah resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pintu masuk

mikroorganisme tidak terjadi denga data obyektif : tanda-tanda infeksi tidak muncul,

infuse dilepas, tanda-tanda vital dalam batas normal.

Hal ini didukung oleh Carpenito, 2001 : 206 dengan criteria hasil yaitu memperlihatkan

teknik cuci tangan yang sangat cermat pada waktu pulang, bebas dari proses infeksi

nosokomial selama perawatan di RS, memperlihatkan pengetahuan tentan faktor resiko

yang berkaitan dengan infeksi dan melakukan tindakan pencegahan yang tepat untuk

mencegah infeksi.

Sedangkan diagnosa yang tidak muncul adlah :

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas jantung.

Perubahan curah jantung adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami

penurunan jumlah darah yang dipompakan oleh jantung mengakibatkan gangguan fungsi

jantung (Carpenito, 2001 : 44).

Diagnosa ini tidak muncul karena penulis hanya terfokus pada nyerinya saja, yang

seharusnya diagnosa ini muncul karena pasien mengalami kegagalan jantung, dimana

jantung gagal melakukan fungsinya sehingga terjadi penurunan kontraktilitas jantung

sehingga terjadi penurunan curah jantung.

b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium dan air atau

menurunnya laju filtrasi glomerulus.

Kelebihan volume cairan adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau

beresiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau intertitial (Carpenito, 2001 : 142).

Diagnosa ini tidak muncul karena pasien tidak mengalami tanda-tanda kelebihan volume

cairan seperti edema.

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema

Diagnosa ini tidak diangkat oleh penulis karena data yang ada tidak mendukung untuk

mengangkat diagnosa tersebut. Itegritas kulit masih baik, tidak ada kemerahan, turgor

kulit baik.

3. Kurang Pengetahuan tentang Penyakitnya Berhubungan dengan Kurang Informasi

Kurang pengetahuan adalah suatu keadaan dimana seorang individu atau kelompok

mengalami defisiensi pengetahuan kognitif atau ketrampilan. Ketrampilan psikomotor

berkenaan dengan kondisi atau rencana pengobatan (Carpenito, 2001 : 223).

Batasan karakteristik mayor mengungkapkan kurang pengetahuan atau ketrampilan-

ketrampilan/permintaan informasi, mengekspresikan suatu ketidakakuratan persepsi

status kesehatan, melakukan dengan tidak tepat perilaku kesehatan yang dianjurkan atau

yang diinginkan. Batasan karakteristik minor kurang integritas tentang rencana

pengobatan ke dalam aktifitas sehari-hari, memperlihatkan atau mengekspresikan

perubahan psikologis mengakibatkan kesalahan informasi atau kurang informasi

(Carpenito, 2001 : 223).

Penulis memunculkan masalah kurang pengetahuan tentang penyakitnya karena

didapatkan data subyektif : pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya, data

obyektif : pasien bertanya-tanya tentang penyakitnya, pasien tampak bingung.

Diagnosa kurang pengetahuan diprioritaskan terakhir supaya program pengobatan

berjalan lancer.

Untuk mengatasi masalah ini penulis melakukan tindakan-tindakan :

a. Mengkaji pengetahuan pasien tentang penyakitnya.

Penulis melakukan hal ini karena dengan mengetahui tingkat pengetahuan pasien akan

mempermudah dalam menentukan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah ini.

Kekuatan : penulis bias mengkaji pengetahuan, kelemahan : bila cara mengkaji tidak

tepat dapat menyinggung perasaan pasien.

b. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien, keluarga tentang gagal jantung,

penyebab, tanada dan gejala, cara merawat, serta diit. Hal ini dilakuakn untuk menambah

pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit gagal jantung dan diitnya yang baik.

Kekuatan : pengetahuan pasien bertambah dan mampu menjaga kondisi dengan penyakit

gagal jantung.

Evaluasi masalah kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi (tentang

penyaikitnya) dapat diatasi sesuai waktu dan tujuan yaitu ditunjukkan denga data

subyektif : pasien mengatakan sudah tahu tentang penyakitnya dan data obhyektif :

pasien terlihat tenang, tidak bertanya-tanya lagi tentang penyakitnya. Hal ini didukung

oleh Doengoes, 2000 : 725 yaitu pasien mengungkapkan pemahaman tentang

penyakitnya dan proses perawatannya, dapat merubah gaya hidup.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah penulis menyusun laporan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. P

dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler : CHF di Ruang Handayani F2 RSU

Purbowangi Gombong”, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :

1. Dalam melakukan pengkajian penulis menggunakan system pendekatan terhadap

pasien dan keluarga untuk mengetahui masalah-masalah yang muncul dan

tindakan keperawatan yang akan dilakukan

2. Masalah-masalah keperawatan yang muncul.

a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia

b. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan informasi

c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan port de entry mikro organisme

3. Adapun tindakan-tindakan keperawatanya dilakukan penulis sesuai dengan

masalah-masalah yang muncul adalah sesuai yang tertulis pada laporan.

A. SARAN

Setelah penulis menyusun laporan ini,penulis menyarankan

1.Sebelum pelaksanaan uji komprensif,sebaiknya jauh-jauh hari sebelumnya

pembimbing kampus memberitahukan terlebih dahulu agar mahasiswa siap

melaksanakan ujian.

2.Sistem pendukung dalam tindakan keperawatan sebaiknya ditingkatkan agar tidak

menghambat jalanya kegiatan dan untuk menambah tingkat pelayanan terhadap

pasien.

Semoga laporan yang penulis susun ini bermanfaat bagi yang membaca,khususnya

mahasiswa STIKES Muhammadiyah Gombong.

DAFTAR PUSTAKA

Brummer & Suddart. 2002. Edisi 8. Vol 2. Jakarta : EGC.

Carpenito, L. J. 2001. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa Keperawatan dan Masalah Keperawatan. Jakarta : EGC.

Diane, Boughman. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Doenges, Marlyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Long. Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah Vol. 2. Bandung : Yayasan Alummi Pendidikan Keperawatan Padjajaran.

Mahasiswa PSIK.B. 2001. Diagnosa Keperawatan. Nanda. Definisi dan Klafikasi. 2001-2002. Yogyakarta : FK-UGM.

Mansjoer Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius : FKUL.

Robin dan Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi II. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzzare C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Theodorus, 1996. Penuntun Praktis Peresepan Obat. Jakarta : EGC.