Bab I

download Bab I

of 42

Transcript of Bab I

Bab IPendahuluan1. Latar belakangKarsinoma hepatoseluler atau hepatoma merupakan kanker hati primer yang paling sering dijumpai di pentas klinik. Ia juga merupakan salah satu tumor ganas yang paling banyak ditemukan.Di Eropa Utara dan Amerika karsinoma sel hati relatif jarang ditemukan. Umpamanya di Norwegia, hepatoma hanya merupakan penyebab satu dari 100.000 kematian per tahun (bandingkan angka tersebut dengan angka di negeri Belanda, yakni tentang karsinoma di bronkus yang menyebabkan 89 per 100.000 per tahun). Di beberapa negara Eropa semisal di Spanyol dan Yunani, insiden Hepatoma tinggi. Namun frekuensi tertinggi di temukan di Afrika, yakni di sebelah selatan sehara, dengan mozambique yang menjadi ujung tombak tentang angka kematian, tepatnya 98 dalam 100.000 kematian per tahun. Insiden tinggi juga terlihat di Indonesia; insiden di Indonesia terhitung sedang.Di negara dengan insiden hepatoma yang tinggi, orang yang sering terkena ialah yang usianya muda. Di negara-negara barat usia tertinggi ketika terkena hepatoma ialah 55-65 tahun, di India 35-45 tahun dan di Mozambique 25-35 tahun. Di India dan Mozambique, hepatoma tidak jarang mebgidapi kelompok usia anak.Lebih dari 80% pasien hepatoma menderita sirosis hati hepatoma biasa dan sering terjadi pada pasien sengan sirosis hati yang merupakan komplikasi hepatitis virus kronik.Hepatitis virus kronik adalah faktor resiko penting hepatoma, virus penyebabnya adalah virus hepatitis B dan C. Bayi dan anak kecil yang terinfeksi virus ini lebih mempunyai kecenderungan menderita hepatitis virus kronik dari pada dewasa yang terinfeksi virus ini utuk pertama kalinya.Pasien hepatoma 88% terinfeksi virus hepatitis B dan C. Virus ini mempunyai hubungan yang erat dengan timbulnya hepatoma. Hepatoma sering kali tak terdiagnosis karena gejala karsinoma tertutup oleh penyakit yang mendasari yaitu sirosis hati atau hepatitis kronik. Jika gejala tampak, biasanya sudah stadium lanjut dan harapan hidup sekitar beberapa minggu sampai bulan. Keluhan yang paling sering adalah berkurangnya selerah makan, penuruna berat badan, nyeri di perut kanan atas dan mata tampak kuning.Komplikasi yang sering terjadi pada sirosis adalah asites, pendarahan saluran cernah bagian atas, ensefalopati hepatika, dan sindrom hepatorenal. Sindrom hepatorenal adalah suatu keadaan pada pasien dengan hepatitis kronik, kegagalan fungsi hati, hipertensi portal yang ditandai dengan gangguan fungsi ginjal dan sirkulasi darah. Sindrom ini memiliki resiko kematian yang tinggi.Oleh karena itu kami mencoba untuk membahastentang asuhan keperawatan pada pasien hepatoma.1. Rumusan masalahBerdasarkan latar belakang, permasalahan yang akan di bahas adalah Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit hepatoma? 1. Tujuan Tujuan Umum:Agar dapat mengetahui dan memahami konsep teori penyakit Hepatoma Tujuan Khusus:1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian penyakit hepatoma2. Mahasiswa dapat menyebutkan penyebab terjadinya hepatoma3. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi penyakit hepatoma4. Mahasiswa dapat menerapkan konsep dasar asukan keperawatan pada klien hepatoma5. ManfaatMakalah ini dapat menyumbangkan pengetahuan kepada mahasiswa ,dan mampu memberikan gambaran tentang beberapa model penerapan asuhan keperawatan yang ada di rumah sakit. Selain itu juga mahasiswa dapat:1. Mengetahui apa itu hepatoma2. Apa penyebab hepatoma3. Mengetahui patofisiologi dari hepatoma4. Bagaimana pendidikan kesehatan untuk penyakit hepatoma.Bab IIPEMBAHASAN1. Kensep dasarA. PengertianKarsinoma hepatoseluler atau hepatoma adalah tumor ganas hati primer dan paling sering ditemukan dari pada tumor ganas hati lainnya seperti limfoma maligna, fibrosarkoma, dan hemangioendotelioma. Hepatocelluler Carcinoma (HCC) atau disebut juga hepatoma atau kanker hati primer atau Karsinoma Hepato Seluler (KHS)adalah satu dari jenis kanker yang berasal dari sel hati.Hepatoma biasa dan sering terjadi pada pasien dengan sirosis hati yang merupakan komplikasi hepatitis virus kronik. Hepatitis virus kronik adalah faktor resiko penting hepatoma, virus penyebabnya adalah virus hepatitis B dan C.Hepatoma sering kali tak terdiagnosis karena gejala karsinoma tertutup oleh penyakit yang mendasari yaitu sirosis hati atau hepatitis kronik. Pada mulanya penyakit ini berjalan perlahhan, malah banyak tanpa keluhan.1. EtiologiFaktor penyebab hepatoma adalah antara lain:1. Virus hepatitis B2. Virus hepatitis C3. Bahan-bahan hepatokarsinogenik- Penggunaan androgen yang berlebihan- Aflatoksin- Penggunaan steroid anabolic- Obesitas- Alkohol1. PatofishiologiHepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya yang disebabkan oleh alkoholik dan postnekrotik.Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati mendadak.Tumor hati yang paling sering adalah metastase tumor ganas dari tempat lain. Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker. Hal ini benar, khususnya untuk keganasan pada saluran pencernaan, tetapi banyak tumor lain juga memperlihatkan kecenderungan untuk bermestatase ke hati, misalnya kanker payudara, paru-paru, uterus, dan pankreas.Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi.1. Manifestasi klinikA. Penurunan berat badanB. Kehilangan kekuatan,C. anoreksia dan anemia.D. Nyeri abdomen dapat ditemukan, disertai dengan pembesaran hati yang cepat1. Pemeriksaan diagnostik2. Laboratorium:q Darah lengkap ; SGOT,SGPT,LDH,CPK, Alfa fetoprotein 500 mg/dl, HbsAg positf dalam serum, Kalium, Kalsium.1. Radiologi ; Ultrasonografi (USG)/C-7 Scan (Sidik Tomografi Komputer),CT-Scan, Thorak foto, Arteriography, Angiografi Hepatik, Skintigrafi Hepatik2. Biopsi jaringan hati dilakukan dengan tuntunan USG atau laparoskopi1. KomplikasiKomplikasi yang sering terjadi pada sirosis adalah Asites, Perdarahan saluran cerna bagian atas, Ensefalopati hepatika, dan Sindrom hepatorenal.1. PenatalaksanaanA. Reseksi segmen atau lobus hatiB. Pemberian kemoterapi secara infusC. c.Penyinaran.1. Asuhan keperawatanA. Pengkajian- BiodataPengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang, status sosial ekonomi, adat / kebudayaan, dan keyakinan spiritual, sehingga mudah dalam komunikasi dan menentukan tindakan keperawatan yang sesuai.- Riwayat KeperawatanKeluhan utama : Adanya pembesaran hepar yang dirasakan semakin mengganggu sehingga bisa menimbulkan keluhan sesak napas yang dirasakan semakin berat disamping itu disertai nyeri abdomen.1. Riwayat Penyakit sekarangRiwayat Penyakit Sekarang dapat diperoleh melalui orang lain atau dengan klien itu sendiri.1. Riwayat Penyakit DahuluRiwayat Penyakit Dahulu dikaji untuk mendapatkan data mengenai penyakit yang pernah diderita oleh klien.1. Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat Penyakit Keluarga dikaji untuk mengetahui data mengenai penyakit yang pernah dialami oleh anggota keluarga.- Pemeriksaan FisikGejala klinikFase dini : Asimtomatik.Fase lanjut :Tidak dikenal simtom yang patognomonik.Keluhan berupa nyeri abdomen, kelemahan dan penurunan berat badan, anoreksia, rasa penuh setelah makan terkadang disertai muntah dan mual. Bila ada metastasis ke tulang penderita mengeluh nyeri tulang.Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan :1. Ascites2. Ikterus3. Splenomegali, Spider nevi, Eritema palmaris, Edema.\Secara umum pengkajian Keperawatan pada klien dengan kasus Hepatoma, meliputi : Gangguan metabolisme Perdarahan Asitesn Edema Hipoalbuminemia Jaundice/icterus Komplikasi endokrin Aktivitas terganggu akibat pengobatan1. Klasifikasi dataData SubjektifData Objektif

1. Pasien mengatakan nyeri di bagian perut2. Pasien mengatakan selalu merasa tidak ada napsu makan, mual dan muntah3. Pasien tampak lemah dan penurunan berat badan, pasien hanya menghabiskan porsi makanan yang diberikan4. Pasien tampak meringis5. Adanya anoreksia6. Adanya edema7. Adanya jaundice/Icterus8. Pembengkakan pada hati

1. Analisa dataData PenunjangKemungkinan PenyebabMasalah

Data subyektifKlien mengatakan saya tidak ada nafsu makan, klien mengatakan sama orang sakit tidak ada nafsu makan, klien lemah.Data obyektifKlien menghabiskan makanan yang disiapkan hanya porsiTidak adekuatnya asupan nutrisi yang berhubungan dengan factor metabolisme.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Data subjektifKlien mengatakan rasa nyeri di bagian perutData ObjektifKlien tampak meringis, Adanyapembengkakan dan edemaAdanya pemumpukan cairan dalam rongga abdomenGangguan rasa nyaman pada nyeri abdomen

1. Diagnosa keperawatanBerdasarkan pengkajian di atas maka diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah:1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi paru (ascites dan penekanan diapragma)2. Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan dengan adanya penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites).3. Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi.4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan nyeri.1. IntervensiA. Diagnosa keperawatan : Ketidakefektifan pernapasan berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi paru (ascites dan penekanan diapragma)Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapakan pernapasan efektif kembaliKriteria: Tidak mengeluh sesak napas, RR 20 24 X/menit. Hasil Lab BGA NormalIntervensi :1. Pertahankan Posisi semi fowler.Rasional: Posisi ini memungkinkan tidak terjadinya penekanan isi perut terhadap diafragma sehingga meningkatkan ruangan untuk ekspansi paru yang maksimal. Disamping itu posisi ini juga mengurangi peningkatan volume darah paru sehingga memperluas ruangan yang dapat diisi oleh udara.1. Observasi gejala kardinal dan monitor tanda tanda ketidakefektifan jalan napas.Rasionalemantau lebih dini terhadap perubahan yang terjadi sehingga dapat diambil tindakan penanganan segera.1. Berikan penjelasan tentang penyebab sesak dan motivasi utuk membatasi aktivitas.Rasionalengertian klien akan mengundang partispasi klien dalam mengatasi permasalahan yang terjadi.1. Kolaborasi dengan tim medis (dokter) dalam pemberian Oksigen dan pemeriksaan Gas darah.Rasional: Pemberian oksigen akan membantu pernapasan sehingga eskpasi paru dapat maksimal.Pemeriksaan gas darah untuk mengetahui kemampuan bernapas.1. Diagnosa keperawatan : Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan denganadanya penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites).Tujuan : Setelah dilakukan tindakkan keperawatan diharapakn nyeri dapat berkurang atau Pasien bebas dari nyeri.Kriteria: Tidak mengeluh nyeri abdomen, tidak meringis, Nadi 70 80 x/menit.Intervensi :1. Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik.Rasional: Analgesik bekerja mengurangi reseptor nyeri dalam mencapai sistim saraf sentral.1. Atur posisi klien yang enak sesuai dengan keadaan.Rasional: Dengan posisi miring ke sisi yang sehat disesuaikan dengan gaya gravitasi,maka dengan miring kesisi yang sehat maka terjadi pengurangan penekanan sisi yang sakit.1. Awasi respon emosional klien terhadap proses nyeri.Rasional: Keadaan emosional mempunyai dampak pada kemampuan klien untuk menangani nyeri.1. Ajarkan teknik pengurangan nyeri dengan teknik distraksi.Rasional: Teknik distraksi merupakan teknik pengalihan perhatian sehingga mengurangi emosional dan kognitif.1. Observasi tanda-tanda vital.Rasional : Deteksi dini adanya kelainan1. Diagnosa keperawatan: Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi.Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpeniuhi.Kriteria: Kriteria berat badan naik, klien mau mengkonsumsi makanan yang di sediakan.Intervensi :1) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin.Rasionalengan pemberian vitamin membantu proses metabolisme, mempertahankan fungsi berbagai jaringan dan membantu pembentukan sel baru.2) Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh dan diit yang di tentukan dan tanyakan kembali apa yang telah di jelaskan.Rasional: Pengertian klien tentang nutrisi mendorong klien untuk mengkonsumsi makanan sesuai diit yang ditentukan dan umpan balik klien tentang penjelasan merupakan tolak ukur penahanan klien tentang nutrisi3) Bantu klien dan keluarga mengidentifikasi dan memilih makanan yang mengandung kalori dan protein tinggi.Rasional: Dengan mengidentifikasi berbagai jenis makanan yang telah di tentukan.4) Identifikasi busana klien buat padan yang ideal dan tentukan kenaikan berat badan yang diinginkan berat badan ideal.Rasional: Diharapkan klien kooperatif.5) Sajikan makanan dalam keadaan menarik dan hangat.Rasional: Dengan penyajian yang menarik diharapkan dapat meningkatkan selera makan.6) Anjurkan pada klien untuk menjaga kebersihan mulut.Rasionalengan kebersihan mulut menghindari rasa mual sehingga diharapkan menambah rasa.7) Monitor kenaikan berat badanRasional: Dengan monitor berat badan merupakan sarana untuk mengetahui perkembangan asupan nutrisi klien.1. Diagnosa keperawatan : Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan nyeri.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapakn tidur terpenuhi sesuai kebutuhanKriteria: klien mengatakan sudah dapat tidur.Intervensi :1) Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen dan analgesikRasional: Dengan penambahan suplay O2diharapkan sesak nafas berkurang sehingga klien dapat istirahat.2) Beri suasana yang nyaman pada klien dan beri posisi yang menyenangkan yaitu kepala lebih tinggi:Rasional: Suasana yang nyaman mengurangi rangsangan ketegangan dan sangat membantu untuk bersantai dan dengan posisi lebih tinggi diharapkan membantu paru paru untuk melakukan ekspansi optimal.3) Berikan penjelasan terhadap klien pentingnya istirahat tidur.Rasionalengan penjelasan diharapkan klien termotivasi untuk memenuhi kebutuhan istirahat sesuai dengan kebutuhan.4) Tingkat relaksasi menjelang tidur.Rasional: Diharapkan dapat mengurangi ketegangan otot dan pikiran lebih tenang.5) Bantu klien untuk melakukan kebiasaannya menjelang tidur.Rasional: Dengan tetap tidak mengubah pola kebiasaan klien mempermudah klien untuk beradaptasi dengan lingkungan.1. Evaluasi2. Pernafasan kembali efektif3. Rasa nyeri berkurang4. Kebutuhan nutrisi terpenuhi5. Terpenuhi kebutuhan istrahat dan tidur sesuai kebutuhan tubuh.BAB IIIPENUTUP1. A.KESIMPULANHepatoma sinonim = Kanker Hati Primer, Karsinoma Hepatoseluler adalah : proses keganassan pada hati. Tumor ganas primer pada hati yang berasal dari sel parenkim atau epitel saluran empedu atau metastase dari tumor jaringan lainnya.Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya yang disebabkan oleh alkoholik dan postnekrotik. Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati mendadak.Tumor hati yang paling sering adalah metastase tumor ganas dari tempat lain. Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker. Hal ini benar, khususnya untuk keganasan pada saluran pencernaan, tetapi banyak tumor lain juga memperlihatkan kecenderungan untuk bermestatase ke hati, misalnya kanker payudara, paru-paru, uterus, dan pankreas.Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi.1. B.SARANAgar dapat menyediakan fasilitas atau sarana dan prasarana serta perawat perawat yang profesional yang memadai dan meningkatkan perannya dalam memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan tentang tonsillitis dan pelayanan yang bermutu bagi pasien serta membantu perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Hepatoma.DAFTAR PUSTAKAGips C.H., J.H.P. Wilson. 1989.Diagnosis dan Terapi Penyakit Hati dan Empedu.Hipokrates: JakartaCarpernito, Lynda Juall . 2000.Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta, EGCMarilyn E. Doenges, Merry Frances Mourhouse, Alice C. Glisser. 2000.Nursing Care Planning.http://wantohape.wordpress.com/2010/01/07/askep-hepatoma/http://parfumlawang.blogspot.com/2012/02/karsinoma-hepatoseluler-atau-hepatoma.html?m=1Asuhan Keperawatan dengan HepatomaA.Anatomi dan Fisiologi Sistem PencernaanSistem pencernaan merupakan saluran yang panjang totalnya 23 sampai 26 kaki) yang berjalan dari mulut melalui esofagus, lambung dan usus sampai anus. (Smeltzer, 2001 : hlm 984).Saluran gastrointestinal juga disebut saluran ingestif atau saluran pencernaan adalah lubang yang memanjang dari mulut sampai anusFungsi saluran gastrointestinal pada prinsipnya adalah memberikan cairan, nutrient, dan elektrolit pada tubuh kita.Aktivitas utama dari saluran gastrointestinal adalah :1.Sekresi elektrolit, hormon, dan enzim yang digunakan dalam pemecahan materi yang dimakan.2.Gerakan terhadap produk yang dimakan.3.Pencernaan makanan dan cairan.4.Absorpsi produk akhir ke dalam aliran darah.Setelahmengetahui struktur dan fungsi dari saluran gastrointestinal, berikut ini akan dijelaskan tentang anatomi dan fisiologi dari organ yang erat kaitannya dengan permasalahan Hepatoma, organ tersebut antara lain adalah hati dan kandung empedu.

1.Hati (Hepar)Hepar adalah organ terbesar yang terdiri dari hepatosit yang mensintesis dan memetabolisme protein, karbohidrat, dan lemak.Hati terletak di belakang tulang-tulang iga (kosta) dalam rongga abdomen daerah kanan atas.Hati memiliki berat sekitar 1500 gram, dan di bagi menjadi 4 lobus. Setiap lobus hati terbungkus oleh lapisan tipis jaringan ikat yangmembentang kedalam lobus itu sendiri dan membagi masa hati menjadi unit-unit yang lebih kecil, yang disebut lobulus.(Smeltzer,2001:hlm1150).Hepar terletak dalam rongga abdomen dikuadran kanan bagian atas di bawah diafragma. Lobus kanan lebih besar ukurannya dari pada yang kiri dan dipisahkan oleh ligamentum falciformis. Hepar merupakan kelenjar terbesar pada tubuh dengan berat berkisar 1200-1600 gram, berwarna merah kecoklatan karena kaya dengan pembuluh darah. Hepar terdiri dari dua lobus, lobus kanan dan lobus kiri, lobus kanan lebih besar memiliki panjang 6-7 inchi. Lobus kiri memiliki panjang sekitar 3 inchi. (Suratun, 2010 : hlm 24).Sirkulasi darah ke dalam dan keluar hati sangat penting dalam penyelenggaraan fungsi hati. Darah yang mengalir kedalam hati berasal dari dua sumber. Kurang lebih 75% suplai darah datang dari vena porta yang mengalirkan darah yang kaya akan nutrien dari traktus gastrointestinal. Bagian lain suplai darah tersebut masuk kedalam hati lewat arteri hepatika dan banyak mengandung oksigen cabang-cabang terminalis kedua pembuluh darah ini bersatu membentukcapillary bedsbersama yang merupakan sinusoid hepatik. Dengan demikian, sel- sel hati (hepatosit) akan terendam oleh campuran darah vena dan arterial. Sinusoid mengosongkan isinya kedalam venule yang yang berada pada bagian tengah masing- masing lobus hepatik dan dinamakanvena sentralis. Vena sentralis bersatu membentuk vena hepatica yang merupakan drainase vena dari hati dan akan mengalirkan isinya kedalam vena kava inferior di dekat diafragma. Jadi, terdapat dua sumber yang mengalirkan darah masuk kedalam hati dan hanya terdapat satu lintasan keluarnya.a.Fungsi HatiFungsi metabolisme hati yang lain adalah metabolisme lemak; penimbunan vitamin, besi, dan tembaga; konjugasi dan ekskresi steroid adrenal dan gonad, serta detoksifikasi sejumlah zat endogen dan eksogen. Fungsi detoksikasi sangat penting dan dilakukan oleh enzim-enzim hati melalui oksidasi, reduksi, hidrolisis, atau konjugasi zat-zat yang berbahaya, dan mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif. Organ hati juga berfungsi sebagai gudang darah dan penyaring karena terletak strategis antara usus sirkulasi umum (Sylvia, et. all, 2006 :halaman472)Hati memegang peranan penting dalam metabolisme glukosa dan pengaturan gula kadar glukosa darah. Sesudah makan, glukosa diambil dari darah vena portal oleh hati dan di ubah menjadi glikogen yang disimpan dalam hepatosit. Selanjutnya glikogen diubah kembali menjadi glukosa dan jika diperlukan dilepaska kedalam darah untuk mempertahankan kadar glukosa yang normal. Glukosa tambahan dapat disintesis oleh hati lewat proses yang dinamakan glukogenesis. Untuk melaksanakan proses ini, hati menggunakan asam-asam amino hasil pemecahan protein atau laktat yang diproduksi oleh otot yang bekerja.Penggunaan asam-asam amino untuk glukoginesis akan membentuk amonia yang dihasilkan oleh proses metabolik ini menjadi ureum. Amonia yang diproduksi oleh bakteri dalam intestinum juga akan dikeluarkan dari dalam darah portal untuk sintesis ureum. Dengan cara ini, hati mengubah amonia yang merupakan toksin berbahaya menjadi ureum, yaitu senyawa yang dapat diekskresikan ke dalam urine.Hati juga memegang peranan penting dalam metabolisme protein. Organ ini mensintesis hampir seluruh plasma protein termasuk albumin,- dan- globulin, faktor- faktor pembekuan darah, protein transport yang spesifik dan sebagai besar lipoprotein plasma. Vitamin K diperlukan oleh hati untuk mensintesis protrombin dan sebagian faktor pembekuan lainnya. Asam-asam amino berfungsi sebagai unsur pembangun bagi sintesis protein.Hati juga berperan aktif dalam metabolisme lemak. Asam-asam lemak dapat di pecah untuk memproduksi energidan badan keton. Dimana merupakan senyawa-senyawa kecil yang dapat masuk kedalam aliran darah dan menjadi sumber energibagi otot serta jaringan tubuh lainnya. Pemecahan asam lemak menjadi bahan keton terutama terjadi ketika ketersediaan glukosa untuk metabolismesangat terbatas seperti pada kelaparan atau diabetes yang tidak terkontrol.Vitamin A, D dan beberapa B- kompleks di simpan dengan jumlah yang besar dalam hati.Subtansi tertentu, seperti besi dan tembaga, juga di simpan di hati. Karena hati kaya akan substansi tertentu, seperti besi dan tembaga, juga disimpan dalam hati. Karena hati kaya akan subtansi atau zat- zat tersebut, ekstrak hati banyak di gunakan untuk mengobati berbagai macam kelainan nutrisi.(Smeltzer, 2001:hlm1152).

2.Kandung EmpeduAnatomi dan fisiologi kandung empedu di mulai dengan penjelasan mengenai struktur dari kandung empedu dan akan dilanjutkan dengan penjelasan fungsi kandung empedu tersebut.a.Struktur Kandung EmpeduKandung empedu merupakanorganberbentukbuahper, berongga dan menyerupai kantong dengan panjang 7,5 hingga 10 cm, terletak dalam satu cekungan yang dangkal pada permukaan inferior hati dimana organ tersebut terikat pada hati oleh jaringan ikat yang longgar. Kapasitas kandung empedu adalah 30 hingga 50 ml empedu. Dinding utamanya tersususn dari otot polos. Kandung empedu dihubungkan dengan duktus koleduktus lewat duktus sistikus. (Smeltzer, 2001 : hlm 1151).Kandung empedu terletak tepat di bawah lobus kanan hati. Empedu masuk ke saluran (kanalikuli) empedu yang terdapat di dalam hati. Kanalikuli tersebut kemudian bersatu membentuk dua saluran lebih besar yang keluar dari hati yaitu duktus hepatikus kanan dan kiri dan bersatu menjadi duktus hepatikus komunis. Duktus hepatikus komunis bergabung dengan duktus sitikus membentuk duktus koledokus. Sebagian besar, duktus koledokus bersatu dengan duktus pankreatikus membentuk ampula vateri sebelum bermuara ke usus halus. Bagian akhir dari kedua saluran dan ampula dikelilingi oleh sfingter Oddi. (Suratun, 2010 : hlm 28).a.Fungsi Kandung EmpeduKandung empedu berfungsi sebagi depot penyimpanan bagi empedu. Diantara saat- saat makan, ketika sfingter Oddi tertututp. empedu yang diproduksi oleh hepatosit akan memasuki kandung empedu. Selama penyimpanan, sebagian besar air dalam empedu.Diserap melalui dinding kandung empedu sehingga empedu dalam kandung empedu lebih pekat lima hingga sepuluh kali dari konsentrasi saat disekresikan pertama kalinya oleh hati. Ketika makanan masuk kedalam duodenum akan terjadi kontarksi kandung empedu dan relaksasi sfingter Oddi yang memungkinkan empedu mengalir masuk kedalam intestinal.Respons ini diantarai oleh sekresi hormon kolesis-tokinin-pankreozimin (CCK-PZ) dari dinding usus.(Smeltzer, 2001: hlm1152).

A.Konsep Dasar HepatomaMenurut Shirley (2003 : hlm 130) tipe kanker primer dari hari meliputi hepatoma atau karsinoma hepatoseluler, karsinoma saluran empedu intrahepatik atau kolangiokarsinoma, dan tipe campuran.Berikut ini akan dibahas tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan laboratorium, penatalaksanaan dan komplikasi Hepatoma.1.PengertianHepatoma adalah kanker hati primer dapat timbul dari hepatosit (sel hati), jaringan penyambung, pembuluh darah, empedu. (Ester, 2002 : hlm 137).Hepatoma atau Karsinoma hepatoseluler (hepatocellular carcinoma=HCC)merupakan tumor ganas hati primer yang berasal dari hepatosit. (Sudoyo, 2007 : hlm 455).Hepatoma merupakan pertumbuhan sel yang tidak normal sehingga struktur jaringan hati berubah bentuk jadi sel-sel ganas. (http://www.koleksiskripsi.comdiambil tanggal 08-07-2011).

2.EtiologiMenurut (Sudoyo, 2007 : hlm 456) faktor etiologi yang berperan sebagai pemicu terjadinyahepatoma adalah:a.Penderita sirosis hepatis dan infeksi virus hepatits B dan C, infeksi akut virus hepatitis B dan C dapat menjadi kronik dan berkembang menjadi sirosis hepatis. Hepatitis kronik dan sirosis hepatis merupakan onkogenik bagi sel hati sehingga dapat berubah menjadi ganas.b.Alkohol, meskipun alkohol tidak memiliki kemampuan mutagenik, peminum alkohol berat (>50-70 g/hari dan berlangsung lama) beresiko untuk menderita hepatoma melalui sirosis hati alkoholik yang berlanjut menjadi hepatoma.c.Aflatoksin B1 (AFB1)merupakan mikotoksin yang diproduksi oleh jamur aspergillus. Dari percobaan binatang AFB1 bersifat karsinogen. Metabolit AFB1 yaitu AFB 1-2-3 epoksit merupakan karsinogen utama dari kelompok aflatoksin yang mampu membentuk ikatan dengan DNA maupun RNA. Salah satumekanisme hepatokarsinoenesisnya ialah kemampuan AFB1 menginduksi mutasi pada kodon 249 dari gen supresor tumor p53.d.Obesitas merupakan faktor resiko utama untuknon-alcoholic fatty liver disease (NAFLD),khususnyanon-alcoholic steatohepatitis (NASH)yang dapat berkembang menjadi sirosis hepatis dan kemudian dapatberlanjut menjadi hepatoma.e.Diabetes Melitus merupakan faktor resiko baik untuk penyakit hati kronik maupun hepatoma melalui terjadinya perlemakan hati dan steatohepatitis non-alkoholik (NASH). Disamping itu, DM dihubungkan dengan peningkatan kadar insulin daninsulin like growt factor(IGFs)yang merupakan faktor promotif potensial untuk kanker.Sedangkan menurut Suratun (2010 : hlm 297) etiologi dari faktor resiko kanker hati yaitu:a.Usia dan jenis kelamin dapat memberi kontribusi terhadap perkembangan malignasi kanker hati, terjadi lebih sering pada pria dibanding wanita, terdiagnosa sekitar sekitar usia 60-70 tahun.b.Sirosis hepatis yang diakibatkan oleh alkoholisme.c.Virus hepatitisB.d.Aflatoksin dari jamur aspergilus plavus adalah karsinogenik dalam model-model percobaan binatang.Hal ini diperkirakan bahwa konsumsi berulang makanan yang terkontaminasi aflatoksin menyebabkan tumor hepar maligna pada manusia.e.Infeksi paralitik juga diperkirakan mempengaruhi berkembangnya penyakit kanker hati.f.Tarpajan oleh bahan kimia seperti, vinil klorida, arsenik atau pestisida dapat meningkatkan resiko kanker hati.3.Manifestasi klinisMenurut Iin Inayah (2001 : hal 104) gambaran klinis dari hepatoma yaitu:a.Malaise, anoreksia, berat badan menurun, perut terasa penuh, nyeri epigastrium, hati membesar, berbenjol-benjol, asites.b.Demam, lemah, nyeri perut kanan karena nekrosis sentraltumor atau perdarahan.c.Abdomen akut: tiba-tiba nyeri perut hebat dan mual muntah, tekanan darah menurun sehingga terjadi renjatan.d.Ikterus.Menurut Shirley (2003 : hlm 130) gambaran klinis dari hepatoma yaitu:a.Nyeri terjadi karena tumor tumbuh menembus kapsula hati, massa pada abdomen, hepatomegali. Lemah, letih, malaise, kehilangan berat badan, dan demam.b.Asites atau oedema disebabkan oleh pembendungan vena porta akibat sirosisnya.c.Pada stadium lanjut nafsu makan berkurang dan dapat muncul ikterus karena (penyakit kuning) akibat bendungan pada saluran empedu.

Menurut Suratun (2010 : hlm 298) gejala primer yang paling umum pada kanker hati yaitu:a.Nyeri abdomen pada kuadran kanan atas, nyeri ini seringkali terus menerus, mengganggu tidur, dan bertambah sakit saat posisis tidur miring ke kanan, dan bahkan menyebar sampai ke skapula kanan.b.Terjadi penurunan berat badan.c.Rasa penuh pada epigastrik, anorksia, mual, muntah, diare, dan perdarahan gastrointestinal.d.Tes fungsi hepar meningkat ikterus, asites, teraba massa pada hepar, hepatomegali, demam, keletihan, malaise.

5.Pemeriksaan DiagnostikMenurut Suratun (2010 : hlm 298) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada penderita hepatoma yaitu:a.Pemeriksaan radiologi yang meliputi sinar X dan dada serta Ultrasonografi dapat menunjukkan adanya massa.b.Scan CT dengan zat kontras dapat membantu dokter dalam menentukan apakah ada lesi-lesi benigna atau maligna.c.Angiografi dapat memperlihatkan pembuluh darah yang terkena sebelum pembedahan.d.Biopsi dengan jarum tidak direkomendasikan jika reseksi pembedahan masih mungkin untuk dilakukan karena hal ini diperkirakan bahwa tumor tersebut kemungkinan akan mengalir ke rongga abdomen. Jika Biopsi dengan jarum dilakukan, perdarahan merupakan komplikasi yang sangat mungkin terjadi berhubungan dengan resiko peningkatan perdarahan dengan penurunan fungsi hepar.e.Pemeriksaan laboratorium meliputi beberapa pemeriksaan yaitu:1)Alfa-fetoprotein (AFP) meningkat pada klien dengan karsinoma hepatoseluler dan biasanya tidak ada peningkatan pada klien dengan kolagiokarsinoma atau kanker hepar metastatik.2)Antigen karsinoembrionik (CEA) dapat meningkat pada klien karsinoma gastrointestinal dan adenokarsinoma lain yang metastase ke hepar terutama kanker kolorektal dan karsinoma hepatoseluler.3)Tes fungsi hati liver (LTF) yang meliputi transminase bukan untuk mendiagnosa kanker tetapi peningkatannya kemungkinan dapat menindikasikan terjadinya masalah hepar.

6.Penatalaksanaandan PencegahanPenatalaksanaan terhadap pasien Hepatoma terdiri dari pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi. (Suratun, 2010 : 300).

a.PembedahanPembedahan adalah satu-satunya penanganan kuratif potensial untuk pasien kanker hati. sayangnya hanya 25% pasien yang memenuhi kriteria untuk reseksi hati. Reseksi hepatik melibatkan subkostal bilateral maupun insisi torakoabdominal. Setelah insisi, terdapat empat teknik reseksi yang diketahui yaitu lobektomi kanan dan kiri, trisegmenteknomi dan segmentektomi lateral, segmen-segmen lateral meliputi pengangkatan bagian luar lobus kiri. Trisegmentektomi adalah pengangkatan lobus kanan dan bagian dalam lobus kiri.b.KemoterapiKemoterapi regional meliputi penginfusan agens yang sangat dimetabolisasi oleh hati melalui arteri hepatik. ini sangat meningkatkan dosis obat yang diberikan ke tumor, tetapi meminimalisir efek samping sisterik. Kemoterapi intra arterial dapat diberikan melalui kateter sementara yang dipasang ke dalam arteri aksila dan femoralis. Agens yang digunakan paling sering untuk kemoterapi intraarterial adalah flukoridin (FUDR) dan 5-FU. Obat lain yang digunakan meliputi sisplatin, doksorubisin, mitomisin-C, dan diklorometotrekstat.c.Terapi RadiasiMeskipun kanker hati diyakini sebagai tumor radiosensitif, pengguna terapi radiasi dibatasi oleh intoleransi relatif parenkim normal. Semua hati yang akan mentoleransi 3000 cGy. Pada dosis ini insidensi hepatitis radiasi adalah 5% sampai 10%. Pengobatan atau remisi jangka panjang kanker hati memerlukan dosis lebih tinggi secara signifikan.Menurut Ester (2002 : hlm 140) ada beberapa penatalaksanaan yang menggunakan pendekatan keperawatan yaitu:a.Dalam persiapan untuk pembedahan, status nutrisi, cairan, fisik umum dikaji dan upaya dilakukan untuk menjamin kondisi fisik seoptimal mungkin.b.Berikan penjelasan agar pasien menyiapkan diri secara psikologis terhadap pembedahan, pemeriksaan diagnostik yang panjang dan melelahkan mungkin dilakukan, perlu dilakukan persiapan usus dengan menggunakan katartik, irigasi kolon dan antibiotik usus untuk meminimalkan kemungkinan akumulasi amonium dan mengantisipasi kemungkinan insisi usus.c.Pada pascaoperasi terdapat masalah potensial yang berhubungan dengan keterlibatan kardiopulmonal, kapiler vaskuler, dan disfungsi pernafasan dan hati, abnormalitas metabolik memerlukan perhatian cermat. Infus konstan dengan glukosa 10% diperlukan dalam 48 jam pertama untuk mencegah cetusan penurunan gula darah, yang diakibatkan oleh penurunan glukoneogenesis. Sintesis protein dan metabolisme lemak juga berubah, sehingga memerlukan penginfusan albumin.d.Pasien memerlukan pemantauan ketat dan terus menerus serta perawatan selama 2 atau 3 hari pertama. Ambulasi dini dianjurkan.Adapun pencegahan terhadap penyakit klien agar tidak mengalami Hepatoma yaitu:a.Pencegahan untuk penyakit Hepatitis B dan C.b.Hindari Mengkonsumsi alkohol.c.Hindari makanan yang mengandung aflatoksin.

7.KomplikasiKomplikasi Hepatoma paling sering adalah perdarahan varises esofagus, koma hepatik, koma hipoglikemi, ruptur tumor, infeksi sekunder, metastase ke organ lain. (Sjamsuhidajat, 2000 : hlm 796).Sedangkan menurut Suratun (2010 : hlm 301) komplikasi dari kanker hati adalah:a.Perdarahan berhubungan dengan perubahan pada faktor pembekuan .b.Fistulabiliaris.c.Infeksi pada luka operasi.d.Masalah pulmonal.e.Anoreksia dan diare merupakan efek yang merugikan dari pemakaian agens kemoterapi yang spesifik 5-FU dan FUDR.f.Ikterik dan asites jika penyakit sudah pada tahap lanjut.

A.Asuhan Keperawatan pada Klien HepatomaDalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah Hepatoma, penulis menggunakan pendekatan proses keperawatan teoritis. Teori dan konsep diimplementasikan secara terpadu dalam tahapan-tahapan yang terintegrasi dan terorganisir yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

1.Pengkajian KeperawatanPengkajian yang dilakukan pada pasien dengan hepatoma menurut Suratun (2010) sebagai berikut:a.Kaji adanya keluhan kelemahan, kelelahan, dan malaise.b.Kaji riwayat mengkonsumsi alkohol, jika ya tanyakan berapa banyak dalam sehari dan sudah berapa lama.c.Kaji riwayat penggunaan obat-obatan yang kemungkinan dapat mempengaruhi fungsi hati.d.Kaji riwayat penyakit hepatitis, penyakit empedu, trauma hati, perdarahan gastrointestinal.e.Kaji adanya ketidaknyamanan; nyeri tekan abdomen pada kuadran kanan atas dan menyebar ke skapula.f.Kaji status nutrisi klien; anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, edema, ikterik.g.Kaji kebutuhan cairan; klien mengalami muntah, kulit kering, turgor kulit buruk, diare, dan terjadi asite.h.Kaji eliminasi klien; klien sering mengalami diare.

2.Diagnosa KeperawatanMenurutSuratun(2010), diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan (Hepatoma) adalah sebagai berikut :a.Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diet tidak adekuat, ketidakmampuan untuk memproses/mencerna makanan, anoreksia, mual/muntah, asites sehingga mudah kenyang.1)Hasil yang diharapkana)Menunjukkan peningkatan berat badan yang progresif.b)Berat badan tidak turunc)Tidak mengalami malnutrisi lebih lanjutd)Makan habis satu porsi2)Tindakan intervensia)Ukur masukan makanan dengan jumlah kalori.b)Timbang berat badan sesuai program.c)Bantu dan anjurkan klien untuk makan.d)Anjurkan klien untuk makan-makanan tambahan yang telah diprogramkan.e)Berikan makanan sedikit tapi sering.f)Batasi makanan yang menghasilkan gas, berbumbu, terlalu panas/dingin.g)Berikan makanan yang halus.h)Berikan perawatan mulut sebelum makan.i)Obsrvasi hasil pemeriksaan laboratorium; glukosa serum, albumin, total protein.j)Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan diet.k)Berikan obat vitamin sesuai program.l)Berikan obat antiemetik sesuai program.m)Berikan obat enzim pencernaan sesuai programb.Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat adanya massa pada hepar.1)Hasil yang diharapkana)Nyeri hilang atau terkontrol.b)Ekspresi wajah klien rileks.c)Klien istirahat dengan cukup.2)Tindakan intervensia)Kaji riwayat nyeri: lokasi, frekuensi, durasi dan intensitas skala(0-10).b)Jelaskan pada klien/orang terdekat apa yang diharapkan, dari program yang diberikan: pembedahan, radiasi, kemoterapi.c)Berikan tindakan kenyamanan dasar, misalnya reposisi, gosok punggung, dan aktivitas hiburan misalnya baca, dengar lagu.d)Anjurkan menggunakan keterampilan manajemen nyeri, (teknik relaksasi).e)Jelaskan kepada klien agar menghindari makanan yang terlalu panas/dingin atau makanan yang pedas.f)Atur posisi semifowler/ bagian kepala tempat tidur lebih tinggi 10-20 cm.g)Berikan analgesik sesuai program pengobatan.c.Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi misalnya penurunan protein plasma, malnutrisi, kelebihan natrium/masukan cairan.1)Hasil yang diharapkana)Menunjukkan volume cairan stabil.b)keseimbangan pemasukan dan pengeluaran cairan.c)Berat badan stabil.d)Tanda-tanda vital dalam rentang normal.e)Tidak terdapat edema.2)Tindakan intervensia)Monitor masukan dan pengeluaran cairan.b)Timbang berat badan setiap hari dan catat lebih dari 0,5 kg/hari.c)Monitor tanda-tanda vital.d)Kaji derajat edema perifer/ edema dependen.e)Ukur lingkar abdomen.f)Anjurkan klien tirah baring jika asites telah ada.g)Berikan perawatan mulut.h)Monitor albumin serum dan elektrolit.i)Batasi natrium dan cairan sesuai program.j)Berikan albumin bebas garam/plasma ekspander sesuai program.k)Berikan kalium sesuai program.askep hepatomaPenulis : Wilian Adi Nata on Saturday, March 24, 2012 | 2:34 AM

2.1DEFINISIKarsinoma hepatoseluler atau hepatoma adalah tumor ganas hati primer dan paling sering ditemukan daripada tumor ganas hati primer lainnya seperti limfoma maligna, fibrosarkoma, dan hemangioendotelioma.Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut juga hepatoma atau kanker hati primer atau Karsinoma Hepato Selular (KHS) adalah satu dari jenis kanker yang berasal dari sel hati (Misnadiarly, 2007).

2.2ETIOLOGIa.Virus Hepatitis BHubungan antarainfeksikronikHBV dengan timbulnya hepatoma terbukti kuat, baik secara epidemiologis, klinis maupun eksperimental. Sebagian besar wilayah yang hiperendemik HBV menunjukkan angka kekerapan hepatoma yang tinggi. Umur saat terjadinyainfeksimerupakan faktor resiko penting karena infeksi HBV pada usia dini berakibat akan terjadinya kronisitas. Karsinogenitas HBV terhadap hati mungkin terjadi melalui proses inflamasi kronik, peningkatan proliferasi hepatosit, integrasi HBV DNA ke dalam DNA sel penjamu, dan aktifitas protein spesifik-HBV berinteraksi dengan gen hati. Pada dasarnya, perubahan hepatosit dari kondisi inaktif menjadi sel yang aktif bereplikasi menentukan tingkat karsinogenesis hati. Siklus sel dapat diaktifkan secara tidak langsung akibat dipicu oleh ekspresi berlebihan suatu atau beberapa gen yang berubah akibat HBV. Infeksi HBV dengan pajanan agen onkogenik seperti aflatoksin dapat menyebabkan terjadinya hepatoma tanpa melalui sirosis hati.b.Virus Hepatitis CDi wilayah dengan tingkat infeksi HBV rendah, HCV merupakan faktor resiko penting dari hepatoma. Infeksi HCV telah menjadi penyebab paling umum karsinoma hepatoseluler di Jepang dan Eropa, dan juga bertanggung jawab atas meningkatnya insiden karsinoma hepatoseluler di Amerika Serikat, 30% dari kasus karsinoma hepatoseluler dianggap terkait dengan infeksi HCV. Sekitar 5-30% orang dengan infeksi HCV akan berkembang menjadipenyakithatikronis. Dalam kelompok ini, sekitar 30% berkembang menjadi sirosis, dan sekitar 1-2% per tahun berkembang menjadi karsinoma hepatoseluler. Resiko karsinoma hepatoseluler pada pasien dengan HCV sekitar 5% dan muncul 30 tahun setelah infeksi. Penggunaan alkohol oleh pasien dengan HCV kronis lebih beresiko terkena karsinoma hepatoseluler dibandingkan dengan infeksi HCV saja.Penelitianterbaru menunjukkan bahwa penggunaan antivirus pada infeksi HCV kronis dapat mengurangi risiko karsinoma hepatoseluler secara signifikan.c.Sirosis HatiSirosis hati merupakan faktor resiko utama hepatoma di dunia dan melatarbelakangi lebih dari 80% kasus hepatoma. Penyebab utama sirosis di Amerika Serikat dikaitkan dengan alkohol, infeksi hepatitis C, dan infeksi hepatitis B. Setiap tahun, 3-5% dari pasien dengan sirosis hati akan menderita hepatoma. Hepatoma merupakan penyebab utama kematian pada sirosis hati. Padaotopsipada pasien dengan sirosis hati , 20-80% di antaranya telah menderita hepatoma.d.AflatoksinAflatoksin B1 (AFB1) meruapakan mikotoksin yang diproduksi oleh jamurAspergillus. Dari percobaan pada hewan diketahui bahwa AFB1 bersifat karsinogen. Aflatoksin B1 ditemukan di seluruh dunia dan terutama banyak berhubungan dengan makanan berjamur.1Pertumbuhan jamur yang menghasilkan aflatoksin berkembang subur pada suhu 13C, terutama pada makanan yang menghasilkan protein. Di Indonesia terlihat berbagai makanan yang tercemar dengan aflatoksin seperti kacang-kacangan, umbi-umbian (kentang rusak, umbi rambat rusak,singkong, dan lain-lain), jamu, bihun, dan beras berjamur.Salah satu mekanisme hepatokarsinogenesisnya ialah kemampuan AFB1 menginduksi mutasi pada gen supresor tumor p53. Berbagai penelitian dengan menggunakan biomarker menunjukkan ada korelasi kuat antara pajanan aflatoksin dalam diet dengan morbiditas dan mortalitas hepatoma.e.ObesitasSuatu penelitian pada lebih dari 900.000 individu di Amerika Serikat diketahui bahwa terjadinya peningkatan angka mortalitas sebesar 5x akibat kanker pada kelompok individu dengan berat badan tertinggi (IMT 35-40 kg/m2) dibandingkan dengan kelompok individu yang IMT-nya normal. Obesitas merupakan faktor resiko utama untuknon-alcoholic fatty liver disesease (NAFLD),khususnyanon-alcoholic steatohepatitis (NASH)yang dapat berkembang menjadi sirosis hati dan kemudian berlanjut menjadi hepatoma.f.Diabetes MellitusTidak lama ditengarai bahwa DM menjadi faktor resiko baik untuk penyakit hati kronis maupun untuk hepatoma melalui terjadinya perlemakan hati dan steatohepatitis non-alkoholik (NASH). Di samping itu, DM dihubungkan dengan peningkatan kadar insulin daninsulin-like growth factors(IGFs) yang merupakan faktor promotif potensial untuk kanker. Indikasi kuatnya aasosiasi antara DM dan hepatoma terlihat dari banyak penelitian. Penelitian oleh El Serag dkk. yang melibatkan173.643 pasien DM dan 650.620 pasien bukan DM menunjukkan bahwa insidensi hepatoma pada kelompok DM lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan insidensi hepatoma kelompok bukan DM.g.AlkoholMeskipun alkohol tidak memiliki kemampuan mutagenik, peminum berat alkohol (>50-70 g/hari atau > 6-7 botol per hari) selama lebih dari 10 tahun meningkatkan risiko karsinoma hepatoseluler 5 kali lipat. Hanya sedikit bukti adanya efek karsinogenik langsung dari alkohol. Alkoholisme juga meningkatkan resiko terjadinya sirosis hati dan hepatoma pada pengidap infeksi HBV atau HVC. Sebaliknya, pada sirosis alkoholik terjadinya HCC juga meningkat bermakna pada pasien dengan HBsAg positif atau anti-HCV positif. Ini menunjukkan adanya peran sinergistik alkohol terhadap infeksi HBV maupun infeksi HCV.

2.3PATOFISIOLOGIHepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya yang disebabkan oleh alkoholik danpost nekrotik. Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati mendadak. Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker.Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi.Stadium hepatoma :Stadium I : Satu fokal tumor berdiameter < 3 cmStadium II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada segment I atau multi-fokal tumor terbatas padlobus kanan atau lobus kiri hati.Stadium III : Tumor pada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV) atau ke lobus kanan segment V dan VIII atau tumor dengan invasi peripheral ke sistem pembuluh darah (vascular) atau pembuluh empedu (biliary duct) tetapi hanya terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.Stadium IV :Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan lobus kiri hati. atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati (intra hepaticvaskuler ) ataupun pembuluh empedu (biliary duct) atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar hati (extra hepatic vessel) seperti pembuluh darah vena limpa (vena lienalis) atau vena cava inferior-atau adanya metastase keluar dari hati (extra hepatic metastase).

2.4PATHWAYDownload

2.5MANIFESTASI KLINIS1.Gangguan nutrisiPenurunan berat badan yang baru saja terjadiKehilangan kekuatanAnoreksiaAnemia2.Nyeri abdomen dapat ditemukan, disertai dengan pembesaran hati yang cepat serta permukaan yang teraba ireguler pada palpasi.

2.6KOMPLIKASIKomplikasi yang sering terjadi pada sirosis adalah asites, perdarahan saluran cerna bagian atas, ensefalopati hepatika, dan sindrom hepatorenal. Sindrom hepatorenal adalah suatu keadaan pada pasien dengan hepatitis kronik, kegagalan fungsi hati, hipertensi portal, yang ditandai dengan gangguan fungsi ginjal dan sirkulasi darah Sindrom ini mempunyai risiko kematianyangtinggi. Terjadinya gangguan ginjal pada pasien dengan sirosis hati ini baru dikenal pada akhir abad 19 dan pertamakali dideskripsikan oleh Flint dan Frerichs.

2.7PEMERIKSAAN PENUNJANG1.BiopsiBiopsi aspirasi dengan jarum halus (fine needle aspiration biopsy) terutama ditujukan untuk menilai apakah suatu lesi yang ditemukan pada pemeriksaan radiologi imaging dan laboratorium AFP itu benar pasti suatu hepatoma.Cara melakukan biopsi dengan dituntun oleh USG ataupun CTscann mudah, aman, dan dapat ditolerir oleh pasien dan tumor yang akan dibiopsi dapat terlihat jelas pada layar televisi berikut dengan jarum biopsi yang berjalan persis menuju tumor, sehingga jelaslah hasil yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik dan akurasi yang tinggi karena benar jaringan tumor ini yang diambil oleh jarum biopsi itu dan bukanlah jaringan sehat di sekitar tumor.2.Radiologiuntuk mendeteksi kanker hati stadium dini dan berperan sangat menentukan dalam pengobatannya.Kanker hepato selular ini bisa dijumpai di dalam hati berupa benjolan berbentuk kebulatan (nodule) satu buah,dua buah atau lebih atau bisa sangat banyak dan diffuse (merata) pada seluruh hati atau berkelompok di dalam hati kanan atau kiri membentuk benjolan besar yang bisa berkapsul.3.UltrasonografiDengan USG hitam putih (grey scale) yang sederhana (conventional) hati yang normal tampak warna ke-abuan dan texture merata (homogen).USG conventional hanya dapat memperlihatkan benjolan kanker hatidiameter 2 cm 3 cm saja. Tapi bila USG conventional ini dilengkapi dengan perangkat lunak harmonik sistem bisa mendeteksi benjolan kanker diameter 1 cm 2 cm13, namun nilai akurasi ketepatan diagnosanya hanya 60%.4.CT scanCT scann sebagai pelengkap yang dapat menilai seluruh segmen hati dalam satu potongan gambar yang dengan USG gambar hati itu hanya bisa dibuat sebagian-sebagian saja.CTscann dapat membuat gambar kanker dalam tiga dimensi dan empat dimensi dengan sangat jelas dan dapat pula memperlihatkan hubungan kanker ini dengan jaringan tubuh sekitarnya.5.Angiografiangiografi ini dapat dilihat berapa luas kanker yang sebenarnya. Kanker yang kita lihat dengan USG yang diperkirakan kecil sesuai dengan ukuran pada USG bisa saja ukuran sebenarnya dua atau tiga kali lebih besar. Angigrafi bisa memperlihatkan ukuran kanker yang sebenarnya.6.MRI(Magnetic Resonance Imaging)MRI yang dilengkapi dengan perangkat lunak Magnetic ResonanceAngiography (MRA) sudah pula mampu menampilkan dan membuat peta pembuluh darah kanker hati ini.7.PET(Positron Emission Tomography)Positron Emission Tomography (PET) yang merupakan alat pendiagnosis kanker menggunakan glukosa radioaktif yang dikenal sebagai flourine18 atau Fluorodeoxyglucose (FGD) yang mampu mendiagnosa kanker dengan cepat dan dalam stadium dini.Caranya, pasien disuntik dengan glukosa radioaktif untuk mendiagnosis sel-sel kanker di dalam tubuh. Cairan glukosa ini akan bermetabolisme di dalam tubuh dan memunculkan respons terhadap sel-sel yang terkena kanker.PET dapat menetapkan tingkat atau stadium kanker hati sehingga tindakan lanjut penanganan kanker ini serta pengobatannya menjadi lebih mudah. Di samping itu juga dapat melihat metastase (penyebaran).

2.8PENATALAKSANAAN MEDISPemilihan terapi kanker hati ini sangat tergantung pada hasil pemeriksaan radiologi dan biopsi. Sebelum ditentukan pilihan terapi hendaklah dipastikan besarnya ukuran kanker,lokasi kanker di bagian hati yang mana, apakah lesinya tunggal (soliter) atau banyak (multiple), atau merupakan satu kanker yang sangat besar berkapsul, atau kanker sudah merata pada seluruh hati, serta ada tidaknya metastasis (penyebaran) ke tempat lain di dalam tubuh penderita ataukah sudah ada tumor thrombus di dalam vena porta dan apakah sudah ada sirrhosis hati. Tahap penatalaksanaan dibagi menjadi dua yaitu tindakan non-bedah dan tindakan bedah.

3.1PENGKAJIANa)IdentitasNama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku, bangsa, no. registrasib)Riwayat kesehatanKeluhan utama: klien biasanya mengeluh mual, muntah, nyeri perut kanan atas, pembesaran perut, berak hitamRiwayat penyakit sekarang: biasanya klien awalnya mengalami mual, nyeri perut kanan atas, berak hitam, kemudian perut klien membesar dan sesak nafas.Riwayat penyakit dahulu: biasanya klien pernah mengalami penyakit hepatitis B atau C atau D. Dan mengalami sirosis hepatikRiwayat penyakit keluarga: biasanya salah satu atau lebih keluarga klien menderita penyakit hepatitis B atau C atau D. Biasanya ibu klien menderita hepatitis B atau C atau D yang diturunkan kepada anaknya pada waktu hamil.Riwayat lingkungan: biasanya klien inggal di lingkungan yang kumuh dan kotorRiwayat imunisasi: biasanya klien tidak diimunisasi untuk penyakit hepatitis Bc)Pemeriksaan fisikKeadaan umumBiasanya klien terlihat lemah, letih, dengan perut membesar dan sesak nafas, penurunan BB.TTVTD: >120/80 mmHgN: >100 x/mntRR: 37,5oCKepala dan leherBiasanya terjadi pernafasan cuping hidung, ikterus, muntahThoraksBiasanya terjadi retraksi dada dikarenakan kesulitas bernafas, penggunaan otot-otot bantu pernafasanAbdomenBiasanya terjadi pembesaran hati (hepatomegali), permukaan hati terasa kasar, asites, nyeri perut bagian kanan atas dengan skala 7-10, splenomegaliEkstremitasBiasanya terjadi gatal-gatal, kelenahan ototBreathBiasanya klien mengalami sesak nafasBloodBiasanya klien anemi dikarenakan adanya perdarahanBrainJika sudah metastase akan terjadi enselofaty hepatikBowelBiasanya klien mengalami anoreksia, mual, muntah, melena, bahkan mungkin terjadi hematomesis. Terjadi penurunan BB, turgor kulit lebih dari 2 detik, rambut kering, mukosa oral kering, penurunan serum albumn.BladerBiasanya klien mengeluarkan urin berwarna seperti teh pekatBoneJika terjadi metastase ke tulang akan terjadi nyeri tulangd)Pola fungsi kesehatanPola aktivitasBiasanya klien mengalami gangguan dalam beraktivitas dikarenakan nyeri, kelemahan otot, mual, dan muntahPola nutrisiBiasanya klien mengalami anoreksia, mual dan muntahPola eliminasiBiasanya klien mengeluarkan urin berwarna seperti teh dan pekat. Feses klien berwarna hitam (melena)Pola istirahatBiasanya klien mengalami insomniaPola seksualBiasanya klien mengalami penurunan libidoPola spiritualBiasanya klien terganggu dalam menjalani ibadahe)Pemeriksaan penunjang3.2DIAGNOSAPre operasi1.Gangguan pertukaran gas berhubungandengan adanya asites dan penekanan diafragma.2.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhanberhubungan dengan anoreksia, mual.3.Nyeri berhubungan dengan tegangnya dinding perut. Akibat asites

Post operasi1.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka post operasi.2.Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi.3.3RENCANA ASUHAN KEPERAWATANPre operasiDx 1: Gangguan pertukaran gas berhubungandengan adanya asites dan penekanan diafragma.Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pernafasan klien kembali normalKH:1.Tidak mengeluh sesak napas,2.RR 16 24 X/menit.3.Hasil Lab BGA Normal4.Tidak ada pernafasan cuping hidung5.Tidak ada penggunaan otot-otot bantu pernafasanIntervensiRasional

1.Pertahankan Posisi semi fowler.

2.Observasi gejala kardinal dan monitor tanda - tanda ketidakefektifan pola napas.

3.Berikan penjelasan tentang penyebab sesak dan motivasi utuk membatasi aktivitas

4.Kolaborasi dengan tim medis (dokter) dalam pemberian diuretik, batasi asupan cairan, dan aspirasi asites.1.Posisi ini memungkinkan tidak terjadinya penekanan isi perut terhadap diafragma sehingga meningkatkan ruangan untuk ekspansi paru yang maksimal. Disamping itu posisi ini juga mengurangi peningkatan volume darah paru sehingga memperluas ruangan yang dapat diisi oleh udarab.2.Pemantau lebih dini terhadap perubahan yang terjadi sehingga dapat diambil tindakan penanganan segera.

3.Pengertian klien akan mengundang partispasi klien dalam mengatasi permasalahan yang terjadi

4.untuk mengurangi asites dan cairan dalam cavum peritoneum sehingga pola nafas kembali normal (16-24x/menit)

Dx 2: perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mualTujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam kebutuhaan nutrisi klien terpenuhiKH:1.BB klien naik2.Serum albumin normal3.Makanan 1 porsi habis4.Klien tidak terlahat lemasIntervensiRasional

1.Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin.

2.Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh dan diit yang di tentukan dan tanyakan kembali apa yang telah di jelaskan.

3.Bantu klien dan keluarga mengidentifikasi dan memilih makanan yang mengandung kalori dan protein tinggi4.Sajikan makanan dalam keadaan menarik dan hangat.

5.Anjurkan pada klien untuk menjaga kebersihan mulut.

6.Monitor kenaikan berat badan1.Dengan pemberian vitamin membantu proses metabolisme, mempertahankan fungsi berbagai jaringan dan membantu pembentukan sel baru.2.Pengertian klien tentang nutrisi mendorong klien untuk mengkonsumsi makanan sesuai diit yang ditentukan dan umpan balik klien tentang penjelasan merupakan tolak ukur penahanan klien tentang nutrisic.3.Dengan mengidentifikasi berbagai jenis makanan yang telah di tentukan Diharapkan klien kooperatif4.Dengan penyajian yang menarik diharapkan dapat meningkatkan selera makan5.Dengan kebersihan mulut menghindari rasa mual sehingga diharapkan menambah rasa6.Dengan monitor berat badan merupakan sarana untuk mengetahui perkembangan asupan nutrisi klien

Dx 3: gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tegangnya dinding perut akibat asitesTujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam skala nyeri berkurangKH:1.Klien terlihat tenang2.Skala nyeri 0-33.TD 120/80 mmHg4.Nadi 60-100 x/mntIntervensiRasional

1.Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik (perhatikan fungsi faal hepar).

2.Atur posisi klien yang enak sesuai dengan keadaan

3.Awasi respon emosional klien terhadap proses nyeri.

4.Ajarkan teknik pengurangan nyeri dengan teknik distraksi

5.Observasi tanda-tanda vital1.Analgesik bekerja mengurangi reseptor nyeri dalam mencapai sistim saraf sentral

2.Dengan posisi miring ke sisi yang sehat disesuaikan dengan gaya gravitasi,maka dengan miring kesisi yang sehat maka terjadi pengurangan penekanan sisi yang sakit3.Keadaan emosional mempunyai dampak pada kemampuan klien untuk menangani nyeri4.Teknik distraksi merupakan teknik pengalihan perhatian sehingga mengurangi emosional dan kognitif5.Deteksi dini adanya kelainan

Post operasiDx 1: gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka post operasiTujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nyeri selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri klien berkurangKH:1.Klien terlihat tenang2.Skala nyeri 0-33.TD 120/80 mmHg4.Nadi 60-100 x/mntIntervensiEvaluasi

1.Observasi cemas, mudah terangsang, menangis, gelisah, gangguan tidur.

2.Pantau tanda-tanda vital

3.Berikan tindakan nyaman, bantu aktivitas perawatan diri dan dorong aktvitas senggang sesuai indikasi.

4.Beritahu pasien bahwa wajar saja, meskipun lebih baik, untuk meminta analgesic segera setelah ketidaknyamanan menjadi dilaporkan.5.Kolaborasikan pemberian obat sesuai indikasi seperti profiksene dan asetaminofen

1.Petunjuk non verbal ini dapat menindikasikan adanya/ derajat nyeri yang dialami2.Kecepatan jantung biasanya meningkat karena nyeri. TD mungkin meningkat karna ketidaknyamanan insisi tetapi dapat menurun atau tkidak stabil.3.Dapat meningkatkan relaksasi atau perhatian tak langsung dan menurunkan frekuensi/ kebutuhan dosis analgesic.4.Adanya nyeri menyebabkan tegangan otot yang mengganggu sirkulasi, memperlambat penyembuhan, dan memperberat nyeri.5.Biasanya diberikan untuk control nyeri adekuat dan menurunkan tegangan otot, yang memperbaiki kenyamanan pasien dan meningkatkan penyembuhan

Dx 2: resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasiTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan klien dapat melaporkan factor resiko yang berkaitan dengan infeksi dan kewaspadaan yang diperlukanKH:1.Klien dapat menhidentifikasi factor-faktor resiko dan intervensi untuk mengurangi infeksi2.Klien dapat mempertahankan lingkungan aseptic yang aman3.Tidak ada tanda-tanda infeksiIntervensiRasional

1.Control infeksi, sterilisasi dan prosedur/ kebijakan aseptic.2.Periksa kulit untuk memeriksa adanya infeksi yang terjadi.

3.Identifikasi gangguan pada tehnik aseptic dan atasi dengan segera pada waktu terjadi.

4.Kolaborasikan pemberian antibiotic jika perlu.

1.Mekanisme yang dirancang untuk mencegah infeksi2.Gangguan pada integritas kulit atau dekat dengan lokasi operasi adalah sumber kontaminasi luka.3.Kontaminasi dengan lingkungan/ kontak personal akan menyebabkan daerah yang steril menjadi tidak steril sehingga dapat meningkatkan resiko infeksi.4.Dapat diberikan secara profilaksis bila dicurigai terjadinya infeksi atau kontaminasi.