BAB I

15
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pembangunan sangat diperlukan untuk kelanjutan hidup manusia. Kemajuan pembangunan disuatu wilayah sejalan dengan peningkatan standar kualitas dan kuantitas kebutuhan hidup. Dampak dari peningkatan kebutuhan ketersediaan fasilitas. Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan fasilitas tersebut terjadi proses perubahan penggunaan lahan yang merubah tata guna lahan. Besarnya tingkat pemanfatan lahan untuk kawasan pemukiman semakin bertambah, seiring dengan semakin tinggi tingkat pertumbuhan penduduk baik secara alami (kelahiran dan kematian) maupun migrasi, dan beragamnya tuntutan kebutuhan akan sarana prasarana. Disisi lain luas dan potensi lahan adalah tetap (statis) yang dibatasi wilayah kepemilikan baik ditetapkan secara adminstratif ataupun fungsional, yang sebenarnya tidak semua bagian wilayah tersebut dapat dimanfaatkan secara ideal sebagai lahan terbangun. Intervensi pengggunaan lahan pada kawasan cagar budaya tanpa pertimbangan atau perencanaan yang baik akan mengganggu atau mengurangi keseimbangan kegiatan kota secara keseluruhan. Kawasan cagar budaya perkotaan atau dikenal juga dengan urban heritage adalah kawasan yang pernah menjadi pusat-pusat dari sebuah kompleksitas fungsi kegiatan ekonomi,sosial, budaya yang mengakumilasi masa kesejaraan (historical significance). Kawasan tersebut memiliki kekayaan tipologi dan morfologi 1

description

bahan reviem aja

Transcript of BAB I

BAB IPENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Pembangunan sangat diperlukan untuk kelanjutan hidup manusia. Kemajuan pembangunan disuatu wilayah sejalan dengan peningkatan standar kualitas dan kuantitas kebutuhan hidup. Dampak dari peningkatan kebutuhan ketersediaan fasilitas. Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan fasilitas tersebut terjadi proses perubahan penggunaan lahan yang merubah tata guna lahan.Besarnya tingkat pemanfatan lahan untuk kawasan pemukiman semakin bertambah, seiring dengan semakin tinggi tingkat pertumbuhan penduduk baik secara alami (kelahiran dan kematian) maupun migrasi, dan beragamnya tuntutan kebutuhan akan sarana prasarana. Disisi lain luas dan potensi lahan adalah tetap (statis) yang dibatasi wilayah kepemilikan baik ditetapkan secara adminstratif ataupun fungsional, yang sebenarnya tidak semua bagian wilayah tersebut dapat dimanfaatkan secara ideal sebagai lahan terbangun. Intervensi pengggunaan lahan pada kawasan cagar budaya tanpa pertimbangan atau perencanaan yang baik akan mengganggu atau mengurangi keseimbangan kegiatan kota secara keseluruhan. Kawasan cagar budaya perkotaan atau dikenal juga dengan urban heritage adalah kawasan yang pernah menjadi pusat-pusat dari sebuah kompleksitas fungsi kegiatan ekonomi,sosial, budaya yang mengakumilasi masa kesejaraan (historical significance). Kawasan tersebut memiliki kekayaan tipologi dan morfologi urban heritage yang berupa historical site, historical distric dan historical cultre (Shirvani,1985). Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan besar di khazanah sejarah nusantara selain Majapahit dan Singasari. Kerajaan Mataram mengalami pasang surut baik Mataram Hindu maupun Mataram Islam. Perpindahan kekuasaan dan lokasi kerajaan selama ini belum banyak yang dikaji, terutama dalam kajian spasial ataupun keruangannya. Salah satu lokasi eks Kerajaan Mataram Islam yang belum banyak dikaji adalah di wilayah Pleret. Wilayah Pleret di Kabupaten Bantul tidak bisa dipisahkan dari perkembangan sejarah Kerajaan Mataram Islam. Kerajaan Mataram Islam yang pada awal mula didirikan oleh Panembahan Senopati (R. Danang Sutawijaya) pada tahun 1587 M beribukota di Kotagede. Kemudian seiring peralihan kekuasaan pada keturunannya, ibukota pernah berpindah. Mataram Islam sempat beribukota di Karta ke ka masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo (raja ke-3 dinas Mataram Islam) dan mulai ditempa_ pada tahun 1618 M. Masa selanjutnya yaitu Amangkurat I penerus Sultan Agung Hanyokrokusumo, ibukota dipindahkan ke Pleret (1649 M).Fakta di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar benda cagar budaya tidak memiliki Buffer Space. Buffer Space yaitu kebutuhan ruang minimal yang melingkupi situs dari benda cagar budaya berfungsi sebagai ruang pandang minimal pada site dan ruang pantau dari bahaya kebakaran maupun perusakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Belum adanya pemanfaatan / tata ruang bagi pelestarian dan perlindungan serta ruang bagi aktifitas sosial budaya dan pariwisata masyarakat, pelestarian dan pengamanan aset-aset Kawasan Cagar Budaya yang terancam punah seperti Kawasan Pleret yang merupakan situs kerajaan Mataram (Sultan Agung) dan mempunyai nilai sangat penting berkaitan dengan latar belakang keberadaan Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat. Belum adanya buffer space dan kepadatan pemukiman di kawasan cagar budaya atau situs berakibat perubahan lahan dan penyerobotan tanah serta pengalihan fungsi lahan dan bangunan serta penggerusan/penempelan pada aset cagar budaya oleh pemukiman atau mendirikan bangunan rumah di atas artefak cagar budaya misalnya di atas puing-puing beteng alun-alun di kawasan Kotagede dan pada artefak Tamansari. Dengan tidak adanya buffer space juga berakibat tidak adanya ruang untuk mengamankan dan mengendalikan diri dari bahaya kebakaran, keruntuhan dan pengrusakan. Hal ini merupakan kondisi yang kontra produksi yang dapat merusak dan menghilangkan nilai keantikan dan keindahan dari aset pusaka budaya yang bernilai tinggi sehingga dalam kurun waktu 15 25 tahun yang akan datang akan terjadi kepunahan dan kehilangan aset penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan dan sosial budaya. . Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan SIG digunakan Untuk mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan yang terjadi disekitar kawasan Cagar Budaya.

I.2. Permasalahan Pergeseran nilai Kawasan mengakibatkan perubahan Penggunaa Lahan Kawasan Cagar Budaya Pleret,pergeseran bukan hanya pergeserah lahan tetapi pada segi arsitektur bangunan yang semula tradisional mulai berubah kearah modern. Pergeseran nilai ini lama kelamaan mengakibatkan peningkatan pertumbuhan penduduk disekitar kawasan cagar budaya. Pergeseran nilai kawasan ini mengakibatkan perubahan lahan. Dengan adanya perubahan penggunaan lahan kawasan cagar budaya ini menunjukkan bahwa selama ini penataan ruang yang ada belum mampu atau belum bisa mengatasi penggunaan lahan yang ada dan Pergesaran nilai Kawasan Cagar Budaya. Hal ini terjadi karena kurangnya perhatian pemerintah terhadap Situs Cagar Budaya ini. Selain itu tidak adanya Buffer Zone adalah salah satu penyebab perubahan penggunaan lahan di kawasan Cagar Budaya Kecamatan Pleret. Perubahan ini akan berdampak negatif untuk kawasan cagar budaya yaitu Kepunahan dan Kehilangan aset penting sejarah, ilmu pendidikan dan sosial budaya dan tidak adanya ruang untuk mengendalikan diri serta akan terjadinya tumpang tindih lahan pemukiman dan cagar budaya.

Kepunahan dan kehilangan aset penting sejarah,ilmu pendidikan,dan sosial budaya

tidak adanya ruang untuk mengamankan dan mengendalikan diriTumpang tindih lahan pemukiman dan cagar budaya

Perubahan Penggunaan Lahan di Kawasan Cagar BudayaPenataan Ruang yang ada belum mampu mengatasi pengunaan lahan

Tidak adanya Buffer space Terjadinya Pergeseran Nilai KawasanKurangnya perhatiaan pemerintah

Inti masalahAkibatSebab

Gambar I.1Struktur permasalahan Perubahan Penggunaan Lahan

I.3. Tujuan dan SasaranA. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan kawasan cagar budya di desa wonokromo dan desa Pleret Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul dengan memanfaatkan penginderaan jauh dan sistem penginderaan jauh.B. Sasaran 1. Identifikasi Penampang fisik Wilayah melalui Peta Citra2. Mengetahui Pola Situs Cagar Budaya3. Mengidentifikasi Pemanfaatan Ruang Kawasan Cagar Budaya4. Mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan kawasan cagar budaya dengan memanfaatkan penginderaan jauh.I.4. Ruang Lingkup 1.4.1. Ruang Lingkup WilayahRuang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah kawasan Cagar Budaya di Kecamatan Pleret. Yang meliputi 2 Desa. Wilayah Penelitian berbatasan dengan: Barat : Desa Bawuran Timur : Kecamatan Sewon Utara : Kecamatan Bengun Tapan Selatan: Desa Segoroyoso dan Kecamatan JetisUntuk lokasi penelitian bisa di lihat pada gambar I.2.

1.4.2. Ruang Lingkup MateriRuang lingkup materi yang akan dibahan antara lain:1. Penggunaan lahan yang ada di dua desa yaitu Desa Wonokromo dan Desa Pleret kabupaten Bantul.2. Kajian literatur tentang kawasan cagar budaya dan perubahan penggunaan lahan yang terjadi disekitar kawasan cagar budaya.3. Kajian-kajian literatur yang berhubungan dengan pemanfaatan penginderaan jauh dan SIG dalam perubahan penggunaan Lahan Kawasan Cagar Budaya.4. Analisis Spasial yaitu berupa analisis Peta Citra Satelit untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan di wilayah konservasi cagar budaya dan membuat Buffer Zone di Kawasan Cagar Budaya.

12

Gambar I.2Peta Lokasi Penelitian

I.5. Kerangka PemikiranPada kerangka pikir studi ini akan dijelaskna alur penelitian yang akan dikaji berupa latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, analisis, dan Tingkat Perubahan penggunaan lahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan lahan yang berbentuk bagan kerangka pikir studiGAMBAR I.2KERANGKA ALUR PIKIRPeta Raster, Peta Citra Landsat Kebijakan - Kebijakan

Peta Pengunaan LahanPleret merupakan kawasan cagar budaya telah bergeser nilai kawasanyaPerkembangan Fisik Kecamatan Pleret yang merupakan Kawasan Cagar Budaya Cukup tinggi

Perubahan Penggunaan Lahan di Kawasan Cagar Budaya Kebutuhan Data (Primer dan Skeunder)Pola Perubahan Penggunaan Lahan Kawasan Cagar BudayaFeed BackAnalisis Penginderaan Jauah & SIG (Overlay Peta)

Sumber: Penulis, 2015

I.6. Metodelogi Studi1.6.1. Pendekatan StudiPendekatan studi dilakukan agar selama kegiatan penelitian dapat terarah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Pendekatan studi dalam laporan penelitian ini menggunakan pendekatan spasial. Pendekatan kewilayahan (spasial) digunakan untuk memberikan penekanan pada aspek keruangan atau lokasi kegiatan yang akan diteliti. aspek spasial atau ruang penting dalam menunjang berbagai macam elemen perencanaan fisik maupun pada struktur yang sangat kompleks suatu wilayah, sehingga dapat memberi gambaran mengenai kegiatan didalamnya serta melihat bentuk dan pola ruang yang dapat dijadikan sebagai alternatif perencanaan, misalnya dalam perencanaan tata ruang wilayah.1.6.2. Kebutuhan DataDalam penelitian Penerapan Metode Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Untuk Analisis Pola Perubahan Penggunaan Lahan Di Kawasan Cagar Budaya Kecamatan Pleret Bantul digunakan data sekunder baik berupa data yang tersedia di BPS Kabupaten Bantul dan Kota Jogjakarta, serta data instansi terkait lainnya termasuk peta, buku pedoman, laporan instansi, tulisan ilmiah.TABEL I.2DATA PENELITIANNoJenis DataAnalsisManfaatSumber DataTahun

123456

1Peta Administrasi Kecamatan PleretUntuk Sebagai Peta DasarDPU Kabupaten BantulTahun 2014

2Peta Penggunaan lahan Tahun 2004Untuk menganalisi perubahan penggunaan lahanUntuk mengetahui penggunaan lahan yang adaDPU Kabupaten BantulTahun 2004

3Peta Citra Satelit Untuk menganalisis pola perubahan penggunaan lahanUntuk interpretasi penggunaan lahan DPU Kabupaten BantulTahun 2015

4Kajian KebijakanUntuk analisis perubahan penggunaan lahanUntuk mengetahui apakah penggunaan lahan sudah sesuai.Studi Literatur

Sumber : Penulis, 20151.6.3. Metode Pengumpulan DataMetode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain:1. Studi literaturDalam tahapan ini, studi literatur yang dilakukan berupa sumber-sumber yang bersifat ilmiah yang berkaitan dengan teori-teori perubahan penggunaan lahan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya perubahan penggunaan lahan.2. Pengumpulan data primerPengumpulan data primer dalam studi ini dilakukan dengan cara observasi lapangan yaitu Pengamatan langsung dalam penelitian yang ditujukan untuk seberapa besar perubahan penggunaan lahan yang terjadi3. Pengumpulan data sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara survey sekunder, survey ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data-data sekunder yang didapat dari instansi-instansi, seperti Bappeda, BPS dan instansi lain yang terkait.1.6.4. Metode Penginderaan Jauh dan Sistem informasi GeografisMetode analisi yang digunakan adalah penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk membantu melakukan pemetaan pada lokasi penelitian dan metode Freperensi untuk cek data di lapangan. Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi suatu obyek, daerah, atau Fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek,daerah, atau fenomena yang dikaji(Lillesand dan Kiefer,1997). Karakteristik dari obyek dapat ditentukan berdasarkan radiasi elektromagnetik yang dipancarkan atau dipantulkan oleh obyek tersebut dan terekam oleh sensor. Untuk lebih jelasnya tahap analisi yang akan dilakukan ada pada diagram analisis dibawah ini.

GAMBAR I.4. DIAGRAM ANALISI KLASIFIKASI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

Pengumpulan Dataa. Peta Penggunaan Lahan Tahun 2004 Kecamatan Pleretb. Lokasi titik seberan cagar budayaDigitasi Peta-Peta

a. Proyeksi Koordinat UTMb. Editing peta hasil ddigitasic. Memasukkan Data AtributUSGS

Citra Landsat

Komposit Band

interpertasi

Klasifikasi Cek LapanganDeliniasi

Peta Spasial Penggunaan Lahan Tahun 2015

a. Peta Administrasib. Peta landusec. Peta sebaran cagar budayaBasis Dataa. Toponomib. Jenis Cagar Budayac. Penggunaan lahand. Desa e. Kecamatan

Peta Penggunaan Lahan Tahun 2004 Overlay Peta

Perubahan Penggunaan Lahan

Sumber: Penulis,2015

1.7. SISTEM PENULISANSistematika penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:BAB IPENDAHULUAN

Menguraikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup penelitian, kerangaka pikir studi, metodologi studi dan sistematika pelaporan.

BAB II Kawasan Cagar Budaya

Memuat tentang pengertian-pengertian yang terkait dengan penelitian, serta teori-teori yang digunakan sebagai landasan kajian penelitian Kawasan Cagar Budya, Pemanfaatan Ruang dan Pola Penggunaan Lahan serta Perubahan penggunaan lahan.

BAB IIIGAMBARAN UMUM KAWASAN CAGAR BUDAYA KECAMATAN PLERET KABUPATEN BANTUL

Menguraikan tentang gambaran umum Kawasan Cagar Budaya Kecamatan Pleret meliputi kondisi eksisting kawasan tersebut.

BAB IV ANALISIS Pola Perubahan penggunaan lahan di Kawassan cagar budaya Kecamatan Pleret Bantul

Berisi tentang analisis perubahan penggunaan lahan menggunakan metode penginderaan jauh dan Sistem Informasi Goegrafis.

BAB VKesimpulan dan Rekomendasi

Berisi kesimpulan hasil analisis dan rekomendasi tentang Penerapan Metode Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Untuk Analisis Pola Perubahan Penggunaan Lahan Di Kawasan Cagar Budaya Kecamatan Pleret Bantul.