BAB I
-
Upload
pak-sugeng -
Category
Documents
-
view
214 -
download
1
description
Transcript of BAB I
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Umumnya, pembacaan cerpen membutuhkan waktu singkat. Cerpen
hanya dilengkapi dengan detail-detail terbatas sehingga tidak dapat mengulik
perkembangan karakter dari tiap tokohnya, hubungan-hubungan mereka, keadaan
sosial yang rumit, atau kejadian yang telah berlangsung dalam kurun waktu yang
lama dengan panjang lebar (Stanton 2007:79). Nursisto (2000:166) menyatakan
bahwa cerpen yang menggambarkan satu peristiwa penting dalam kehidupan
seseorang atau beberapa pelakunya memuat misi tertentu yang bersifat sugestif
sehingga ketika cerpen selesai dibaca, pembaca akan merenung.
Kegiatan membaca cerpen memerlukan kecermatan yang akan berimbas
pada pemahaman isi cerpen tersebut. Kusmayadi (2010:19) menyatakan bahwa
pendekatan intrinsik adalah pendekatan untuk memahami cerita berdasarkan
unsur yang membangun cerita tersebut. Unsur intrinsik meliputi tema, latar, sudut
pandang, alur, penokohan, gaya bahasa, dan amanat. Aminuddin (2002:92)
memaparkan beberapa langkah yang harus diperhatikan pembaca dalam upaya
pemahaman prosa fiksi (cerpen) sebagai berikut: (1) memahami setting dalam
prosa fiksi yang dibaca; (2) memahami penokohan dan perwatakan para pelaku
dalam prosa fiksi yang dibaca; (3) memahami satuan peristiwa, pokok pikiran
serta tahapan peristiwa dalam prosa fiksi yang dibaca; (4) memahami plot atau
alur cerita dalam prosa fiksi yang dibaca; (5) menghubungkan pokok-pokok
1
-
2
pikiran yang satu dengan lainnya yang disimpulkan dari satuan-satuan peristiwa
yang terpapar dalam suatu cerita; (6) menentukan sikap penyair terhadap pokok-
pokok pikiran yang ditampilkannya; (7) mengidentifikasi tujuan pengarang
memaparkan ceritanya dengan bertolak dari satuan pokok pikiran serta sikap
penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya; dan (8) menafsirkan tema
dalam cerita yang dibaca serta menyimpulkannya dalam satu dua kalimat yang
diharapkan merupakan ide dasar cerita yang dipaparkan pengarangnya.
Pemahaman sebagai hasil dari membaca cerpen dapat diaplikasikan
dalam dua bentuk, yaitu secara tertulis dan secara lisan. Secara tertulis, pembaca
dapat menuliskan cerpen itu kembali atau membuat cerpen sesuai dengan
keinginannya sebagai akibat inspirasi setelah membaca cerpen. Secara lisan,
pembaca dapat menceritakan kembali cerpen tersebut dengan bahasanya sendiri.
Pengungkapan teks cerpen secara lisan ini dikategorikan bercerita. Delimasa G,
dkk (2012), Bercerita adalah seni menggunakan bahasa, vokalisasi, dan atau
gerakan fisik dan isyarat untuk mengungkapkan unsur-unsur dan gambaran dari
sebuah cerita kepada sesuatu yang spesifik, kehidupan penonton.
Keterampilan bercerita merupakan salah satu keterampilan yang
berperan membina siswa untuk terampil mengkomunikasikan suatu hal secara
lisan. Kurikulum KTSP, salah satu kompetensi dasar mengenai keterampilan
bercerita siswa SMP adalah bercerita dengan alat peraga. Keterampilan bercerita
dengan alat peraga menjadi salah satu masalah dalam pembelajaran bahasa
Indonesia, terutama di Sekolah Menengah Pertama. Berdasarkan hasil wawancara
terhadap guru SMP Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali, mata pelajaran bahasa
-
3
Indonesia pengampu kelas VII terdiri atas 7 kelas terdapat 3 kelas yang hasil
pembelajaran keterampilan bercerita dengan alat peraga masih rendah
dibandingkan dengan 4 kelas lainnya.
Ditinjau dari kebaruan kurikulum, kompetensi dasar yang mendekati atau
hampir sama dengan bercerita dengan alat peraga (pada kurikulum KTSP) adalah
menyusun teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat
secara lisan (pada kurikulum 2013). Kompetensi dasar tersebut ada pada
kurikulum 2013 tepatnya SMP kelas VII kompetensi dasar 4.2., yaitu menyusun
teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat secara lisan
dapat dikategorikan keterampilan bercerita. Pada pelaksanaan pembelajaran
kompetensi dasar ini menuntut siswa dapat berbicara atau menyampaikan secara
langsung inti dari teks cerita pendek menggunakan bahasanya sendiri.
Menindaklanjuti hal ini, berdasarkan hasil wawancara terhadap guru mata
pelajaran bahasa Indonesia kelas VII SMP Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali
menyatakan keterampilan siswa dalam hal mengkomunikasikan teks tertentu
secara lisan belum optimal. Dari 7 kelas terdapat 3 kelas yang hasil belajar
keterampilan mengkomunikasikan teks secara lisan tergolong kurang. Diantara 7
kelas tersebut, rata-rata kelas yang terendah adalah kelas VIID.
Beberapa masalah pokok yang dialami siswa kelas VIID SMP Negeri 1
Ampel Kabupaten Boyolali yang diidentifikasi dari proses pembelajaran, sikap
religius, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan terhadap pembelajaran
bahasa Indonesia adalah sebagai berikut. Pertama, proses pembelajaran bahasa
Indonesia khususnya ketika siswa mengkomunikasikan suatu hal secara lisan.
-
4
Masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran yaitu keantusiasan siswa
termasuk dalam kategori kurang dan beberapa siswa kurang menghiraukan teman
yang sedang tampil di depan kelas atau teman yang sedang menyampaikan
pendapat. Selain itu, guru kurang memahami materi pembelajaran dikarenakan
berorientasi pada kurikulum 2013, strategi pembelajaran yang digunakan kurang
tepat, media pembelajaran yang digunakan belum bervariasi, guru hanya
menggunakan lembar kerja dan buku teks. Kedua, sikap religius siswa secara
keseluruhan sudah termasuk baik, tetapi terdapat beberapa siswa yang belum
melakukan kegiatan berdoa ketika sebelum memulai pelajaran. Ketiga, sebagian
besar siswa telah menunjukkan sikap sosial yang baik. Namun, masih terdapat
beberapa siswa yang bertindak sesuka hati atau tidak menghiraukan temannya.
Keempat, pengetahuan yang dimiliki siswa terkait dengan materi pembelajaran
sudah termasuk baik. Hal ini diketahui dari hasil kerja siswa terkait dengan
pemahaman siswa menunjukkan hasil yang baik, tetapi sebagian kecil siswa perlu
mendapat perhatian meskipun nilai yang diperoleh mencapai kkm. Kelima,
keterampilan. Keterampilan yang dimaksud adalah kemampuan siswa dalam
mengkomunikasikan suatu hal secara lisan masih perlu bimbingan dan perhatian
dari guru. Masalah yang dapat diidentifikasi berdasarkan observasi awal, yaitu
siswa kurang memiliki kepercayaan diri untuk tampil di depan kelas, siswa
kesulitan menyusun kata menggunakan bahasanya sendiri, siswa terpaku pada
teks yang telah ditulis (menghafal), siswa kurang memperhatikan aspek dalam
keterampilan mengkomunikasikan teks secara lisan (volume suara, intonasi, lafal).
-
5
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, peneliti memberikan solusi
untuk menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran bahasa Indonesia
khususnya dalam mengkomunikasikan suatu hal secara lisan. Berkaitan dengan
hal tersebut, keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan
karakteristik teks yaitu dengan menerapkan pendekatan scientific sebagai
cerminan kurikulum 2013 sebagai salah satu cara untuk menumbuhkan potensi
siswa. Selain itu, guna mendukung pembelajaran bercerita berdasarkan teks cerita
pendek sesuai dengan karakteristik teks dengan pengadaan media audiovisual
dapat menambah nilai keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa
kelas VIID SMP Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali.
Merujuk pada hasil pengamatan serta kebutuhan pembelajaran bahasa
Indonesia, keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan
karakteristik teks merupakan salah satu kompetensi dasar dalam kurikulum 2013,
maka tentu mengedepankan pendekatan scientific. Pendekatan scientific
dimaksudkan dapat mengembangkan keterampilan bercerita, baik dalam proses
pembelajaran, sikap religius, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan siswa.
Pelaksanaan pembelajaran keterampilan bercerita dengan pendekatan scientific
atau pendekatan ilmiah memuat langkah-langkah: 1) mengamati; 2) menanya; 3)
menalar; 4) mencoba; dan 5) mengkomunikasikan. Proses pembelajaran harus
menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dalam proses
pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi
substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang mengapa. Ranah
-
6
keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta
didik tahu tentang bagaimana. Ranah pengetahuan menggamit transformasi
substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang apa. Hasil akhirnya
adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia
yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan
untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Pembelajaran keterampilan bercerita yang terlaksana sebelumnya
menggunakan media alat peraga berupa boneka tangan, panggung boneka, stik
wayang, dan sejenisnya. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang
menerapkan media tersebut sebagai alat peraga keterampilan bercerita berdampak
positif. Pembelajaran bercerita berjalan dengan baik, kualitas pembelajaran
tersebut meningkat dilihat dari persentase hasil belajar siswa atau evaluasi mereka
ketika praktik bercerita. Selain itu, dilihat pula dari segi perubahan tingkah laku
yang terjadi pada siswa, adanya respon positif yaitu antusiasme siswa dalam
mengikuti pembelajaran, memikat daya tarik, dan memotivasi siswa untuk dapat
terampil dalam bercerita. Dari hasil relevansi penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, penelitian yang dilakukan peneliti yaitu peningkatan keterampilan
bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks
menggunakan pendekatan scientific melalui media audiovisual berbasis
pendidikan karakter sebagai pelengkap penelitian-penelitian sebelumnya. Selain
itu, penelitian yang dilakukan peneliti sebagai uji coba awal keberhasilan
penerapan kurikulum 2013 dalam pembelajaran bahasa Indonesia salah satunya
-
7
keterampilan bercerita. Adapun, proses pembelajaran, sikap religius, sikap sosial,
dan pengetahuan juga mendapat perhatian agar siswa dapat mencapai kompetensi
yang diharapkan, yaitu sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar
dalam kurikulum 2013.
Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan peneliti, media audiovisual
mempunyai peranan dalam pembelajaran keterampilan bercerita. Media
audiovisual adalah media penyampai informasi yang memiliki karakteristik audio
(suara) dan visual (gambar). Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih
baik, karena meliputi kedua karakteristik tersebut (Haryoko 2009:3). Penggunaan
media audiovisual berbasis pendidikan karakter dapat membantu siswa
memahami bagaimana bercerita dengan baik, sebagaimana karakteristik teks
cerpen sebagai acuan ketika bercerita di depan kelas. Dengan berbantu media
audiovisual berbasis pendidikan karakter, pembelajaran keterampilan bercerita
berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks dapat melatih
siswa sekaligus memberi kemudahan siswa agar terampil menceritakan cerpen
yang telah dibaca. Media audiovisual berbasis pendidikan karakter berisi cara
bercerita, tahapan-tahapan bercerita, pemodelan bercerita yang bermuatan
pendidikan karakter. Penggunaan media audiovisual berbasis pendidikan karakter
dalam pembelajaran keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai
dengan karakteristik teks diharapkan dapat berimbas positif, pembelajaran
berjalan dengan baik, dan berhasil mengembangkan kemampuan siswa dalam
bercerita.
-
8
1.2 Identifikasi Masalah
Masalah yang muncul pada pembelajaran keterampilan bercerita
diidentifikasi dari proses pembelajaran, sikap religius, sikap sosial, pengetahuan,
dan keterampilan terhadap pembelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
Masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran yaitu: (1) keantusiasan siswa
termasuk dalam kategori kurang dan beberapa siswa kurang menghiraukan teman
yang sedang tampil di depan kelas atau teman yang sedang menyampaikan
pendapat; (2) guru kurang memahami materi pembelajaran dikarenakan
berorientasi pada kurikulum 2013; (3) strategi pembelajaran yang digunakan
kurang tepat; (4) media pembelajaran yang digunakan belum bervariasi, guru
hanya menggunakan lembar kerja dan buku teks. Sikap religius siswa secara
keseluruhan sudah termasuk baik, tetapi terdapat beberapa siswa yang belum
melakukan kegiatan berdoa ketika sebelum memulai pelajaran. Sikap sosial siswa
sudah baik, tetapi masih terdapat beberapa siswa yang bertindak sesuka hati atau
tidak menghiraukan temannya. Pengetahuan yang dimiliki siswa terkait dengan
materi pembelajaran sudah termasuk baik, tetapi sebagian kecil siswa perlu
mendapat perhatian meskipun nilai yang diperoleh mencapai kkm. Masalah yang
dapat diidentifikasi berdasarkan observasi awal terkait dengan keterampilan siswa,
yaitu: (1) siswa kurang memiliki kepercayaan diri untuk tampil di depan kelas; (2)
siswa kesulitan menyusun kata menggunakan bahasanya sendiri; (3) siswa
terpaku pada teks yang telah ditulis (menghafal); (4) siswa kurang memperhatikan
aspek dalam keterampilan mengkomunikasikan teks secara lisan (volume suara,
intonasi, lafal).
-
9
Faktor proses pembelajaran, mencakup: (1) keantusiasan siswa termasuk
dalam kategori kurang dan beberapa siswa kurang menghiraukan teman yang
sedang tampil di depan kelas atau teman yang sedang menyampaikan pendapat;
(2) guru kurang memahami materi pembelajaran dikarenakan berorientasi pada
kurikulum 2013; (3) strategi pembelajaran yang digunakan kurang tepat; (4)
media pembelajaran yang digunakan belum bervariasi, guru hanya menggunakan
lembar kerja dan buku teks.
Faktor pertama, keantusiasan siswa yang diketahui dari respon siswa
ketika teman mereka tampil atau menyampaikan pendapat. Berdasarkan hasil
wawancara terhadap guru bahasa Indonesia, hanya beberapa siswa yang aktif
dalam pembelajaran. Beberapa siswa yang tidak aktif dalam pembelajaran tidak
sepenuhnya memperhatikan, mereka sibuk sendiri atau berbicang dengan teman.
Faktor kedua, guru kurang memahami materi pelajaran dikarenakan
berorientasi pada kurikulum 2013. Sebagaimana hasil wawancara terhadap guru
yang bersangkutan, beliau kurang memahami kurikulum 2013 karena masih
dalam proses adaptasi dari kurikulum sebelumnya.
Faktor kedua, strategi pembelajaran yang digunakan kurang tepat.
Pembelajaran seharusnya mengevaluasi siswa secara individu tetapi guru
memberi penugasan siswa untuk membentuk kelompok kecil. Alasan yang
mendasari ini adalah pelaksanaan pembelajaran tidak berlangsung baik jika
menguji siswa secara individu karena kemauan, kepercayaan diri siswa tergolong
kurang dan susah meskipun telah diberi motivasi. Karena inilah, guru menerapkan
penilaian kelompok. Perwakilan salah satu siswa pada masing-masing kelompok
-
10
yang mampu bercerita atau mengkomunikasikan suatu teks secara lisan di depan
kelas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penilaian kelompok sama dengan
penilaian individu.
Faktor ketiga, media pembelajaran yang digunakan belum bervariasi,
guru hanya menggunakan lembar kerja dan buku teks. Berdasarkan hasil
wawancara guru yang bersangkutan, tidak ada media pembelajaran lain selain
lembar kerja dan buku teks. Karena kompetensi dasar pada kurikulum 2013
berbasis teks, beliau juga belum terbiasa menggunakan power point ketika
menyampaikan materi pembelajaran.
Faktor sikap religius, terdapat beberapa siswa yang belum melakukan
kegiatan berdoa ketika sebelum memulai pelajaran. Beberapa siswa ini belum
siap mengikuti instruksi ketua kelas untuk berdoa bersama. Menurut guru yang
bersangkutan, beberapa siswa ini ada yang terlambat masuk kelas sehingga tidak
siap untuk berdoa bersama.
Faktor sikap sosial, terdapat beberapa siswa yang bertindak sesuka hati
atau tidak menghiraukan temannya. Guru bahasa Indonesia pengampu kelas VII
menyatakan bahwa sikap siswa yang kurang menghiraukan temannya ini adalah
siswa-siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran.
Faktor pengetahuan siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia,
sebagian kecil siswa perlu mendapat perhatian meskipun nilai yang diperoleh
mencapai kkm. Hal ini akibat dari perilaku siswa yang kurang menghiraukan
pembelajaran, baik penjelasan dari guru maupun diskusi yang telah dilaksanakan
siswa.
-
11
Faktor keterampilan siswa dalam mengkomunikasikan suatu hal secara
lisan, mencakup: (1) siswa kurang memiliki kepercayaan diri untuk tampil di
depan kelas; (2) siswa kesulitan menyusun kata menggunakan bahasanya sendiri;
(3) siswa terpaku pada teks yang telah ditulis (menghafal); (4) siswa kurang
memperhatikan aspek dalam keterampilan mengkomunikasikan teks secara lisan
(volume suara, intonasi, lafal).
Faktor pertama, siswa kurang memiliki kepercayaan diri untuk tampil di
depan kelas. Merupakan masalah utama yang dialami siswa kelas VIID SMP
Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali. Berdasarkan hasil wawancara guru mata
pelajaran bahasa Indonesia terkait dengan hal ini, kemauan siswa secara individu
belum muncul. Latar belakangnya adalah asal Sekolah Dasar yang membentuk
mental masing-masing siswa, keberanian diri yang tergolong kurang, dan
rendahnya antusias siswa.
Faktor kedua, siswa kesulitan menyusun kata menggunakan bahasanya
sendiri. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa mengkomunikasikan suatu hal
secara lisan di depan khalayak umum. Selain itu, ingatan tidak lepas dari teks
yang dibaca menjadikan siswa belum dapat mengimprovisasi sesuai dengan
pemahamannya.
Faktor ketiga, siswa terpaku pada teks yang ditulis (menghafal).
Merupakan salah satu teknik yang biasanya diterapkan siswa. Catatan berupa
kerangka inti suatu teks sebagai acuan ketika bercerita cukup membantu, tetapi
tidak cukup berhasil jika dihafal. Siswa terhenti atau kehilangan kata-kata ketika
bercerita, karena siswa harus mengingat teks yang dihafalkannya. Inilah yang
-
12
menjadikan salah satu hambatan siswa kelas VIID SMP Negeri 1 Ampel
Kabupaten Boyolali dalam pembelajaran keterampilan bercerita ataupun dalam
pembelajaran yang mengharuskan siswa mengkomunikasikan sesuatu secara lisan
di depan teman-temannya.
Faktor keempat, siswa kurang memperhatikan aspek dalam keterampilan
mengkomunikasi teks secara lisan (volume suara, intonasi, lafal), sehingga perlu
bimbingan dari guru agar siswa terarah dan dapat terampil dalam bercerita atau
mengkomunikasikan sesuatu secara lisan di depan teman-temannya atau khalayak
umum.
1.3 Batasan Masalah
Permasalahan yang diteliti dalam keterampilan bercerita sangat
kompleks. Peneliti memfokuskan permasalahan pada upaya meningkatkan
keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik
teks menggunakan pendekatan scientific melalui media audiovisual berbasis
pendidikan karakter pada siswa kelas VIID di SMP Negeri 1 Ampel Kabupaten
Boyolali.
Pendekatan scientific diterapkan guru dalam pelaksanaan pembelajaran
keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik
teks. Pada prinsipnya, pendekatan ini merupakan dasar kurikulum 2013 sehingga
harus terlaksana atau diterapkan dalam pembelajaran. Pendekatan scientific
merupakan pendekatan ilmiah yang mencakup: mengamati, menanya, menalar,
mencoba, dan mengkomunikasikan. Kelima aspek dasar tersebut terlaksana secara
-
13
bertahap dan runtut dalam pembelajaran keterampilan bercerita berdasarkan teks
cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks.
Media audiovisual berbasis pendidikan karakter digunakan untuk
meningkatkan keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai
dengan karakteristik teks sebagai sarana atau alat bantu guna menumbuhkan
minat siswa untuk bercerita secara bebas tanpa terpaku hafalan atau teks. Selain
itu, media audiovisual bermanfaat bagi siswa karena dengan media ini siswa
dapat memperolah pemahaman bagaimana cara bercerita yang baik, tahapan-
tahapan bercerita, yang kemudian dapat praktik bercerita dengan terampil sesuai
karakteristik teks cerita pendek.
1.4 Rumusan Masalah
Pembelajaran keterampilan bercerita menekankan beberapa aspek
berikut: (1) proses; (2) sikap religius; (3) sikap sosial; (4) pengetahuan; (5)
keterampilan sebagaimana termuat pada kompetensi inti dan kompetensi dasar
dalam kurikulum 2013. Rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai
berikut.
1) Bagaimana proses pembelajaran peningkatan keterampilan bercerita
berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks menggunakan
pendekatan scientific melalui media audiovisual berbasis pendidikan karakter
pada siswa kelas VIID SMP Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali?
2) Bagaimana perubahan perilaku menghargai dan mensyukuri keberadaan
bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana
-
14
menyajikan informasi lisan sebagai wujud sikap religius siswa kelas VIID
SMP Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali dalam mengikuti pembelajaran
keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan
karakteristik teks menggunakan pendekatan scientific melalui media
audiovisual berbasis pendidikan karakter?
3) Bagaimana perubahan perilaku percaya diri, peduli, dan santun dalam
merespon secara pribadi peristiwa jangka pendek sebagai wujud sikap sosial
siswa kelas VIID SMP Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali dalam mengikuti
pembelajaran keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai
dengan karakteristik teks menggunakan pendekatan scientific melalui media
audiovisual berbasis pendidikan karakter?
4) Bagaimana peningkatan pengetahuan bercerita berdasarkan teks cerita pendek
sesuai dengan karakteristik teks siswa kelas VIID SMP Negeri 1 Ampel
Kabupaten Boyolali setelah menggunakan pendekatan scientific melalui
media audiovisual berbasis pendidikan karakter?
5) Bagaimana peningkatan keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek
sesuai dengan karakteristik teks menggunakan pendekatan scientific melalui
media audiovisual berbasis pendidikan karakter pada siswa kelas VIID SMP
Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan
sebagai berikut.
-
15
1) Mendeskripsi proses pembelajaran peningkatan keterampilan bercerita
berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks menggunakan
pendekatan scientific melalui media audiovisual berbasis pendidikan karakter
pada siswa kelas VIID SMP Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali.
2) Memaparkan perubahan perilaku menghargai dan mensyukuri keberadaan
bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana
menyajikan informasi lisan sebagai wujud sikap religius siswa kelas VIID
SMP Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali dalam mengikuti pembelajaran
keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan
karakteristik teks menggunakan pendekatan scientific melalui media
audiovisual berbasis pendidikan karakter.
3) Memaparkan perubahan perilaku percaya diri, peduli, dan santun dalam
merespon secara pribadi peristiwa jangka pendek sebagai wujud sikap sosial
siswa kelas VIID SMP Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali dalam mengikuti
pembelajaran keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai
dengan karakteristik teks menggunakan pendekatan scientific melalui media
audiovisual berbasis pendidikan karakter.
4) Mendeskripsi peningkatan pengetahuan bercerita berdasarkan teks cerita
pendek sesuai dengan karakteristik teks siswa kelas VIID SMP Negeri 1
Ampel Kabupaten Boyolali setelah menggunakan pendekatan scientific
melalui media audiovisual berbasis pendidikan karakter.
5) Mendeskripsi peningkatan keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita
pendek sesuai dengan karakteristik teks menggunakan pendekatan scientific
-
16
melalui media audiovisual berbasis pendidikan karakter pada siswa kelas
VIID SMP Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam dunia
pendidikan, baik manfaat teoretis maupun praktis mengenai peningkatan
keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik
teks menggunakan pendekatan scientific melalui media audiovisual berbasis
pendidikan karakter pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ampel Kabupaten
Boyolali.
1) Manfaat Teoretis
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
pendidikan di Indonesia secara teoritis, yaitu dengan penggunaan pendekatan
scientific dalam pembelajaran keterampilan bercerita dapat meningkatkan
hasil pembelajaran. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan
teori pembelajaran sehingga dapat memperbaiki kualitas khususnya
pembelajaran bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan
karakteristik teks dan dapat memberikan manfaat bagi penelitian selanjutnya.
2) Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan teori tentang pendekatan scientific melalui media audiovisual
berbasis pendidikan karakter serta mengaplikasikan dalam pembelajaran dan
penelitian.
-
17
Manfaat bagi pengelola sekolah adalah untuk meningkatkan kualitas
proses dan hasil kegiatan pembelajaran yang dilakukan khususnya
pembelajaran bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan
karakteristik teks dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Manfaat bagi guru, penelitian ini dapat mengatasi kesulitan yang
dialami guru dalam pembelajaran bercerita dan sebagai acuan pembelajaran
yang menerapkan kurikulum 2013 dengan pendekatan scientific yang tercurah
dalam pelaksanaan pembelajaran; dapat membuat inovasi pembelajaran yang
tepat sesuai dengan kurikulum dan pembelajaran yang tepat; guru juga dapat
menghasilkan karya ilmiah untuk profesionalitas guru yang bersangkutan.
Manfaat bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat: (1) memberikan
kemudahan dalam hal pemahaman mengenai keterampilan bercerita
berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks sebagai
keberhasilan terlaksananya kurikulum 2013; (2) menjadikan suasana
pembelajaran yang menyenangkan; (3) meningkatkan kemampuan dan
keterampilan bercerita siswa; (4) membentuk/mengembangkan perilaku
religius siswa; dan (5) membentuk/mengembangkan perilaku sosial siswa.