BAB I

download BAB I

of 5

description

bab I

Transcript of BAB I

4

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangObat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkab efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh.Beberapa perusahaan mengolah obat-obatan tradisional yang dimodifikasi lebih lanjut. Bagian dari Obat tradisional yang bisa dimanfaatkan adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga. Bentuk obat tradisional yang banyak dijual dipasar dalam bentuk kapsul, serbuk, cair, simplisia dan tablet.Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah salah satu rempah multi guna. Paling penting didayagunakan sebagai bahan bumbu dapur sehari- hari dan penyedap berbagai masakan. Kegunaan lain dari umbi bawang merah adalah sebagai obat tradisional untuk pelayanan kesehatan masyarakat. Senyawa fitokimia yang terdapat dalam bawang merah salah satunya adalah flavanoid (Jaelani, 2007). (Diakses pada tanggal 18 febuari 2015, pukul 17:25).Senyawa flavonoid telah dikenal memiliki efek antiinflamasi dan juga memiliki efek antipiretik yang bekerja sebagai inhibitor cyclooxygenase (COX) yang berfungsi memicu pembentukan prostaglandin. Prostaglandin berperan dalam proses inflamasi dan peningkatan suhu tubuh. Apabila prostaglandin tidak dihambat maka terjadi peningkatan suhu tubuh yang akan mengakibatkan demam (Suwertayasa, 2013).(Diakses pada tanggal 20 febuari 2015, pukul 20:00)

Antipiretik adalah obat yang berkhasiat menurunkan suhu tubuh, dari suhu yang tinggi mejadi kembali normal. Obat-obat antipiretik juga menekan gejala-gejala yang biasanya menyertai demam seperti mialgia, kedinginan, nyeri kepala, dan lain-lain. Namun, pada kenaikan suhu yang rendah atau sedang, tidak terdapat banyak bukti yang menunjukkan bahwa demam merupakan keadaan yang berbahaya atau bahwa terapi antipiretik bermanfaat. Perintah pemberian antipiretik yang rutin, dapat mengaburkan informasi klinis penting yang perlu dicari dengan mengikuti perjalanan suhu tubuh apakah naik ataukah turun. Antipiretik menyebabkan hipotalamus untuk mengesampingkan peningkatan interleukin yang kerjanya menginduksi suhu tubuh. Tubuh kemudian akan bekerja untuk menurunkan suhu tubuh dan hasilnya adalah pengurangan demam. Obat-obat antipiretik tidak menghambat pembentukan panas. Hilangnya panas terjadi dengan meningkatnya aliran darah ke perifer dan pembentukan keringat. Efeknya ini bersifat sentral, tetapi tidak langsung pada neuron hipotalamus. Cara menurunkan demam tinggi diduga dengan menghambat pembentukan prostaglandin E1. Obat-obat yang memiliki efek antipiretik adalah AINS (antiinflamasi non steroid) seperti ibuprofen, naproxen sodium, dan ketoprofen, aspirin dan golongan salisilat lainnya, parasetamol (Asetaminofen), metamizole, nabumetone, nimesulide, phenazone dan quinine. (http://id.wikipedia.org/wiki/Antipiretik). (Diakses pada tanggal 20 febuari 2015, pukul 20:55).

Demam mungkin merupakan tanda utama penyakit yang paling tua dan paling umum diketahui dan merupakan suatu bagian penting dari mekanisme pertahanan tubuh melawan infeksi, namun jika suhu terlalu tinggi akan membahayakan tubuh. Suhu rectum yang melebihi 410 C dalam jangka waktu lama akan menyebabkan kerusakan otak permanen. Adapun penyebab demam meliputi penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, zatkimia, tumor otak dan keadaan lingkungan yang dapat berakhir dengan heat stroke (Wilmana dan Gan, 2007, Hal 5).

Obat yang biasa digunakan untuk menurunkan demam adalah parasetamol (Soedbyo & Souvriyanti, 2006). Meskipun relatif aman, parasetamol tetap memiliki efek samping berupa hepatotoksisitas, nekrosishepar yang fatal, nekrosis tubuler ginjal dan koma hipoglikemik pada penggunaan jangka panjang atau dalam dosis yang berlebihan (Di Piro et al., 2008).Berdasarkan uraian di atas, yang mendorong peneliti untuk menguji Efektivitas Antipiretik Ekstrak Etanol Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) terhadap Tikus Putih jantan (Rattus novergicus) yang Mengalami Demam belum ada penelitian yang meneliti secara ilmiah mengenai kandungan flavonoid pada bawang merah sebagai antipiretik.

1.2. Identifikasi MasalahBerdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Efektivitas Antipiretik Ekstrak Etanol Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) terhadap Tikus Putih jantan (Rattus novergicus) yang Mengalami Demam, diperoleh beberapa masalah sebagai berikut.1.2.1. aktivitas ekstrak bawang merah terhadap tikus putih jantan dalam perubahan atau penurunan suhu demam masih rendah dan belum dapat dipastikan.1.2.2. mekanisme kerja dari ekstrak etanol bawang merah (Allium ascalonicum L.) untuk penurunan demam pada tikus putih jantan (Rattus novergicus).1.2.3. pada dosis 30,84mg/2ml, 61,68mg/2ml, 0,084mg/2ml manakah yang memiliki efek antipiretik.1.2.4. senyawa flavonoid yang terkandung dalam efektivitas ekstrak etanpl bawang merah (Allium ascalonicum L.) dalam penurunan tikus terhadap tikus putih jantan (Rattus novergicus).

1.3. Batasan MasalahAdapun batasan masalah dalam penelitian ini meliputi dosis uji efektivitas antipiretika ekstrak etanol bawang merah (Allium ascalonicum L.) serta mekanisme kerja efek antipiretika ekstrak etanol bawang merah terhadap demam terhadap tikus putih (Rattus novergicus).

1.4. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut.1.4.1. apakah Ekstrak Etanol Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) memiliki efektifitas antipiretik?1.4.2. bagaimanakah Efektivitas Antipiretik Ekstrak Etanol Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) sangat efektif terhadap penurunan demam?1.4.3. pada dosis 30,84mg/2ml, 61,68mg/2ml, 0,084mg/2ml manakah yang memiliki efek antipiretik?

1.5. Tujuan PenelitianBerdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diperoleh tujuan sebagai berikut.1.5.1. untuk mengetahui ke tiga dosis yang memiliki khasiat antipiretika sebagai penurun demam yang efektif.1.5.2. untuk mengetahui ekstrak etanol bawang merah yang memiliki efektivitas dalam menurunkan demam.1.5.3. untuk mengetahui efektivitas antipiretika ekstrak etanol bawang merah dalam menurunkan demam yang sangat efektif terhadap tikus putih jantan.

1.6. Manfaat PenelitianAdapun manfaat dari penelitian ini adalah :1.6.1. dapat menambah ilmu pengetahuan akan kegunaan bawang merah sebagai antipiretika.1.6.2. memberikan informasi tentang obat antipiretika sebagai penurun demam dengan menggunakan tanaman tradisional.1.6.3. Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang farmasi khususnya farmakologi dalam bahasan tentang antipiretika.

1