BAB I

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara anatomis, sistem saraf tepi (PNS) dibagi menjadi 31 pasang saraf spinal dan 12 pasang saraf kranial. Saraf perifer teridiri dari neuron-neuron yang menerima pesan-pesan neural sensorik (aferen) yang menuju ke SSP atau menerima pesan-pesan neural motorik (eferen) dari SSP, atau keduanya. Saraf spinal menghantarkan pesan-pesan aferen maupun pesan-pesan eferen dan dengan demikian saraf-saraf spinal dinamakan saraf campuran. Saraf kranial berasal dari bagian permukaan otak. Lima pasang merupakan saraf motorik, tiga pasang merupakan saraf sensorik, dan empat pasang merupakan saraf campuran. Secara fungsional PNS dibagi menjadi system saraf somatic dan system saraf autonom. Sistem saraf somatic terdiri dari saraf campuran. Bagian eferen membawa informasi sensorik yang disadari maupun informasi sensorik yang tak disadari (missal, nyeri, suhu, raba, propriosepsi yang disadari maupun 1

description

BAB 1

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara anatomis, sistem saraf tepi (PNS) dibagi menjadi 31 pasang saraf

spinal dan 12 pasang saraf kranial. Saraf perifer teridiri dari neuron-neuron yang

menerima pesan-pesan neural sensorik (aferen) yang menuju ke SSP atau

menerima pesan-pesan neural motorik (eferen) dari SSP, atau keduanya. Saraf

spinal menghantarkan pesan-pesan aferen maupun pesan-pesan eferen dan dengan

demikian saraf-saraf spinal dinamakan saraf campuran. Saraf kranial berasal dari

bagian permukaan otak. Lima pasang merupakan saraf motorik, tiga pasang

merupakan saraf sensorik, dan empat pasang merupakan saraf campuran. Secara

fungsional PNS dibagi menjadi system saraf somatic dan system saraf autonom.

Sistem saraf somatic terdiri dari saraf campuran. Bagian eferen membawa

informasi sensorik yang disadari maupun informasi sensorik yang tak disadari

(missal, nyeri, suhu, raba, propriosepsi yang disadari maupun yang tak disadri,

penglihatan, pengecapan, pendengaran dan penciuman) dari kepala, dinding

tubuh, dan ekstremitas. Saraf eferen terutama berhubungan dengan otot rangka

tubuh. Sistem saraf somatic menangani interaksi dan respons terhadap lingkungan

luar.

Sistem saraf autonom merupakan system saraf campuran.Serabut-serabut

aferennya membawa masukan dari organ-organ visceral (menangani pengaturan

denyut jantung, diamtere pembuluh darah, pernapasan, pencernaan makanan, rasa

lapar, mual, pembuangan dan sebagainya). Saraf eferen motorik system saraf

autonom mempersarafi otot polos, otot jantung, dan kelenjar-kelenjar visceral.

1

Page 2: BAB I

Sistem autonom dibagi menjadi dua bagian, yaitu system saraf autonom

parasimpatis dan system saraf autonom simpatis. Beberapa fungsi simpatis adalah

peningkatan kecepatan denyut jantung dan pernapasan, serta penurunan aktivitas

saluran cerna. Sebaliknya, system saraf parasimpatis autonom menurunkan

kecepatan denyut jantung dan pernapasan, dan meningkatkan pergerakan saluran

cerna sesuai dengan kebutuhan pencernaan dan pembuangan.

1.2 Rumusan masalah

Jelaskan teminologi, mekanisme impuls saraf, potensial aksi saraf,

anatomi sistem saraf perifer, mekanisme gerak refleks, kelumpuhan LMN dan

UMN, pembentukan potensial end plate, jenis-jenis transmitter.

1.3 Tujuan

Dapat mengetahui teminologi, mekanisme impuls saraf, potensial aksi

saraf, anatomi sistem saraf perifer, mekanisme gerak refleks, kelumpuhan LMN

dan UMN, pembentukan potensial end plate, jenis-jenis transmitter.

2

Page 3: BAB I

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Skenario

BLOK : SARAF DAN MUSKULSKELETAL I

Seorang laki-laki 18 tahun dibawa ke IGD setelah mengalami

kecelakaan sepeda motor. Saat masuk ke IGD pasien masih kaget karena baru

kecelakaan dan berkeringat dingin serta dada berdebar-debar. Pada

pemeriksaan didapatkan pasien masih dalam kondisi sadar tetapi pasien tidak

dapat menggerakkan kedua tungkai sama sekali dan tidak merasakan sensasi

di kulit kedua tungkai. Pemeriksaan refleks KPR dan APR menurun dan

refleks patologis meningkat.

2.2 Permasalahan

2.2.1 Terminologi

Refleks KPR

Refleks APR

Refleks patologis

2.2.2 Permasalahan

1. Bagaimana mekanisme impuls saraf?

2. Apa saja tahapan dan peristiwa-peristiwa yang menyebabkan

potensial aksi saraf?

3. Apa anatomi dari sistem saraf tepi (perifer)?

4. Bagaimana mekanisme gerak refleks?

5. Apakah perbedaan antara kelumpuhan LMN dan UMN?

6. Apa saja efek rangsangan saraf simpatis dan parasimpatis?

7. Bagaimanakah pembentukan potensial End

3

Page 4: BAB I

2.3 Pembahasan

2.3.1 Refleks KPR

Refleks sistem saraf berupa refleks kontraksi otot di sekitar patela

sehingga kaki akan terlihat seperti menendang 

2.3.2 Refleks APR

  Ketukan pada tendon achilles

2.3.3 Refleks Patologis

Gerakan refleks yang timbul akibat kerusakan pada syaraf.

2.3.4 Mekanisme impuls saraf

Impuls dapat dihantarkan melalui beberapa cara, di antaranya

melalui sel saraf dan sinapsis. Berikut ini akan dibahas secara rinci kedua

cara tersebut.

a. Penghantaran impuls melalui sel saraf

Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun

tanggapan melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya

perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam sel. Pada

waktu sel saraf beristirahat, kutub positif terdapat di bagian luar dan kutub

negatif terdapat di bagian dalam sel saraf.

Diperkirakan bahwa rangsangan (stimulus) pada indra

menyebabkan terjadinya pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat.

Perubahan potensial ini (depolarisasi) terjadi berurutan sepanjang serabut

saraf. Kecepatan perjalanan gelombang menyebabkan perbedaan potensial

bervariasi antara 1 sampai dengan 120 m per detik, tergantung pada

diameter akson dan ada atau tidaknya selubung mielin. Bila impuls telah

lewat, maka untuk sementara serabut saraf tidak dapat dilalui oleh impuls,

karena terjadi perubahan potensial kembali seperti semula (potensial

istirahat). Untuk dapat berfungsi kembali diperlukan waktu 1/500 sampai

4

Page 5: BAB I

1/1000 detik. Energi yang digunakan dalam proses penghantaran rangsang

berasal dari hasil pernapasan sel yang dilakukan oleh mitokondria dalam

sel saraf.

Apabila tidak terdapat rangsangan atau neuron dalam keadaan

istirahat, sitoplasma di dalam membran plasma bermuatan listrik negatif,

sedangkan cairan di luar membran bermuatan positif. Keadaan yang

demikian dinamakan polarisasi atau potensial istirahat. Perbedaan muatan

ini terjadi karena adanya mekanisme transpor aktif yakni pompa natrium-

kalium. Konsentrasi ion natrium (Na+¿¿) di luar membrane plasma dari

suatu akson neuron lebih tinggi dibandingkan konsentrasidi dalamnya.

Sebaliknya, konsentrasi ion kalium (K+¿ ¿) di dalamnya lebih besar

daripada di luar. Akibatnya, mekanisme transpor aktif terjadi pada

membran plasma.

Kemudian, apabila neuron dirangsang dengan kuat, permeabilitas

membran plasma terhadap ion Na+¿¿ berubah meningkat. Peningkatan

permeabilitas membran ini menjadikan ion Na+¿¿ berdifusi ke dalam

membran, sehingga muatan sitoplasma berubah menjadi positif. Fase

seperti ini dinamakan depolarisasi atau potensial aksi. Sementara itu, ion

K+¿ ¿akan segera berdifusi keluar melewati membran plasma. Fase ini

dinamakan repolarisasi. Perbedaan muatan pada bagian yang mengalami

polarisasi dan depolarisasi akan menimbulkan arus listrik. Kondisi

depolarisasi ini akan berlangsung secara terus-menerus, sehingga

menyebabkan arus listrik. Dengan demikian, impuls saraf akan terhantar

sepanjang akson. Setelah impuls terhantar, bagian yang mengalami

depolarisasi akan mengalami fase istirahat kembali dan tidak ada impuls

yang lewat. Waktu pemulihan ini dinamakan fase refraktori atau

undershoot.

5

Page 6: BAB I

Stimulasi yang kurang kuat atau di bawah ambang (threshold)

tidak akan menghasilkan impuls yang dapat merubah potensial listrik.

Tetapi bila kekuatannya di atas ambang, maka impuls akan dihantarkan

sampai ke ujung akson. Stimulasi yang kuat dapat menimbulkan jumlah

impuls yang lebih besar pada periode waktu tertentu daripada stimulasi

yang lemah.

b. . Penghantaran impuls melalui sinapsis

Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron

lain dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson membengkak membentuk

tonjolan sinapsis. Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat struktur

kumpulan membran kecil berisi neurotransmiter yang disebut vesikula

sinapsis. Neuron yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuron

prasinapsis. Membran ujung dendrit dari sel berikutnya yang membentuk

sinapsis disebut postsinapsis. Bila impuls sampai pada ujung neuron,

maka vesikula bergerak dan melebur dengan membran prasinapsis.

Vesikula akan melepaskan neurotransmiter berupa asetilkolin.

6

Page 7: BAB I

Neurotransmiter adalah suatu zat kimia yang dapat menyeberangkan

impuls dari neuron prasinapsis ke postsinapsis.

Neurotransmiter ada bermacam-macam, misalnya asetilkolin yang

terdapat di seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf simpatik,

dan dopamin serta serotonin yang terdapat di otak. Asetilkolin kemudian

berdifusi melewati celah sinapsis dan menempel pada reseptor yang

terdapat pada membran postsinapsis. Penempelan asetilkolin pada reseptor

menimbulkan impuls pada sel saraf berikutnya. Bila asetilkolin sudah

melaksanakan tugasnya maka akan diuraikan oleh enzim

asetilkolinesterase yang dihasilkan oleh membran postsinapsis

Proses Penghantaran Impuls

Di antara saraf motor dan otot terdapat sinapsis berbentuk cawan

dengan membran prasinapsis dan membran postsinapsis yang terbentuk

dari sarkolema yang mengelilingi sel otot. Prinsip kerjanya sama dengan

sinapsis saraf-saraf lainnya.

1) Struktur Sinapsis

Pada setiap neuron, terminal aksonnya membengkak membentuk

suatu tonjolan kecil yang disebut tombol sinapsis. Permukaan membran

tombol sinapsis ini dinamakan membran prasinapsis yang menghantarkan

impuls dari terminal sinapsis menuju dendrit atau badan sel berikutnya.

Impuls tersebut akan diterima oleh permukaan membran dendrit atau

badan sel yang dituju. Membran yang demikian dinamakan membran

pascasinapsis. Di antara kedua membran ini dipisahkan oleh suatu celah

yang disebut celah sinapsis.

7

Page 8: BAB I

Di dalam tombol sinapsis terdapat suatu zat kimia yang dapat

menghantarkan impuls ke neuron berikutnya. Zat yang demikian

dinamakan neurotransmiter. Saat menghantarkan impuls, dalam

sitoplasma neurotransmiter dibawa oleh banyak kantung dalam

sitoplasma, yang disebut vesikula sinapsis. Ada berbagai macam jenis

neurotransmiter, contohnya asetilkolin, dopamine, noradrenalin, dan

serotonin. Asetilkolin berada pada seluruh sistem saraf; sementara

noradrenalin berada pada sistem saraf simpatik; sementara dopamine dan

serotonin terdapat pada otak. Asetilkolin dan noradrenalin merupakan dua

neurotransmiter utama yang terdapat pada mammalia.

Mekanisme Kerja Sinapsis

Apabila impuls sampai pada tombol sinapsis, segera

neuronmengirimkan neurotransmiter. Selanjutnya, neurotransmitter

dibawa oleh vesikula sinapsis menuju membran prasinapsis. Kedatangan

impuls tersebut membuat permeabilitas membran prasinapsis terhadap ion

Ca2+¿ ¿ meningkat (terjadi depolarisasi). Sehingga, ion Ca2+¿ ¿ masuk dan

merangsang vesikula sinapsis untuk menyatu dengan membran

prasinapsis. Bersama kejadian tersebut, neurotransmiter dilepaskan ke

dalam celah sinapsis melalui eksositosis. Dari celah sinapsis,

neurotransmiter ini berdifusi menuju membran pascasinapsis. Setelah

impuls dikirim, membran pascasinapsis akan mengeluarkan enzim untuk

menghidrolisis neurotransmiter. Enzim tersebut misalnya senzim

asetilkolineterase yang menghidrolisis asetilkolin menjadi kolin dan asam

etanoat. Oleh vesikula sinapsis, hasil hidrolisis (kolin dan asam etanoat)

akan disimpan sehingga sewaktu-waktu bisa digunakan kembali.

8

Page 9: BAB I

2.3.5 Potensial aksi saraf

Sinyal saraf dihantarkan melalui potensial aksi, yang merupakan

perubahan cepat pada potensial membran. Setiap potensial aksi dimulai

dengan perubahan mendadak dari potensial negatif istirahat normal menjadi

potensial membran positif dan kemudian berakhir dengan kecepatan yang

hampir sama kembali ke potensial negatif. Untuk menghantarkan sinyal saraf,

potensial aksi bergerak di sepanjang serat saraf sampai tiba di ujung serat.

Urutan tahap potensial aksi adalah sebagai berikut:

Tahap Istirahat

Ini adalah potensial membran istirahat sebelum terjadinya potensial

aksi. Membran dikatakan menjadi “terpolarisasi” selama tahap ini karena

adanya potensial membran negatif yang besar.

Tahap Depolarisasi

Pada saat ini, membran tiba-tiba menjadi permeabel terhadap ion natrium,

sehingga banyak sekali ion natrium bermuatan positif mengalir ke dalam

akson. Keadaan “polarisasi” normal sebesar – 90 milivolt akan hilang, dan

potensial meningkat dengan cepat dalam arah positif. Keadaan ini disebut

depolarisasi. Pada serat saraf besar, potensial membran “melampaui” nilai nol

dan menjadi sedikit positif, namun pada serat yang lebih kecil juga banyak

neuron sistem saraf pusat, potensial hanya mendekati nilai nol dan tidak

melampaui sampai keadaan positif.

Tahap Repolarisasi

Dalam waktu seperbeberapa puluh ribu detik sesudah membran menjadi

sangat permeabel terhadap ion natrium, saluran natrium mulai tertutup dan

saluran kalium terbuka lebih daripada normal. Selanjutnya, difusi ion kalium

yang berlangsung cepat ke bagian luar akan membentuk kembali potensial

9

Page 10: BAB I

membran istirahat negatif yang normal. Peristiwa ini disebut repolarisasi

membran.

PERISTIWA-PERISTIWA YANG MENYEBABKAN POTENSIAL AKSI

Selama keadaan istirahat, sebelum mulai potensial aksi, konduktansi

ion kalium terlihat 50 sampai 100 kali lebih besar daripada konduktasi untuk

ion natrium. Hal ini disebabkan oleh makin banyaknya ion kalium yang bocor

melalui saluran bocor melebihi jumlah ion natrium yang bocor. Walaupun

begitu, pada saat potensial aksi baru mulai, saluran natrium segera menjadi

aktif dan mempermudah peningkatan konduktansi natrium sampai 5000 kali

lipat. Selanjutnya, dalam waktu seperbeberapa milidetik akan terjadi proses

inaktivasi yang menutup saluran natrium. Mula timbul potensi aksi juga

menyebabkan voltase pada gerbang saluran kalium, sehingga saluran itu mulai

membuka secara lebih lambat, beberapa milidetik setelah saluran natrium

terbuka. Pada akhir potensial, pengembalian potensial membran ke keadaan

negatif menyebabkan saluran kalium tertutup kembali ke keadaan semula,

namun sekali lagi hanya sesudah mengalami keterlambatan.

Selama bagian permulaan dari potensial aksi, perbandingan

konduktansi natrium terhadap kalium meningkat lebih dari seribu kali lipat.

Karena itu, sekarang lebih banyak ion natrium yang mengalir ke dalam serat

daripada ion kalium yang ke luar. Inilah yang menyebabkan potensial

membran menjadi posistif. Kemudian saluran natrium mulai menutup dan

pada saat yang bersamaan, saluran kalium terbuka, sehingga perbandingan

konduktansi sekarang bergeser jauh menimbulkan konduktansi kalium yang

lebih tinggi namun konduktansi natrium yang rendah. Hal ini akan sangat

mempercepat keluarnya ion kalium, sementara tidak ada ion natrium yang

mengalir masuk. Akibatnya, potensial aksi dengan cepat kembali ke nilai

semula.

10

Page 11: BAB I

Mulai Timbulnya Potensial Aksi

Pertama, selama membran saraf tetap tidak terganggu, tidak ada

potensial aksi yang timbul pada serat saraf. Biarpun begitu, bila ada peristiwa

apa pun yang menyebabkan kenaikan awal yang cukup tinggi pada potensial

membran dari – 90 milivolt menjadi nol, peningkatan voltase itu sendiri akan

menyebabkan banyak saluran natrium bergerbang voltase mulai terbuka. Hal

ini akan mempercepat masuknya ion natrium, yang menyebabkan peningkatan

lebih lanjut pada potensial membrane, jadi semakin membuka saluran natrium

bergerbang voltase dan lebih banyak aliran natrium yang masuk ke dalam

serat. Proses ini merupakan lingkaran setan umpan balik positif yang, sekali

umpan balik ini cukup kuat, akan terus terjadi sampai seluruh saluran natrium

bergerbang voltase menjadi teraktivasi (terbuka). Kemudian, dalam beberapa

milidetik, peningkatan potensial membran menyebabkan dimulainya

penutupan saluran natrium dan pembukaan saluran kalium, dan potensial aksi

segera berakhir.

Suatu potensial aksi tidak akan timbul sampai peningkatan awal pada

membran potensial cukup besar untuk menciptakan lingkaran setan. Hal ini

terjadi bila jumlah ion Na+¿¿ yang memasuki serat menjadi lebih besar

daripada jumlah ion K+¿ ¿ yang meninggalkan serat. Biasanya dibutuhkan

peningkatan potensial membran yang berlangsung secara tiba-tiba sebesar 15

sampai 30 milivolt. Karena itu, peningkatan yang berlangsung tiba-tiba pada

potensial membran dalam serat saraf besar dari – 90 milivolt menjadi sekitar –

65 milivolt ini dikatakan sebagai nilai ambang untuk perangsangan.

2.3.6 Anatomi sistem saraf tepi (perifer)

11

Page 12: BAB I

Sistem saraf tepi terdiri dari saraf otak dan saraf spinal. Dua belas

pasang saraf otak (nervus cranialis) ke luar dari otak, dan 31 pasang saraf

spinal (nervus spinalis) meninggalkan medulla spinalis. Sistem saraf tepi

secara anatomi dan operasional bersifat sinambung dengan sifat saraf pusat.

Sistem saraf tepi menyalurkan impuls neural dari organ indra (misalnya

kedua mata) dan dari reseptor sensori di berbagai bagian tubuh (misalnya

kulit) ke sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi juga menyalurkan impuls neural

dari sistem saraf pusat ke otot dan kelenjar. Suatu berkas serabut saraf (akson)

dalam sistem saraf tepi disebut saraf (nervus), dan kumpulan badan sel saraf

diluar sistem saraf pusat di sebut ganglion (misalnya ganglion spinale).

Anyaman saraf disebut pleksus saraf (pleksus nervosus). Serabut saraf perifer

terdiri dari sebatang akson,selubung myelin dan neurolema atau selubung

sel schawan.

Saraf tepi lumayan kuat dan memiliki daya tahan yang baik karena

serabut saraf didalamnya di perkuat dan di lindungi oleh 3 selubung

jaringan ikat seperti berikut:

Epineurium, selubung jaringan ikat selular sekeliling saraf

Perineurium, selubung jaringan ikat selular yang lebih lembut dari pada

epineurium, meliputi seberkas kecil (fasciculus) serabut saraf

Endoneurium , selubung jaringan ikat lembut,meliputi masing-masing

serabut.

Saraf spinal yang khas meninggalkan medulla spinalis melalui dua akar

(radix)

Radix anterior terutama berisi serabut motoris (eferen)dari badan sel saraf

dalam cornu anterius medulla spinalis

Radix posterios mengantar serabut sensoris (aferen ke cornu posterior

medulla spinalis

12

Page 13: BAB I

Radix posterior dan radix anterior bersatu,membentuk saraf spinal

(nervus spinal) yang bercabang dan menjadi ramus posterior dan ramus

anterior.Ramus anterior dan ramus posterior berisi serabut saraf motoris dan

sensoris,Ramus posterior mengantar serabut saraf ke punggung,sedangkan

ramus anterior mengantar serabut saraf ke extremitas da n daerah tubuh

sebelah venteral dan lateral.

Komponen suatu saraf spinal yang khas adalah sebagai berikut:

1. Serabut sensoris umum (soomato-aferen umum) yang meneruskan perasaan

dari tubuh spinalis; ini mungkin berhubungan dengan perasaaan

eksteroseptif (sakit, suhu, rabaan, tekanan) dari kulit atau perasaan

proprioseptif dari otot, tendo dan sendi yang membawa informasi mengenai

keadaan posisi sendi dan tegangan tendo serta serabut otot.

Serabut viserosensiris (visero-aferen umum) yang menyalurkan perasaan dari

mukosa, kelenjar dan pembuluh darah

Serabut somatomoris (somato-eferen umum) yang menyalurkan implus

motoris kepada otot rangka

Serabut viseromoris (vireo-eferen umum)yang menyalurkan implus kepada

otot polos dan jaringan kelenjar

SISTEM SARAF TEPI DIBAGI MENJADI 2 YAITU

1. SISTEM SARAF SOMATIS

Sistem saraf somatis terdiri dari bagian somatis sistem saraf pusat

dan sistem saraf tepi yang dibentuk oleh komponen sensoris dan

motoris. Sistem somatosensoris menyalurkan perasaan rabaan, sakit ,

suhu , dan sikap dari reseptor sensoris. Sistem somatosensoris

13

Page 14: BAB I

memungkinkan terlaksananya gerak yang dikehendaki melalui kontraksi

otot rangka.

2. SISTEM SARAF OTONOM

Sistem saraf otonom terdiri dari saraf eferen dan aferen, serta

ganglion. Saraf eferen berhubung dengan penyaluran implus ke jantung

(otot jantung), otot polos dan kelenjar. Saraf aferen mengurus

penyaluran rangsang sakit visceral, dan merupakan komponen aferen

reflex otonom. Sistem saraf otonom terdiri dari 2 bagian:

Sistem parasimpatis untuk merangsang kegiatan yang menghemat dan

memulihkan sumber daya tubuh (misalnya jantunng berdenyut lebih

lambat)

Sistem simpatis untuk memacu kegiatan yang dikerjakan pada

keadaan darurat dan keadaan menegangkan, sewaktu jantung

berdenyut cepat dan tekana darah menaik.

Setiap bagian sistem saraf otonom terdiri dari dua rangka neuron.

Badan sel neuron pertama terlekat dalam colunal visero/eferen di otak dan

medulla spinali, sedangkan badan neuron sel kedua terdapat dalam

ganglion otonom diluar sistem saraf pusat. Akson neuron pertama disebut

serabut prasinap atau praganglion, dan akson neuron kedua dikenal

sebagai serabut pasca sinap atau pasca ganglion.

SISTEM PARASIMPATIS

Badan neuron praganglion sistem parasimpatis terletak dalam

nukleus saraf otak III, VII, IX dan X di batang otak (truncus enchephali)

dan dalam segmen medulla spinalis sacral kedua, ketiga dan keempat.

Serabut praganglion mengadakan sinaps dengan badan sel neuron

pascaganglion dalam ganglion parasimpatis di dekat atau dalam dinding

14

Page 15: BAB I

organ sasaran. Serabut pascaganglion merangsang otot atau kelenjar organ

bersangkutan.

SISTEM SIMPATIS

Badan sel neuron praganglion sistem simpatis terletak dalam

cornu lateraapat te substansia grisea medulla spinalis, mulai dari segmen

torakal pertama sampai segmen lumbal kedua atau ketiga. Badan sel

neuron pascaganglion terletak dalam ganglion paravertebral dan

preventebral.

Ganglion paraventebral teratur di sebelah kanan dan kiri columna

vertebralis, dan masing-masing sisi saling berhubungan melalui truncus

sympathics yang terbentang antara dasar cranium dan os coccygis untuk

bersatu pada ganglion impar. Ganglion prevertebral terletak dalam pleksus

saraf yang meliputi cabang-cabang utama pars abdominalis aortae

(misalnya ganglion coeliacum)

Akson neuron simpatis membawa serabut praganglion melalui

radix ventralis dan ramus communicans albus ke ganglion paravertebral.

Di sini serabut praganglioner dapat:

Langsug bersinaps dengan neuron pascaganglion

Menaik atau menurun dalam truncus sympathicus untuk

mengadakan sinaps dalam ganglion paravetebra lebih cranial atau

kaudah

Melewati ganglion paravetebra tanpa bersinap untuk membentuk

nervus splaenchnicus (serabut praganglion nervus splaenchnicus

mengadakan sinap dalam salah satu ganglion prevetebra)

Langsung memasuki gandula suprarenalis ( anak ginjal,kelenjar

adrenal) tanpa bersinap dalam ganglion paravetebra atu prevetebra

15

Page 16: BAB I

Serabut pasca ganglion disalurkan

Melalui ramus komunicanss grisseus kesaraf spinal untuk

mencapai pembuluh darah ,kelenjar keringat dan muskulus

arector pilih yang terdapat pada rambut

Kekepala dan leher dengan mengadakan sinaps dalam ganglion

cervical superious,lalu membentuk pleksus saraf sekeliling

pembuluh darah untuk daerah ini.

Kevisera thorax (misalnya jantung, paru-paru) melalu pleksus

cardiacus, pleksus plumonalis, dan pleksus ovadeus)

Dari ganglion prevetebral keviseral abdomen dan pelvis

(misalnya intestinum dan vesica urinaria) melalui pleksus saraf

keliling cabang pas abdominalis aorta (misalnya pleksus

coelicus sekeliling truncus coeliacus).

2.3.7 Mekanisme gerak refleks

Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun ada pula

gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada

gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu melalui reseptor, kesaraf

sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah di otak, kemudian

hasil olahan dari

otak  berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motorik sebagai perintah

yang harus dilaksanakan oleh efektor. Gerak refleks berjalan sangat

cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadaprangsangan, tanpa

memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi

tanpadipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu.

Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk. Pada

gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu

dimulai dari reseptor  penerima rangsang, kemudian diteruskan

oleh saraf sensori (aferen) ke pusat saraf, diterima olehsel saraf

16

Page 17: BAB I

penghubung (asosiasi/neuron konektor) tanpa diolah di dalam otak

langsung dikirimtanggapan ke saraf motorik (eferen) untuk

disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini

disebut lengkung refleks.

Lengkung refleks mencakup lima komponen dasar :

1. Reseptor 

2. Jalur aferen

3. Pusat integrasi

4. Jalur eferen

5. Efektor

 

Efektor Gerak refleks dapat dibedakan menjadi 2 menurut saraf

penghubungnya:

1. Gerak refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi/neuron

konektor) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau

mempersempit pupil bila ada sinar.

2. Gerak refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung

(asosiasi/neuron konektor) berada di dalam sumsum tulang

belakang, misalnya, refleks pada lutut.

Mekanisme

Stimulus → reseptor membentuk potensial aksi yang besarnya sama

dengan kuat rangsang→ jalur aferen (neuron sensorik) →

pusat integrasi (tanpa diolah oleh saraf pusat) → neuron konektor/

antarneuron → jalur eferen (neuron motorik → efektor (otot/kalenjar)

17

Page 18: BAB I

Medulla spinalis dan batang otak untuk

refleks dasar 

Pusat integrasi (SSP)

Otak untuk refleks didapat/terkondisi (diolah

untuk mengambil keputusan mengenai respon

yang akan diambil)

Semua lengkung (jalur) refleks terdiri atas komponen:

1. Reseptor adalah ujung distal dendrite, yang menerima stimulus

2. Jalur aferen melintas di sepanjang sebuah neuron sensorik sampai ke otak atau

medulla spinalis

3. Bagian pusat adalah sisi sinaps yang berlangsung dalam substansi abu-abu.

Impuls dapat ditransmisi dan diulang rutenya, atau dihambat pada bagian ini.

4. Jalur eferen melintas di sepanjang akson neuron motorik sampai ke efektor,

yang akanmerespon impuls eferen sehingga menghasilkan aksi yang khas

5. Efektor dapat berupa otot rangka, otot jantung, otot polos atau kelenjar yang

merespons.

2.3.8 Perbedaan kelumpuhan LMN dan UMN

Kelumpuhan UMN pada umumnya melanda sebelah tubuh sehingga

dinamakan hemiparesis, hemiplegia atau hemiparalisis, karena lesinya

menduduki kawasan sususnan piramidal sesisi.

Kelumpuhan UMN dapat dibagi dalam:

1. Hemiplegia akibat hemilesi di korteks motorik primer

2. Hemiplegia akibat hemilesi di kapsula interna

3. Hemiplegia akibat hemilesi di batang otak, yang dapat dirinci dalam:

18

Page 19: BAB I

a. Sindrom hemiplegia alternans di mesensefalon

b. Sindrom hemiplegia alternans di pons

c. Sindrom hemiplegia alternans di medulla spinalis

4. Tetraplegia/kuadriplegia dan paraplegia akibat lesi di medulla spinalis di

atas tingkat kornus

Kelumpuhan LMN timbul akibat kerusakan pada ‘final common path’,

‘motor end plate’, dan otot. Istilah ‘final common path’ dari Sherrington itu

mencakup ‘lower’ motoneuron dan aksonnya. Berdasarkan komponen-

komponen LMN, kelumpuhan LMN dapat dibagi menjadi:

1. Kelumpuhan LMN akibat lesi di motoneuron

a. Sindrom lesi di kornu anterius

b. Sindrom lesi yang selektif merusak motoneuron dan jaras

kortikospinal

c. Sindrom lesi yang merusak motoneuron dan funikulus anterolateralis

d. Sindrom lesi tunggal di pusat substansia grisea

2. Kelumpuhan LMN akibat lesi di radiks ventralis

a. Kelumpuhan akibat kerusakan pada seluruh radiks ventralis

b. Kelumpuhan akibat kerusakan pada radiks ventralis setempat

3. Kelumpuhan akibat kerusakan pada pleksus brakialis

4. Kelumpuhan akibat lesi di pleksus lumbosakralis

5. Kelumpuhan akibat lesi di fasikulus

6. Kelumpuhan akibat lesi di saraf perifer

a. Kelumpuhan akibat lesi di saraf perifer yang berinduk pada pleksus

brakialis

b. Kelumpuhan akibat lesi di saraf perifer yang berinduk pada pleksus

lumbosakralis

7. Kelumpuhan akibat lesi pada ‘motor end plate’

19

Page 20: BAB I

8. Kelumpuhan akibat lesi di otot (kelumpuhan miogenik)

2.3.9 Efek perangsangan saraf simpatis dan para simpatis

Aktivitas simpatik melebarkan diameter pupil, melebarkan fisura

palpebralis, meningkatkan frekuensi denyutan jantung dan memperlancar

penyaluran impuls melalui jaras atrioventrikular, menyempitkan lumen

(konstriksi) hampir semua pembuluh darah, terutama yang menuju ke kulit

dan visera abdominal, tetapi melebarkan lumen (dilatasi) arteria koronaria,

menghambat peristaltik saluran pencernaan, mengeratkan sfinker saluran

pencernaan, menghambat otot detrusor kandung kemih, membangunkan bulu

kulit, menggalakkan sekresi keringat dan adrenalin (epinephrine) dan

meningkatkan gula darah dengan jalan glikogenelisis di hepar. Melalui

efeknya terhadap sekresi adrenalin, ia menggalakkan dirinya sendiri, oleh

karena adrenalin merangsang susunan saraf simpatik. Khasiat simpatik

terhadap pembuluh darah dan jantung, (konstriksi pembuluh darah umum dan

intra abdominal, dilatasi arteri koroner dan meningkatkan frekuensi denyutan

jantung) mengakibatkan bertambahnya jatah darah untuk paru, otak dan otot-

otot.

Di lain pihak, aktivitas parasimpatik menyempitkan diameter pupil,

memperlambat frekuensi denyutan jantung, menghambat lancarnya

penghantaran melalui jaras atrioventrikular, melebarkan lumen pembuluh

darah, menyempitkan lumen bronkioli, menggalakkan sekresi air liur dan air

mata, menggalakkan peristaltik dan melonggarkan sfinkter saluran

pencernaan, menggalakkan otot detrusor kandung kemih dan sekresi insulin

sehingga menurunkan gula darah.

20

Page 21: BAB I

EFEK OTONOMIK PADA BERBAGAI ORGAN TUBUH

Organ Efek Perangsangan simpatisEfek perangsangan

parasimpatisMata

Pupil Dilatasi Konstriksi

Otot Siliaris Relaksasi ringan (pengelihatan jauh)

Konstriksi (penglihatan dekat)

KelenjarVasokontriksi dan sekresi

ringan

Rangsangan banyak sekali sekresi (mengandung banyak enzim untuk merangsang kelenjar yang menyekresi enzim)

Nasal Lakrimalis

Parotis

Submandibularis Lambung Pankreatik

Kelenjar keringat Banyak sekali keringat (kolinergik)

Berkeringat pada telapak tangan atau tangan

Kelenjar apokrin Kental,sekresi yang berbau Tidak ada

Pembuluh d arah Seringkali kontriksi Seringkali memberi sedikit efek atau tidak sama sekali

Jantung

OtotPeningkatan kecepatanPeningkatan kekuatan kontraksi

Pengurangan kecepatanPenurunan kontraksi (khususnya atrium)

Pembuluh koroner Dilatasi (β2); konstiksi (α) Dilatasi Paru Bronkus Dilatasi Konstriksi Pembuluh darah Konstriksi sedang Dilatasi Usus

21

Page 22: BAB I

Lumen Penurunan peristalsis dan tonis

Peningkatan peristalsis dan tonus

Sfingter Peningkatan tonus (seringkali) Relaksasi ( seringkali)Hati Pelepasan glukosa Sintesis glikogen ringanKandung empedu dan saluran empedu

Relaksasi Kontraksi

Ginjal Berkurangnya pengeluaran dan sekresi renin

Tidak ada

Kandung kemih Detrusor Relaksasi (ringan) Kontraksi Trigonum kontraksi Relaksai Penis ejakulasi Ereksi Arteriol sistemik Visera abdomen konstriksi Tidak ada Otot Konstriksi (α adrenergik)

Dilatasi (β2 adrenergik)Dilatasi (kolinergik)

Tidak ada

Kulit konstriksi Tidak ada Darah Koagulasi meningkat Tidak ada Glukosa meningkat Tidak ada Lipid meningkat Tidak adaMetabolisme basal Meningkat sampai 100% Tidak adaSekresi medula adrenal meningkat Tidak adaAktifitas mental meningkat Tidak adaOtot piloerektor kontraksi Tidak adaOtot rangka Peningkatan glikogenolisis

Peningkatan kekuatanTidak ada

Sel-sel lemak lipolisis Tidak ada

2.3.10 Pembentukan potensial end platePelepasan ‘acetylcholine’ melalui membrane presinaptik terjadi pada

saat potensial aksi tiba di membrane tersebut. Terlepasnya ‘acetlcholine’

mengakibatkan depolarisasi pada membrane postsinaptik. Kejadian itu

menghasilkan potensial kecil, yang dinamakan potensial mini dari ‘motor end

plate’.

22

Page 23: BAB I

Di seberang zona aktif dari membrane presinaptik terdapat lipatan-

lipatan sarkolema yang merupakan membrane postsinaptik. Pada bibir setiap

lipatan membrane postsinaptik . pada bibir setiap lipatan membrane

postsinaptik itu terlihat penimbunan-penimbuunan partikel. Kawasan tersebut

sesuai dengan lokasi reseptor ‘acetycholine’. Adalah konsentrasi reseptor

‘acetylcholine’ pada membrane ‘motor end plate’ itulah yang membuatnya

peka terhadap ‘acetylcholine’ pada membrane ‘motor end plate’. Sedikit lebih

jauh dari kawasan itu tidak ada banyak reseptordan karena itu, kepekaannya

terhadap ‘acetylcholine’ adalah 100 kali lebih kecil ketimbang bibir lipatan

membrane postsinaptik. Setelah denervasi segenap serabut otot menjadi lebih

peka terhadap ‘acetylcholine’, oleh karena reseptor-reseptor yang baru

ditambahkna pada sarkolema.

Interaksi antara ‘acetylcholine’dengan reseptornya menghasilkan suatu

perubahan pada konduktans di membrane postsinaptik, yang mempermudah

permeabilitas bagi ion-ion natrium dan kalium. Ion-ion mengalir melalui

lubang-lubang yang telah dibuka oleh interaksi ‘acetylcholine’-reseptor

mengakibatkan depolarisasi setempat pada ‘motor end plate’. Potensial yang

dicipta di situ dikenal sebagai potensial ‘motor end plate’. Dan gaya inilah

membuat membrane tiba pada titik kritis ambang pelepasannya, sehingga

melepaskan potensial aksi yang membuat serabut otot berkontraksi.

23

Page 24: BAB I

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Sistem saraf perifer terdiri atas saraf somatic dan saraf otonom. Saraf

otonom terdiri dari saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Kinerja dari saraf

simpatis dan saraf parasimpatis pun berlawanan sehingga menghasilkan efek

yang berlawanan pula.

Penghantaran impuls saraf terbagi menjadi dua yaitu penghantaran

impuls melalui sel saraf dan melalui sinapsis. Impuls saraf dihantarkan

melalui potensial aksi yang tahapannya adalah tahap istirahat, depolarisasi,

dan repolarisasi. Kelumpuhan ada dua, yaitu UMN (upper motor neuron) dan

LMN (Lower motor neuron)

3.2 Kritik dan Saran

Diharapkan seluruh mahasiswa fakultas kedokteran agar bisa

memahami anatomi dan fisiologi dari system saraf perifer berserta

kelumpuhan UMN dan LMN agar bisa mempermudah dalam proses

pembelajaran.

24

Page 25: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

Guyton & Hall.2006. Fisiologi kedokteran.edisi 9.Jakarta:Kedokteran EGC

Mardjono, Mahar & Sidharta, Priguna.1998. Neurologi klinis

dasar.Jakarta:Dian Rakyat

Sherwood, Lauralee.2009.Fisiologi Manusia.edisi 6.Jakarta:Kedokteran EGC

Moore, Keith L. & Agur, Anne M.R.2002.Anatomi Klinis

dasar.Jakarta:Hipokrates

Noback, Charles R. & Demarest, Robert J.1982.Anatomi susunan saraf

manusia.edisi 2.Jakarta : Kedokteran EGC

25

Page 26: BAB I

26