bab I

12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Esensi pendidikan adalah proses menghadirkan situasi dan kondisi yang memungkinkan sebanyak mungkin subyek didik memperluas dan memperdalam makna-makna esensial untuk mencapai kehidupan yang manusiawi. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya kesengajaan atau kesadaran untuk mengundang peserta didik melakukan tindak belajar yang sesuai dengan tujuan. Dengan demikian, esensi pendidikan mencakup dua dimensi yaitu dimensi pedagogis dan dimensi subtantif. Dimensi subtantif adalah tentang apa yang diajarkan, dimensi tingkah laku tentang bagaimana mengajar atau dinamika pembuatan belajar mengajar dan dimensi pedagogis adalah proses menghadirkan situasi dan kondisi yang sebanyak mungkin agar anak didik terundang untuk memperluas dan memperdalam dimensi substansif. 1

description

proposal

Transcript of bab I

BAB IPENDAHULUAN1. Latar Belakang MasalahEsensi pendidikan adalah proses menghadirkan situasi dan kondisi yang memungkinkan sebanyak mungkin subyek didik memperluas dan memperdalam makna-makna esensial untuk mencapai kehidupan yang manusiawi. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya kesengajaan atau kesadaran untuk mengundang peserta didik melakukan tindak belajar yang sesuai dengan tujuan. Dengan demikian, esensi pendidikan mencakup dua dimensi yaitu dimensi pedagogis dan dimensi subtantif. Dimensi subtantif adalah tentang apa yang diajarkan, dimensi tingkah laku tentang bagaimana mengajar atau dinamika pembuatan belajar mengajar dan dimensi pedagogis adalah proses menghadirkan situasi dan kondisi yang sebanyak mungkin agar anak didik terundang untuk memperluas dan memperdalam dimensi substansif.Pendidikan dapat berlangsung dalam tiga dimensi yakni: lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam pelaksanaan pendidikan ada beberapa komponen yang saling berhubungan antara lain, kepala sekolah, guru, dan siswa. Kemampuan guru sangat mempengaruhi kualitas siswa. Apabila guru mampu mengajar dan mendidik secara profesional, maka siswa akan termotivasi dalam mengikuti materi pelajaran dan patuh terhadap peraturan yang diberikan oleh guru.Salah satu faktor yang paling menentukan dalam proses pembelajaran dalam kelas adalah guru. Oleh karena itu guru tidak saja mendidik fungsi sebagai orang dewasa yang bertugas profesional memindahkan ilmu pengetahaun (transfer of knowledge) atau penyalur ilmu pengetahuan (transmitter of knowledge) yang dikuasai kepada murid, melainkan lebih dari itu, dia menjadi pemimpin atau menjadi Guru dan pembimbing di kalangan muridnya dan itu merupakan bagian dari peranan daripada guru. (A.R. Tilaar, 2000: 27)Pembaruan dari seluruh komponen pembelajaran yang disebutkan di atas, dipandang perlu karena pendidikan selain sebagai lembaga pembelajaran, juga pendidikan merupakan lembaga sosialisasi yang mempersiapkan anak didik untuk berintegrasi kedalam nilai-nilai kelompok atau nasional yang dominan. Hal ini mengisyaratkan bahwa, pendidikan mampu memberikan pemahaman akan nilai-nilai hukum, budaya dan etika yang berlaku di masyarakat. Dengan demikian maka, semakin baik kualifikasi pendidikan yang dimiliki seseorang maka semakin baik pula pemahamannya terhadap nilai-nilai sosial, hukum yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitarnya. Berbagai masalah yang perlu mendapat perhatian antara lain: masalah pemeratan pendidikan, relevansi pendidikan, dan yang terpenting masalah mutu pendidikan. Sebagaimana dirumuskan dalam Tujuan Pendidikan Nasional Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab. II, tentang Dasar, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan Pasal 3, sebagai berikut:Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Repoblik Indonesia, 2008: 114).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Bab I pasal 1 Ayat 6, Standar Proses Pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada suatu pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. (Wina Sanjaya, 2006: 4) Selain standar proses pendidikan ada beberapa standar lain yang ditetapkan dalam standar nasional yaitu standar kompetensi, standar lulusan, standar isi, standar pendidikan dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiyaan, dan standar penilaian. (Wina Sanjaya, 2006: 7) Munculnya penetapan standar-standar tersebut diatas, tidak lain didorong untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan yang selama ini jauh tertinggal oleh Negara-negara lain.Salah satu faktor yang berpengaruh dalam pencapaian tujuan pendidikan adalah pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanan pembelajaran yang baik mencakup beberapa komponen, yaitu guru, siswa dan lokasi. Tujuan pendidikan yang hendak dicapai adalah upaya menerapkan sistem ganda antara kinerja guru dan motivasi dalam membawakan materi dan metode mengajar sebagai media untuk mengukur serta mengevaluasi setiap kegiatan belajar mengajar.Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau tutor. Pengertian lain ialah teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara klasikal/kelompok, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin baik metode mengajar, makin efektif pula pencapaian tujuan.Dalam kenyataannya, cara atau metode mengajar yang digunakan untuk menyampaikan informasi berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan, dan sikap (afektif, kognitif, psikomotorik). Khusus metode mengajar didalam kelas, efektivitas suatu metode dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi tujuan yang hendak dicapai, siswa, situasi, dan guru itu sendiri.Salah satu metode yang dapat ditarapkan dalam pembelajaran adalah metode outbond. Metode outbond merupakan metode pembelajaran yang ditarapkan dalam pembelajaran yang dilakukan diluar ruangan yang mengandung suatu dinamika kelompok. (Agustinus Susanta, 2008: ix) Metode outbond dikenal juga metode outdoor study, bertujuan untuk mencerdaskan seluruh peserta didik, mulai dari pengertian, tujuan, signifikansi (arti penting) tentang mengajar di luar kelas dan lain sebagainya. (Adelia Vera, 2012: 15)Secara formal pelaksanaan pendidikan melibatkan dua pihak di dalamnya yakni, guru sebagai pihak penyampai bahan pelajaran yang harus berusaha sedapat mungkin agar pelajaran yang diberikannya dapat diterima oleh siswa sebagai peserta belajar, dan siswa sebagai pihak pebelajar diharapkan untuk dapat memahami dan mengerti seluruh informasi atau penjelasan guru. Sehingga output pendidikan dapat mengatar manusia atau peserta didik untuk mencapai berbagai macam kesuksesan. Kesuksesan seseorang dalam dunia kerja dan dunia pendidikan banyak ditentukan oleh kecerdasan emosinya (Emotional Quotient/EQ)/ kecerdasan emosi. Kecerdasan ini merujuk pada kemampuan manusia untuk mengenali perasaan diri sendiri, orang lain, mengelola emosi, memotivasi diri, dan berhubungan dengan sesama. (Daniel Goleman, 1999: 58-59)Kecerdasan emosional yang tinggi, menurut Maslow adalah mereka yang dapat mengaktualisasikan dirinya dengan menemukan dan mengembangkan jati dirinya. (Frank G, Goble, 2002: 51) Selain Mslow, juga muncul Viktor Frankl, pendiri logoterapi. Sesuai dengan arti katanya Logos (Bahasa Yunani) berarti makna (meaning) da juga ruhani (spirituality). (Nana Djumhana Bastaman, 2000: 70) Logoterapi mengakui adanya dimensi keruhanian, disamping dimensi ragawi dan kejiwaan, sehingga manusia merupakan kesatuan raga-jiwa-ruhani.Dari keterangan di atas Danah Zohar dan Ian Marshall memberikan ciri-ciri bagi kecerdasan emosional seseorang yang telah berkembang lebih baik. Mereka mempunyai ciri-ciri, kemampuan bersikap flexibel, tingkat kesadaran diri yang tinggi, kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit, kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu, kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal/berpandangan untuk bertanya Mengapa? atau bagaimana? untuk mencari jawaban-jawaban yang paling mendasar, menjadi apa yang oleh psikologi senagai bidang mandiri, yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi. Orang yang memiliki Kecerdasan emosional tinggi cenderung untuk menjadi pemimpin yang penuh pengabdian.dan tanggung jawab. (Ary Ginanjar Agustian: 2006: 7)SD Negeri Bonto jai Kecamatan tamalanrea merupakan salah satu lembaga pendidikan dasar di kota makassar yang memeliki siswa yang berlatarbelakang sosial dan ekonomi yang hitrogen, sehingga kedua faktor inilah merupakan salah satu faktor pendorong keceerdasan emosional, olehnya itu SD Negeri Bonto Jai Kecamatan tamalanrea memiliki siswa yang berlatarbelakang kecerdasan emosional pula. Sehingga degan demikian SD Negeri Bonto Jai Kecamatan tamalanrea merupakan objek yang sangat tepat untuk menerapkan metode outboundBerdasarkan uruain diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji secara ilmiah dengan formulasi judul Hubungan Antara Implementasi Metode Outbund Dengan Kecerdasan Emosional Siswa di SD Negeri Bonto Jai Kecatamatan Tamalanrea 1. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan antara implementasi metode outbound dengan peningkatan Kecerdasan Emosional siswa SD Negeri Bonto Jai Kecamatan Tamalanrea?1. Tujuan dan Kegunaan penelitian0. Tujuan PenelitianUntuk mengetahui hubungan antara implementasi metode outbound dengan peningkatan Kecerdasan Emosional siswa SD Negeri Bonto Jai Kecamatan Tamalanrea?0. Kegunaan penelitian1. Sebagai bahan informasi kepada pemerintah akan pentingnya kecerdasan emosional pada saat proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai dengan maksimal. 1. Sebagai bahan informasi kepada mahasiswa untuk lebih meningkatkan serta mengembangkan pengetahuannya dalam menemukan penelitian-penelitian baru yang dapat dimanfaatkan untuk siswa.

1