BAB I

40
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan merupakan bagian penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan di sekolah dapat menghasilkan manusia yang cerdas, kreatif dan bertanggung jawab. Kualitas sumber daya manusia sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan yang diperolehnya. Semakin tinggi kualitas pendidikan yang diperolehnya, semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan. Peningkatan kualitas pendidikan tidak lepas dari upaya peningkatan komponen-komponen yang terdapat didalamnya. Komponen tersebut saling terikat erat satu dengan yang lainnya dalam satu sistem. Komponen yang dimaksud meliputi: guru, metode pengajaran, kurikulum, siswa, sarana dan prasarana sekolah. Peningkatan kualitas pendidikan ini tidak hanya diberikan pada sekolah-sekolah tingkat Dasar, Menengah Pertama (SMP), ataupun Sekolah Menengah Atas (SMA), tetapi perlu diperhatikan pula pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pada tingkat SMK mulai diberikan dasar pengetahuan dan keterampilan yang memegang peran penting dalam mempersiapkan siswa untuk menjadi tenaga kerja yang profesional sesuai dengan bidang keahlian yang diminatinya. copyright©proposal.penelitian 1 | Page

Transcript of BAB I

BAB IPENDAHULUAN

Latar Belakang MasalahSekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan merupakan bagian penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan di sekolah dapat menghasilkan manusia yang cerdas, kreatif dan bertanggung jawab. Kualitas sumber daya manusia sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan yang diperolehnya. Semakin tinggi kualitas pendidikan yang diperolehnya, semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan.Peningkatan kualitas pendidikan tidak lepas dari upaya peningkatan komponen-komponen yang terdapat didalamnya. Komponen tersebut saling terikat erat satu dengan yang lainnya dalam satu sistem. Komponen yang dimaksud meliputi: guru, metode pengajaran, kurikulum, siswa, sarana dan prasarana sekolah.Peningkatan kualitas pendidikan ini tidak hanya diberikan pada sekolah-sekolah tingkat Dasar, Menengah Pertama (SMP), ataupun Sekolah Menengah Atas (SMA), tetapi perlu diperhatikan pula pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pada tingkat SMK mulai diberikan dasar pengetahuan dan keterampilan yang memegang peran penting dalam mempersiapkan siswa untuk menjadi tenaga kerja yang profesional sesuai dengan bidang keahlian yang diminatinya.

Adapun tujuan khusus pendidikan menengah kejuruan adalah sebagai berikut:1) menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya;2) menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karier, ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya;3) membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi;4) membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dipilih.[footnoteRef:1] [1: Depdiknas, Kurikulum SMK Edisi 2004 Bagian I Progran Keahlian Teknik Elektronika Industri, (Jakarta: Sekjen Depdiknas, 2004), h. 7.]

Dalam kurikulum SMK edisi 2004 program keahlian teknik elektronika industri terdapat kompetensi mengoperasikan peralatan industri berbasis peralatan elektronik. Kompetensi tersebut memiliki lima sub kompetensi, diantarnya menguasai gambar teknik elektronika.Menguasai gambar teknik elektronika merupakan salah satu sub kompetensi yang diajarkan pada siswa SMK tingkat satu program keahlian teknik elektronika industri. Pada sub kompetensi ini terdapat kriteria kinerja identifikasi dan prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada standar gambar teknik listrik dan teknik elektronika. Pada kriteria kinerja ini siswa akan mendapatkan pengetahuan dasar dalam mengenal dan mengingat nama dan simbol komponen-komponen elektronika sebelum ketingkat yang lebih jauh seperti pemahaman komponen tersebut dalam suatu rangkaian elektronika.Dalam sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika pada kriteria kinerja identifikasi dan prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada standar gambar teknik listrik dan teknik elektronika tampaknya perlu perubahan dalam penyajian materi. Selain siswa dituntut berpikir cerdas, penyajian materi ini cenderung tidak menarik. Hal ini karena guru sebagian besar masih menggunakan metode ceramah dan latihan. Pengaruh hal tersebut terhadap siswa menyebabkan nilai blok ini turun.Pada dasarnya sub kompetensi ini banyak yang menyukai, tetapi siswa kesulitan ketika menterjemahkan simbol ke dalam komponen, sementara fungsi, simbol dan komponen hanya berupa hafalan bukan mengerti. Biasanya guru menjelaskan langkah demi langkah disertai dengan gambar. Pada umumnya siswa akan merasa kesulitan ketika harus menuangkannya ke dalam gambar. Contoh kesalahan yang sering terjadi adalah kurang cermatnya siswa ketika menentukan simbol dalam komponen. Kualitas pembelajaran sangat erat kaitannya dengan guru dalam mengelola dan menyajikan ilmu pengetahuan. Guru dituntut untuk kreatif, yaitu kemampuan untuk menciptakan situasi belajar agar lebih baik. Salah satunya adalah dengan memilih media pembelajaran yang tepat bagi siswa sehingga siswa mendapat situasi belajar yang efektif. Seperti yang diterangkan oleh pendapat Usman yang dikutip oleh Sri Rejeki, Dalam menciptakan kondisi belajar mengajar sedikitnya ditentukan oleh lima variabel, yaitu: (1) menarik minat dan perhatian siswa, (2) melibatkan siswa secara aktif, (3) membangkitkan motivasi siswa, (4) prinsip individualitas, serta (5) peragaan dalam pengajaran.[footnoteRef:2] Oleh karena itu guru dapat menggunakan alat peraga sebagai media pembelajaran, karena dengan alat peraga siswa akan lebih termotivasi untuk mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung. Dengan demikian proses kegiatan belajar mengajar jadi lebih efektif. [2: Endang Sri Rejeki, Meningkatkan Minat Belajar Biologi Melalui Model Pembelajaran Team Games Tournament, (Pelangi Pendidikan, Vol 4 (1) 2001), h. 1.]

Berdasarkan uraian diatas, maka untuk meningkatkan daya ingat siswa dalam hal penyampaian materi perlu ada perubahan, guru dapat menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan media pembelajaran berupa alat peraga. Sehingga siswa akan mendapat suasana dan pengalaman yang baru dalam belajar. Alat peraga adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.[footnoteRef:3] Secara umum alat peraga dibagi menjadi dua, yaitu: (1) alat-alat visual dua dimensi, contohnya; wallchart, diagram, slide, film, lembar transparan pada OHP dan lain sebagainya, (2) alat-alat visual tiga dimensi, contohnya; benda asli, model dan diorama. [3: Oemar Hamalik, Media Pedidikan, (Bandung: Alumni, 1986), h. 12.]

Menjadi seorang pendidik (guru) bukan hal yang mudah bagi setiap orang apalagi dengan tuntutan harus tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, bagi seorang guru memilih alat peraga yang tepat merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan hasil belajar siswa demi tercapainya tujuan pendidikan. Dengan demikian dalam penelitian ini akan diteliti apakah ada perbedaan hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika antara siswa yang diajar menggunakan alat peraga wallchart dengan siswa yang diajar tanpa menggunakan alat peraga pada kriteria kinerja identifikasi dan prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada standar gambar teknik listrik dan teknik elektronika.Identifikasi MasalahDari latar belakang yang dikemukakan di atas timbul beberapa permasalahan, yaitu:1. Mengapa siswa sulit menyebutkan nama-nama simbol komponen listrik dan elektronika?2. Apa kesulitan siswa ketika menggambar simbol beserta menentukan nama dari komponen listrik dan elektronika?3. Mengapa siswa kurang memberikan perhatian ketika guru menyampaikan materi pelajaran?4. Upaya apa yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika? 5. Adakah perbedaan hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika antara siswa yang diajar menggunakan alat peraga wallchart dengan siswa yang diajar tanpa menggunakan alat peraga pada kriteria kinerja identifikasi dan prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada standar gambar teknik listrik dan teknik elektronika di kelas I SMKN 2 Medan Program Keahlian Teknik Elektronika Industri?Pembatasan MasalahPenelitian ini difokuskan pada perbandingan hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika antara siswa yang diajar menggunakan alat peraga wallchart dengan siswa yang diajar tanpa menggunakan alat peraga pada kriteria kinerja identifikasi dan prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada standar gambar teknik listrik dan teknik elektronika di kelas I SMKN 2 Medan Program Keahlian Teknik Elektronika Industri. Adapun ruang lingkupnya sebagai berikut:1. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar yang diperoleh dari hasil tes ulangan harian dan nilai praktik gambar dengan kriteria kinerja identifikasi dan prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada standar gambar teknik listrik dan teknik elektronika.2. Alat peraga wallchart adalah alat peraga yang isinya berupa gambar bentuk komponen beserta simbol listrik dan elektronika.Perumusan MasalahBerdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah ada perbedaan hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika antara siswa yang diajar menggunakan alat peraga wallchart dengan siswa yang diajar tanpa menggunakan alat peraga pada kriteria kinerja identifikasi dan prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada standar gambar teknik listrik dan teknik elektronika di kelas I SMKN 2 Medan Program Keahlian Teknik Elektronika Industri?Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi apakah ada perbedaan hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika antara siswa yang diajar menggunakan alat peraga wallchart dengan siswa yang diajar tanpa menggunakan alat peraga pada kriteria kinerja identifikasi dan prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada standar gambar teknik listrik dan teknik elektronika di kelas I SMK Program Keahlian Teknik Elektronika Industri.Kegunaan PenelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan untuk memilih alternatif media pembelajaran bagi pihak-pihak yang terkait dalam dunia pendidikan khususnya guru dan calon guru sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika dalam proses belajar mengajar di kelas.

BAB IILANDASAN TEORETIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.Deskripsi Teoretis1.BelajarBelajar adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang untuk mencapai suatu perubahan tingkah laku. Kegiatan yang dilakukan dalam belajar pada dasarnya adalah proses aktif dari orang yang belajar sehingga terjadi hubungan yang dinamis dan saling mempengaruhi antara diri orang yang belajar dengan lingkungannya. Seseorang yang belajar akan mendapat pengalaman baru sehingga dengan pengalaman itu menghasilkan perubahan tingkah laku, seperti dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa dan lain-lain. Slameto mengungkapkan bahwa, Belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri, dalam interaksinya dengan lingkungan.[footnoteRef:4] [4: Slameto, Belajar dan Faktorfaktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bumi Aksara, 1998), h. 2.]

Menurut Rusyan perubahan yang merupakan hasil dari proses adalah perubahan yang mempunyai ciri-ciri:a. Perubahan itu intensional, dalam arti pengalaman atau praktek atau latihan itu disengaja dan disadari dilakukan bukan secara kebetulan. Dengan demikian keletihan atau ketudan tidak dapat dipandang sebagai perubahan belajar.b. Perubahan itu positif, dalam arti sesuai dengan yang diharapkan.c. Perubahan itu bersifat efektif, dalam arti mempunyai pengaruh tertentu bagi pelajar yang bersangkutan.d. Perubahan itu fungsional, dalam arti perubahan hasil belajar itu relative tetap dan setiap saat diperlukan dapat diproduksikan, misalnya dalam memecahkan masalah atau mempertahankan hidup.[footnoteRef:5] [5: A. Tabrani Rusyan, dkk., Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remadja Karya, 1989), h. 8.]

Dengan demikian, dari beberapa pendapat diatas tentang pengertian belajar maka dapat disimpulkan bahwa, belajar adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar oleh seseorang individu dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang melibatkan lingkungan sebagai tempat interaksinya sehingga menghasilkan perubahan dalam pola pikir dan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkannya.2.Sub Kompetensi Menguasai Gambar Teknik Elektronika Penamaan bidang keahlian dan program keahlian pada Kurikulum SMK Edisi 2004 dikembangkan mengacu pada nama bidang dan program keahlian yang berlaku pada Kurikulum SMK Edisi 1999. Jenis keahlian baru diwadahi dengan jenis program keahlian baru atau spesialisasi baru pada program keahlian yang relevan. Substansi atau materi yang diajarkan di SMK disajikan dalam bentuk berbagai kompetensi yang dinilai penting dan perlu bagi peserta didik dalam menjalani kehidupan sesuai dengan zamannya. Kompetensi dimaksud meliputi kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk menjadi manusia Indonesia yang cerdas dan pekerja yang kompeten, sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan oleh industri/dunia usaha/asosiasi profesi.Untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh industri/dunia usaha/asosiasi profesi, substansi diklat dikemas dalam berbagai mata diklat yang dikelompokkan dan diorganisasikan menjadi program normatif, adaptif, dan produktif.Program produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Dalam hal SKKNI belum ada, maka digunakan standar kompetensi yang disepakati oleh forum yang dianggap mewakili dunia usaha/industri atau asosiasi profesi. Program produktif bersifat melayani permintaan pasar kerja, karena itu lebih banyak ditentukan oleh dunia usaha/industri atau asosiasi profesi. Program produktif diajarkan secara spesifik sesuai dengan kebutuhan tiap program keahlianPada program keahlian teknik elektronika industri tahapan atau tata urutan kompetensi yang dilatihkan pada peserta didik dalam kurun waktu 3 tahun terdiri dari enam kompetensi yang masing-masing kompetensinya dibagi atas beberapa sub kompetensi.Sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika merupakan bagian dari kompetensi mengoperasikan peralatan industri berbasis peralatan elektronik. Pada kompetensi ini terdiri dari 480 jam pembelajaran yang terbagi atas lima sub kompetensi. Salah satu sub kompetensinya yaitu menguasai gambar teknik elektronika yang dalam hal ini akan diteliti oleh penulis.Gambar merupakan sebuah alat untuk menyatakan maksud dari seorang teknik. Oleh karena itu gambar sering juga disebut sebagai bahasa teknik.[footnoteRef:6] Dalam dunia teknik, komunikasi secara lisan akan banyak menimbulkan kesulitan. Hal ini karena di dunai ini terdapat banyak macam bahasa dan dialek-dialek yang digunakan sehingga kemungkinan seseorang sulit mengerti atau bahkan tidak tahu apa yang dibicarakan oleh orang yang berbeda bahasanya. [6: Aji W. Pahmi, Gambar Teknik Elektro dan Elektronika, (Bandung: Armico Bandung, 2001), h. 11.]

Seseorang yang berkomunikasi secara lisan dengan orang lain yang berbeda bahasa akan menterjemahkan bahasa orang lain tersebut ke dalam bahasanya sendiri. Baru setelah itu dapat menterjemahkan bahasa serta kehendak dari orang lain tersebut. Kesulitan semacam ini sangat dirasakan di kalangan orang-orang yang berkecimpung di bidang teknik. Misalnya, dalam suatu bengkel, seseorang memesan sebuah poros yang sederhana, maka pemesan tersebut harus berbicara dengan pembuatnya. Pembicaraan itu kadang memakan waktu yang lama untuk hasil yang diharapkan. Tentu saja cara diatas tidak efisien dipandang dari segi kehilangan waktu.Untuk mengatasi hal diatas, orang-orang yang berkecimpung di bidang teknik berusaha mendapatkan cara berkomunikasi yang lebih universal dan bisa dimengerti oleh orang-orang teknik di seluruh dunia. Untuk mencapai maksud diatas, orang-orang teknik menggunakan gambar sebagai alat berkomunikasi dalam pekerjaan mereka di bidang teknik dan industri. Jadi dengan demikian gambar memegang peranan penting sebagai alat komunikasi untuk mewujudkan suatu produk teknik. Sebagai bahasa universal yang digunakan di seluruh dunia, gambar teknik juga mempunyai susunan tata bahasa dan strukturnya. Artinya dalam gambar ada aturan tertentu yang seragam, seragam dalam bentuk dan maksudnya agar mudah dipahami dan dimengerti oleh semua orang. Aturan tersebut dinamai normalisasi/standarisasi. Jadi, dengan gambar teknik kita dapat merealisasikan sebuah gagasan, pengembangan dan perbaikan pada masa yang akan datang.Keterangan-keterangan dalam gambar, yang tidak dapat dinyatakan dalam bahasa, harus diberikan secukupnya sebagai lambang-lambang. Oleh karena itu, berapa banyak dan berapa tinggi mutu keterangan yang dapat diberikan dalam gambar tergantung dari bakat perancang gambar (design drafter). Sebagai guru gambar (instruktur) sangat penting untuk memberikan gambar yang tepat dengan mempertimbangkan peserta didik. Untuk pembaca yaitu peserta didik, penting juga berapa banyak keterangan yang dapat dibacanya dengan teliti dari gambar.Dengan demikian dapat disimpulkan bahawa, sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika adalah salah satu mata diklat pada program keahlian teknik elektronika industri yang dalam hal ini mengupayakan peserta didik untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam hal penyampaian ide dan gagasan keteknikannya dibidang elektronika dalam bentuk bahasa yang universal sehingga individu lain mengerti akan ide dan gagasan tersebut.3.Media PembelajaranKata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach dan Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.[footnoteRef:7] [7: Azhar Arsyad, media pembelajaran, Cetakan ke-6 (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 3.]

Menurut Prof. Dr. Santoso S. Hamidjojo, media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang penyebar idea, sehingga gagasannya sampai pada penerima.[footnoteRef:8] Sedangkan menurut MC. Luhan, media adalah sarana yang disebut pula channel, karena pada hakikatnya media telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu, kini dengan bantuan media batas-batas itu hampir menjadi tidak ada.[footnoteRef:9] [8: Darhim, Media dan Sumber Belajar Matematika, Modul 1-3, (Jakarta: Karunika Jakarta Universita Terbuka, 1986), h. 1.4.] [9: Ibid.]

Jadi dapat disimpulkan bahwa media adalah seperangkat perantara atau medium baik berupa benda hidup (manusia) maupun benda mati yang memiliki fungsi sebagai perantara/pengantar pesan dari komunikator ke komunikan.Media pendidikan adalah sarana yang digunakan sebagai perantara, dengan menggunakan alat penampil dalam proses belajar mengajar mempertinggi efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan instruksional, meliputi kaset, audio, slide, film-strip, OHP, film, radio, televisi dan lain sebagainya.[footnoteRef:10] [10: Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 4.]

Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media. Oleh karena itu media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran.Briggs berpendapat bahwa media pembelajaran adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Kemudian Asosiasi Pendidikan Nasional (National Educatioan Assosiation / NEA) memberikan batasan dengan menyebut media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, didengar dan dibaca.[footnoteRef:11] [11: Arif S. Sadiman, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta: RajaGrafindo Perkasa, 1993) h. 6.]

a. Fungsi dan Manfaat Media PembelajaranHamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu.

Berbagai manfaat media pembelajaran telah dibahas oleh banyak ahli diantaranya Sudjana dan Rivai dikutip oleh Azhar Arsyad, mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.2) Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.[footnoteRef:12] [12: Ibid., h. 24-25.]

b. Penggolongan Media PembelajaranRonald H. Anderson dalam pemilihan dan pengembangan media untuk pembelajaran membagi media dalam dua kategori, yaitu alat bantu pembelajaran (introductional aids) dan media pembelajaran (intructional media).[footnoteRef:13] [13: Robinson Situmorang dan Atmi Suparman, Op.Cit, h. 3.]

Alat bantu pembelajaran didefinisikan sebagai perlengkapan atau alat untuk membantu guru menjelaskan materi yang akan disampaikan. Dari pengertian tersebut, maka yang termasuk alat bantu pembelajaran antara lain: OHP, OHT, Film bingkai (slide), Foto, Peta, Poster, Grafik, Wallchart, Flip chart, model, benda sebenarnya, sampai kepada lingkungan belajar yang dimanfaatkan untuk memperjelas materi pembelajaran.Adapun yang termasuk kedalam golongan media pembelajaran adalah Program Televisi Pembelajaran, Film Pendidikan, Program Audio, Program Berbantu Komputer atau CAI (Computer Assisted Intruction), modul dan sebagainya.Secara umum dapat dikatakan bahwa alat bantu pembelajaran penggunaannya disertai dengan keberadaan nara sumber atau guru. Sementara media pembelajaran dapat digunakan sendiri oleh pelajar atau siswa itu sendiri. Perbedaan ini disebabkan oleh keberadaan pesan yang disampaikan tidak sepenuhnya termuat di dalam media yang digunakan. Sedangkan pada media pembelajaran, pesan yang disampaikan sepenuhnya terdapat pada media yang digunakan.Pesan pada media pembelajaran bersifat interaktif. Nara sumber secara fisik telah tergantikan baik itu dengan audio maupun visualisasi yang ada di dalam media. Contohnya pada media slide bersuara, selain siswa dapat menonton slide yang diproyeksikan, siswa sekaligus dapat mendengarkan rekaman kaset berisi keterangan penjelasan gambar slide yang dilihatnya. Program kaset audio ini sudah sengaja dirancang untuk mendampingi media slide.Gerlach dan Ely menggolongkan media kedalam delapan kategori, yaitu sebagai berikut:1) Realthings adalah manusia (pengajar), benda yang sesungguhnya (bukan gambar atau model), dan peristiwa yang sebenarnya terjadi.2) Verbal Repersentations adalah media tulis atau cetak, misalnya buku teks, referensi, dan bahan bacaan lainnya.3) Graphic Repersentations adalah misalnya chart, diagram, gambar atau lukisan.4) Still Picture seperti foto, slide, film strip, Overhead Projector Transparency (OHT).5) Motion Picture adalah film (movie), tv, video tape, dengan atau tanpa suara, diambil dari kejadian sebenarnya ataupun dibuat dari gambar (graphic repersentations), animasi, dan lain-lain.6) Audio (recording) seperti pita kaset, reel tape, piringan hitam, sound track pada film ataupun pita pada video tape.7) Programming adalah kumpulan informasi yang berurutan. Program bisa berbentuk verbal (buku teks) dan bahan bacaan, kumpulan gambar yang disusun menjadi suatu program slide, film strip, film, tv atau video tape. Suatu program mungkin mempergunakan beberapa media sekaligus seperti slide dan tape.8) Simulations atau sering juga dikenal dengan simulation and game yaitu suatu permainan yang menirukan kejadian yang sebenarnya.4.Alat PeragaAlat peraga adalah alat bantu yang dapat dilihat dan diraba. Dalam media pendidikan alat peraga sangat membatu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga alat peraga menjadi salah satu faktor pendukung yang cukup signifikan dalam pencapaian hasil belajar siswa. Menurut Oemar Hamalik bahwa alat peraga adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.[footnoteRef:14] Secara umum alat peraga mempunyai nilai untuk mewujudkan, memperkaya dan menarik minat siswa terhadap pelajaran sehingga menambah keaktifan belajar, serta membantu guru menyampaikan konsep dengan waktu yang singkat dengan hasil yang maksimum. [14: Oemar Hamalik, Media Pedidikan, (Bandung: Alumni, 1986), h. 12.]

Dalam belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika, alat peraga sangat membantu siswa karena dapat dilihat langsung sehingga persepsi tentang sebuah konsep akan lebih mudah diserap oleh siswa dan lebih tahan lama melekat dalam benaknya. Hal tersebut telah dikatakan oleh Hermana, bahwa alat peraga adalah alat bantu atau pelengkap yang dipergunakan untuk membantu dalam memperlancar, memperjelas penyampaian konsep, ide, pengertian atau materi pelajaran di dalam atau di luar kelas.[footnoteRef:15] [15: Ah. Hermana, Alat Peraga dan Komunikasi Pendidikan, (Bandung: Medal Agung, 1984), h. 47.]

Menurut Encyclopedi Of Education Research yang dikutip Oemar Hamalik, nilai atau manfaat dari alat peraga tersebut adalah sebagai berikut:a. Dapat melampaui batas pengalaman siswa.b. Dapat melampaui batas-batas ruang kelas.c. Dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungannya.d. Dapat memberikan kesamaan dalam pengamatan.e. Dapat memberikan pengertian/konsep yang sebenarnya secara realistis dan teliti.f. Dapat membangkitkan motivasi dan perangsang kegiatan belajar siswa.g. Dapat membangkitkan keinginan dan minat-minat yang baru pada diri siswa.h. Dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh.[footnoteRef:16] [16: Oemar Hamalik, Op. Cit., h. 16-19.]

Disamping mengetahui alat peraga apa yang akan digunakan seorang guru juga harus terampil membuat alat peraga tersebut. Alat peraga yang dibuat harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:a. Rasional sesuai dengan akal dan mampu dipikirkan oleh kita.b. Ilmiah, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.c. Ekonomis, sesuai dengan kemampuan pembiayaan yang ada.d. Praktis, dapat digunakan dalam kondisi praktik di sekolah dan bersifat sederhana.e. Fungsional, berguna dalam pelajaran, dapat digunakan guru dan siswa.[footnoteRef:17] [17: Ibid.., h. 18.]

Jadi dapat disimpulkan bahwa, alat peraga adalah alat atau metode yang digunakan untuk mengefektifkan dan mengefisiensikan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah sehingga siswa lebih termotivasi dalam proses pendidikan dan pengajaran tersebut.Amir Hamzah Sulaeman membagai alat peraga menjadi dua bagian, yaitu:a. Alat-alat visual dua dimensi1) Alat-alat visual dua dimensi pada bidang yang tidak transparan.Contoh: gambar di karton, grafik, diagram dan lain sebagainya.2) Alat-alat visual dua dimensi pada bidang yang transparan.Contoh: slide, film, lembar transparan pada OHP dan lain sebagainya.b. Alat-alat visual tiga dimensi. Disebut tiga dimensi karena mempunyai ukuran panjang, lebar dan tinggi.Contoh: benda asli, model dan diorama.[footnoteRef:18] [18: Amir Hamzah Sulaeman, Media Audio Visual, (Jakarta: Gramedia, 1985), h. 26.]

Dengan menggunakan alat peraga konkrit dalam mengajarkan sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika pada kriteria kinerja identifikasi dan prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada standar gambar teknik listrik dan teknik elektronika, maka siswa menjadi termotivasi dalam proses belajar mengajar karena metode mengajar yang berbeda dengan biasanya.a. WallchartWallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Wallchart salah satu alat peraga yang sering digunakan dalam media pembelajaran. Dengan menggunakan alat peraga wallchart guru dapat menyampaikan materi pelajaran dengan mudah kepada siswa. Karena dengan wallchart materi pelajaran yang berupa konsep abstrak akan lebih konkrit diterima oleh siswa.Wallchart merupakan komponen utama dalam mengembangkan kerangka proses alur berpikir, dan mampu mendisplaykan secara jelas konsep abstrak dalam belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika dan lebih memperjelas dalam proses penyampaian informasi tentang penjelasan materi. Sehingga diharapkan hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika akan meningkat terutama pada kriteria kinerja identifikasi dan prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada standar gambar teknik listrik dan teknik elektronika.Dalam mempersiapkan wallchart paling tidak di dalamnya harus berisi tentang: Judul diturunkan dari kompetensi dasar atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi. Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik dalam bentuk gambar, bagan atau siklus. Tugas-tugas ditulis dalam lembar kertas lain, misalnya berupa tugas membaca buku tertentu yang terkait dengan materi belajar dan membuat resumenya. Tugas lain misalnya menugaskan siswa untuk menggambar atau membuat bagan ulang. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok. Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan. Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.Bagi seorang instruktur atau guru sebenarnya tidak sulit untuk membuat sebuah alat peraga wallchart hanya dengan sedikit keuletan dan kreatifitas guru dapat membuat alat peraga tersebut. Walaupun demikian dalam penyampaiannya guru harus memperhatikan apakah materi yang hendak disampaikan melalui wallchart tersebut telah tercapai atau belum tujuannya sehingga tidak menghilangkan fungsi wallchart.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa wallchart merupakan salah satu alat peraga yang dapat digunakan dalam belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika.5.Hasil Belajar Sub Kompetensi Menguasai Gambar Teknik ElektronikaSebelum mendefinisikan mengenai hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan tentang definisi hasil belajar. Definisi mengenai hasil belajar itu sendiri banyak macamnya. Untuk itu ada baiknya kita lihat beberapa definisi mengenai hasil belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli.Menurut Ngalim Purwanto bahwa, Hasil belajar adalah potensi, yang dapat dipergunakan guru untuk menilai hasil pelajaran yang diberikan siswa dalam waktu tertentu.[footnoteRef:19] Pendapat lain juga dikemukakan oleh Wasty Sumanto bahwa, Sebagai suatu petumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku berkat pengalaman dan latihan.[footnoteRef:20] [19: Ngalim Purwanto, Prinsip dan Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Wijaya, 1982), h. 120.] [20: Wasty Sumanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 1980), h. 86.]

Untuk mengetahui berhasil atau tiadaknya suatu proses belajar, maka dibutuhkan adanya evaluasi. Evaluasi mempunyai peranan yang sangat penting untuk memperbaiki, memperbaharui serta menyempurnakan proses pembelajaran yang sedang direncanakan, sedang berlangsung dan telah berakhir. Hasil belajar tersebut dapat diukur dengan angka-angka yang bersifat pasti atau hanya dapat diamati.Suparman memberikan batasan tentang pengertian hasil belajar, Hasil belajar adalah kemampuan spesifik yang diperoleh seseorang setelah melalui proses latihan dan pendidikan tertentu.[footnoteRef:21] Berkaitan dengan hasil belajar pula, yaitu Winarno yang menjelaskan bahwa, Hasil belajar merupakan proses pendewasaan manusia yang hidup dan berkembang sehingga mengakibatkan manusia selalu berubah.[footnoteRef:22] Proses pendewasaan didapat dari adanya proses belajar, tidak mungkin seseorang bisa dewasa tanpa adanya proses belajar. Dengan belajar itu manusia berusaha pula untuk merubah perilaku ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. [21: Atwi S. Suparman, Pengaruh Strategi Instruction, Intelegensi Siswa dan Jumlah Jam Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika, suatu eksperimen di SLTPN 194, (Disertasi yang tidak diterbitkan, FBS Ikip Jakarta, 1982), h. 119.] [22: Ign. Masidjo, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar, (Jakarta: Kanisius), h. 30.]

Dari uraian beberapa ahli mengenai definisi hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran yang diukur berdasarkan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Jadi hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika adalah perubahan tingkah laku atau perubahan kemampuan yang berkaitan dengan kecakapan, kebiasan dan keterampilan yang terjadi pada siswa setelah melakukan suatu kegiatan belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika dalam suatu waktu tertentu.

B.Kerangka BerpikirBelajar adalah proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal siswa. Diantaranya metode mengajar guru dan lingkungan yang kondusif. Sudah menjadi tugas guru untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Siswa mendapatkan pengetahuan yang merupakan hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika.Alat peraga dapat membantu siswa dalam memahami konsep gambar. Pada kriteria kinerja identifikasi dan prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada standar gambar teknik listrik dan teknik elektronika, umumnya siswa mengalami kesulitan dalam menerjemahkan bahasa verbal ke dalam gambar, sementara yang akan digambar itu adalah simbol. Guru dapat membimbing siswa dengan menggunakan alat peraga wallchart. Setelah siswa paham apa yang telah dijelaskan oleh guru, siswa dapat membuat gambar, simbol beserta fungsi komponen dengan mengacu pada alat peraga.Dengan menggunakan alat peraga wallchart guru dapat menyampaikan materi pelajaran dengan mudah kepada siswa. Karena dengan wallchart materi pelajaran yang berupa konsep abstrak akan lebih konkrit diterima oleh siswa. Jika dilihat dari kedua alat peraga tersebut maka dapat diyakini bahwa alat peraga Microsoft PowerPoint 2000 lebih unggul dari pada wallchart, sebab gambar yang ditampilkan oleh Microsoft PowerPoint 2000 lebih menarik daripada gambar pada wallchart.Dari uraian tersebut di atas diduga ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan menggunakan alat peraga Microsoft PowerPoint 2000 dengan siswa yang diajar dengan mengunakan alat peraga wallchart pada kriteria kinerja identifikasi dan prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada standar gambar teknik listrik dan teknik elektronika.

C.Pengajuan HipotesisBerdasarkan deskripsi teoretis dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: Hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika siswa yang diajar dengan menggunakan alat peraga wallchart lebih tinggi daripada hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika siswa yang diajar tanpa mengunakan alat peraga pada kriteria kinerja identifikasi dan prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada standar gambar teknik listrik dan teknik elektronika.

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A.Tujuan Operasional PenelitianTujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika siswa yang diajar dengan menggunakan alat peraga Wallchart lebih tinggi daripada hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika siswa yang diajar tanpa mengunakan alat peraga .B.Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada kelas I Program Keahlian Teknik Elektronika Industri semester I tahun ajaran 2013/2014. Jadwal dan waktu sesuai dengan kurikulum untuk kriteria kinerja identifikasi dan prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada standar gambar teknik listrik dan teknik elektronika.C.Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode experiment. Penelitian dilakukan terhadap kelompok-kelompok yang homogen, terdiri atas dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok yang diajar dengan menggunakan alat peraga Wallchart dan kelompok kedua adalah kelompok yang diajar tanpa menggunakan alat peraga.D. Desain PenelitianDalam penelitian ini variabel yang akan diteliti yaitu alat peraga sebagai variabel bebas dan hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika siswa sebagai variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini termasuk variabel bertipe kategorik yang berupa alat peraga menggunakan Wallchart dan tanpa menggunakan alat peraga. Sementara itu variabel yang berupa hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika siswa pada kriteria kinerja identifikasi dan prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada standar gambar teknik listrik dan teknik elektronika tergolong variabel bertipe numerik.

Desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:Kelas Perlakuan Pasca Tes

(R)E IXE IY

(R)E IIXE IIY

Keterangan:E I:Kelas eksperimen I (alat peraga Wallchart)E II:Kelas eksperimen II (tanpa alat peraga)XE I:Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen IXE II:Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen IIY:Tes akhir yang sama pada kedua kelasR:Proses pemilihan subjek secara acakData penelitian diperoleh dari hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika siswa pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II yang diperoleh dari skor tes pilihan ganda pada kriteria kinerja identifikasi dan prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada standar gambar teknik listrik dan teknik elektronika.

E. Teknik Pengambilan SampelTeknik yang dilakukan untuk memperoleh sampel penelitian adalah teknik Random Sampling yaitu penentuan kelas eksperimen dilakukan secara acak, kemudian dilakukan pengamatan terhadap seluruh siswa pada kelas terpilih dengan:1. Populasi TargetPopulasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I SMK semester I tahun ajaran 2013/2014.2. Populasi TerjangkauPopulasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas I Program Keahlian Teknik Elektronika Industri SMK semester I tahun ajaran 2013/2014.3. SampelSampel dipilih dari populasi terjangkau sebanyak dua kelas yang dipilih secara acak (random sampling).F. Teknik Pengumpulan Data1.Variabel Yang Ditelitia. Variabel bebas: pembelajaran dengan menggunakan alat peraga Wallchart dan pembelajaran tanpa menggunakan alat peraga.b. Variabel terikat: hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika.2.Data PenelitianData dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah nilai tes ulangan harian siswa pada kriteria kinerja identifikasi dan prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada standar gambar teknik listrik dan teknik elektronika yang diperoleh dari kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II setelah kedua kelas tersebut diberi perlakuan. Data sekunder adalah nilai praktik gambar siswa dari kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II pada sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika.

G. Instrumen Penelitian1. KonsepInstrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika pada kriteria kinerja identifikasi dan prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada standar gambar teknik listrik dan teknik elektronika adalah tes ulangan harian yang disusun sendiri oleh peneliti. Bentuk tes berupa soal pilihan ganda sebanyak 40 soal dan setiap soal memiliki skor 1 untuk jawaban benar dan 0 (nol) untuk jawaban salah, sehingga jumlah skor total adalah 40 jika semua soal terjawab dengan benar. Instrumen ini didasarkan pada aspek kognitif yang meliputi ingatan, pemahaman dan aplikasi.Nilai akhir yang diperoleh siswa adalah:

Nilai Akhir = 2. Hasil Uji Coba InstrumenSebelum instrumen digunakan pada sampel, instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui apakah soal tersebut telah memenuhi syarat tes yang baik atau tidak. Syarat tes tersebut yaitu validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda soal. Dari 40 soal yang diuji coba hanya 36 yang memenuhi syarat tes yang baik.a. Pengujian ValiditasUji validitas yang digunakan dalam instrumen ini adalah validitas isi (content validity), artinya butir-butir soal disusun sesuai dengan materi dan indikator pada desain pembelajaran.Untuk menghitung validitas item soal digunakan rumus[footnoteRef:23]: [23: Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003) h. 79.]

pbi = Keterangan:pbi:Koefisien korelasi biserialMp:Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnyaMt:Rerata skor totalSt:Standar deviasi dari skor totalp:Proporsi siswa yang menjawab benar

(p = )q :Proporsi siswa yang menjawab salah(q = 1 p)Dari hasil uji coba validitas diperoleh 36 soal yang valid dan 4 soal drop atau tidak valid (Lampiran 10, hal 117).b. Pengujian ReliabilitasReliabilitas tes menentukan ketepatan atau ketelitian suatu alat evaluasi (tes). Dalam penelitian ini reliabilitas tes dihitung dengan menggunkan rumus KR-20 yaitu[footnoteRef:24]: [24: Ibid., h. 100.]

Keterangan:

: Reliabilitas tes secara keseluruhanp: Proporsi subjek yang menjawab item dengan benarq: Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah(q = 1-p)

: Jumlah hasil perkalian antara p dan q k: Banyaknya item

: Varians tesKlasifikasi koefisisen reliabilitas[footnoteRef:25]: [25: Ibid., h. 75.]

:0,800-1,000:sangat tinggi

:0,600-0,800:tinggi

:0,400-0,600:cukup

:0,200-0,400:rendah

:0,000-0,200:rendah sekali

Dari hasil uji coba instrumen diperoleh koefisien reliabilitas instrumen tes sebesar 0,914 (Lampiran 12, hal 120). Hal ini berarti koefisien reliabilitas instrumen tersebut tergolong sangat tinggi sehingga dapat dijadikan sebagai alat ukur.c. Pengujian Taraf KesukaranPenghitungan taraf kesukaran instrumen bertujuan untuk mengetahui apakah soal tergolong sukar, sedang atau mudah. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks kesukaran adalah[footnoteRef:26]: [26: Ibid., h. 208.]

Keterangan:P:Indeks KesukaranB:Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betulJS:Jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi Indeks Kesukaran[footnoteRef:27]: [27: Ibid., h. 210.]

0,00 0,29:Sukar0,30 0,69:Sedang0,70 1,00:Mudah

Dari hasil uji coba instrumen diperoleh indeks kesukaran antara 0,13 0,80 dan rata-rata indeks kesukaran 0,51 (Lampiran 13, hal 121).d. Pengujian Daya Pembeda SoalDaya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah dengan menggunakan[footnoteRef:28]: [28: Ibid., h. 213.]

Keterangan:D:Indeks Diskriminasi (Daya Pembeda)J:Jumlah peserta tesJA:Banyaknya peserta kelompok atasJB:Banyaknya peserta kelompok bawahBA:Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benarBB:Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benarPA:Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benarPB:Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

Klsifikasi Daya Pembeda Soal[footnoteRef:29]: [29: Ibid., h. 218.]

D < 0,00:Sangat jelekD = 0,00 0,19:JelekD = 0,20 0,39:CukupD = 0,40 0,69:BaikD = 0,70 1,09:Baik sekaliDari hasil uji coba instrumen diperoleh daya pembeda soal antara -0,13 0,67 dan rata-rata indeks daya pembeda 0,36 (Lampiran 13, hal 121).H. Hipotesis StatistikH0 : 1 = 2H1 : 1 2 Keterangan:1 : Rata-rata hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika siswa yang diajar dengan menggunakan alat peraga Wallchart 2 : Rata-rata hasil sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika teknik siswa yang diajar tanpa menggunakan alat peraga

I. Teknik Analisis Data1. Uji Prasyarat Analisis Dataa. Uji homogenitas menggunakan Uji Fisher dengan taraf signifikan = 0,05

Hipotesis Statistik:H0:

H1:Rumus Uji Fisher yang digunakan adalah[footnoteRef:30]: [30: Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 1992), h. 249.]

F = Keterangan:

:Varians hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika kelas eksperimen I

:Varians hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika kelas eksperimen II

Kriteria pengujian, terima H0 jika:

b. Uji normalitas menggunakan Uji Liliefors dengan taraf signifikan = 0,05Hipotesis Statistik:H0:Data berdistribusi normalH1:Data tidak berdistribusi normalRumus uji Liliefors yang digunakan adalah[footnoteRef:31]: [31: Ibid., h. 446.]

dengan dan S() =Keterangan:

:Rata-rata hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika sampel

:Hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika samples:Simpangan baku sampel

:Peluang (z ) dan menggunakan daftar distribusi normal baku

Kriteria Pengujian, terima H0 jika < 2. Uji Analisis DataUntuk menguji hipotesis digunakan uji-t dengan taraf signifikan = 0,05.

Pada penelitian ini, jika kondisi kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II adalah homogen (), maka statistik uji yang digunakan untuk melakukan uji rata-rata di kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II adalah sebagai berikut[footnoteRef:32]: [32: Ibid., h. 241.]

dengan

derajat kebebasan (dk) = ()

Kriteria pengujian, tolak H0 jika t > Keterangan:

:Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen I

:Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen II

:Banyaknya sampel kelompok eksperimen I

:Banyaknya sampel kelompok eksperimen II

:Varians hasil belajar kelompok eksperimen I

:Varians hasil belajar kelompok eksperimen II

:Varians gabungan

DAFTAR PUSTAKA

A. Surjadi, Membuat Siswa Aktif Belajar, Bandung: Mandar Maju, 1989.

A. Tabrani Rusyan, dkk., Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remadja Karya, 1989.

Aji W. Pahmi, Gambar Teknik Elektro dan Elektronika, Bandung: Armico Bandung, 2001.

Amir Hamzah Sulaeman, Media Audio Visual, Jakarta: Gramedia, 1985.

Atwi S. Suparman, Pengaruh Strategi Instruction, Intelegensi Siswa dan Jumlah Jam Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika, suatu eksperimen di SLTPN 194, Disertasi yang tidak diterbitkan, FBS Ikip Jakarta, 1982.

Azhar Arsyad, media pembelajaran, (Cetakan ke-6) Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005.

Depdiknas, Kurikulum SMK Edisi 2004 Bagian I Progran Keahlian Teknik Elektronika Industri, Jakarta: Sekjen Depdiknas, 2004.

Endang Sri Rejeki, Meningkatkan Minat Belajar Biologi Melalui Model Pembelajaran Team Games Tournament, Pelangi Pendidikan, Vol 4 (1) 2001.

Nana Sudjana, Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remadja Rosda Karya, 1990.

Oemar Hamalik, Media Pedidikan, Bandung: Alumni, 1986.

Oemar Malik, Metode belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, Bandung: Tarsito, 1983.Sudjana, Metoda Statistika, Bandung: Tarsito, 1992.

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986.

www.google.com/mediapembelajaran/Bab I/pedoman bahan ajar

copyrightproposal.penelitian1 | Page