BAB-I

10
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan pembangunan suatu daerah sangatlah ditentukan oleh ketersediaan dana, ketersediaan dana dimaksud tergambar dalam Anggaran Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah (APBD) dari masing-masing daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah diberikan kewenangan yang luas untuk menggali dan mengelola sumber-sumber pendapatan daerah untuk membiayai kegiatan-kegiatan pembangunan di daerah, sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan perubahan atas Undang-undang Otonomi Daerah Nomor 22 tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang merupakan perubahan atas Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Secara teoritis Undang-undang tersebut memberikan kewenangan kepada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten dan kota berupa otonomi terbatas kepada pemerintah provinsi yang mencakup kewenangan dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten dan 1

Transcript of BAB-I

Page 1: BAB-I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kemajuan pembangunan suatu daerah sangatlah ditentukan

oleh ketersediaan dana, ketersediaan dana dimaksud tergambar

dalam Anggaran Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah (APBD)

dari masing-masing daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah

diberikan kewenangan yang luas untuk menggali dan mengelola

sumber-sumber pendapatan daerah untuk membiayai kegiatan-

kegiatan pembangunan di daerah, sebagaimana yang

diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah yang merupakan perubahan atas Undang-

undang Otonomi Daerah Nomor 22 tahun 1999 dan Undang-

undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang merupakan

perubahan atas Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Secara teoritis Undang-undang tersebut memberikan

kewenangan kepada pemerintah provinsi dan pemerintah

kabupaten dan kota berupa otonomi terbatas kepada pemerintah

provinsi yang mencakup kewenangan dalam bidang

pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten dan kota serta

kewenangan dalam bidang pemerintahan tertentu lainnya.

Sedangkan otonomi kabupaten dan kota berupa otonomi luas

yang mencakup semua kewenangan pemerintahan selain

kewenangan pusat dan provinsi. Dengan pembagian

kewenangan tersebut, desentralisasi dan otonomi daerah

diharapkan dapat dilaksanakan dengan seluas-luasnya. Tujuan

1

Page 2: BAB-I

diberikannya otonomi luas kepada daerah adalah untuk

mempercepat kegiatan pembangunan di daerah yang muaranya

adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam

kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dengan telah diundangkannya kedua undang-undang

tersebut di atas, daerah diberikan kewenangan yang seluas-

luasnya untuk menggali dan mengelola potensi daerahnya

masing-masing sebagai sumber penerimaan daerah yang berasal

dari daerah itu sendiri yang dikenal dengan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) dan selanjutnya diberikan kewenangan yang luas

pula untuk mengalokasikannya dalam bentuk program dan

kegiatan-kegiatan pembangunan yang dituangkan dalam APBD

sebagai pencapaian visi dan misi daerah.

Dalam menyusun APBD tersebut, Provinsi Jambi menganut

paradigma money follow function, yang artinya bahwa dana yang

akan dialokasikan akan mengikuti fungsinya. Pemerintah daerah

dapat menentukan prioritas program pembangunan dalam

rangka pemerataan dan laju pertumbuhan ekonomi sesuai

dengan kemampuan keuangan daerah. Pada hakekatnya seluruh

kewenangan dibidang pemerintahan adalah kewenangan daerah.

Karena itu dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan, daerah diberikan kewenangan yang sangat luas

kecuali dibidang politik luar negeri, hankam, moneter, agama

dan lainnya yang merupakan kewenangan pemerintah pusat dan

telah diatur sumber-sumber pembiayaannya secara tegas dan

jelas.

Pelaksanaan otonomi daerah yang diberlakukan

pemerintah, dalam pelaksanaannya daerah diharapkan agar

lebih terfokus pada upaya peningkatkan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) yang dianggap sangat penting sebagai sumber

2

Page 3: BAB-I

pendapatan daerah yang diandalkan dalam struktur APBD.

Komponen pendapatan asli daerah tersebut terdiri atas pajak

daerah, retribusi daerah, laba BUMD, dan lain-lain pendapatan

asli daerah yang sah. Pelaksanaan otonomi daerah secara

langsung akan sangat berpengaruh terhadap sumber-sumber

penerimaan untuk membiayai kegiatan pembangunan di daerah.

Daerah diharapkan dapat meningkatkan kapasitas fiskal (fiscal

capacity) agar mampu mencukupi kebutuhan fiskal (fiscal need)

sehingga tidak mengalami defisit fiskal (fiscal gap). Salah satu

upaya untuk meningkatkan kapasitas fiskal daerah tersebut

adalah dengan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Provinsi Jambi dalam menjalankan otonomi daerah secara

murni dan bertanggung jawab, telah berusaha meningkatkan

pendapatan asli daerah, yang salah satunya melalui intensifikasi

pajak kendaraan bermotor yang merupakan salah satu

komponen pajak daerah Provinsi Jambi. Sampai saat ini Pajak

Kendaraan Bermotor (PKB) yang merupakan salah satu

komponen pajak daerah provinsi masih merupakan salah satu

penyumbang terbesar terhadap pajak daerah yang merupakan

bahagian dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Jambi.

Dari data yang diperoleh, dapat diilustrasikan realisasi dan

kontribusi penerimaan dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di

Provinsi Jambi selama tiga tahun terakhir (2008-2010), secara

berurutan yaitu pada tahun 2008 dengan realisasi sebesar

Rp.157.940.863.000,-, dengan kontribusinya terhadap Pajak

Daerah sebesar 29,97 persen, kemudian pada tahun 2009

terealisasi sebesar Rp. 172.043.401.000,- dengan kontribusinya

terhadap pajak daerah sebesar 39,23 persen, dan untuk tahun

2010 terealisasi sebesar Rp.203.335.568.000,- dengan besarnya

kontribusi terhadap pajak daerah sebesar 33,76 persen.

3

Page 4: BAB-I

Dari realisasi PKB sebesar Rp. 203.335.568.000,- pada

tahun 2010 tersebut, dengan jumlah kendaraan bermotor yang

terdaftar pada Kantor Bersama Samsat sebanyak 1.150.041 unit.

Dari jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar tersebut, hanya

sebesar lebih kurang 52 persennya yang melakukan registrasi

ulang atau yang membayar pajak, sedangkan sisanya sebanyak

48 persen kendaraan bermotor dari yang terdaftar tersebut tidak

melakukan registrasi ulang atau tidak membayar pajak

(menunggak). Angka persentase tunggakan kendaraan bermotor

ini sangat besar, artinya terdapat lebih kurang sebanyak 48

persen potensi jumlah kendaraan bermotor yang belum tertagih

PKBnya.

Tingginya jumlah unit kendaraan bermotor yang tidak

membayar PKB di Provinsi Jambi ini dimungkinkan juga karena

masih rendahnya kesadaran masyarakat membayar pajak yang

merupakan kewajiban masyarakat pemilik kendaraan bermotor.

Walaupun sudah dilakukan pemutihan PKB yang menunggak,

namun tunggakan kendaraan bermotor masih tetap tinggi. Oleh

karena itu, upaya penegakan hukum senantiasa harus terus

ditegakkan agar masyarakat akan terus sadar untuk membayar

kewajibannya dan tunggakan PKB terus mengalami penurunan.

Dikatakan Pajak Kendaraan Bermotor merupakan salah

satu pajak daerah yang sangat potensial terhadap PAD Provinsi

Jambi, dikarenakan objeknya jelas, terdata dengan baik pada

Kantor Bersama Samsat, dan jumlah objeknya besar. Setiap

masyarakat yang melakukan transaksi pembelian kendaraan

bermotor pada dealer-dealer yang ada, selanjutnya secara

otomatis pihak dealer akan langsung mendaftarkannya pada

Kantor Bersama Samsat untuk memperoleh Nomor Polisinya (BH)

yang merupakan salah satu syarat bagi kendaraan tersebut

4

Page 5: BAB-I

untuk dapat dioperasikan bagi pemiliknya. Dalam penerbitan

Nomor Polisi (BH) tersebut, bersamaan dengan itu pemilik

kendaraan bermotor langsung dikenakan untuk membayar PKB 1

tahun kedepan dan BBN-KB atas kendaraan baru tersebut. Atas

pengenaan PKB dengan masa pajak selama 1 tahun tersebut,

pemerintah daerah langsung memperoleh pendapatan melalui

PKB dan BBN-KB, dan untuk tahun-tahun berikutnya kendaraan

bermotor tersebut otomatis sudah menjadi objek PKB dan wajib

pajak diwajibkan untuk membayarnya pada tempat-tempat yang

telah ditentukan sesuai dengan tanggal jatuh tempo PKB

sebagaimana yang tertera pada Surat Ketetapan Pajak Daerah

(SKPD) atau yang lazim disebut dengan notice PKB.

Dari sisi jumlah objeknya, jumlah objek PKB angka relatif

besar, namun pada kenyataanya selama ini realisasinya secara

nominal relatif masih kecil. Misalnya saja ntuk tahun 2010

dengan realisasi PKB sebesar Rp.203.335.568.000,-.

Faktor ekonomi makro daerah merupakan salah satu

penyebab meningkatnya realisasi PKB. Indikator ekonomi makro

suatu daerah dapat dilihat dari : Produk Domestik Regional

Brutto (PDRB) adalah merupakan cerminan pendapatan kotor

suatu daerah dalam kurun/periode waktu tertentu. Berikutnya

jumlah penduduk juga dianggap salah yang mempengaruhi

permintaan kendaraan bernotor, jumlah penduduk disini adalah

jumlah penduduk usia produktif atau penduduk angkatan kerja

(man power). Dari jumlah PDRB dan jumlah penduduk tersebut

akan diperoleh tingkat kemampuan rata-rata penduduk pada

kurun waktu tertentu, dan akan tercermin pula tingkat

kemampuan daya beli mayarakat. Dengan daya beli masyarakat

yang tinggi akan mendorong tumbuh dan berkembangnya

perekonomian suatu daerah. Berkembangnya perekonomian

5

Page 6: BAB-I

suatu daerah akan mendorong aktivitas masyarakat yang lebih

tinggi pula, dengan aktivitas masyarakat yang tinggi tersebut,

kebutuhan akan sarana penunjang untuk menunjang aktivitasnya

sehari berupa sarana kendaraan bermotor juga akan meningkat.

Secara teoritis meningkatnya income perkapita dan jumlah

penduduk usia produktif (usia bekerja) akan terjadinya

keseimbangan demand dan supply barang/jasa pada suatu

daerah dan pada kurun waktu tertentu.

Faktor-faktor tersebut di atas, merupakan faktor-faktor

yang dianggap dapat mempengaruhi penerimaan PKB di Provinsi

Jambi. Faktor-faktor tersebut yaitu income per kapita dan jumlah

kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat atau

lebih.

Dari penjelasan dan fakta masalah yang dibahas di atas,

agar penelitian ini lebih terfokus, maka thema yang diangkat dari

penelitian ini adalah “Analisis Penerimaan Pajak Kendaraan

Bermotor dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya di

Provinsi Jambi”.

1.2. Perumusan Masalah

Dari fakta yang ada, realisasi penerimaan Pendapatan Asli

Daerah melalui Pajak Kendaraan Bermotor di Provinsi Jambi

trendnya selalu menunjukkan peningkatan yang berfluktuatif dan

belum maksimal. Secara nominal realisasinya PKB untuk tahun

2010 saja terealisasi sebesar Rp. 203.335.568.000,-, dengan

jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar pada Kantor Bersama

Samsat Provinsi Jambi sebanyak 1.102.548 unit. Dari jumlah

kendaraan yang terdaftar tersebut, ternyata hanya sebanyak 51

persen yang melakukan registrasi ulang atau membayar PKB,

sedangkan sisanya sebanyak 49 persennya belum melaksanakan

6

Page 7: BAB-I

registrasi ulang/ tidak membayar PKB (menunggak). Realisasi

penerimaan PKB ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain jumlah penduduk, jumlah kendaraan dan income per

kapita.

Dari uraian dan fakta masalah di atas, agar penelitian ini

lebih fokus dan terarah sesuai dengan latar belakang penulisan

proposal ini, teridentifikasi beberapa rumusan permasalahan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Berapa besar jumlah tunggakan Kendaraan Bermotor di

Provinsi Jambi dari tahun 2001-2010 ?

2. Berapa besar potensi penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor

(PKB) di Provinsi Jambi ?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan PKB

di Provinsi Jambi ?

1.3. Tujuan Penelitian

Dengan teridentifikasikannya permasalahan dalam

penelitian ini, maka yang akan menjadi tujuan dari penelitian ini

adalah :

1. Untuk mendeskripsikan besarnya jumlah tunggakan dan ratio

tunggakan kendaraan bermotor di Provinsi Jambi.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya potensi

penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di Provinsi

Jambi.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

di Provinsi Jambi.

1.4. Manfaat Penelitian

7

Page 8: BAB-I

Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, maka penelitian

ini diharapkan akan berguna baik secara keilmuan maupun bagi

pihak berkompeten yaitu :

1. Secara akademis.

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi untuk

dikembangkan sehingga menjadi input yang berguna bagi

penelitian selanjutnya dan memberikan sumbangan kontribusi

pemikiran yang nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai

acuan untuk memperkaya khasanah penelitian.

2. Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan

masukan bagi Pemerintah Provinsi Jambi, khususnya Dinas

Pendapatan Provinsi Jambi untuk mengambil kebijakan

terhadap upaya peningkatan penerimaan PKB Provinsi Jambi.

8