BAB I

3
BAB I PENDAHULUAN Curah hujan (presipitasi) merupakan salah satu aspek terpenting dalam bidang meteorologi, klimatologi dan geofisika. Dengan data-data yang didapat dari pengukuran curah hujan, kita dapat mengetahui pola cuaca yang terjadi di suatu daerah, memodelkan simulasi curah hujan- aliran permukaan untuk aplikasi hidrologi perkotaan (M. Evita dkk., 2010), dan pendeteksian dini terhadap bencana longsor dan banjir. Secara umum, alat yang digunakan untuk mengukur curah hujan disebut penakar hujan. Satuan curah hujan yang umum digunakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika adalah millimeter (mm). Curah hujan 1 mm artinya dalam area 1 m 2 (1 meter persegi) pada tempat yang datar tertampung air setinggi 1 mm atau tertampung sebanyak 1 liter atau 1000 ml. Diperkirakan volume air hujan yang jatuh di seluruh dunia setiap tahunnya adalah sekitar 505.000 km 3 dan sekitar 398,000 km 3 -nya jatuh di lautan. Jika dirata-ratakan, seluruh permukaan daratan di bumi mengalami curah hujan sekitar 1 meter (39 inci) dan di lautan sekitar 1,1 meter (43 inci).

description

zzzzzzzz

Transcript of BAB I

BAB I PENDAHULUAN

Curah hujan (presipitasi) merupakan salah satu aspek terpenting dalam bidang meteorologi, klimatologi dan geofisika. Dengan data-data yang didapat dari pengukuran curah hujan, kita dapat mengetahui pola cuaca yang terjadi di suatu daerah, memodelkan simulasi curah hujan-aliran permukaan untuk aplikasi hidrologi perkotaan (M. Evita dkk., 2010), dan pendeteksian dini terhadap bencana longsor dan banjir. Secara umum, alat yang digunakan untuk mengukur curah hujan disebut penakar hujan. Satuan curah hujan yang umum digunakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika adalah millimeter (mm). Curah hujan 1 mm artinya dalam area 1 m2 (1 meter persegi) pada tempat yang datar tertampung air setinggi 1 mm atau tertampung sebanyak 1 liter atau 1000 ml. Diperkirakan volume air hujan yang jatuh di seluruh dunia setiap tahunnya adalah sekitar 505.000 km3 dan sekitar 398,000km3-nya jatuh di lautan. Jika dirata-ratakan, seluruh permukaan daratan di bumi mengalami curah hujan sekitar 1 meter (39 inci) dan di lautan sekitar 1,1 meter (43 inci).Ada beberapa jenis alat pengukur curah hujan yang sudah dikembangkan antara lain jenis weighing, kapasitansi, tipping-bucket (TB), optik, dan lain-lain (F.V Brock,S.J. Richardson, 2001). Pengukur curah hujan tipe tipping-bucket (TB) banyak digunakan karena sederhana dan tahan lama, dapat dipasang di daerah terpencil, dapat dihubungkan dengan berbagai alat pemantau dan pencatat (data), serta harganya relatif murah. Pengukur curah hujan yang banyak digunakan di indonesia adalah pengukur curah hujan tipe TB, kebanyakan dari pengukur curah tipe TB tersebut menggunakan sensor magnet (reed switch) sebagai saklar yang akan mengaktifkan counter (perhitungan) pada pengukur curah hujan, dan juga sayangnya kebanyakan dari alat tersebut adalah produk import.Untuk mengurangi ketergantungan kepada barang import dan mempermudah pembuatan alat. Perlu dikembangkan inovasi lain pada pengukur curah hujan tipe tipping-bucket yang telah ada dengan memanfaatkan sensor piezoelektrik. Maka akan di rancang alat pengukur curah hujan tipe TB dengan bahan yang relatif murah dan mudah didapatkan, yaitu mengganti pensaklaran pada pengukur curah hujan dengan sensor piezoelektrik.Penelitian dengan judul Rancang Bangun Pengukur Curah Hujan Tipe Tipping-Bucket Dengan Sensor Piezoelekrik Sebagai Pensaklar ini bertujuan :(1) mendesain dan membuat pengukur curah hujan tipe tipping-bucket dengan mengunakan sensor piezoelektrik sebagai saklar;(2) mengkarakterisasi alat pengukur curah hujan yang telah dibuat.Manfaat penelitian ini adalah :(1) untuk mensederhanakan rancangan pembuatan alat pengukur curah hujan, dan mengurangi ketergantungan terhadap barang import.(2) menambah pengetahuan tentang alat pengukur curah hujan tipe TB.