BAB I

14
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu kedokteran dewasa ini telah memberikan dampak yang besar bagi dunia kesehatan di dunia. Kemajuan tersebut dapat meningkatkan tingkat harapan hidup para pasien. Salah satu kemajuan tersebut adalah dalan bidang transplantasi organ tubuh manusia. Teknik ini memungkinkan seseorang dapat mengganti bagian tubuhnya yang rusak atau sudah tidak dapat berfungsi lagi dengan bagian tubuh orang lain supaya dia dapat hidup normal. Tentu saja kemajuan di bidang transplantasi ini membantu banyak orang, akan tetapi adanya teknik transplantasi ini juga mendatangkan beberapa masalah yang berdampak atas moralitas. Kemajuan dalam ilmu pengetahuan medis telah memungkinkan dilakukannya transplantasi organ dengan namun demikian beberapa prosedur yang ditawarkan mungkin dapat dilakukan tetapi secara moral tidak dapat diterima. Apa yang secara teknologis mungkin, tidak selalu baik secara moral. Dalam menilai moralitas suatu prosedur, orang wajib mempertahankan martabat pribadi manusia, yang sekaligus tubuh dan jiwa. Masalah moral tersebut antara lain meliputi perdagangan organ tubuh manusia. Perdagangan organ manusia di dunia semakin marak, terutama di pasar gelap. Hal ini merupakan perpaduan antara kemiskinan dan kejahatan terorganisasi berskala global. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, setiap tahun terjadi 21.000 pencangkokan hati. Padahal, berdasarkan pakar medis, jumlah permintaan sebenarnya paling sedikit 90.000. Selain itu, permintaan akan ginjal juga melebihi persediaan yang ada. Hasilnya, harga organ tubuh melonjak tajam. Ini menjadi salah satu faktor pendukung maraknya perdagangan organ tubuh manusia di pasar gelap. Di Mesir, sebuah ginjal berharga USD5.300, sementara di Istanbul,Turki, harganya bisa mencapai USD30.700. Di China, harga liver bahkan menembus USD34.380. Bagaimana dengan di Indonesia? Walaupun perdagangan organ tubuh di Indonesia belum seperti di China, potensi untuk menuju kesana terbuka lebar. Oleh sebab itu, kami akan mengkaji tentang bagaimana etika dan hukum kesehatan di Indonesia mengatur transplantasi organ tubuh.

description

mgbsdcjhgshcvhsd

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB IPENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Perkembangan ilmu kedokteran dewasa ini telah memberikan dampak yang besar bagi

dunia kesehatan di dunia. Kemajuan tersebut dapat meningkatkan tingkat harapan hidup para

pasien. Salah satu kemajuan tersebut adalah dalan bidang transplantasi organ tubuh manusia.

Teknik ini memungkinkan seseorang dapat mengganti bagian tubuhnya yang rusak atau sudah

tidak dapat berfungsi lagi dengan bagian tubuh orang lain supaya dia dapat hidup normal. Tentu

saja kemajuan di bidang transplantasi ini membantu banyak orang, akan tetapi adanya teknik

transplantasi ini juga mendatangkan beberapa masalah yang berdampak atas moralitas.

Kemajuan dalam ilmu pengetahuan medis telah memungkinkan dilakukannya transplantasi organ

dengan namun demikian beberapa prosedur yang ditawarkan mungkin dapat dilakukan tetapi

secara moral tidak dapat diterima. Apa yang secara teknologis mungkin, tidak selalu baik secara

moral. Dalam menilai moralitas suatu prosedur, orang wajib mempertahankan martabat pribadi

manusia, yang sekaligus tubuh dan jiwa. Masalah moral tersebut antara lain meliputi

perdagangan organ tubuh manusia.

Perdagangan organ manusia di dunia semakin marak, terutama di pasar gelap. Hal ini

merupakan perpaduan antara kemiskinan dan kejahatan terorganisasi berskala global. Badan

Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, setiap tahun terjadi 21.000 pencangkokan hati. Padahal,

berdasarkan pakar medis, jumlah permintaan sebenarnya paling sedikit 90.000. Selain itu,

permintaan akan ginjal juga melebihi persediaan yang ada. Hasilnya, harga organ tubuh

melonjak tajam. Ini menjadi salah satu faktor pendukung maraknya perdagangan organ tubuh

manusia di pasar gelap. Di Mesir, sebuah ginjal berharga USD5.300, sementara di

Istanbul,Turki, harganya bisa mencapai USD30.700. Di China, harga liver bahkan menembus

USD34.380. Bagaimana dengan di Indonesia? Walaupun perdagangan organ tubuh di Indonesia

belum seperti di China, potensi untuk menuju kesana terbuka lebar. Oleh sebab itu, kami akan

mengkaji tentang bagaimana etika dan hukum kesehatan di Indonesia mengatur transplantasi

organ tubuh.

B.  Tujuan Penulisan

Tujuan utama pembuatan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas mata kuliah etika

dan hukum kesehatan. Selanjutnya pembahasan masalah transplantasi organ tubuh manusia ini

bertujuan untuk mendalami bagaimana etika dan hukun kesehatan di Indonesia mengatur

masalah transplantasi organ tubuh. Selain itu, makalah ini juga di harapkan dapat memberikan

informasi kepada masyarakat luas bagaimana prosedur transplantasi organ baik kepada pendonor

maupun kepada pihak yang menerima.

C.  Rumusan Masalah

1. Sejarah dan pengertian transplantasi organ tubuh ?

Page 2: BAB I

2. Metode dan bagaimanan transplantasi organ tubuh ?

3. Bagaimana etika dan moral mengenai transplantasi organ tubuh ?

4. Bagaimana hukum di Indonesia mengatur proses transplantasi organ?

4. Dan bagaimana pandangan Agama terhadap transplantasi organ tubuh manusia ?

E.  Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam pembahasan kaitan etika dan hukum kesehatan dengan

transpalantasi organ adalah metode tinjauan pustaka.

F.  Sistematika Penulisan

Penulisan makalah dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu pertama pendahuluan yang

berisi latar belakang, tujuan, rumusan masalah, metode penelitian serta sistematika penulisan,

tahap kedua yang berisi tentang pembahasan etika dan hukum kesehatan di Indonesia yang

terkait dengan transplantasi organ dan yang terakhir adalah penutup yang berisi kesimpulan dan

saran.BAB II

ISI

A. Sejarah Transplantasi Organ Tubuh

Tahun 600 SM di India, susruta telah melakukan transplantasi kulit. Sementara jaman 

Renaissance, seorang ahli bedah dari Italia bernama Gaspare Tagliacozzi juga telah melakukan

hal  yang sama. Diduga  John Hunter (1728-1793) adalah pioneer bedah eksperimental, 

termasuk bedah transplantasi.  Dia  mampu membuat kriteria  teknik bedah untuk menghasilkan

suatu jaringan transpalntasi yang tumbuh di  tempat baru. Akan tetapi sistem golongan darah dan

sistem histokompatibilitas yang erat hubungannya dengan reaksi terhadap transplantasi belum

ditemukan. Pada abad ke-20 wiener dan landsteiner menyokong  perkembangan transplantasi

dengan menemukan golongan darah sistem ABO dan system Rhesus. Saat ini perkembangan

ilmu kekebalan tubuh makin berperan  dalam keberhasilan tindakan  transplantasi.

Perkembangan teknologi kedokteran terus meningkat  searah dengan perkembangan teknik

transplantasi. Ilmu  transplantasi modern makin berkembang dengan ditemukannnya metode-

metode pencangkokan, seperti :

1)      Pencangkokkan  arteria mammaria interna didalam operasi lintas koroner oleh Dr. George

E.Green.

2)      Pencangkokkan jantung, dari jantung kera kepada manusia oleh Dr. Cristian Bernhard,

walaupun resepiennya kemudian meninggal dalam waktu 18 hari.

3)      Pencangkokkan sel-sel substansia nigra dari bayi  yang  meninggal ke penderita parkinson

oleh Dr. Andreas Bjornklund.

Page 3: BAB I

B.     Pengertian Transplantasi Organ Tubuh

Transplantasi organ adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari

suatu tempat ketempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan dan

kondisi  tertentu. Tujuan utama transplantasi organ adalah mengurangi penderitaan dan

meningkatkan kualitas hidup pasien. Transplantasi  ditinjau dari sudut si penerima dapat

dibedakan menjadi :

1)      Autotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain dalam tubuh orang

itu sendiri.

2)      Homotransplantasi, yaitu pemindahan suatau jaringan atau organ dari  tubuh seseorang ke 

tubuh  orang lain.

3)      Heterotransplantasi,  yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ dari  suatu spesies ke tubuh

spesies lainnya.

C. Jenis-jenis transplantasi

Hingga waktu ini telah dikenal beberapa jenis transplantasi atau pencangkokan, baik

berupa sel, jaringan maupun organ tubuh yaitu sebagai berikut:

1)      Autograft, yaitu pemindahan dari satu tempat ke tempat lain dalam tubuh itu sendiri.

2)      Allograft, yaitu pemindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang sama spesiesnya.

3)      Isograft, yaitu pemindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang identik, misalnya pada kembar

identik.

4)      Xenograft, yaitu pemindahan dari satu tubuh ke tubuh yang lain yang tidak sama ke spesiesnya.

Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari donor yang hidup

atau dari jenazah orang yang baru meninggal (untuk keperluan ini, definisi meninggal adalah

mati batang otak). Organ atau jaringan yang dapat diambil dari donor hidup adalah kulit, ginjal,

sumsum tulang dan darah (transfusi darah). Organ/ jaringan yang diambil dari jenazah adalah

jantung, hati, ginjal, kornea, pankreas, paru-paru dan sel otak. Dalam dua dasawarsa terakhir ini

telah pula dikembangkan teknik transplantasi seperti transplantasi arteria mamaria interna dalam

operasi lintas koroner oleh George E. Green, dan transplantasi sel-sel substansi nigra dari bayi

yang meninggal kepada pasien penyakit Pakinson. Semua upaya dalam bidang transplantasi

tubuh, jaringan dan sel manusia itu tentu memerlukan dari sudut hukum dan etik kedokteran.

D. Komponen-Komponen Transplantasi

Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi, yaitu :

1)      Eksplantasi, yaitu usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup atau yang sudah

meninggal.

Page 4: BAB I

2)      Implantasi, yaitu usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut kepada bagian tubuh

sendiri atau tubuh orang lain.

Disamping itu, ada dua komponen penting yang menunjang keberhasilan tindakan

traplantasi, yaitu :

a)      Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang hidup yang diambil

jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan psikis, untuk hidup dengan kekurangan

jaringan atau organ.

b)       Adaptasi resepien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima atau organ tubuh baru

sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak jaringan atau organ tersebut, untuk berfungsi

baik, mengganti yang sudah tidak dapat berfungsi lagi.

E. Metode Transplantasi

Semakin berkembangnya ilmu tranplantasi modern, ditemukan metode-metode

pencangkokan, seperti :

1.      Pencangkokan arteria mammaria interna di dalam operasi lintas koroner oleh Dr. George E.

Green.

2.      Pencangkokan jantung, dari jantung ke kepada manusia oleh Dr. Cristian Bernhard, walaupun

resepiennya kemudian meninggal dalam waktu 18 hari.

3.      Pencangkokan sel-sel substansia nigra dari bayi yang meninggal ke penderita Parkinson oleh Dr.

Andreas Bjornklund.

F. Kategori Transplantasi Organ Tubuh

Transplantasi dapat dikategori kepada tiga tipe, yaitu :

1)      Donor dalam keadaan hidup sehat. Dalam tipe ini diperlakukan seleksi yang cermat dan harus

diadakan general check up (pemeriksaan kesehatan  yang lengkap dan menyeluruh) baik

terhadap donor, maupun terhadap resipien. Hal ini dilakukan demi untuk menghindari kegagalan

transplantasi.

2)      Donor dalam keadaan koma. Apabila donor dalam keadaan koma,atau di d uga kuat akan

meninggal segera, maka dalam pengambilan organ tubuh donor memerlukan alat kontrol dan

penunjang kehidupan, misalnya  bantuan alat pernafasan khusus.

3)      Donor dalam keadaan meninggal. Dalam tipe ini, organ tubuh  yang akan dicangkokkan diambil

ketika donor sudah meninggal berdasarkan ketentuan medis dan yuridis.

G. Masalah Etik dan Moral dalam Tranplantasi Organ

Beberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha transplantasi adalah donor hidup, jenazah

dan donor mati, keluarga dan ahli waris, resepien, dokter dan pelaksana lain, dan masyarakat.

Page 5: BAB I

Hubungan pihak-pihak itu dengan masalah etik dan moral dalam transplantasi akan dibicarakan

dalam uraian dibawah ini,

1. Donor Hidup.

Adalah orang yang memberikan jaringan atau organnya kepada orang lain (resepien).

Sebelum memutuskan untuk menjadi donor, seseorang harus mengetahui dan mengerti resiko

yang dihadapi, baik resiko di bidang medis, pembedahan, maupun resiko untuk kehidupannya

lebih lanjut sebagai kekurangan jaringan atau organ yang telah dipindahkan. Disamping itu,

untuk menjadi donor, sesorang tidak boleh mengalami tekanan psikologis. Hubungan psikis dan

emosi harus sudah dipikirkan oleh donor hidup tersebut untuk mencegah timbulnya masalah.

2. Jenazah dan donor mati.

Adalah orang yang semasa hidupnya telah mengizinkan atau berniat dengan sungguh-

sungguh untuk memberikan jaringan atau organ tubuhnya kepada yang memerlukan apabila ia

telah meninggal kapan seorang donor itu dapat dikatakan meninggal secara wajar, dan apabila

sebelum meninggal, donor itu sakit, sudah sejauh mana pertolongan dari dokter yang

merawatnya. Semua itu untuk mencegah adanya tuduhan dari keluarga donor atau pihak lain

bahwa tim pelaksana transplantasi telah melakukan upaya mempercepat kematian seseorang

hanya untuk mengejar organ yang akan ditransplantasikan.

3. Keluarga donor dan ahli waris.

Kesepakatan keluarga donor dan resipien sangat diperlukan untuk menciptakan saling

pengertian dan menghindari konflik semaksimal mungkin atau pun tekanan psikis dan emosi di

kemudian hari. Dari keluarga resepien sebenarnya hanya dituntut suatu penghargaan kepada

donor dan keluarganya dengan tulus. Alangkah baiknya apabila dibuat suatu ketentuan untuk

mencegah tinmulnya rasa tidak puas kedua belah pihak.

4. Resipien.

Adalah orang yang menerima jaringan atau organ orang lain. Pada dasarnya, seorang

penderita mempunyai hak untuk mendapatkan perawatan yang dapat memperpanjang hidup atau

meringankan penderitaannya. Seorang resepien harus benar-benar mengerti semua hal yang

dijelaskan oleh tim pelaksana transplantasi. Melalui tindakan transplantasi diharapkan dapat

memberikan nilai yang besar bagi kehidupan resepien. Akan tetapi, ia harus menyadari bahwa

hasil transplantasi terbatas dan ada kemungkinan gagal. Juga perlu didasari bahwa jika ia

menerima untuk transplantasi berarti ia dalam percobaan yang sangat berguna bagi kepentingan

orang banyak di masa yang akan datang.

5. Dokter dan tenaga pelaksana lain.

Untuk melakukan suatu transplantasi, tim pelaksana harus mendapat parsetujuan dari

donor, resepien, maupun keluarga kedua belah pihak. Ia wajib menerangkan hal-hal yang

mungkin akan terjadi setelah dilakukan transplantasi sehingga gangguan psikologis dan emosi di

kemudian hari dapat dihindarkan. Tanggung jawab tim pelaksana adalah menolong pasien dan

mengembangkan ilmu pengetahuan untuk umat manusia. Dengan demikian, dalam

Page 6: BAB I

melaksanakan tugas, tim pelaksana hendaknya tidak dipengaruhi oleh pertimbangan-

pertimbangan kepentingan pribadi.

6. Masyarakat.

Secara tidak sengaja masyarakat turut menentukan perkembangan transplantasi.

Kerjasama tim pelaksana dengan cara cendekiawan, pemuka masyarakat, atau pemuka agama

diperlukan untuk mendidik masyarakat agar lebih memahami maksud dan tujuan luhur usaha

transplantasi. Dengan adanya pengertian ini kemungkinan penyediaan organ yang segera

diperlukan, atas tujuan luhur, akan dapat diperoleh.

H. Aspek Etik Transplantasi

           Transplantasi merupakan upaya terakhir untuk menolong seorang pasien dengan

kegagalan fungsi salah satu organ tubuhnya. Dari segi etik kedokteran, tindakan ini wajib

dilakukan jika ada indikasi, berlandaskan beberapa pasal dalam KODEKI, yaitu:

1)      Pasal 2

Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi.

2)      Pasal 10

Setiap dokter harus senantiasa mengingat dan kewajibannya melindungi hidup insani.

3)      Pasal 11

Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya

untuk kepentingan penderita.

 I. Aspek Hukum Transplantasi

Dari segi hukum, transplantasi organ, jaringan dan sel tubuh dipandang sebagai suatu

usaha mulia dalam upaya menyehatkan dan menyejahterakan manusia, walaupun ini adalah suatu

perbuatan yang melawan hukum pidana, yaitu tindak pidana penganiayaan. Tetapi karena adanya

alasan pengecualian hukuman, atau paham melawan hukum secara material, maka perbuatan

tersebut tidak lagi diancam pidana dan dibenarkan. Dalam PP no. 18 tahun 1981 tentang bedah

mayat klinis, bedah mayat anatomis dan transplantasi alat kerja serta jaringan tubuh manusia,

tercantum pasal-pasal tentang transplantasi sebagai berikut:

1)      Pasal 1

a) Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringan tubuh yang dibentuk oleh beberapa

jenis sel dan mempunyai bentuk serta faal (fungsi) tertentu untuk tubuh tersebut.

b) Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan faal (fungsi) yang sama dan

tertentu.

c) Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan dan atau jaringan

tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain dalam rangka pengobatan untuk menggantikan

alat dan atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.

d) Donor adalah orang yang menyumbangkan alat atau jaringan tubuhnya kepada orang lain

untuk keperluan kesehatan.

Page 7: BAB I

e) Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang

bahwa fungsi otak, pernapasa, dan atau denyut jantung seseorang telah berhenti.

Ayat yang di atas mengenai definisi meninggal dunia kurang jelas, karena itu IDI dalam seminar

nasionalnya telah mencetuskan fatwa tentang masalah mati yang dituangkan dalam SK PB IDI

No. 336/PB IDI/a.4 tertanggal 15 Maret 1988 yang disusul dengan SK PB IDI No.

231/PB.A.4/07/90. Dalam fatwa tersebut dinyatakan bahwa seseorang dikatakan mati, bila fungsi

spontan pernapasan dan jantung telah berhenti secara pasti (irreversibel), atau terbukti telah

terjadi kematian batang otak. Selanjutnya dalam PP di atas terdapat pasal-pasal berikut:

2)   Pasal 10

            Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia dilakukan dengan memperhatikan

ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf a dan huruf b, yaitu harus

dengan persetujuan tertulis penderita dan/ atau keluarganya yang terdekat setelah penderita

meninggal dunia.

3)   Pasal 11

a. Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia hanya boleh dilakukan oleh dokter yang

ditunjuk oleh menteri kesehatan.

b. Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia tidak boleh dilakukan oleh dokter yang

merawat atau mengobati donor yang bersangkutan.

4)   Pasal 12

Dalam rangka transplantasi, penentuan saat mati ditentukan oleh dua orang dokter yang

tidak ada sangkut paut medik dengan dokter yang melakukan transplantasi.

5)      Pasal 13

Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf a, pasal 14 dan pasal 15

dibuat di atas kertas bermaterai dengan 2 orang saksi.

6)      Pasal 14

Pengambilan alat dan atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau

Bank Mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan persetujuan tertulis

keluarga yang terdekat.

7)      Pasal 15

a.    Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia diberikan oleh

donor hidup, calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yang

merawatnya, termasuk dokter konsultan mengenai operasi, akibat-akibatnya, dan kemungkinan-

kemungkinan yang dapat terjadi.

b.   Dokter sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 harus yakin benar, bahwa calon donor yang

bersangkutan telah menyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut.

8)      Pasal 16

Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak atas kompensasi material apapun

sebagai imbalan transplantasi.

Page 8: BAB I

9)      Pasal 17

Dilarang memperjualbelikan alat atau jaringan tubuh manusia.

10)  Pasal 18

Dilarang mengirim dan menerima alat dan atau jaringan tubuh manusia dalam semua bentuk ke

dan dari luar negeri. Sebagai penjelasan pasal 17 dan 18, disebutkan bahwa alat dan atau jaringan

tubuh manusia sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap insan tidaklah sepantasnya

dijadikan objek untuk mencari keuntungan. Pengiriman alat dan atau jaringan tubuh manusia ke

dan dari luar negeri haruslah dibatasi dalam rangka penelitian ilmiah, kerjasama dan saling

menolong dalam keadaan tertentu.

Selanjutnya dalam UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, dicantumkan beberapa pasal

tentang transplantasi sebagai berikut:

11)  Pasal 33

1. Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan transplantasi organ

dan atau jaringan tubuh, transfusi darah, implant obat dan atau alat kesehatan, serta bedah plastik

dan rekonstruksi.

2. Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh serta transfusi darah sebagaimana yang dimaksud

dalam ayat 1 dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk tujuan komersial.

12) Pasal 34

1. Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan

yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di sarana kesehatan tertentu.

2. Pengambilan organ dan atau jaringan tubuh dari seorang donor harus memperhatikan

kesehatan donor yang bersangkutan dan ada persetujuan ahli waris atau keluarganya.

3. Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi sebagaimana

dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2 ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Apabila diperhatikan kedua pasal di atas, isi dan tujuannya hampir sama dengan yang diatur

dalam PP Nomor 18 Tahun 1981 tentang bedah mayat klinis, bedah mayat anatomis dan

transplantasi alat serta jaringan tubuh manusia. Dalam Undang-Undang Kesehatan kembali

ditegaskan bahwa transplantasi organ atau jaringan tubuh dan transfusi darah hanya dapat

dilakukan untuk tujuan kemanusiaan, dilarang untuk dijadikan objek untuk mencari keuntungan,

jual beli dan komersialisasi bentuk lain.

J.  Transplantasi Organ dari Segi Agama:

1.  Tansplantasi Organ dari Segi Agama Islam

Page 9: BAB I

a. Transplantasi Organ Dari Donor Yang Masih Hidup, mendonorkan organ tunggal yang dapat

mengakibatkan kematian si pendonor, seperti mendonorkan  jantung, hati dan

otaknya. Hukumnya tidak diperbolehkan, Berdasarkan firman Allah SWT dalam Al – Qur’an :

1) surat Al – Baqorah ayat 195

” dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan ”

2)   An – Nisa ayat 29

” dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri ”

3)   Al – Maidah ayat 2

” dan jangan tolong – menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. “

b.Transplantasi Organ dari Donor yang Sudah meninggal

            Allah telah mengharamkan pelanggaran terhadap kehormatan  mayat sebagaimana

pelanggaran terhadap kehormatan orang hidup. Allah menetapkan pula bahwa menganiaya

mayat sama saja dosanya dengan menganiaya orang hidup. Diriwayatkan dari A’isyah Ummul

Mu’minin RA bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Memecahkan tulang mayat itu sama dengan

memecahkan tulang orang hidup.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Hibban).

Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Amar bin Hazm Al Anshari RA, dia

berkata,”Rasulullah pernah melihatku sedang bersandar pada sebuah kuburan. Maka beliau lalu

bersabda : “Janganlah kamu menyakiti penghuni kubur itu !” Hadits-hadits di atas secara jelas

menunjukkan bahwa mayat mempunyai kehormatan sebagaimana orang hidup. Begitu pula

melanggar kehormatan dan menganiaya mayat adalah sama dengan melanggar kehormatan dan

menganiaya orang hidup.

2.  Transplantasi Organ dari Segi Agama Kristen

Di alkitab tidak dituliskan mengenai mendonorkan organ tubuh, selama niatnya tulus dan

tujuannya kebaikan itu boleh-boleh saja terutama untuk membantu kelangsungan hidup suatu

nyawa (nyawa orang yang membutuhkan donor organ) bukan karena mendonorkan untuk

mendapatkan imbalan berupa materi, uang untuk si pendonor organ. Akan lebih baik lagi bila si

pendonor sudah mati dari pada saat si pendonor belum mati karena saat kita masih hidup organ

tubuh itu bagaimanapun penting, sedangkan saat kita sudah mati kita tidak membutuhkan organ

tubuh jasmani kita.

3. Transplantasi Organ dari Segi Agama Katolik

Gereja menganjurkan kita untuk mendonorkan organ tubuh sekalipun jantung kita, asal

saja sewaktu menjadi donor kita sudah benar-benar mati artinya bukan mati secara medis yaitu

otak kita yang mati, seperti koma, vegetative state atau kematian medis lainnya. Tentu kalau kita

dalam keadaan hidup dan sehat kita dianjurkan untuk menolong hidup orang lain dengan menjadi

donor.

Page 10: BAB I

Kesimpulannya bila donor tidak menuntut kita harus mati, seperti donor darah, sum-sum,

ginjal, kulit, mata, rambut, lengan, jari, kaki atau urat nadi, tulang maka kita dianjurkan untuk

melakukannya. Sedangkan menjadi donor mati seperti jantung atau bagian tubuh lainnya dimana

donor tidak bisa hidup tanpa adanya organ tersebut, maka kita sebagai umat Katolik wajib untuk

dinyatakan mati oleh ajaran GK. Ingat, kematian klinis atau medis bukan mati sepenuhnya, jadi

kita harus menunggu sampai si donor benar-benar mati untuk dipanen organ, dan ini terbukti

tidak ada halangan bagi kebutuhan medis dalam pengambilan organ.

4.  Transplantasi Organ dari Segi Agama Budha

Dalam pengertian Budhis, seorang terlahir kembali dengan badan yang baru. Oleh karena

itu, pastilah organ tubuh yang telah didonorkan pada kehidupan yang lampau tidak lagi

berhubungan dengan tubuh dalam kehidupan yang sekarang. Artinya, orang yang telah

mendanakan anggota tubuh tertentu tetap akan terlahir kembali dengan organ tubuh yang

lengkap dan normal. Ia yang telah berdonor  kornea mata misalnya, tetap akan terlahir dengan

mata normal, tidak buta. Malahan, karena donor adalah salah  satu  bentuk  kamma baik, ketika

seseorang berdana kornea mata, dipercaya dalam kelahiran yang berikutnya, ia akan mempunyai

mata lebih indah dan sehat dari pada mata yang ia miliki dalam kehidupan saat ini.

5.    Transplantasi Organ dari Segi Agama Hindu

Menurut ajaran Hindu  transplantasi organ tubuh dapat dibenarkan dengan alasan, bahwa

pengorbanan (yajna) kepada orang yang menderita, agar dia bebas dari penderitaan dan dapat

menikmati kesehatan dan kebahagiaan, jauh lebih penting, utama, mulia dan luhur, dari keutuhan

organ tubuh manusia yang telah meninggal. Perbuatan ini harus dilakukan diatas

prinsip yajna yaitu pengorbanan tulus iklas tanpa pamrih dan bukan dilakukan untuk maksud

mendapatkan keuntungan material. Alasan yang lebih bersifat logis dijumpai dalam kitab

Bhagawadgita II.22 sebagai berikut: “Wasamsi jirnani yatha wihaya nawani grihnati

naro’parani, tatha sarirani wihaya jirnany anyani samyati nawani dehi” Artinya: seperti halnya

seseorang mengenakan pakaian baru dan membuka pakaian lama, begitu pula Sang Roh

menerima badan-badan jasmani yang baru, dengan meninggalkan badan-badan lama yang tiada

berguna. Ajaran Hindu tidak melarang bahkan menganjurkan umatnya unutk melaksanakan

transplantasi organ tubuh dengan dasar yajna (pengirbanan tulus ikhlas dan tanpa pamrih) untuk

kesejahteraan dan kebahagiaan sesama umat manusia. Demikian pandangan agama hindu

terhadap transplantasi organ tubuh sebagai salah satu bentuk pelaksanaan ajaran Panca Yajna

terutama Manusa Yajna.

BAB IV

Page 11: BAB I

PENUTUPA.    Kesimpulan

            Kemajuan teknologi dibidang kedokteran memungkinkan terjadinya transplantasi organ

tubuh manusia. Hal ini saat bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia karena dengan

transplantasi organ-organ tubuh manusia yang telah rusak atau tidak berfungsi lagi dengan

normal dapat digantikan dengan organ yang masih berfungsi dengan baik. Akan tetapi tidak

dapat dipungkiri banyaknya masalah yang muncul akibat kemajuan teknologi ini seperti yang

telah dijelaskan sebelumnya.

            Transplantasi boleh saja dilakukan dengan melaksanakan ketentuan-ketentuan berupa

hukum kesehatan dan etika kedokteran yang berlaku di Indonesia. Dengan memperhatikan

hukum kesehatan dan etika yang berlaku maka usaha  mulia untuk menolong pasien yang

memiliki masalah dengan salah satu organ tubuhnya dapat terlaksana.

B.     Saran

            Upaya yang dilakukan oleh manusia untuk dapat mempertahankan kelangsungan

hidupnya dapat dilakukan dengan semaksimal mungkin. Oleh sebab itu, sebaikny para dokter

tidak menyalahgunakan keahliannya dalam transplantasi untuk tujun-tujuan kemersial semata

seperti jual-beli organ. Karena jika dokter tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan

hukum maka tidak akan bisa terjadi jual-beli organ karena yang mampu mengambil dan

memindahkan organ-organ tersebut hanya dokter. Selain itu para penjual organ juga haraus

menyadari kalau menjual organ tubuh kita sendiri dapat membahayakan kesehatan bahkan dapat

menyebabkan kematian.

            Oleh sebab itu, Pemerintah hendaknya melarang keras dengan hukum yang berlaku bagi

mereka yang menjual organ tubuh dengan tujuan komersil. Dengan menjual organ tubuh

tersebut, secara tidak langsung mereka menjual pemberian Allah SWT yang paling berharga dan

tak ternilai harganya yaitu hidup sebagai makhluk yang sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

http://ilmukita-imam.blogspot.com/2012/04/transplantasi-organ-dalam-perspektif.html

http://kolektor-makalah.blogspot.com/2011/01/realita-permasalahan-transplantasi.htmlhttp://nanny-lintangamma.blogspot.com/2011/11/transplantasi-organ-di-pandang-dari.html

http://nursing-transplan.blogspot.com/