BAB I

55
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Saat ini ibu yang masih melakukan budaya pantangan makanan pada masa nifas jumlahnya sangat besar dengan alasan mengikuti adat budaya setempat anjuran keluarga kususnya anjuran dari orang tua. Pada dasarnya peran kebudayaan terhadap kesehatan masyarakat adalah dalam membentuk, mengatur mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan. Ibu nifas hendaknya mengkonsumsi daging, sayur, buah-buahan dan jika ada susu untuk mempercepat proses pemulihan kondisi fisik dan memperlancar produksi ASI. Dalam masa nifas banyak yang terjadi bersifat karakteristik yang memberikan ciri ibu nifas melakukan perawatan khusus untuk memulihkan kondisi kesehatan tubuhnya termasuk dengan perilaku makan pada ibu nifas untuk membantu proses penyembuhan (Tata, 2009: 2)

description

bgzdfghdfgh

Transcript of BAB I

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar belakang

Saat ini ibu yang masih melakukan budaya pantangan makanan pada masa nifas jumlahnya sangat besar dengan alasan mengikuti adat budaya setempat anjuran keluarga kususnya anjuran dari orang tua. Pada dasarnya peran kebudayaan terhadap kesehatan masyarakat adalah dalam membentuk, mengatur mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan. Ibu nifas hendaknya mengkonsumsi daging, sayur, buah-buahan dan jika ada susu untuk mempercepat proses pemulihan kondisi fisik dan memperlancar produksi ASI. Dalam masa nifas banyak yang terjadi bersifat karakteristik yang memberikan ciri ibu nifas melakukan perawatan khusus untuk memulihkan kondisi kesehatan tubuhnya termasuk dengan perilaku makan pada ibu nifas untuk membantu proses penyembuhan (Tata, 2009: 2) Kebutuhan gizi seimbang, baik kualitas maupun kuantitasnya sangatlah penting bagi ibu pada masa nifas. Namun fenomena yang sering terjadi di masyarakat pedesaan adalah terhadap kuatnya pengaruh sosial budaya dan Fenomena inilah yang masih mempengaruhi kebiasaan masyarakat dalam hal memilih dan menyajikan makanan. Masyarakat masih mempercayai adanya pantanganan makanan, mereka menerima dan menolak jenis makanan tertentu (Tiran, 2006: 25). Budaya atau anjuran yang tidak diperbolehkan untuk mengkomsumsi jenis tertentu seperti ikan,sayur,buah dan biasanya berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya yang dapat mempengaruhi produksi ASI, ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi (Iskandar, 2006).Berdasarkan data tahun 2009 di Indonesia dengan total ibu nifas 5.067.000 orang dan 4.509.630 orang (89%) dari total ibu nifas yang ada mempunyai kebiasaan pantangan makanan pada masa nifas seperti tidak boleh makan ikan laut, telur, makan sayur, dan makan makanan yang pedas. Di Jawa timur tahun 2009 dengan total ibu nifas 21.043 orang didapatkan data 73% ibu nifas melakukan pantangan makanan dan 27% ibu nifas tidak melakukan pantangan makanan. Tingginya angka pantangan makanan yang dilakukan oleh ibu nifas ini menjadi penyebab terhadap lamanya penyembuhan luka akibat persalinan. Data ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi pada masa nifas atau menyusui kurang sesuai dengan kaedah pemenuhan gizi yang baik dan seimbang (Tata, 2009: 1). Masih banyaknya ibu nifas yang melakukan pantangan makanan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: 1) faktor predisposisi yang meliputi: pengetahuan, hal ini dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, pekerjaan, usia dan ekonomi, 2) faktor lingkungan yang meliputi: dukungan keluarga dan kebiasaan, serta 3) faktor petugas yang terdiri dari KIE dan perilaku atau perilaku petugas kesehatan yang kurang peka terhadap masalah sosial budaya pada ibu nifas. Faktor yang mempunyai pengaruh lebih besar pada pola sosial budaya ibu nifas adalah faktor predisposisi yaitu pengetahuan yang dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, pekerjaan, usia, dan status ekonomi dari ibu sendiri (Paath, 2005: 1). Adapun dampak dari perilaku pantangan makanan pada ibu nifas adalah kekurangan zat gizi sehingga penyembuhan luka akan lebih lama sembuh bahkan bisa timbul infeksi. Apalagi pada ibu nifas tentu sangat membutuhkan makanan bergizi untuk memulihkan kondisi, mempercepat kesembuhan luka, dan proses laktasi (Zalilah, 2005: 2). Akibat ibu pantang makanan akan berada dalam status gizi yang kurang baik dengan akibat lebih lanjut pada ibu dan anaknya. Oleh karena itu, ibu yang menyusui anaknya harus diberikan pengetahuan tentang gizi.Untuk mengurangi tingginya angka budaya pantangan makanan pada masa nifas, Petugas kesehatan yang sangat berperan harus aktif untuk senantiasa memberikan bimbingan, arahan, yang berupa penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. Misalnya diadakan dalam acara pertemuan rutin pengajian ibu-ibu, juga bisa dilakukan saat posyandu. Agar masalah terkaji dengan baik seharusnya melibatkan dokter spesialis dan tim petugas kesehatan lainnya setempat. Selain itu program dari Departemen kesehatan sendiri mencanangkan penyuluhan lewat program di televisi dan siaran di radio. Memang tidak semua praktek / perilaku masyarakat yang pada awalnya bertujuan untuk menjaga kesehatan dirinya adalah merupakan praktek yang sesuai dengan ketentuan medis atau kesehatan. Adanya pantanganan makanan merupakan gejala yang hampir universal berkaitan dengan kesehatan yang dapat mempengaruhi unsur-unsur tubuh manusia. Dari permasalahan di atas peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang pantangan Makanan pada masa nifas, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Ibu Tentang Pantangan Makanan Pada Masa Nifas di ....1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu tentang pantangan makanan pada masa nifas di 1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan UmumMengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu tentang pantangan makanan pada masa nifas di 1.3.2 Tujuan Khusus1. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang pantangan makanan pada masa nifas di 2. Mengidentifikasi perilaku ibu tentang pantangan makanan pada masa nifas di 3. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu tentang pantangan makanan pada masa nifas di 1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Bagi Tempat penelitianDiharapkan penelitian ini memberikan masukan bagi profesi dalam mengembangkan perencanaan kebidanan lebih lanjut dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan.1.4.2 Bagi Institusi PendidikanHasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar dalam penelitian selanjutnya mengenai hubungan pengetahuan ibu nifas tentang nutrisi dengan pantang makanan pada masa nifas.1.4.3 Bagi Peneliti. Berguna bagi tambahan pengetahuan dan keterampilan tentang aplikasi metodologi penelitian pada penelitian yang sesungguhnya dan hasil penelitian ini dapat dikembangkan pada penelitian selanjutnya.1.4.4 Bagi Masyarakat.Sebagai bahan untuk membuktikan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ibu tentang pantangan makanan pada masa nifas, maka perlu untuk memberikan motivasi atau penyuluhan tentang pantangan makanan pada masa nifas atau bekerja sama dengan institusi lain. 1.4.5 Bagi Penelitian SelanjutnyaSebagai bahan masukan didalam pelaksanaan penelitian atau pembuatan Karya Tulis Ilmiah di tahun tahun mendatang.

BAB 2TINJAUN PUSTAKA2.1 Konsep Dasar Pengetahuan2.1.1 Pengertian Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2003: 127).Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya. Pengetahuan hanya bisa menjawab pertanyaan apa sesuatu itu (Notoatmodjo, 2005: 3).Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi baru (ber baru), di dalam diri seseorang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus objek.2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini perilaku subjek sudah mulai timbul.3) Evalution (menimbang-nimbang) terhadap baik atau buruknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti perilaku responden sudah lebih baik lagi.4) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.5) Adaption, dimana subjek telah ber baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan perilakunya terhadap stimulus.(Notoatmodjo, 2003: 128)2.1.2 Tingkat Pengetahuan didalam domian kognitifMenurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut :1) Tahu (Know)Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap situasi yang sangat spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima. Oleh sebab itu, ini adalah merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.2) Memahami (Comprehention)Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham harus dapat menjelaskan, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.3) Aplikasi (Aplication)Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode-metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.4) Analisis (Analysis)Suatu kemampuan menjabarkan materi atau kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat diteliti dari penggantian kata seperti dapat menggambarkan (menurut bagian), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.5) Sintesis (Syntesis)Menunjukkan kepada suatu komponen untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam satu bentuk keseluruhan yang baru. Merupakan kemampuan menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang ada.6) Evaluasi (Evaluation)Berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada misalnya : dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak-anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya. 2.1.3 Cara Memperoleh PengetahuanPengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan cara yang tetah digunakan untuk memperoleh kebenaran, yaitu :2.1.3.1 Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan.1. Cara coba-coba salah (Trial dan Error)Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan dan bahkan mungkin sebelum adanya peradapan yang dilakukan dengan menggunakan kemungkinaan yang lain sampai masalah dapat dipecahkan2. Cara kekuasaan atau otoriterSumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang punya otoriter.3. Berdasarkan pengalaman pribadiPengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapkan pada masa lalu.4. Melalui jalan pikiranDalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikiran, baik melalui induksi maupun deduksi. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi, sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum kepada yang khusus. (Notoatmodjo, 2005 : 11-14)2.1.3.2 Cara Modern Untuk Memperoleh Pengetahuan.Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Franeuis Bacor (1561-1626) kemudian dikembangkan oleh Deobold van Dallien akhirnya lahir suatu cara penelitian yang dewasa ini kita kenal sebagai metodologi penelitian ilmiah. (Notoatmodjo 2005: 18)2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat PengetahuanMenurut berbagai sumber dari berbagai literatur dan internet yang berhubungan, berikut adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang sesuatu hal :1) UmurUsia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat ia akan berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari pada orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya.2) PendidikanPendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah dalam menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan perilaku seseorang terhadap nilai-nilai yang baru dikenal.3) LingkunganLingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan orang atau kelompok. Lingkungan adalah input kedalam diri seseorang sehingga sistem adaptif yang melibatkan baik faktor internal maupun faktor eksternal. Seseorang yang hidup dalam lingkungan yang berpikiran luas maka pengetahuannya akan lebih baik daripada orang yang hidup di lingkungan yang berpikiran sempit.4) PekerjaanPekerjaan adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan atau diselesaikan oleh seseorang sesuai dengan jabatan atau profesi masing-masing. Status pekerjaan yang rendah sering mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.Pekerjaan biasanya sebagai simbol status sosial di masyarakat. Masyarakat akan memandang seseorang dengan penuh penghormatan apabila pekerjaannya sudah pegawai negeri atau pejabat di pemerintahan.5) Sosial EkonomiVariabel ini sering dilihat angka kesakitan dan kematian, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang yang ditentukan unsur seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh serta ditentukan pula oleh tempat tinggal karena hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan.6) Informasi yang diperolehInformasi dapat diperoleh di rumah, di sekolah, lembaga organisasi, media cetak dan tempat pelayanan kesehatan. Ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan informasi sekaligus menghasilkan informasi. Jika pengetahuan berkembang sangat cepat maka informasi berkembang sangat cepat pula. Adanya ledakan pengetahuan sebagai akibat perkembangan dalam bidang ilmu dan pengetahuan, maka semakin banyak pengetahuan baru bermunculan. Pemberian informasi seperti cara-cara pencapaian hidup sehat akan meningkatkan pengetahuan masyarakat yang dapat menambah kesadaran untuk ber sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.7) PengalamanMerupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran dan pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di masa lalu. Orang yang memiliki pengalaman akan mempunyai pengetahuan yang baik bila dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki pengalaman dalam segi apapun.(Iskandar, 2006: 1-3)2.1.5 Pengukuran PengetahuanPengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang inin diukur dari subyek pendidikan atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkatan di atas: Adapun cara perhitungan tingkat pengetahuan wanita usia subur tentan kontrasepsi berdasarkan jawaban pada anket atau kuesioner yang telah isi sebagai berikut:Rumus: P = F/N 100% Keterangan :P: ProsentaseF: Jumlah kategori yang benarN: Julah skor maksimal jika pertanyaan dijawab dengan benar(Arikunto,2006)Kriteria Hasil :Baik, bila hasil= 76-100 %Cukup, bila hasil= 56-75 %Kurang= < 56 %

2.2 Konsep Dasar Perilaku2.2.1 Pengertian PerilakuPerilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia. Baik yang dapat diamati langsung, maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003: 118)Menurut Skiner (1938) perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulasi (rangsangan dari luar) perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespon. (Notoadmodjo, 2003 : 118)

2.2.2 Bentuk PerilakuMenurut Skiner (1938) dalam perilaku dapat dibedakan menjadi dua :1) Perilaku pasif (Covert Behaviour)Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon terhadap stimulus masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus. Belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.2) Perilaku Aktif (Overt Behaviour)Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka, respon terhadap stimulasi sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. (Notoatmodjo, 2003 : 89)2.2.3 Proses Perubahan PerilakuPenelitian Rogers (1974) sebelum orang mengadopsi prilaku baru (berprilaku baru) didalamdiri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu :1) Awareness ( kesadaran ) yaitu orang tersebut menjadi dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.2) Interest yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus.3) Evaluations (menimbang) menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.4) Trial ( mencoba ) yaitu orang yang telah mulai mencoba perilaku baru.5) Adaption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. (Notoadmodjo, 2003 : 128). 2.2.4 Faktor PerilakuMenurut Lawrence green ( 1980 ) Perilaku ini di tentukan atau terbentuk dari 3 faktor :1) Faktor Predisposisi ( predisposing factor ) meliputi pengetahuan sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya yang terdapat dalam diri individu maupun masyarakat.2) Faktor pendukung ( enabling factors ) meliputi lingkungan fisik seperti umur, status social ekonomi, pendidikan sumber daya atau potensi masyarakat.3) Faktor pendorong ( Rentarcing factor ) meliputi sikap dan perilaku orang lain. (Notoatmodjo, 2003 : 119).Misalnya sikap orang tua, suami , tokoh masyarakat atau petugas kesehatan.2.2.5 Strategi Perubahan PerilakuMenurut Notoadmodjo (2003) terdapat beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku, oleh WHO dikelompokkan menjadi 3 :Mengunakan kekuatan , kekuasaan atau dorongan Perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau melakukan sesuai harapan, dapat di tempuh dengan adanya peratura atau perundang-undangan yang harus di patuhi oleh masyarakat, hasil cepat tetap belum tentu berlangsung lama karena perubahan tidak di dasari oleh kesadaran diri.1) Pemberian InformasiDengan memberikan informasi maka meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang sesuatu sehingga akan menimbulkan kesadaran mereka dan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang di milikinya, perubahan ini memakan waktu sangat lama tetapi hasil yang di peroleh bersifat langgeng karena di dasaari oleh kesadaran mereka sendiri.2) Diskusi dan partisipasiCara ini sebagai peningkatan cara yang kedua, dimana dalam memberikan informasi informasi tidak bersifat searah saja tetapi dua arah. Hal ini berarti masyarakat aktif berpartisipasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimanya. Demikian pengetahuan yang di peroleh lebih memadai dan mantap. Ini membutuhkan waktu yang yang lebih lama dan cara kedua dan hasil yang jauh lebih baik dari cari yang pertama.2.2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi PerilakuTim kerja dari WHO menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku ada enam alasan yaitu :1) PengetahuanPengetahuan di peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain, pengetahuan juga dapat di pengaruhi oleh tingkat pendidikan 2) KepercayaanKepercayaan sering di peroleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseornag menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.3) SikapSikap ini menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering di peroleh dengan pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap positif seseorang terhadap nilai-nilai kesehatan tidak terlalu terwujud dalam suatu tindakan nyata.4) Orang penting sebagai referencePerilaku orang lebih banyak di pengaruhi oleh orang-orang yang di anggap penting , misalnya petugas kesehatan atau tokoh masyarakat.5) Sumber daya ( resources )Sumber daya disini mencakup uang, tenaga, fasilitas-fasilitas dan sebagainya.6) KebudayaanKebiasaan- kebiasaan dalam suatu masyarakat yang akan menghasilkan suatu pola hidup. Pengaturan perilaku dapat di lakukan secara tidak langsung yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu ( recall ) dan dapat juga dilakukan secara langsung yaitu dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoadmodjo, 2003 : 122 )2.2.7 Pengukuran PerilakuMengukur perilaku hampir sama mengukur sikap walaupun materi yang diukur bersifat abstrak, tetapi secara ilmiah sikap dan perilaku dapat diukur, dimana sikap terhadap obyek diterjemahkan dalam sistem angka dua metode pengukuran sikap terdiri dari metode self report dan pengukuran involuntary behavior. Self report merupakan suatu metode dimana jawaban yang diberikan dapat menjadi indigantor sikap seseorang namun kelemahannya adalah bila individu tidak menjawab pertanyaan yang diajukan maka tidak dapat mengetahui pendapat atau sikapnya. Sedangkan pengukuran involuntary behavior dilakukan jika memang diinginkan atau dapat dilakukan oleh responden, dalam banyak situasi, alurasi pengukuran sikap dipengaruhi kerelaan responden pendekatan ini merupakan pendekatan observasi terhadap reaksi-reaksi fisiologis tanpa disadari oleh individu yang bersangkutan. Observer dapat menginterpretasikan sikap atau perilaku individu mulai dari facial reaction, voice tones, body gesture, keringat, dilatasi pupil mata, detak jantung dan beberapa aspek fisiologis yang lainnya. Menurut Azwar, 2007 skala sikap disusun untuk mengungkap sikap pro dan kontra, positif dan negative, setuju dan tidak setuju terhadap suatu obyek sosial. Subyek memberi respon dengan 4 kategori persetujuan yaitu : 1. Sangat Tidak Setuju (STS)2. Tidak Setuju (TS)3. Setuju (S)4. Sangat setuju (SS) (Azwar, 2007: 140)1. Positif : Jika skor T hasil perhitungan > mean T (50) 2. Negatif : Jika skor T hasil perhitungan < mean T (50)2.3 Konsep Dasar Nifas2.3.1 Pengertian Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berahir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Abdul Bari, 2006 : 122) 2.3.2 Program Nasional Masa Nifas1. Kunjungan 1 6-8 jam setelah persalinan Tujuan : a) Mencegah perdarahan masa nifas karena antonia uteri b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga d) Pemberian ASI awal e) Melaksanakan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi 2. Kunjungan 2 6 hari setelah persalinan Tujuan : a) Memastikan infolusi uterus berjalan, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan b) Menilai tanda-tanda deman, infeksi atau perdarahan abdomen c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi

3. Kunjungan 3 2 minggu setelah persalinan a) Memastikan infolusi uterus berjalan, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan b) Menilai tanda-tanda deman, infeksi atau perdarahan abdomen c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi 4. Kunjungan 4 6 minggu setelah persalinan Tujuan : a) Penyulit ibu atau bayi yang dialami b) Memberikan konseling untuk kontrasepsi secara dini (Abdul Bari, 2006 : 122) 2.3.3 Pembagian Masa NifasNifas dibagi dalam 3 periode :1) Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.2) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat genitalis yang lamanya 6 8 minggu.3) Remote puerperium, waktu yang diperlkan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.(Sarwono, 2007:234)2.3.4 Perubahan Fisiologi Masa Nifas1) Sistem Reproduksia) UterusUterus secara berangsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.(1) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr(2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat dengan berata uterus 750 gr.(3) Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengan pusat simpisis dengan berat uterus 500 gr(4) Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis dengan berat uterus 350 gr(5) Enam minggu post partum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50 gr2. LochiaLochia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Macam Lochia:(1) Lochia rubra (Cruenta ): berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dam mekonium, selama 2 hari post partum.(2) Lochia Sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari 3 7 post partum.(3) Lochia serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 - 14 post partum(4) Lochia alba : cairan putih, setelah 2 minggu (5) Lochia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk3. ServiksServiks mengalami involusi bersama dengan uterus. Setelah persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.4. Vulva dan VaginaVulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia manjadi lebih menonjol.5. PerineumSegera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.6. PayudaraPerubahan pada payudara dapat meliputi :(1) Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan hormon prolaktin setelah persalinan.(2) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan.(3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi7. Sistem PerkemihanBuang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan memgalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.8. . Sistem GastrointestinalKerapkali diperlukan waktu 3 4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi keinginan ke belakang.9. Sistem KardiovaskulerSetelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.10. Sistem Endokrina). Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum. b). Progesteron turun pada hari ke 3 post partum.c). Kadar prolaktin dalam darah berangsur hilang.11. Sistem muskuloskeletalAmbulasi pada umumnya dimulai 4 8 jam post partum. Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.12. Sistem integumena) Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya hiperpigmentasi kulitb) Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun.(Varney, 2005: 326)2.3.5 Perawatan Pasca Persalinan1) MobilisasiKarena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan, dan hari ke-4 atau 5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka.2) DietMakanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayuran dan buah.3) MiksiHendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi sfingter ani selama persalinan. Bila kandungan kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.4) DefekasiBuang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksans per-oral atau per-rektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.5) Perawatan payudara (mammae)Perawatan mammae telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara :a) Pembalutan mammae sampai tertekan.b) Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan parlodelDianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.6) LaktasiUntuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mammae yaitu:a) Proliferasi jaringan pada kelenjar, alveoli dan jaringan lemak bertambah.b) Keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrum, berwarna kuning putih susu.c) Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena berdilatasi sehingga tampak jelas.d) Setelah persalinan, pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang. Maka timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu. Disamping itu, pengaruh oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak sesudah 2 - 3 hari pasca persalinan.(Veralls, 2005:24)2.3.6 Adaptasi Psikilogis Pada Masa Nifas1) Periode masa nifas merupakan waktu untuk terjadi stres, terutama ibu primipara.2) Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua.3) Respon dan support dari keluarga dan teman dekat.4) Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan yang lalu.5) Harapan/keinginan dan aspirasi ibu saat hamil dan melahirkan. 6) Periode ini diekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi 3 tahap yaitu :a) Taking In periodTerjadi pada hari 1 - 2 setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat tergantung, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, kebutuhan tidur meningkat, nafsu makan meningkat.b) Taking Hold PeriodBerlangsung 3 - 4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.c) Letting Go PeriodDialami setelah tiba dirumah secara penuh merupakan pengaturan bersama keluarga, ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu menyadari atau merasa kebutuhan bayi yang sangat tergantung dari kesehatan sebagai ibu.(Veralls, 2005: 25)2.4. Konsep Dasar Nutrisi2.4.1 Pengertian Gizi adalah suatu proses orgnisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2002 : 17). 2.4.2 Keadaan gizi Keadaan akibat dari dari kesimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh. a. Status gizi Eksperimen dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Contoh: gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.b. MalnutritionKeadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi. Ada empat malnutrisi:1) Under nutrition: Kekurangan konsumsi pangan secara relatif maupun absolut6 untuk periode tertentu. 2) Spesific deficiciency: Kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan vitamin A, yodium, FE dan lain-lain. 3) Over nutrition: Kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu. 4) Imbalance: Karena disproporsi zat gizi, misalnya: kolesterol terjadi karena tidak seimbangnya LDL (Low Desinty Lipoprotein), HDL (High Desinty Lipoprotein) dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein) (Supariasa, 2002 : 18)).2.4.3 Gizi Pada Ibu Nifas Ketika seorang ibu baru saja melahirkan dan menyusui bayinya, ia akan perlu makan lebih banyak dari biasa untuk membantu tubuhnya agar cepat sembuh dan bisa menghasilkan air susu. Gizi bermutu tinggi serta kalori tambahan merupakan hal yang mutlak untuk menjamin produksi air susu yang cukup serta mempercepat penyembuhan. Selain gizi yang baik, ibu yang sedang menyusui tersebut juga perlu meningkatkan jumlah cairan yang diminum. Dengan meminum susu atau meminum-minuman ber gizi lainnya, ia akan bisa memenuhi kebutuhannya sendiri akan cairan tambahan. Anda perlu mendorong agar ibu sedikitnya minum cairan tiap kali selesai memberi ASI. Cara yang baik untuk mengetahui apakah ia sudah cukup minum ialah apakah ia kencing sedikitnya enam kali sehari. Garam adalah penting untuk kehidupan manusia. Semua orang memerlukan garam untuk bisa hidup sehat. Tentu saja, garam yang terlalu banyak tidak baik untuk siapapun. Doronglah ibu untuk mengkonsumsi garam seperlunya saja, tetapi jelaskan kepada mereka bahwa garam itu perlu. Jika mungkin, doronglah agar mereka memakan garam yang ber-iodium, terutama di wilayah-wilayah yang angka kekurangan iodiumnya sangat tinggi. Ibu menyusui bisa memperoleh zat besi tambahan serta tablet asam folie, dan dengan jalan memastikan bahwa ia makan-makanan yang cukup dan seimbang. Makanan-makanan yang kaya akan sat besi meliputi makanan seperti daging, terutama hati dan jeroan ayam atau itik, aprikot, kismis, prem, telur, kacang polong kering, haricot, kacang tanah, kenari dan sayur-sayuran hijau (JHPIEGO, 2002: 50). 2.5 Konsep Dasar Pantangan Makanan pada Ibu Nifas2.1.1 PengertianTarak atau pantanganan makanan adalah anjuran yang tidak diperbolehkan dan biasanya berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI, ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi (Iskandar, 2006: 1)Pantangan adalah suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu karena terdapat ancaman bahaya terhadap barang siapa yang melanggarnya, dalam ancaman bahaya ini terdapat kesan magis yaitu adanya kekuatan super power yang berbau mistik yang akan menghukum orang-orang yang melanggar pantangan tersebut. (Ahmad Jaeni : 2000) tampaknya berbagai pantanagn atau tabu yang bersangkutan dengan makanan pada mulanya dimaksud untuk melindungi kesehatan anak dan ibunya tetapi tujuan ini berakibat sebaliknya, yaitu merugikan kondisi gizi dan kesehatan. Timbulnya pantangan untuk menkonsumsi 2 atau lebih jenis makanan yang berbeda mungkin pula berdasarkan penggolongan makanan panas dan makanan dingin suatu makanan panas sebaiknya tidak dikonsumsi bersamaan dengan makanan lain yang termasuk makanan dingin karena akan mengencangkan keseimbangan faktor panas dan dingin. Pantangan makanan yang berdasarkan pendapat penggolongan panas dingin ini terutama dikenakan pada para penderita sakit atau kepada para ibu yang hamil dan menyusukan.2.5.2 Jenis Pantangan Makanan1. Menyebabkan bayi mengalami diare2. Efek terjadinya aroma tertentu pada ASI belum diketahui dengan pasti, tetapi rempah-rempah dan makanan yang beraroma kuat (bawang putih) dapat mempengaruhi aroma ASI.3. Membatasi konsumsi makanan pedas dan asam untuk menghindari diare 4. Ibu harus makan lebih banyak karena untuk memenuhi nutrisi bayi5. Hanya boleh makan lalapan pucuk daun tertentu, nasi, sambel oncom dan kunyit bakar. Kunyit bakar sangat dianjurkan agar alat reproduksi cepat kembali pulih dan sepet.6. Pantangan sekali makan telur, daging-dagingan dan susu. Alasannya: nanti alat reproduksi dan air susunya anyir.7. Hindari makan makanan yang berserat seperti agar-agar, sayur dan buah karena makanan berserat hanya akan memperpanjang masa diare. Makanan berserat hanya baik untuk penderita susah buang air besar. 8. Hindari makanan jemek:9. Golongan makanan yang harus dijauhi adalah pepaya, durian, pisang, dan terung. Karena konon ragam makanan tadi bisa dikhawatirkan bikin jemek atau terasa basah organ vital kaum perempuan. 10. Pantangan makanan yang bersantan dan pedas karena pencernaannya bakal terganggu yang bisa berpengaruh pada bayinya.11. Dilarang makan yang berbau amis karena dikhawatirkan bisa menyebabkan bau anyir pada ASI yang membuat bayi muntah saat disusui. Selain itu juga, proses penyembuhan luka-luka di jalan lahir akan lebih lambat.12. Wanita hamil yang setelah melahirkan dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut dan lele, keong, daun lembayung, buah pare, nenas, gula merah, dan makanan yang digoreng pakai minyak.13. Setelah melahirkan atau setelah operasi hanya boleh makan tahu dan tempe tanpa garam, dilarang bayak makan dan minum, makanan harus dibakar.14. Ibu nifas / yang menyusui setelah waktu Maghrib harus puasa. Hal ini tidak perlu karena ibu yang menyusui memerlukan makan yang cukup agar ASI dapat keluar dengan lancar15. Ibu nifas minum abu dari dapur dicampur air, disaring, dicampur garam dan asam diminumkansupaya ASI banyak.16. Hal ini tidak benar karena abu, garam dan asam tidak mengandung zat gizi yang diperlukan oleh ibu menyusui untuk memperbanyak produksi ASI nya (Wibowo, 2006: 1-3). 2.5.3 Pola Makanan Sehat Pada Masa NifasPetunjuk pola makan yang sehat adalah makanan yang dikonsumsi memiliki jumlah kalori dan zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, serat dan air. Selain itu, pola makan harus diatur secara rasional, yaitu 3 kali sehari (pagi,siang dan malam). Selain makanan utama ibu nifas harus mengkonsumsi cemilan dan jus buah-buahan sebagai makanan selingan (Krisnatuti, 2005: 1).Ibu nifas hendaknya mengusahakan mengkonsumsi daging khususnya daging sapi agar penurunan berat badan berjalan lebih cepat. Dan produksi ASI tetap lancar, karena daging sapi memiliki banyak serat yag dapat memperlancar buang air besar. Sehingga tanpa diet ibu tetap memiliki badan yang ideal. Selain itu sayur dan buah pun juga mengandung banyak serat yang dapat memperlancar air besar pula (Iping, 2005: 1).Oleh karena itu, pola makan dengan menu seimbang sangat dianjurkan yang mana menu seimbang terdiri dari jumlah kalori serta zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, serat dan air. Sebagai contoh makanan yang terdiri dari nasi, ikan, sayur bayam, apel dan susu. Sedangkan jenis makanan yang sebaiknya dihindari oleh ibu nifas diantaranya adalah makanan yang mengandung zat aditif atau bahan pengawet makanan yang berkalori tinggi, daging atau makanan yang tidak diolah dengan sempurna serta makanan yang merangsang seperti makanan pedas (Krisnatuti, 2005: 1). 2.5.4 Perilaku Makanan pada Ibu NifasPerilaku makan ibu nifas secara kualitatif dapat diketahui dari frekuensi, jenis, dan porsi makan ibu selama menyusui bayinya. Frekuensi makan ibu nifas yang dianjurkan yaitu makan 3 kali sehari (pagi, siang dan malam) dan sesuai dengan porsinya. Sedangkan jenis makanan yang dianjurkan adalah semua makanan yang mengandung semua unsur utama dalam tubuh terutama karbohidrat, protein, dan lemak yang mana dikonsumsi secara seimbang dan tidak berlebihan dengan porsi makan 2 kali porsi makan waktu hamil. Ibu menyusui diwajibkan menambah konsumsi protein hewani hingga 1,5 kali dengan jumlah normal (Krisnatuti, 2005: 2).2.5.5 Alasan Budaya Tarak di IndonesiaAdanya pantanganan makanan merupakan gejala yang hampir universal berkaitan dengan konsepsi "panas-dingin" yang dapat mempengaruhi keseimbangan unsur-unsur dalam tubuh manusia, tanah, udara, api dan air. Apabila unsur-unsur di dalam tubuh terlalu panas atau terlau dingin maka akan menimbulkan penyakit. Untuk mengembalikan keseimbangan unsur-unsur tersebut maka seseorang harus mengkonsumsi makanan atau menjalani pengobatan yang bersifat lebih "dingin" atau sebaliknya. Pada, beberapa suku bangsa, ibu yang sedang menyusui kondisi tubuhnya dipandang dalam keadaan "dingin" sehingga ia harus memakan makanan yang "panas" dan menghindari makanan yang "dingin". Hal sebaliknya harus dilakukan oleh ibu yang sedang hamil (Reddy, 2005: 1).Pada dasarnya, peran kebudayaan terhadap kesehatan masyarakat adalah dalam membentuk, mengatur dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan. Memang tidak semua praktek/perilaku masyarakat yang pada awalnya bertujuan untuk menjaga kesehatan dirinya adalah merupakan praktek yang sesuai dengan ketentuan medis/kesehatan (Fatma, 2005: 2).2.6 Kerangka konseptual