BAB I
Transcript of BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.1.1 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Tanjung Priok
1.1.1.1 Keadaan Geografis
Berdasarkan lembaran daerah no. 4/1966 ditetapkanlah lima wilayah kota
administrasi di DKI Jakarta, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta
Selatan, dan Jakarta Utara, dilengkapi dengan 22 kecamatan dan 220 kelurahan.
Pembentukan kecamatan dan kelurahan berdasarkan asas teritorial dengan mengacu
pada jumlah penduduk yaitu 200.000 jiwa untuk kecamatan, 30.000 jiwa untuk
Kelurahan perkotaan, dan 10.000 jiwa untuk kelurahan pinggiran (Andromeda M,
2009).
Wilayah Kotamadya Jakarta Utara seluas 7.133,51 Ha, terdiri dari luas lautan
6.979,4 Ha dan luas daratan 154,11 Ha. Daratan Jakarta Utara membentang dari
barat ke timur sepanjang kurang lebih 35 Km, menjorok ke darat antara 4-10 Km,
dengan kurang lebih 110 pulau yang ada di Kepulauan Seribu. Ketinggian dari
permukaan laut antara 0-20 meter dari tempat tertentu ada yang dibawah permukaan
laut yang sebagian besar terdiri dari rawa-rawa atau empang air payau. Wilayah
Kotamadya Jakarta Utara merupakan pantai beriklim panas, dengan suhu rata-rata
270C, curah hujan setiap tahun rata-rata 142,54 mm dengan maksimal curah hujan
pada bulan September. Daerah ini merupakan wilayah pantai dan tempat
bermuaranya Sembilan sungai dan dua banjir kanal sehingga menyebabkan wilayah
ini rawan banjir, baik kiriman maupun banjir karena pasang air laut (Andromeda M,
2009).
Wilayah Kotamadya Jakarta Utara terdiri dari 6 Kecamatan, 31 Kelurahan,
405 RW, dan 4706 RT sesuai dengan Peraturan Daerah No. 55 Tahun 2001.
1
Tabel 1.1 Kecamatan dan Kelurahan di Jakarta Utara
Kecamatan Kelurahan
Penjaringan Kamal Muara, Kapuk Muara, Pejagalan, Pluit, Penjaringan
Pademangan Pademangan Timur, Pademangan Barat, Ancol
Tanjung Priok Sunter Agung, Sunter Jaya, Kebon Bawang, Papanggo, Warakas, Sungai Bambu, Tanjung Priok
Koja Tugu Selatan, Tugu Utara, Koja, Lagoa, Rawa Badak Utara, Rawa Badak Selatan
Kelapa Gading Kelapa Gading Barat, Kelapa Gading Timur, Pegangsaan Dua
Cilincing Sukapura, Rorotan, Cilincing, Marunda, Semper Barat, Semper Timur, Kali Baru
Sumber : Andromeda M ( 2009)
Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibu kota
Jakarta Nomor : 1251 Tahun 1986, luas wilayah Kecamatan Tanjung Priok adalah
25,12 Km2, yang terdiri atas 103 RW dan 1272 RT dengan luas masing-masing
kelurahan sebagai berikut:
a. Kelurahan Sunter Agung : 7,0226 Km2
b. Kelurahan Sunter Jaya : 4,5817 Km2
c. Kelurahan Kebon Bawang : 1,7270 Km2
d. Kelurahan Papanggo : 2,8018 Km2
e. Kelurahan Warakas : 1,0884 Km2
f. Kelurahan Sungai Bambu : 2,3640 Km2
g. Kelurahan Tanjung Priok : 5,5400 Km2
(Andromeda M, 2009)
Sedangkan batas – batas wilayah Kecamatan Tanjung Priok yaitu :
Utara : Pantai Laut Jawa
Timur : Jalan Yos Sudarso, Kecamatan Koja dan Kelapa gading
Selatan : Jalan Raya Sunter Kemayoran, Kecamatan Kemayoran
2
Barat : Kecamatan Pademangan (Andromeda M, 2009)
Kecamatan Tanjung Priok merupakan suatu wilayah dengan ketinggian 0,5 –
1 m diatas permukaan laut. Lapisan tanahnya membentuk daratan dengan batuan
kedap (sedimen) yang berada 50 m dibawah permukaan tanah. Batuan ini tidak
compack (padat) tetapi permeabel sehingga air tanahnya terpengaruh intrusi oleh air
laut (Nahrisah P, 2008).
Di wilayah Kecamatan Tanjung Priok ada beberapa sungai yang melintasi
masing-masing wilayah Kelurahan yaitu :
a. Kali Tiram, yang membatasi Kelurahan Tanjung Priok dengan Kelurahan
Warakas
b. Kali Sunter dan Danau Sunter di wilayah Kelurahan Sunter
c. Kali Kebon Bawang (Nahrisah P, 2008)
Gambar 1.1 Peta Wilayah Jakarta Utara
Sumber:www. PANJakartaUtara.com
1.1.1.2 Keadaan Demografi
Pada akhir tahun 2011 menurut data Biro Pusat Statistik Jakarta Utara,
Kecamatan Tanjung Priok memiliki keadaan demografi sebagai berikut:
1. Jumlah Penduduk : 375.236 Jiwa
a. Laki-laki : 189.744 Jiwa
3
b. Perempuan : 185.532 Jiwa
2. Jumlah Rumah Tangga (RT) : 96.778 KK
3. Kepadatan Penduduk : 16.666,04 /Km2 (Nahrisah P, 2008)
Adapun data mengenai kependudukan di Kecamatan Tanjung Priok akan
dijabarkan selengkapnya dalam tabel – tabel di bawah ini :
Tabel 1.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara Tahun 2011
Sumber : BPS Kodya Jakarta Utara Kecamatan Tanjung Priok Dalam Angka (2011)
Berdasarkan tabel diatas, dari tujuh kelurahan yang ada, kepadatan penduduk
tertinggi dicapai oleh Kelurahan Warakas, yaitu sebesar 44.218 jiwa/Km2.
Banyaknya lahan yang digunakan sebagai tempat tinggal merupakan sebab padatnya
Kelurahan Warakas. Sedangkan tingkat kepadatan penduduk terendah dicapai oleh
Kelurahan Tanjung Priok yaitu sebesar 7.226 jiwa/km2, dimana lahannya banyak
digunakan untuk industri dan perdagangan. (Puskesmas Tanjung Priok,
2011).
4
Grafik 1.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Jenis
Kelamin Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara Tahun 2011
Sunter Agung
Sunter Jaya
Kebon Bawang
Papanggo Warakas Sungai Bambu
Tanjung Priok
Se-Tanjung
Priok
2010 laki-laki
42226 29727 35524 24003 19936 20258 22532 194206
2010 perempuan
37556 23185 29219 20451 15508 16359 18644 160922
2011 laki-laki
40644 38750 25531 24182 24386 15923 20328 189744
2011 perempuan
43102 36713 24921 23038 23741 14313 19704 185532
10,00050,00090,000
130,000170,000
Jumlah
Sumber : BPS Kodya Jakarta Utara Kecamatan Tanjung Priok Dalam Angka (2011)
Tabel 1.3 Jumlah Penduduk, Kepala Keluarga (KK), Rukun Warga (RW) dan
Rukun Tetangga (RT) di wilayah Kecamatan Tanjung Priok
Jakarta Utara Tahun 2011
Sumber : BPS Kodya Jakarta Utara Kecamatan Tanjung Priok Dalam Angka (2011)
5
Grafik 1.2 Jumlah Penduduk, Kepala Keluarga (KK), Rukun Warga (RW)
dan Rukun Tetangga (RT) di wilayah Kecamatan Tanjung Priok
Jakarta Utara Tahun 2011
Sunter Agung
Sunter Jaya
Kebon Bawang
Papanggo Warakas Sungai bambu
Tanjung Priok
Jumlah Penduduk
83746 75463 50452 47220 48127 30236 40032
Rumah tangga (RT)
20413 19739 12399 12576 12340 8032 11279
RW 20 14 16 13 14 10 16
RT 282 222 196 128 183 104 157
5,000
25,000
45,000
65,000
85,000Jumlah
Sumber : BPS Kodya Jakarta Utara Kecamatan Tanjung Priok Dalam Angka (2011)
Tabel 1.4. Jumlah Penduduk menurut Agama dan Kepercayaan
di Wilayah Kecamatan Tanjung Priok Tahun 2007
No. Agama Jumlah Penduduk
1. Islam 244.447
2. Kristen 30.738
3. Budha 7.920
4. Hindu 4.201
5. Katolik 23.464
6. Lainnya 1.579
Jumlah 312.343
Sumber : BPS Kodya Jakarta Utara Kecamatan Tanjung Priok Dalam Angka (2007)
6
Tabel 1.5 Jumlah Penduduk menurut Umur di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Tahun 2011
No Kelompok Umur ( tahun ) Jumlah
1. 0-4 31.796
2. 5-9 30.964
3. 10-14 30.109
4. 15-19 25.237
5. 20-24 24.344
6. 25-29 24.428
7. 30-34 17.558
8. 35-39 18.347
9. 40-44 10.124
10. 45-49 9.257
11. 50-54 10.265
12. 55-59 8.263
13. 60-64 5.785
14. 65-69 4.266
15. 70-74 3.843
16. > 75 3.215
Jumlah 257.801
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok (2011)
1.1.1.3 Keadaan Lingkungan
A. Sosio Ekonomi
Wilayah Kecamatan Tanjung Priok yang terletak disebelah Utara Kota Jakarta
terdapat wilayah Kawasan Berikat Nusantara (KBN), diwilayah tersebut banyak
terdapat industri besar, sedang, dan kecil sebagai penompang dalam menambah
Pendapatan Asli Daerah khususnya Kota Jakarta dan sebagai penambah pendapatan
devisa Indonesia, karena kawasan tersebut adalah salah satu sentral produksi andalan
dalam memacu perekonomian Indonesia (Nahrisah P, 2008).
7
B. Sarana dan Prasarana
Wilayah Kecamatan Tanjung Priok memiliki sarana ibadah, sarana pendidikan,
sarana kebudayaan dan kesenian, sarana olah raga, sarana kesehatan masyarakat dan
keluarga berencana. Sarana dan prasarana kesehatan yang yang ada saat ini banyak
diminati oleh masyarakat luas yang ada di wilayah Tanjung Priok dan sekitarnya,
hal ini terkait dengan lokasi dan banyaknya penduduk yang bekerja di wilayah
Tanjung Priok tetapi tidak berdomisili di daerah tersebut. Agar semua dapat
memperoleh kesempatan mendapat pelayanan kesehatan yang merata dengan biaya
terjangkau, maka pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan diharapkan
dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, meningkatkan
kesejahteraan keluarga dan masyarakat, dan dapat mempertinggi kesadaran
masyarakat akan pentingnya hidup sehat (Nahrisah P, 2008).
Pelayanan kesehatan diberikan kepada semua golongan, dan tidak membedakan
umur, pekerjaan, status sosial ekonomi, agama, ras dan lain-lain, akan tetapi lebih
diprioritaskan bagi golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah (Nahrisah P,
2008).
C. Fasilitas Kesehatan
Kecamatan Tanjung Priok memiliki beberapa fasilitas kesehatan. Berdasarkan
data terakhir tahun 2011, ada sebanyak dua Rumah Sakit, satu Puskesmas
Kecamatan, tiga belas Puskesmas Kelurahan, dan 139 Posyandu aktif (Puskesmas
Tanjung Priok, 2011).
Tabel 1.6 Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara
Tahun 2011
NO FASILITAS KESEHATAN JUMLAH
1 Balai Pengobatan 19
2 Praktik Bersama dr. Umum 2
3 Praktik Bersama dr. Spesialis 3
4 Praktik Dokter Umum 156
8
5 Praktik Dokter Spesialis 15
NO FASILITAS KESEHATAN JUMLAH
6 Praktik Bidan 46
7 Rumah Bersalin 8
8 Apotek 38
9 Puskesmas 14
10 Rumah Sakit 8
Sumber : BPS Kodya Jakarta Utara Kecamatan Tanjung Priok Dalam Angka (2011)
Tabel 1.7 Data Kader Kesehatan di Wilayah Puskesmas Kecamatan Tanjung
Priok Tahun 2011
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok (2011)
Tabel 1.8. 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Se-Kecamatan Tanjung Priok
Tahun 2011
NO JENIS PENYAKIT JUMLAH
1 INFEKSI AKUT LAIN PERNAFASAN ATAS 94.730
2 PENYAKIT DARAH TINGGI 15.852
3 PENY.PADA SISTEM OTOT & JAR.PENGIKAT 15.528
4 DIARE (TMSK TERSANGKA KOLERA) 14.341
5 PENY.LAIN PD SAL.PERNAFASAN ATAS 12.910
6 PENYAKIT KULIT ALERGI 9.804
7 PENYAKIT KULIT INFEKSI 9.501
NO JENIS PENYAKIT JUMLAH
9
Kader Kesehatan Jumlah
Kader Aktif 790
Kader Terlatih 680
Kader Tidak Aktif 171
8 PENYAKIT MATA LAINNYA 5.504
9 TONSILITIS 4.415
10 KECELAKAAN DAN RUDA PAKSA 3.332
Sumber: LB1 Laporan SP2TP (2011)
Grafik 1.3 10 Perbandingan Penyakit Terbanyak di Puskesmas Se-Kecamatan
Tanjung Priok Tahun 2010-2011
INFEKSI AKUT LAIN
PERNAFASAN ATAS
PENYAKIT
DARAH TINGGI
PENY.PADA
SISTEM OTOT
& JAR.PENGIKAT
DIARE (TMSK TERSANGKA KOLER
A)
PENY.LAIN PD SAL.PERNAFA
SAN ATAS
PENYAKIT
KULIT ALERGI
PENYAKIT
KULIT INFEKSI
PENYAKIT
MATA LAINNY
A
TONSILITIS
KECELAKAAN DAN
RUDA PAKSA
2009
96518 11177 11145 10780 7031 7544 8186 2629 3549 2126
2010
96852 11783 11826 11088 8312 8570 8793 3910 4339 2165
2011
94730 15852 15528 14341 12910 9804 9501 5504 4415 3332
1000030000500007000090000
110000
Jumlah
Sumber : BPS Kodya Jakarta Utara Kecamatan Tanjung Priok Dalam Angka (2011)
1.1.2 Gambaran Umum Puskesmas
1.1.2.1 Definisi
Puskesmas ialah suatu unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja. Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam
bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi
sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya yakni
satu atau sebagian wilayah kecamatan, mendorong kemandirian hidup sehat bagi
keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya, memelihara dan meningkatkan mutu,
pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakannya,
memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat
beserta lingkungannya (Trihono, 2005).
10
Seiring dengan semangat otonomi daerah maka puskesmas dituntut untuk
mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan tetapi
pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi pelayanan
mandiri, kewenangan yang dimiliki puskesmas juga meliputi kewenangan
merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di wilayahnya, kewenangan
menetukan kegiatan yang termasuk public goods atau private goods serta
kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi puskesmas.Jumlah
kegiatan pokok puskesmas diserahkan pada setiap puskesmas sesuai kebutuhan
masyarakat dan kemampuan sumber daya yang dimiliki namun puskesmas tetap
melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi kesepakatan nasional
(Trihono, 2005).
Peran puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan kesehatan
nasional secara komprehensif yang meliputi promotif (peningkatan kesehatan),
preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif (pemulihan
kesehatan).Tidak sebatas pada aspek kuratif dan rehabilatatif saja seperti rumah
sakit.Puskesmas merupakan salah satu jenis organisasi yang sangat dirasakan oleh
masyarakat umum.Seiring dengan semangat reformasi dan otonomi daerah maka
banyak terjadi perubahan yang mendasar dalam sektor kesehatan yaitu terjadinya
perubahan paradigma pembangunan kesehatan menjadi paradigma sehat (Trihono,
2005).
Dengan paradigma baru ini, mendorong terjadi perubahan konsep yang
sangat mendasar dalam pembangunan kesehatan, antara lain :
1. Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada upaya
kuratif dan rehabilitatif menjadi lebih fokus pada upaya preventif dan
kuratif tanpa mengabaikan kuratif-rehabilitatif
2. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah
(fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated)
3. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari
pemerintah berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak dari
masyarakat
4. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang semula fee
for service menjadi pembayaran secara pra-upaya.
11
5. Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan komsutif
menjadi investasi
6. Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh pemerintah
akan bergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai mitra
pemerintah (partnership)
7. Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat (centralization)
menjadi otonomi daerah (decentralization).
8. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up seiring
dengan era desentralisasi (Munin JA, 2004).
1.1.2.2 Wilayah Kerja
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan.Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan
infrakstruktur lainnya merupakan pertimbangan dalam penentuan wilayah kerja
puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat pemerintah daerah tingkat II sehingga
pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh walikota / bupati dengan saran
teknis dari kepala dinas kesehatan kabupaten / kota. Sasaran penduduk yang dilayani
oleh satu puskesmas adalah sekitar 30.000 – 50.000 penduduk.Untuk jangkuan yang
lebih luas dibantu oleh puskesmas pembantu dan puskesmas keliling.Puskesmas di
kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih merupakan puskesmas
Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga
mempunyai fungsi koordinasi (Trihono, 2004).
1.1.2.3 Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan puskesmas meliputi:
1. Promotif (peningkatan kesehatan)
2. Preventif (upaya pencegahan )
3. Kuratif ( pengobatan )
4. Rehabilitatif ( pemulihan kesehatan )
Pelayanan tersebut ditunjukkan kepada semua penduduk tidak membedakan
jenis kelamin, umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai meninggal
(Trihono, 2004).
12
I.1.2.4 Fungsi Puskesmas
Untuk mencapai Indonesia sehat 2015, Puskesmas harus menjalankan
fungsinya secara optimal. Adapun fungsi Puskesmas sebagai berikut :
1. Pusat penggerak pembanguan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat
dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta
mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan
setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk
pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah
mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan (Trihono,
2005).
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki
kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut
menerapkan, menyelenggarakan dan memantau progran kesehatan.
Pemberadayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan
dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosisal budaya
masyarakat setempat (Trihono, 2005).
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi
tanggung jawab puskesmas meliputi :
a. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama
menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa
mengabaikan pemeliharan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan
13
perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu
ditambah dengan rawat inap (Trihono, 2005).
b. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi
kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan
gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa
masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya
(Trihono, 2005).
Gambar 1.2 Fungsi Puskesmas
Sumber : Trihono, Manajemen Puskesmas (2005)
Fungsi puskesmas terdiri dari 3 fungsi, yaitu sebagai pusat pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat dan sebagai
pusat pelayanan keseharatan (Yankes) yang terdiri dari yankes perorangan dan
masyarakat (Trihono, 2005).
14
Untuk melaksanakan fungsinya, Puskesmas menjalankan beberapa proses.
Proses ini dilaksanakan dengan cara :
1. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan
dalam rangka menolong dirinya sendiri
2. Memberikan petunjuk pada masyarakat tentang bagaimana menggali dan
menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien
3. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan
medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan
tersebut tidak menimbulkan ketergantungan
4. Memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat
5. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam
melaksanakan program Puskesmas (Trihono, 2005)
Setiap kegiatan yang dilakukan di puskesmas memerlukan evaluasi untuk
menilai apakah program yang dilaksanakan berhasil atau tidak. Untuk itu dibuat
indikator keberhasilan sesuai dengan fungsi puskesmas.
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang menilai
tatanan sekolah, tatanan tempat kerja dan tatanan tempat – tempat umum
mempunyai indikator :
a. Tersedianya air bersih
b. Tersedianya jamban yang saniter
c. Tersedianya larangan merokok
d. Adanya dokter kecil untuk SD atau PMR untuk SLTP
2. Pusat pemberdayaan masyarakat, indikatornya :
a. Tumbuh kembang, Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
b. Tumbuh dan kembangnya LSM
c. Tumbuh dan berfungsinya kesehatan masyarakat
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
4. Kegiatan pada pusat pelayanan kesehatan strata pertama adalah:
a. Promosi kesehatan masyarakat
b. Kesehatan lingkungan
c. KIA ( Kesehatan Ibu dan Anak )
d. KB ( Keluarga Berencana )
15
e. Perbaikan gizi masyarakat
f. P2M ( Pengendalian Penyakit Menular )
g. Pengobatan dasar
(Trihono, 2005)
I.1.2.5 Peran Puskesmas
Dalam konteks otonomi daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran yang
vital sebagai institusi pelaksana teknis dituntut memiliki kemampuan managerial
dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan.Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan
kebijakan daerah melalui system perencanaan yang matang, tatalaksana kegiatan
yang tersusun rapi serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat
(Trihono, 2005).
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung-jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja.
1. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPTD) dinas kesehatan
kabupaten/kota, puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas
teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit
pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di
Indonesia (Trihono, 2005).
2. Pembangunan kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal (Trihono, 2005).
3. Pertanggungjawaban penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas kesehatan
kabupaten/kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya untuk
sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya (Trihono, 2005).
16
4. Wilayah kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu
kecamatan. Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu
puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas,
dengan memperhatikan kebutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau
RW). Masing – masing puskesmas tersebut secara operasional
bertanggungjawab langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/kota
(Trihono, 2005).
I.1.2.6 Visi Puskesmas
Visi puskesmas adalah tercapainya kecamatan yang sehat menuju
terwujudnya Indonesia sehat 2015. Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat
kecamatan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yakni masyarakat
yang hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat memiliki kemampuan untuk
mengjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator kecamatan sehat
adalah:
1. Lingkungan sehat
2. Perilaku penduduk yang sehat
3. Cakupan kesehatan yang bermutu
4. Derajat kesehatan penduduk yang tinggi di kecamatan
(DEPKES RI, 2011)
I.1.2.7 Misi Puskesmas
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakannya
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan
masyarakat beserta lingkungannya (Trihono, 2005).
17
I.1.2.8 Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
Upaya kesahatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya ungkit
tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di seluruh wilayah Indonesia
(Trihono, 2005).
Upaya kesehatan wajib tersebut antara lain:
1. Promosi Kesehatan
2. Kesehatan Lingkungan
3. KIA ( Kesehatan ibu dan anak )
4. KB ( Keluarga Berencana )
5. Perbaikan gizi masyarakat
6. P2M ( Pengendalian Penyakit Menular )
7. Pengobatan Dasar (Trihono, 2005)
Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai
satuan masyarakat terkecil.Karenanya, kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk
kepentingan kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat di wilayah
kerjanya (Trihono, 2005).
Tabel 1.9 Program Kesehatan Wajib di Puskesmas
No
.
Upaya Kesehatan Wajib Kegiatan Indikator
1.
Kesejahteraan ibu dan anak
ANC Cakupan K1, K4
Pertolongan
persalinanCakupan linakes
MTBS Cakupan MTBS
Imunisasi Cakupan
imunisasi
Sumber : Trihono. 2005. Manajemen Kesehatan, Arrimes, ed.
18
1.1.2.9 Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas
Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih
dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yaitu :
1. Upaya Kesehatan Sekolah
2. Upaya Kesehatan Olahraga
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
4. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
5. Upaya Kesehatan Kebidanan dan Kandungan
6. Upaya Kesehatan Mata
7. Upaya Kesehatan Jiwa
8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
9. Upaya Pemberian Terapi Rumatan Metadon (Trihono, 2005)
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya inovasi
yaitu upaya lain di luar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan
kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka
mempercepat tercapainya visi puskesmas (Trihono, 2005).
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas
bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan dari
Konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila upaya
kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target cakupan
serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya kesehatan
pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota. Dalam keadaan tertentu upaya kesehatan pengembangan puskesmas
dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kabupaten/kota (Trihono, 2005).
Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan
pengembangan, padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas kesehatan
kabupaten/kota bertanggung jawab dan wajib menyelenggarakannya. Untuk itu dinas
kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya
(Trihono, 2005).
19
Kegiatan upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan pengembangan di
puskesmas kecamatan Tanjung Priok periode Januari – Desember 2011 adalah :
a. Upaya Kesehatan Dasar
1. Upaya Promosi Kesehatan
2. Upaya Kesejahteraan Ibu dan Anak
3. Upaya Keluarga Berencana
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Upaya Kesehatan Lingkungan
6. Upaya Pengendalian Penyakit Menular
7. Upaya Pengobatan Dasar
b. Upaya Kesehatan Pengembangan
1. Upaya Kesehatan Sekolah
2. Upaya Kesehatan Olah Raga
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
4. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
6. Upaya Kesehatan Kebidanan dan Kandungan
7. Upaya Kesehatan Mata
8. Upaya Kesehatan Jiwa
9. Upaya Pemberian Terapi Rumatan dengan Metadon (Trihono, 2005)
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan harus
menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan
tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar pemikirannya adalah
pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi puskesmas dalam
menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun
upaya kesehatan pengembangan (Trihono, 2005). Azas penyelenggaran puskesmas
yang dimaksud adalah :
1. Azas pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini
Puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai
berikut :
20
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan
sehingga berwawasan kesehatan.
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya.
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan
oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara
merata dan terjangkau di wilayah kerjanya. (Trihono, 2005)
2. Azas pemberdayaan masyarakat
Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan
masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap program
puskesmas. Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun
melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa
kegiatan yang harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka
pemberdayaan masyarakat antara lain :
a. KIA : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga
Balita (BKB)
b. Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD)
c. Perbaikan Gizi : Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar
Gizi (Kadarzi)
d. Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair),
Desa Percontohan Kesehatan
Lingkungan (DPKL)
e. UKS : Dokter Kecil, Saka Bakti Husada
(SBH), Pos Kesehatan Pesantren
(Poskestren)
f. Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, Panti Wreda
g. Kesehatan Jiwa : Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa
Masyarakat (TPKJM) (Trihono, 2005)
3. Azas Keterpaduan
21
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil
yang optimal, penyelenggaraan setiap program puskesmas harus
diselenggarakan secara terpadu.
Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yaitu :
a. Keterpaduan Lintas Program
Upaya memadukan penyelengaraan berbagai upaya kesehatan
yang menjadi tanggung jawab Puskesmas. Contoh keterpaduan lintas
program antara lain :
1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) : keterpaduan KIA
dengan P2M, gizi, promosi kesehatan & pengobatan.
2) UKS : keterpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi
kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi
remaja dan kesehatan jiwa.
3) Puskesmas keliling : keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB,
Gizi, promosi kesehatan, & kesehatan gigi.
4) Posyandu : keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, kesehatan
jiwa & promosi kesehatan (Trihono, 2005).
b. Keterpaduan Lintas Sektor
Upaya memadukan penyelenggaraan program puskesmas dengan
program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi
kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas Sektoral
antara lain :
1) UKS : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala
desa, pendidikan & agama.
2) Promosi Kesehatan : keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan
camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama dan pertanian.
3) KIA : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala
desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK dan
PLKB.
4) Perbaikan Gizi : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian, koperasi, dunia
usaha dan organisasi kemasyarakatan.
22
5) Kesehatan Kerja : keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan
camat, lurah, kepala desa, tenaga kerja dan dunia usaha
(Trihono, 2005).
4. Azas Rujukan
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan
yang dimiliki oleh puskesmas terbatas. Pada hal puskesmas berhadapan
langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatan.
Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan
tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan
setiap program puskesmas harus ditopang oleh azas rujukan
(Trihono, 2005).
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas
penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal
balik, baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan
kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara
horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama
(Trihono, 2005).
Ada dua macam rujukan yang dikenal yakni :
a. Rujukan Medis
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menangani suatu penyakit
tertentu, maka puskesmas tersebut dapat merujuk ke sarana pelayanan
kesehatan yang lebih mampu (baik vertikal maupun horizontal). Rujukan
upaya kesehatan perorangan dibedakan atas :
1) Rujukan Kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan tindakan
medis (contoh : operasi) dan lain-lain.
2) Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap.
3) Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang
lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan
atau menyelenggarakan pelayanan medis spesialis di puskesmas
(Trihono, 2005).
b. Rujukan Kesehatan
23
Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :
1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan
fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat
audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai dan bahan
pakaian.
2) Rujukan tenaga, antara lain tenaga ahli untuk penyidikan kejadian luar
biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan, gangguan
kesehatan karena bencana alam.
3) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan
dan tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan
atau penyelenggaraan kesehatan masyarakat ke periode dinas
kesehatan kabupaten/kota. Rujukan operasional diselenggarakan
apabila puskesmas tidak mampu (Trihono, 2005).
Gambar 1.3 Sistem Rujukan Puskesmas
Setiap upaya atau program yang dilakukan oleh puskesmas memerlukan
evaluasi untuk menilai apakah program yang dilaksanakan berhasil atau tidak. Untuk
itu dibuat indikator keberhasilan sesuai dengan fungsi puskesmas :
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Fungsi pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan dapat dinilai
dari seberapa jauh institusi jajaran non-kesehatan memperhatikan kesehatan bagi
institusi dan warganya. Keberhasilan fungsi ini bisa diukur melalui Indeks
Potensi Tatanan Sehat (IPTS). Ada tiga tatanan yang bisa diukur yaitu :
24
a. Tatanan sekolah
b. Tatanan tempat kerja
c. Tatanan tempat-tempat umum (Trihono, 2005)
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
Segala upaya fasilitasi yag bersifat non-instruktif guna meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi
masalah, merencanakan & melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan
potensi setempat dan fasilitas yang ada, baik instansi lintas sektoral maupun
LSM dan tokoh mayarakat.
Fungsi ini dapat diukur dengan beberapa indikator :
a. Tumbuh kembang, Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)
b. Tumbuh dan kembangnya LSM di bidang kesehatan
c. Tumbuh dan berfungsinya konsil kesehatan kecamatan atau BPKM
(Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau BPP (Badan Penyantun
Puskesmas) (Trihono, 2005).
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Indikator keberhasilan fungsi ini dapat dikelompokkan ke dalam IPMS
(Indikator Potensi Masyarakat Sehat), yang terdiri dari cakupan dan kualitas
program puskesmas. IPMS minimal mencakup seluruh indikator cakupan upaya
kesehatan wajib dan kualitas atau mutu pelayanan kesehatan (Trihono, 2005).
1.1.3 Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok
1.1.3.1 Sejarah
Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok berdiri tahun 1971, berlokasi di Jl.
Bugis No 63 Kelurahan Kebon Bawang Kecamatan Tanjung Priok Kotamadya
Jakarta Utara. Sejak berdiri sampai dengan sekarang, Puskesmas Kecamatan
Tanjung Priok sudah mengalami 2 kali renovasi yaitu tahun 1984 dan tahun 1999
(Nahrisah P, 2008).
Pada renovasi tahun 1999 Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok menempati
lokasi sementara di Jl.Gadang No.10 dan kembali beroperasi di Jl. Bugis No.63 pada
Bulan Desember 2001 (Puskesmas Tanjung Priok, 2011).
Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok dipimpin oleh seorang Kepala
Puskesmas yang saat ini dijabat oleh dr. Clara Fransisca, setelah sebelumnya
25
mengalami beberapa kali pergantian kepemimpinan, yakni berturut-turut : dr. Ina
Fida Atmadja, dr. Sukardjono, dr. Sunarto, dr. Samuel, dr. Fatimah, dr. Harsianti, dr.
Magda,dr. Lingkan A.R Walalangi (Puskesmas Tanjung Priok, 2011).
1.1.3.2 Puskesmas Unit Swadana
1.1.3.2.1 Tahapan
Pada 1 April 2000, 5 Puskesmas Kecamatan menjadi uji coba swadana dan
pada 1 Maret 2001, seluruh Puskesmas Kecamatan menjadi uji coba Swadana,
termasuk Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok. Pada tahun 2007 Puskesmas
Kecamatan Tanjung Priok menjadi BLUD bertahap (Puskesmas Tanjung Priok,
2011).
1.1.3.2.2 Pengertian
Puskesmas Unit Swadana merupakan Puskesmas yang diberi wewenang
mengelola sendiri penerimaan fungsionalnya untuk keperluan operasional secara
langsung dan mengoptimalkan mobilisasi potensi pembiayaan masyarakat dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan (Puskesmas Tanjung Priok, 2011).
1.1.3.2.3 Visi
Menjadikan Puskesmas se-Kecamatan Tanjung Priok sebagai unit pelayanan
teknis (UPT) Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta untuk pencapaian derajat
kesehatan optimal menuju Indonesia Sehat 2015 (Puskesmas Tanjung Priok, 2011).
1.1.3.2.4 Misi
a. Memelihara, meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat.
b. Mendorong kemandirian hidup sehat setiap keluarga dan masyarakat.
c. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektoral.
d. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia sampai tercapai
predikat insani HAJI (Harus Adil Jujur Ikhlas) yang pintar
(Puskesmas Tanjung Priok, 2011).
1.1.3.2.5 Tujuan
a. Meningkatkan mutu pelayanan
b. Meningkatkan jangkauan pelayanan
c. Meningkatkan pengembangan sumber daya masyarakat26
d. Meningkatkan manajemen puskesmas
(Puskesmas Tanjung Priok, 2011)
1.1.3.2.6 Manfaat
a. Masyarakat
1. Mendapat pelayanan kesehatan yang semakin bermutu dan terjangkau
2. Mendapat pelayanan kesehatan sesuai keinginan
3. Masyarakat tidak mampu mendapat pelayanan kesehatan gratis
b. Pemda
1. Dapat meningkatkan pelayanan umum
2. Pemberian subsidi lebih efektif dan efisien
c. Karyawan
1. Pengetahuan dan ketrampilan meningkat
2. Motivasi meningkat
3. Kesejahteraan meningkat (Puskesmas Tanjung Priok, 2011)
1.1.3.2.7 Fungsi Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok
a. Penyusunan rencana kerja dan anggaran puskesmas kecamatan.
b. Pelaksanaan rencana kerja dan anggaran yang telah ditetapkan.
c. Pelaksanaan pelayanan kesehatan perorangan.
d. Penyelenggaraan pelayanan medis umum.
e. Penyelenggaraan asuhan keperawatan.
f. Penyelenggaraan pelayanan persalinan.
g. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
h. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan spesialis terbatas kebidanan,
kesehatan anak, penyakit dalam, dan mata.
i. Penyelenggaraan rawat inap terbatas.
j. Penyelenggaraan pelayanan penunjang medis laboratorium, gizi, farmasi
dan optik.
k. Penyelenggaraan pelayanan ambulans rujukan.
l. Penyelenggaraan pelayanan Keluarga Berencana.
m. Penyelenggaraan pelayanan imunisasi.
n. Penyelenggaraan pelayanan 24 jam.
27
o. Penyelenggaraan pelayanan rujukan.
p. Penyelenggaraan konsultasi kesehatan perorangan.
q. Penyelenggaraan pemberdayaan puskesmas kelurahan.
r. Penyelenggaraan pencatatan medis.
s. Penyelenggaraan pemeliharaan perawatan peralatan kedokteran, peralatan
keperawatan, peralatan perkantoran dan perawatan medis lainnya.
t. Penyelenggaraan peningkatan dan penjaminan mutu pelayanan.
u. Penyusunan Standar Operasional Prosedur.
v. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat menyurat dan
kearsipan serta kebersihan, keamanan dan keindahan puskesmas.
w. Pembinaan dan pengembangan kesehatan kerja.
x. Pengumpulan dan pengolahan data seluruh hasil pelaksanaan tugas dan
fungsi yang diselenggarakan oleh puskesmas kelurahan.
y. Pengolahan data seluruh hasil pelaksanaan fungsi puskesmas kecamatan.
z. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi
puskesmas kecamatan secara berkala setiap bulan dan setiap triwulan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta melalui Suku
Kepala Dinas Kesehatan (Puskesmas Tanjung Priok, 2011).
1.1.3.3 Sumber Daya Manusia
Potensi tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas wilayah Kecamatan Tanjung
Priok tahun 2012 berjumlah 186 orang dengan perincian sebagai berikut :
a. 80 orang bekerja di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok
b. 5 orang bekerja di Puskesmas Kelurahan Kebon Bawang 1
c. 5 orang bekerja di Puskesmas Kelurahan Kebon Bawang II
d. 5 orang bekerja di Puskesmas Kelurahan Kebon Bawang III
e. 15 orang bekerja di Puskesmas Kelurahan Warakas
f. 7 orang bekerja di Puskesmas Kelurahan Sungai Bambu
g. 7 orang bekerja di Puskesmas Kelurahan Papanggo I
h. 5 orang bekerja di Puskesmas Kelurahan Papanggo II
i. 7 orang bekerja di Puskesmas Kelurahan Sunter Agung I
j. 4 orang bekerja di Puskesmas Kelurahan Sunter Agung II
k. 6 orang bekerja di Puskesmas Kelurahan Sunter Agung III
28
l. 8 orang bekerja di Puskesmas Kelurahan Sunter Jaya I
m. 5 orang bekerja di Puskesmas Kelurahan Sunter Jaya II
(Puskesmas Tanjung Priok, 2011)
1.1.3.4 Sarana dan Prasarana
Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok memiliki fasilitas gedung terdiri dari :
1. Luas bangunan : 1500 m2
2. Luas tanah : 2915 m2
3. Daya listrik : 27.000 W
4. Air : PAM
5. Telepon : 5 unit
6. Fax : 2 unit
7. Komputer : 12 unit
8. Laptop : 1 unit
9. Printer : 10 unit
10. AC : 30 unit
11. Mobil Puskesmas keliling : 2
12. Mobil dinas : 1
13. Motor : 7
14. Swing fog : 7
15. Dental unit : 15
16. Rontgen unit : 1
17. Unit mata : 2
18. Humalizer : 1 (Puskesmas Tanjung Priok, 2011)
Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok terdiri dari 3 lantai. Lantai 1 terdiri dari :
1. Loket
2. Ruang Bersalin (RB) dengan kapasitas :
a. Tempat pendaftaran.
b. 5 unit tempat tidur.
c. Kamar bersalin kapasitas 3 unit tempat tidur.
d. Kamar periksa.
e. Ruang tunggu.
f. Ruang administrasi.
29
g. Dapur.
h. Kamar mandi/toilet.
3. Ruang UGD
4. Ruang USG
5. Gudang Obat
Lantai II Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok terdiri dari :
1. Kasir
2. Ruang tunggu.
3. Poli Balai Pengobatan Umum (BPU).
4. Poli Gigi.
5. Poli Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
6. Poli Keluarga Berencana (KB).
7. Poli Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
8. Poli Mata.
9. Poli Spesialis Anak.
10. Poli TB Paru.
11. Ruang X-Ray.
12. Laboratorium.
13. Apotek.
14. Toilet.
15. Pojok ASI.
16. Pojok Gizi.
Pada lantai III terdiri dari :
1. Ruang Kepala Puskesmas.
2. Ruang Kepala Tata Usaha (TU).
3. Ruang TU.
4. Ruang Koordinator Pengendalian Penyakit Menular (P2M).
5. Ruang Koordinator Pelayanan Tuberkulosis (TB).
6. Ruang Koordinator Kesehatan Komunitas.
7. Ruang Koordinator Kesehatan Lingkungan.
8. Ruang Koordinator Obat.
9. Ruang Mutu.
30
10. Ruang Koordinator Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
11. Ruang Koordinator KIA.
12. Ruang Koordinator Gizi.
13. Ruang Penerimaan Retribusi.
14. Ruang Tamu.
15. Ruang Tunggu.
16. Gudang Gizi.
17. Gudang Arsip.
18. Gudang Promosi Kesehatan (Promkes).
19. Gudang KIA-KB.
20. Mushola.
21. Aula.
22. Toilet (Puskesmas Tanjung Priok, 2011).
1.1.1 Program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Kecamatan Tanjung
Priok
Kesehatan lingkungan (kesling) merupakan program dasar puskesmas, atau
yang dikenal sebagai basic seven, karena merupakan faktor yang sangat penting
dalam penentuan derajat kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan
mempunyai daya ungkit yang tinggi terhadap penyelesaian masalah-masalah
kesehatan masyarakat dan penyakit-penyakit berbasis lingkungan. Dengan
demikian, pengendalian faktor lingkungan yang baik akan sangat berguna dalam
upaya penurunan angka kesakitan (morbidity rate) maupun menurunkan angka
kematian (mortality rate) yang berhubungan dengan penyakit-penyakit yang
berbasis lingkungan.
Tujuan kegiatan kesehatan lingkungan adalah menanggulangi dan
menghilangkan unsur-unsur fisik pada lingkungan sehingga faktor lingkungan
yang kurang sehat tidak menjadi faktor penyakit yang menular di masyarakat.
Untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui
pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan
pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan. Sasaran program kesehatan
lingkungan antara lain:
a. Tempat pengelolaan makanan (TPM)
31
Selain lingkungan fisiknya yang diperiksa, para pengelola makanan juga
ikut diperiksa kotorannya melalui rectal swab untuk mengetahui adanya carrier
penyakit menular seperti kolera, thypus abdominalis, E. coli, dan sebagainya
b. Penyehatan makanan dan minuman
c. Pemantauan air bersih dan air minum
d. Tempat-tempat umum (TTU)
e. Penyehatan Lingkungan Pemukiman
f. Pengendalian vektor dan binatang penganggu (PVBP), seperti kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
g. Pengelolaan limbah (limbah cair dan limbah padat)
1.1.2 Hasil Kegiatan Program Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
Kecamatan Tanjung Priok Periode Januari - Agustus 2012
a. Pengawasan Air PAM dan Depo air minum
1. Pengawasan air PAM
Bagian kesehatan lingkungan dalam program pemantauan sanitasi
air PAM bertanggung jawab atas penyehatan air yang meliputi
pengamanan dan penetapan kualitas air untuk berbagai kebutuhan
dalam kehidupan manusia. Dengan demikian, maka seharusnya air yang
digunakan harus mencakup kuantitas, kualitas, serta keadaan ini tidak
terlepas dari sumber air bakunya yang harus mendapat perhatian,
terutama dari pengaruh pencemaran secara alamiah dan pencemaran
oleh karena aktifitas manusia, akibat kemajuan teknologi, pertumbuhan
industri dan penggunaan bahan kimia termasuk pestisida.
32
Sasaran kegiatan : Inspeksi sanitasi (air PAM) di wilayah
Kecamatan Tanjung Priok.
Target : Pengawasan air PAM pada 7 kelurahan dan
pemantauannya dengan 1 kali survei lapangan
per tahun. Target pemeriksaan adalah 95%
memenuhi syarat.
Kegiatan : Pengawasan air PAM pada 7 kelurahan dan
pemantauannya dengan 1 kali survei lapangan
per tahun. Kegiatan yang telah dilaksanakan
dengan jenis pemeriksaan fisik saja. Parameter-
parameter yang digunakan untuk memenuhi
syarat air PAM layak pakai antara lain:
Tidak ada keretakan di bagian dalam bak air
Tutup bak air dalam keadaan yang baik/tidak
rusak dan tertutup
Alat untuk mengambil air (gayung/pompa),
berupa tali/selang diletakkan pada tempatnya
sehingga tidak terjadi pencemaran
Air yang ada tidak berbau, tidak berwarna,
dan tidak berasa
Tidak terdapat endapan kotoran pada bak air
Lantai semen yang mengitari sarana dalam
radius kurang dari satu meter
Tidak ditemukan jentik di dalam bak air
33
Tabel 1.10 Hasil pemeriksaan air PAM yang dilakukan di tujuh kelurahan di Kecamatan Tanjung Priok pada periode Januari-Agustus 2012
No KelurahanJumlah Sampel
Air PAM Diperiksa
Parameter Fisika
Parameter Kimia
Parameter Bakteriologi
TMS MS TMS MS TMS MS
1 Sungai Bambu 4 0 4 0 4
2 Sunter Jaya 0
3 Papanggo 3 0 3 0 3
4 Kebon Bawang 3 1 2 0 3
No Kelurahan
Jumlah Sampel Air PAM Diperiksa
Parameter Fisika
Parameter Kimia
Parameter Bakteriologi
TMS MS TMS MS TMS MS
5 Tanjung Priok 0
6 Sunter Agung 0
7 Warakas 0
Keterangan : MS = Memenuhi syarat
TMS = Tidak memenuhi syarat
Dari tabel 1.1.4, dapat disimpulkan bahwa tiga sampel air PAM pada Kelurahan Sungai Bambu, Papanggo, Kebon Bawang memenuhi syarat, dengan persentase sebesar 95%. Kegiatan pemeriksaan air PAM di Kecamatan Tanjung Priok hanya dilakukan satu kali dalam setahun.
2. Pengawasan depo air minum
Sehubungan dengan meningkatnya penggunaan depo air minum di
kalangan masyarakat, maka perlu dilaksanakan pemantauan dan
34
pemeriksaan laboratorium depo air minum yang diselenggarakan secara
berkala dan berkesinambungan. Hal ini bertujuan agar air yang digunakan
oleh masyarakat dari depo air minum tersebut dapat terjamin kualitasnya
sesuai dengan persyaratan kualitas air minum yang memenuhi syarat.
Sasaran kegiatan : Depo air minum di wilayah Kecamatan Tanjung
Priok.
Target : Pengawasan depo air minum dengan satu kali
survei lapangan per tahun, dengan persentase
depo air minum memenuhi syarat 95%.
Kegiatan : Pengawasan depo air minum pada tujuh
Kelurahan di Kecamatan Tanjung Priok dengan
satu kali survei lapangan. Parameter yang
digunakan untuk memenuhi syarat-syarat
kualitas air minum yang diperiksa mengacu
pada Keputusan mentri kesehaatan RI no.
907/MENKES/SK/VII/2002 dan terakreditasi
ISO/IEC 17025:2005 antara lain pemeriksaan
fisik, biologi, dan kimia.
Tabel 1.11 Hasil pemeriksaan depo air minum yang dilakukan di tujuh kelurahan di Kecamatan Tanjung Priok pada periode Januari-Agustus 2012
No KelurahanJumlah Sampel
Air Diperiksa
Parameter Fisika
Parameter Kimia
Parameter Bakteriologi
TMS MSTM
SMS TMS MS
35
1 Sungai Bambu 2 2 1 1
2 Sunter Jaya 0
3 Papanggo 2 1 1 2
4Kebon
Bawang2 2 1 1
5 Tanjung Priok 3 3 2 1
6 Sunter Agung 0
7 Warakas 1 1 1
Dari tabel 1.1.4, dapat disimpulkan bahwa pada kelurahan Sungai Bambu, Papanggo, Kebon Bawang dan Tanjung Priok berturut-turut yang tidak memenuhi syarat adalah 50%, 50%, 50% dan 33,3%. Kegiatan Pemeriksaan Depo air minum pada Kecamatan Tanjung Priok hanya dilakukan satu kali dalam setahun.
Tabel 1.12 Parameter kualitas air minum di Kecamatan Tanjung Priok (Sumber: Laporan Bulanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas Tanjung Priok, 2012)
Jenis Penguji SatuanStandar yang
DipersyaratkanMetode
MPN ColiformJumlah/100
ml
10 (air perpipaan)
50 (bukan air perpipaan)
SOP-6/LDJ/2003;
SNI 06-4168-996
Eschericia coliJumlah/100
ml-
SOP-6/LDJ/2003;
SNI 06-4168-996
36
Tabel 1.13 Parameter fisik air untuk pemeriksaan kualitas air layak minum (Sumber: Laporan Laboratorium Pemeriksaan Doping & Kesehatan Masyarakat, April 2012)
No ParameterKadar maksimum yang diperbolehkan untuk air
minumSatuan
1 Bau Tidak berbau -
2Jumlah zat padat terlarut
500 mg/l
3 Kekeruhan 5 Skala NTU
4 Suhu Suhu udara + 3o oC
5 Warna 15 Skala TCU
Tabel 1.14 Parameter kimia air untuk pemeriksaan kualitas air layak minum (Sumber: Laporan Laboratorium Pemeriksaan Doping & Kesehatan Masyarakat, April 2012)
No ParameterKadar maksimum yang
diperbolehkan untuk air minum
Satuan
1 Air raksa 0,001 mg/l
2 Aluminium 0,2 mg/l
3 Arsen 0,01 mg/l
4 Barium 0,7 mg/l
5 Besi 0,3 mg/l
6 Fluorida 1,5 mg/l
7 Kadmium 0,003 mg/l
8Kesadahan (CaCO3)
500 mg/l
9 Klorida 250 mg/l
37
10 Total kromium 0,05 mg/l
11 Mangan 0,4 mg/l
12 Natrium 200 mg/l
13 Nitrat 50 mg/l
14 Nitrit 3,0 mg/l
15 PH 6,5 – 8,5 -
16 Selenium 0,01 mg/l
17 Seng 3,0 mg/l
18 Sianida 0,07 mg/l
19 Sulfat 250 mg/
20 Tembaga 2,0 mg/l
21 Timbal 0,01 mg/l
22 Amonia 1,5 mg/l
23 (KmnO4) 10 mg/l
24 Nikel 0,07 mg/l
b. Pengendalian Vektor Penyakit
Kegiatan : Pengendalian vektor Penyakit yang dilaksanakan di
Puskesmas Kecamatan Koja adalah berupa kegiatan
yang diarahkan kepada upaya:
- Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran
Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD),
dengan kegiatan berupa Pemantauan Jentik Berkala
(PJB) di 7 tatanan.
- Pelaksanaan program Non DPA-SKPD, dengan
kegiatan berupa: PSN-30 Menit (Pemeriksaan Jentik 38
Berkala-30 Menit) di tatanan Pemukiman bersama
Pihak Kelurahan setiap hari Jum’at.
Sasaran : Sasaran kegiatan diarahkan untuk Meningkatkan
jumlah rumah/bangunan yang bebas jentik Aedes
aegepty.
Indikator : Indikator pada kegiatan Pengendalian Vektor
Penyakit ini adalah dengan nilai persentasi angka
bebas jentik (ABJ) di tujuh tatanan ≥95%.
Hasil kegiatan : Hasil kegiatan pemantauan jentik berkala pada tujuh
tatanan di tujuh kelurahan sesuai dengan DPA-SKPD
tahun 2012 adalah berupa Data Angka Bebas Jentik
(ABJ) seperti tercantum dalam tabel berikut ini:
39
Table 1.15 Laporan Angka Bebas Jentik (ABJ) dSalam rangka Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di Kelurahan Tanjung Priok, wilayah Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok, Kota Administrasi Jakarta Utara, Periode Januari-Agustus 2012
NO KELURAHANJUMLAH RUMAH
DIPERIKSA
HASIL PEMERIKSAAN JENTIK BERKALA
TRIWULAN 1 TRIWULAN 2 JULI AGUSTUS TOTAL
JML RUMAH YANG
POSITIF JENTIK
JML RUMAH YANG
NEGATIF JENTIK
ABJ ( % )
JML RUMAH YANG
POSITIF JENTIK
JML RUMAH YANG
NEGATIF JENTIK
ABJ ( % ) ABJ (%) ABJ (%) ABJ (%)
1 2 3
1 TANJUNG PRIOK 100 21 79 79 20 80 80 96,8 95,6 87,85
2 SUNGAI BAMBU 100 7 93 93 0 100 100 93,1 92,3 94,6
3 WARAKAS 100 18 82 82 14 86 86 92,8 94,8 88,9
4 KEBON BAWANG 300 62 238 79 41 259 86,3 96,7 94,5 89,13
5 PAPANGGO 200 31 169 84,5 30 170 85 88,8 97,1 88,85
6 SUNTER AGUNG 300 50 250 83 31 269 89,6 94,8 96,1 90.87
7 SUNTER JAYA 200 58 142 71 3 197 98,5 96,8 98,4 91,17
TOTAL 1300 247 1053 81 139 1161 89,3 90.2
Keterangan : ABJ = Angka bebas jentik
40
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH
Dari berbagai hasil pencapaian program kegiatan kesehatan lingkungan
yang dievaluasi di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Periode Januari-
Agustus 2012, maka didapatkan identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Cakupan Pemeriksaan Depo Air Minum di Kelurahan Sungai Bambu pada
periode Januari-Agustus 2012 sebesar 50%.
2. Cakupan Pemeriksaan Depo Air Minum di Kelurahan Papanggo pada
periode Januari-Agustus 2012 sebesar 50%.
3. Cakupan Pemeriksaan Depo Air Minum di Kelurahan Kebon Bawang pada
periode Januari-Agustus 2012 sebesar 50%.
4. Cakupan Pemeriksaan Depo Air Minum di Kelurahan Tanjung Priok pada
periode Januari-Agustus 2012 sebesar 33,3%.
5. Cakupan Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kelurahan Tanjung Priok pada
periode Januari-Agustus 2012 sebesar 87,85%.
6. Cakupan Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kelurahan Sungai Bambu pada
periode Januari-Agustus 2012 sebesar 94,6%.
7. Cakupan Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kelurahan Warakas pada periode
Januari-Agustus 2012 sebesar 88,9%.
8. Cakupan Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kelurahan Kebon Bawang pada
periode Januari-Agustus 2012 sebesar 89,13%.
9. Cakupan Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kelurahan Papanggo pada periode
Januari-Agustus 2012 sebesar 88,85%.
10. Cakupan Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kelurahan Sunter Agung pada
periode Januari-Agustus 2012 sebesar 90,87%.
2
11. Cakupan Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kelurahan Sunter Jaya pada
periode Januari-Agustus 2012 sebesar 91,12%.
1.3 RUMUSAN MASALAH
Setelah didapatkan identifikasi masalah dari program kesehatan lingkungan
(kesling) di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok, didapat satu program yang
belum mencapai target, kemudian dilakukan penghitungan dan pembandingan
nilai kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan apa yang
telah terjadi (observed), selanjutnya dilakukan perumusan masalah untuk
membuat perencanaan yang baik sehingga masalah yang ada dapat
diselesaikan. Rumusan masalah dari program kesehatan lingkungan di
Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok, periode Januari-Agustus 2012, adalah
sebagai berikut:
1. Cakupan Pemeriksaan Depo Air Minum di Kelurahan Sungai Bambu
pada periode Januari-Agustus 2012 sebesar 50%; kurang dari target
yang seharusnya, yaitu 95%.
2. Cakupan Pemeriksaan Depo Air Minum di Kelurahan Papanggo pada
periode Januari-Agustus 2012 sebesar 50%; kurang dari target yang
seharusnya, yaitu 95%.
3. Cakupan Pemeriksaan Depo Air Minum di Kelurahan Kebon Bawang
pada periode Januari-Agustus 2012 sebesar 50%; kurang dari target
yang seharusnya, yaitu 95%.
3
4. Cakupan Pemeriksaan Depo Air Minum di Kelurahan Tanjung Priok
pada periode Januari-Agustus 2012 sebesar 33,3%; kurang dari target
yang seharusnya, yaitu 95%.
5. Cakupan Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kelurahan Tanjung Priok pada
periode Januari-Agustus 2012 sebesar 87,85%; kurang dari target yang
seharusnya, yaitu >95%.
6. Cakupan Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kelurahan Sungai Bambu pada
periode Januari-Agustus 2012 sebesar 9,6%; kurang dari target yang
seharusnya, yaitu >95%.
7. Cakupan Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kelurahan Warakas pada
periode Januari-Agustus 2012 sebesar 88,9%; kurang dari target yang
seharusnya, yaitu >95%.
8. Cakupan Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kelurahan Kebon Bawang pada
periode Januari-Agustus 2012 sebesar 89,13%; kurang dari target yang
seharusnya, yaitu >95%.
9. Cakupan Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kelurahan Papanggo pada
periode Januari-Agustus 2012 sebesar 88,85%; kurang dari target yang
seharusnya, yaitu >95%.
10. Cakupan Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kelurahan Sunter Agung pada
periode Januari-Agustus 2012 sebesar 90,87%; kurang dari target yang
seharusnya, yaitu >95%.
11. Cakupan Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kelurahan Sunter Jaya pada
periode Januari-Agustus 2012 sebesar 91,12%; kurang dari target yang
seharusnya, yaitu >95%.
4