BAB I

111
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matthew Arnlold menggunakan istilah sastra bandingan pertama kali dalam bahasa Inggris, ketika menerjemahkan istilah J.J Ampere Histoire Comparative (1984). Ilmuwan Perancis lebih suka memakai istilah yang dipakai lebih awal oleh A.F. Villemain yang menyebutnya literature compare (1829), yang analogi dengan istilah cuvier anatomi compare (1800). Ilmuwan Jerman mengenal Vergleichende Literaturgesichte. Tapi tak satu pun dari adjektif yang berbeda-beda ini membantu menjelaskan persoalan. Perbandingan adalah metode yang umum dipakai dalam semua kritik sastra dan cabang ilmu pengetahuan, dan sama sekali tidak menggambarkan kekhasan prosedur studi sastra. Sastra bandingan adalah kajian yang menekankan pada relasi diantara karya sastra yang berbeda budaya. Mazhab Perancis menyebutkan bahwa ahli sastra bandingan berusaha meneliti karya sastra dengan membandingkannya dengan karya sastra lain dengan mempertimbangkan aspek linguistik, pertukaran tema, gagasan, dan nasionalisme. Perancis lebih menekankan pada perbandingan sastra dengan sastra nasional yang didasarkan pada aspek intrinsik. Mazhab Amerika berbeda dengan mazhab Perancis. Mazhab Amerika memiliki cakupan yang lebih luas seperti yang dikemukakan oleh Hendry Remarak (1971), bahwa studi karya bandingan merupakan karya sastra antarnegara, bangsa di satu pihak dan studi bandingan 1

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Matthew Arnlold menggunakan istilah sastra bandingan pertama kali dalam bahasa

Inggris, ketika menerjemahkan istilah J.J Ampere Histoire Comparative (1984). Ilmuwan

Perancis lebih suka memakai istilah yang dipakai lebih awal oleh A.F. Villemain yang

menyebutnya literature compare (1829), yang analogi dengan istilah cuvier anatomi compare

(1800). Ilmuwan Jerman mengenal Vergleichende Literaturgesichte. Tapi tak satu pun dari

adjektif yang berbeda-beda ini membantu menjelaskan persoalan. Perbandingan adalah

metode yang umum dipakai dalam semua kritik sastra dan cabang ilmu pengetahuan, dan

sama sekali tidak menggambarkan kekhasan prosedur studi sastra. 

Sastra bandingan adalah kajian yang menekankan pada relasi diantara karya sastra

yang berbeda budaya. Mazhab Perancis menyebutkan bahwa ahli sastra bandingan berusaha

meneliti karya sastra dengan membandingkannya dengan karya sastra lain dengan

mempertimbangkan aspek linguistik, pertukaran tema, gagasan, dan nasionalisme. Perancis

lebih menekankan pada perbandingan sastra dengan sastra nasional yang didasarkan pada

aspek intrinsik. Mazhab Amerika berbeda dengan mazhab Perancis. Mazhab Amerika

memiliki cakupan yang lebih luas seperti yang dikemukakan oleh Hendry Remarak (1971),

bahwa studi karya bandingan merupakan karya sastra antarnegara, bangsa di satu pihak dan

studi bandingan antarbidang di pihak lain. Mazhab ini mengkritik tolok ukur sastra nasional,

seperti yang dikemukakan mazhab Perancis, bahwa sastra nasional lebih sempit, oleh karena

itu mazhab Amerika cenderung melihatnya sebagai tolak ukur yang bersifat kultural.

Perbedaan budaya dan bahasa sudah cukup bagi mazhab ini untuk melaksanakan suatu

perbandingan.

Istilah sastra bandingan dalam prakteknya menyangkut bidang studi dan masalah lain.

Pertama, istilah ini dipakai untuk studi sastra lisan. Kedua, istilah sastra bandingan mencakup

studi hubungan antara dua kesusastraan atau lebih. Ketiga, istilah sastra bandingan disamakan

dengan studi sastra menyeluruh, jadi sama dengan sastra dunia, sastra umum, atau sastra

universal.

Studi sastra bandingan umumnya berbicara mengenai relasi di antara dua buah karya

sastra yang berbeda tetapi memiliki kesejajaran baik dari segi isi maupun bentuk. Pada

1

Page 2: BAB I

2

makalah ini peneliti akan menyajikan perbandingan dari berbaga genre sastra, yaitu sasra

nasional maupun sastra dunia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana unsur-unsur intrinsik pada novel Perang Bubat karya Yoseph Iskandar?

2. Bagaimana unsur-unsur intrinsik pada novel Dyah Pitaloka, Senja di Langit Biru

karya Hermawan Laksana?

3. Bagaimana perbandingan pada novel novel Perang Bubat karya Yoseph Iskandar dan

novel Dyah Pitaloka, Senja di Langit Biru karya Hermawan Laksana?

4. Bagaimana unsur fisik dan unsur batin pada puisi Gadis Peminta-minta karya Toto S.

Sudarto Bachtiar?

5. Bagaimana unsur fisik dan unsur batin pada puisi Kepada Peminta-minta karya

Chairil Anwar?

6. Bagaimana perbandingan pada puisi Gadis Peminta-minta karya Toto S. Sudarto

Bachtiar dan puisi Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar?

7. Bagaimana unsur-unsur intrinsik pada naskah drama Sangkuriang karya Utuy

Sontani?

8. Bagaimana unsur-unsur intrinsik pada naskah drama Sumbi dan Gigi Imitasi karya

Benny Yohanes?

9. Bagaimana perbandingan pada naskah drama Sangkuriang karya Utuy Sontani dan

naskah drama Sumbi dan Gigi Imitasi karya Benny Yohanes?

10. Bagaimana unsur-unsur intrinsik pada novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata?

11. Bagaimana unsur-unsur intrinsik pada novel Sang Alkemis karya Paulo Coelho?

12. Bagaimana perbandingan pada novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan novel

Sang Alkemis karya Paulo Coelho?

13. Bagaimana unsur fisik dan unsur batin pada puisi Karawang Bekasi karya Chairil

Anwar?

14. Bagaimana unsur fisik dan unsur batin pada puisi The Young Dead Souldiers karya

Archibald Macleish?

15. Bagaimana perbandingan pada puisi Karawang Bekasi karya Chairil Anwar dan The

Young Dead Souldiers karya Archibald Macleish?

16. Bagaimana unsur-unsur intrinsik pada naskah drama Sampek Engtay karya N.

Riantiarno?

2

Page 3: BAB I

3

17. Bagaimana unsur-unsur intrinsik pada naskah drama Romeo and Juliet karya william

Shakespeare?

18. Bagaimana perbandingan pada naskah drama Sampek Engtay karya N. Riantiarno dan

naskah drama Romeo and Juliet karya william Shakespeare?

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan unsur-unsur intrinsik pada novel Perang Bubat karya Yoseph Iskandar.

2. Menjelaskan unsur-unsur intrinsik pada novel Dyah Pitaloka, Senja di Langit Biru

karya Hermawan Laksana.

3. Menjelaskan perbandingan pada novel Perang Bubat karya Yoseph Iskandar dan

novel Dyah Pitaloka, Senja di Langit Biru karya Hermawan Laksana.

4. Menjelaskan unsur fisik dan unsur batin puisi Gadis Peminta-minta karya Toto S.

Sudarto Bachtiar.

5. Menjelaskan unsur fisik dan unsur batin puisi Kepada Peminta-minta karya Chairil

Anwar.

6. Menjelaskan perbandingan pada puisi Gadis Peminta-minta karya Toto S. Sudarto

Bachtiar dan novel Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar.

7. Menjelaskan unsur-unsur intrinsik naskah drama Sangkuriang karya Utuy Sontani.

8. Menjelaskan unsur-unsur intrinsik naskah drama Sumbi dan Gigi Imitasi karya Benny

Yohanes.

9. Menjelaskan perbandingan pada naskah drama Sangkuriang karya Utuy Sontani dan

Sumbi dan Gigi Imitasi karya Benny Yohanes.

10. Menjelaskan unsur-unsur intrinsik pada novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata.

11. Menjelaskan unsur-unsur intrinsik pada novel Sang Alkemis karya Paulo Coelho

12. Menjelaskan perbandingan pada novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan novel

Sang Alkemis karya Paulo Coelho.

13. Menjelaskan unsur fisik dan unsur batin puisi Karawang Bekasi karya Chairil Anwar.

14. Menjelaskan unsur fisik dan unsur batin puisi The Young Dead Souldiers karya

Archibald Macleish

15. Menjelaskan perbandingan pada puisi Karawang Bekasi karya Chairil Anwar dan

puisi The Young Dead Souldiers karya Archibald Macleish.

16. Menjelaskan unsur-unsur intrinsik naskah drama Sampek Engtay karya N. Riantiarno

17. Menjelaskan unsur-unsur intrinsik naskah drama dan naskah drama Romeo and Juliet

karya William Shakespeare.

3

Page 4: BAB I

4

18. Menjelaskan perbandingan naskah drama Sampek Engtay karya N. Riantiarno dan

Romeo and Juliet karya William Shakespeare.

4

Page 5: BAB I

5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 MEMBANDINGKAN KARYA SASTRA INDONESIA YANG BERBEDA

ANGKATAN

2.1.1 Prosa

2.1.1.1 Perang Bubat Karya Yoseph Iskandar

Unsur Intrinsik

A. Tema

Bertema : Perang Bubat

B. Amanat

Amanat yang disampaikan pada novel Perang Bubat ialah hendaknya kita jangan

memperlakukan seseorang demi keinginan kita saja. Selain itu pikirkan perasaan sesama,

jangan hanya memikirkan kepentingan sendiri. Kemudian berani mengorbankan diri demi

kepentingan bersama atau orang banyak.

C. Alur/plot

Memiliki alur yang lebih sederhana. Dari 134 bagian cerita yang termasuk di

dalamnya 2 bagian cerita merupakan sorot balik, 1 bagian cerita kilas balik, 2 bagian cerita

bayangan. Dari uraian tersebut, terlihat bahwa pengaluran PB berlanngsung maju. Teknik

lamunan dan bayangan sangat sedikit digunakan dalam menjalin cerita.

D. Penokohan

Protagonis: Prabu Linggabuana

Antagonis : Gajah Mada

Wirawan : Putri Citraresmi, Prabu Hayam Wuruk

Bawahan : Mangkubumi Bunisora, Ki Panghulu Sura, Rakean Senapati Sutrajapati,

Mantri Mancanagara, Pandita Muda Nusa Bali, Patih Lembu Peteng

Jumlah tokoh yang ada di dala novel “Perang Bubat” sebanyak 59 tokoh.

5

Page 6: BAB I

6

E. Latar/setting

Latar tempat : Negeri Sunda, Negeri Majapahit, dan Palagan Bubat atau Tegal Bubat.

Latar waktu : domina pada siang hari. Tahun yang ada di dalam novel adalah 1356 Masehi.

(menggunakan kalender Masehi).

F. Sudut pandang

Kedua pencerita sama-sma menggunakan penceritaan ekstern. Pencerita hadir sebagai

pronomina ketiga tunggal yang menyebut dirinay dengan sebutan nama tokoh sediri. Dengan

kehadiran pencerita yang seperti ini, pencerita beas keluar masuk tokoh yang menempatkan

dirinya di luar cerita.

2.1.1.2 Dyah Pitaloka, Senja di Langit Majapahit karya Hermawan Laksana

A. Tema

Bertema : Kaum perempuan Sunda sebelum dan ketika Perang Bubat, dan

memosisikan Dyah Pitaloka sebagai tokoh protagonis.

B. Amanat

Amanat yang disampaikan pada novel Dyah Pitaloka, Senja di Langit Majapahit ialah

hendaknya kita jangan memperlakukan seseorang demi keinginan kita saja. Selain itu

pikirkan perasaan sesama, jangan hanya memikirkan kepentingan sendiri. Kemudian berani

mengorbankan diri demi kepentingan bersama atau orang banyak.

C. Alur/plot

Memiliki alur yang lebih rumit. Dari 250 bagian cerita yeng termasuk di dalamnya 21

bagian cerita sorot balik, 9 bagan kilas balik, 14 bagian bayangan. Dari ke-14 bagian cerita

bayangan tersebut, 5 di antaranya terdapat dalam teknik lamunan sorot balik tentu saja, dari

jumlah bagian-bagian cerita tersebut menunjukkan pengaluran yang dijalin cukup kompleks.

D. Penokohan

a. Protagonis : Dyah Pitaloka

b. Antagonis : Gajah Mada

c. Wirawan : Prabu Linggabuana, Prabu Hayam Wuruk

6

Page 7: BAB I

7

d. Bawahan : Mangkubumi Bunisora, Wirayuda, Patih Madu, Bajang Abang, Larang

Agung.

Jumlah tokoh yang ada di dalam novel “DPSLM” sebanyak 55 tokoh.

E. Latar/setting

Latar tempat : Negeri Sunda, Negeri Majapahit, dan Palagan Bubat atau Tegal Bubat.

Latar waktu : domina pada siang hari, sedangkan tahun yang ada di dalam novel

adalah tahun 1279 Caka (Aksan, 2005:1) (menggunakan kalender Sunda Caka)

F. Sudut pandang

Kedua pencerita sama-sma menggunakan penceritaan ekstern. Pencerita hadir sebagai

pronomina ketiga tunggal yang menyebut dirinay dengan sebutan nama tokoh sediri. Dengan

kehadiran pencerita yang seperti ini, pencerita beas keluar masuk tokoh yang menempatkan

dirinya di luar cerita.

2.1.1.3 Analisis Perbandinngan

No

.

Aspek yang

dibandingkan

Perang Bubat

(Yoseph Iskandar)

DPSLM

(Hermawan Laksana)

1. Tema Bertema : Perang Bubat, dan

memosisikan tokoh Prabu

Linggabuana sebagai tokoh

Protagonis.

Bertema : Kaum perempuan

Sunda sebelum dan ketika Perang

Bubat, dan memosisikan Dyah

Pitaloka sebagai tokoh

protagonis

2. Alur Memiliki alur yang lebih

sederhana.

Dari 134 bagian cerita yang

termasuk di dalamnya 2 bagian

cerita merupakan sorot balik, 1

bagian cerita kilas balik, 2

bagian cerita bayangan. Dari

uraian tersebut, terlihat bahwa

pengaluran PB berlanngsung

Memiliki alur yang lebih rumit.

Dari 250 bagian cerita yeng

termasuk di dalamnya 21 bagian

cerita sorot balik, 9 bagan kilas

balik, 14 bagian bayangan. Dari

ke-14 bagian cerita bayangan

tersebut, 5 di antaranya terdapat

dalam teknik lamunan sorot balik

tentu saja, dari jumlah bagian-

7

Page 8: BAB I

8

maju. Teknik lamunan dan

bayangan sangat sedikit

digunakan dalam menjalin

cerita.

bagian cerita tersebut

menunjukkan pengaluran yang

dijalin cukup kompleks.

3. Tokoh/

Penokohan

a. Protagonis: Prabu

Linggabuana

b. Antagonis : Gajah Mada

c. Wirawan : Putri

Citraresmi, Prabu Hayam

Wuruk

d. Bawahan : Mangkubumi

Bunisora, Ki Panghulu

Sura, Rakean Senapati

Sutrajapati, Mantri

Mancanagara, Pandita

Muda Nusa Bali, Patih

Lembu Peteng

Jumlah tokoh yang ada di dala

novel “Perang Bubat”

sebanyak 59 tokoh.

e. Protagonis : Dyah Pitaloka

f. Antagonis : Gajah Mada

g. Wirawan : Prabu

Linggabuana, Prabu Hayam

Wuruk

h. Bawahan : Mangkubumi

Bunisora, Wirayuda, Patih

Madu, Bajang Abang, Larang

Agung.

Jumlah tokoh yang ada di

dalam novel “DPSLM”

sebanyak 55 tokoh.

4. Latar/setting Latar tempat : Negeri Sunda,

Negeri Majapahit, dan Palagan

Bubat atau Tegal Bubat.

Latar waktu : domina pada

siang hari.

Tahun yang ada di dalam novel

adalah 1356 Masehi.

(menggunakan kalender

Masehi)

Latar tempat : Negeri Sunda,

Negeri Majapahit, dan Palagan

Bubat atau Tegal Bubat.

Latar waktu : domina pada siang

hari

Tahun yang ada di dalam novel

adalah tahun 1279 Caka (Aksan,

2005:1) (menggunakan kalender

Sunda Caka)

5. Sudut

Pandang

Kedua pencerita sama-sma

menggunakan penceritaan

ekstern. Pencerita hadir sebagai

pronomina ketiga tunggal yang

menyebut dirinay dengan

Kedua pencerita sama-sma

menggunakan penceritaan

ekstern. Pencerita hadir sebagai

pronomina ketiga tunggal yang

menyebut dirinay dengan sebutan

8

Page 9: BAB I

9

sebutan nama tokoh sediri.

Dengan kehadiran pencerita

yang seperti ini, pencerita beas

keluar masuk tokoh yang

menempatkan dirinya di luar

cerita.

nama tokoh sediri. Dengan

kehadiran pencerita yang seperti

ini, pencerita beas keluar masuk

tokoh yang menempatkan dirinya

di luar cerita.

6. Gaya bahasa Gaya bahasa Hermawan

terpengaruh oleh tuntutan

zaman. Pengarang

memasukkan kritik sosial

mengenai eksistensi kaum

perempuan Sunda.

Gaya bahasa novel ini

terpengaruh oleh teks-teks lain

seperti Ramayana dan

Mahabarata, bahkan teks-teks

Sunda lainnya seperti Lutung

Kasarung, legenda Sangkuriang,

dan Purba Ayu Wangi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa persamaan dari novel Perang Bubat karya Yoseph

Iskandar Dan Dyah Pitaloka, Di Langit Majapahit karya Hermawan Laksana adalah pada

tema, alur, tokoh dan penokohan, latar/setting, sudut pandang.

Tema yang diusung keduanya sama-sama bertema perang bubat, hanya saja memiliki

penemtapan tokoh yang berbeda yaitu pada novel Perang Bubat karya Yoseph Iskandar

tokoh Prabu Linggabuana sebagai tokoh Protagonis, sedangkan pada novel Di Langit

Majapahit karya Hermawan Laksana memosisikan Dyah Pitaloka sebagai tokoh protagonis.

Begitu juga dengan tokoh-tokoh lain. Alur dari kedua novel tersebut berbeda,pada novel

Perang Bubat karya Yoseph Iskandar memiliki alur yang lebih sederhana bila dibandingkan

dengan novel Di Langit Majapahit karya Hermawan Laksana. Namun pada setting tempat

kedua novel tersebut sama, hanya saja latar setting yang berbeda, pada novel Perang Bubat

karya Yoseph Iskandar menggunakan kalender Masehi, sedangkan novel Di Langit

Majapahit karya Hermawan Laksana menggunakan kalender Sunda Caka. Selain itu juga

terdapat kesamaan pada sudut pandangnya, yaitu sudut pandang orang ketiga.

2.1.2 Puisi

2.1.2.1 Kepada Peminta-Minta Karya Chairil Anwar (1943)

9

Page 10: BAB I

10

Baiklah, baiklah, aku akan menghadap dia

Menyerahkan diri dan segala dosa

Tapi jangan tentang aku lagi

Nanti darahku menjadi beku

Jangan lagi kamu bercerita

Telah tercacar semua di muka

Nanah meleleh dari muka

Sambil berjalan kau usap jua

Bersuara tiap kau melangkah

Mengerang tiap kau memangdang

Menetes dari suasana kau datang

Sembarang kau merebah

Mengganggu dalam tidurku

Menghempas diri di bumi keras

Di bibirku terasa pedas

Mengaum di telingaku

Baik, baik aku akan menghadap dia

Menyerahkan diri dan segala dosa

Tapi jangan tentang aku lagi

Nanti darahku jadi beku

Makna

Pada puisi ini, si aku merasa dikejar-kejar oleh rasa dosa karena ada “peminta-minta”,

yang selalu memandangnya, menatapnya. Si aku sudah sadar terhadap dosanya terhadap

Tuhan. Sebab itu, ia merasa sangat tersiksa, bahkan darahnya seakan membeku bila

10

Page 11: BAB I

11

dipandang oleh si peminta-minta. Maka si aku meminta jangan ditentang lagi olehnya, supaya

ia tidak mati ketakutan.

Si aku merasakan dosanya itu mencekam. Maka, si aku meminta kepada peminta-

minta itu jangan bercerita tentang dosa-dosa manusia (si aku). Rasanya dosa si aku sudah

tercermin di muka si peminta minta itu, yang seperti kena cacar, bernanah, dan selalu meleleh

dan selalu diusap-usap oleh si peminta-minta.

Rasa dosa itupun begitu hebatnya sehingga menganggunyahingga ke mimpi si aku.

Rasanya si aku seperti dihempaskan ke bumi sekeras dosa yang selalu mencengkramnya,

selalu mengejar-ngejarnya. Hal itu membuat bibirnya pedas dan mengaum karena sakit.

Si aku berjanji akan mengingat Tuhan, menyembah, dan menyerahkan dirinya kepada

Tuhan. Ia sudah merasa sadar dan ia merasa sanagt tersiksa bila ia ditentang lagi. Bila bait

pertama diulang kembali itu untuk lebih menekankan masalah dan memberkan intensitas

renungan terhadap masalah tersebut, yaitu masalah dosa manusia.

Unsur fisik

A. Diksi

Puisi Kepada Peminta-Minta menggunakan diksi yang cukup beragam, dari yang bersifa

lugas sampai prismati. Diksi yang bersifa lugas yaitu ada pada judulnya yaitu Kepada

Peminta-Minta diksi itu mempunyai bahwa puisi tersebut ditujukan kepada peminta-minta

atau pengemis. Selain itu puisi tersebut menggunakan diksi yang bermajas hiperbola yang

bersifat melebih-lebihkan, seperti

/Tapi jangan tentang aku lagi

Nanti darahku menjadi beku/

/Telah tercacar semua di muka

Nanah meleleh dari muka/

/Bersuara tiap kau melangkah

Mengerang tiap kau memangdang

Menetes dari suasana kau datang

11

Page 12: BAB I

12

Sembarang kau merebah

Mengganggu dalam tidurku

Menghempas diri di bumi keras

Di bibirku terasa pedas

Mengaum di telingaku/

B. Pencitraan

a. citraan perasa

   /Tapi jangan tentang lagi aku/

    /Nanti darahku jadi beku/

b. citraan visual

    /Baik, baik aku akan menghadap Dia/

    /Menyerahkan diri dan segala dosa/

c. citraan gerak

    /Nanah meleleh dari luka/

    /Sambil berjalan kau usap juga/

d. citraan pendengaran

    /Di bibirku terasa pedas/

    /Mengaum di telingaku/

C. Kata konkret

/Telah tercacar semua di muka

Nanah meleleh dari muka

Sambil berjalan kau usap jua/

12

Page 13: BAB I

13

Menggambarkan sosok seorang pengemis yang sedemikina menjijikannya, dan juga ada

perasaan iba yang terkandung di dalamnya.

D. Gaya bahasa

Majas hiperbola:

/Nanti darahku menjadi beku/

/Nanah meleleh dari muka/

E. Tipografi

Tipografi pada puisi ini adalah tipografi dengan rata kanan, dan menggunakan huruf kapital

disetiapp barisnya.

F. Enjambemen

Contoh pemenggalan pada puisi Kepada Peminta-Minta sebagai berikut.

Baiklah, / baiklah, aku akan menghadap dia//

Menyerahkan diri /dan segala dosa//

Tapi /jangan tentang aku lagi//

Nanti darahku menjadi beku//

G. Verifikasi (Rima, Ritma dan Metrum)

Puisi “Kepada Peminta-minta” secara keseluruhan didominasi dengan adanya vocal

/a/ dan /u/. Sedangkan bunyi konsonan yang dominan yaitu bunyi /t/, /k/ dan /d/. Asonansi a

terdapat pada baris puisi yaitu baris 1, 2, 5, 6, 7, 8. 17, dan 18 Misalnya, pada baris pertama

yaitu: Baik, baik aku akan menghadap Dia, pada baris ketiga: Menyerahkan diri dan segala

dosa. Asonansi u terdapat pada baris genap yaitu baris 3, 4, 13, 16, 19, dan 20. Misalnya,

pada baris ketiga yaitu: Tapi jangan lagi tentang aku, pada baris keempat: Nanti darahku jadi

beku.

Asonansi a pada 2 baris pertama  dan asonansi u pada 2 baris berikutnya

mengesankan bahwa puisi ini mempunyai irama yang tetap dan teratur yakni irama vokal

aauu.

Unsur batin

13

Page 14: BAB I

14

A. Tema

Tema pada puisi “Kepada Peminta-Minta” juga sama dengan puisi “Gadis Peminta-

minta“ yaitu bertema kemanusiaan.

B. Amanat

Sedangkan “Kepada Peminta-minta” beramanat: jangan suka dikasihani, bangkitlah,

bebaskan diri dari kemiskinan.

Karena penulis merasa sangat berdosa jika melihat seorag pengemis, seperti pada baris

berikut.

/ Tapi jangan tentang aku lagi

Nanti darahku jadi beku/

C. Suasana

Suasana puisi “Kepada Peminta-Minta” adalah suasana ketakutan penulis terhadap dosanya

apabila membiarkan seorang peminta-minta menderita.

D. Nada

Nada yang tercipta pada puis tersebut adalah nada ketakutan.

2.1.2.2 Gadis Peminta-Minta Karya Toto S. Bachtiar (1995)

“Gadis Peminta-Minta” Karya Toto S. Bachtiar (1995)

Setiap kali bertemu, gadis kecil berkaleng kecil

Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka

Tengadah padaku, pada bulan merah jambu

Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa

Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil

Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok

Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan

Gembira dari kemayaan riang

14

Page 15: BAB I

15

Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral

Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hafal

Jiwa begitu murni, terlalu murni

Untuk bisa membagi dukaku

Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil

Bulan di atas itu, tak ada yang punya

Dan kotaku, ah kotaku

Hidupnya tak lagi punya tanda

Makna

Menggambarkan tentang kemiskinan, ketragisan hidup, dan pertemuan ‘aku’ dengan

peminta-minta. Dalam puisi pertama (Gadis Peminta) ‘aku’ merasa iba, kasihan terhadap

gadis kecil, karena gadis kecil itu tidak bisa menikmati hari kasih sayang, hanya tidur di

bawah jembatan.

Unsur fisik

A. Diksi

Contoh penggunaan diksi pada puisi Gadis Peminta-minta sebagai berikut.

/.. kecil berkaleng kecil/

Diksi tersebut memiliki arti pemngemis yang merupkan seorang anak kecil.

/Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral/

Diksi tersebut memiliki arti kehidupan gadis peminta-minta itu sangat berharga seperti

kehidupan orang lain.

B. Pencitraan

a. Citra penglihatan:

 / Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil/ 

15

Page 16: BAB I

16

/Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka/

/Bulan di atas itu tak ada yang punya/

/Dan kotaku, ah kotaku/

b. Citra pendengaran :

/Jiwa begitu murni, terlalu murni/

/Untuk bisa membagi dukaku/ 

/Hidupnya tak lagi punya tanda/

C. Kata konkret

/gadis kecil berkaleng kecil/ memperkonkret kata peminta-minta.

/Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok/ memperkonkret keadaan gadis peminta-

minta yang memiliki tempat tinggal yang cukup untuk dirinya sendiri.

/Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan/ memperkonkret keadaan gadis

peminta-minta yang memiliki kebahagiaan yang semu.

Sedangkan kalimat yang menunjukkan keempatian penyair terhadap gadis peminta-minta

adalah /Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral/. Kalimat ini menunjukkan

tingginya martabat gadis peminta-minta yang sama dengan manusia yang lainnya.

D. Gaya bahasa

a. Majas metafora:

/Tengadah padaku, pada bulan merah jambu/

b. Majas personifikasi:

/Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa/

E. Tipografi

Tata wajah (Tipografi), berikut yang khas dan puisi Pada puisi yang berjudul “Gadis

Peminta-minta“ mempunyai, tipografi konvensional. Tipografi konvesional artinya tidak

menyimpang dari dari tipografi puisi pada umumnya. Tipografi yang digunakan adalah rata

kanan.

F. Enjambemen

Contoh pemenggalan puisi Gadis Peminta-minta sebagai berikut.

16

Page 17: BAB I

17

Kalau kau mati,/ gadis kecil /berkaleng kecil//

Bulan di atas itu,/ tak ada yang punya/

Dan kotaku, /ah kotaku/

Hidupnya tak lagi punya tanda//

G. Verifikasi (Rima, Ritma dan Metrum)

Puisi Gadis Peminta-minta merupakan puisi modern yang tidak terikat oleh rima.

Unsur Batin

A. Tema

Tema puisi Gadis Peminta-minta adalah kemanusiaan. Penyair bermaksud

menunjukkan betapa tingginya martabat seorang gadis peminta-minta dan meyakinkan

pembaca bahwa setiap setiap manusia memiliki martabat yang sama. Bagi penyair perbedaan

kedudukan, pangkat, dan kekayaan tidak sepatutnya dijadikan landasan perlakuan pada

seseorang.

B. Amanat

Amanat puisi “Gadis Peminta-minta” adalah ajakan penyair agar pembaca tidak

meremehkan para peminta-minta karena mereka juga manusia. Dalam puisinya ini penyair

menyatakan bahwa peminta-minta merupakan identitas kota besar namun juga mengharapkan

agar tokoh semacam itu tidak ada lagi.  Kalimat /di bawah jembatan yang melulur

sosok/ menunjukkan bahwa penyair berharap agar kotanya mempunyai rasa belas kasih

kepada gadis peminta-minta sehingga kehidupannya tidak lagi sengsara.

C. Suasana

Puisi “Gadis Peminta-minta” bernada kesedihan dan keharuan seperti yang

ditunjukkan oleh kalimat /senyummu terlalu kekal untuk kenal duka/. Kesedihan dan

keharuan penyair bukan karena keadaan dirinya yang menderita tetapi dia merasakan

keharuan dan kesedihan karena keadaan gadis peminta-minta pembawa kaleng kecil.

Kesedihan penyair lebih dikarenakan rasa solidaritas kemanusiaan.

D. Nada

Puisi “Gadis Peminta-minta” bernada kesedihan dan keharuan seperti yang ditunjukkan

oleh kalimat /senyummu terlalu kekal untuk kenal duka/

17

Page 18: BAB I

18

2.1.2.3 Analisis Perbandingan

No. Aspek yang

dibandingk

an

Gadis Peminta-minta

(Toto S. Sudarto Bachtiar 1943)

Kepada Peminta-minta

(Chairil Anwar 1959)

1. tipografi Tata wajah (Tipografi), berikut yang

khas dan puisi Pada puisi yang

berjudul “Gadis Peminta-minta“

mempunyai, tipografi konvensional.

Tipografi konvesional artinya tidak

menyimpang dari dari tipografi puisi

pada umumnya. Namun gaya

penulisannya rata kanan.

Tipografi pada puisi ini adalah

tipografi dengan rata kiri, dan

menggunakan huruf kapital disetiap

barisnya.

2. Makna Sama-sama menggambarkan tentang

kemiskinan, ketragisan hidup, dan

pertemuan ‘aku’ dengan peminta-

minta.

Dalam puisi pertama (Gadis

Peminta) ‘aku’ merasa iba, kasihan

terhadap gadis kecil, karena gadis

kecil itu tidak bisa menikmati hari

kasih sayang, hanya tidur di bawah

jembatan.

Sama-sama menggambarkan

tentang kemiskimnan, ketragisan

hidup, dan pertemuan ‘aku’ dengan

peminta-minta.

Namun dalam puisi kedua (Kepada

Peminta-minta) ‘aku’ merasa

berdosa setiap kali bertemu

peminta-minta. ‘aku’ merasa

melihat dosa-dosanya jika

dipertemukan dengan peminta-

minta. Karena takut akan dosanya

itulah ‘aku’ berusaha mendekatkan

diri pada Tuhan.

3. Tema Tema puisi “Gadis Peminta-minta”

adalah kemanusiaan. Penyair

bermaksud menunjukkan betapa

tingginya martabat seorang gadis

peminta-minta dan meyakinkan

pembaca bahwa setiap setiap

Tema pada puisi “Kepada Peminta-

Minta” juga sama dengan puisi

“Gadis Peminta-minta“ yaitu

bertema kemanusiaan.

18

Page 19: BAB I

19

manusia memiliki martabat yang

sama. Bagi penyair perbedaan

kedudukan, pangkat, dan kekayaan

tidak sepatutnya dijadikan landasan

perlakuan pada seseorang.

4. Amanat Amanat puisi “Gadis Peminta-minta”

adalah ajakan penyair agar pembaca

tidak meremehkan para peminta-

minta karena mereka juga manusia.

Dalam puisinya ini penyair

menyatakan bahwa peminta-minta

merupakan identitas kota besar

namun juga mengharapkan agar

tokoh semacam itu tidak ada

lagi.  Kalimat /di bawah jembatan

yang melulur sosok/ menunjukkan

bahwa penyair berharap agar kotanya

mempunyai rasa belas kasih kepada

gadis peminta-minta sehingga

kehidupannya tidak lagi sengsara.

Sedangkan “Kepada Peminta-

minta” beramanat: jangan suka

dikasihani, bangkitlah, bebaskan

diri dari kemiskinan.

Karena penulis merasa sangat

berdosa jika melihat seorag

pengemis, seperti pada baris

berikut.

/ Tapi jangan tentang aku lagi

Nanti darahku jadi beku/

5. Suasana Puisi “Gadis Peminta-minta” bernada

kesedihan dan keharuan seperti yang

ditunjukkan oleh kalimat /senyummu

terlalu kekal untuk kenal duka/.

Kesedihan dan keharuan penyair

bukan karena keadaan dirinya yang

menderita tetapi dia merasakan

keharuan dan kesedihan karena

keadaan gadis peminta-minta

pembawa kaleng kecil. Kesedihan

penyair lebih dikarenakan rasa

solidaritas kemanusiaan.

Suasana puisi “Kepada Peminta-

Minta” adalah suasana ketakutan

penulis terhadap dosanya apabila

membiarkan seorang peminta-minta

menderita.

19

Page 20: BAB I

20

Jadi dapat disimpulkan bahwa perbandingan puisi Gadis Peminta-minta karya Toto S.

Bachtiar dan Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar terdapat pada tipografi, makna,

tema, amanat, suasana. Tipografi pada puisi Gadis Peminta-minta karya Toto S. Bachtiar

menggunakan tipografi rata kanan, sedangkan Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar

menggunakan tipografi rata kiri. Sedangkan tema pada kedua puisi itu adalah kemanusiaan.

Amanat yang disampaikan pada kedua puisi tersebut adalah keibaan melihat pengemis.

Sedangkan suasana kedua pusis tersebut adalah kesedihan, dan keharuan.

2.1.3 Drama

2.1.3.1 Sang Kuriang Utuy Tatang Sontani 1953

Unsur intrinsik

A. Tema

Bertema percintaan. Kisah cinta antara anak dan ibunya.

B. Amanat

Amanat yang ingin disampaikan pada naskah drama Sang Kuriang adala sebagai

berikut.

1. Berpikirlah panjang sebelum berbuat atau mengatakan janji.

2. Jika memiliki janji hendaknya ditepati, jika tidak akan berujung tidak baik

3. Jangan keras kepala untuk tidak percaya apapun, semua hal perlu

dipertimbangkan.

C. Dialog

Berikut contoh dialog dalam naskah drama drama Sang Kuriang.

Di halaman rumah. Sayup-sayup sampai di kejauhan terdengar suara gemuruh. Dayang Sumbi keluar dari rumah dengan suluh ditangan. 

DAYANG SUMBI : ( sambil bicara sendiri, dan melihat lihat sekitar ) rasa-rasa dalam mimpi bahwa di malam ini sedang diciptakan telaga beserta perahunya, dimana aku akan berlayaran sebagai istri dan anakku sendiri. Rasa-rasa dalam mimpi bahwa tadi aku dipinang anakku dan nanti akan menjadi ibu dari cucuku sendiri. Ah, satu diantara dua : aku atau anakku,itulah yang sebenarnya bermimpi di malam ini. Dan karena kini asal tadi dan bakal nanti,maka siapa yang bermimpi malam ini, itulah yang besok pagi kesiangan, itulah pemimpi sepanjang jaman.Bujang Muncul

20

Page 21: BAB I

21

DAYANG SUMBI : ( dengan agak resah )Bagaimana ? Apa yang nampak di mata ?

BUJANG : Bagai tenaga raksasa yang dicurahkan.( sejenak terkagum-kagum )

DAYANG SUMBI : Bagaimana ?

BUJANG : ( mejelaskan dengan sangat detail dan penuh perasaan ) Bumi gemuruh, pohon-pohon tumbang, batu-batu bergulingan membendung air, dilanda air, dan siapa yang mengerjakan tidak kelihatan, tapi yang tidak bisa dipungkiri lagi telaga luas akan segera terbukti.

D. Alur/plot

Pada naskah drama “ Sang Kuriang” yaitu dimulai dari kecantikan paras Dayang

Sumbi yang tak lain adalah ibunya, tetapi Sangkuriang tdak mempercayai bahwa ia adala

ibunya. Oleh karena itu, tumbuhlah cinta di hati Sangkuriang. Kemudian Sangkuring berniat

untuk meminang Dayang Sumbi. Namun, Dayang Sumbi tak lasung menerima lamarannya, ia

mengajukan persayaratan untuk dapat membendung sungai Ctarum menjadi telaga dan

membuatkan perahu di atasnya dalam waktu satu malam.

Namun, hal itu mampu digagalkan Dayang Sumbi, selain itu Dayang Sumbi berusaha

melarikan diri daarii Sang Kuriang dengan cara bunih diri. Karena kekecewaan Sangkuriang

atas kematian Dayang Sumbi maka ia pun turut bunuh diri.

E. Penokohan

a. Sankuriang : anak Dayang Sumbi, menginginkan segala hal yang ia inginkan

terpenuhi.

b. Dayang sumbi : ibu Sangkuriang, bersifak baik hati

c. Si tumang : seekor anjing yang merupakan ayah dari Sangkuriang

d. Arda lega : pengawal atau bawahan Dayang Sumbi

e. Bujang : pengawal atau bawahan Dayang Sumbi

f. Para siluman :bersifa jahat dan suka menghasu.

F. Latar/setting

Latar tempat:

a. Rumah dayang sumbi

21

Page 22: BAB I

22

b. Hutan

Latar waktu:

a. Siang hari

b. Malam hari

2.1.3.2 Sumbi Dan Gigi Imitasi (Benny Yohanes1992)

Unsur intrinsik

A. Tema

Percintaan anatar ibu dan anak.

B. Amanat

Amanat yang terkandung dalam naskah drama Sumbi da Gigi Imitasi adalah sebagai berikut:

1. Taatilah atura hukum dan agama yang melarang orang tua untuk menikah dengan

anaknya.

2. Hargailah usaha orang lain.

3. Perlakukan semua orang dengan baik, jangan memangdang status sosialnya.

C. Dialog

SUMBI : Tunggu. Siapa namamu?!

AHMAD SANGKU : Apa pentingnya?!

SUMBI : Barangkali ada polisi yang ingin berkenalan denganmu. Kau habis

berburu dan tanganmu masih bau darah.

AHMAD SANGKU : Nama saya Ahmad, juragan. Ahmad Sangku. Kata orang, saya yatim

piatu sejak lahir.

SUMBI : Kamu suka sekali berburu, Ahmad. Kenapa?! Dapur saya makin

penuh dengan kaki binatang.

D. Alur/plot

22

Page 23: BAB I

23

Alur naskah drama tersebut memiliki alur maju.

a. Tahap exposition

Pada tahap ini diperkenalkan sosok Sumbi yang merupakan seorang pelukis. Dan

Ahmad Sangku yang merupakan seorang pembantu di rumah Sumbi.

b. Komplikasi

Saat Sumbi merasa bahwa ahmad Sangku adalah sosok yang ada di dalam mimpi-

mimpinya tiap malam.

c. Klimaks

Pada tahap ini dimulai saat Sumbi mengajak ahmad Sangku untuk menikah

dengannya. Dan Ahmad sangku sempat ragu dengan jawabannya karena ia merasa

tidaklah pantas seorang ibu menikahi anaknya, itu sama halnya dengan binatang.

d. Resolusi/penyelesaian

Pada tahap ini Ahmad Sangku melamar Sumbi dengan gigi palsunya, dan seketika

Sumbi menjerit terkejut.

E. Penokohan

1. Sumbi : merupakan seorang pelukisn dan ibu Ahmad Sangku, tetapi ia

tidak menydarinya. Wataknya yaitu pemarah atau emosional, memaksa Ahmad

Sangku untuk menjadi anaknya.

2. Ahmad sangku : merupakan seoran pemburu di hutan dan anak Sumbi.

Watknya pendiam dan penurut.

F. Latar/setting

Latar tempat : di rumah Sumb

Latar waktu : siang hari, malam hari, dan malam hai.

2.1.3.3 Analsis Perbandingan

No Aspek yang Sang Kuriang Sumbi Dan Gigi Imitasi

23

Page 24: BAB I

24

. dibandingkan (Utuy Tatang Sontani 1953) (Benny Yohanes)

1. Tema Percintaan anatar ibu dan anak. Percintaan anatar ibu dan anak.

2. Alur Kedua naskah drama ini

memiliki alur maju.

Dalam drama ini dikisahkan

Sangkurianglah yang

akanmenikahi Dayang Sumbi.

Kedua naskah drama ini

memiliki alur maju.

Dalam drama ini dikisahkan

berbeda, yaitu Sumbilah yang

mengajak menikah anaknya yaitu

Ahmad Sangku.

3. Tokoh/

penokohan

g. Sangkuriang

h. Dayang sumbi

i. Si tumang

j. Arda lega

k. Bujang

l. Para siluman

a. Sumbi

b. Ahmad sangku

4. Latar/setting Latar tempat:

c. Rumah dayang sumbi

d. Hutan

Latar waktu:

c. Siang hari

d. Malam hari

a. Rumah sumbi

Jadi dapat disimpulkan bahwa perbandingan naskah drama Sangkuriang karya Utuy

Tatang Sontani dan Sumbi dan Gigi Imitasi karya Benny Yohanes adalah pada tema, alur,

tokoh/penokohan. Tema kedua naskah drama atersebut adalah percintaan antara anak dan

ibunya, dan memiliki alur maju. Namun ada perbedaan pada tokoh/penokohan penokohan

pada naskah drama Sangkuriang karya Utuy Tatang Sontani memiliki tokoh yang lebih

banyak. Naskah drama Sumbi dan Gigi Imitasi karya Benny Yohanes berbeda dengan kisah

sangkuriang pada umumnya, tokoh pada drama ini yaitu Sumbi sebagai ibu Ahmad Sangku

yang mengajak anaknya untuk menikah, berbeda terbalik dengan nasakah drama Sangkuriang

karya Utuy Tatang Sontani.

24

Page 25: BAB I

25

2.2 MEMBANDINGKAN KARYA SASTRA INDONESIA DAN KARYA

SASTRA DUNIA

2.2.1 Prosa

2.2.1.1 Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata

 Unsur Intrinsik

A. Tema.

Tema yang tersirat dalam novel Sang Pemimpi ini tak lain adalah “persahabatan dan

perjuangan dalam mengarungi kehidupan serta kepercayaan terhadap kekuatan sebuah mimpi

atau pengharapan”. Hal itu dapat dibuktikan dari penceritaan per kalimatnya dimana penulis

berusaha menggambarkan begitu besarnya kekuatan mimpi sehingga dapat membawa

seseorang menerjang kerasnya kehidupan dan batas kemustahilan.

B. Latar

Dalam novel ini disebutkan latarmya yaitu di Pulau Magai Balitong, los pasar dan

dermaga pelabuhan, di gedung bioskop, di sekolah SMA Negeri Bukan Main, terminal

Bogor, dan Pulau Kalimantan. Waktu yang digunakan pagi, siang, sore, dan malam. Latar

nuansanya lebih berbau melayu dan gejolak remaja yang diselimuti impian-impian.

C. Penokohan dan Perwatakan

Ikal  : baik hati, optimistis, pantang menyerah, penyuka

Bang Rhoma Arai  : pintar, penuh inspirasi/ide baru, gigih, rajin,  pantang  menyerah

Jimbron : polos, gagap bicara, baik, sangat antusias pada kuda

Pak Balia : baik, bijaksana, pintar

Pak Mustar : galak, pemarah, berjiwa keras

Ibu Ikal : baik, penuh kasih sayang

Ayah Ikal : pendiam, sabar, penuh kasih sayang, bijaksana

Dan tokoh lain Mahader, A Kiun, Pak Cik Basman, Taikong Hanim, Capo, Bang Zaitun,

Pendeta Geovanny, Mak cik dan Laksmi adalah tokoh pendukung dalam novel ini.

D. Alur

25

Page 26: BAB I

26

Dalam novel ini menggunakan alur gabungan (alur maju dan mundur). Alur maju

ketika pengarang menceritakan dari mulai kecil sampai dewasa dan alur mundur ketika

menceritakan peristiwa waktu kecil pada saat sekarang/dewasa.

E. Gaya Penulisan

Gaya penceritaan novel ini sangat sempurna. Yaitu kecerdasan kata-kata dan

kelembutan bahasa puitis berpadu tanpa ada unsur repetitif yang membosankan. Setiap

katanya mengandung kekayaan bahasa sekaligus makna apik dibalik tiap-tiap katanya. Selain

itu, Novel ini ditulis dengan gaya realis bertabur metafora, penyampaian cerita yang cerdas

dan menyentuh, penuh inspirasi dan imajinasi. Komikal dan banyak mengandung letupan

intelegensi yang kuat sehingga pembaca tanpa disadari masuk dalam kisah dan karakter-

karakter yang ada dalam novel Sang Pemimpi.

F. Amanat

Amanat yang disampaikan dalam Sang Pemimpi ini adalah jangan berhenti bermimpi.

Hal itu sangat jelas pada tiap-tiap sub babnya. Yang pada prinsipnya manusia tidak akan

pernah bisa untuk lepas dari sebuah mimpi dan keinginan besar dalam hidupnya. Hal itu

secara jelas digambarkan penulis dalam novel ini dengan maksud memberikan titik terang

kepada manusia yang mempunyai mimpi besar namun terganjal oleh segala keterbatasan.

G. Sudut Pandang

Sudut pandang novel ini yaitu “orang pertama” (akuan). Dimana penulis

memposisikan dirinya sebagai tokoh Ikal dalam cerita.

Unsur Ekstrinsik

A. Nilai Moral

Nilai moral pada novel ini sangat kental. Sifat-sifat yang tergambar menunjukkan rasa

humanis yang terang dalam diri seorang remaja tanggung dalam menyikapi kerasnya

kehidupan. Di sini, tokoh utama digambarkan sebagai sosok remaja yang mempunyai

perangai yang baik dan rasa setia kawan yang tinggi.

B. Nilai Sosial

Ditinjau dari nilai sosialnya, novel ini begitu kaya akan nilai sosial. Hal itu dibuktikan

rasa setia kawan yang begitu tinggi antara tokoh Ikal, Arai, dan Jimbron. Masing-masing

saling mendukung dan membantu antara satu dengan yang lain dalam mewujudkan impian-

26

Page 27: BAB I

27

impian mereka sekalipun hampir mencapai batas kemustahilan. Dengan didasari rasa gotong

royong yang tinggi sebagai orang Belitong, dalam keadaan kekurangan pun masih dapat

saling membantu satu sama lain.

C. Nilai Adat istiadat

Nilai adat di sini juga begitu kental terasa. Adat kebiasaan pada sekolah tradisional

yang masih mengharuskan siswanya mencium tangan kepada gurunya, ataupun mata

pencaharian warga yang sangat keras dan kasar yaitu sebagai kuli tambang timah tergambar

jelas di novel ini. Sehingga menambah khazanah budaya yang lebih Indonesia.

D. Nilai Agama

Nilai agama pada novel ini juga secara jelas tergambar. Terutama pada bagian-bagian

dimana ketiga tokoh ini belajar dalam sebuah pondok pesantren. Banyak aturan-aturan islam

2.2.1.2 Sang Alkemis karya Paulo Coelho

Unsur intrinsik

A. Tema

Pejuangan hidup seorang bocah yang berusaha mencari legenda pribadinya. Ia

berjuang menemukan arti hidup dengan mengembara dari suatu tempat ke tempat lain.

B. Latar

Latar tempat pada novel ini adalah Andalusia, dibawah pohon di Andalusia ketika

Santiago bermimpi, sedangkan latar tempat yang lainnya yaitu, cerita terjadi di Andalusia

(Spanyol), Tangier (Afrika), Gurun Sahara, Oasis Al-Fayoum, Mesir.Sedangkan latar waktu

pada novel tersebut adalah siang hari.

C. Penokohan dan Perwatakan

Dalam novel “Sang Alkemis” nama tokoh-tokohnya nyaris tidak pernah dicantumkan,

termasuk nama pemeran utamanya. Tokoh utamanya hanya didenotasikan sebagai seorang

“bocah”. Sedangkan kata “santiago” hanya disebutkan di awal saja.

Tokoh-tokoh lain yang tak kalah penting peranannya hanya disebutkan sabagai “orang

inggris”, “alkemis”, “pemilik toko kristal”, “puteri pedagang kain”, “lelaki tua”, gadis itu,

dan sebaganya.

27

Page 28: BAB I

28

Berikut rincian watak tokoh:

1). Watak seorang “Santiago atau “ Si Bocah”: hampir sama dengan watak tokoh “ikal” dana

novel “Sang pemimpi”, yaitu baik hati, optimistis, pantang menyerah. Anak laki-laki

penggembala domba ini memiliki sifat antusias terhadap mimpi yang dialaminya. Ia juga

seorang pemberani yang dibuktikan dengan kesediaannya menempuh perjalanan panjang

antar benua untuk membuktikan mimpinya.

2). Sang Alkemis

Tokoh yang menjadi guru bagi Santiago ini memiliki watak yang bijak. Ia menjadi orang

yang serba tahu akan apa yang akan terjadi. Ia seolah telah tau bahwa ia akan bertemu dengan

Santiago dan akan membimbingnya dalam mencapai mimpi.

3). Fatima

Gadis yang ditemui oleh Santiago di Oasis Al-Fayoum dalam perjalanannya ke Mesir ini

adalah gadis yang sabar. Ia juga setia dan bersedia menunggu Santiago kembali menemuinya

setelah Santiago berhasil mencapai mmpinya.

4). Melkisedek

Melkisedek adalah orang tua yang mengaku sebagai Raja Salem, yang secara tidak langsung

menyuruh Santiago untuk mengikuti mimpinya. Orang tua ini muncul dan menghilang secara

tiba-tiba, tetapi sebenarnya ia adalah orang tua yang bijak dan berwibawa.

5). Pemilik toko kristal

Orang baik hati yang yang telah membantu Santiago ketika seluruh uang yang dimiliki

Santiago dicuri. Hidupnya agak monoton, tetapi ia banyak mengajarkan kebijakkan hidup

pada Santiago.

D. Alur

Alur yang digunakan yaitu alur maju. Dengan menceritakan kisah Santiago secara

berurutan waktu. Dimulai dari ketika ia tertidur d bawah pohon Andalusia, ia bermimpi

tentang perjalanannya ke piramida Mesir dan mendapatkan arta karun petualangan penacarian

harta karun hingga ditemukannya harta karun tersebut.

E. Gaya Penulisan

Novel ini ditulis dengan gaya realis bertabur metafora yang harus dterjemahkan lebih

mendalam oleh pembaca.

28

Page 29: BAB I

29

F. Amanat

Terdapat banyak amanat yang terkandung dalam novel ini diantaranya :

a. Setap orang di dunia mempunyai legenda hidup masing-masing. Oleh sebab itu, setiap

manusia mempunyai tujuan masing-masing di dunia ini.

b. Untuk mencapai tujuan hidup, kita harus bekerja keras.

c. Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Kita harus bisa menempatan diri kita di

manapum kita berada.

G. Sudut Pandang

Pengarang Paulo Chelo menggunakan sudut pandang orang ketiga pelaku di luar

cerita, karena di dalam novel ini pengarang menggunakan kata ganti “dia” dan “Si Bocah”.

Contoh cuplikan novel:

“Si bocah menjawab dengan menggumam-gumam tak jelas supaya dia bisa mengelak untuk

menjawab pertanyaan gadis itu. Dia yakin si gadis tidak akan pernah mengerti. Dia

melanjutkan kisah perjalanan-perjalanannya, dan mata bening Moor gadis itu membelalak

takut dan terkejut. Waktu terus berjalan, dan sang bocah berharap semoga hari itu tak akan

pernah berakhir, semoga ayah gadis itu terus sibuk dan membiarkan dia menunggu selama

tiga hari..”

2.2.1.3 Analisis Perbandingan

No

.

Aspek yang

dibandingkan

Sang pemimpi

(Andrea Hirata)

Sang Alkemis

(Paulo Coelho)

1. Tema Novel ini memiliki tema

tentang persahabatan dan

perjuangan dalam

mengarungi kehidupan serta

kepercayaan terhadap

kekuatan sebuah mimpi atau

pengharapan.

Pejuangan hidup seorang

bocah yang berusaha mencari

legenda pribadinya. Ia

berjuang menemukan arti

hidup dengan mengembara

dari suatu tempat ke tempat

lain.

2. Alur Dalam novel ini

menggunakan alur maju dan

Alur yang digunakan yaitu

alur maju. Dengan

29

Page 30: BAB I

30

mundur. Alur maju ketika

pengarang menceritakan dari

mulai kecil sampai dewasa

dan alur mundur ketika

menceritakan peristiwa waktu

kecil pada saat

sekarang/dewasa.

menceritakan kisah Santiago

secara berurutan waktu.

Dimulai dari ketika ia tertidur

d bawah pohon Andalusia, ia

bermimpi tentang

perjalanannya ke piramida

Mesir dan mendapatkan arta

karun petualangan penacarian

harta karun hingga

ditemukannya harta karun

tersebut.

3. Tokoh/penokohan 2.3 Ikal : baik hati, optimistis,

pantang menyerah,

penyuka Bang Rhoma 

Dalam novel “Sang Alkemis”

nama tokoh-tokohnya nyaris

tidak pernah dicantumkan,

termasuk nama pemeran

utamanya.

Berikut rincian watak tokoh

yang dapat dibandingkan: 1).

Watak seorang “Santiago atau

“ Si Bocah”: hampir sama

dengan watak tokoh “ikal”

dana novel “Sang pemimpi”,

yaitu baik hati, optimistis,

pantang menyerah.

Anak laki-laki penggembala

domba ini memiliki sifat

antusias terhadap mimpi yang

dialaminya. Ia juga seorang

pemberani yang dibuktikan

dengan kesediaannya

menempuh perjalanan panjang

antar benua untuk

membuktikan mimpinya.

4. Amanat Terdapat banyak amanat yang Terdapat banyak amanat yang

30

Page 31: BAB I

31

terkandung dalam novel ini

diantaranya :

1) Kita harus percaya akan

keagungan dan kekuasaan

Allah SWT.

2) Menjalin persahabatan

dengan baik, saling

memahami kekurangan

dan kelebihan masing-

masing.

3) Pengorbanan harus

dibarengi dengan

kesabaran dan tetap

optimis.

4) Gantungkan cita-cita

setinggi langit.

5) Keterbatasan, kemiskinan

bukan penghalang meraih

cita-cita karena itu

berusaha dan berdoa

sangat diperlukan.

6) Saling membantu,

menghargai kepada

sesama.

terkandung dalam novel ini

diantaranya :

d. Setap orang di dunia

mempunyai legenda hidup

masing-masing. Oleh

sebab itu, setiap manusia

mempunyai tujuan masing-

masing di dunia ini.

e. Untuk mencapai tujuan

hidup, kita harus bekerja

keras.

f. Di mana bumi dipijak di

situ langit dijunjung. Kita

harus bisa menempatan

diri kita di manapum kita

berada.

Jadi dapat disimpulkan bahwa perbandingan novel Sang Pemimpi karya Andrea

Hirata dan Sang Alkemis karya Paulo Coelho adalah pada tema, alur, penokohan, amanat.

Tema kedua novel tersebut adala perjuangan dalam mengarungi kehidupan. Kesamaan tokoh

pada kedua novel tersebut adalah sama-sama merupakan anak kecil yang pantang menyerah

mencapai cita-cita. Amanat yang disampaikan kedua novel juag sama yaitu agar tidak mudah

menyerah.

31

Page 32: BAB I

32

2.2.2 Puisi

2.2.2.1 Karawang-Bekasi Karya Chairil Anwar

Karawang-Bekasi

Chairil Anwar 1946

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi

Tidak bisa teriak “merdeka” dan angkat senjata lagi.

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,

Terbayang kami maju dan berdegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening dimalam sepi

Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliput debu.

Kenang, kenanglah kami

Kami sudah coba apa yang kami bisa

Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa

Kami sudah beri kami punya jiwa

Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan

Tapi adalah kepunyaanmu

Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan dan harapan

Atau tidak untuk apa-apa,

Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata

Kaulah sekarang yang berkata

32

Page 33: BAB I

33

Kami bicara padamu dalam hening dimalam sepi

Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami

Teruskan, teruskanlah jiwa kami

Menjaga Bung Karno

Menjaga Bung Hatta

Menjaga Bung Syahrir

Kami sekarang mayat

Berilah kami arti

Berjagalah terus digaris batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami

Yang tinggal tulang-tulang diliput debu

Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

Makna

Pada puisi Krawang-Bekasi, Chairil mencoba menggambarkan para pejuang antara

Krawang-Bekasi yang sudah tidak bisa berteriak lagi dan tidak bisa merasakan kemerdekaan.

Tidak ada lagi yang peduli dengan perjuangan dan pengorbanan para pejuang, yang ada

hanyalah keheningan bersama jam yang berdetak. Para pejuang yang telah mati muda,

mereka ingin dikenang sebagai tanda penghargaan bagi mereka. Chairil juga menceritakan

para pejuang yang sudah sekuat tenaga untuk membela bangsa dan negara hingga tidak punya

arti lagi. Di akhir persajakannya Chairil juga menyampaikan pesan supaya selalu menjaga

tokoh-tokoh bangsa yaitu Bung Karno, Bung Hatta, dan Bung Syahrir

Usur Fisik

A. Diksi

1.  “Kami sudah coba apa yang kami bisa, Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa”

Mempunyai makna sama yaitu mereka mengatakan bahwa mereka sudah berusaha namun

sudah mati sebelum selesai (sebelum merdeka),

33

Page 34: BAB I

34

2. “Kami sudah beri kami punya jiwa”

Mempunyai makna sama yaitu mereka sudah sama-sama telah memberikan hidup dan

nyawanya,

3. “Kami cuma tulang-tulang berserakan, Tapi adalah kepunyaanmu, Kaulah lagi yang

tentukan nilai tulang-tulang berserakan”

Mempunyai makna sama yaitu mereka merupakan milik kita semua dan kita yang dapat

menilai mereka,

4. “Kaulah sekarang yang berkata”

Mempunyai makna sama yaitu bahwa kitalah yang harus melanjutkan perjuangan mereka

B. Pencitraan

a. Pencitraan yang digunakan Sang Penyair pada Puisi diatas adalah Citra lingkungan, yaitu

citraan yang menggunakan gambaran-gambaran selingkungan. Hal tersebut terdapat pada

judul puisi itu sendiri “Krawang-Bekasi” dan “Kami bicara padamu dalam hening

dimalam sepi” itu semua Citra lingkungan.

b. Citra kesedihan, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran kesedihan.

Citra kesedihan ada pada kata “Kami sekarang mayat”, kesan yang timbul kalau kita

dengar kata “Mayat” adalah suatu kesedihan.

c. Citra pendengaran, yaitu citraan yang timbul oleh pendengaran atau berhubungan dengan

indra pendengaran . Citra pendengaran ada pada kata “Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari

kita bikin janji. Aku sudah cukup lama dengan bicaramu”.Pada kata “bikin janji” dan

“Aku sudah cukup lama dengan bicaramu” barkaitan dengan citra pendengaran.

d. Citra gerak, yaitu citraan yang menggambarkan sesuatu yanag sebetulnya tidak bergerak

tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak. Citra gerak “Krawang-Bekasi” terlihat pada

baris “Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlabuh”. ”Di uratmu di uratku kapal-kapal

kita bertolak dan berlabuh”. Disini digambarkan ada keinginan yang sama,kemauan yang

sama,dan tujuan yang sama untuk mencapai suatu cita-cita sehingga digambarkan seperti

kapal yang bergerak membawa penumpang mencapai tujuan yang sama.

e. Citra intelektual, yaitu citraan yang timbul oleh asosiasi intelektual/pemikiran.

Citra intelektual “Krawang-Bekasi” terlihat pada baris ketiga bait pertama :

34

Page 35: BAB I

35

“Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, terbayang kami maju dan

mendegap hati?”

C. Kata konkret

Kata konkret yang ada pada puisi Karawang Bekasi adalah sebagai berikut.

/ Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi/

Baris tersebut mengkonkretkan mayat-mayat yang berserakah di antara Karawang dan

Bekasi.

/ Yang tinggal tulang diliput debu./

Mengkongkretkan tulang-tulang para pahlawan yang sudah ditutupi oleh debu

D. Gaya bahasa

Gaya bahasa yang digunakan dalam karya Krawang-Bekasi adalah “

a. Metafora,hal itu terlihat pada “Aku sekarang api aku sekarang laut”, disini Sang Penyair

mengibaratkan dirinya seperti laut dan api,mempunyai sifat-sifat seperti api yang selalu

membakar dan panas.Menpunyai sifat-sifat seperti laut yang selalu

bergelombang,luas,tempat bermuaranya dan menampung semua sungai yang mengalir

kearahnya.Artinya tempat menampung semua pendapat dari semua lapisan rakyatnya.Atau

selalu bergerak dan bergelombang,artinya selalu bersemangat bak laut yang bergelombang.

b. Personifikasi,hal itu terlihat pada “Kami sekarang mayat,Berikan kami arti” disini terlihat

makna seakan-akan mayat yang secara sifatnya tidak dapat birbicara,tetapi oleh Sang

Penyair “Mayat” tersebut dapat berbicara seperti manusia hidup dam berpesan “Berikan

kami arti” dan seterusnya.

c. Alegori,hal itu terlihat pada

“dipanggang diatas apimu, digarami lautmu Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945

Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu

Aku sekarang api aku sekarang laut

Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat

Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar

Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh”

35

Page 36: BAB I

36

E. Tipografi

Mengunakan tipografi puisi konvenional dengan dilengkapi enyambemen berupa titik

ditengah baris yang menunjukan bahwa gagasan pada suatu baris dalam puisi masih

berlanjut pada baris berikutnya

a. Menggunakan huruf besar pada awal kalimat dan dengan tanda baca :

Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliput debu. Kenang, kenanglah kami

Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa

(Karawang-Bekasi, bait ke 4-5)

b. Menggunakan pengulangan

Pada puisi Karawang-Bekasi terlihat bahwa penyair menggunakan pengulangan pada kata

“kami” yang digunakan untuk mempertegas siapa yang ingin diingat.

F. Enjambemen

Contoh pemenggalan pada puisi Karawang Bekasi adalah sebagai berikut.

Kami sekarang mayat//

Berilah kami arti//

Berjagalah terus digaris batas pernyataan/ dan impian//

G. Verifikasi (Rima, Ritma dan Metrum)

Puisi tersebut merupakan puisi modern yang tidak terikat oleh rima.

Unsur Batin

A. Tema

Perjuangan.

B. Amanat

Pada kalimat :

“Kenang-kenanglah kami”

Adalah sebuah himbauan, ajakan, pengharapan pada kita untuk senantiasa tidak melupakan

perjuangan dari para pendahulu kita,walaupun para pejuang tersebut telah gugur.

36

Page 37: BAB I

37

“Kerja belum selesai,belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa”

Pada kalimat diatas tersirat makna untuk bekerja keras,melanjutkan pekerjaan yang belum

tuntas, mempunyai etos kerja yang pantang menyerah.

“Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian”

Pada kalimat diatas sangat tegas sekali pernyataan atau tujuan dari Sang Penyair yaitu

supaya kita selalu konsisten dengan pernyataan kita,ucappan kita, janji-janji kita, sumpah kita

dan semua yang pernah kita ucapkan dan pada kata “impian” mengandung makna suatu cita-

cita.Kita harus punya impian yang sesuai dengan kondisi kita.Impian itu tidak lain adalah

cita-cita bangsa kita.

“Teruskan, teruskan jiwa kami”

“Menjaga Bung Karno,menjaga Bung Hatta, menjaga Bung Sjahrir”

Pada kalimat diatas yaitu “Teruskan,teruskan jiwa kami. Menjaga Bung

Karno,menjaga Bung Hatta,menjaga Bung Sjahrir” mengandung makna kesetian rakyat

kepada para pemimpinnya. Pejuangan tidak akan berhasil,cita-cita tidak akan tercapai kalau

tidak ada kesetiaan antara rakyat dengan pemimpinnya.

C. Suasana

Menggambarkan tentang emosi semangat para pejuang dan keharuan demi merebut

kemerdekaan bangsa Indonesia, sehingga dengan suasana yang muncul tersebut dapat

mengorbankan semangat rakyat Indonesia untuk melanjutkan perjuangan.

D. Nada

Nada yang tersirat dalam puisi Chairil adalah mengobarkan semangat perjuangan,

2.2.2.2 The Young Dead Soldiers karya Archibald Macleish 1945

The young dead soldiers do not speak.

Nevertheless they are heard in the still houses.

(Who has not heard them ?)

They have a silence that speaks for them at night

And when the cloc counts.

37

Page 38: BAB I

38

They say,

We were young. We have died. Remember us.

They say,

We have done what we could

But until it is finished it is not done.

They say,

We have given our lives

But until it is finished no onecan know what our lives gave.

They say,

Our deaths are not ours,

They are yours,

They will mean what you make them.

They say,

Whether our lives and our deaths were for peace and a new hope

Or for nothing

We cannot say, it is you who must say this.

They say,

We leave you our deaths,

Give them their meaning,

Give them an end to the war and atrue peace,

Give them a victory that ends the war and a peace afterwards,

Give them their meaning,

We were young, they say,

We have died.

Remember us.

38

Page 39: BAB I

39

Terjemahan :

PRAJURIT (YANG) MATI MUDA

Prajurit (yang) mati muda tak dapat bicara.

Tetapi mereka didengar dirumah-rumah sunyi.

(siapa tidak mendengar mereka?)

Mereka dalam diam berbicara padamu di malam hari.

Dan ketika jam dinding berdetak.

Mereka berkata,

Kami (masih) muda. Kami (telah) mati. Ingatlah kami.

Mereka berkata,

Kami telah bekerja apa yang kami dapat

Tetapi sampai selesai (kerja) belum apa-apa.

Mereka berkata,

Kami telah memberikan jiwa kami

Tetapi sampai selesai tak seorangpun tahu pengorbanan kami.

Mereka berkata, kematian kami bukan milik kami,

(kematian) itu milikmu,

(kematian) itu berarti bila engkau (memberi) arti.

Mereka berkata,

Meskipun jiwa dan kematian kami untuk perdamaian dan harapan

Atau tidak untuk apa-apa

Kami tak dapat bicara. Engkau yang harus berbicara tentang ini

Mereka berkata,

Kami telah mati meninggalkan engkau,

39

Page 40: BAB I

40

Berilah mereka arti/nilai mereka,

Berilah mereka suatu akhir perang dan suatu perdamaian sungguh

Berilah mereka kejayaan seusai perang dan perdamaian abadi,

Berilah mereka nilainya.

Kami (masih) muda, mereka berkata,

Kami telah mati.

Ingatlah kami.

Makna

Sajak ini mengisahkan para prajurit muda yang mati ketika sedang berperang demi

menciptakan perdamaian.. Tetapi dalam sajak itu tidak terikat oleh waktu dan tempat. Sajak

tersebut juga tidak menyebutkan tentang kemerdekaan bangsa lain, dan musuh yang dilawan

oleh para prajurit. Karena sajak tersebut diterbitkan setelah perang dunia II, mungkin para

prajurit tersebut adalah prajurit Jepang, Amerika, Italia, Jerman atau Perancis. 

Unsur Fisik

A. Diksi

1. “Kami telah melakukan apa yang kita bisa tetapi sampai selesai itu tidak dilakukan”

Mempunyai makna sama yaitu mereka mengatakan bahwa mereka sudah berusaha namun

sudah mati sebelum selesai (sebelum merdeka),

2. “Kami telah memberikan hidup kita”. Mempunyai makna sama yaitu mereka sudah sama-

sama telah memberikan hidup dan nyawanya,

3. “kematian kita bukan milik kita … mereka adalah milik-Mu … mereka akan berarti apa

yang membuat mereka” Mempunyai makna sama yaitu mereka merupakan milik kita

semua dan kita yang dapat menilai mereka,

4. “Anda yang harus mengatakan ini”

Mempunyai makna sama yaitu bahwa kitalah yang harus melanjutkan perjuangan mereka.

B. Pencitraan

a. Citraan pendengaran :

/Tetapi mereka didengar dirumah-rumah sunyi./

/Dan ketika jam dinding berdetak./

/Mereka berkata,

40

Page 41: BAB I

41

Kami telah bekerja apa yang kami dapat

Tetapi sampai selesai (kerja) belum apa-apa.

Mereka berkata,

Kami htelah memberikan jiwa kami

Tetapi sampai selesai tak seorangpun tahu pengorbanan kami.

Mereka berkata, kematian kami bukan milik kami,

(kematian) itu milikmu,

(kematian) itu berarti bila engkau (memberi) arti.

Mereka berkata,

Meskipun jiwa dan kematian kami untuk perdamaian dan harapan/

C. Kata konkret

Kata konkret yang ada pada puisi The Young Soldier jika diterjemahkan adalah

sebagai berikut.

/Dan ketika jam dinding berdetak./

Mengkongkretkanwaktu yang terus berputar.

D. Gaya bahasa

Gaya bahasa pada puisi The Young Soldier cukup lugas sehingga kata-katanya mudah

untuk dipahami.

E. Tipografi

Tipografi puisi tersebut seperti pada umumnya, yaitu berada di tepi kana, setiap awal

baris diawali dengan huruf kapital. Menggunakan 2 titik atau 2 kalimat dalam satu baris puisi.

Dan diakhiri dengan titik atau koma.

41

Page 42: BAB I

42

F. Enjambemen

Contoh pemenggalan pada puisi The Young Soldier adalah sebaga berikut.

Mereka berkata, /

Kami telah bekerja /apa yang kami dapat//

Tetapi sampai selesai (kerja) /belum apa-apa. //

Unsur batin

A. Tema

Perjuangan.

B. Amanat

Hampir sama dengan puisi “”Karawang Bekasi”, puisi “The Young Soldiers” pun

memiliki amanat yang sama yaitu adalah sebuah himbauan, ajakan, pengharapan pada kita

untuk senantiasa tidak melupakan perjuangan dari para pendahulu kita, walaupun para

pejuang tersebut telah gugur.

Dapat dilihat pada baris:

“They say,

We leave you our deaths,

Give them their meaning,

Give them an end to the war and atrue peace,

Give them a victory that ends the war and a peace afterwards,

Give them their meaning,

We were young, they say,

We have died.

Remember us. “

C. Suasana

Suasananya menggambarkan tentang suasana ketakuatan, kesedihan, keharuan akan

perdamaian dunia

D. Nada

42

Page 43: BAB I

43

Nadanya pun sama yaitu semangat dalam berjuang meraih perdamaian dunia.

2.2.2.3 Analisis Perbandingan

No. Aspek yang

dibandingka

n

Karawang- Bekasi

(Chairil Anwar 1946)

The Young Dead Soldiers

(Archibald Macleish 1945)

3 1. Diksi 5.  “Kami sudah coba apa yang

kami bisa, Tapi kerja belum

selesai, belum apa-apa”

6. “Kami sudah beri kami punya

jiwa

7. “Kami cuma tulang-tulang

berserakan, Tapi adalah

kepunyaanmu, Kaulah lagi

yang tentukan nilai tulang-

tulang berserakan”

5. “Kami telah melakukan apa

yang kita bisa tetapi sampai

selesai itu tidak dilakukan”

Mempunyai makna sama

yaitu mereka mengatakan

bahwa mereka sudah

berusaha namun sudah mati

sebelum selesai (sebelum

merdeka),

6. “Kami telah memberikan

hidup kita”. Mempunyai

makna sama yaitu mereka

sudah sama-sama telah

memberikan hidup dan

nyawanya,

7. “kematian kita bukan milik

kita … mereka adalah

milik-Mu … mereka akan

berarti apa yang membuat

mereka” Mempunyai

makna sama yaitu mereka

merupakan milik kita semua

dan kita yang dapat menilai

mereka,

8. “Anda yang harus

mengatakan ini”

43

Page 44: BAB I

44

8. “Kaulah sekarang yang

berkata”

Mempunyai makna sama

yaitu bahwa kitalah yang

harus melanjutkan

perjuangan mereka.

4 6. tipografi a. Sama menggunakan huruf besar

pada awal kalimat dan dengan

tanda baca :

Kami mati muda. Yang tinggal

tulang diliput debu. Kenang,

kenanglah kami

Kami sudah coba apa yang kami

bisa Tapi kerja belum selesai,

belum apa-apa

(Karawang-Bekasi, bait ke 4-5)

b. Menggunakan pengulangan

Pada puisi Karawang-Bekasi

terlihat bahwa penyair

menggunakan pengulangan pada

kata “kami” yang digunakan

untuk mempertegas siapa yang

ingin diingat.

They say,

Our deaths are not ours,

They are yours,

They will mean what you make

them.

(The Young Dead Soldiers,

bait ke 6)

Sedangkan pada puisi The

Young Dead Soldiers, banyak

menggunakan kata “the say”

untuk menegaskan siapa yang

berkata atau ingin

menyamapaikan.

5 9.Tema Perjuangan perjuangan

6 10Makna Pada puisi Krawang-Bekasi,

Chairil mencoba menggambarkan

para pejuang antara Krawang-

Bekasi yang sudah tidak bisa

berteriak lagi dan tidak bisa

merasakan kemerdekaan. Tidak

Sajak ini mengisahkan para

prajurit muda yang mati ketika

sedang berperang demi

menciptakan perdamaian..

Tetapi dalam sajak itu tidak

terikat oleh waktu dan tempat.

44

Page 45: BAB I

45

ada lagi yang peduli dengan

perjuangan dan pengorbanan para

pejuang, yang ada hanyalah

keheningan bersama jam yang

berdetak. Para pejuang yang telah

mati muda, mereka ingin

dikenang sebagai tanda

penghargaan bagi mereka. Chairil

juga menceritakan para pejuang

yang sudah sekuat tenaga untuk

membela bangsa dan negara

hingga tidak punya arti lagi. Di

akhir persajakannya Chairil juga

menyampaikan pesan supaya

selalu menjaga tokoh-tokoh

bangsa yaitu Bung Karno, Bung

Hatta, dan Bung Syahrir.

Sajak tersebut juga tidak

menyebutkan tentang

kemerdekaan bangsa lain, dan

musuh yang dilawan oleh para

prajurit. Karena sajak tersebut

diterbitkan setelah perang

dunia II, mungkin para prajurit

tersebut adalah prajurit Jepang,

Amerika, Italia, Jerman atau

Perancis. 

Perbedaanya puisi ini

mengisahkan tentang

perjuangan untuk perdamaian.

7 11Amanat Pada kalimat :

“Kenang-kenanglah kami”

Adalah sebuah himbauan, ajakan,

pengharapan pada kita untuk

senantiasa tidak melupakan

perjuangan dari para pendahulu

kita,walaupun para pejuang

tersebut telah gugur.

“Kerja belum selesai,belum bisa

memperhitungkan arti 4-5 ribu

nyawa”

Pada kalimat diatas tersirat makna

untuk bekerja keras,melanjutkan

pekerjaan yang belum tuntas,

mempunyai etos kerja yang

Hampir sama dengan puisi

“”Karawang Bekasi”, puisi

“The Young Soldiers” pun

memiliki amanat yang sama

yaitu adalah sebuah himbauan,

ajakan, pengharapan pada kita

untuk senantiasa tidak

melupakan perjuangan dari

para pendahulu kita, walaupun

para pejuang tersebut telah

gugur.

Dapat dilihat pada baris:

“They say,

We leave you our deaths,

Give them their meaning,

45

Page 46: BAB I

46

pantang menyerah.

“Berjagalah terus di garis batas

pernyataan dan impian”

Pada kalimat diatas sangat tegas

sekali pernyataan atau tujuan dari

Sang Penyair yaitu supaya kita

selalu konsisten dengan

pernyataan kita,ucappan kita,

janji-janji kita, sumpah kita dan

semua yang pernah kita ucapkan

dan pada kata “impian”

mengandung makna suatu cita-

cita.Kita harus punya impian yang

sesuai dengan kondisi kita.Impian

itu tidak lain adalah cita-cita

bangsa kita.

“Teruskan, teruskan jiwa kami”

“Menjaga Bung Karno,menjaga

Bung Hatta, menjaga Bung

Sjahrir”

Pada kalimat diatas yaitu

“Teruskan,teruskan jiwa kami.

Menjaga Bung Karno,menjaga

Bung Hatta,menjaga Bung

Sjahrir” mengandung makna

kesetian rakyat kepada para

pemimpinnya. Pejuangan tidak

akan berhasil,cita-cita tidak akan

tercapai kalau tidak ada kesetiaan

antara rakyat dengan

pemimpinnya.

Give them an end to the war

and atrue peace,

Give them a victory that ends

the war and a peace

afterwards,

Give them their meaning,

We were young, they say,

We have died.

Remember us. “

8 12Suasana menggambarkan tentang emosi suasananya menggambarkan

46

Page 47: BAB I

47

semangat para pejuang dan

keharuan demi merebut

kemerdekaan bangsa Indonesia,

sehingga dengan suasana yang

muncul tersebut dapat

mengorbankan semangat rakyat

Indonesia untuk melanjutkan

perjuangan.

tentang suasana ketakuatan,

kesedihan, keharuan akan

perdamaian dunia

9 Nada Nada yang tersirat dalam puisi

Chairil adalah mengobarkan

semangat perjuangan,

sedangkan puisi Archibald

memimpin perdamaian.

Nadanya pun sama yaitu

semangat dalam berjuang

meraih perdamaian dunia.

Jadi dapat disimpulkan bahwa perbandingan puisi Karawang Bekasi rarya Chairil

Anwar dan The Young Dead Soldier karya Archibald Macleish adalah pada diksi, tipografi,

tema, makna, amanat, suasana, nada. Diksi kedua puisi tersebut memiliki kemiripan yang

tinggi seperti yang dijelaskan pada tabel di atas. Tipografinya pun sama yaitu rata kiri dan

menggunakan titik koma. Temanya adalah perjuangan. Maknanya adalah suara hati seorang

pejuang yang ingin dihargai dan diingat perjuangannya. Amanat yang terkandung di

dalamnya anjuran untu mengingat jasa para pahlawan. Suasana pada kedua puisi tersebut

menggambarka ketakutan, emosi.

2.2.3 Drama

2.2.3.1 Naskah Drama Sampek Engtay Karya N. Riantiarno

Unsur-Unsur Intrinsik Naskah Drama Sampek-Engtay

a. Tema

Tema adalah gagasan sentral yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.

Sama halnya kisah Romeo-Juliet, secara garis besar, tema kisah Sampek- Engtay yaitu cinta

sejati tidak akan mampu dihalangi oleh apapun termasuk perseteruan kedua keluarga. Cinta

sejati akan selalu abadi sampai maut memisahkan jiwa dan raga. Cinta adalah anugerah yang

47

Page 48: BAB I

48

diberikan Tuhan kepada kita, dan tidak akan ada seorang pun yang mampu menolaknya.

Cinta itu bisa datang di mana saja, kapan saja, dan bagaimanapun caranya. Ia tidak mengenal

kaya-miskin, cantik-jelek, tinggi-rendah, musuh-kawan, dan lain-lain.

b. Alur atau Plot

Plot yang digunakan pengarang dalam naskah drama ini merupakan plot maju atau

progresif. Plot ini dimulai dari perkenalan, pemunculan masalah, penanjakan konflik,

klimaks, penurunan konflik, dan diakhiri dengan penyelesaian masalah.

Pengarang menyusun peristiwa-peristiwa yang ada berdasarkan hubungan sebab-

akibat (kausalitas). Plot utama dalam naskah drama ini adalah plot milik Engtay, sedangkan

xcvii plot tambahan adalah plot milik Sampek. Adapun tahap-tahapan plot utama dalam

naskah drama ini sebagai berikut.

1) Tahap situation (eksposisi), yaitu tahap pengenalan cerita yang berisi paparan awal

cerita. Kisah cinta ini diawali dengan pengenalan kehidupan Sampek. Dijelaskan

mengenai seorang gadis yang sangat menginginkan sekolah seperti halnya para lelaki

pada jaman itu. Kedua orang tua Engtay tidak pernah menyetujui anaknya menempuh

dunia pendidikan, karena seorang perempuan di masa itu tidak layak mendapatkan

pendidikan, hanya dilatih bagaimana caranya mengurus rumah tangga, suami, dan

anak-anak mereka kelak. Hal ini sesuai dengan kutipan berikut.

Engtay : “Habis sudah dayaku, Suhiang, rasanya tidak mungkin lagi aku membujuk ayah ibu.

Larangan mereka tidak bisa lagi diubah-ubah.”

Suhiang : “Masa?”

Engtay : “Aku akan menjadi gadis pingitan, menunggu lamaran calon suami. Aku akan

menjadi perempuan bodoh yang tidak tahu betapa luasnya dunia ini.” (SE : 23)

Paparan mengenai keadan Engtay dilanjutkan dengan sikap Engtay yang tidak

menyerah begitu saja dengan keadaannya. Engtay yang cerdik, berusaha memperdaya orang

tua, karena dulu orang tuanya pernah menantang Engtay agar dapat mengecoh orang tuanya

sendiri. Maka diterimalah tantangan itu oleh Engtay, dengan bantuan dari Suhiang,

pengasuhnya, Engtay berdandan ala laki-laki dan berpura-pura menagih hutang Tuan Ciok..

Pernyataan ini dapat dilihat dari kutipan berikut.

Nyonya Ciok : “Dia yang menyamar menjadi penagih hutang itu tadi. Anakmu!” xcviii

Ciok : “Kamu? Kamu? Oooo, anak kurang ajar!”

48

Page 49: BAB I

49

Suhiang : “Juragan besar, jangan, ingat dong, juragan besar kan pernah janji sedia

mengizinkan pergi sekolah ke Betawi kalau Nona Engtay berhasil menipu juragan besar.”

(SE : 36)

Tahap pengenalan selanjutnya adalah pekenalan antara Sampek dan Engtay di sekolah di

Betawi. Dalam masa sekolah, Sampek sama sekali tidak mengetahui bahwa Engtay adalah

seorang perempuan, padahal setiap hari mereka tidur satu ranjang. Engtay memahami bahwa

Sampek adalahpemuda yang lugu dan mudah tertipu.

2) Tahap generating circumstante (inciting moment), yaitu tahap mulai munculnya

masalah. Masalah-masalah mulai ditampilkan pengarang untuk kemudian

dikembangkan dan ditingkatkan kadarnya. Tahap ini dimulai dengan berangkatnya

Engtay ke Betawi untuk bersekolah di sekolah Putra Bangsa . Pada saat perjalanan ke

sekolah, Engtay bertemu dengan Sampek, mereka menjadi akrab dan memutuskan

untuk menjadi saudara angkat. Hal ini sesuai dengan kutipan di bawah ini.

Engtay : “Saudara, boleh mulai sekarang saudara kupanggil Kakak? Kita kan bakal menjadi

teman sekelas. Makin bebas kita bergaul, makin bisa kita saling tolong menolong. Saya

malah punya niat menjadikan kakak saudara angkat saya. Kelihatannya saya lebih muda dari

kakak. Itu kalau saudara setuju.”

Sukiu : “Kenapa tidak? Majikan saya pasti setuju. Ke mana saja kita pergi, jangan musuh

yang dicari, tetapi sahabat dan saudara. Itu niat yang mulia. bukan begitu juragan?”

Sampek : “Setuju.” (SE : 64) xcix

Setelah keduanya resmi menjadi saudara angkat, mereka memutuskan untuk tidur

sekamar, bahkan seranjang. Engtay takut apabila nanti ternyata Sampek adalah pemuda yang

tidak baik. Tetetapi karena Engtay cerdas, dia membagi ranjang menjadi dua dengan seutas

tali. Peraturannya adalah barang siapa yang melanggar batas tali tersebut, maka harus

membayar denda. Untuk menegtehui apakah Sampek adalah pemuda yang baikatau bukan,

maka dengan sengaja Engtay melanggar batas tersebut. Terkejutlah Sampek karena Engtay

melanggar peraturan yang dia buat sendiri. Karena Sampek orang yang jujur, maka hati

Engtay menjadi tenang. Hal ini sesuai dengan kutipan di bawah ini.

Engtay : “......... Ah, tetapi aku lega tidur satu kamar dengan lelaki bodoh yang jujur.

Kehormatanku akan tetap terjaga.” (SE : 82)

49

Page 50: BAB I

50

Setahun sudah mereka tidur seranjang berdua, akan tetetapi Engtay masih aman.

Sampek tidak mengetahui bahwa teman seranjangnya adalah seorang perempuan. Akhirnya

pada saat di taman bunga Engtay mengaku kepada Sampek bahwa dirinya adalah seorang

perempuan, semula Sampek tidak percaya, akan tetetapi Engtay membuktikannya. Hal ini

sesuai dengan kutipan di bawah ini.

Engtay : “Sampek, aku bukan banci, aku perempuan. Lihat! (mencopot pakaiannya, dan kini

hanya memakai pakaian perempuan) aku ini perempuan. Asli. Tulen. (SE : 145-146)

Setelah itu, Sampek percaya dan langsung mengungkapkan perasaannya kepada

Engtay bahwa Sampek mencintai Engtay. Tanpa didduga, ternyata Engtaypun mencintai

Sampek. Bunga cinta mulai beemekaran di antara keduanya. Hal ini sesuai dengan kutipan di

bawah ini.

Sampek : “Engtay....”

Engtay : “Sampek....”

Sampek : “Aku mencintaimu.

Engtay : (jadi malu-malu kucing) “aku juga...” (SE : 148)

3) Tahap rising action, yaitu tahap penanjakan konflik yang terdapat di dalam cerita.

Masalah-masalah yang mulai muncul meningkat kekompleksannya. Tahap ini dimulai

ketika Sampek dan Engtay mulai menjalin kasih akan tetetapi tiba-tiba diketuklah kamar

mereka, Engtay heran kenapa malam-malam seperti itu ada orang yang ingin masuk

kamarnya, sepertinya ada kabar penting yang akan disampaikan, ternyata, yang mengetuk

pintu tadi adalah Jinsim, Jinsim mengajak Engtay untuk pulang ke rumah, supaya menuruti

perintah orang tuanya agar menikah dengan Macun. Engtay tidak dapat menolak perintah

orangtuanya, maka dia mengikuti ajakan Jinsim. Sampek merasa kehilangan, begitu pula

dengan kekasihnya, Engtay. Mereka tidak tahu kapa bisa bertemu lagi. Hal ini sesuai dengan

kutipan berikut.

Sampek : (sambil menangis) “tak tahu kapan bisa bertemu lagi, hidupku sekarang seperti

kabut. Menggigil dan tanpa kendali. Tidak tahu kapan bisa bertemu lagi. Segalanya tak

pernah ada yang pasti.” (SE : 161)

Pernikahan paksa membawa dua sejoli ini ke gerbang perpisahan yang menyedihkan,

padahal baru beberapa saat saja mereka mereguk manisnya dimabuk asmara. Dengan

datangnya Jinsim, maka Sukiu, bujang Sampek akhirnya mengetahui siapa sebenarnya

50

Page 51: BAB I

51

Engtay. Sukiu heran karena tuannya sangat polos, karena polosnya itulah Engtay masih suci,

belum terjamah oleh Sampek atau siapapun. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan berikut.

Sukiu : “Betul-betul Tuan belum sempat... begitu?...

Sampek : (lemas) “Ya, Sukiu, aku belum sempat menjamah, Engtay masih suci.” (SE : 162)

Konflik semakin menanjak ketika Engtay dijodohkan dengan Macun. Engtay menolak

perjodohan tersebut dan hanya bisa menangis. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.

Kapten Liong : “.... Pesta pernikahan anak-anak kita akan menjadi pesta paling hebat di

Rangkasbitung dan tidak akan tertandingi sampai 100 tahun kemudian. Aku sangat bangga

punya menantu Engtay.” Engtay : (menangis, lari ke dalam) (SE : 181)

Engtay hanya pasrah saja menunggu Sampek yang seharusnya datang di hari ke

sepuluh sekak perpisahan mereka, akan tetetapi Engtay ragu. Engtay takut seandainya

Sampek salah menghitung hari yang ditetapkan oleh Engtay. Pernyataan ini sesuai dengan

kutipan di bawah ini.

Engtay : “ .... Hari ini adalah hari ke sepuluh. Seharusnya Sampek datang untuk melamarku,

seperti yang sudah dijanjikan. Tetapi mengapa belum datang juga, ya? Apa dia tak sanggup

menghitung jumlah 8+2, 7+3, 6+4? Mudah sekali, masing-masing nerjmlah 10. (ketakutan)

atau Sampek menghitung jumlah ketigatiganya? Dan menjadi 30? Oh, Sampek... Sampek.....

kalau begitu nasib kita ditentukan oleh kebodohanmu. Oh, Sampek.....” (SE: 168)

Hari ke tiga puluh akhirnya datang juga. Sampek dan Sukiu bertandang ke rumah

Engtay, dengan sangat senang, Engtay menerima kedatangan kekasihnya itu. Ketika Sampek

pergi ke dalam kamarnya, Nyonya Ciok datang dan menemui Sampek, dengan berbagai akal

Sampek menutup-nutupi kalau dirinya sudah tahu bahwa Sampek adalah seorang perempuan.

Karena itulah nyonya Ciok tidak khawatir putri kesayangannya terjamah oleh seorang lelaki.

Saat tuan Ciok dan nyonya Ciok kembali masuk ke dalam rumah, Sampek dan Engtay

melepas rasa rindu mereka yang telah lama terpendam. Mereka mengungkapkan perasaan

galau yang mereka lami selama mereka berpisah. Pernyataan ini terlihat dari kutipan di

bawah ini.

Sampek : “Sejak kau pergi, dunia gelap rasanya, setiap hari aku hanya menghitung-hitung

kapan kita bisa bertemu lagi. Nasi yang kutelan rasa sekam, dan air minum serasa duri. Tidak

satupun pelajaran dari guru yang masuk ke dalam kepalakuyang sudah penuh dengan kamu,

51

Page 52: BAB I

52

kamu, kamu. Hidup sudah tak ada gunanya lagi tanpa kehadiranmu. Apakah kau juga merasa

seperti yang aku rasa, Engtay?”

Engtay : “Ah, Engtay, kamu membuat hatiku hancur berkeping-keping.”

Sampek : “Lelaki yang jatuh cinta bisa memakai kata-kata berbunga. Aku tidak. Apa saja

yang kukatakan memang begitu kenyataannya.” (SE: 201-202)

Penanjakan konflik semakin ketika orang tua Engtay mengetahui bahwa sebenarnya Sampek

telah mengerti siapa sebenarnya Engtay karena Jinsim telah mengakuinya. Hal ini dapat

dilihat pada kutipan berikut.

Jinsim : “Tuan Sampek sebenarnya sudah tahu siapa nona Engtay.”

Nyonya Ciok : “ (kaget sekali) Kalau begitu, Tuan, aku mohon segeralah pergi. Engtay sudah

kami tunangkan. Dan satu bulan lagi dia akan menikah di Rangkasbitung. Mohon pahamilah

dan jangan berbuat yang aneh-aneh. Demi masa depan Engtay.” (SE : 208)

Dengan demikian, keluarga Ciok khawatir terhadap Kapten Liong, calon besannya.

Maka dari itulah, Sampek disuruh cepat-cepat pergi dan meninggalkan Engtay. Perpisahan

sangat mengharukan. Sampek memberikan potongan rambutnya kepada Engtay, karena

hanya itulah yang Sampek miliki. Demikian halnya dengan Engtay. Dia memberikan tusuk

kondenya kepada Sampek. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

Engtay : “... tak ada yang bisa kuberikan sebagai tanda mata selain tusuk konde ini.

Anggaplah ini sama dengan aku. Kita tidak berjodoh kali ini, tetapi berdoalah agar pada

penjelmaan lain kita akan ditakdirkan para Dewa menjadi pasangan kekasih yang saling

mencinta.”

Sampek : Aku tidak punya barang berharga selain rambutku. Ini boleh kau anggap sebagai

tandamata dariku.” (SE: 206-207)

4) Tahap climax, yaitu puncak dari keseluruhan cerita. Konflik yang ada mencapai

puncak dan tidak dapat dibendung lagi. Klimaks dalam kisah ini terjadi ketika

Sampek mengetahui bahwa Engtay akan menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya,

Macun. Kebodohan Sampek membawa dia dan Engtay dalam masalah yang pelik. Hal

ini dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

Sampek : “Engtay, Engtay, aku memang bodoh, akan tetetapi apa harus seberat ini

penderitaan yang harus kutanggung akibat kebodohanku itu? Aku tidak sanggup, tidak

sanggup....” (SE : 228)

52

Page 53: BAB I

53

Mereka saling mencinta tetetapi apa daya, Engtay terlanjur dilamar oleh Macun.

Orangtua Engtaypun memaksa Engtay untuk mau menuruti perintah mereka. Sampek

mengalami sedih yang berkepanjangan karena ditinggalkan Engtay. Hal ini dapat dilihat pada

kutipan di bawah ini.

Sampek sakit payah, dia meracau terus.

Sampek : “tega sekali kamu memutuskan hubungan kita. Oh, aku tidak sanggup menyaksikan

kau bersanding dengan lelaki lain, diiringi musik, berpakaian merah penuh ronce emas. Aku

tidak sanggup hidup lagi, lebih baik aku mati, mati......” (SE: 227)

Sampek tidak kuat lagi menahan penderitaan. Lama-kelamaan sakitnya semakin

parah. Siapapun tak dapat menolong, Ibunya, Tabib, semua orang tak dapat menyembuhkan

penyakit asmara Sampek. Penyakitnya hanya dapat disembuhkan oleh Engtay. Karena tidak

mungkin Engtay datang, Sampek akhirnya pingsan, Nyoya Nio, Ibunda Sampek,

kebingungan karena sampek pingsan di tangannya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan di

bawah ini.

Nyonya Nio : (menangis) “Aduh Sampek, anakku, jangan begini, Nak. Jangan habis hanya

lantaran cinta. Sampek, untuk apa mengingat-ingat gadis yang telah bertunangan?” (SE :

2237)

Melihat keadaan seperti itu, Nyonya Nio memerintahkan Sukiu untuk mengirimkan

surat Sampek kepada Engtay. Tak perlu waktu yang lama, segeralah Sukiu menuju rumah

Engtay, di sana Sukiu bertemu dengan Engtay, mengabarkan bahwa Sampek sakit parah dan

hanya sembuh jika menikah dengan Engtay. Karena waktu dan keadaan yang tidak

memungkinkan, Engtay tak dapat mengunjungi Sampek, hanya dapat membalas surat untuk

Sampek. Setelah sampai di rumah Nyonya Nio, Sukiu segera membacakan surat Engtay

kepada Sampek. Surat tersebut membuat Sampek memilih meningalkan dunia ini dari pada

terus menerus dirundung duka. Isi surat tersebut dapat dilihat pada cuplikan di bawah ini.

Sukiu : “Soal sakitnya kakak Sampek, saya punya obatnya. Harap perhatikan baik-baik.

Carilah salju pada bulan Agustus. Otak dari ayam emas, hati ular naga hijau dari Lautan

Timur. Jeroan burung Hong besayap putih, taring serigala berbulu merah dan berkaki lima,

dan dua tetes air embun yang masih menempel di daun ketapang tepat pada jam dua belas

siang. Campurkan semua itu lalu godok dalam panci berlian. Atas perkenan Dewa-Dewa

pasti kakak akan sembuh...... kalau itu semua tidak dapat diperoleh, dipastikan 99,99 persen

kakak akan meninggal..... kalau kakak sampai meninggal, kuburlah jasad kakak di pinggir

53

Page 54: BAB I

54

jalan besar di pekuburan luar kota arah Rangkasbitung. Carilah tanah pekuburan di sebelah

timur dan kuburan kakak harus menghadap ke barat.

Pilihlah bongpay bewarna biru dan tatahlah nama kakak di batu nisan itu dengan

huruf-huruf yang jelas. Di belakang hari, aku akan datang bersembahyang di kuburan kakak.

Sekian surat dariku, dan harap jangan melupakan pesanku.” (SE : 251-254)

Sampek merasa hal itu benar adanya. Sudah tidak ada harapan apapun untuk hidup

bersama dengan Engtay di dunia ini. Maka dari itulah setelah menyuruh Nyonya Nio

melaksanakan pesan dari Engtay tersebut, maka Sampekpun mati dengan tenang. Hal ini

dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

Sampek : “Dengar semua pesanku! Kuburkan aku seperti apa yang ditulis Engtay dalam surat

itu. Aku yakin Engtay pasti akan datang ke kuburku. Tusuk konde ini tandamata dari Engtay.

Taruhlah di piring pedupaan di atas kuburku. Jika dia datang, dia pasti tahu apa yang harus

dilakukannya. Ibu, Ayah, aku minta maaf karena tidak bisa menjaga sampai Ayah, Ibu tua.

Maafkan anakmu yang tidak berbakti ini. Aku merasa ajalku sudah dekat sekali. Iklaskan

anakmu pergi. Tetapi ada satu permintaan, jangan benci sama Engtay, sebab dialah satu-

satunya gadis yang aku cintai. Selamat tinggal semuanya.” Sampek mati, tangispun meledak.

(SE : 255)

5) Tahap denonement, yaitu tahap penyelesaian konflik yang timbul. Denonemen dalam

naskah drama ini dimulai dengan lewatnya iring-iringan tandu pengantin di

pemakaman Sampek. Engtay meminta tandunya untuk berhenti terlebih dahulu, dia

ingin sembahyang di pekuburan Sampek. Semua mengira Engtay hanya ingin

menghormati kematian temannya dengan bersembahyang. Akan tetetapi

kenyataannya berbeda. Engtay tidak sembahyang melainkan ingin mememui jasad

Sampek. Sepanjang jalan yang telah dilaluinya tadi, Engtay merasa semakin yakin

kalau dia hanya mencintai sampek. Kemudian Engtay mengetuk-ngetukkan tusuk

konde ke kubur Sampek. Aneh tetetapi nyata, kubur Sampek terbuka, tiba-tiba Engtay

masuk ke dalam kubur. Setelah mengetahui Engtay masuk ke dalam kubur Sampek

maka Kapten Liong memerintahkan Macun untuk menggali kuburan itu. Nyonya Nio

tidak terima kuburan anaknya digali. Nyonya Nio marah besar. Akan tetetapi setelah

kuburan tergali, mereka tidak menemukan apapun selain dua keping batu biru,

sepasang tawon kuning dan sepasang kupu-kupu. Yang akhirnya terbang ke langit

54

Page 55: BAB I

55

yang biru. Semua langsung terhanyut dalam suasana syahdu. Pernyataan ini terlihat

dari kutipan di bawah ini.

Koor : “ sepasang kupu-kupu terbang ke langit sayapnya gemerlap memantulkan cahaya.”

( memang betul demikian kejadiannya. Dari dalam kuburan terbang sepasang kupu-kupu,

keduanya mengepakkan sayap terbang ke langit) (SE : 274)

c. Penokohan dan Perwatakan

Tokoh merupakan orang atau pelaku cerita, sedangkan penokohan adalah cara atau

teknik yang digunakan pengarang untuk menggambarkan tokoh. Naskah drama Sampek-

Engtay saduran N. Riantiarno ini menampilkan beberapa tokoh. Adapun tokoh utama dalam

naskah drama ini adalah Sampek dan Engtay, meskipun posisi Sampek adalah tokoh utama

tambahan. Tokoh tambahan dalam naskah drama ini meliputi, Tuan Ciok, Tuan Nio, Nyonya

Ciok, Nyonya Nio, Sukiu, Jinsim, Suhiang, Macun, Antong, Kapten Liong, guru, murid dan

lainnya. Berdasarkan keutamaan tokoh dan peranannya dalam cerita, tokoh utamalah yang

memerlukan penjelasan lebih lanjut.

1) Engtay

a) Ciri fisik

Engtay adalah seorang gadis muda yang cantik jelita. Ia mempunyai bentuk tubuh

yang sempurna sehingga banyak pemuda yang tertarik padanya. Pemuda yang tertarik pada

Engtay tidak hanya berasal dari kalangan rakyat biasa seperti Sampek, tetetapi juga dari

kalangan bangsawan, seperti halnya dengan keluarga Macun. Macun adalah seorang

bangsawan muda yang terkenal akan kekayaannya. Hal ini sesuai dengan kutipan di bawah.

Sampek : “ Mungkin dia, bagaimana rupa nona kamu itu? Cantikkah dia?

Suhiang : “ Kalau dibilang cantik, di kota ini memang Nona kami adalah yang paling

cantik. Hanya cahaya bulan yang sanggup mengalahkan kecantikannya. Dan bukan saja

cantik, tetetapi juga pintar. Semua kepandaian rumah tanggan dia bisa. Sebut saja apa!

Menyulam, memasak, berdandan, bisa! Nona kami juga pintar surat menyurat. Dia pandai

menulis syair sindiran dan syair pasangan. Jika ada orang bertanya siapakah perempuan muda

di Serang ini yang memenuhi persyaratan sebagai perempuan luar dalam, maka jawabannya

hanya satu, Nona Engtay kami itu.” (SE : 186-187)

Engtay juga merupakan seorang gadis yang pandai mengurusi urusan rumah tangga,

pandai membuat syair, berdandan, dan memasak. Selain itu kepandaiannya dibuktikan juga

55

Page 56: BAB I

56

pada saat Engtay meperdaya orang tuanya dengan menyamar sebagai laki-laki penagih

hutang. Hal ini sesuai dengan kutipan di bawah.

Nyonya Ciok : “Dia yang menyamar menjadi penagih hutang itu tadi. Anakmu!”

Ciok : “Kamu? Kamu? Oooo, anak kurang ajar!”

Suhiang : “Juragan besar, jangan, ingat dong, juragan besar kan pernah janji sedia

mengizinkan pergi sekolah ke Betawi kalau Nona Engtay berhasil menipu juragan besar.”

(SE : 36)

Engtay adalah seorang wanita perkasa yang tidak mau menyerah begitu saja pada

nasibnya yang dilarang menempuh pendidikan oleh keluarganya. Dia selaku berpikir keras

bagaimana dapat memeroleh pendidikan sebagaimana kaum lelaki.

Suhiang : “ Jangan kelewat sedih, Nona, permpuan perkasa selau berusaha dengan akalnya

supaya segala hal yang direncanakan terlaksana.” (SE: 23)

Kisah Sampek-Engtay ini merupakan kisah cinta sepasang anak muda dan ditujukan

khususnya untuk para remaja. Oleh karena itu, kisah ini juga menggunakan tokoh utama yang

berusia remaja. Ketika kisah ini berlangsung, usia Engtay masih muda, yaitu 17 tahun. Hal ini

ditegaskan dalam kutipan berikut.

Ciok : “ Engtay bulan depan genap 17 tahun. Tunggulah barang satu atau dua tahun lagi.

Nanti akan kami beri isyarat kapan kamu boleh menjemput Engtay dengan tandu pengantin

dari Rangkasbitung.” (SE: 87)

Adapun mengenai pakaian yang dikenakan Engtay pengarang tidak secara detail

menjelaskannya. Pakaian yang dikenakan Engtay dalam kisah ini berupa pakaian wanita khas

dari Cina. Akan tetetapi bisa dalam pakaian pengantin disebutkan bahwa pakaian Engtay

berwarna merah menyala penuh ronce keemasan dan benang perak. Hal ini ditegaskan dalam

kutipan berikut

Sebuah tandu pengantin yang digotong oleh kuli-kuli, ditaruh di tengah rombongan.

Di dalam tandu, Engtay berbusana pengantin warna merah menyala penuh ronce keemasan

dan benang perak. (SE : 259)

b) Ciri psikologis

Ditinjau dari ciri psikologis, Engtay adalah gadis yang lembut, rendah hati, dan

bijaksana dan pintar. Ia juga seseorang yang istimewa karena kepandaiannya dan sikap

56

Page 57: BAB I

57

kerasnya yang menuntut persamaan hak antara kaum laki-laki dan perempuan dalam hal

memeroleh pendidikan. Karena pintar, terkadang Sampek salah paham dengan perkataan atau

teka-teki Engtay, oleh karena itulah, Sampek terlambat datang menemui Engtay, dan

terjadilah hal yang tidak mereka inginkan, yaitu perpisahan. Hal ini sesuai dengan kutipan

berikut.

Nyonya Ciok : “Dia yang menyamar menjadi penagih hutang itu tadi. Anakmu!”

Ciok : “Kamu? Kamu? Oooo, anak kurang ajar!”

Suhiang : “Juragan besar, jangan, ingat dong, juragan besar kan pernah janji sedia

mengizinkan pergi sekolah ke Betawi kalau Nona Engtay berhasil menipu juragan besar.”

(SE : 36)

Engtay : “ .... Hari ini adalah hari ke sepuluh. Seharusnya Sampek datang untuk melamarku,

seperti yang sudah dijanjikan. Tetapi mengapa belum datang juga, ya? Apa dia tak sanggup

menghitung jumlah 8+2, 7+3, 6+4? Mudah sekali, masing-masing berjumlah 10. (ketakutan)

atau Sampek menghitung jumlah ketiga-tiganya? Dan menjadi 30? Oh, Sampek... Sampek.....

kalau begitu nasib kita ditentukan oleh kebodohanmu. Oh, Sampek.....” (SE: 168)

Tokoh Engtay juga digambarkan sebagai sosok gadis bangsawan yang bermartabat.

Di depan umum sikapnya selalu tenang, sopan, dan mampu menyembunyikan segala

perasaan. Ia akan selalu tersenyum dan bersikap ramah meskipun hatinya menjerit sakit.

Statusnya sebagai seorang bangsawan telah mengajarinya untuk selalu tersenyum

bagaimanapun keadaan hatinya. Ia adalah orang yang tetap menjaga sikap dan tingkah

lakunya sebagai bangsawan. Selain itu Engtay adalah pemeluk aliran kepercayaan yang ada

di Cina. Dibuktikan dengan sembahyangnya dia di makam Sampek. Pernyataan ini sesuai

dengan kutipan berikut.

Kapten Liong : “Engtay mau apa?

Macun : “Bersembahyang di makam teman.” (SE : 265)

Ketika ia sedang bahagia ia tidak akan menampakkannya dengan berlebihan. Begitu

juga sebaliknya, kesedihan yang melandanya akan ia simpan rapat-rapat di dalam hati.

Perilaku seperti ini dilakukan untuk menjaga martabatnya sebagai bangsawan. Hal semacam

ini tentu saja sudak dipelajari Engtay sejak dia masih kecil. Ia mempunyai tanggung jawab

yang besar untuk menjaga martabat keluarga. Hal tersebut dapat kita lihat dalam cuplikan

naskah yang menunjukkan pada saat Engtay dipaksa kawin dengan Ciok, dia hanya dapat

57

Page 58: BAB I

58

menyembunyikan perasaan, tidak berbicara sepatah katapun, hanya diam dan mengangguk.

Pernyataan ini sesuai dengan kutipan berikut.

Kapten Liong : (tertawa) “ bagaimana? Setuju?”

Ciok : “Bagaimana Engtay, kau dengar sendiri rencana calon suamimu?”

Engtay : Diam saja

Nyonya Ciok : “Engtay, kau harus menjawabnya.”

Engtay : (Cuma mengangguk, Nyonya Ciok kurang puas) (SE: 181)

Sosok Engtay juga digambarkan sebagai gadis yang pemberani, setia, dan tegar.

Keberaniannya ini diwujudkan dengan perginya dia ke Betawi untuk menuntut ilmu.

Kesediannya untuk mematuhi segala perintah orang tua, mulai dari disuruhnya Engtay pulang

ke rumah padahal sedang menempuh pendidikan dan patuhnya Engtay ketika akan

dinikahkan dengan Macun. Akan tetetapi Engtay masih setia mencintai Sampek.

Setiap malam Engtay memikirkan Sampek, khawatir akan keadaan Sampek dan masih selalu

berharap agar kelak dapat berjodoh dengan Sampek yan ia cintai. Dengan segala cara dia

berusaha untuk menggagalkan pernikahannya dengan Macun walau harus terjun ke makam

Sampek untuk mati bersama.

c) Ciri sosial

Tokoh Engtay merupakan terlahir sebagai putri Tuan Ciok, salah satu bangsawan asal

Banten, Serang. Engtay merupakan anak tunggal dari keluarga tersebut sehingga ia adalah

satu-satunya harapan tunggal Tuan Ciok. Pernyataan ini dapat dilihat dari kutipan berikut.

Engtay : Saya Engtay, dari keluarga Ciok. Asal Banten, Serang.” (SE : 61)

Dalam kisah ini, keluarga Ciok adalah seorang keluarga kaya yang akan menjodohkan

anaknya dengan Macun, seorang anak saudagar kaya raya. Keluarga Ciok terkenal sebagai

keluarga kaya dan terhormat.

Nyonya Ciok : “Hatimu memang baik, aku percaya. Untuk itu aku dan ayahmu memutuskan

untuk tidak membuat kakimu kecil seperti yang sudah dilakukan oleh leluhur-leluhur kita.

Lihat, kakiku sendiri masih kecil, dan apa yang kami putuskan itu menandakan kami sangat

mencintaimu.”

Engtay : “Ya, ibu.”

58

Page 59: BAB I

59

Nyonya Ciok : “Apapun yang kamu inginkan sejak kecil, kami mengabulkannya. Bahkan

waktu kamu ingin sekolah ke Betawi, niat yang sangat tidak lazim bagi kebanyakan

perempuan bangsa kita, kami mengizinkannya juga. Kami percaya, meskipun kamu manja,

kamu tidak akan tega membuat malu orang tua. Kami bangga kepadamu, Engtay.”

Engtay : “Ya, ibu.”

Nyonya Ciok : “Seumur hidup, aku dan ayahmu tidak pernah minta apapun darimu. Kali ini

kami minta janganlah berbuat macam-macam. Kawinlah dengan Macun, pergilah

bersamanya nanti kalau dia menjemputmu dengan tandu pengantin. Dan lupakan Sampek.”

Engtay : “Ya, ibu, ya....” (SE : 214-215)

Tokoh Engtay sangat dicinta keluarganya. Hal ini terlihat ketika Engtay dikabarkan

meninggal dunia. Keluarga Ciok serasa ditutupi awan hitam. Gadis yang seharusnya mereka

saksikan duduk di pelaminan ternyata memilih menjatuhkan tubuhnya ke dalam makan

Sampek, pemuda yang sangat Engtay cintai. Sungguh sebuah tragedi yang memilukan bagi

keluarga Ciok, bahkan keluarga Nio. Mereka hanya dapat memanggil nama Sampek dan

Engtay Pernyataan ini dapat dilihat dari kutipan berikut.

Koor : “ sepasang kupu-kupu terbang ke langit sayapnya gemerlap memantulkan cahaya.”

( memang betul demikian kejadiannya. Dari dalam kuburang terbang sepasang kupu-kupu .

keduanya mengepakkan sayap terbang ke langit)

Nyonya Nio : “Sampek.....”

Nyonya Ciok : “Engtay.....” (SE : 274)

Layaknya seperti bangsawan pada waktu itu, Engtay juga mempunyai seorang

pelayan. Pelayan tersebut merupakan pengasuh Engtay sejak kecil. Ia merupakan orang

kepercayaan Nyonya Ciok. Sejak Engtay kecil, ia telah dipercaya untuk mengasuh dan

mendidik Engtay hingga menjadi dewasa. Bagi Engtay, pengasuh itu adalah sahabatnya. Ia

adalah tempat Engtay menceritakan segala kesedihan dan kebahagiaan yang dirasa. Engtay

juga sangat mempercayai pengasuh tersebut. Hal ini sesuai dengan kutipan berikut.

Suhiang : “ Jangan kelewat sedih, Nona, perempuan perkasa selalu berusaha dengan akalnya

supaya segala hal yang direncanakan terlaksana.” (SE: 23)

Engtay : “habis sudah dayaku, Suhiang. Rasanya tidak mungkin lagi aku membujuk ayah ibu.

Larangan mereka tidak bisa diubah-ubah.”

59

Page 60: BAB I

60

Suhiang : “Masa?”

Engtay : “Aku akan menjadi gadis pingitan, menunggu lamaran calon suami. Aku akan

menjadi perempuan bodoh yang tidak tahu betapa luasnya dunia ini.” (SE : 23)

Status sosial Engtay juga dapat dilihat dari calon suami yang dipilih oleh sang ayah,

yaitu Macun. Macun adalah seorang bangsawan terhormat yang terkenal akan kekayaannya,

dia merupakn anak Kapten Liong. Kekayaan Macun juga melebihi kekayaan Tuan Ciok.

Tidak mungkin seandainya seorang rakyat biasa berani menjodohkan anaknya dengan

seorang bangsawan, paling tidak ia sederajat. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.

Kapten Liong : “Jangan terlalu repot. Pesta akan dipusatkan di Rangkasbitung. Aku sudah

pesan ondel-ondel dan rombongan ahli akrobat dari Surabaya. Ada juga tukang sulap India

dan kelompok Cokek Krawang. Malah paman Macun sudah ikrar mau mengundang grup

Opera Bangsawan dari Penang. Pesta pernikahan anak-anak kita akan menjadi pesta paling

hebat di Rangkasbitung dan tidak akan tertandingi sampai 100 tahun kemudian. Aku sangat

bangga punya menantu Engtay.

Engtay : (menangis, lari ke dalam) (SE : 181)

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan disimpulkan bahwa tokoh Engtay adalah seorang

yang cantik dan muda, pemberani, cerdas, lembut, dan berasal dari kalangan bangsawan. Ia

adalah putri dari Tuan Ciok.

2) Sampek

a) Ciri fisik

Ciri psikis melukiskan latar belakang kejiwaaan, kebiasaan, sifat dan karakternya,

temperamen, keinginan, kecakapan, kecerdasan, dan keahlian khusus. Sampek adalah seorang

pemuda tampan berusia lebih tua dari Engtay, sekitar 20 tahun, sopan namun agak pemalu.

Hal tersebut dapat ditunjukkan ketika Sampek bertemu dengan Engtay pertama kali. Sampek

menutupi wajahnya dan terus membaca buku hingga Engtay sulit menanyakan tujuan

perjalanannya kepada Sampek pada saat di Betawi. Karena pemalu, maka Sampek kurang

beruntung dalam hal asmara dan sulit mendapatkan gadis pujaan. Hanya kepada Engtaylah

Sampek menambatkan hatinya. Pernyataan tersebut tampak pada kutipan berikut.

Engtay : “Saudara, boleh mulai sekarang saudara kupanggil Kakak? Kita kan bakal menjadi

teman sekelas. Makin bebas kita bergaul, makin bisa kita saling tolong menolong. Saya

60

Page 61: BAB I

61

malah punya niat menjadikan kakak saudara angkat saya. Kelihatannya saya lebih muda dari

kakak. Itu kalau saudara setuju.”

Sukiu : “Kenapa tidak? Majikan saya pasti setuju. Ke mana saja kita pergi, jangan musuh

yang dicari, tetapi sahabat dan saudara. Itu niat yang mulia. bukan begitu juragan?”

Sampek : “Setuju.” (SE : 64)

Selain kemungkinan besar dapat dipahami bahwa Sampek memiliki Tubuh tidak

terlalu tegap. Hanya dijelaskan bahwa Sampek adalah pemuda yang tampan dan sangat

sopan. Pernyataan tersebut tampak pada kutipan berikut.

Engtay : “Bagaimana rupa mereka?”

Suhiang : “kelihatan capek dan berdebu. Sang tuan sangat tampan dan sopan sekali.

Sedangkan bujangnya bermata nakal.” (SE : 193)

Sementara itu, mengenai pakaian Sampek pengarang tidak menjelaskan secara

mendetail. Berdasarkan cerita dapat disimpulkan bahwa pakaian yang dikenakan Sampek

dalam keseharian adalah pakaian khas Cina biasa yang menutupi seluruh tubuh dengan rapat

dan agak longgar. yang memudahkannya dalam bergerak. Adapun jika dilihat dari status

sosial, pakaian Sampek merupakan pakaian rakyat Cina pada umumnya, karena Sampek

bukanlah seorang yang kaya raya. Di bawah ini kutipan mengenai hal tersebut.

Sampek : “ Yah, kamu memang orang kaya, tentu sudah ditunangkan oleh orang tuamu sejak

kamu kecil. Aku tidak begitu, tidak ada yang mau dinikahi mahasiswa miskin macam aku ini.

Aku memang harus berusaha keras mencari pangkat dan kekayaan dulu. Baru calon isteri

mau medekatiku seperti laron mendekati cahaya lampu.” (SE : 112)

b) Ciri psikologis

Sampek adalah sosok pemuda yang pemalu. Ia adalah pemeluk aliran kepercayaan di

Cina yang masih memercayai Dewa-Dewa. Nilai-nilai agama tercermin dalam setiap

perkataan dan perbuatannya yang penuh dengan sopan santun. Dalam kehidupannya, Sampek

dapat dikatakan sebagai orang yang penuh syukur kepada Tuhan meskipun kehidupannya

sangat sederhana. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

Sukiu : Maaf, majikan saya agak pemalu. Dia suka kikuk kalau ketemu kenalan baru. Betul,

kami mau ke gedung Sekolah Putra Bangsa. (SE : 60)

61

Page 62: BAB I

62

Engtay : “... tak ada yang bisa kuberikan sebagai tanda mata selain tusuk konde ini.

Anggaplah ini sama dengan aku. Kita tidak berjodoh kali ini, tetapi berdoalah agar pada

penjelmaan lain kita akan ditakdirka para Dewa menjadi pasangan kekasih yang saling

mencinta.” (SE : 206)

Selain itu, Sampek merupakan pemuda yang tidak terlalu pintar, bahkan ia kalah

dengan Engtay yang cerdik. Dalam naskah Sampek dan Engtay ini disebutkan selam satu

tahun Sampek tidak pernah tahu siapa Engtay sebenarnya, padahal selama itu mereka satu

kamar dan satu ranjang. Kemudian disebutkan pula bahwa Sampek salah memperhitungkan

tanggal kapan dia akan bertemu dan melamar Engtay. Oleh karena kebodohannya, Sampek

terlambat mendapatkan Engtay dan gagallah semua impian mereka. Pernyataan tersebut dapat

dilihat dari kutipan berikut.

Engtay : “ .... Hari ini adalah hari ke sepuluh. Seharusnya Sampek datang untuk melamarku,

seperti yang sudah dijanjikan. Tetapi mengapa belum datang juga, ya? Apa dia tak sanggup

menghitung jumlah 8+2, 7+3, 6+4? Mudah sekali, masing-masing nerjmlah 10. (ketakutan)

atau Sampek menghitung jumlah ketigatiganya? Dan menjadi 30? Oh, Sampek... Sampek.....

kalau begitu nasib kita ditentukan oleh kebodohanmu. Oh, Sampek.....” (SE: 168)

Sampek : Engtay, Engtay, aku memang bodoh, akan tetetapi apa harus seberat ini penderitaan

yang harus kutanggung akibat kebodohanku itu? Aku tidak sanggup, tidak sanggup....” (SE :

228)

Sampek juga digambarkan sebagai pemuda yang mudah patah hati. Ketika dia

ditinggal dengan Engtay, maka lama-kelamaan di sakit, seluruh badannya menjadi lemas dan

tidak bersemangat. Hidupnya hanya untuk mencintai Engtay, tidak ada seorangpun yang

dapat menggantikan posisi Engtay di hatinya. Sampek juga mudah putus asa, sia memilih

mati daripada berjuang mendapatkan kembali cinta Engtay. Sifat Sampek ini dapat dilihat

dari kutipan berikut.

Siang malam berbantal air mata. Sampek Cuma ingat Engtay tercinta. Patah tulang bisa

disambung. Patah cinta sakit sampai ke jantung. Berpuluh gadis dibawa datang. Hati Sampek

tetap tak goyang. Hanya Engtay pujaannya seorang. Gadis lain tak bisa dibandingkan.

Nyonya Nio : (menangis) “Aduh Sampek, anakku, jangan begini, nak. Jangan habis hanya

lantaran cinta. Sampek, untuk apa mengingat-ingat gadis yang telah bertunangan?” (SE : 237)

Sampek sakit payah, dia meracau terus.

62

Page 63: BAB I

63

Sampek : “tega sekali kamu memutuskan hubungan kita. Oh, aku tidak sanggup menyaksikan

kau bersanding dengan lelaki lain, diiringi musik, berpakaian merah penuh ronce emas. Aku

tidak sanggup hidup lagi, lebih baik aku mati, mati......” (SE: 227)

Sampek : “Sejak kau pergi, dunia gelap rasanya, setiap hari aku hanya menghitung-hitung

kapan kita bisa bertemu lagi. Nasi yang kutelan rasa sekam, dan air minum serasa duri. Tidak

satupun pelajaran dari guru yang masuk ke dalam kepalaku yang sudah penuh dengan kamu,

kamu, kamu. Hidup sudah tak ada gunanya lagi tanpa kehadiranmu. Apakah kau juga merasa

seperti yang aku rasa, Engtay?”

Engtay : “Ah, Engtay, kamu membuat hatiku hancur berkeping-keping.”

Sampek : “Lelaki yang jatuh cinta bisa memakai kata-kata berbunga. Aku tidak. Apa saja

yang kukatakan memang begitu kenyataannya.” (SE: 201-202)

c) Ciri sosial

Tokoh Sampek adalah pemuda yang berasal dari Pandeglang. Dia merupakan anak

tunggal dari keluarga Nio. Karena itulah Sampek Sampek adalah seorang pemuda dari

golongan rakyat biasa, kaum menengah. Hal tersebut ditunjukkan dengan biaya sekolahnya

yang merupakan hasil dari beasiswa. Dengan kesederhanaannya inilah maka Sampek sulit

mendapatkan Engtay yang telah ditunangkan dengan Macun, seorang pemuda yang jauh lebih

kaya dar Sampek. Hal ini sesuai dengan kutipan berikut.

Sampek : “ Yah, kamu memang orang kaya, tentu sudah ditunangkan oleh orang tuamu sejak

kamu kecil. Aku tidak begitu, tidak ada yang mau dinikahi mahasiswa miskin macam aku ini.

Aku memang harus berusaha keras mencari pangkat dan kekayaan dulu. Baru calon isteri

mau mendekatiku seperti laron mendekati cahaya lampu.” (SE : 112)

Sampek : “Aku memang bukan orang kaya. Seberapa besar apapun juga dendanya, kalau

memang sudah menjadi perjanjian, aku menurut saja. Bilang apa dendanya!” (SE : 79)

Layaknya para pemuda yang masih membutuhkan banyak arahan dari orang lain pada

masa itu, Sampek juga mempunyai seorang pelayan pribadi. Pelayan inilah yang menjadi juru

bicara Sampek di saat Sampek tidak mau berbicara kepada orang lain, pelayan tersebut

bernama Sukiu. Sukiu adalah tempat berbagi cerita, berbagi keluh kesah, dan semua yang

dirasakan Sampek. Dalam naskah drama ini Sukiu juga menjadi orang kepercayaan Sampek

di saat Sampek mmbuthkan Engtay. Sukiulah yang megirimkan pesan dan surat kepada

Engtay. Sukiu juga adalah orang yang pertama diberi tahu oleh Sampek bahwa sesungguhnya

63

Page 64: BAB I

64

Engtay adalah seorang Nona, seorang gadis, bukan laki-laki yang selama ini orang-orang

ketahui di Sekolah Putra Bangsa.

Pelayan tersebutlah yang membantu Sampek dalam menyiapkan segala keperluannya.

Ia akan menemani Sampek ke mana saja dan dia juga akan melakukan segala perintah

Sampek, termasuk menemani ke rumah Engtay untuk melamar Engtay. Kesetiaan pelayan

tersebut juga sudah tidak dapat diragukan lagi sehingga Sampek berani mempercayakan

rahasia kepadanya. Semua pernyataan tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut.

Sukiu : “Maaf, majikan saya agak pemalu. Dia suka kikuk kalau ketemu kenalan baru. Betul,

kami mau ke gedung Sekolah Putra Bangsa. (SE : 60)

Sukiu : “Kenapa tidak? Majikan saya pasti setuju. Ke mana saja kita pergi, jangan musuh

yang dicari, tetapi sahabat dan saudara. Itu niat yang mulia. bukan begitu juragan?”

Sampek : Setuju.” (SE : 64)

Sampek : “ Inikah rumahnya?”

Sukiu : “Persis seperti yang tadi diberi tahu kusir kereta.”

Sukiu : “Tok! Tok! Tok! Sampurasun, spada! Ada siapa di dalam sana?”

Sampek : “Sepi sekali. Apa semua orang pada pergi? Ketuklah lagi!

Sukiu : “Tok! Tok! Tok! Sampurasun, spada! Ada siapa di dalam sana?”

Suhiang : “Ya, ya! Ada. Ada apa? Siapa tuan-tuan?”

Sampek : “Apa betul ini rumah Tuan Engtay?” (SE : 185-186)

Sampek : (sambil menangis) “tak tahu kapan bisa bertemu lagi, hidupku sekarang seperti

kabut. Mengigil dan tanpa kendali. Tidak tahu kapan bisa bertemu lagi. Segalanya tak pernah

ada yang pasti.” (SE : 161)

Sukui : “Jadi juragan Engtay itu Nona?”

Sampek : “Ya.”

Sukiu : “Dan Tuan baru tahu tadi pagi?

Sukiu : “Betul-betul Tuan belum sempat... begitu?...

Sampek : (lemas) “Ya, Sukiu, aku belum sempat menjamah, Engtay masih suci.” (SE : 162)

64

Page 65: BAB I

65

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, tokoh Sampek digambarkan sebagai sosok yang

sopan, berasal dari kalangan menengah, mudah patah hati, dan sedikit bodoh, akan tetetapi

sangat setia kepada kekasihnya, rela mati untuk orang yang dia cintai.

d. Setting atau Latar

1) Latar tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya

fiksi.

a) Betawi

Di Betawi inilah Sampek dan Engtay pertama kali bertemu. Engtay yang kebingungan

mencari sekolah, bertemu dengan Sampek di jalan. Akan tetetapi Sampek sendiri juga tidak

tahu kota Betawi. Mereka sama-sama kebingungan, dengan demikian, mulailah keduanya

berkenalan, Sampek yang pemalu, dikenalkan Sukiu kepada Engtay. Engtay langsung

meminta Sampek untuk menjadi saudara angkatnya.

Sukiu : “Maaf, majikan saya agak pemalu. Dia suka kikuk kalau ketemu kenalan baru. Betul,

kami mau ke gedung Sekolah Putra Bangsa. (SE : 60)

Engtay : “Saudara, boleh mulai sekarang saudara kupanggil Kakak? Kita kan bakal menjadi

teman sekelas. Makin bebas kita bergaul, makin bisa kita saling tolong menolong. Saya

malah punya niat menjadikan kakak saudara angkat saya. Kelihatannya saya lebih muda dari

kakak. Itu kalau saudara setuju.”

Sukiu : “Kenapa tidak? Majikan saya pasti setuju. Ke mana saja kita pergi, jangan musuh

yang dicari, tetapi sahabat dan saudara. Itu niat yang mulia. bukan begitu juragan?”

Sampek : “Setuju.” (SE : 64)

b) Sekolah Putra Bangsa

Di sinilah tempat dua sejoli Sampek dan Engtay menimba ilmu sekaligus menginap

sekamar. Mesikipun pada awalnya Sampek tidak tahu bahwa Engtay adalah seorang wanita,

namun pada akhirnya di tempat inilah mereka berjanji menjalin kasih sehidup semati. Di

tempat inilah Sampek dan Engtay saling menyerahkan hati dan merelakan semua yang

dimiliki demi sang kekasih.

Engtay : “ Mau apa di kamar? Di sini aku rasa lebih bebas....”

65

Page 66: BAB I

66

Sampek : “Maukah? Kau kuundang untuk omong-omong. Tetapi pakaian luarmu itu,

pakailah lagi. Aku tidak ingin orang lain tahu.”

Engtay : Baiklah... (menurut)

Sampek : “Engtay....”

Engtay : “Sampek....”

Sampek : “Aku mencintaimu.

Engtay : (jadi malu-malu kucing) “aku juga...” (SE : 148)

c) Kebun Bunga Rumah Ciok

Tempat Engtay melepaskan segala kepenatan hidup. Di sinilah tempat ia dapat

mengungkapkan segala duka, kegelisahan, kebimbangan, kebahagian, dan permasalahan

hidup dengan bebas tanpa gangguan. Tempat ini merupakan tempat Engtay membicarakan

masalahnya kepada Suhiang. Tempat Engtay mengatur siasat untuk memperdayai kedua

orang tuanya.

Engtay : “Habis sudah dayaku, Suhiang, rasanya tidak mungkin lagi aku membujuk ayah ibu.

Larangan mereka tidak bisa lagi diubah-ubah.”

Suhiang : “Masa?”

Engtay : “Aku akan menjadi gadis pingitan, menunggu lamaran calon suami. Aku akan

menjadi perempuan bodoh yang tidak tahu betapa luasnya dunia ini.” (SE : 23)

Suhiang : eh, tunggu dulu, apa Nona lupa, ayah Nona perna sesumbar begini ’aku akan kasih

izin kamu sekoalah di Betawi,kalau kamu berhasil menipuku’ ha, tuh, tidak mau dicoba?

Namanya juga usaha.”

Engtay : “Dicoba bagaimana?

Suhiang : “Ya, menipu ayah Nona, begitu.

Engtay : “.......... kamu betul Suhiang. Kenapa akal ini tidak pernah kupikirkan, ya? Betul,

mana baju lelaki itu?” (SE : 23-25)

d) Ruang Depan Rumah Keluarga Ciok

Di ruangan inilah Engtay melancarakan aksinya menipu ayah dan ibunya dengan

menggunkan baju lelaki. Saat orang tua Engtay keluar, mereka tidak tahu bahwa penagih

hutang tersebut adalah Engtay. Karena dipaksa melunasi hutang oleh penagih hutang

66

Page 67: BAB I

67

tersebut, maka nyonya Ciok kaget dan akhirnya pingsan. Ruang depan rumah keluarga ciok

di Serang, pagi. (Engtay sudah berpakaian lelaki, berjenggot, mengetuk pintu) (SE : 29)

e) Ruang Tengah Rumah Keluarga Ciok

Di ruangan inilah Suhiang dan Jinsim membicarakan Engtay yang sangat terobsesi

ingin menimba ilmu di sekolah. Di tempat ini pulalah Engtay meyakinkan ibunya bahwa

samarannya sebagai lelaki tidak akan terbongkar oleh orang lain. Ruang tengah rumah

keluarga ciok di Serang, pagi. (Jinsim, Suhiang, dan Antong sedang kasak-kusuk. Dalang ikut

nimbrung) (SE : 41)

f) Kamar Tidur Sampek Engtay di Asrama

Di sinilah tempat dua sejoli Sampek dan Engtay menginap sekamar. Mesikipun pada

awalnya Sampek tidak tahu bahwa Engtay adalah seorang wanita, namun pada akhirnya di

tempat inilah mereka berjanji menjalin kasih sehidupp semati. Di tempat inilah Sampek dan

Engtay saling menyerahkan hati dan merelakan semua yang dimiliki demi sang kekasih.

Kamar Tidur Sampek Engtay di Asrama. Malam. Betawi. (Dua sejoli tengah

membaca peraturan yang ditempel di dinding-dinding. Sukiu membawa kopor-kopor dan

menaruhnya di lantai) (SE : 77)

g) Pasar Malam di Gambir.

Tempat ini merupakan tempat Sampek dan Engtay berjalan-jalan setelah beberapa

bulan menimba ilmu di sekolah. Mereka sangat gembira dapat menyaksikan ramainya pasar

malam. Di tempat ini juga mereka nenonton berbagai macam pertunjukkan yang sangat

meriah. Pasar Malam di Gambir, Betawi. Malam

( Murid-murid sekolah Putra Bangsa menonton tonil pasar, berbaur dengan para penonton

lainnya, Sampek dan Engtay juga ada) (SE : 105)

h) Kelas Sekolah Putra Bangsa

Di sinilah Sampek, Engtay dan murid-murid lain menimba ilmu dan berguru tentang

berbagai macam pelajaran kepada guru. Kelas Sekolah Putra Bangsa, di Betawi, pagi. (Guru

tengah mengajari muridnya) (SE : 133)

i) Taman Bunga di Tengah Kota

Di tempat inilah Sampek dan Engtay hanya berdua saja saling bercerita. Di tempat ini

juga pertama kali Engtay mengatakan yang sejujurnya kepada Sampek bahwa dia adalah

67

Page 68: BAB I

68

seorang perempuan. Pada saat Sampek tak percaya kalau Engtay adalah perempuan, Engtay

nekat membuka pakaiannya dan ingin menunjukkan siapa sebenarnya dirinya. Taman Bunga

di Tengah Kota (Di kebun bunga itu ada kolam penuh teratai dan belibis-belibis yang jinak

sedang berenang-renang) (SE : 141)

Engtay : “Sampek, aku bukan banci, aku perempuan. Lihat! (mencopot pakaiannya, dan kini

hanya memakai pakaian perempuan) aku ini perempuan. Asli. Tulen. (SE : 145-146)

j) Balkon Rumah Engtay

Di balkon inilah Engtay meratetapi kepergian Sampek, menanti kekasihnya yang tak

kunjung datang dengan perasaan yang sangat gundah dan resah. Balkon Rumah Engtay, senja

(Engtay menanti dengan resah) ( SE : 167)

k) Rumah Engtay

Di rumah inilah semua permasalahan diperbincangkan, mulai dari Engtay yang akan

ke Betawi, keluarga Macun datang untuk melamar Engtay, Sampek yang bertandang untuk

melamar Engtay juga, hingga Engtay akan dinikahkan dengan Macun.

l) Kamar Tidur Engtay

Di kamar inilah ibu Engtay, nyonya Ciok Memberi nasihat kepada Engtay agar

menuruti kemauan orang tuanya yang selama memberikan segalanya untuk Engtay. Kamar

Tidur Engtay, di Serang, Pagi. (Engtay menangis di ranjang, nyonya Ciok membujuk. (SE :

213)

m) Jalanan di Pandeglang

Di jalanan inilah rombongan arak-arakan pengantin Engtay dan Macun lewat.

Seketika itu hati Sampek bagai disayat sembilu karena ditinggalkan sang kekasih. Jalanan di

Pandeglang (Sedang ada arak-arakan nynyi tari Yapong dan pesta Lampion)

n) Kamar Tidur Sampek

Di kamar inilah ibu Sampek, nyonya Nio Memberi nasihat kepada Sampek agar

menuruti kemauan orang tuanya yang selama memberikan segalanya untuk Sampek.

Menasihati agar Sampek cepat melupakan Engtay karena Engtay sudar ada yang melamar. Di

kamar ini pula Sampek terbaring lemah tak berdaya mengingat Engtay yang

meninggalkannya. Kamar Tidur Sampek, di Rumahnya, Malam. (Sampek ssakit payah. Dia

meracau terus) (SE : 227)

68

Page 69: BAB I

69

o) Jalanan Besar Luar Kota Pandeglang, dekat rumah Sampek

Di jalan inilah rombomgan pengantin Engtay dan Macun melewati pekuburan

Sampek. Jalanan Besar Luar Kota Pandeglang, dekat rumah Sampek, siang. ( musik gembira

terdengar meriah, sebuah iringan pengantin lewat. Itulah iring-iringan tandu Macun yang

tengah memboyong Engtay, Macun berpakaian mempelai pria berjalan gagah di dalam

rombongan. Kapten Liong berjalan dengan bangga di samping putranya. (SE : 259)

p) Pekuburan Sampek, di Luar Kota Pandeglang

Di sinilah kisah tragis itu berakhir. Engtay nekat terjun ke dalam liang kubur Sampek.

Semua merasa kehilangan. Kedua sejoli itu berubah menjadi sapasang kupu-kupu yang

terbang ke langit. Pekuburan Sampek, di Luar Kota Pandeglang, siang.

Engtay : “Kau taruh tusuk kondeku di sini. Aku tahu apa yang kau harapkan dariku. Sampek,

kuambil tusuk konde ini. Akan kuketuk-ketuk di kuburanmu. Kalau kita memang jodoh,

kuburan ini pasti akan terbuka. Lalu aku akan masuk da menjadi satu dengan jasadmu untuk

selama-lamanya. Tetapi kalau memang tidak berjodoh, tentu aku akan terus dibawa Macun ke

Rangkasbitung dan jadi isterinya seumur hidup. Sampek, kau mati lantaran aku. Buktikan

bahwa kematianmu tidak sia-sia. Aku ketukkan tusuk kode ini tiga kali. Terbukalah...

terbukalah kuburmu ini!” (SE : 268)

Koor : “ sepasang kupu-kupu terbang ke langit sayapnya gemerlap memantulkan cahaya.”

( memang betul demikian kejadiannya. Dari dalam kuburang terbang sepasang kupu-kupu .

keduanya mengepakkan sayap terbang ke langit) (SE : 274)

2) Latar waktu

Latar waktu dalam kisah Sampek-Engtay tercantum cukup jelas karena sudah

disebutkan dai dalam naskah itu sendiri. Terdapat beberapa keterangan yang dapat dijadikan

petunjuk mengenai waktu terjadinya peristiwa memilukan ini. Latar waktu tersebut berupa

hari, siang, malam, senja, pagi, dan lain sebagainya.

a) Malam hari

Kamar Tidur Sampek Engtay di Asrama. Malam. Betawi. Dua sejoli tengah membaca

peraturan yang ditempel di dinding-dinding. Sukiu membawa kopor-kopor dan menaruhnya

di lantai) (SE : 77)

Pasar Malam di Gambir, Betawi. Malam ( Murid-murid sekolah Putra Bangsa

menonton tonil pasar, berbaur dengan para penonton lainnya, Sampek dan Engtay juga ada)

69

Page 70: BAB I

70

(SE : 105) Kamar Tidur Sampek, di Rumahnya, Malam. (Sampek ssakit payah. Dia meracau

terus) (SE : 227) Jalanan di Pandeglang, Malam (Sedang ada arak-arakan nyanyi tari Yapong

dan pesta Lampion) ( SE : 223)

b) Siang hari

Taman Bunga di Tengah Kota, siang (Di kebun bunga itu ada kolam penuh teratai dan

belibis-belibis yang jinak sedang berenang-renang) (SE : 141)

Jalanan Besar Luar Kota Pandeglang, dekat rumah Sampek, siang. ( musik gembira

terdengar meriah, sebuah iringan pengantin lewat. Itulah iringiringan tandu Macun yang

tengah memboyong Engtay, Macun berpakaian mempelai pria berjalan gagah di dalam

rombongan. Kapten Liong berjalan dengan bangga di samping putranya. (SE : 259)

Pekuburan Sampek, di Luar Kota Pandeglang, siang. (SE : 263)

c) Senja

Balkon Rumah Engtay, senja. (Engtay menanti dengan resah) ( SE : 167)

d) Pagi hari

Ruang tengah rumah keluarga ciok di Serang, pagi. (Jinsim, Suhiang, dan Antong

sedang kasak-kusuk. Dalang ikut nimbrung) (SE : 41) Ruang depan rumah keluarga ciok di

Serang, pagi. (Engtay sudah berpakaian lelaki, berjenggot, mengetuk pintu) (SE : 29) Kelas

Sekolah Putra Bangsa, di Betawi, pagi. (Guru tengah mengajari muridnya) (SE : 133) Kamar

Tidur Engtay, di Serang, Pagi. (Engtay menangis di ranjang, nyonya Ciok membujuk. (SE :

213)

3) Latar sosial

Keadaan sosial yang tergambar dalam naskah drama Sampek-Engtay merupakan

cerminan dari kehidupan bangsawan masyarakat Cina yang masih percaya akan tahayul dan

mereka masih menggunakan aliran kepercayaan. Hal tersebut dapat dibuktikan pada teks

yang menyebutkan bahwa Engtay bersebahyang di kuburan Macun. Selain itu di dalam

naskah ini disebutkan beberapa kelas masyarakat. Yaitu bangsawan kaya raya, seperti

keluarga Macun. Adapula kelas masyarakat biasa seperti halnya keluarga Sampek. Lain

halnya dengan keluarga Engtay yang tegolong kelas menengah ke atas. Dalam naskah ini

disebutkan bahwa Engtay menggajak jalan-jalan Sampek yang tidak punya banyak uang,

kemudian betapa royalnya keluarga Macun dalam mengadakan pesta pernikahan untuk

Engtay dan Macun. Hal ini sesuai dengan kutipan di bawah ini.

70

Page 71: BAB I

71

Kapten Liong : “Engtay mau apa?

Macun : “Bersembahyang di makam teman.” (SE : 265)

Engtay : “... tak ada yang bisa kuberikan sebagai tanda mata selain tusuk konde ini.

Anggaplah ini sama dengan aku. Kita tidak berjodoh kali ini, tetapi berdoalah agar pada

penjelmaan lain kita akan ditakdirka para Dewa menjadi pasangan kekasih yang saling

mencinta.”

Sampek : “ Yah, kamu memang orang kaya, tentu sudah ditunangkan oleh orang tuamu sejak

kamu kecil. Aku tidak begitu, tidak ada yang mau dinikahi mahasiswa miskin macam aku ini.

Aku memang harus berusaha keras mencari pangkat dan kekayaan dulu. Baru calon isteri

mau medekatiku seperti laron mendekati cahaya lampu.” (SE : 112)

Sampek : “Aku memang bukan orang kaya. Seberapa besar apapun juga dendanya, kalau

memang sudah menjadi perjanjian, aku menurut saja. Bilang apa dendanya!” (SE : 79)

Kapten Liong : “Jangan terlalu repot. Pesta akan dipusatkan di Rangkasbitung. Aku sudah

pesan ondel-ondel dan rombongan ahli akrobat dari Surabaya. Ada juga tukang sulap India

dan kelompok Cokek Krawang. Malah paman Macun sudah ikrar mau mengundang grup

Opera Bangsawan dari Penang. Pesta pernikahan anak-anak kita akan menjadi pesta paling

hebat di Rangkasbitung dan tidak akan tertandingi sampai 100 tahu kemudian. Aku sangat

bangga punya menantu Engtay.

Engtay : (menangis, lari ke dalam) (SE : 181)

e. Sudut Pandang

Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam kisah ini adalah sudut pandang

persona ketiga atau gaya “dia”, pengarang atau narator berada di luar cerita. Pengarang

menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau variasi kata gantinya dan

pengarang turut hidup dalam pribadi para tokohnya.

Sudut pandang persona ketiga pengarang turut hidup dalm pribadi para

tokohnya,dapat dirasakan bahwa N. Riantiarno banyak menggunakan pesan kepada para

pembaca melalui tokoh yang ditampilkan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan,

disimpulkan bahwa sudut pandang yang digunakan dalam naskah drama Sampek-Engtay

adalah sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang tersebut adalah sudut pandang pengarang

“dia” mahatahu.

71

Page 72: BAB I

72

2.2.3.2 Naskah Drama Romeo Juliet Karya William Shakespeare

Unsur-Unsur Intrinsik Naskah Drama Romeo-Juliet

A. Tema

Secara garis besar, tema kisah Romeo-Juliet yaitu cinta sejati tidak akan mampu

dihalangi oleh apapun termasuk perseteruan kedua keluarga. Cinta sejati akan selalu abadi

sampai maut memisahkan jiwa dan raga. Cinta adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada

kita, dan tidak akan ada seorang pun yang mampu menolaknya.

B. Alur atau Plot

Plot yang digunakan pengarang dalam naskah drama ini merupakan plot maju atau progresif.

Plot ini dimulai dari perkenalan, pemunculan masalah, penanjakan konflik, klimaks,

penurunan konflik, dan diakhiri dengan penyelesaian masalah. Pengarang menyusun

peristiwa-peristiwa yang ada berdasarkan hubungan sebab-akibat (kausalitas). Plot utama

dalam naskah drama ini adalah plot milik Romeo, sedangkan plot tambahan adalah plot milik

Juliet. Adapun tahap-tahapan plot utama dalam naskah drama ini sebagai berikut.

1) Tahap situation (eksposisi). . Kisah cinta ini diawali dengan pengenalan kehidupan di

Verona. Dijelaskan mengenai keadaan Verona pada saat terjadinya cerita. Pada saat

terjadinya cerita, di Verona terdapat dua keluarga bangsawan yang sedang terlibat

dalam permusuhan.

2) Tahap generating circumstante (inciting moment. Masalah-masalah mulai ditampilkan

pengarang untuk kemudian dikembangkan dan ditingkatkan kadarnya. Tahap ini

dimulai dengan pertemuan Romeo dan Juliet di pesta perjamuan makam di rumah

Juliet. Kepedihan hati dan kerinduan akan cinta sejati menyebabkan Romeo

mendatangi acara-acara pesta, termasuk perjamuan makan di rumah Juliet. Saat

Romeo sedang mencaricari gadis impiannya, matanya membentur sesosok gadis

cantik sempurna. Ia pun merasa menemukan gadis impian yang telah lama dicarinya.

3) Tahap rising action. Masalah-masalah yang mulai muncul meningkat

kekompleksannya. Tahap ini dimulai ketika terjadi perkelahian antara rombongan

keluarga Capulet dan Montague. Pada awalnya Romeo tidak terlibat dalam

perkelahian di gerbang kota tersebut. Saat Romeo sedang berjalan-jalan, ia mendengar

bahwa perkelahian antara keluarganya dengan keluarga Capulet terjadi lagi. Romeo

72

Page 73: BAB I

73

pun datang untuk melerai, namun malang ia tidak dapat membendung luapan emosi

dan terpancing oleh perkataan Tybalt. Perkelahian tidak dapat dihindari hingga

akhirnya Tybalt terbunuh.

4) Tahap climax. Konflik yang ada mencapai puncak dan tidak dapat dibendung lagi.

Klimaks dalam kisah ini terjadi ketika Romeo mengetahui bahwa sang istri meninggal

dunia. Kegagalan Rahib Johanes menyampaikan surat kepada Romeo menyebabkan

gagalnya rencana Rahib Lorenzo. Romeo pun menganggap bahwa Juliet benar-benar

telah tiada, padahal kematian Juliet hanyalah rekayasa Rahib Lorenzo. Romeo

mengetahui kematian Juliet dari Peter, sang pembantu setianya. Saat mendengar

kematian Juliet, Romeo merasa seakan dunia runtuh dan menimpanya. Ia benar-benar

sedih dan terpuruk. Orang yang paling dikasihi dan dicintai telah pergi untuk

selamanya. Keputusasaan yang menyelimuti membutakan akal sehatnya. Ketika ia

berjalan-jalan di Mantua, tanpa sepengetahuan Peter, Romeo membeli sebotol racun

mematikan. Ia bermaksud untuk mengakhiri hidup dan menyusul Juliet ke alam

kematian.

5) Tahap denonemen. Denonemen dalam naskah drama ini dimulai dengan perkelahian

Romeo dan Paris. Perkelahian tersebut terjadi di makam keluarga Capulet pada

malam hari setelah pemakaman Juliet. Romeo yang saat itu dalam keadaan putus asa

sebenarnya tidak berniat untuk membunuh Paris. Akan tetetapi, perkelahian tidak

dapat dihindari dan Paris pun akhirnya tewas.

C. Penokohan dan Perwatakan

Naskah drama Romeo-Juliet karya William Shakespeare ini menampilkan beberapa

tokoh. Adapun tokoh utama dalam naskah drama ini adalah Romeo dan Juliet, meskipun

posisi Juliet adalah tokoh utama tambahan. Tokoh tambahan dalam naskah drama ini

meliputi, Tuan Capulet, Tuan Montague, Nyonya Capulet, County Paris, Tybalt, Rahib

Lorenzo, Peter, pengasuh Juliet, Theseus, Mercutio, pelayan apotek, Rosalinda, Rahib

Johanes, sahabat Romeo, dan lainnya. Berdasarkan keutamaan tokoh dan peranannya dalam

cerita, tokoh utamalah yang memerlukan penjelasan lebih lanjut. Melalui gambaran tokoh

utama inilah cerita terasa hidup dan utuh.

D. Setting atau Latar

73

Page 74: BAB I

74

Latar atau landas tumpu cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi.

Lingkungan peristiwa tersebut bisa berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

Lingkungan fisik berupa tempat, bangunan-bangunan, keadaan lingkungan, dan sebagainya

E. Sudut Pandang

Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam kisah ini adalah sudut pandang

persona ketiga atau gaya “dia”, pengarang atau narator berada di luar cerita. Pengarang

menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau variasi kata gantinya dan

pengarang turut hidup dalam pribadi para tokohnya.

2.2.3.3 Analisis Perbandingan

No

.

Aspek yang

dibandingkan

Sampek Engtay

(N. Riantiarno)

Romeo and Juliet Karya

(William Shakespeare)

1. Tema Bertema percintaan. Yaitu kisah

cinta yang dihalangi oleh

martabat atau kasta yang

mnyebabkan cita mereka tidak

direstui. Selain itu juga

mengandung tema kawin paksa.

Bertema percintaan. Yaitu kisah

cinta yang dihalangi oleh

persetuan antara keluarga. Selain

itu juga mengandung tema kawin

paksa.

Kisah cinta antara muda-mudi

kota verona, Itali.

Kisah cinta mereka terhalang oleh

permusuhan keluarga mereka.

2. Alur/plot Memiliki alur yang maju Memiliki alur yang maju

3. Tokoh/

penokohan

Engtay : adalah sosok wanita

yang cantik dan baik hati. Dari

keluarga bangsawan.

Sampek : laki-laki yang tampan

dan sopan

Juliet : adalah sosok wanita yang

cantik dan baik hati. Dari keluarga

bangsawan.

Romeo : laki-laki yang tampan

dan sopan

4. Latar/setting Berlatar kehidupan

rakyat Verona, Italia

dengan nilai-nilai

budaya barat atau

Eropa.

Latar kehidupan

masyarakat Cina,

dengan budaya timur

yang menjunjung tinggi

nilai kesopanan,

74

Page 75: BAB I

75

terutama kesopanan,

kepatuhan terhadap

orang tua.

5. Sudut

Pandang

Sudut pandang kedua naskah

drama tersebut adalah

sudut pandang orang ketiga.

Sudut pandang

tersebut adalah sudut pandang

pengarang “dia”

mahatahu.

Sudut pandang kedua naskah

drama tersebut adalah

sudut pandang orang ketiga.

Sudut pandang

tersebut adalah sudut pandang

pengarang “dia”

mahatahu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa perbandingan naskah drama Sampek Engtay karya N.

Riantiarno dan drama Romeo and Juliet karya William Shakespeare adalah pada tema, alur,

penokohan, latar/setting, sudut pandang. Tema pada kedau naskah drama tersebut adalah

percintaan yang dipisahkan oleh faktor keluarga dan juga kematian. Menggunakan alur maju.

Penokohan pada naskah drama Sampek Engtay karya N. Riantiarno, yaitu Engtay adalah

sosok wanita yang cantik dan baik hati. Dari keluarga bangsawan, sedangkan Sampek : laki-

laki yang tampan dan sopan. Penokohan pada drama Romeo and Juliet karya William

Shakespeare, yaitu Juliet adalah sosok wanita yang cantik dan baik hati. Dari keluarga

bangsawan, sedangkan Romeo laki-laki yang tampan dan sopan. Latar kedua naskah drama

tersebut juga memiliki perbedaan yang menggambarkan kehidupan para tokoh pada naskah

drama.

75

Page 76: BAB I

76

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Pada karya sastra

3.2 Saran

76

Page 77: BAB I

77

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Coelho, Paulo. 1988. Sang Alkemis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hirata, Andrea. 2006. Sang Pemimpi. Bandung: Bentang

Iskandar, Yoseph. 1998. Perang Bubat. Bandung: Rakhmat Cijulang.

Pitaloka, Dyah. 2005. Dyah Pitaloka, Senja Di Langit Majapahit. Jakarta :PT Bentang Pustaka

Pradopo, Rachmat Djoko. 2010. Pengkajian Puisi.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Waluyo, Herman J. 1995. Teori Dan Apresiasi Puisi. Jakarta:Erlangga

Waluyo, Herman J. 2003. Drama dan Teori Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindiya Nandya Witama

Yohanes, Benny. Sumbi dan Gigi Palsu.

Http://Downloads.Ziddu.Com/Downloadfile/7928214/SUMBIDANGIGIIMITASI.Doc.Html.

Diunduh Tanggal 6 Januari 2013.

77