BAB I

22
BAB I PENDAHULUAN Femur adalah tulang terkuat, terpanjang dan terberat di tubuh dan memiliki fungsi yang sangat penting untuk pergerakan normal. Tulang ini terdiri dari tiga bagian yaitu femoral shaft atau diafisis, metafisis proximal dan metafisis distal. Femoral shaft adalah bagian tubular dengan slight anterior bow, yang terletak antara trochanter minor hingga condylus femoralis. Ujung atas femur memiliki caput, collum, dan trochanter mayor dan minor. 4 Fraktur adalah hilangnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan epifisis dan tulang rawan sendi baik yang bersifat total maupun yang parsial. Fraktur dapat terjadi akibat peristiwa trauma tunggal, tekanan yang berulang-ulang atau kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik). Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan, yang dapat berupa pukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran atau penarikan. Fraktur dapat disebabkan trauma langsung atau tidak langsung. Trauma langsung berarti berturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu. Trauma tidak langsung bila titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan. 5 1

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

Femur adalah tulang terkuat, terpanjang dan terberat di tubuh dan

memiliki fungsi yang sangat penting untuk pergerakan normal. Tulang ini terdiri

dari tiga bagian yaitu femoral shaft atau diafisis, metafisis proximal dan metafisis

distal. Femoral shaft adalah bagian tubular dengan slight anterior bow, yang

terletak antara trochanter minor hingga condylus femoralis. Ujung atas femur

memiliki caput, collum, dan trochanter mayor dan minor.4

Fraktur adalah hilangnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan epifisis

dan tulang rawan sendi baik yang bersifat total maupun yang parsial. Fraktur

dapat terjadi akibat peristiwa trauma tunggal, tekanan yang berulang-ulang atau

kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik). Sebagian besar fraktur

disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan, yang dapat berupa pukulan,

penghancuran, penekukan, pemuntiran atau penarikan. Fraktur dapat disebabkan

trauma langsung atau tidak langsung. Trauma langsung berarti berturan pada

tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu. Trauma tidak langsung bila titik

tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.5

Fraktur batang femur mempunyai insiden yang cukup tinggi diantara jenis-

jenis patah tulang. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3 tengah.

Fraktur di daerah caput, collum, trochanter, subtrochanter, dan suprakondilus

biasanya memerlukan tindakan operatif.6

1

Page 2: BAB I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Fraktur femur adalah diskontinuitas (fraktur) pada tulang femur

yang mengenai bagian shaft atau diafise tulang femur.5

Tulang paha (femur) merupakan tulang terpanjang dan terkuat

dalam tubuh. Karena femur begitu kuat, biasanya membutuhkan banyak

kekuatan untuk memecahkannya. Kecelakaan mobil, misalnya, adalah

nomor satu penyebab patah tulang femur. Bagian panjang, lurus disebut

poros femoralis. Ketika terjadi fraktur di mana saja sepanjang tulang, itu

disebut fraktur poros femoralis.6

2

Page 3: BAB I

B. Jenis Fraktur Femur

Fraktur femur bervariasi, tergantung pada kekuatan yang

menyebabkan istirahat. Potongan-potongan tulang mungkin berbaris

dengan benar atau tidak sejajar (pengungsi), dan fraktur dapat ditutup

(kulit utuh) atau terbuka (tulang telah ditusuk kulit).4

Dokter menjelaskan patah tulang satu sama lain dengan

menggunakan sistem klasifikasi. Fraktur femur diklasifikasikan tergantung

pada: Lokasi fraktur (poros femoralis dibagi menjadi tiga bagian: distal,

menengah, proksimal) Pola fraktur (misalnya, tulang bisa istirahat di arah

yang berbeda, seperti cross-bijaksana, panjang-bijaksana, atau di tengah)

Apakah kulit dan otot di atas tulang robek oleh cedera.6

Jenis yang paling umum pada patah tulang poros femoralis

meliputi: 4

1. Transverse fraktur.

Terbentuk garis horizontal lurus ketika melewati poros femoralis.

2. Oblique fraktur.

Jenis fraktur ini memiliki garis miring di poros.

3. Spiral fraktur.

Garis fraktur mengelilingi poros seperti garis-garis pada permen

tongkat. Sebuah gaya memutar ke paha menyebabkan jenis fraktur.

4. Comminuted/segmental fraktur.

Jenis fraktur ini, tulang telah dipecah menjadi tiga atau lebih potongan.

Dalam kebanyakan kasus, jumlah fragmen tulang sesuai dengan

jumlah gaya yang dibutuhkan untuk memecahkan tulang.

5. Fraktur terbuka.

Jika tulang istirahat sedemikian rupa sehingga fragmen tulang tetap

keluar melalui kulit atau luka menembus ke patah tulang, fraktur

disebut fraktur terbuka atau senyawa. Fraktur terbuka sering

melibatkan lebih banyak kerusakan pada otot-otot di sekitarnya,

tendon, dan ligamen. Mereka memiliki risiko lebih tinggi untuk

3

Page 4: BAB I

komplikasi - terutama infeksi-dan mengambil waktu lebih lama untuk

sembuh.

Menurut klasifikasi Winguist fraktur femur dibagi dalam 4 grade,

yaitu : 4

1. Grade 0 : noncomminuted (transverse, oblique, spinal)

2. Grade 1 : patahan fragmen kecil

3. Grade 2 : patahan fragment besar < 50% dari kortex

4. Grade 3 : patahan fragment besar > 50 dari kortex

5. Grade 4 : Komunitif menghalangi kontrak antara fragmen proximal

dan distal (Rockwood)

C. Proses Penyembuhan Tulang4

Tulang bisa beregenerasi sama sepertijaringan tubuh yang lain.

Fraktur merangsan tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan

jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru

dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada 5 stadium penyembuhan tulang,

yaitu :

Stadium I : Pembentukan Hematom

Pembuluh darah robek dan terbentuk hematom di sekitar daerah

fraktur. Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang

4

Page 5: BAB I

rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium

ini berlangsung 24-48 jam dan perdarahan berhenti sama sekali.

Stadium II : Proliferasi Seluler

Pada stadium ini terjadi proliferasi dan diferensiasi sel menjadi

fibro kartilago yang berasal dari periosteum, endosteum, dan bone marrow

yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus

masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblas

beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari

terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang

atah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktus sampai selesai,

tergantung frakturnya

Stadium III : Pembentukan Kallus

Sel-sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan

osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai

membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh

kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi

sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan yang imatur dan

kartilago, membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan

periosteal. Sementara tulang yang imatur (anyaman tulang) menjadi lebih

padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu

setelah fraktur menyatu.

Stadium IV : Konsolidasi

Bila aktivitas osteoklast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang

berubah menjadi lamellar. System ini sekarang cukup kaku dan

memungkinkan osteoklas menerobos melalui reruntuhan pada garis

fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoklast mengisi celah-celah yang

tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang

5

Page 6: BAB I

lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk

membawa beban yang normal.

Stadium V : Remodeling

Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat.

Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang

oleh proses reabsorbsi dan pembentukan tulang byang terus menerus.

Lamella yang lebih tebal pada tempat yang tekanannya lebih tinggi,

dinding yang tidak dikehendaki di buang, rongga sumsum dibentuk, dan

akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya,

D. Etiologi

Fraktur shaft femoralis pada orang muda sering karena beberapa

jenis insiden dengan frekuensi tinggi. Penyebab paling umum dari fraktur

shaft femoralis adalah kendaraan bermotor atau kecelakaan sepeda motor.

Ditabrak mobil sebagai pejalan kaki adalah penyebab umum lain, seperti

jatuh dari ketinggian dan luka tembak.4

Sebuah insiden lebih frekuensi rendah, seperti jatuh dari berdiri,

dapat menyebabkan patah tulang shaft femoralis pada orang tua yang

memiliki tulang lemah.6

E. Gejala

Sebuah fraktur shaft femoralis biasanya menyebabkan sakit parah.

penderita tidak akan mampu menempatkan berat badan pada kaki terluka,

dan itu mungkin terlihat cacat - lebih pendek dari kaki yang lain dan tidak

lagi lurus.3

Tanda dan gejala pasca operasi fraktur adalah : (a) oedem di sekitar

daerah fraktur, (b) rasa nyeri dikarenakan luka fraktur dan luka bekas

operasi dan ada oedem di dekat daerah fraktur, (c) keterbatasan gerak

sendi lutut, (d) penurunan kekuatan otot, (e) gangguan aktifitas fungsional

tungkai.2

6

Page 7: BAB I

F. Tes Pencitraan 2

1. X-ray Cara yang paling umum untuk mengevaluasi fraktur adalah

dengan x-ray, yang memberikan gambar yang jelas dari tulang. X-ray

dapat menunjukkan apakah tulang masih utuh atau rusak. Mereka juga

dapat menunjukkan jenis fraktur dan di mana itu terletak di dalam

tulang paha.

2. Computed tomography (CT) scan. Jika masih membutuhkan informasi

lebih lanjut setelah rontgen, dapat dideteksi menggunakan CT scan.

CT scan menunjukkan gambar cross-sectional anggota badan Anda.

Hal ini dapat memberikan dokter informasi berharga tentang tingkat

keparahan fraktur. Misalnya, kadang-kadang garis fraktur bisa sangat

tipis dan sulit untuk melihat pada x-ray. CT scan dapat membantu

melihat garis-garis yang lebih jelas.

G. Terapi

1. Terapi Emergency 2

a. Atasi shock bila ada

b. Lakukan splinted (bidai) sebelum memindah penderita idealnya

memakai thomas splint untuk transportasi

c. Bila fraktur terbuka, maka harus segera dilakukan debridement

dalam 6 jam sejak kejadian fraktur terbuka Grade I dan II bila

memungkinkan langsung dilakukan terapi definitif. Grade III

dilakukan fixasi external.

d. Bila fraktur tertutup untuk persiapan terapi definitif, bila segera

operasi, dipasang skin traksi saja, bila masih lama operasinya,

dipasang traksi skeletal (tuberositas tibia, bila isolated fractured/

incorporated, supracondylar, calcaneal traksi bila disertai fraktur

lain sesuai kondisinya).

e. Persiapan laboratorium/dll untuk terapi lanjutan

f. Evaluasi komplikasi-komplikasi dini yang mungkin timbul

2. Metode perawatan rehabilitasi medik 1

7

Page 8: BAB I

a. Intramedullary nail fixation

Digunakan untuk mobilisasi cepat pada pasien yang ingin ROM

lutut kembali dengan cepat. Ideal untuk fraktur simple

transverse/ short oblique di 1/3 tengah. Fraktur 1/ 3 proksimal

ditambah anti rotasi di distal.

b. Open reduction and internal plate fixation

Baik digunakan untuk fraktur shaft femur dengan ekstensi

periarticuler atau intraarticuler yang menghalangi penempatan

dari intramedullar nail. Untuk fraktur 1/3 proximal, 1/3 distal

dan fraktur yang fragmental, long oblique atau spinal.

8

Page 9: BAB I

(Kiri) x-ray menunjukkan patah tulang paha sembuh

diobati dengan intramedulla nail fixation. (Kanan) Dalam x-

ray, Fraktur femur telah diobati dengan plates dan screws

c. External fixation

Digunakan pada fraktur tipe 3 (fraktur lebih dari 10 cm,

terkontaminasi dengan kerusakan dan kehilangan jaringan

lunak). Biasanya dilakukan setelah debridement intraoperatif.

d. Skeletal traction

Metode ini merupakan metode standar untuk fraktur shaft

femur, kemungkinan infeksi kecil, tetapi menimbulkan kaku

lutut dan kadang malunion. Skeletal traksi biasanya digunakan

pada pasien dewasa, sedangkan skin traksi digunakan pada

pasien anak-anak. Bila sudah clinical union dilanjutkan dengan

hemispica cast.

3. Terapi fisik pada rehabilitasi medik 1

a. Weight bearing

9

Page 10: BAB I

Pada umunya weight bearing menstimulasi penyembuhan

fraktur dan digunakan pada fraktur yang melibatkan selaput dan

fraktur yang stabil dapat pulih kembali.

b. Range of Motion

Jika nyeri hilang, aktif ROM diberikan pada lutut, pinggul dan

mata kaki. Awalnya ROM khusus untuk lutut, biasanya terbatas

karena oedem dan nyeri. Untuk mengontrol oedem, pasien dapat

diperintahkan untuk mengangkat kakinya.

c. Kekuatan otot

Perintahkan pasien untuk melakukan ankle exercise (dorsi

plantar flexion). Latihan kekuatan isometric quadriceps untuk

mengontrol lutut.

d. Aktifitas fungsional

Biasanya untuk mobilisasi dari kasur, pasien disuruh untuk

berputar dari satu sisi ke sisi lainnya dan menggunakan

ekstremitas atas untuk menekan ke posisi duduk. Pada pasien

weight bearing pasien dapat menggunakan anggota gerak untuk

membantu ketika berpindah posisi dari kasur dan kursi dengan

dibantu asisten. Sedangkan pada pasien non weight bearing

pasien disuruh berpindah posisi pada porosnya denggan bantuan

kruk.

e. Berjalan

Menggunakan alat bantu kruk atau walker untuk berpindah

tempat. Pada non weight bearing pasien menggerakkan kruk

dahulu lalu diikuti ekstremitas yang tidak aktif. Pada pasien

weight bearing, pasien menggerakkan kruk dahulu lalu

ekstremitas yang sehat diikuti oleh ekstremitas yang fraktur.

4. Metode terapi rehabilitasi medik 1

Metode rehabilitasi pada fraktur shaft femur memakan

waktu 12 – 16 minggu. Tahap-tahap terapinya adalah sebagai

berikut :

10

Page 11: BAB I

Hari pertama sampai 1 minggu

Dihindari Tidak boleh melakukan pasif ROM pada hip dan knee

ROM Aktif ROM pada hip and knee

Kekuatan oto Isometric exercise pada quads dan glutei

Aktifitas fungsional Berjalan berpindah posisi dan berjalan dengan kruk

Weight bearing Tergantung terapi, jari kaki menyentuh atau NWB

untuk fraktur yang tidak stabil atau terapi eksternal

fixaci. Fraktur yang stabil yang mengalami kemajuan

dapat full WB dengan toleransi

2 minggu – 4 minggu

Dihindari Menghindari rotasi yang dipengaruhi ekstremitas

dengan plantar kaki

ROM Aktif, aktif assistif ROM pada hip dan knee, pasife

ROM dihentikan sampai minggu ke 4

Kekuatan otot Isometric exercise pada quads dan glutei, kaki lebih

sering diluruskan

Aktifitas fungsional Berjalan berpindah posisi dengan kruk dan berjalan

dengan kruk

Weight bearing Tergantung terapi, jari kaki menyentuh untuk parsial

WB untuk fraktur yang tidak stabil atau terapi

eksternal fixaci. WB ditoleransi untuk fraktur yang

stabil

4 minggu – 6 minggu

Dihindari Menghindari rotasi pada ekstremitas yang terpengaruh

dengan plantar kaki

ROM Aktif/ pasif ROM pada hip dan knee

Kekuatan otot Resistif isotonic exercise dan isometric exercise pada

quads, hamstring dan glutei

Aktifitas fungsional Berdiri pada poros dan berjalan dengan kruk

11

Page 12: BAB I

Weight bearing Tergantung terapi, parsial WB untuk fraktur yang

tidak stabil atau terapi eksternal fixaci. Full WB untuk

fraktur yang stabil

8 minggu – 12 minggu

Dihindari Rotasi yang membebani femur

ROM Aktif/ pasif ROM pada hip dan knee

Kekuatan otot dilakukan exercise ressistif progresif pada quadricep,

hamstring, dan glutei

Aktifitas fungsional Perpindahan reguler. Diperlukan kruk untuk berjalan

Weight bearing Full WB atau WB ditoleransi untuk fraktur yang

stabil. Parsial WB untuk fraktur yang tidak stabil

12 minggu – 16 minggu

Dihindari Tidak ada

ROM Aktif/ pasif ROM pada hip dan knee

Kekuatan otot dilakukan exercise ressistif progresif pada quadricep,

hamstring, dan glutei. Isokinetic exercise pada

quadriceps and hamstring

Aktifitas fungsional Perpindahan reguler. Mungkin butuh kruk untuk

berjalan

Weight bearing Full WB

H. Komplikasi dari Fraktur Shaft femoralis 2

a) Awal (early)

1. Shock : dapat kehilangan 1 atau liter darah meskipun itu fraktur

tertutup

2. Emboli lemak (fat embolisme) : sering pada penderita muda dengan

fraktur tertutup

3. Trauma vaskuler: yang sering adalah spasme atau laserasi a.

poplitea/a. femoralis

12

Page 13: BAB I

4. Trombo emboli: oleh karena traksi yang lama dan kurangnya latihan

5. Infeksi : sering setelah open fraktur dan setelah internal fixasi

b) Lambat

1. Refraktur : sering karena terlalu cepat weight bearing dan stabilisasi

internal yang tidak adekuat

2. Metal fatique oleh karena kegagalan internal fixasi, delayed union

atau infeksi.

3. Delayed union : sering terjadi pada perawatan normal

4. Non union : oleh karena fisxasi tidak stabil, imobilisasi, traksi

berlebihan dan infeksi.

5. Malunion : sering terjadi pada terapi konservatif disebabkan tarikan-

tarikan otot dan gravitasi.

6. Joint Siffnes oleh karena terlibatnya sendi itu sendiri pada saat

trauma atau karena soft-tissue aadhesion.

7. Infeksi karena waktu operasi yang lama, soft-tissue handling yang

jelek.

8. Atrofi otot.

9. Lesi nerves biasanya lesi n. peroneous akibat traksi yang lama

dengan posisi yang salah (ekternal rotasi), terkena pin skeletal traksi

(iatrogenic).

BAB III

KESIMPULAN

13

Page 14: BAB I

1. Fraktur femur adalah diskontinuitas (fraktur) pada tulang femur yang

mengenai bagian shaft atau diafise tulang femur.

2. Jenis yang paling umum pada patah tulang poros femoralis meliputi

transverse fraktur, oblique fraktur, spiral fraktur, comminuted fraktur, dan

fraktur terbuka

3. Metode perawatan rehabilitasi medik fraktur shaft femoralis antara lain

intramedullary nail fixation, open reduction and internal plate fixation,

external fixation, dan skeletal traction.

4. Terapi fisik pada fraktur shaft femoralis antara lain weight bering, ROM,

kekuatan otot, ktifitas fungsional, dan berjalan

5. Metode rehabilitasi pada fraktur shaft femur memakan waktu 12 – 16

minggu dengan terapi-terapi yang telah ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA

14

Page 15: BAB I

1. Taylor Kenneth W M. D , Vasantha L. Murthy M. D. 2000. Threatment and

Rehabilitation of Fractures. USA : A Wolters Kluwers Company.

2. Fischer Stuart James M. D, 2011. American Academy of Orthopaedic

Surgeons didownload dari http://orthoinfo.aaos.org

3. Oemmer Paul, 2011. AO Foundation didownload dari

https://www2.aofoundation.org

4. Rasjad, C. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: PT. Yarsif

Watampone

5. Reksoprodjo, S. 2009. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta:

Binarupa AksaraPublisher

6. Tortora G. J, Derrickson B. 2009. Principles of Anatomy and Physiology.

New Jersey

15