BAB I

4
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sindrom Down merupakan kelainan kongenital yang disebabkan oleh gagal berpisahnya (non-disjunction) kromosom 21 sehingga mengakibatkan kecacatan. Nama Sindrom Down sendiri berasal dari nama seorang dokter yang pertama kali melap orkan kasus ini pada tahun 1866 dr. !ohn "angdo n. Sebelumnya kelainan ini biasa disebut dengan Mongolism dikarenakan ciri# ciri $isik yang menyerupai ras %ongoloid. &alaupun begitu pada tahun 1''  baru diketahui bahwa kelainan ini tidak ada kaitannya dengan ras#ras tertentu (Nelson 2*). Sindrom Down sendiri sangat erat kaitannya dengan usia kehamilan ibu yang terlalu matang. +sia kehamilan ibu tersebut mengakibatkan proses  pembelahan yang kurang sempurna pada kromosom 21 (%alini and ,amachandra 26). -eningkatan kualitas intelektual serta keseahteraan hidup penduduk dunia mengakibatkan pergeseran usia perkawinan. +sia menikah pada wanita tidak lagi teradi pada usia#usia produkti$. /al tersebut berakibat pula pada  pergeseran usia kehamilan wanita. 0ni mengakibatkan peningkatan insiden kasus Sindrom Down setiap tahunnya. &/ mencatatkan bahwa angka keadian Sindrom Down antara 1 1. sampa i 1 1.1 setiap kelahiran hi dup di selur uh duni a. Seti ap tah unny a ada sek it ar *. sampai . anak lahi r dengan ga ngguan kromosom dan ada sekitar 2. keluarga di 3merika Serikat yang terkena Sindrom Down (&eiermen and  &inter 21). -usat epidemiologi di 4anada sendiri mencatatkan pada tahun 1''' ada sekitar 58 kasus dar i **8.1** kel ahi ran dengan Sindrom Down. 0ni  berbeda dengan tahun 1''6 dimana hanya sekitar 5 kasus dari *66.811 1

description

pendahuluan skripsi dengan judul pengaruh pentylenetetrazole dalam menurunkan gangguan kognitif ditinjau dari kedokteran dan islam

Transcript of BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar BelakangSindrom Down merupakan kelainan kongenital yang disebabkan oleh gagal berpisahnya (non-disjunction) kromosom 21 sehingga mengakibatkan kecacatan. Nama Sindrom Down sendiri berasal dari nama seorang dokter yang pertama kali melaporkan kasus ini pada tahun 1866, dr. John Langdon. Sebelumnya, kelainan ini biasa disebut dengan Mongolism, dikarenakan ciri-ciri fisik yang menyerupai ras Mongoloid. Walaupun begitu, pada tahun 1959 baru diketahui bahwa kelainan ini tidak ada kaitannya dengan ras-ras tertentu (Nelson, 2003).Sindrom Down sendiri sangat erat kaitannya dengan usia kehamilan ibu yang terlalu matang. Usia kehamilan ibu tersebut mengakibatkan proses pembelahan yang kurang sempurna pada kromosom 21 (Malini and Ramachandra, 2006).Peningkatan kualitas intelektual serta kesejahteraan hidup penduduk dunia mengakibatkan pergeseran usia perkawinan. Usia menikah pada wanita tidak lagi terjadi pada usia-usia produktif. Hal tersebut berakibat pula pada pergeseran usia kehamilan wanita. Ini mengakibatkan peningkatan insiden kasus Sindrom Down setiap tahunnya. WHO mencatatkan bahwa angka kejadian Sindrom Down antara 1 : 1.000 sampai 1 : 1.100 setiap kelahiran hidup di seluruh dunia. Setiap tahunnya ada sekitar 3.000 sampai 5.000 anak lahir dengan gangguan kromosom dan ada sekitar 250.000 keluarga di Amerika Serikat yang terkena Sindrom Down (Weijermen and Winter, 2010).Pusat epidemiologi di Kanada sendiri mencatatkan pada tahun 1999 ada sekitar 487 kasus dari 338.133 kelahiran dengan Sindrom Down. Ini berbeda dengan tahun 1996 dimana hanya sekitar 450 kasus dari 366.811 kelahiran dengan Sindrom Down. Terlihat terjadi peningkatan kejadian setiap tahun walau memang dinilai kurang signifikan (Weijermen and Winter, 2010).Inggris sendiri mencatatkan bahwa ada sekitar 600 bayi lahir dengan kelainan Sindrom Down setiap tahunnya. Saat ini ada sekitar 60.000 orang dengan kasus Sindrom Down tinggal di Inggris (Weijermen and Winter, 2010).

Peningkatan insiden Sindrom Down setiap tahunnya membuat para peneliti berlomba-lomba mengungkap misteri yang ada dibalik kejadian Sindrom Down. Begitu pula dengan terapi terbaik yang digunakan guna menurunkan derajat keparahan yang ditimbulkan akibat kelebihan kromosom 21 tersebut.

Salah satunya dengan menggunakan pentylenetetrazole dalam menurunkan derajat gangguan kognitif yang ditimbulkan trisomi 21. Pentylenetetrazole sendiri bukan merupakan obat yang asing di dunia kedokteran. Dahulu, pentylenetetrazole biasa digunakan guna mengendalikan kejang. Namun, apabila dosis yang diberikan berlebihan obat ini justru akan menimbulkan efek yang berbalik, menginduksi agar kejang tetap berlangsung. Oleh sebab itu, sejak tahun 1982, FDA (Food and Drug Administration) mencabut peredaran obat tersebut (Minkel, 2007).Namun, di edisi April 2007 Nature Neuroscience mengemukakan bahwa pentylenetetrazole dapat digunakan sebagai terapi Sindrom Down. Hal tersebut berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Stanford Unversity. Mengingat pentylenetetrazole merupakan antagonis dari GABAA, yang merupakan neurotransmitter inhibitor pada sistem saraf pusat. Sehingga pemakaian pentylenetetrazole dapat menstimulus sistem saraf pusat (Sharma, 2010).Allah SWT telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik ciptaan-Nya sebagaimana dalam firman-Nya dalam surat At-Tin ayat 4, yang artinya : Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Dibalik kesempurnaan manusia, mereka diuji dengan berbagai ujian. Diantaranya Allah SWT ciptakan manusia yang memiliki kekurangan, seperti yang terjadi pada penderita Sindrom Down. Meskipun begitu Allah SWT telah memberikan akal kepada setiap manusia untuk berpikir. Berpikir guna mencari solusi dari masalah yang ada serta meminimalisir kekurangan dan kelemahan yang dimiliki.Kelainan penderita Sindrom Down merupakan penyakit bawaan. Dengan akal dan pengetahuan manusia berusaha untuk meminimalisir penyakit yang dimiliki penderita dengan cara berobat, sebagaimana yang tertuang pada hadis yang artinya, Bahwa Allah-lah yang menurunkan penyakit dan obatnya dan Dia menjadikan setiap penyakit ada obatnya, berobatlah dan jangan berobat dengan yang haram. (HR. Abu Dawud)Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis tertarik mengambil judul Pengaruh Pentylenetetrazole dalam Menurunkan Gangguan Kognitif Pada Penderita Sindrom Down Ditinjau dari kedokteran dan Islam.I.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Sindrom Down?

2. Sejauh manakah efektifitas pentylenetetrazole dalam menurunkan gangguan kognitif pada Sindrom Down?3. Bagaimana tinjauan Islam terhadap pengguanaan pentylenetetrazole dalam menurunkan gangguan kognitif pada Sindrom Down?

I.3 Tujuan

Umum

Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa gangguan kognitif pada kasus Sindrom Down dapat diminimalisir. Sehingga, penyandang Sindrom Down bisa lebih survive dan dapat hidup selayaknya orang normal.

Khusus

a. Mendapatkan informasi dan memahami tentang Sindrom Down.b. Mendapatkan informasi dan memahami efektifitas pentylenetetrazole dalam menurunkan gangguan kognitif pada Sindrom Down.c. Mendapatkan informasi dan memahami tinjauan Islam terhadap pengaruh pentylenetetrazole dalam menurunkan gangguan kognitif pada Sindrom Down.I.4 Manfaat

1. Manfaat bagi penulis : diharapkan skripsi ini dapat menambah pengetahuan seputar terapi yang dapat diberikan pada penyandang Sindrom Down guna menurunkan derajat gangguan kognitif serta dapat memahami hukum-hukum Islam yang berlaku pada penyandang Sindrom Down mengingat keterbatasan yang dimiliki para penyandang kasus ini.

2. Manfaat bagi Universitas YARSI : diharapkan skripsi ini bermanfaat sebagai bahan masukan bagi civitas akademik Universitas YARSI sehingga dapat menambah pengetahuan seputar terapi yang dapat menurunkan gangguan kognitif pada kasus Sindrom Down.

3. Manfaat bagi umat Islam : diharapkan skripsi ini bisa memberikan dorongan pada umat Islam agar lebih mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT, terutama nikmat sehat. Serta agar dapat meningkatkan keimanan dan lebih percaya akan adanya takdir.4. Manfaat bagi ilmu pengetahuan : diharapkan skripsi ini dapat mendorong masyarakat umum, khususnya dibidang kedokteran dalam hal pengkajian lebih lanjut mengenai terapi yang dapat diberikan guna menurunkan derajat gangguan kognitif pada kasus Sindrom Down.4