BAB I

21
1 Morfologi Kapang dan Khamir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur (fungi) banyak kita temukan disekitar kita. Jamur tumbuh subur terutama di musim hujan karena jamur menyukai habitat yang lembap. Beberapa ahli mikologi membagi jamur menjadi dua kelompok berdasarkan bentuk tubuhnya, yaitu kapang (mold) dan khamir (yeast). Kebanyakan jamur masuk dalam kelompok kapang.Tubuh vegetatif kapang berbentuk filamen panjang bercabang yang seperti benang disebut hifa. Hifa akan memanjang dan menyerap makanan dari permukaan substrat (tempat hidup jamur). Sedangkan jamur dalam kelompok khamir bersifat uniseluler (berinti satu), bentuknya bulat atau oval. Pengamatan morfologi sangat penting untuk identifikasi dan determinasi. Bahkan pengamatan morfologi ini lebih penting daripada pengamatan DWI NUR SAKTIANI P.S SERLYANA BR. TAMBUNAN F1F1 13 143

description

kapang khamir

Transcript of BAB I

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangJamur (fungi) banyak kita temukan disekitar kita. Jamur tumbuh subur terutama di musim hujan karena jamur menyukai habitat yang lembap. Beberapa ahli mikologi membagi jamur menjadi dua kelompok berdasarkan bentuk tubuhnya, yaitu kapang (mold) dan khamir (yeast).Kebanyakan jamur masuk dalam kelompok kapang.Tubuh vegetatif kapang berbentuk filamen panjang bercabang yang seperti benang disebut hifa. Hifa akan memanjang dan menyerap makanan dari permukaan substrat (tempat hidup jamur). Sedangkan jamur dalam kelompok khamir bersifat uniseluler (berinti satu), bentuknya bulat atau oval.Pengamatan morfologi sangat penting untuk identifikasi dan determinasi. Bahkan pengamatan morfologi ini lebih penting daripada pengamatan fisiologis. Terdapat beberapa cara atau metode pengamatan yaitu dengan pembuatanslide cultur atauhanging drop. Untuk pengamatan morfologi dapat dilakukan pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis.B. Maksud PercobaanMaksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami morfologi kapang dan khamir secara mikroskopik langsung dan mikroskopik tidak langsungC. Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengamati morfologi kapang dan khamir secara mikroskopik langsung dan mikroskopik tidak langsungD. Prinsip Percobaan Prinsip dari percobaan ini adalah mengamati morfologi kapang dan khamir yang tumbuh pada sampel roti yang berjamur secara mikroskopik.11Morfologi Kapang dan Khamir

DWI NUR SAKTIANI P.SSERLYANA BR. TAMBUNANF1F1 13 143

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Teori Umum Mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan tentang mahluk hidup yang kecil atau jasad-jasad renik (Adam, 1992). Pembiakan sel secara luas digunakan untuk penelitian dan diagnosis. Berbagai media yang ada sangat menarik untuk dipakai pada penelitian. Hal ini disebebkan mudahnya memonitor respon sel pada berbagai media,yang medianya sendiri muda dimodifikasi dalam berbagai kondisi. Pada lingkup diagnostik, pembiakan sel dapat digunakan misalnya untuk menyiapkan paparan kromosom pada analisis sitogenik (Underwood, 1999).Bila suatu konidia atau spora fungi ditanam diatas agar cawan petri, maka setelah satu atau dua hari baru terlihat sesuatu pada permukaan agar yang dapat berupa tetesan kental apabila suatu khamir atau berupa benang-benang bila bentuk tersebut adalah suatu kapang. Pemerisaan mikroskopis akan membuktikan bahwa yang tumbuh itu betul-betul suatu koloni khamir atau suatu koloni kapang (Gandjar, 2002). Cendawan bukan termasuk hewan atau tumbuhan. Cendawan adalah organisme eukariotik, memproduksi spora, tidak berklorofil, memperoleh nutrisi dengan cara absorbsi, berproduksi secara seksual dan aseksual, berstruktur somatik dalam bentuk hifa, dinding selnya terdiri dari glukan, kitin dan selulosa. Berdasarkan morfologinya cendawan dapat digolongkan menjadi jamur (mushroom) yang berukuran besar dan dapat dilihat dengan mata telanjang (makroskopik), kapang (mold) dan khamir (yeast) yang tergolong berukuran mikroskopik. Kapang adalah cendawan renik yang mempunyai miselia dan massa spora yang jelas. Khamir adalah cendawan renik bersel satu dan berbiak secara bertunas (Ahmad, 2011).Jamur merupakan tumbuhan tingkat rendah yang tidak berklorofil sehingga dalam memenuhi kebutuhan pangannya sangat bergantung dari luar, misalnya sebagai saprofit atau parasit. Jamur memiliki beberapa bentuk yang bervariasi, mulai dari bersel tunggal (ragi tape), bentuk serat atau miselia (jamur oncom/tempe), bentuk tubuh buah (jamur merang, shitake, lingzhi, atau champignon), bentuk bilah, bunga karang, payung (jamur tiram), serta bentuk bergelambit tidak beraturan (jamur kuping) (Sunarmi, 2010). Beberapa jamur yang penting dari segi klinis tidak dapat tumbuh pada suhu 35 sampai 37C atau memerlukan waktu lebih dari 72 jam untuk membentuk koloni yang dapat dilihat. Secara umum, biakan jamur harus diinokulasikan ke suatu medium yang tidak mengandung bahan antimikroba (misal agar dekstrosa Sabouraud); suatu medium yang mengandung hanya bahan antimikroba (misal agar kapang inhibitorik); dan suatu medium yang mengandung darah, obat antimikroba dan obat antijamur sikloheksimid (Sacher, 2002).Mikroskop adalah alat optik yang digunakan untuk mengamati benda yang sangat kecil, yang tidak tampak oleh mata telanjang ,seperti virus, bakteri, jaringan tanaman, seldan lain-lain, sehigga tampakjelas. Cara pengamatan menggunakan mikroskop adalah dengan menempatkan benda yang diamati (preparat) di bawah lensa obyektif. Pengamatan benda dapat diamati melalui lensa okuler. Untuk mendapat pengamatan yang jelas dapat menaikturunkan lensa obyektif dengan memutar tombol pengatur sehingga didapat hasil yang jelas (syaifudin dkk, 2014).

B. Uraian Bahan1. Etanol (Ditjen POM, 1979, Hal. 65)Nama resmi: AethanolumSinonim: AlkoholRM / BM: C2H6O/46,07 Pemerian: Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap. Kelarutan: Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.Kegunaan: Sebagai antipiretikPenyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya; di tempat sejuk, jauh dari nyala api. 2. Methylene Blue (Ditjen POM Edisi IV, 1995 : 554).Nama resmi: Biru metilenSinonim: Methylene BlueRM / BM : C16H18CIN3S / 319,85Pemerian: hablur atau serbuk hablur hijau tua, berkilauan seperti perunggu, tidak berbau atau praktis tidak berbau. Stabil di udara; larutan dalam air dan dalam etanol berwarna biru tuaKelarutan: larut dalam air dan dalam kloroform; agak sukar larut dalam etanolPenyimpanan: dalam wadah tertutup baik3. Asam tartrat (Ditjen POM Edisi IV, 1995 : 53).Nama resmi: Asam tartratSinonim : Acidum tartaricumRM / BM: C4H6O6 / 150,09Pemerian: hablur, tidak berwarna atau bening atau serbuk hablur halus sampai granul, warna putih; tidak berbau; rasa asam dan stabil di udaraKelarutan: sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanolPenyimpanan: dalam wadah tertutup baik

BAB IIIMETODE KERJAA. Alat Dan Bahan 1. AlatAlat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu:a. Autoklaf b. Batang V c. Cawan petrid. Dek gelase. Kaca objekf. Kertas saringg. Mikroskoph. Ose lurusi. Pipet tetes2. Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :a. Aquadesb. Asam tartatc. Kapasd. Kertas saringe. Medium PDAf. Metilen blueg. Roti HolandB. Cara Kerja1. Penyiapan bahan praktikuma. Disiapkan semua alatb. Cawan petri dibungkus dengan kertasc. Disterilkan di dalam oven.2. Pengamatan koloni jamura. Mikroskopis secara langsung Diambil biakan jamur 1 ose pada sampel roti fresh house. Diletakkan secara perlahan-lahan pada kaca objek. Diberikan 1 tetes metilen blue. Ditutup dengan menggunakan dek gelas. Diamati pada mikroskop berupa miselium, konidia, konidiofor, spora, kolomela, metula, fialid, vesikel dan rhizoid dimulai dengan pembesaran terkecil.

b. Mikroskopis secara tidak langsung (slide culture) Dibuat susunan batang v, objek gelas, dek gelas dan kertas saring pada wadah cawan porselin. Disterilisai. Diambil biakan jamur 1 ose pada sampel roti fresh house. Diletakkan perlahan pada objek gelas, Ditambahakan 1 tetes campuran medium PDA dan asam tatrat pada preparat. Preparat ditutup dengan dek gelas. Cawan petri ditutup. Dibungkus dengan kertas Diinkubasi selama pada suhu kamar.

BAB IVHASIL PENGAMATAN1. Pengamatan Mikroskopika. Secara langsungNOGAMBARKETERANGAN

1

2

3

4

5

6

7

8

A. BAB VPEMBAHASANFungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, berproduksi seksual atau aseksual. Dalam dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara mendapatkan makanannya berbeda dengan organisme eukariotik lainnya yaitu melalui absorpsi.Sebagian besar tubuh fungi terdiri dari atas benang benang yang disebut hifa, yang saling berhubungan menjalin semacam jala yaitu miselium.Fungi dibedakan menjadi dua golongan yaitu kapang (mold) dan khamir(yeast).Kapang merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium, sedangkan khamir merupakan fungi bersel tunggal dan tidak berfilamen.Kapang merupakan fungi yang morfologinya multiseluler atau kapang mempunyai miselium atau filament dan pertumbuhannya dalam bahan makanan mudah sekali dilihat, yakni seperti kapas. Pertumbuhan fungi mula mula berwarna putih, tetapi bila tidak memproduksi spora maka akan terbentuk berbagai warna tergantung Dari jenis kapang. Sifat sifat kapang baik penampakan mikroskopis ataupun makroskopik digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi kapang.Fungi dapat berkembang biak baik secara seksual maupun aseksual.Perkembangbiakan secara seksual terjadi ketika hifa dengan tipe perkawinan (mating type) yang berbeda bersentuhan, kemudian melebur membentuk zigot. Perkembangbiakan secara aseksual terjadi dengan cara membelah diri atau terbelahnya hifa, atau dengan menyebarkan spora haploid. Jamur benang atau kapang adalah golongan fungi yang membentuk lapisan jaringan miselium dan spora yang tampak, tetapi tidak dapat membentuk badan buah yang makroskopis.Misselium terdiri dari filamen tubular yang tumbuh yaitu hifa. Antara satu hifa dengan hifa yang lain biasanya dipisahkan oleh septa. Septa memiliki pori-pori yang memungkinkan organel, bahkan terkadang nucleus, untuk lewat.Beberapa hifa bersifat coenositik (memiliki banyak inti), dan tidak memiliki septa. Hifa dapat memiliki beberapa modifikasi, seperti hifa reproduktif (untuk berkembang biak), hifa nutritif (untuk menyerap nutrisi), rhizoid (untuk menempel ke inang atau substrat), bahkan pada spesies tertentu, hifa predasi (berbentuk perangkap yang bisa menjebak nematoda kecil sebagai sumber nutrisi).Pengamatan morfologi kapang dan khamir dilakukan secara mikroskopis. Pengamatan mikroskopis dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengamatan mikroskopis secara langsung dilakukan dengan cara mengamati dibawah mikroskop biakan jamur yang tumbuh pada sampel yang telah ditetesi metilen blue sedangkan pengamatan mikroskopis secara tidak langsung dilakukan dengan cara sampel jamur yang tumbuh pada roti diambil sedikit kemudian diletakkan pada gelas objek yang telah disterilkan bersama dengan cawan petri sebagai wadahnya. Kemudian diteteskan dengan larutan PDA (potatoes dekstrose agar) yang telah ditambahkan asam tartrat dan ditutup dengan deck gelas. Penambahan asam tartrat bertujuan untuk memberikan suasana asam karena fungi mudah tumbuh pada suasana asam. Setelah itu disimpan di dalam enkas.Setelah dilakukan pengamatan dibawah mikroskop pada pengujian mikroskopis secara langsung terlihat spora, sporangium dan hifa pasa sampel jamur roti.

BAB VPENUTUPA. KESIMPULANBerdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa jamur roti memiliki morfologi, spora, stolon, sporangium, dan rizoid.B. SARANSaran yang dapat diberikan yaitu agar praktikan lebih berhati-hati dalam penggunaan alat dan bahan selama praktikum untuk meminimalisir kesalahan serta lebih serius dalam pengerjaan agar memperoleh hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKAAdam, Syamsunir. 1992. Dasar-Dasar Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Perawat. Jakarta: EGC.

Ahmad R.Z., 2011, Pemanfaatan Cendawan Dan Produknya Untuk Peningkatan Produksi Hasil Peternakan, Wartazoa.Vol 21(2).

Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Gandjar, Indrawati. 2002. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta: Erlangga.

Sacher, Ronald A., dan Richard A. McPerson, 2002, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Sunarmi, Yohana Ipuk, dan Cahyo Saparinto, 2010, Usaha 6 Jenis Jamur Skala Rumah Tangga, Penebar Swadaya, Depok.

Syaifudin. Endang Dian Setyoningsing, 2014, Perancangan Sistem Pencahayaan Dan Kamera Pada Mikroskop Manual, Vol.9(2).

Underwood, J. C. E. 1999. Patologi. Jakarta: EGC.