BAB I

8
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan salah satu organ penting di dalam tubuh kita, dengan fungsi utama untuk menyaring (filtrasi) dan mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme (racun) dari darah menjadi urin. Selain hal tersebut, ginjal juga berperan dalam mengatur keasaman darah dan keseimbangan ion yang sangat penting agar berbagai fungsi penting dalam tubuh kita dapat berjalan secara normal. Pada keadaan gagal ginjal kronis (chronic kidney disease) terjadi penurunan fungsi ginjal secara gradual dan permanen (biasanya dalam jangka waktu bulan sampai tahun) sehingga ginjal mengalami gangguan dalam mengeliminasi zat-zat sisa hasil metabolisme. Penyakit Ginjal Kronik (Cronic Kidney Disease/CKD) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif, bersifat irreversible dan menyebabkan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga mengakibatkan terj adi uremia (Smeltzer, et al, 2008). Penyakit ginjal kronik terdiri dari beberapa tahap, dimana

description

e

Transcript of BAB I

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangGinjal merupakan salah satu organ penting di dalam tubuh kita, dengan fungsi utama untuk menyaring (filtrasi) dan mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme (racun) dari darah menjadi urin. Selain hal tersebut, ginjal juga berperan dalam mengatur keasaman darah dan keseimbangan ion yang sangat penting agar berbagai fungsi penting dalam tubuh kita dapat berjalan secara normal. Pada keadaan gagal ginjal kronis (chronic kidney disease) terjadi penurunan fungsi ginjal secara gradual dan permanen (biasanya dalam jangka waktu bulan sampai tahun) sehingga ginjal mengalami gangguan dalam mengeliminasi zat-zat sisa hasil metabolisme. Penyakit Ginjal Kronik (Cronic Kidney Disease/CKD) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif, bersifat irreversible dan menyebabkan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga mengakibatkan terj adi uremia (Smeltzer, et al, 2008). Penyakit ginjal kronik terdiri dari beberapa tahap, dimana tahap akhir dari penyakit ginjal kronik disebut dengan Penyakit ginjal tahap akhir (End State Renal Disease/ESRD). ESRD ditunjukkan dengan ketidakmampuan ginjal dalam mempertahankan homeostasis tubuh dengan nilai laju filtrasi glomerolus kurang dari 15 ml/menit/1,73 m2 (Suwitra, 2006). Penyakit ginjal kronis merupakan salah satu penyakit yang meningkat setiap tahunnya. Di Amerika serikat angka kejadiannya adalah 338 kasus baru tiap tahunnya (U.S RDS 2013), sementara insiden di Indonesia prevalensi penyakit ginjal kronis mencapai 200-250 per 1 juta penduduk (Pernefri, 2011).Bagi pasien gagal ginjal, hemodialisa merupakan salah satu terapi pengganti ginjal yang menjadi pilihan bagi klien untuk mempertahankan fungsi tubuh. Hemodialisis (HD) merupakan tindakan untuk menggantikan sebagian dari fungsi ginjal. Tindakan ini rutin dilakukan pada penderita penyakit ginjal kronik/ chronic kidney disease (CKD) stadium V atau gagal ginjal kronik (GGK). Pada tahun 2011 di Indonesia terdapat 15353 pasien yang baru menjalani HD dan pada tahun 2012 terjadi peningkatan pasien yang menjalani HD sebanyak 4268 orang sehingga secara keseluruhan terdapat 19621 pasien yang baru menjalanai HD. Sampai akhir tahun 2012 terdapat 244 unit hemodialisis di Indonesia (IRR, 2013). Hemodialisis merupakan suatu cara untuk mengeluarkan produk sisa metabolisme berupa zat terlarut (solut) dan air yang berada dalam darah melalui membran semipermeabel atau yang disebut dialyzer (Thomas, 2004; Price & Wilson, 2005), dimana proses dialisis tergantung pada prinsip fisiologis, yaitu difusi dan ultrafiltrasi. Tujuan utama dari hemodialisis adalah mengendalikan uremia, kelebihan cairan dan ketidakseimbangan elektrolit yang terjadi pada klien penyakit ginjal kronik (Kallenbach, et al, 2005). Hal ini dikarenakan sistem ginjal buatan yang dilakukan oleh dializer memungkinkan terjadinya pembuangan sisa metabolisme berupa ureum, creatinin dan asam urat, pembuangan cairan, mempertahankan sistem buffer tubuh, serta mengembalikan kadar elektrolit tubuh (Lewis, 2000). Hemodialisis terbukti efektif mengeluarkan cairan, elektrolit dan sisa metabolisme tubuh, dan pada klien penyakit ginjal tahap akhir membantu kelangsungan hidup klien dengan menggantikan fungsi ginjal. Jika tidak dilakukan terapi pengganti ginjal maka klien akan meninggal. Prosedur hemodialisis sangat bermanfaat bagi klien penyakit ginjal tahap akhir, namun bukan berarti tidak berisiko dan tidak mempunyai efek samping.Berbagai permasalahan dan komplikasi dapat terjadi pada klien yang menjalani hemodialisis. Komplikasi hemodialisis dapat menimbulkan ketidaknyamanan, meningkatkan stress dan mempengaruhi kualitas hidup klien. Dengan kata lain tindakan hemodialisis secara signifikan berdampak atau mempengaruhi kualitas hidup dari klien diantaranya kesehatan fisik, psikologis, spiritual, status sosial ekonomi dan dinamika keluarga (Charuwanno, 2005). Klien penyakit ginjal tahap akhir yang menjalani hemodialisis dilaporkan mengalami masalah yang kompleks terkait tindakan hemodialisis atau yang disebabkan oleh penyakit ginjal kronik. Komplikasi yang dapat terjadi selama menjalani prosedur hemodialisis berupa hipotensi, kram, nyeri dada, nyeri pinggung, gatal, demam, menggigil, perdarahan, ketidakseimbangan elektrolit (Ferran & Power, 1993; Holley, et al, 2007; Barkan, et al, 2006). Sedangkan Hudak & Gallo (1999) dan Thomas, (2003) menambahkan komplikasi intradialisis lainnya adalah hipertensi, dialysis disequlibrium syndrome (DSS), aritmia, hemolisis dan emboli paru. Komplikasi atau dampak HD terhadap fisik menjadikan klien lemah dan lelah dalam menjalani kehidupan sehari -hari teruma setelah hemodialisis (Sullivan, 2009). Kelemahan dan kelelahan pada klien hemodialisis diakibatkan karena anemia yang disebabkan oleh menurunnya produksi eritropoetin akibat kerusakan fungsi ginjal. Anemia pada klien hemodialisis kronik dapat terjadi akibat tertinggalnya darah pada dialyzer atau blood line meskipun jumlahnya tidak signifikan (Thomas, 2003). Kondisi ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Ritman (1993) bahwa beberapa klien setelah menjalani hemodialisis, cenderung akan menghabiskan hari-harinya untuk beristirahat dikarenakan energi mereka terkuras selama menjalani hemodialisis. Berdasarkan hasil penelitian Nancy Gregory (2005) menunjukkan mempertahankan Hb 11-12 g/dL akan meningkatkan kualitas hidup pasien dengan hemodialisis dan secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan fungsi fisik, kognitif, psikologi dan sosial. Latihan fisik yang dilakukan selama hemodialisis akan meningkatkan fungsi fisik dan kualitas pasien dengan ESRD (Orti et al, 2008)Latihan fisik dilakukan pada saat pasien menjalani hemodialisis dapat dilakukan selama 30 menit sampai dengan 45 menit dan secara umum diberikan dua jam pertama saat dilakukan hemodialisis (Moinuddin & Leehey, 2008). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh M. De Moura Reboredo et al (2010) latihan fisik yang dilakukan selama hemodialisis akan meningkatkan fungsi fisik, menurunkan tekanan darah, mengontrol anemia, dan meningkatkan kualitas hidup pada pasien dengan ggal ginjal kronik.Pasien dengan ESRD memiliki level yang rendah terhadap kebugaran fisik dan fungsi fisik. Kapasitas aerobik mereka cenderung hanya setengah dari yang normal, kekuatan otot rendah, dan cenderung memiliki masalah dengan mobilitas dan aktivitas dasar kehidupan sehari-hari (Deligiannis, 1999). Berdasarkan hasil penelitian Makhlough et al (2012) mengatakan bahwa latihan fisik memiliki efek yang positif terhadap kualitas hidup pasien dengan ESRD dengan mempengaruhi fungsi fisik dan mental . Begitupun dengan hasil penelitian Painter et al (1999) bahwa latihan ketahanan selama hemodilisis memiliki kaitan denan meningkatkan kekuatan dan fungsi otot.Selama ini di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Umum dr.Slamet Garut pernah belum dilakukan aktivitas latihan olahraga pada pasien ketika mereka sedang melakukan hemodialisis, sehubungan dengan hal tersebut kelompok tertarik untuk Menyusun makalah yang akan membahas beberapara hasil penelitian berbasis evidence based practise tentang pengaruh latihan fisik pada pasien hemodialisa. B. Tujuan1. Melakukan analisis jurnal hasil-hasil penelitian yang berbasis evidence based practice tentang pengaruh latihan fisik pada pasien hemodialisa.2. Mengaplikasikan latihan olahraga dalam praktik klinik keperawatan sebagai salah satu tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien hemodialisis di Ruangan Hemodialisa Rumah Sakit Umum dr. Slamet Garut

C. Manfaat1. Diharapkan dari hasil meta-analisis ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan protap untuk program latihan fisik pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis yang terintegrasi dalam pemberian asuhan keperawatan2. Menambah wawasan dan pengetahuan perawat tentang pentingnya latihan fisik pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa, sehingga pelayanan yang diberikan pada pasien semakin profesional dan berkualitas.