BAB I

11
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit wajah yang bersih, mulus, sehat, serta bebas dari penyakit merupakan harapan dari semua orang, namun kenyataannya banyak orang memiliki masalah terhadap kulit. Masalah kulit yang sering dijumpai adalah akne vulgaris atau dikenal awam dengan sebutan jerawat (Mayuna, 2013). Akne merupakan penyakit peradangan kronis pada unit folikel polisebasea yang sering terjadi pada masa remaja. Akne vulgaris menjadi keluhan terbesar dikalangan remaja karena dapat menyebabkan krisis percaya diri bagi remaja dan dewasa muda (Ayer, 2006). Prevalensi akne pada remaja cukup tinggi, yaitu berkisar antara 23-100% (Diana, Elizabeth, & Peter, 2004). Insidensi lebih banyak pada remaja laki-laki

description

nm

Transcript of BAB I

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKulit wajah yang bersih, mulus, sehat, serta bebas dari penyakit merupakan harapan dari semua orang, namun kenyataannya banyak orang memiliki masalah terhadap kulit. Masalah kulit yang sering dijumpai adalah akne vulgaris atau dikenal awam dengan sebutan jerawat (Mayuna, 2013). Akne merupakan penyakit peradangan kronis pada unit folikel polisebasea yang sering terjadi pada masa remaja. Akne vulgaris menjadi keluhan terbesar dikalangan remaja karena dapat menyebabkan krisis percaya diri bagi remaja dan dewasa muda (Ayer, 2006).Prevalensi akne pada remaja cukup tinggi, yaitu berkisar antara 23-100% (Diana, Elizabeth, & Peter, 2004). Insidensi lebih banyak pada remaja laki-laki dibandingkan perempuan (Tallab, 2004). Awitan akne pada perempuan umumnya lebih awal dari laki-laki, karena perempuan mengalami masa pubertas lebih cepat dibandingkan laki-laki (Movita, 2013). Variasi awitan akne berdasar insidensi terbanyak pada usia 14-17 tahun bagi perempuan dan usia 15-19 tahun bagi laki-laki (Truter, 2009). Penyebab utama akne belum diketahui secara pasti karena termasuk dalam penyakit kulit yang multifaktorial, namun telah ditemukan empat teori dasar penyebab timbulnya akne, yaitu hiperproliferasi epidermis folikuler, produksi sebum yang berlebih, proliferasi bakteri propionibacterium acne serta flora normal lain, dan inflamasi (Sharquie, 2014). Propionibacterium acne merupakan flora normal kulit yang bersifat komensal, namun ketidakseimbangan flora normal dapat merubah sifat bakteri komensal menjadi patogen dalam folikel pilosebasea (Keisha & Elizabeth, 2014). Selain Propionibacterium acne koloni bakteri lain yang terdapat pada wajah yaitu Staphylococcus epidermidis, dan Staphylococcus aureus (Elizabeth & Julia, 2011). Gambaran klinis akne sangat beragam mulai dari komedo, papul, pustul, dan nodul. Tempat predileksi utama yaitu di daerah wajah, dada bagian atas dan punggung (Rao, 2015). Kondisi ini sangat mengganggu penampilan sehingga banyak remaja atau dewasa muda yang melakukan perawatan wajah agar terhindar dari akne. Secara klinis akne pada laki-laki cenderung menunjukkan gejala yang lebih parah. Sebagian besar pasien telah menggunakan pembersih wajah dan krim sebelum datang berobat, karena lebih memilih pengobatan topikal dibandingkan terapi medikamentosa (Tallab, 2004).Salah satu pengobatan akne bertujuan untuk mengurangi kuman penyebab akne dan kelebihan sebum pada kulit. Terapi akne membutuhkan jangka waktu yang lama serta dapat menimbulkan beberapa efek samping, seperti pada penggunaan retinoid topikal dapat terjadi iritasi kulit berupa eritema, deskuamasi, gatal, dan rasa seperti terbakar. Pasien hendaknya diinformasikan tentang lama pengobatan dan cara mengurangi iritasi, misalnya dengan penggunaan sabun pembersih yang lembut. Salah satu standar terapi untuk akne vulgaris ringan dan sedang adalah mencuci wajah secara rutin dengan sabun lembut (Menaldi, 2013).Mencuci wajah bertujuan untuk menghilangkan kotoran pada wajah, menghilangkan sel-sel permukaan kulit yang mati, dan menghilangkan bakteri (Burkhart, 2006). Selain itu, mencuci wajah dapat mengurangi kadar sebum pada permukaan kulit dan menghambat pertumbuhan bakteri (Menaldi, 2013). Jumlah koloni bakteri yang ada pada wajah berpengaruh terhadap akne, karena penurunan jumlah koloni menunjukkan perbaikan kondisi klinis akne (Teruki et al, 2009).Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan oleh Joanna, Vincent, & Alexa (2006) didapatkan lebih dari 50% penderita akne percaya bahwa mencuci wajah kurang dari satu kali dalam sehari mengakibatkan kotoran pada wajah berkontribusi memperparah kondisi akne, namun mencuci wajah secara berlebihan juga dapat menyebabkan iritasi pada wajah. Para ahli dermatologi merekomendasikan mencuci wajah yang baik yaitu dua kali sehari menggunakan sabun yang lembut (Joanna, Vincent, & Alexa, 2006).Topicare cleanser merupakan salah satu produk sabun pembersih wajah yang lembut. Sabun ini mengandung bahan pelembab dan mempunyai efek antibakteri (BPOM, 2013). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Saba, Adeel, & Shahida (2009) menjelaskan bahwa tidak hanya sabun yang mengandung triclosan yang mempunyai efek antibakteri, namun sabun kecantikan yang mengandung ekstrak Aloe barbadensis atau Aloe vera yang sering dikenal sebagai ekstrak lidah buaya juga mampu memberikan efek antibakteri (Saba, Adeel, & Shahida, 2009). Selain mengandung ekstrak Aloe vera yang mempunyai efek anti bakteri, Topicare juga mengandung Plukenetia volubilis seed oil yang mengandung asam linoleat yang mampu mencegah terjadinya proses hiperproliferasi epidermis folikuler (Gutierrez, 2011 & Jappe, 2003). Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan penilaian angka kuman terhadap efikasi sabun Topicare.

1.2. Rumusan Masalah1.2.1Bagaimana angka kuman sebelum penggunaan sabun Topicare secara rutin selama dua minggu?1.2.2Bagaimana angka kuman sesudah penggunaan sabun Topicare secara rutin selama dua minggu?1.2.3 Apakah terdapat perbedaan angka kuman sebelum dan sesudah penggunaan sabun Topicare secara rutin selama dua minggu.

1.3 Tujuan Penelitian1.3.1Mengetahui angka kuman sebelum penggunaan sabun Topicare secara rutin selama dua minggu.1.3.2Mengetahui perbedaan angka kuman sesudah penggunaan sabun Topicare secara rutin selama dua minggu.1.3.3Mengetahui perbedaan angka kuman sebelum dan sesudah penggunaan sabun Topicare secara rutin selama dua minggu.

1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Bagi PenulisMenambah wawasan pengetahuan bagi peneliti tentang pengaruh penggunaan sabun Topicare terhadap jumlah koloni kuman pada wajah dan menjadi dasar serta pertimbangan penelitian selanjutnya.1.4.2 Bagi Ilmu Pengetahuan dan PenelitianSebagai referensi untuk menambah ilmu dan wawasan baik pengetahuan maupun dalam rangka pengembangan penelitian lebih lanjut.1.4.3 Bagi Masyarakat atau Pelayanan KesehatanMemberi informasi kepada masyarakat mengenai penggunaan sabun Topicare untuk menurunkan angka kuman pada wajah.

1.5 Keaslian PenelitianSepengetahuan penulis, peneitian tentang Perbandingan Angka Kuman pada Wajah Akne Vulgaris Ringan Sebelum dan Sesudah Aplikasi Sabun Topicare belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental dengan menggunakan desain penelitian pre and post test control group design. Penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah:

Tabel 1.1 Keaslian PenelitianPenelitiJudul PenelitianDesain PenelitianVariabelHasil Penelitian

Menaldi, dkk. (2013)Efektivitas Pencuci Wajah Phisohex Sebagai Terapi Adjuvan Akne Vulgaris Ringan dengan Inflamasiuji klinik acak buta ganda dengan kontrolPerbaikan klinis akne vulgaris

Efek melembabkan kulit

Efek antibakteri terhadap P.acnePerbedaan klinis akne vulgaris pada penggunaan sabun Phisohex dan plasebo hanya menyebabkan sedikit perbaikan klinis

Efek melembabkan pada Phisohex tampak lebih baik dibandingkan plasebo

Tidak ada perbedaan efek antibakteri terhadap P. acnes pada penggunaan sabun Phisohex dan plasebo

Achmad(2012)Jumlah Koloni Streptococcus Mutans dalam Plak Anak Sebelum dan Sesudah Berkumur Minuman ProbiotikObservasional laboratorikBerkumur minuman probiotik yang mengandung L.casei selama 3 dan 7 hari

Jumlah koloni S.mutans dalam plak sesudah berkumurTerdapat perbedaan yang bermakna jumlah koloni S.mutans sebelum dan sesudah berkumur minuman probiotik

Terdapat penurunan jumlah koloni S.mutans secara signifikan

Nakatsuji, dkk (2009)Antimicrobial Property of Lauric Acid Against Propionibacteriumacnes: Its Therapeutic Potential for Inflammatory Acne VulgarisIn vitro antimicrobial assaysExamine the antimicrobial effect of lauric acid in vivo on propionibacterium acne

lauric acid has muchstronger antimicrobial activity