BAB I
-
Upload
witri-andriyani -
Category
Documents
-
view
408 -
download
9
Transcript of BAB I
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matthew Arnlold menggunakan istilah sastra bandingan pertama kali dalam bahasa
Inggris, ketika menerjemahkan istilah J.J Ampere Histoire Comparative (1984). Ilmuwan
Perancis lebih suka memakai istilah yang dipakai lebih awal oleh A.F. Villemain yang
menyebutnya literature compare (1829), yang analogi dengan istilah cuvier anatomi compare
(1800). Ilmuwan Jerman mengenal Vergleichende Literaturgesichte. Tapi tak satu pun dari
adjektif yang berbeda-beda ini membantu menjelaskan persoalan. Perbandingan adalah
metode yang umum dipakai dalam semua kritik sastra dan cabang ilmu pengetahuan, dan
sama sekali tidak menggambarkan kekhasan prosedur studi sastra.
Sastra bandingan adalah kajian yang menekankan pada relasi diantara karya sastra
yang berbeda budaya. Mazhab Perancis menyebutkan bahwa ahli sastra bandingan berusaha
meneliti karya sastra dengan membandingkannya dengan karya sastra lain dengan
mempertimbangkan aspek linguistik, pertukaran tema, gagasan, dan nasionalisme. Perancis
lebih menekankan pada perbandingan sastra dengan sastra nasional yang didasarkan pada
aspek intrinsik. Mazhab Amerika berbeda dengan mazhab Perancis. Mazhab Amerika
memiliki cakupan yang lebih luas seperti yang dikemukakan oleh Hendry Remarak (1971),
bahwa studi karya bandingan merupakan karya sastra antarnegara, bangsa di satu pihak dan
studi bandingan antarbidang di pihak lain. Mazhab ini mengkritik tolok ukur sastra nasional,
seperti yang dikemukakan mazhab Perancis, bahwa sastra nasional lebih sempit, oleh karena
itu mazhab Amerika cenderung melihatnya sebagai tolak ukur yang bersifat kultural.
Perbedaan budaya dan bahasa sudah cukup bagi mazhab ini untuk melaksanakan suatu
perbandingan.
Istilah sastra bandingan dalam prakteknya menyangkut bidang studi dan masalah lain.
Pertama, istilah ini dipakai untuk studi sastra lisan. Kedua, istilah sastra bandingan mencakup
studi hubungan antara dua kesusastraan atau lebih. Ketiga, istilah sastra bandingan disamakan
dengan studi sastra menyeluruh, jadi sama dengan sastra dunia, sastra umum, atau sastra
universal.
Studi sastra bandingan umumnya berbicara mengenai relasi di antara dua buah karya
sastra yang berbeda tetapi memiliki kesejajaran baik dari segi isi maupun bentuk. Pada
1
2
makalah ini peneliti akan menyajikan perbandingan dari berbaga genre sastra, yaitu sasra
nasional maupun sastra dunia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana unsur-unsur intrinsik pada novel Perang Bubat karya Yoseph Iskandar?
2. Bagaimana unsur-unsur intrinsik pada novel Dyah Pitaloka, Senja di Langit Biru
karya Hermawan Laksana?
3. Bagaimana perbandingan pada novel novel Perang Bubat karya Yoseph Iskandar dan
novel Dyah Pitaloka, Senja di Langit Biru karya Hermawan Laksana?
4. Bagaimana unsur fisik dan unsur batin pada puisi Gadis Peminta-minta karya Toto S.
Sudarto Bachtiar?
5. Bagaimana unsur fisik dan unsur batin pada puisi Kepada Peminta-minta karya
Chairil Anwar?
6. Bagaimana perbandingan pada puisi Gadis Peminta-minta karya Toto S. Sudarto
Bachtiar dan puisi Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar?
7. Bagaimana unsur-unsur intrinsik pada naskah drama Sangkuriang karya Utuy
Sontani?
8. Bagaimana unsur-unsur intrinsik pada naskah drama Sumbi dan Gigi Imitasi karya
Benny Yohanes?
9. Bagaimana perbandingan pada naskah drama Sangkuriang karya Utuy Sontani dan
naskah drama Sumbi dan Gigi Imitasi karya Benny Yohanes?
10. Bagaimana unsur-unsur intrinsik pada novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata?
11. Bagaimana unsur-unsur intrinsik pada novel Sang Alkemis karya Paulo Coelho?
12. Bagaimana perbandingan pada novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan novel
Sang Alkemis karya Paulo Coelho?
13. Bagaimana unsur fisik dan unsur batin pada puisi Karawang Bekasi karya Chairil
Anwar?
14. Bagaimana unsur fisik dan unsur batin pada puisi The Young Dead Souldiers karya
Archibald Macleish?
15. Bagaimana perbandingan pada puisi Karawang Bekasi karya Chairil Anwar dan The
Young Dead Souldiers karya Archibald Macleish?
16. Bagaimana unsur-unsur intrinsik pada naskah drama Sampek Engtay karya N.
Riantiarno?
2
3
17. Bagaimana unsur-unsur intrinsik pada naskah drama Romeo and Juliet karya william
Shakespeare?
18. Bagaimana perbandingan pada naskah drama Sampek Engtay karya N. Riantiarno dan
naskah drama Romeo and Juliet karya william Shakespeare?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan unsur-unsur intrinsik pada novel Perang Bubat karya Yoseph Iskandar.
2. Menjelaskan unsur-unsur intrinsik pada novel Dyah Pitaloka, Senja di Langit Biru
karya Hermawan Laksana.
3. Menjelaskan perbandingan pada novel Perang Bubat karya Yoseph Iskandar dan
novel Dyah Pitaloka, Senja di Langit Biru karya Hermawan Laksana.
4. Menjelaskan unsur fisik dan unsur batin puisi Gadis Peminta-minta karya Toto S.
Sudarto Bachtiar.
5. Menjelaskan unsur fisik dan unsur batin puisi Kepada Peminta-minta karya Chairil
Anwar.
6. Menjelaskan perbandingan pada puisi Gadis Peminta-minta karya Toto S. Sudarto
Bachtiar dan novel Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar.
7. Menjelaskan unsur-unsur intrinsik naskah drama Sangkuriang karya Utuy Sontani.
8. Menjelaskan unsur-unsur intrinsik naskah drama Sumbi dan Gigi Imitasi karya Benny
Yohanes.
9. Menjelaskan perbandingan pada naskah drama Sangkuriang karya Utuy Sontani dan
Sumbi dan Gigi Imitasi karya Benny Yohanes.
10. Menjelaskan unsur-unsur intrinsik pada novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata.
11. Menjelaskan unsur-unsur intrinsik pada novel Sang Alkemis karya Paulo Coelho
12. Menjelaskan perbandingan pada novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan novel
Sang Alkemis karya Paulo Coelho.
13. Menjelaskan unsur fisik dan unsur batin puisi Karawang Bekasi karya Chairil Anwar.
14. Menjelaskan unsur fisik dan unsur batin puisi The Young Dead Souldiers karya
Archibald Macleish
15. Menjelaskan perbandingan pada puisi Karawang Bekasi karya Chairil Anwar dan
puisi The Young Dead Souldiers karya Archibald Macleish.
16. Menjelaskan unsur-unsur intrinsik naskah drama Sampek Engtay karya N. Riantiarno
17. Menjelaskan unsur-unsur intrinsik naskah drama dan naskah drama Romeo and Juliet
karya William Shakespeare.
3
4
18. Menjelaskan perbandingan naskah drama Sampek Engtay karya N. Riantiarno dan
Romeo and Juliet karya William Shakespeare.
4
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 MEMBANDINGKAN KARYA SASTRA INDONESIA YANG BERBEDA
ANGKATAN
2.1.1 Prosa
2.1.1.1 Perang Bubat Karya Yoseph Iskandar
Unsur Intrinsik
A. Tema
Bertema : Perang Bubat
B. Amanat
Amanat yang disampaikan pada novel Perang Bubat ialah hendaknya kita jangan
memperlakukan seseorang demi keinginan kita saja. Selain itu pikirkan perasaan sesama,
jangan hanya memikirkan kepentingan sendiri. Kemudian berani mengorbankan diri demi
kepentingan bersama atau orang banyak.
C. Alur/plot
Memiliki alur yang lebih sederhana. Dari 134 bagian cerita yang termasuk di
dalamnya 2 bagian cerita merupakan sorot balik, 1 bagian cerita kilas balik, 2 bagian cerita
bayangan. Dari uraian tersebut, terlihat bahwa pengaluran PB berlanngsung maju. Teknik
lamunan dan bayangan sangat sedikit digunakan dalam menjalin cerita.
D. Penokohan
Protagonis: Prabu Linggabuana
Antagonis : Gajah Mada
Wirawan : Putri Citraresmi, Prabu Hayam Wuruk
Bawahan : Mangkubumi Bunisora, Ki Panghulu Sura, Rakean Senapati Sutrajapati,
Mantri Mancanagara, Pandita Muda Nusa Bali, Patih Lembu Peteng
Jumlah tokoh yang ada di dala novel “Perang Bubat” sebanyak 59 tokoh.
5
6
E. Latar/setting
Latar tempat : Negeri Sunda, Negeri Majapahit, dan Palagan Bubat atau Tegal Bubat.
Latar waktu : domina pada siang hari. Tahun yang ada di dalam novel adalah 1356 Masehi.
(menggunakan kalender Masehi).
F. Sudut pandang
Kedua pencerita sama-sma menggunakan penceritaan ekstern. Pencerita hadir sebagai
pronomina ketiga tunggal yang menyebut dirinay dengan sebutan nama tokoh sediri. Dengan
kehadiran pencerita yang seperti ini, pencerita beas keluar masuk tokoh yang menempatkan
dirinya di luar cerita.
2.1.1.2 Dyah Pitaloka, Senja di Langit Majapahit karya Hermawan Laksana
A. Tema
Bertema : Kaum perempuan Sunda sebelum dan ketika Perang Bubat, dan
memosisikan Dyah Pitaloka sebagai tokoh protagonis.
B. Amanat
Amanat yang disampaikan pada novel Dyah Pitaloka, Senja di Langit Majapahit ialah
hendaknya kita jangan memperlakukan seseorang demi keinginan kita saja. Selain itu
pikirkan perasaan sesama, jangan hanya memikirkan kepentingan sendiri. Kemudian berani
mengorbankan diri demi kepentingan bersama atau orang banyak.
C. Alur/plot
Memiliki alur yang lebih rumit. Dari 250 bagian cerita yeng termasuk di dalamnya 21
bagian cerita sorot balik, 9 bagan kilas balik, 14 bagian bayangan. Dari ke-14 bagian cerita
bayangan tersebut, 5 di antaranya terdapat dalam teknik lamunan sorot balik tentu saja, dari
jumlah bagian-bagian cerita tersebut menunjukkan pengaluran yang dijalin cukup kompleks.
D. Penokohan
a. Protagonis : Dyah Pitaloka
b. Antagonis : Gajah Mada
c. Wirawan : Prabu Linggabuana, Prabu Hayam Wuruk
6
7
d. Bawahan : Mangkubumi Bunisora, Wirayuda, Patih Madu, Bajang Abang, Larang
Agung.
Jumlah tokoh yang ada di dalam novel “DPSLM” sebanyak 55 tokoh.
E. Latar/setting
Latar tempat : Negeri Sunda, Negeri Majapahit, dan Palagan Bubat atau Tegal Bubat.
Latar waktu : domina pada siang hari, sedangkan tahun yang ada di dalam novel
adalah tahun 1279 Caka (Aksan, 2005:1) (menggunakan kalender Sunda Caka)
F. Sudut pandang
Kedua pencerita sama-sma menggunakan penceritaan ekstern. Pencerita hadir sebagai
pronomina ketiga tunggal yang menyebut dirinay dengan sebutan nama tokoh sediri. Dengan
kehadiran pencerita yang seperti ini, pencerita beas keluar masuk tokoh yang menempatkan
dirinya di luar cerita.
2.1.1.3 Analisis Perbandinngan
No
.
Aspek yang
dibandingkan
Perang Bubat
(Yoseph Iskandar)
DPSLM
(Hermawan Laksana)
1. Tema Bertema : Perang Bubat, dan
memosisikan tokoh Prabu
Linggabuana sebagai tokoh
Protagonis.
Bertema : Kaum perempuan
Sunda sebelum dan ketika Perang
Bubat, dan memosisikan Dyah
Pitaloka sebagai tokoh
protagonis
2. Alur Memiliki alur yang lebih
sederhana.
Dari 134 bagian cerita yang
termasuk di dalamnya 2 bagian
cerita merupakan sorot balik, 1
bagian cerita kilas balik, 2
bagian cerita bayangan. Dari
uraian tersebut, terlihat bahwa
pengaluran PB berlanngsung
Memiliki alur yang lebih rumit.
Dari 250 bagian cerita yeng
termasuk di dalamnya 21 bagian
cerita sorot balik, 9 bagan kilas
balik, 14 bagian bayangan. Dari
ke-14 bagian cerita bayangan
tersebut, 5 di antaranya terdapat
dalam teknik lamunan sorot balik
tentu saja, dari jumlah bagian-
7
8
maju. Teknik lamunan dan
bayangan sangat sedikit
digunakan dalam menjalin
cerita.
bagian cerita tersebut
menunjukkan pengaluran yang
dijalin cukup kompleks.
3. Tokoh/
Penokohan
a. Protagonis: Prabu
Linggabuana
b. Antagonis : Gajah Mada
c. Wirawan : Putri
Citraresmi, Prabu Hayam
Wuruk
d. Bawahan : Mangkubumi
Bunisora, Ki Panghulu
Sura, Rakean Senapati
Sutrajapati, Mantri
Mancanagara, Pandita
Muda Nusa Bali, Patih
Lembu Peteng
Jumlah tokoh yang ada di dala
novel “Perang Bubat”
sebanyak 59 tokoh.
e. Protagonis : Dyah Pitaloka
f. Antagonis : Gajah Mada
g. Wirawan : Prabu
Linggabuana, Prabu Hayam
Wuruk
h. Bawahan : Mangkubumi
Bunisora, Wirayuda, Patih
Madu, Bajang Abang, Larang
Agung.
Jumlah tokoh yang ada di
dalam novel “DPSLM”
sebanyak 55 tokoh.
4. Latar/setting Latar tempat : Negeri Sunda,
Negeri Majapahit, dan Palagan
Bubat atau Tegal Bubat.
Latar waktu : domina pada
siang hari.
Tahun yang ada di dalam novel
adalah 1356 Masehi.
(menggunakan kalender
Masehi)
Latar tempat : Negeri Sunda,
Negeri Majapahit, dan Palagan
Bubat atau Tegal Bubat.
Latar waktu : domina pada siang
hari
Tahun yang ada di dalam novel
adalah tahun 1279 Caka (Aksan,
2005:1) (menggunakan kalender
Sunda Caka)
5. Sudut
Pandang
Kedua pencerita sama-sma
menggunakan penceritaan
ekstern. Pencerita hadir sebagai
pronomina ketiga tunggal yang
menyebut dirinay dengan
Kedua pencerita sama-sma
menggunakan penceritaan
ekstern. Pencerita hadir sebagai
pronomina ketiga tunggal yang
menyebut dirinay dengan sebutan
8
9
sebutan nama tokoh sediri.
Dengan kehadiran pencerita
yang seperti ini, pencerita beas
keluar masuk tokoh yang
menempatkan dirinya di luar
cerita.
nama tokoh sediri. Dengan
kehadiran pencerita yang seperti
ini, pencerita beas keluar masuk
tokoh yang menempatkan dirinya
di luar cerita.
6. Gaya bahasa Gaya bahasa Hermawan
terpengaruh oleh tuntutan
zaman. Pengarang
memasukkan kritik sosial
mengenai eksistensi kaum
perempuan Sunda.
Gaya bahasa novel ini
terpengaruh oleh teks-teks lain
seperti Ramayana dan
Mahabarata, bahkan teks-teks
Sunda lainnya seperti Lutung
Kasarung, legenda Sangkuriang,
dan Purba Ayu Wangi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa persamaan dari novel Perang Bubat karya Yoseph
Iskandar Dan Dyah Pitaloka, Di Langit Majapahit karya Hermawan Laksana adalah pada
tema, alur, tokoh dan penokohan, latar/setting, sudut pandang.
Tema yang diusung keduanya sama-sama bertema perang bubat, hanya saja memiliki
penemtapan tokoh yang berbeda yaitu pada novel Perang Bubat karya Yoseph Iskandar
tokoh Prabu Linggabuana sebagai tokoh Protagonis, sedangkan pada novel Di Langit
Majapahit karya Hermawan Laksana memosisikan Dyah Pitaloka sebagai tokoh protagonis.
Begitu juga dengan tokoh-tokoh lain. Alur dari kedua novel tersebut berbeda,pada novel
Perang Bubat karya Yoseph Iskandar memiliki alur yang lebih sederhana bila dibandingkan
dengan novel Di Langit Majapahit karya Hermawan Laksana. Namun pada setting tempat
kedua novel tersebut sama, hanya saja latar setting yang berbeda, pada novel Perang Bubat
karya Yoseph Iskandar menggunakan kalender Masehi, sedangkan novel Di Langit
Majapahit karya Hermawan Laksana menggunakan kalender Sunda Caka. Selain itu juga
terdapat kesamaan pada sudut pandangnya, yaitu sudut pandang orang ketiga.
2.1.2 Puisi
2.1.2.1 Kepada Peminta-Minta Karya Chairil Anwar (1943)
9
10
Baiklah, baiklah, aku akan menghadap dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang aku lagi
Nanti darahku menjadi beku
Jangan lagi kamu bercerita
Telah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari muka
Sambil berjalan kau usap jua
Bersuara tiap kau melangkah
Mengerang tiap kau memangdang
Menetes dari suasana kau datang
Sembarang kau merebah
Mengganggu dalam tidurku
Menghempas diri di bumi keras
Di bibirku terasa pedas
Mengaum di telingaku
Baik, baik aku akan menghadap dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang aku lagi
Nanti darahku jadi beku
Makna
Pada puisi ini, si aku merasa dikejar-kejar oleh rasa dosa karena ada “peminta-minta”,
yang selalu memandangnya, menatapnya. Si aku sudah sadar terhadap dosanya terhadap
Tuhan. Sebab itu, ia merasa sangat tersiksa, bahkan darahnya seakan membeku bila
10
11
dipandang oleh si peminta-minta. Maka si aku meminta jangan ditentang lagi olehnya, supaya
ia tidak mati ketakutan.
Si aku merasakan dosanya itu mencekam. Maka, si aku meminta kepada peminta-
minta itu jangan bercerita tentang dosa-dosa manusia (si aku). Rasanya dosa si aku sudah
tercermin di muka si peminta minta itu, yang seperti kena cacar, bernanah, dan selalu meleleh
dan selalu diusap-usap oleh si peminta-minta.
Rasa dosa itupun begitu hebatnya sehingga menganggunyahingga ke mimpi si aku.
Rasanya si aku seperti dihempaskan ke bumi sekeras dosa yang selalu mencengkramnya,
selalu mengejar-ngejarnya. Hal itu membuat bibirnya pedas dan mengaum karena sakit.
Si aku berjanji akan mengingat Tuhan, menyembah, dan menyerahkan dirinya kepada
Tuhan. Ia sudah merasa sadar dan ia merasa sanagt tersiksa bila ia ditentang lagi. Bila bait
pertama diulang kembali itu untuk lebih menekankan masalah dan memberkan intensitas
renungan terhadap masalah tersebut, yaitu masalah dosa manusia.
Unsur fisik
A. Diksi
Puisi Kepada Peminta-Minta menggunakan diksi yang cukup beragam, dari yang bersifa
lugas sampai prismati. Diksi yang bersifa lugas yaitu ada pada judulnya yaitu Kepada
Peminta-Minta diksi itu mempunyai bahwa puisi tersebut ditujukan kepada peminta-minta
atau pengemis. Selain itu puisi tersebut menggunakan diksi yang bermajas hiperbola yang
bersifat melebih-lebihkan, seperti
/Tapi jangan tentang aku lagi
Nanti darahku menjadi beku/
/Telah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari muka/
/Bersuara tiap kau melangkah
Mengerang tiap kau memangdang
Menetes dari suasana kau datang
11
12
Sembarang kau merebah
Mengganggu dalam tidurku
Menghempas diri di bumi keras
Di bibirku terasa pedas
Mengaum di telingaku/
B. Pencitraan
a. citraan perasa
/Tapi jangan tentang lagi aku/
/Nanti darahku jadi beku/
b. citraan visual
/Baik, baik aku akan menghadap Dia/
/Menyerahkan diri dan segala dosa/
c. citraan gerak
/Nanah meleleh dari luka/
/Sambil berjalan kau usap juga/
d. citraan pendengaran
/Di bibirku terasa pedas/
/Mengaum di telingaku/
C. Kata konkret
/Telah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari muka
Sambil berjalan kau usap jua/
12
13
Menggambarkan sosok seorang pengemis yang sedemikina menjijikannya, dan juga ada
perasaan iba yang terkandung di dalamnya.
D. Gaya bahasa
Majas hiperbola:
/Nanti darahku menjadi beku/
/Nanah meleleh dari muka/
E. Tipografi
Tipografi pada puisi ini adalah tipografi dengan rata kanan, dan menggunakan huruf kapital
disetiapp barisnya.
F. Enjambemen
Contoh pemenggalan pada puisi Kepada Peminta-Minta sebagai berikut.
Baiklah, / baiklah, aku akan menghadap dia//
Menyerahkan diri /dan segala dosa//
Tapi /jangan tentang aku lagi//
Nanti darahku menjadi beku//
G. Verifikasi (Rima, Ritma dan Metrum)
Puisi “Kepada Peminta-minta” secara keseluruhan didominasi dengan adanya vocal
/a/ dan /u/. Sedangkan bunyi konsonan yang dominan yaitu bunyi /t/, /k/ dan /d/. Asonansi a
terdapat pada baris puisi yaitu baris 1, 2, 5, 6, 7, 8. 17, dan 18 Misalnya, pada baris pertama
yaitu: Baik, baik aku akan menghadap Dia, pada baris ketiga: Menyerahkan diri dan segala
dosa. Asonansi u terdapat pada baris genap yaitu baris 3, 4, 13, 16, 19, dan 20. Misalnya,
pada baris ketiga yaitu: Tapi jangan lagi tentang aku, pada baris keempat: Nanti darahku jadi
beku.
Asonansi a pada 2 baris pertama dan asonansi u pada 2 baris berikutnya
mengesankan bahwa puisi ini mempunyai irama yang tetap dan teratur yakni irama vokal
aauu.
Unsur batin
13
14
A. Tema
Tema pada puisi “Kepada Peminta-Minta” juga sama dengan puisi “Gadis Peminta-
minta“ yaitu bertema kemanusiaan.
B. Amanat
Sedangkan “Kepada Peminta-minta” beramanat: jangan suka dikasihani, bangkitlah,
bebaskan diri dari kemiskinan.
Karena penulis merasa sangat berdosa jika melihat seorag pengemis, seperti pada baris
berikut.
/ Tapi jangan tentang aku lagi
Nanti darahku jadi beku/
C. Suasana
Suasana puisi “Kepada Peminta-Minta” adalah suasana ketakutan penulis terhadap dosanya
apabila membiarkan seorang peminta-minta menderita.
D. Nada
Nada yang tercipta pada puis tersebut adalah nada ketakutan.
2.1.2.2 Gadis Peminta-Minta Karya Toto S. Bachtiar (1995)
“Gadis Peminta-Minta” Karya Toto S. Bachtiar (1995)
Setiap kali bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa
Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
Gembira dari kemayaan riang
14
15
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukaku
Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan di atas itu, tak ada yang punya
Dan kotaku, ah kotaku
Hidupnya tak lagi punya tanda
Makna
Menggambarkan tentang kemiskinan, ketragisan hidup, dan pertemuan ‘aku’ dengan
peminta-minta. Dalam puisi pertama (Gadis Peminta) ‘aku’ merasa iba, kasihan terhadap
gadis kecil, karena gadis kecil itu tidak bisa menikmati hari kasih sayang, hanya tidur di
bawah jembatan.
Unsur fisik
A. Diksi
Contoh penggunaan diksi pada puisi Gadis Peminta-minta sebagai berikut.
/.. kecil berkaleng kecil/
Diksi tersebut memiliki arti pemngemis yang merupkan seorang anak kecil.
/Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral/
Diksi tersebut memiliki arti kehidupan gadis peminta-minta itu sangat berharga seperti
kehidupan orang lain.
B. Pencitraan
a. Citra penglihatan:
/ Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil/
15
16
/Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka/
/Bulan di atas itu tak ada yang punya/
/Dan kotaku, ah kotaku/
b. Citra pendengaran :
/Jiwa begitu murni, terlalu murni/
/Untuk bisa membagi dukaku/
/Hidupnya tak lagi punya tanda/
C. Kata konkret
/gadis kecil berkaleng kecil/ memperkonkret kata peminta-minta.
/Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok/ memperkonkret keadaan gadis peminta-
minta yang memiliki tempat tinggal yang cukup untuk dirinya sendiri.
/Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan/ memperkonkret keadaan gadis
peminta-minta yang memiliki kebahagiaan yang semu.
Sedangkan kalimat yang menunjukkan keempatian penyair terhadap gadis peminta-minta
adalah /Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral/. Kalimat ini menunjukkan
tingginya martabat gadis peminta-minta yang sama dengan manusia yang lainnya.
D. Gaya bahasa
a. Majas metafora:
/Tengadah padaku, pada bulan merah jambu/
b. Majas personifikasi:
/Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa/
E. Tipografi
Tata wajah (Tipografi), berikut yang khas dan puisi Pada puisi yang berjudul “Gadis
Peminta-minta“ mempunyai, tipografi konvensional. Tipografi konvesional artinya tidak
menyimpang dari dari tipografi puisi pada umumnya. Tipografi yang digunakan adalah rata
kanan.
F. Enjambemen
Contoh pemenggalan puisi Gadis Peminta-minta sebagai berikut.
16
17
Kalau kau mati,/ gadis kecil /berkaleng kecil//
Bulan di atas itu,/ tak ada yang punya/
Dan kotaku, /ah kotaku/
Hidupnya tak lagi punya tanda//
G. Verifikasi (Rima, Ritma dan Metrum)
Puisi Gadis Peminta-minta merupakan puisi modern yang tidak terikat oleh rima.
Unsur Batin
A. Tema
Tema puisi Gadis Peminta-minta adalah kemanusiaan. Penyair bermaksud
menunjukkan betapa tingginya martabat seorang gadis peminta-minta dan meyakinkan
pembaca bahwa setiap setiap manusia memiliki martabat yang sama. Bagi penyair perbedaan
kedudukan, pangkat, dan kekayaan tidak sepatutnya dijadikan landasan perlakuan pada
seseorang.
B. Amanat
Amanat puisi “Gadis Peminta-minta” adalah ajakan penyair agar pembaca tidak
meremehkan para peminta-minta karena mereka juga manusia. Dalam puisinya ini penyair
menyatakan bahwa peminta-minta merupakan identitas kota besar namun juga mengharapkan
agar tokoh semacam itu tidak ada lagi. Kalimat /di bawah jembatan yang melulur
sosok/ menunjukkan bahwa penyair berharap agar kotanya mempunyai rasa belas kasih
kepada gadis peminta-minta sehingga kehidupannya tidak lagi sengsara.
C. Suasana
Puisi “Gadis Peminta-minta” bernada kesedihan dan keharuan seperti yang
ditunjukkan oleh kalimat /senyummu terlalu kekal untuk kenal duka/. Kesedihan dan
keharuan penyair bukan karena keadaan dirinya yang menderita tetapi dia merasakan
keharuan dan kesedihan karena keadaan gadis peminta-minta pembawa kaleng kecil.
Kesedihan penyair lebih dikarenakan rasa solidaritas kemanusiaan.
D. Nada
Puisi “Gadis Peminta-minta” bernada kesedihan dan keharuan seperti yang ditunjukkan
oleh kalimat /senyummu terlalu kekal untuk kenal duka/
17
18
2.1.2.3 Analisis Perbandingan
No. Aspek yang
dibandingk
an
Gadis Peminta-minta
(Toto S. Sudarto Bachtiar 1943)
Kepada Peminta-minta
(Chairil Anwar 1959)
1. tipografi Tata wajah (Tipografi), berikut yang
khas dan puisi Pada puisi yang
berjudul “Gadis Peminta-minta“
mempunyai, tipografi konvensional.
Tipografi konvesional artinya tidak
menyimpang dari dari tipografi puisi
pada umumnya. Namun gaya
penulisannya rata kanan.
Tipografi pada puisi ini adalah
tipografi dengan rata kiri, dan
menggunakan huruf kapital disetiap
barisnya.
2. Makna Sama-sama menggambarkan tentang
kemiskinan, ketragisan hidup, dan
pertemuan ‘aku’ dengan peminta-
minta.
Dalam puisi pertama (Gadis
Peminta) ‘aku’ merasa iba, kasihan
terhadap gadis kecil, karena gadis
kecil itu tidak bisa menikmati hari
kasih sayang, hanya tidur di bawah
jembatan.
Sama-sama menggambarkan
tentang kemiskimnan, ketragisan
hidup, dan pertemuan ‘aku’ dengan
peminta-minta.
Namun dalam puisi kedua (Kepada
Peminta-minta) ‘aku’ merasa
berdosa setiap kali bertemu
peminta-minta. ‘aku’ merasa
melihat dosa-dosanya jika
dipertemukan dengan peminta-
minta. Karena takut akan dosanya
itulah ‘aku’ berusaha mendekatkan
diri pada Tuhan.
3. Tema Tema puisi “Gadis Peminta-minta”
adalah kemanusiaan. Penyair
bermaksud menunjukkan betapa
tingginya martabat seorang gadis
peminta-minta dan meyakinkan
pembaca bahwa setiap setiap
Tema pada puisi “Kepada Peminta-
Minta” juga sama dengan puisi
“Gadis Peminta-minta“ yaitu
bertema kemanusiaan.
18
19
manusia memiliki martabat yang
sama. Bagi penyair perbedaan
kedudukan, pangkat, dan kekayaan
tidak sepatutnya dijadikan landasan
perlakuan pada seseorang.
4. Amanat Amanat puisi “Gadis Peminta-minta”
adalah ajakan penyair agar pembaca
tidak meremehkan para peminta-
minta karena mereka juga manusia.
Dalam puisinya ini penyair
menyatakan bahwa peminta-minta
merupakan identitas kota besar
namun juga mengharapkan agar
tokoh semacam itu tidak ada
lagi. Kalimat /di bawah jembatan
yang melulur sosok/ menunjukkan
bahwa penyair berharap agar kotanya
mempunyai rasa belas kasih kepada
gadis peminta-minta sehingga
kehidupannya tidak lagi sengsara.
Sedangkan “Kepada Peminta-
minta” beramanat: jangan suka
dikasihani, bangkitlah, bebaskan
diri dari kemiskinan.
Karena penulis merasa sangat
berdosa jika melihat seorag
pengemis, seperti pada baris
berikut.
/ Tapi jangan tentang aku lagi
Nanti darahku jadi beku/
5. Suasana Puisi “Gadis Peminta-minta” bernada
kesedihan dan keharuan seperti yang
ditunjukkan oleh kalimat /senyummu
terlalu kekal untuk kenal duka/.
Kesedihan dan keharuan penyair
bukan karena keadaan dirinya yang
menderita tetapi dia merasakan
keharuan dan kesedihan karena
keadaan gadis peminta-minta
pembawa kaleng kecil. Kesedihan
penyair lebih dikarenakan rasa
solidaritas kemanusiaan.
Suasana puisi “Kepada Peminta-
Minta” adalah suasana ketakutan
penulis terhadap dosanya apabila
membiarkan seorang peminta-minta
menderita.
19
20
Jadi dapat disimpulkan bahwa perbandingan puisi Gadis Peminta-minta karya Toto S.
Bachtiar dan Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar terdapat pada tipografi, makna,
tema, amanat, suasana. Tipografi pada puisi Gadis Peminta-minta karya Toto S. Bachtiar
menggunakan tipografi rata kanan, sedangkan Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar
menggunakan tipografi rata kiri. Sedangkan tema pada kedua puisi itu adalah kemanusiaan.
Amanat yang disampaikan pada kedua puisi tersebut adalah keibaan melihat pengemis.
Sedangkan suasana kedua pusis tersebut adalah kesedihan, dan keharuan.
2.1.3 Drama
2.1.3.1 Sang Kuriang Utuy Tatang Sontani 1953
Unsur intrinsik
A. Tema
Bertema percintaan. Kisah cinta antara anak dan ibunya.
B. Amanat
Amanat yang ingin disampaikan pada naskah drama Sang Kuriang adala sebagai
berikut.
1. Berpikirlah panjang sebelum berbuat atau mengatakan janji.
2. Jika memiliki janji hendaknya ditepati, jika tidak akan berujung tidak baik
3. Jangan keras kepala untuk tidak percaya apapun, semua hal perlu
dipertimbangkan.
C. Dialog
Berikut contoh dialog dalam naskah drama drama Sang Kuriang.
Di halaman rumah. Sayup-sayup sampai di kejauhan terdengar suara gemuruh. Dayang Sumbi keluar dari rumah dengan suluh ditangan.
DAYANG SUMBI : ( sambil bicara sendiri, dan melihat lihat sekitar ) rasa-rasa dalam mimpi bahwa di malam ini sedang diciptakan telaga beserta perahunya, dimana aku akan berlayaran sebagai istri dan anakku sendiri. Rasa-rasa dalam mimpi bahwa tadi aku dipinang anakku dan nanti akan menjadi ibu dari cucuku sendiri. Ah, satu diantara dua : aku atau anakku,itulah yang sebenarnya bermimpi di malam ini. Dan karena kini asal tadi dan bakal nanti,maka siapa yang bermimpi malam ini, itulah yang besok pagi kesiangan, itulah pemimpi sepanjang jaman.Bujang Muncul
20
21
DAYANG SUMBI : ( dengan agak resah )Bagaimana ? Apa yang nampak di mata ?
BUJANG : Bagai tenaga raksasa yang dicurahkan.( sejenak terkagum-kagum )
DAYANG SUMBI : Bagaimana ?
BUJANG : ( mejelaskan dengan sangat detail dan penuh perasaan ) Bumi gemuruh, pohon-pohon tumbang, batu-batu bergulingan membendung air, dilanda air, dan siapa yang mengerjakan tidak kelihatan, tapi yang tidak bisa dipungkiri lagi telaga luas akan segera terbukti.
D. Alur/plot
Pada naskah drama “ Sang Kuriang” yaitu dimulai dari kecantikan paras Dayang
Sumbi yang tak lain adalah ibunya, tetapi Sangkuriang tdak mempercayai bahwa ia adala
ibunya. Oleh karena itu, tumbuhlah cinta di hati Sangkuriang. Kemudian Sangkuring berniat
untuk meminang Dayang Sumbi. Namun, Dayang Sumbi tak lasung menerima lamarannya, ia
mengajukan persayaratan untuk dapat membendung sungai Ctarum menjadi telaga dan
membuatkan perahu di atasnya dalam waktu satu malam.
Namun, hal itu mampu digagalkan Dayang Sumbi, selain itu Dayang Sumbi berusaha
melarikan diri daarii Sang Kuriang dengan cara bunih diri. Karena kekecewaan Sangkuriang
atas kematian Dayang Sumbi maka ia pun turut bunuh diri.
E. Penokohan
a. Sankuriang : anak Dayang Sumbi, menginginkan segala hal yang ia inginkan
terpenuhi.
b. Dayang sumbi : ibu Sangkuriang, bersifak baik hati
c. Si tumang : seekor anjing yang merupakan ayah dari Sangkuriang
d. Arda lega : pengawal atau bawahan Dayang Sumbi
e. Bujang : pengawal atau bawahan Dayang Sumbi
f. Para siluman :bersifa jahat dan suka menghasu.
F. Latar/setting
Latar tempat:
a. Rumah dayang sumbi
21
22
b. Hutan
Latar waktu:
a. Siang hari
b. Malam hari
2.1.3.2 Sumbi Dan Gigi Imitasi (Benny Yohanes1992)
Unsur intrinsik
A. Tema
Percintaan anatar ibu dan anak.
B. Amanat
Amanat yang terkandung dalam naskah drama Sumbi da Gigi Imitasi adalah sebagai berikut:
1. Taatilah atura hukum dan agama yang melarang orang tua untuk menikah dengan
anaknya.
2. Hargailah usaha orang lain.
3. Perlakukan semua orang dengan baik, jangan memangdang status sosialnya.
C. Dialog
SUMBI : Tunggu. Siapa namamu?!
AHMAD SANGKU : Apa pentingnya?!
SUMBI : Barangkali ada polisi yang ingin berkenalan denganmu. Kau habis
berburu dan tanganmu masih bau darah.
AHMAD SANGKU : Nama saya Ahmad, juragan. Ahmad Sangku. Kata orang, saya yatim
piatu sejak lahir.
SUMBI : Kamu suka sekali berburu, Ahmad. Kenapa?! Dapur saya makin
penuh dengan kaki binatang.
D. Alur/plot
22
23
Alur naskah drama tersebut memiliki alur maju.
a. Tahap exposition
Pada tahap ini diperkenalkan sosok Sumbi yang merupakan seorang pelukis. Dan
Ahmad Sangku yang merupakan seorang pembantu di rumah Sumbi.
b. Komplikasi
Saat Sumbi merasa bahwa ahmad Sangku adalah sosok yang ada di dalam mimpi-
mimpinya tiap malam.
c. Klimaks
Pada tahap ini dimulai saat Sumbi mengajak ahmad Sangku untuk menikah
dengannya. Dan Ahmad sangku sempat ragu dengan jawabannya karena ia merasa
tidaklah pantas seorang ibu menikahi anaknya, itu sama halnya dengan binatang.
d. Resolusi/penyelesaian
Pada tahap ini Ahmad Sangku melamar Sumbi dengan gigi palsunya, dan seketika
Sumbi menjerit terkejut.
E. Penokohan
1. Sumbi : merupakan seorang pelukisn dan ibu Ahmad Sangku, tetapi ia
tidak menydarinya. Wataknya yaitu pemarah atau emosional, memaksa Ahmad
Sangku untuk menjadi anaknya.
2. Ahmad sangku : merupakan seoran pemburu di hutan dan anak Sumbi.
Watknya pendiam dan penurut.
F. Latar/setting
Latar tempat : di rumah Sumb
Latar waktu : siang hari, malam hari, dan malam hai.
2.1.3.3 Analsis Perbandingan
No Aspek yang Sang Kuriang Sumbi Dan Gigi Imitasi
23
24
. dibandingkan (Utuy Tatang Sontani 1953) (Benny Yohanes)
1. Tema Percintaan anatar ibu dan anak. Percintaan anatar ibu dan anak.
2. Alur Kedua naskah drama ini
memiliki alur maju.
Dalam drama ini dikisahkan
Sangkurianglah yang
akanmenikahi Dayang Sumbi.
Kedua naskah drama ini
memiliki alur maju.
Dalam drama ini dikisahkan
berbeda, yaitu Sumbilah yang
mengajak menikah anaknya yaitu
Ahmad Sangku.
3. Tokoh/
penokohan
g. Sangkuriang
h. Dayang sumbi
i. Si tumang
j. Arda lega
k. Bujang
l. Para siluman
a. Sumbi
b. Ahmad sangku
4. Latar/setting Latar tempat:
c. Rumah dayang sumbi
d. Hutan
Latar waktu:
c. Siang hari
d. Malam hari
a. Rumah sumbi
Jadi dapat disimpulkan bahwa perbandingan naskah drama Sangkuriang karya Utuy
Tatang Sontani dan Sumbi dan Gigi Imitasi karya Benny Yohanes adalah pada tema, alur,
tokoh/penokohan. Tema kedua naskah drama atersebut adalah percintaan antara anak dan
ibunya, dan memiliki alur maju. Namun ada perbedaan pada tokoh/penokohan penokohan
pada naskah drama Sangkuriang karya Utuy Tatang Sontani memiliki tokoh yang lebih
banyak. Naskah drama Sumbi dan Gigi Imitasi karya Benny Yohanes berbeda dengan kisah
sangkuriang pada umumnya, tokoh pada drama ini yaitu Sumbi sebagai ibu Ahmad Sangku
yang mengajak anaknya untuk menikah, berbeda terbalik dengan nasakah drama Sangkuriang
karya Utuy Tatang Sontani.
24
25
2.2 MEMBANDINGKAN KARYA SASTRA INDONESIA DAN KARYA
SASTRA DUNIA
2.2.1 Prosa
2.2.1.1 Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata
Unsur Intrinsik
A. Tema.
Tema yang tersirat dalam novel Sang Pemimpi ini tak lain adalah “persahabatan dan
perjuangan dalam mengarungi kehidupan serta kepercayaan terhadap kekuatan sebuah mimpi
atau pengharapan”. Hal itu dapat dibuktikan dari penceritaan per kalimatnya dimana penulis
berusaha menggambarkan begitu besarnya kekuatan mimpi sehingga dapat membawa
seseorang menerjang kerasnya kehidupan dan batas kemustahilan.
B. Latar
Dalam novel ini disebutkan latarmya yaitu di Pulau Magai Balitong, los pasar dan
dermaga pelabuhan, di gedung bioskop, di sekolah SMA Negeri Bukan Main, terminal
Bogor, dan Pulau Kalimantan. Waktu yang digunakan pagi, siang, sore, dan malam. Latar
nuansanya lebih berbau melayu dan gejolak remaja yang diselimuti impian-impian.
C. Penokohan dan Perwatakan
Ikal : baik hati, optimistis, pantang menyerah, penyuka
Bang Rhoma Arai : pintar, penuh inspirasi/ide baru, gigih, rajin, pantang menyerah
Jimbron : polos, gagap bicara, baik, sangat antusias pada kuda
Pak Balia : baik, bijaksana, pintar
Pak Mustar : galak, pemarah, berjiwa keras
Ibu Ikal : baik, penuh kasih sayang
Ayah Ikal : pendiam, sabar, penuh kasih sayang, bijaksana
Dan tokoh lain Mahader, A Kiun, Pak Cik Basman, Taikong Hanim, Capo, Bang Zaitun,
Pendeta Geovanny, Mak cik dan Laksmi adalah tokoh pendukung dalam novel ini.
D. Alur
25
26
Dalam novel ini menggunakan alur gabungan (alur maju dan mundur). Alur maju
ketika pengarang menceritakan dari mulai kecil sampai dewasa dan alur mundur ketika
menceritakan peristiwa waktu kecil pada saat sekarang/dewasa.
E. Gaya Penulisan
Gaya penceritaan novel ini sangat sempurna. Yaitu kecerdasan kata-kata dan
kelembutan bahasa puitis berpadu tanpa ada unsur repetitif yang membosankan. Setiap
katanya mengandung kekayaan bahasa sekaligus makna apik dibalik tiap-tiap katanya. Selain
itu, Novel ini ditulis dengan gaya realis bertabur metafora, penyampaian cerita yang cerdas
dan menyentuh, penuh inspirasi dan imajinasi. Komikal dan banyak mengandung letupan
intelegensi yang kuat sehingga pembaca tanpa disadari masuk dalam kisah dan karakter-
karakter yang ada dalam novel Sang Pemimpi.
F. Amanat
Amanat yang disampaikan dalam Sang Pemimpi ini adalah jangan berhenti bermimpi.
Hal itu sangat jelas pada tiap-tiap sub babnya. Yang pada prinsipnya manusia tidak akan
pernah bisa untuk lepas dari sebuah mimpi dan keinginan besar dalam hidupnya. Hal itu
secara jelas digambarkan penulis dalam novel ini dengan maksud memberikan titik terang
kepada manusia yang mempunyai mimpi besar namun terganjal oleh segala keterbatasan.
G. Sudut Pandang
Sudut pandang novel ini yaitu “orang pertama” (akuan). Dimana penulis
memposisikan dirinya sebagai tokoh Ikal dalam cerita.
Unsur Ekstrinsik
A. Nilai Moral
Nilai moral pada novel ini sangat kental. Sifat-sifat yang tergambar menunjukkan rasa
humanis yang terang dalam diri seorang remaja tanggung dalam menyikapi kerasnya
kehidupan. Di sini, tokoh utama digambarkan sebagai sosok remaja yang mempunyai
perangai yang baik dan rasa setia kawan yang tinggi.
B. Nilai Sosial
Ditinjau dari nilai sosialnya, novel ini begitu kaya akan nilai sosial. Hal itu dibuktikan
rasa setia kawan yang begitu tinggi antara tokoh Ikal, Arai, dan Jimbron. Masing-masing
saling mendukung dan membantu antara satu dengan yang lain dalam mewujudkan impian-
26
27
impian mereka sekalipun hampir mencapai batas kemustahilan. Dengan didasari rasa gotong
royong yang tinggi sebagai orang Belitong, dalam keadaan kekurangan pun masih dapat
saling membantu satu sama lain.
C. Nilai Adat istiadat
Nilai adat di sini juga begitu kental terasa. Adat kebiasaan pada sekolah tradisional
yang masih mengharuskan siswanya mencium tangan kepada gurunya, ataupun mata
pencaharian warga yang sangat keras dan kasar yaitu sebagai kuli tambang timah tergambar
jelas di novel ini. Sehingga menambah khazanah budaya yang lebih Indonesia.
D. Nilai Agama
Nilai agama pada novel ini juga secara jelas tergambar. Terutama pada bagian-bagian
dimana ketiga tokoh ini belajar dalam sebuah pondok pesantren. Banyak aturan-aturan islam
2.2.1.2 Sang Alkemis karya Paulo Coelho
Unsur intrinsik
A. Tema
Pejuangan hidup seorang bocah yang berusaha mencari legenda pribadinya. Ia
berjuang menemukan arti hidup dengan mengembara dari suatu tempat ke tempat lain.
B. Latar
Latar tempat pada novel ini adalah Andalusia, dibawah pohon di Andalusia ketika
Santiago bermimpi, sedangkan latar tempat yang lainnya yaitu, cerita terjadi di Andalusia
(Spanyol), Tangier (Afrika), Gurun Sahara, Oasis Al-Fayoum, Mesir.Sedangkan latar waktu
pada novel tersebut adalah siang hari.
C. Penokohan dan Perwatakan
Dalam novel “Sang Alkemis” nama tokoh-tokohnya nyaris tidak pernah dicantumkan,
termasuk nama pemeran utamanya. Tokoh utamanya hanya didenotasikan sebagai seorang
“bocah”. Sedangkan kata “santiago” hanya disebutkan di awal saja.
Tokoh-tokoh lain yang tak kalah penting peranannya hanya disebutkan sabagai “orang
inggris”, “alkemis”, “pemilik toko kristal”, “puteri pedagang kain”, “lelaki tua”, gadis itu,
dan sebaganya.
27
28
Berikut rincian watak tokoh:
1). Watak seorang “Santiago atau “ Si Bocah”: hampir sama dengan watak tokoh “ikal” dana
novel “Sang pemimpi”, yaitu baik hati, optimistis, pantang menyerah. Anak laki-laki
penggembala domba ini memiliki sifat antusias terhadap mimpi yang dialaminya. Ia juga
seorang pemberani yang dibuktikan dengan kesediaannya menempuh perjalanan panjang
antar benua untuk membuktikan mimpinya.
2). Sang Alkemis
Tokoh yang menjadi guru bagi Santiago ini memiliki watak yang bijak. Ia menjadi orang
yang serba tahu akan apa yang akan terjadi. Ia seolah telah tau bahwa ia akan bertemu dengan
Santiago dan akan membimbingnya dalam mencapai mimpi.
3). Fatima
Gadis yang ditemui oleh Santiago di Oasis Al-Fayoum dalam perjalanannya ke Mesir ini
adalah gadis yang sabar. Ia juga setia dan bersedia menunggu Santiago kembali menemuinya
setelah Santiago berhasil mencapai mmpinya.
4). Melkisedek
Melkisedek adalah orang tua yang mengaku sebagai Raja Salem, yang secara tidak langsung
menyuruh Santiago untuk mengikuti mimpinya. Orang tua ini muncul dan menghilang secara
tiba-tiba, tetapi sebenarnya ia adalah orang tua yang bijak dan berwibawa.
5). Pemilik toko kristal
Orang baik hati yang yang telah membantu Santiago ketika seluruh uang yang dimiliki
Santiago dicuri. Hidupnya agak monoton, tetapi ia banyak mengajarkan kebijakkan hidup
pada Santiago.
D. Alur
Alur yang digunakan yaitu alur maju. Dengan menceritakan kisah Santiago secara
berurutan waktu. Dimulai dari ketika ia tertidur d bawah pohon Andalusia, ia bermimpi
tentang perjalanannya ke piramida Mesir dan mendapatkan arta karun petualangan penacarian
harta karun hingga ditemukannya harta karun tersebut.
E. Gaya Penulisan
Novel ini ditulis dengan gaya realis bertabur metafora yang harus dterjemahkan lebih
mendalam oleh pembaca.
28
29
F. Amanat
Terdapat banyak amanat yang terkandung dalam novel ini diantaranya :
a. Setap orang di dunia mempunyai legenda hidup masing-masing. Oleh sebab itu, setiap
manusia mempunyai tujuan masing-masing di dunia ini.
b. Untuk mencapai tujuan hidup, kita harus bekerja keras.
c. Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Kita harus bisa menempatan diri kita di
manapum kita berada.
G. Sudut Pandang
Pengarang Paulo Chelo menggunakan sudut pandang orang ketiga pelaku di luar
cerita, karena di dalam novel ini pengarang menggunakan kata ganti “dia” dan “Si Bocah”.
Contoh cuplikan novel:
“Si bocah menjawab dengan menggumam-gumam tak jelas supaya dia bisa mengelak untuk
menjawab pertanyaan gadis itu. Dia yakin si gadis tidak akan pernah mengerti. Dia
melanjutkan kisah perjalanan-perjalanannya, dan mata bening Moor gadis itu membelalak
takut dan terkejut. Waktu terus berjalan, dan sang bocah berharap semoga hari itu tak akan
pernah berakhir, semoga ayah gadis itu terus sibuk dan membiarkan dia menunggu selama
tiga hari..”
2.2.1.3 Analisis Perbandingan
No
.
Aspek yang
dibandingkan
Sang pemimpi
(Andrea Hirata)
Sang Alkemis
(Paulo Coelho)
1. Tema Novel ini memiliki tema
tentang persahabatan dan
perjuangan dalam
mengarungi kehidupan serta
kepercayaan terhadap
kekuatan sebuah mimpi atau
pengharapan.
Pejuangan hidup seorang
bocah yang berusaha mencari
legenda pribadinya. Ia
berjuang menemukan arti
hidup dengan mengembara
dari suatu tempat ke tempat
lain.
2. Alur Dalam novel ini
menggunakan alur maju dan
Alur yang digunakan yaitu
alur maju. Dengan
29
30
mundur. Alur maju ketika
pengarang menceritakan dari
mulai kecil sampai dewasa
dan alur mundur ketika
menceritakan peristiwa waktu
kecil pada saat
sekarang/dewasa.
menceritakan kisah Santiago
secara berurutan waktu.
Dimulai dari ketika ia tertidur
d bawah pohon Andalusia, ia
bermimpi tentang
perjalanannya ke piramida
Mesir dan mendapatkan arta
karun petualangan penacarian
harta karun hingga
ditemukannya harta karun
tersebut.
3. Tokoh/penokohan 2.3 Ikal : baik hati, optimistis,
pantang menyerah,
penyuka Bang Rhoma
Dalam novel “Sang Alkemis”
nama tokoh-tokohnya nyaris
tidak pernah dicantumkan,
termasuk nama pemeran
utamanya.
Berikut rincian watak tokoh
yang dapat dibandingkan: 1).
Watak seorang “Santiago atau
“ Si Bocah”: hampir sama
dengan watak tokoh “ikal”
dana novel “Sang pemimpi”,
yaitu baik hati, optimistis,
pantang menyerah.
Anak laki-laki penggembala
domba ini memiliki sifat
antusias terhadap mimpi yang
dialaminya. Ia juga seorang
pemberani yang dibuktikan
dengan kesediaannya
menempuh perjalanan panjang
antar benua untuk
membuktikan mimpinya.
4. Amanat Terdapat banyak amanat yang Terdapat banyak amanat yang
30
31
terkandung dalam novel ini
diantaranya :
1) Kita harus percaya akan
keagungan dan kekuasaan
Allah SWT.
2) Menjalin persahabatan
dengan baik, saling
memahami kekurangan
dan kelebihan masing-
masing.
3) Pengorbanan harus
dibarengi dengan
kesabaran dan tetap
optimis.
4) Gantungkan cita-cita
setinggi langit.
5) Keterbatasan, kemiskinan
bukan penghalang meraih
cita-cita karena itu
berusaha dan berdoa
sangat diperlukan.
6) Saling membantu,
menghargai kepada
sesama.
terkandung dalam novel ini
diantaranya :
d. Setap orang di dunia
mempunyai legenda hidup
masing-masing. Oleh
sebab itu, setiap manusia
mempunyai tujuan masing-
masing di dunia ini.
e. Untuk mencapai tujuan
hidup, kita harus bekerja
keras.
f. Di mana bumi dipijak di
situ langit dijunjung. Kita
harus bisa menempatan
diri kita di manapum kita
berada.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perbandingan novel Sang Pemimpi karya Andrea
Hirata dan Sang Alkemis karya Paulo Coelho adalah pada tema, alur, penokohan, amanat.
Tema kedua novel tersebut adala perjuangan dalam mengarungi kehidupan. Kesamaan tokoh
pada kedua novel tersebut adalah sama-sama merupakan anak kecil yang pantang menyerah
mencapai cita-cita. Amanat yang disampaikan kedua novel juag sama yaitu agar tidak mudah
menyerah.
31
32
2.2.2 Puisi
2.2.2.1 Karawang-Bekasi Karya Chairil Anwar
Karawang-Bekasi
Chairil Anwar 1946
Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
Tidak bisa teriak “merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
Terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening dimalam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliput debu.
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
32
33
Kami bicara padamu dalam hening dimalam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskanlah jiwa kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus digaris batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliput debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
Makna
Pada puisi Krawang-Bekasi, Chairil mencoba menggambarkan para pejuang antara
Krawang-Bekasi yang sudah tidak bisa berteriak lagi dan tidak bisa merasakan kemerdekaan.
Tidak ada lagi yang peduli dengan perjuangan dan pengorbanan para pejuang, yang ada
hanyalah keheningan bersama jam yang berdetak. Para pejuang yang telah mati muda,
mereka ingin dikenang sebagai tanda penghargaan bagi mereka. Chairil juga menceritakan
para pejuang yang sudah sekuat tenaga untuk membela bangsa dan negara hingga tidak punya
arti lagi. Di akhir persajakannya Chairil juga menyampaikan pesan supaya selalu menjaga
tokoh-tokoh bangsa yaitu Bung Karno, Bung Hatta, dan Bung Syahrir
Usur Fisik
A. Diksi
1. “Kami sudah coba apa yang kami bisa, Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa”
Mempunyai makna sama yaitu mereka mengatakan bahwa mereka sudah berusaha namun
sudah mati sebelum selesai (sebelum merdeka),
33
34
2. “Kami sudah beri kami punya jiwa”
Mempunyai makna sama yaitu mereka sudah sama-sama telah memberikan hidup dan
nyawanya,
3. “Kami cuma tulang-tulang berserakan, Tapi adalah kepunyaanmu, Kaulah lagi yang
tentukan nilai tulang-tulang berserakan”
Mempunyai makna sama yaitu mereka merupakan milik kita semua dan kita yang dapat
menilai mereka,
4. “Kaulah sekarang yang berkata”
Mempunyai makna sama yaitu bahwa kitalah yang harus melanjutkan perjuangan mereka
B. Pencitraan
a. Pencitraan yang digunakan Sang Penyair pada Puisi diatas adalah Citra lingkungan, yaitu
citraan yang menggunakan gambaran-gambaran selingkungan. Hal tersebut terdapat pada
judul puisi itu sendiri “Krawang-Bekasi” dan “Kami bicara padamu dalam hening
dimalam sepi” itu semua Citra lingkungan.
b. Citra kesedihan, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran kesedihan.
Citra kesedihan ada pada kata “Kami sekarang mayat”, kesan yang timbul kalau kita
dengar kata “Mayat” adalah suatu kesedihan.
c. Citra pendengaran, yaitu citraan yang timbul oleh pendengaran atau berhubungan dengan
indra pendengaran . Citra pendengaran ada pada kata “Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari
kita bikin janji. Aku sudah cukup lama dengan bicaramu”.Pada kata “bikin janji” dan
“Aku sudah cukup lama dengan bicaramu” barkaitan dengan citra pendengaran.
d. Citra gerak, yaitu citraan yang menggambarkan sesuatu yanag sebetulnya tidak bergerak
tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak. Citra gerak “Krawang-Bekasi” terlihat pada
baris “Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlabuh”. ”Di uratmu di uratku kapal-kapal
kita bertolak dan berlabuh”. Disini digambarkan ada keinginan yang sama,kemauan yang
sama,dan tujuan yang sama untuk mencapai suatu cita-cita sehingga digambarkan seperti
kapal yang bergerak membawa penumpang mencapai tujuan yang sama.
e. Citra intelektual, yaitu citraan yang timbul oleh asosiasi intelektual/pemikiran.
Citra intelektual “Krawang-Bekasi” terlihat pada baris ketiga bait pertama :
34
35
“Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, terbayang kami maju dan
mendegap hati?”
C. Kata konkret
Kata konkret yang ada pada puisi Karawang Bekasi adalah sebagai berikut.
/ Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi/
Baris tersebut mengkonkretkan mayat-mayat yang berserakah di antara Karawang dan
Bekasi.
/ Yang tinggal tulang diliput debu./
Mengkongkretkan tulang-tulang para pahlawan yang sudah ditutupi oleh debu
D. Gaya bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam karya Krawang-Bekasi adalah “
a. Metafora,hal itu terlihat pada “Aku sekarang api aku sekarang laut”, disini Sang Penyair
mengibaratkan dirinya seperti laut dan api,mempunyai sifat-sifat seperti api yang selalu
membakar dan panas.Menpunyai sifat-sifat seperti laut yang selalu
bergelombang,luas,tempat bermuaranya dan menampung semua sungai yang mengalir
kearahnya.Artinya tempat menampung semua pendapat dari semua lapisan rakyatnya.Atau
selalu bergerak dan bergelombang,artinya selalu bersemangat bak laut yang bergelombang.
b. Personifikasi,hal itu terlihat pada “Kami sekarang mayat,Berikan kami arti” disini terlihat
makna seakan-akan mayat yang secara sifatnya tidak dapat birbicara,tetapi oleh Sang
Penyair “Mayat” tersebut dapat berbicara seperti manusia hidup dam berpesan “Berikan
kami arti” dan seterusnya.
c. Alegori,hal itu terlihat pada
“dipanggang diatas apimu, digarami lautmu Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh”
35
36
E. Tipografi
Mengunakan tipografi puisi konvenional dengan dilengkapi enyambemen berupa titik
ditengah baris yang menunjukan bahwa gagasan pada suatu baris dalam puisi masih
berlanjut pada baris berikutnya
a. Menggunakan huruf besar pada awal kalimat dan dengan tanda baca :
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliput debu. Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
(Karawang-Bekasi, bait ke 4-5)
b. Menggunakan pengulangan
Pada puisi Karawang-Bekasi terlihat bahwa penyair menggunakan pengulangan pada kata
“kami” yang digunakan untuk mempertegas siapa yang ingin diingat.
F. Enjambemen
Contoh pemenggalan pada puisi Karawang Bekasi adalah sebagai berikut.
Kami sekarang mayat//
Berilah kami arti//
Berjagalah terus digaris batas pernyataan/ dan impian//
G. Verifikasi (Rima, Ritma dan Metrum)
Puisi tersebut merupakan puisi modern yang tidak terikat oleh rima.
Unsur Batin
A. Tema
Perjuangan.
B. Amanat
Pada kalimat :
“Kenang-kenanglah kami”
Adalah sebuah himbauan, ajakan, pengharapan pada kita untuk senantiasa tidak melupakan
perjuangan dari para pendahulu kita,walaupun para pejuang tersebut telah gugur.
36
37
“Kerja belum selesai,belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa”
Pada kalimat diatas tersirat makna untuk bekerja keras,melanjutkan pekerjaan yang belum
tuntas, mempunyai etos kerja yang pantang menyerah.
“Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian”
Pada kalimat diatas sangat tegas sekali pernyataan atau tujuan dari Sang Penyair yaitu
supaya kita selalu konsisten dengan pernyataan kita,ucappan kita, janji-janji kita, sumpah kita
dan semua yang pernah kita ucapkan dan pada kata “impian” mengandung makna suatu cita-
cita.Kita harus punya impian yang sesuai dengan kondisi kita.Impian itu tidak lain adalah
cita-cita bangsa kita.
“Teruskan, teruskan jiwa kami”
“Menjaga Bung Karno,menjaga Bung Hatta, menjaga Bung Sjahrir”
Pada kalimat diatas yaitu “Teruskan,teruskan jiwa kami. Menjaga Bung
Karno,menjaga Bung Hatta,menjaga Bung Sjahrir” mengandung makna kesetian rakyat
kepada para pemimpinnya. Pejuangan tidak akan berhasil,cita-cita tidak akan tercapai kalau
tidak ada kesetiaan antara rakyat dengan pemimpinnya.
C. Suasana
Menggambarkan tentang emosi semangat para pejuang dan keharuan demi merebut
kemerdekaan bangsa Indonesia, sehingga dengan suasana yang muncul tersebut dapat
mengorbankan semangat rakyat Indonesia untuk melanjutkan perjuangan.
D. Nada
Nada yang tersirat dalam puisi Chairil adalah mengobarkan semangat perjuangan,
2.2.2.2 The Young Dead Soldiers karya Archibald Macleish 1945
The young dead soldiers do not speak.
Nevertheless they are heard in the still houses.
(Who has not heard them ?)
They have a silence that speaks for them at night
And when the cloc counts.
37
38
They say,
We were young. We have died. Remember us.
They say,
We have done what we could
But until it is finished it is not done.
They say,
We have given our lives
But until it is finished no onecan know what our lives gave.
They say,
Our deaths are not ours,
They are yours,
They will mean what you make them.
They say,
Whether our lives and our deaths were for peace and a new hope
Or for nothing
We cannot say, it is you who must say this.
They say,
We leave you our deaths,
Give them their meaning,
Give them an end to the war and atrue peace,
Give them a victory that ends the war and a peace afterwards,
Give them their meaning,
We were young, they say,
We have died.
Remember us.
38
39
Terjemahan :
PRAJURIT (YANG) MATI MUDA
Prajurit (yang) mati muda tak dapat bicara.
Tetapi mereka didengar dirumah-rumah sunyi.
(siapa tidak mendengar mereka?)
Mereka dalam diam berbicara padamu di malam hari.
Dan ketika jam dinding berdetak.
Mereka berkata,
Kami (masih) muda. Kami (telah) mati. Ingatlah kami.
Mereka berkata,
Kami telah bekerja apa yang kami dapat
Tetapi sampai selesai (kerja) belum apa-apa.
Mereka berkata,
Kami telah memberikan jiwa kami
Tetapi sampai selesai tak seorangpun tahu pengorbanan kami.
Mereka berkata, kematian kami bukan milik kami,
(kematian) itu milikmu,
(kematian) itu berarti bila engkau (memberi) arti.
Mereka berkata,
Meskipun jiwa dan kematian kami untuk perdamaian dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tak dapat bicara. Engkau yang harus berbicara tentang ini
Mereka berkata,
Kami telah mati meninggalkan engkau,
39
40
Berilah mereka arti/nilai mereka,
Berilah mereka suatu akhir perang dan suatu perdamaian sungguh
Berilah mereka kejayaan seusai perang dan perdamaian abadi,
Berilah mereka nilainya.
Kami (masih) muda, mereka berkata,
Kami telah mati.
Ingatlah kami.
Makna
Sajak ini mengisahkan para prajurit muda yang mati ketika sedang berperang demi
menciptakan perdamaian.. Tetapi dalam sajak itu tidak terikat oleh waktu dan tempat. Sajak
tersebut juga tidak menyebutkan tentang kemerdekaan bangsa lain, dan musuh yang dilawan
oleh para prajurit. Karena sajak tersebut diterbitkan setelah perang dunia II, mungkin para
prajurit tersebut adalah prajurit Jepang, Amerika, Italia, Jerman atau Perancis.
Unsur Fisik
A. Diksi
1. “Kami telah melakukan apa yang kita bisa tetapi sampai selesai itu tidak dilakukan”
Mempunyai makna sama yaitu mereka mengatakan bahwa mereka sudah berusaha namun
sudah mati sebelum selesai (sebelum merdeka),
2. “Kami telah memberikan hidup kita”. Mempunyai makna sama yaitu mereka sudah sama-
sama telah memberikan hidup dan nyawanya,
3. “kematian kita bukan milik kita … mereka adalah milik-Mu … mereka akan berarti apa
yang membuat mereka” Mempunyai makna sama yaitu mereka merupakan milik kita
semua dan kita yang dapat menilai mereka,
4. “Anda yang harus mengatakan ini”
Mempunyai makna sama yaitu bahwa kitalah yang harus melanjutkan perjuangan mereka.
B. Pencitraan
a. Citraan pendengaran :
/Tetapi mereka didengar dirumah-rumah sunyi./
/Dan ketika jam dinding berdetak./
/Mereka berkata,
40
41
Kami telah bekerja apa yang kami dapat
Tetapi sampai selesai (kerja) belum apa-apa.
Mereka berkata,
Kami htelah memberikan jiwa kami
Tetapi sampai selesai tak seorangpun tahu pengorbanan kami.
Mereka berkata, kematian kami bukan milik kami,
(kematian) itu milikmu,
(kematian) itu berarti bila engkau (memberi) arti.
Mereka berkata,
Meskipun jiwa dan kematian kami untuk perdamaian dan harapan/
C. Kata konkret
Kata konkret yang ada pada puisi The Young Soldier jika diterjemahkan adalah
sebagai berikut.
/Dan ketika jam dinding berdetak./
Mengkongkretkanwaktu yang terus berputar.
D. Gaya bahasa
Gaya bahasa pada puisi The Young Soldier cukup lugas sehingga kata-katanya mudah
untuk dipahami.
E. Tipografi
Tipografi puisi tersebut seperti pada umumnya, yaitu berada di tepi kana, setiap awal
baris diawali dengan huruf kapital. Menggunakan 2 titik atau 2 kalimat dalam satu baris puisi.
Dan diakhiri dengan titik atau koma.
41
42
F. Enjambemen
Contoh pemenggalan pada puisi The Young Soldier adalah sebaga berikut.
Mereka berkata, /
Kami telah bekerja /apa yang kami dapat//
Tetapi sampai selesai (kerja) /belum apa-apa. //
Unsur batin
A. Tema
Perjuangan.
B. Amanat
Hampir sama dengan puisi “”Karawang Bekasi”, puisi “The Young Soldiers” pun
memiliki amanat yang sama yaitu adalah sebuah himbauan, ajakan, pengharapan pada kita
untuk senantiasa tidak melupakan perjuangan dari para pendahulu kita, walaupun para
pejuang tersebut telah gugur.
Dapat dilihat pada baris:
“They say,
We leave you our deaths,
Give them their meaning,
Give them an end to the war and atrue peace,
Give them a victory that ends the war and a peace afterwards,
Give them their meaning,
We were young, they say,
We have died.
Remember us. “
C. Suasana
Suasananya menggambarkan tentang suasana ketakuatan, kesedihan, keharuan akan
perdamaian dunia
D. Nada
42
43
Nadanya pun sama yaitu semangat dalam berjuang meraih perdamaian dunia.
2.2.2.3 Analisis Perbandingan
No. Aspek yang
dibandingka
n
Karawang- Bekasi
(Chairil Anwar 1946)
The Young Dead Soldiers
(Archibald Macleish 1945)
3 1. Diksi 5. “Kami sudah coba apa yang
kami bisa, Tapi kerja belum
selesai, belum apa-apa”
6. “Kami sudah beri kami punya
jiwa
7. “Kami cuma tulang-tulang
berserakan, Tapi adalah
kepunyaanmu, Kaulah lagi
yang tentukan nilai tulang-
tulang berserakan”
5. “Kami telah melakukan apa
yang kita bisa tetapi sampai
selesai itu tidak dilakukan”
Mempunyai makna sama
yaitu mereka mengatakan
bahwa mereka sudah
berusaha namun sudah mati
sebelum selesai (sebelum
merdeka),
6. “Kami telah memberikan
hidup kita”. Mempunyai
makna sama yaitu mereka
sudah sama-sama telah
memberikan hidup dan
nyawanya,
7. “kematian kita bukan milik
kita … mereka adalah
milik-Mu … mereka akan
berarti apa yang membuat
mereka” Mempunyai
makna sama yaitu mereka
merupakan milik kita semua
dan kita yang dapat menilai
mereka,
8. “Anda yang harus
mengatakan ini”
43
44
8. “Kaulah sekarang yang
berkata”
Mempunyai makna sama
yaitu bahwa kitalah yang
harus melanjutkan
perjuangan mereka.
4 6. tipografi a. Sama menggunakan huruf besar
pada awal kalimat dan dengan
tanda baca :
Kami mati muda. Yang tinggal
tulang diliput debu. Kenang,
kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami
bisa Tapi kerja belum selesai,
belum apa-apa
(Karawang-Bekasi, bait ke 4-5)
b. Menggunakan pengulangan
Pada puisi Karawang-Bekasi
terlihat bahwa penyair
menggunakan pengulangan pada
kata “kami” yang digunakan
untuk mempertegas siapa yang
ingin diingat.
They say,
Our deaths are not ours,
They are yours,
They will mean what you make
them.
(The Young Dead Soldiers,
bait ke 6)
Sedangkan pada puisi The
Young Dead Soldiers, banyak
menggunakan kata “the say”
untuk menegaskan siapa yang
berkata atau ingin
menyamapaikan.
5 9.Tema Perjuangan perjuangan
6 10Makna Pada puisi Krawang-Bekasi,
Chairil mencoba menggambarkan
para pejuang antara Krawang-
Bekasi yang sudah tidak bisa
berteriak lagi dan tidak bisa
merasakan kemerdekaan. Tidak
Sajak ini mengisahkan para
prajurit muda yang mati ketika
sedang berperang demi
menciptakan perdamaian..
Tetapi dalam sajak itu tidak
terikat oleh waktu dan tempat.
44
45
ada lagi yang peduli dengan
perjuangan dan pengorbanan para
pejuang, yang ada hanyalah
keheningan bersama jam yang
berdetak. Para pejuang yang telah
mati muda, mereka ingin
dikenang sebagai tanda
penghargaan bagi mereka. Chairil
juga menceritakan para pejuang
yang sudah sekuat tenaga untuk
membela bangsa dan negara
hingga tidak punya arti lagi. Di
akhir persajakannya Chairil juga
menyampaikan pesan supaya
selalu menjaga tokoh-tokoh
bangsa yaitu Bung Karno, Bung
Hatta, dan Bung Syahrir.
Sajak tersebut juga tidak
menyebutkan tentang
kemerdekaan bangsa lain, dan
musuh yang dilawan oleh para
prajurit. Karena sajak tersebut
diterbitkan setelah perang
dunia II, mungkin para prajurit
tersebut adalah prajurit Jepang,
Amerika, Italia, Jerman atau
Perancis.
Perbedaanya puisi ini
mengisahkan tentang
perjuangan untuk perdamaian.
7 11Amanat Pada kalimat :
“Kenang-kenanglah kami”
Adalah sebuah himbauan, ajakan,
pengharapan pada kita untuk
senantiasa tidak melupakan
perjuangan dari para pendahulu
kita,walaupun para pejuang
tersebut telah gugur.
“Kerja belum selesai,belum bisa
memperhitungkan arti 4-5 ribu
nyawa”
Pada kalimat diatas tersirat makna
untuk bekerja keras,melanjutkan
pekerjaan yang belum tuntas,
mempunyai etos kerja yang
Hampir sama dengan puisi
“”Karawang Bekasi”, puisi
“The Young Soldiers” pun
memiliki amanat yang sama
yaitu adalah sebuah himbauan,
ajakan, pengharapan pada kita
untuk senantiasa tidak
melupakan perjuangan dari
para pendahulu kita, walaupun
para pejuang tersebut telah
gugur.
Dapat dilihat pada baris:
“They say,
We leave you our deaths,
Give them their meaning,
45
46
pantang menyerah.
“Berjagalah terus di garis batas
pernyataan dan impian”
Pada kalimat diatas sangat tegas
sekali pernyataan atau tujuan dari
Sang Penyair yaitu supaya kita
selalu konsisten dengan
pernyataan kita,ucappan kita,
janji-janji kita, sumpah kita dan
semua yang pernah kita ucapkan
dan pada kata “impian”
mengandung makna suatu cita-
cita.Kita harus punya impian yang
sesuai dengan kondisi kita.Impian
itu tidak lain adalah cita-cita
bangsa kita.
“Teruskan, teruskan jiwa kami”
“Menjaga Bung Karno,menjaga
Bung Hatta, menjaga Bung
Sjahrir”
Pada kalimat diatas yaitu
“Teruskan,teruskan jiwa kami.
Menjaga Bung Karno,menjaga
Bung Hatta,menjaga Bung
Sjahrir” mengandung makna
kesetian rakyat kepada para
pemimpinnya. Pejuangan tidak
akan berhasil,cita-cita tidak akan
tercapai kalau tidak ada kesetiaan
antara rakyat dengan
pemimpinnya.
Give them an end to the war
and atrue peace,
Give them a victory that ends
the war and a peace
afterwards,
Give them their meaning,
We were young, they say,
We have died.
Remember us. “
8 12Suasana menggambarkan tentang emosi suasananya menggambarkan
46
47
semangat para pejuang dan
keharuan demi merebut
kemerdekaan bangsa Indonesia,
sehingga dengan suasana yang
muncul tersebut dapat
mengorbankan semangat rakyat
Indonesia untuk melanjutkan
perjuangan.
tentang suasana ketakuatan,
kesedihan, keharuan akan
perdamaian dunia
9 Nada Nada yang tersirat dalam puisi
Chairil adalah mengobarkan
semangat perjuangan,
sedangkan puisi Archibald
memimpin perdamaian.
Nadanya pun sama yaitu
semangat dalam berjuang
meraih perdamaian dunia.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perbandingan puisi Karawang Bekasi rarya Chairil
Anwar dan The Young Dead Soldier karya Archibald Macleish adalah pada diksi, tipografi,
tema, makna, amanat, suasana, nada. Diksi kedua puisi tersebut memiliki kemiripan yang
tinggi seperti yang dijelaskan pada tabel di atas. Tipografinya pun sama yaitu rata kiri dan
menggunakan titik koma. Temanya adalah perjuangan. Maknanya adalah suara hati seorang
pejuang yang ingin dihargai dan diingat perjuangannya. Amanat yang terkandung di
dalamnya anjuran untu mengingat jasa para pahlawan. Suasana pada kedua puisi tersebut
menggambarka ketakutan, emosi.
2.2.3 Drama
2.2.3.1 Naskah Drama Sampek Engtay Karya N. Riantiarno
Unsur-Unsur Intrinsik Naskah Drama Sampek-Engtay
a. Tema
Tema adalah gagasan sentral yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.
Sama halnya kisah Romeo-Juliet, secara garis besar, tema kisah Sampek- Engtay yaitu cinta
sejati tidak akan mampu dihalangi oleh apapun termasuk perseteruan kedua keluarga. Cinta
sejati akan selalu abadi sampai maut memisahkan jiwa dan raga. Cinta adalah anugerah yang
47
48
diberikan Tuhan kepada kita, dan tidak akan ada seorang pun yang mampu menolaknya.
Cinta itu bisa datang di mana saja, kapan saja, dan bagaimanapun caranya. Ia tidak mengenal
kaya-miskin, cantik-jelek, tinggi-rendah, musuh-kawan, dan lain-lain.
b. Alur atau Plot
Plot yang digunakan pengarang dalam naskah drama ini merupakan plot maju atau
progresif. Plot ini dimulai dari perkenalan, pemunculan masalah, penanjakan konflik,
klimaks, penurunan konflik, dan diakhiri dengan penyelesaian masalah.
Pengarang menyusun peristiwa-peristiwa yang ada berdasarkan hubungan sebab-
akibat (kausalitas). Plot utama dalam naskah drama ini adalah plot milik Engtay, sedangkan
xcvii plot tambahan adalah plot milik Sampek. Adapun tahap-tahapan plot utama dalam
naskah drama ini sebagai berikut.
1) Tahap situation (eksposisi), yaitu tahap pengenalan cerita yang berisi paparan awal
cerita. Kisah cinta ini diawali dengan pengenalan kehidupan Sampek. Dijelaskan
mengenai seorang gadis yang sangat menginginkan sekolah seperti halnya para lelaki
pada jaman itu. Kedua orang tua Engtay tidak pernah menyetujui anaknya menempuh
dunia pendidikan, karena seorang perempuan di masa itu tidak layak mendapatkan
pendidikan, hanya dilatih bagaimana caranya mengurus rumah tangga, suami, dan
anak-anak mereka kelak. Hal ini sesuai dengan kutipan berikut.
Engtay : “Habis sudah dayaku, Suhiang, rasanya tidak mungkin lagi aku membujuk ayah ibu.
Larangan mereka tidak bisa lagi diubah-ubah.”
Suhiang : “Masa?”
Engtay : “Aku akan menjadi gadis pingitan, menunggu lamaran calon suami. Aku akan
menjadi perempuan bodoh yang tidak tahu betapa luasnya dunia ini.” (SE : 23)
Paparan mengenai keadan Engtay dilanjutkan dengan sikap Engtay yang tidak
menyerah begitu saja dengan keadaannya. Engtay yang cerdik, berusaha memperdaya orang
tua, karena dulu orang tuanya pernah menantang Engtay agar dapat mengecoh orang tuanya
sendiri. Maka diterimalah tantangan itu oleh Engtay, dengan bantuan dari Suhiang,
pengasuhnya, Engtay berdandan ala laki-laki dan berpura-pura menagih hutang Tuan Ciok..
Pernyataan ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
Nyonya Ciok : “Dia yang menyamar menjadi penagih hutang itu tadi. Anakmu!” xcviii
Ciok : “Kamu? Kamu? Oooo, anak kurang ajar!”
48
49
Suhiang : “Juragan besar, jangan, ingat dong, juragan besar kan pernah janji sedia
mengizinkan pergi sekolah ke Betawi kalau Nona Engtay berhasil menipu juragan besar.”
(SE : 36)
Tahap pengenalan selanjutnya adalah pekenalan antara Sampek dan Engtay di sekolah di
Betawi. Dalam masa sekolah, Sampek sama sekali tidak mengetahui bahwa Engtay adalah
seorang perempuan, padahal setiap hari mereka tidur satu ranjang. Engtay memahami bahwa
Sampek adalahpemuda yang lugu dan mudah tertipu.
2) Tahap generating circumstante (inciting moment), yaitu tahap mulai munculnya
masalah. Masalah-masalah mulai ditampilkan pengarang untuk kemudian
dikembangkan dan ditingkatkan kadarnya. Tahap ini dimulai dengan berangkatnya
Engtay ke Betawi untuk bersekolah di sekolah Putra Bangsa . Pada saat perjalanan ke
sekolah, Engtay bertemu dengan Sampek, mereka menjadi akrab dan memutuskan
untuk menjadi saudara angkat. Hal ini sesuai dengan kutipan di bawah ini.
Engtay : “Saudara, boleh mulai sekarang saudara kupanggil Kakak? Kita kan bakal menjadi
teman sekelas. Makin bebas kita bergaul, makin bisa kita saling tolong menolong. Saya
malah punya niat menjadikan kakak saudara angkat saya. Kelihatannya saya lebih muda dari
kakak. Itu kalau saudara setuju.”
Sukiu : “Kenapa tidak? Majikan saya pasti setuju. Ke mana saja kita pergi, jangan musuh
yang dicari, tetapi sahabat dan saudara. Itu niat yang mulia. bukan begitu juragan?”
Sampek : “Setuju.” (SE : 64) xcix
Setelah keduanya resmi menjadi saudara angkat, mereka memutuskan untuk tidur
sekamar, bahkan seranjang. Engtay takut apabila nanti ternyata Sampek adalah pemuda yang
tidak baik. Tetetapi karena Engtay cerdas, dia membagi ranjang menjadi dua dengan seutas
tali. Peraturannya adalah barang siapa yang melanggar batas tali tersebut, maka harus
membayar denda. Untuk menegtehui apakah Sampek adalah pemuda yang baikatau bukan,
maka dengan sengaja Engtay melanggar batas tersebut. Terkejutlah Sampek karena Engtay
melanggar peraturan yang dia buat sendiri. Karena Sampek orang yang jujur, maka hati
Engtay menjadi tenang. Hal ini sesuai dengan kutipan di bawah ini.
Engtay : “......... Ah, tetapi aku lega tidur satu kamar dengan lelaki bodoh yang jujur.
Kehormatanku akan tetap terjaga.” (SE : 82)
49
50
Setahun sudah mereka tidur seranjang berdua, akan tetetapi Engtay masih aman.
Sampek tidak mengetahui bahwa teman seranjangnya adalah seorang perempuan. Akhirnya
pada saat di taman bunga Engtay mengaku kepada Sampek bahwa dirinya adalah seorang
perempuan, semula Sampek tidak percaya, akan tetetapi Engtay membuktikannya. Hal ini
sesuai dengan kutipan di bawah ini.
Engtay : “Sampek, aku bukan banci, aku perempuan. Lihat! (mencopot pakaiannya, dan kini
hanya memakai pakaian perempuan) aku ini perempuan. Asli. Tulen. (SE : 145-146)
Setelah itu, Sampek percaya dan langsung mengungkapkan perasaannya kepada
Engtay bahwa Sampek mencintai Engtay. Tanpa didduga, ternyata Engtaypun mencintai
Sampek. Bunga cinta mulai beemekaran di antara keduanya. Hal ini sesuai dengan kutipan di
bawah ini.
Sampek : “Engtay....”
Engtay : “Sampek....”
Sampek : “Aku mencintaimu.
Engtay : (jadi malu-malu kucing) “aku juga...” (SE : 148)
3) Tahap rising action, yaitu tahap penanjakan konflik yang terdapat di dalam cerita.
Masalah-masalah yang mulai muncul meningkat kekompleksannya. Tahap ini dimulai
ketika Sampek dan Engtay mulai menjalin kasih akan tetetapi tiba-tiba diketuklah kamar
mereka, Engtay heran kenapa malam-malam seperti itu ada orang yang ingin masuk
kamarnya, sepertinya ada kabar penting yang akan disampaikan, ternyata, yang mengetuk
pintu tadi adalah Jinsim, Jinsim mengajak Engtay untuk pulang ke rumah, supaya menuruti
perintah orang tuanya agar menikah dengan Macun. Engtay tidak dapat menolak perintah
orangtuanya, maka dia mengikuti ajakan Jinsim. Sampek merasa kehilangan, begitu pula
dengan kekasihnya, Engtay. Mereka tidak tahu kapa bisa bertemu lagi. Hal ini sesuai dengan
kutipan berikut.
Sampek : (sambil menangis) “tak tahu kapan bisa bertemu lagi, hidupku sekarang seperti
kabut. Menggigil dan tanpa kendali. Tidak tahu kapan bisa bertemu lagi. Segalanya tak
pernah ada yang pasti.” (SE : 161)
Pernikahan paksa membawa dua sejoli ini ke gerbang perpisahan yang menyedihkan,
padahal baru beberapa saat saja mereka mereguk manisnya dimabuk asmara. Dengan
datangnya Jinsim, maka Sukiu, bujang Sampek akhirnya mengetahui siapa sebenarnya
50
51
Engtay. Sukiu heran karena tuannya sangat polos, karena polosnya itulah Engtay masih suci,
belum terjamah oleh Sampek atau siapapun. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan berikut.
Sukiu : “Betul-betul Tuan belum sempat... begitu?...
Sampek : (lemas) “Ya, Sukiu, aku belum sempat menjamah, Engtay masih suci.” (SE : 162)
Konflik semakin menanjak ketika Engtay dijodohkan dengan Macun. Engtay menolak
perjodohan tersebut dan hanya bisa menangis. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.
Kapten Liong : “.... Pesta pernikahan anak-anak kita akan menjadi pesta paling hebat di
Rangkasbitung dan tidak akan tertandingi sampai 100 tahun kemudian. Aku sangat bangga
punya menantu Engtay.” Engtay : (menangis, lari ke dalam) (SE : 181)
Engtay hanya pasrah saja menunggu Sampek yang seharusnya datang di hari ke
sepuluh sekak perpisahan mereka, akan tetetapi Engtay ragu. Engtay takut seandainya
Sampek salah menghitung hari yang ditetapkan oleh Engtay. Pernyataan ini sesuai dengan
kutipan di bawah ini.
Engtay : “ .... Hari ini adalah hari ke sepuluh. Seharusnya Sampek datang untuk melamarku,
seperti yang sudah dijanjikan. Tetapi mengapa belum datang juga, ya? Apa dia tak sanggup
menghitung jumlah 8+2, 7+3, 6+4? Mudah sekali, masing-masing nerjmlah 10. (ketakutan)
atau Sampek menghitung jumlah ketigatiganya? Dan menjadi 30? Oh, Sampek... Sampek.....
kalau begitu nasib kita ditentukan oleh kebodohanmu. Oh, Sampek.....” (SE: 168)
Hari ke tiga puluh akhirnya datang juga. Sampek dan Sukiu bertandang ke rumah
Engtay, dengan sangat senang, Engtay menerima kedatangan kekasihnya itu. Ketika Sampek
pergi ke dalam kamarnya, Nyonya Ciok datang dan menemui Sampek, dengan berbagai akal
Sampek menutup-nutupi kalau dirinya sudah tahu bahwa Sampek adalah seorang perempuan.
Karena itulah nyonya Ciok tidak khawatir putri kesayangannya terjamah oleh seorang lelaki.
Saat tuan Ciok dan nyonya Ciok kembali masuk ke dalam rumah, Sampek dan Engtay
melepas rasa rindu mereka yang telah lama terpendam. Mereka mengungkapkan perasaan
galau yang mereka lami selama mereka berpisah. Pernyataan ini terlihat dari kutipan di
bawah ini.
Sampek : “Sejak kau pergi, dunia gelap rasanya, setiap hari aku hanya menghitung-hitung
kapan kita bisa bertemu lagi. Nasi yang kutelan rasa sekam, dan air minum serasa duri. Tidak
satupun pelajaran dari guru yang masuk ke dalam kepalakuyang sudah penuh dengan kamu,
51
52
kamu, kamu. Hidup sudah tak ada gunanya lagi tanpa kehadiranmu. Apakah kau juga merasa
seperti yang aku rasa, Engtay?”
Engtay : “Ah, Engtay, kamu membuat hatiku hancur berkeping-keping.”
Sampek : “Lelaki yang jatuh cinta bisa memakai kata-kata berbunga. Aku tidak. Apa saja
yang kukatakan memang begitu kenyataannya.” (SE: 201-202)
Penanjakan konflik semakin ketika orang tua Engtay mengetahui bahwa sebenarnya Sampek
telah mengerti siapa sebenarnya Engtay karena Jinsim telah mengakuinya. Hal ini dapat
dilihat pada kutipan berikut.
Jinsim : “Tuan Sampek sebenarnya sudah tahu siapa nona Engtay.”
Nyonya Ciok : “ (kaget sekali) Kalau begitu, Tuan, aku mohon segeralah pergi. Engtay sudah
kami tunangkan. Dan satu bulan lagi dia akan menikah di Rangkasbitung. Mohon pahamilah
dan jangan berbuat yang aneh-aneh. Demi masa depan Engtay.” (SE : 208)
Dengan demikian, keluarga Ciok khawatir terhadap Kapten Liong, calon besannya.
Maka dari itulah, Sampek disuruh cepat-cepat pergi dan meninggalkan Engtay. Perpisahan
sangat mengharukan. Sampek memberikan potongan rambutnya kepada Engtay, karena
hanya itulah yang Sampek miliki. Demikian halnya dengan Engtay. Dia memberikan tusuk
kondenya kepada Sampek. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.
Engtay : “... tak ada yang bisa kuberikan sebagai tanda mata selain tusuk konde ini.
Anggaplah ini sama dengan aku. Kita tidak berjodoh kali ini, tetapi berdoalah agar pada
penjelmaan lain kita akan ditakdirkan para Dewa menjadi pasangan kekasih yang saling
mencinta.”
Sampek : Aku tidak punya barang berharga selain rambutku. Ini boleh kau anggap sebagai
tandamata dariku.” (SE: 206-207)
4) Tahap climax, yaitu puncak dari keseluruhan cerita. Konflik yang ada mencapai
puncak dan tidak dapat dibendung lagi. Klimaks dalam kisah ini terjadi ketika
Sampek mengetahui bahwa Engtay akan menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya,
Macun. Kebodohan Sampek membawa dia dan Engtay dalam masalah yang pelik. Hal
ini dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
Sampek : “Engtay, Engtay, aku memang bodoh, akan tetetapi apa harus seberat ini
penderitaan yang harus kutanggung akibat kebodohanku itu? Aku tidak sanggup, tidak
sanggup....” (SE : 228)
52
53
Mereka saling mencinta tetetapi apa daya, Engtay terlanjur dilamar oleh Macun.
Orangtua Engtaypun memaksa Engtay untuk mau menuruti perintah mereka. Sampek
mengalami sedih yang berkepanjangan karena ditinggalkan Engtay. Hal ini dapat dilihat pada
kutipan di bawah ini.
Sampek sakit payah, dia meracau terus.
Sampek : “tega sekali kamu memutuskan hubungan kita. Oh, aku tidak sanggup menyaksikan
kau bersanding dengan lelaki lain, diiringi musik, berpakaian merah penuh ronce emas. Aku
tidak sanggup hidup lagi, lebih baik aku mati, mati......” (SE: 227)
Sampek tidak kuat lagi menahan penderitaan. Lama-kelamaan sakitnya semakin
parah. Siapapun tak dapat menolong, Ibunya, Tabib, semua orang tak dapat menyembuhkan
penyakit asmara Sampek. Penyakitnya hanya dapat disembuhkan oleh Engtay. Karena tidak
mungkin Engtay datang, Sampek akhirnya pingsan, Nyoya Nio, Ibunda Sampek,
kebingungan karena sampek pingsan di tangannya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan di
bawah ini.
Nyonya Nio : (menangis) “Aduh Sampek, anakku, jangan begini, Nak. Jangan habis hanya
lantaran cinta. Sampek, untuk apa mengingat-ingat gadis yang telah bertunangan?” (SE :
2237)
Melihat keadaan seperti itu, Nyonya Nio memerintahkan Sukiu untuk mengirimkan
surat Sampek kepada Engtay. Tak perlu waktu yang lama, segeralah Sukiu menuju rumah
Engtay, di sana Sukiu bertemu dengan Engtay, mengabarkan bahwa Sampek sakit parah dan
hanya sembuh jika menikah dengan Engtay. Karena waktu dan keadaan yang tidak
memungkinkan, Engtay tak dapat mengunjungi Sampek, hanya dapat membalas surat untuk
Sampek. Setelah sampai di rumah Nyonya Nio, Sukiu segera membacakan surat Engtay
kepada Sampek. Surat tersebut membuat Sampek memilih meningalkan dunia ini dari pada
terus menerus dirundung duka. Isi surat tersebut dapat dilihat pada cuplikan di bawah ini.
Sukiu : “Soal sakitnya kakak Sampek, saya punya obatnya. Harap perhatikan baik-baik.
Carilah salju pada bulan Agustus. Otak dari ayam emas, hati ular naga hijau dari Lautan
Timur. Jeroan burung Hong besayap putih, taring serigala berbulu merah dan berkaki lima,
dan dua tetes air embun yang masih menempel di daun ketapang tepat pada jam dua belas
siang. Campurkan semua itu lalu godok dalam panci berlian. Atas perkenan Dewa-Dewa
pasti kakak akan sembuh...... kalau itu semua tidak dapat diperoleh, dipastikan 99,99 persen
kakak akan meninggal..... kalau kakak sampai meninggal, kuburlah jasad kakak di pinggir
53
54
jalan besar di pekuburan luar kota arah Rangkasbitung. Carilah tanah pekuburan di sebelah
timur dan kuburan kakak harus menghadap ke barat.
Pilihlah bongpay bewarna biru dan tatahlah nama kakak di batu nisan itu dengan
huruf-huruf yang jelas. Di belakang hari, aku akan datang bersembahyang di kuburan kakak.
Sekian surat dariku, dan harap jangan melupakan pesanku.” (SE : 251-254)
Sampek merasa hal itu benar adanya. Sudah tidak ada harapan apapun untuk hidup
bersama dengan Engtay di dunia ini. Maka dari itulah setelah menyuruh Nyonya Nio
melaksanakan pesan dari Engtay tersebut, maka Sampekpun mati dengan tenang. Hal ini
dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
Sampek : “Dengar semua pesanku! Kuburkan aku seperti apa yang ditulis Engtay dalam surat
itu. Aku yakin Engtay pasti akan datang ke kuburku. Tusuk konde ini tandamata dari Engtay.
Taruhlah di piring pedupaan di atas kuburku. Jika dia datang, dia pasti tahu apa yang harus
dilakukannya. Ibu, Ayah, aku minta maaf karena tidak bisa menjaga sampai Ayah, Ibu tua.
Maafkan anakmu yang tidak berbakti ini. Aku merasa ajalku sudah dekat sekali. Iklaskan
anakmu pergi. Tetapi ada satu permintaan, jangan benci sama Engtay, sebab dialah satu-
satunya gadis yang aku cintai. Selamat tinggal semuanya.” Sampek mati, tangispun meledak.
(SE : 255)
5) Tahap denonement, yaitu tahap penyelesaian konflik yang timbul. Denonemen dalam
naskah drama ini dimulai dengan lewatnya iring-iringan tandu pengantin di
pemakaman Sampek. Engtay meminta tandunya untuk berhenti terlebih dahulu, dia
ingin sembahyang di pekuburan Sampek. Semua mengira Engtay hanya ingin
menghormati kematian temannya dengan bersembahyang. Akan tetetapi
kenyataannya berbeda. Engtay tidak sembahyang melainkan ingin mememui jasad
Sampek. Sepanjang jalan yang telah dilaluinya tadi, Engtay merasa semakin yakin
kalau dia hanya mencintai sampek. Kemudian Engtay mengetuk-ngetukkan tusuk
konde ke kubur Sampek. Aneh tetetapi nyata, kubur Sampek terbuka, tiba-tiba Engtay
masuk ke dalam kubur. Setelah mengetahui Engtay masuk ke dalam kubur Sampek
maka Kapten Liong memerintahkan Macun untuk menggali kuburan itu. Nyonya Nio
tidak terima kuburan anaknya digali. Nyonya Nio marah besar. Akan tetetapi setelah
kuburan tergali, mereka tidak menemukan apapun selain dua keping batu biru,
sepasang tawon kuning dan sepasang kupu-kupu. Yang akhirnya terbang ke langit
54
55
yang biru. Semua langsung terhanyut dalam suasana syahdu. Pernyataan ini terlihat
dari kutipan di bawah ini.
Koor : “ sepasang kupu-kupu terbang ke langit sayapnya gemerlap memantulkan cahaya.”
( memang betul demikian kejadiannya. Dari dalam kuburan terbang sepasang kupu-kupu,
keduanya mengepakkan sayap terbang ke langit) (SE : 274)
c. Penokohan dan Perwatakan
Tokoh merupakan orang atau pelaku cerita, sedangkan penokohan adalah cara atau
teknik yang digunakan pengarang untuk menggambarkan tokoh. Naskah drama Sampek-
Engtay saduran N. Riantiarno ini menampilkan beberapa tokoh. Adapun tokoh utama dalam
naskah drama ini adalah Sampek dan Engtay, meskipun posisi Sampek adalah tokoh utama
tambahan. Tokoh tambahan dalam naskah drama ini meliputi, Tuan Ciok, Tuan Nio, Nyonya
Ciok, Nyonya Nio, Sukiu, Jinsim, Suhiang, Macun, Antong, Kapten Liong, guru, murid dan
lainnya. Berdasarkan keutamaan tokoh dan peranannya dalam cerita, tokoh utamalah yang
memerlukan penjelasan lebih lanjut.
1) Engtay
a) Ciri fisik
Engtay adalah seorang gadis muda yang cantik jelita. Ia mempunyai bentuk tubuh
yang sempurna sehingga banyak pemuda yang tertarik padanya. Pemuda yang tertarik pada
Engtay tidak hanya berasal dari kalangan rakyat biasa seperti Sampek, tetetapi juga dari
kalangan bangsawan, seperti halnya dengan keluarga Macun. Macun adalah seorang
bangsawan muda yang terkenal akan kekayaannya. Hal ini sesuai dengan kutipan di bawah.
Sampek : “ Mungkin dia, bagaimana rupa nona kamu itu? Cantikkah dia?
Suhiang : “ Kalau dibilang cantik, di kota ini memang Nona kami adalah yang paling
cantik. Hanya cahaya bulan yang sanggup mengalahkan kecantikannya. Dan bukan saja
cantik, tetetapi juga pintar. Semua kepandaian rumah tanggan dia bisa. Sebut saja apa!
Menyulam, memasak, berdandan, bisa! Nona kami juga pintar surat menyurat. Dia pandai
menulis syair sindiran dan syair pasangan. Jika ada orang bertanya siapakah perempuan muda
di Serang ini yang memenuhi persyaratan sebagai perempuan luar dalam, maka jawabannya
hanya satu, Nona Engtay kami itu.” (SE : 186-187)
Engtay juga merupakan seorang gadis yang pandai mengurusi urusan rumah tangga,
pandai membuat syair, berdandan, dan memasak. Selain itu kepandaiannya dibuktikan juga
55
56
pada saat Engtay meperdaya orang tuanya dengan menyamar sebagai laki-laki penagih
hutang. Hal ini sesuai dengan kutipan di bawah.
Nyonya Ciok : “Dia yang menyamar menjadi penagih hutang itu tadi. Anakmu!”
Ciok : “Kamu? Kamu? Oooo, anak kurang ajar!”
Suhiang : “Juragan besar, jangan, ingat dong, juragan besar kan pernah janji sedia
mengizinkan pergi sekolah ke Betawi kalau Nona Engtay berhasil menipu juragan besar.”
(SE : 36)
Engtay adalah seorang wanita perkasa yang tidak mau menyerah begitu saja pada
nasibnya yang dilarang menempuh pendidikan oleh keluarganya. Dia selaku berpikir keras
bagaimana dapat memeroleh pendidikan sebagaimana kaum lelaki.
Suhiang : “ Jangan kelewat sedih, Nona, permpuan perkasa selau berusaha dengan akalnya
supaya segala hal yang direncanakan terlaksana.” (SE: 23)
Kisah Sampek-Engtay ini merupakan kisah cinta sepasang anak muda dan ditujukan
khususnya untuk para remaja. Oleh karena itu, kisah ini juga menggunakan tokoh utama yang
berusia remaja. Ketika kisah ini berlangsung, usia Engtay masih muda, yaitu 17 tahun. Hal ini
ditegaskan dalam kutipan berikut.
Ciok : “ Engtay bulan depan genap 17 tahun. Tunggulah barang satu atau dua tahun lagi.
Nanti akan kami beri isyarat kapan kamu boleh menjemput Engtay dengan tandu pengantin
dari Rangkasbitung.” (SE: 87)
Adapun mengenai pakaian yang dikenakan Engtay pengarang tidak secara detail
menjelaskannya. Pakaian yang dikenakan Engtay dalam kisah ini berupa pakaian wanita khas
dari Cina. Akan tetetapi bisa dalam pakaian pengantin disebutkan bahwa pakaian Engtay
berwarna merah menyala penuh ronce keemasan dan benang perak. Hal ini ditegaskan dalam
kutipan berikut
Sebuah tandu pengantin yang digotong oleh kuli-kuli, ditaruh di tengah rombongan.
Di dalam tandu, Engtay berbusana pengantin warna merah menyala penuh ronce keemasan
dan benang perak. (SE : 259)
b) Ciri psikologis
Ditinjau dari ciri psikologis, Engtay adalah gadis yang lembut, rendah hati, dan
bijaksana dan pintar. Ia juga seseorang yang istimewa karena kepandaiannya dan sikap
56
57
kerasnya yang menuntut persamaan hak antara kaum laki-laki dan perempuan dalam hal
memeroleh pendidikan. Karena pintar, terkadang Sampek salah paham dengan perkataan atau
teka-teki Engtay, oleh karena itulah, Sampek terlambat datang menemui Engtay, dan
terjadilah hal yang tidak mereka inginkan, yaitu perpisahan. Hal ini sesuai dengan kutipan
berikut.
Nyonya Ciok : “Dia yang menyamar menjadi penagih hutang itu tadi. Anakmu!”
Ciok : “Kamu? Kamu? Oooo, anak kurang ajar!”
Suhiang : “Juragan besar, jangan, ingat dong, juragan besar kan pernah janji sedia
mengizinkan pergi sekolah ke Betawi kalau Nona Engtay berhasil menipu juragan besar.”
(SE : 36)
Engtay : “ .... Hari ini adalah hari ke sepuluh. Seharusnya Sampek datang untuk melamarku,
seperti yang sudah dijanjikan. Tetapi mengapa belum datang juga, ya? Apa dia tak sanggup
menghitung jumlah 8+2, 7+3, 6+4? Mudah sekali, masing-masing berjumlah 10. (ketakutan)
atau Sampek menghitung jumlah ketiga-tiganya? Dan menjadi 30? Oh, Sampek... Sampek.....
kalau begitu nasib kita ditentukan oleh kebodohanmu. Oh, Sampek.....” (SE: 168)
Tokoh Engtay juga digambarkan sebagai sosok gadis bangsawan yang bermartabat.
Di depan umum sikapnya selalu tenang, sopan, dan mampu menyembunyikan segala
perasaan. Ia akan selalu tersenyum dan bersikap ramah meskipun hatinya menjerit sakit.
Statusnya sebagai seorang bangsawan telah mengajarinya untuk selalu tersenyum
bagaimanapun keadaan hatinya. Ia adalah orang yang tetap menjaga sikap dan tingkah
lakunya sebagai bangsawan. Selain itu Engtay adalah pemeluk aliran kepercayaan yang ada
di Cina. Dibuktikan dengan sembahyangnya dia di makam Sampek. Pernyataan ini sesuai
dengan kutipan berikut.
Kapten Liong : “Engtay mau apa?
Macun : “Bersembahyang di makam teman.” (SE : 265)
Ketika ia sedang bahagia ia tidak akan menampakkannya dengan berlebihan. Begitu
juga sebaliknya, kesedihan yang melandanya akan ia simpan rapat-rapat di dalam hati.
Perilaku seperti ini dilakukan untuk menjaga martabatnya sebagai bangsawan. Hal semacam
ini tentu saja sudak dipelajari Engtay sejak dia masih kecil. Ia mempunyai tanggung jawab
yang besar untuk menjaga martabat keluarga. Hal tersebut dapat kita lihat dalam cuplikan
naskah yang menunjukkan pada saat Engtay dipaksa kawin dengan Ciok, dia hanya dapat
57
58
menyembunyikan perasaan, tidak berbicara sepatah katapun, hanya diam dan mengangguk.
Pernyataan ini sesuai dengan kutipan berikut.
Kapten Liong : (tertawa) “ bagaimana? Setuju?”
Ciok : “Bagaimana Engtay, kau dengar sendiri rencana calon suamimu?”
Engtay : Diam saja
Nyonya Ciok : “Engtay, kau harus menjawabnya.”
Engtay : (Cuma mengangguk, Nyonya Ciok kurang puas) (SE: 181)
Sosok Engtay juga digambarkan sebagai gadis yang pemberani, setia, dan tegar.
Keberaniannya ini diwujudkan dengan perginya dia ke Betawi untuk menuntut ilmu.
Kesediannya untuk mematuhi segala perintah orang tua, mulai dari disuruhnya Engtay pulang
ke rumah padahal sedang menempuh pendidikan dan patuhnya Engtay ketika akan
dinikahkan dengan Macun. Akan tetetapi Engtay masih setia mencintai Sampek.
Setiap malam Engtay memikirkan Sampek, khawatir akan keadaan Sampek dan masih selalu
berharap agar kelak dapat berjodoh dengan Sampek yan ia cintai. Dengan segala cara dia
berusaha untuk menggagalkan pernikahannya dengan Macun walau harus terjun ke makam
Sampek untuk mati bersama.
c) Ciri sosial
Tokoh Engtay merupakan terlahir sebagai putri Tuan Ciok, salah satu bangsawan asal
Banten, Serang. Engtay merupakan anak tunggal dari keluarga tersebut sehingga ia adalah
satu-satunya harapan tunggal Tuan Ciok. Pernyataan ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
Engtay : Saya Engtay, dari keluarga Ciok. Asal Banten, Serang.” (SE : 61)
Dalam kisah ini, keluarga Ciok adalah seorang keluarga kaya yang akan menjodohkan
anaknya dengan Macun, seorang anak saudagar kaya raya. Keluarga Ciok terkenal sebagai
keluarga kaya dan terhormat.
Nyonya Ciok : “Hatimu memang baik, aku percaya. Untuk itu aku dan ayahmu memutuskan
untuk tidak membuat kakimu kecil seperti yang sudah dilakukan oleh leluhur-leluhur kita.
Lihat, kakiku sendiri masih kecil, dan apa yang kami putuskan itu menandakan kami sangat
mencintaimu.”
Engtay : “Ya, ibu.”
58
59
Nyonya Ciok : “Apapun yang kamu inginkan sejak kecil, kami mengabulkannya. Bahkan
waktu kamu ingin sekolah ke Betawi, niat yang sangat tidak lazim bagi kebanyakan
perempuan bangsa kita, kami mengizinkannya juga. Kami percaya, meskipun kamu manja,
kamu tidak akan tega membuat malu orang tua. Kami bangga kepadamu, Engtay.”
Engtay : “Ya, ibu.”
Nyonya Ciok : “Seumur hidup, aku dan ayahmu tidak pernah minta apapun darimu. Kali ini
kami minta janganlah berbuat macam-macam. Kawinlah dengan Macun, pergilah
bersamanya nanti kalau dia menjemputmu dengan tandu pengantin. Dan lupakan Sampek.”
Engtay : “Ya, ibu, ya....” (SE : 214-215)
Tokoh Engtay sangat dicinta keluarganya. Hal ini terlihat ketika Engtay dikabarkan
meninggal dunia. Keluarga Ciok serasa ditutupi awan hitam. Gadis yang seharusnya mereka
saksikan duduk di pelaminan ternyata memilih menjatuhkan tubuhnya ke dalam makan
Sampek, pemuda yang sangat Engtay cintai. Sungguh sebuah tragedi yang memilukan bagi
keluarga Ciok, bahkan keluarga Nio. Mereka hanya dapat memanggil nama Sampek dan
Engtay Pernyataan ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
Koor : “ sepasang kupu-kupu terbang ke langit sayapnya gemerlap memantulkan cahaya.”
( memang betul demikian kejadiannya. Dari dalam kuburang terbang sepasang kupu-kupu .
keduanya mengepakkan sayap terbang ke langit)
Nyonya Nio : “Sampek.....”
Nyonya Ciok : “Engtay.....” (SE : 274)
Layaknya seperti bangsawan pada waktu itu, Engtay juga mempunyai seorang
pelayan. Pelayan tersebut merupakan pengasuh Engtay sejak kecil. Ia merupakan orang
kepercayaan Nyonya Ciok. Sejak Engtay kecil, ia telah dipercaya untuk mengasuh dan
mendidik Engtay hingga menjadi dewasa. Bagi Engtay, pengasuh itu adalah sahabatnya. Ia
adalah tempat Engtay menceritakan segala kesedihan dan kebahagiaan yang dirasa. Engtay
juga sangat mempercayai pengasuh tersebut. Hal ini sesuai dengan kutipan berikut.
Suhiang : “ Jangan kelewat sedih, Nona, perempuan perkasa selalu berusaha dengan akalnya
supaya segala hal yang direncanakan terlaksana.” (SE: 23)
Engtay : “habis sudah dayaku, Suhiang. Rasanya tidak mungkin lagi aku membujuk ayah ibu.
Larangan mereka tidak bisa diubah-ubah.”
59
60
Suhiang : “Masa?”
Engtay : “Aku akan menjadi gadis pingitan, menunggu lamaran calon suami. Aku akan
menjadi perempuan bodoh yang tidak tahu betapa luasnya dunia ini.” (SE : 23)
Status sosial Engtay juga dapat dilihat dari calon suami yang dipilih oleh sang ayah,
yaitu Macun. Macun adalah seorang bangsawan terhormat yang terkenal akan kekayaannya,
dia merupakn anak Kapten Liong. Kekayaan Macun juga melebihi kekayaan Tuan Ciok.
Tidak mungkin seandainya seorang rakyat biasa berani menjodohkan anaknya dengan
seorang bangsawan, paling tidak ia sederajat. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
Kapten Liong : “Jangan terlalu repot. Pesta akan dipusatkan di Rangkasbitung. Aku sudah
pesan ondel-ondel dan rombongan ahli akrobat dari Surabaya. Ada juga tukang sulap India
dan kelompok Cokek Krawang. Malah paman Macun sudah ikrar mau mengundang grup
Opera Bangsawan dari Penang. Pesta pernikahan anak-anak kita akan menjadi pesta paling
hebat di Rangkasbitung dan tidak akan tertandingi sampai 100 tahun kemudian. Aku sangat
bangga punya menantu Engtay.
Engtay : (menangis, lari ke dalam) (SE : 181)
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan disimpulkan bahwa tokoh Engtay adalah seorang
yang cantik dan muda, pemberani, cerdas, lembut, dan berasal dari kalangan bangsawan. Ia
adalah putri dari Tuan Ciok.
2) Sampek
a) Ciri fisik
Ciri psikis melukiskan latar belakang kejiwaaan, kebiasaan, sifat dan karakternya,
temperamen, keinginan, kecakapan, kecerdasan, dan keahlian khusus. Sampek adalah seorang
pemuda tampan berusia lebih tua dari Engtay, sekitar 20 tahun, sopan namun agak pemalu.
Hal tersebut dapat ditunjukkan ketika Sampek bertemu dengan Engtay pertama kali. Sampek
menutupi wajahnya dan terus membaca buku hingga Engtay sulit menanyakan tujuan
perjalanannya kepada Sampek pada saat di Betawi. Karena pemalu, maka Sampek kurang
beruntung dalam hal asmara dan sulit mendapatkan gadis pujaan. Hanya kepada Engtaylah
Sampek menambatkan hatinya. Pernyataan tersebut tampak pada kutipan berikut.
Engtay : “Saudara, boleh mulai sekarang saudara kupanggil Kakak? Kita kan bakal menjadi
teman sekelas. Makin bebas kita bergaul, makin bisa kita saling tolong menolong. Saya
60
61
malah punya niat menjadikan kakak saudara angkat saya. Kelihatannya saya lebih muda dari
kakak. Itu kalau saudara setuju.”
Sukiu : “Kenapa tidak? Majikan saya pasti setuju. Ke mana saja kita pergi, jangan musuh
yang dicari, tetapi sahabat dan saudara. Itu niat yang mulia. bukan begitu juragan?”
Sampek : “Setuju.” (SE : 64)
Selain kemungkinan besar dapat dipahami bahwa Sampek memiliki Tubuh tidak
terlalu tegap. Hanya dijelaskan bahwa Sampek adalah pemuda yang tampan dan sangat
sopan. Pernyataan tersebut tampak pada kutipan berikut.
Engtay : “Bagaimana rupa mereka?”
Suhiang : “kelihatan capek dan berdebu. Sang tuan sangat tampan dan sopan sekali.
Sedangkan bujangnya bermata nakal.” (SE : 193)
Sementara itu, mengenai pakaian Sampek pengarang tidak menjelaskan secara
mendetail. Berdasarkan cerita dapat disimpulkan bahwa pakaian yang dikenakan Sampek
dalam keseharian adalah pakaian khas Cina biasa yang menutupi seluruh tubuh dengan rapat
dan agak longgar. yang memudahkannya dalam bergerak. Adapun jika dilihat dari status
sosial, pakaian Sampek merupakan pakaian rakyat Cina pada umumnya, karena Sampek
bukanlah seorang yang kaya raya. Di bawah ini kutipan mengenai hal tersebut.
Sampek : “ Yah, kamu memang orang kaya, tentu sudah ditunangkan oleh orang tuamu sejak
kamu kecil. Aku tidak begitu, tidak ada yang mau dinikahi mahasiswa miskin macam aku ini.
Aku memang harus berusaha keras mencari pangkat dan kekayaan dulu. Baru calon isteri
mau medekatiku seperti laron mendekati cahaya lampu.” (SE : 112)
b) Ciri psikologis
Sampek adalah sosok pemuda yang pemalu. Ia adalah pemeluk aliran kepercayaan di
Cina yang masih memercayai Dewa-Dewa. Nilai-nilai agama tercermin dalam setiap
perkataan dan perbuatannya yang penuh dengan sopan santun. Dalam kehidupannya, Sampek
dapat dikatakan sebagai orang yang penuh syukur kepada Tuhan meskipun kehidupannya
sangat sederhana. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.
Sukiu : Maaf, majikan saya agak pemalu. Dia suka kikuk kalau ketemu kenalan baru. Betul,
kami mau ke gedung Sekolah Putra Bangsa. (SE : 60)
61
62
Engtay : “... tak ada yang bisa kuberikan sebagai tanda mata selain tusuk konde ini.
Anggaplah ini sama dengan aku. Kita tidak berjodoh kali ini, tetapi berdoalah agar pada
penjelmaan lain kita akan ditakdirka para Dewa menjadi pasangan kekasih yang saling
mencinta.” (SE : 206)
Selain itu, Sampek merupakan pemuda yang tidak terlalu pintar, bahkan ia kalah
dengan Engtay yang cerdik. Dalam naskah Sampek dan Engtay ini disebutkan selam satu
tahun Sampek tidak pernah tahu siapa Engtay sebenarnya, padahal selama itu mereka satu
kamar dan satu ranjang. Kemudian disebutkan pula bahwa Sampek salah memperhitungkan
tanggal kapan dia akan bertemu dan melamar Engtay. Oleh karena kebodohannya, Sampek
terlambat mendapatkan Engtay dan gagallah semua impian mereka. Pernyataan tersebut dapat
dilihat dari kutipan berikut.
Engtay : “ .... Hari ini adalah hari ke sepuluh. Seharusnya Sampek datang untuk melamarku,
seperti yang sudah dijanjikan. Tetapi mengapa belum datang juga, ya? Apa dia tak sanggup
menghitung jumlah 8+2, 7+3, 6+4? Mudah sekali, masing-masing nerjmlah 10. (ketakutan)
atau Sampek menghitung jumlah ketigatiganya? Dan menjadi 30? Oh, Sampek... Sampek.....
kalau begitu nasib kita ditentukan oleh kebodohanmu. Oh, Sampek.....” (SE: 168)
Sampek : Engtay, Engtay, aku memang bodoh, akan tetetapi apa harus seberat ini penderitaan
yang harus kutanggung akibat kebodohanku itu? Aku tidak sanggup, tidak sanggup....” (SE :
228)
Sampek juga digambarkan sebagai pemuda yang mudah patah hati. Ketika dia
ditinggal dengan Engtay, maka lama-kelamaan di sakit, seluruh badannya menjadi lemas dan
tidak bersemangat. Hidupnya hanya untuk mencintai Engtay, tidak ada seorangpun yang
dapat menggantikan posisi Engtay di hatinya. Sampek juga mudah putus asa, sia memilih
mati daripada berjuang mendapatkan kembali cinta Engtay. Sifat Sampek ini dapat dilihat
dari kutipan berikut.
Siang malam berbantal air mata. Sampek Cuma ingat Engtay tercinta. Patah tulang bisa
disambung. Patah cinta sakit sampai ke jantung. Berpuluh gadis dibawa datang. Hati Sampek
tetap tak goyang. Hanya Engtay pujaannya seorang. Gadis lain tak bisa dibandingkan.
Nyonya Nio : (menangis) “Aduh Sampek, anakku, jangan begini, nak. Jangan habis hanya
lantaran cinta. Sampek, untuk apa mengingat-ingat gadis yang telah bertunangan?” (SE : 237)
Sampek sakit payah, dia meracau terus.
62
63
Sampek : “tega sekali kamu memutuskan hubungan kita. Oh, aku tidak sanggup menyaksikan
kau bersanding dengan lelaki lain, diiringi musik, berpakaian merah penuh ronce emas. Aku
tidak sanggup hidup lagi, lebih baik aku mati, mati......” (SE: 227)
Sampek : “Sejak kau pergi, dunia gelap rasanya, setiap hari aku hanya menghitung-hitung
kapan kita bisa bertemu lagi. Nasi yang kutelan rasa sekam, dan air minum serasa duri. Tidak
satupun pelajaran dari guru yang masuk ke dalam kepalaku yang sudah penuh dengan kamu,
kamu, kamu. Hidup sudah tak ada gunanya lagi tanpa kehadiranmu. Apakah kau juga merasa
seperti yang aku rasa, Engtay?”
Engtay : “Ah, Engtay, kamu membuat hatiku hancur berkeping-keping.”
Sampek : “Lelaki yang jatuh cinta bisa memakai kata-kata berbunga. Aku tidak. Apa saja
yang kukatakan memang begitu kenyataannya.” (SE: 201-202)
c) Ciri sosial
Tokoh Sampek adalah pemuda yang berasal dari Pandeglang. Dia merupakan anak
tunggal dari keluarga Nio. Karena itulah Sampek Sampek adalah seorang pemuda dari
golongan rakyat biasa, kaum menengah. Hal tersebut ditunjukkan dengan biaya sekolahnya
yang merupakan hasil dari beasiswa. Dengan kesederhanaannya inilah maka Sampek sulit
mendapatkan Engtay yang telah ditunangkan dengan Macun, seorang pemuda yang jauh lebih
kaya dar Sampek. Hal ini sesuai dengan kutipan berikut.
Sampek : “ Yah, kamu memang orang kaya, tentu sudah ditunangkan oleh orang tuamu sejak
kamu kecil. Aku tidak begitu, tidak ada yang mau dinikahi mahasiswa miskin macam aku ini.
Aku memang harus berusaha keras mencari pangkat dan kekayaan dulu. Baru calon isteri
mau mendekatiku seperti laron mendekati cahaya lampu.” (SE : 112)
Sampek : “Aku memang bukan orang kaya. Seberapa besar apapun juga dendanya, kalau
memang sudah menjadi perjanjian, aku menurut saja. Bilang apa dendanya!” (SE : 79)
Layaknya para pemuda yang masih membutuhkan banyak arahan dari orang lain pada
masa itu, Sampek juga mempunyai seorang pelayan pribadi. Pelayan inilah yang menjadi juru
bicara Sampek di saat Sampek tidak mau berbicara kepada orang lain, pelayan tersebut
bernama Sukiu. Sukiu adalah tempat berbagi cerita, berbagi keluh kesah, dan semua yang
dirasakan Sampek. Dalam naskah drama ini Sukiu juga menjadi orang kepercayaan Sampek
di saat Sampek mmbuthkan Engtay. Sukiulah yang megirimkan pesan dan surat kepada
Engtay. Sukiu juga adalah orang yang pertama diberi tahu oleh Sampek bahwa sesungguhnya
63
64
Engtay adalah seorang Nona, seorang gadis, bukan laki-laki yang selama ini orang-orang
ketahui di Sekolah Putra Bangsa.
Pelayan tersebutlah yang membantu Sampek dalam menyiapkan segala keperluannya.
Ia akan menemani Sampek ke mana saja dan dia juga akan melakukan segala perintah
Sampek, termasuk menemani ke rumah Engtay untuk melamar Engtay. Kesetiaan pelayan
tersebut juga sudah tidak dapat diragukan lagi sehingga Sampek berani mempercayakan
rahasia kepadanya. Semua pernyataan tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut.
Sukiu : “Maaf, majikan saya agak pemalu. Dia suka kikuk kalau ketemu kenalan baru. Betul,
kami mau ke gedung Sekolah Putra Bangsa. (SE : 60)
Sukiu : “Kenapa tidak? Majikan saya pasti setuju. Ke mana saja kita pergi, jangan musuh
yang dicari, tetapi sahabat dan saudara. Itu niat yang mulia. bukan begitu juragan?”
Sampek : Setuju.” (SE : 64)
Sampek : “ Inikah rumahnya?”
Sukiu : “Persis seperti yang tadi diberi tahu kusir kereta.”
Sukiu : “Tok! Tok! Tok! Sampurasun, spada! Ada siapa di dalam sana?”
Sampek : “Sepi sekali. Apa semua orang pada pergi? Ketuklah lagi!
Sukiu : “Tok! Tok! Tok! Sampurasun, spada! Ada siapa di dalam sana?”
Suhiang : “Ya, ya! Ada. Ada apa? Siapa tuan-tuan?”
Sampek : “Apa betul ini rumah Tuan Engtay?” (SE : 185-186)
Sampek : (sambil menangis) “tak tahu kapan bisa bertemu lagi, hidupku sekarang seperti
kabut. Mengigil dan tanpa kendali. Tidak tahu kapan bisa bertemu lagi. Segalanya tak pernah
ada yang pasti.” (SE : 161)
Sukui : “Jadi juragan Engtay itu Nona?”
Sampek : “Ya.”
Sukiu : “Dan Tuan baru tahu tadi pagi?
Sukiu : “Betul-betul Tuan belum sempat... begitu?...
Sampek : (lemas) “Ya, Sukiu, aku belum sempat menjamah, Engtay masih suci.” (SE : 162)
64
65
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, tokoh Sampek digambarkan sebagai sosok yang
sopan, berasal dari kalangan menengah, mudah patah hati, dan sedikit bodoh, akan tetetapi
sangat setia kepada kekasihnya, rela mati untuk orang yang dia cintai.
d. Setting atau Latar
1) Latar tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya
fiksi.
a) Betawi
Di Betawi inilah Sampek dan Engtay pertama kali bertemu. Engtay yang kebingungan
mencari sekolah, bertemu dengan Sampek di jalan. Akan tetetapi Sampek sendiri juga tidak
tahu kota Betawi. Mereka sama-sama kebingungan, dengan demikian, mulailah keduanya
berkenalan, Sampek yang pemalu, dikenalkan Sukiu kepada Engtay. Engtay langsung
meminta Sampek untuk menjadi saudara angkatnya.
Sukiu : “Maaf, majikan saya agak pemalu. Dia suka kikuk kalau ketemu kenalan baru. Betul,
kami mau ke gedung Sekolah Putra Bangsa. (SE : 60)
Engtay : “Saudara, boleh mulai sekarang saudara kupanggil Kakak? Kita kan bakal menjadi
teman sekelas. Makin bebas kita bergaul, makin bisa kita saling tolong menolong. Saya
malah punya niat menjadikan kakak saudara angkat saya. Kelihatannya saya lebih muda dari
kakak. Itu kalau saudara setuju.”
Sukiu : “Kenapa tidak? Majikan saya pasti setuju. Ke mana saja kita pergi, jangan musuh
yang dicari, tetapi sahabat dan saudara. Itu niat yang mulia. bukan begitu juragan?”
Sampek : “Setuju.” (SE : 64)
b) Sekolah Putra Bangsa
Di sinilah tempat dua sejoli Sampek dan Engtay menimba ilmu sekaligus menginap
sekamar. Mesikipun pada awalnya Sampek tidak tahu bahwa Engtay adalah seorang wanita,
namun pada akhirnya di tempat inilah mereka berjanji menjalin kasih sehidup semati. Di
tempat inilah Sampek dan Engtay saling menyerahkan hati dan merelakan semua yang
dimiliki demi sang kekasih.
Engtay : “ Mau apa di kamar? Di sini aku rasa lebih bebas....”
65
66
Sampek : “Maukah? Kau kuundang untuk omong-omong. Tetapi pakaian luarmu itu,
pakailah lagi. Aku tidak ingin orang lain tahu.”
Engtay : Baiklah... (menurut)
Sampek : “Engtay....”
Engtay : “Sampek....”
Sampek : “Aku mencintaimu.
Engtay : (jadi malu-malu kucing) “aku juga...” (SE : 148)
c) Kebun Bunga Rumah Ciok
Tempat Engtay melepaskan segala kepenatan hidup. Di sinilah tempat ia dapat
mengungkapkan segala duka, kegelisahan, kebimbangan, kebahagian, dan permasalahan
hidup dengan bebas tanpa gangguan. Tempat ini merupakan tempat Engtay membicarakan
masalahnya kepada Suhiang. Tempat Engtay mengatur siasat untuk memperdayai kedua
orang tuanya.
Engtay : “Habis sudah dayaku, Suhiang, rasanya tidak mungkin lagi aku membujuk ayah ibu.
Larangan mereka tidak bisa lagi diubah-ubah.”
Suhiang : “Masa?”
Engtay : “Aku akan menjadi gadis pingitan, menunggu lamaran calon suami. Aku akan
menjadi perempuan bodoh yang tidak tahu betapa luasnya dunia ini.” (SE : 23)
Suhiang : eh, tunggu dulu, apa Nona lupa, ayah Nona perna sesumbar begini ’aku akan kasih
izin kamu sekoalah di Betawi,kalau kamu berhasil menipuku’ ha, tuh, tidak mau dicoba?
Namanya juga usaha.”
Engtay : “Dicoba bagaimana?
Suhiang : “Ya, menipu ayah Nona, begitu.
Engtay : “.......... kamu betul Suhiang. Kenapa akal ini tidak pernah kupikirkan, ya? Betul,
mana baju lelaki itu?” (SE : 23-25)
d) Ruang Depan Rumah Keluarga Ciok
Di ruangan inilah Engtay melancarakan aksinya menipu ayah dan ibunya dengan
menggunkan baju lelaki. Saat orang tua Engtay keluar, mereka tidak tahu bahwa penagih
hutang tersebut adalah Engtay. Karena dipaksa melunasi hutang oleh penagih hutang
66
67
tersebut, maka nyonya Ciok kaget dan akhirnya pingsan. Ruang depan rumah keluarga ciok
di Serang, pagi. (Engtay sudah berpakaian lelaki, berjenggot, mengetuk pintu) (SE : 29)
e) Ruang Tengah Rumah Keluarga Ciok
Di ruangan inilah Suhiang dan Jinsim membicarakan Engtay yang sangat terobsesi
ingin menimba ilmu di sekolah. Di tempat ini pulalah Engtay meyakinkan ibunya bahwa
samarannya sebagai lelaki tidak akan terbongkar oleh orang lain. Ruang tengah rumah
keluarga ciok di Serang, pagi. (Jinsim, Suhiang, dan Antong sedang kasak-kusuk. Dalang ikut
nimbrung) (SE : 41)
f) Kamar Tidur Sampek Engtay di Asrama
Di sinilah tempat dua sejoli Sampek dan Engtay menginap sekamar. Mesikipun pada
awalnya Sampek tidak tahu bahwa Engtay adalah seorang wanita, namun pada akhirnya di
tempat inilah mereka berjanji menjalin kasih sehidupp semati. Di tempat inilah Sampek dan
Engtay saling menyerahkan hati dan merelakan semua yang dimiliki demi sang kekasih.
Kamar Tidur Sampek Engtay di Asrama. Malam. Betawi. (Dua sejoli tengah
membaca peraturan yang ditempel di dinding-dinding. Sukiu membawa kopor-kopor dan
menaruhnya di lantai) (SE : 77)
g) Pasar Malam di Gambir.
Tempat ini merupakan tempat Sampek dan Engtay berjalan-jalan setelah beberapa
bulan menimba ilmu di sekolah. Mereka sangat gembira dapat menyaksikan ramainya pasar
malam. Di tempat ini juga mereka nenonton berbagai macam pertunjukkan yang sangat
meriah. Pasar Malam di Gambir, Betawi. Malam
( Murid-murid sekolah Putra Bangsa menonton tonil pasar, berbaur dengan para penonton
lainnya, Sampek dan Engtay juga ada) (SE : 105)
h) Kelas Sekolah Putra Bangsa
Di sinilah Sampek, Engtay dan murid-murid lain menimba ilmu dan berguru tentang
berbagai macam pelajaran kepada guru. Kelas Sekolah Putra Bangsa, di Betawi, pagi. (Guru
tengah mengajari muridnya) (SE : 133)
i) Taman Bunga di Tengah Kota
Di tempat inilah Sampek dan Engtay hanya berdua saja saling bercerita. Di tempat ini
juga pertama kali Engtay mengatakan yang sejujurnya kepada Sampek bahwa dia adalah
67
68
seorang perempuan. Pada saat Sampek tak percaya kalau Engtay adalah perempuan, Engtay
nekat membuka pakaiannya dan ingin menunjukkan siapa sebenarnya dirinya. Taman Bunga
di Tengah Kota (Di kebun bunga itu ada kolam penuh teratai dan belibis-belibis yang jinak
sedang berenang-renang) (SE : 141)
Engtay : “Sampek, aku bukan banci, aku perempuan. Lihat! (mencopot pakaiannya, dan kini
hanya memakai pakaian perempuan) aku ini perempuan. Asli. Tulen. (SE : 145-146)
j) Balkon Rumah Engtay
Di balkon inilah Engtay meratetapi kepergian Sampek, menanti kekasihnya yang tak
kunjung datang dengan perasaan yang sangat gundah dan resah. Balkon Rumah Engtay, senja
(Engtay menanti dengan resah) ( SE : 167)
k) Rumah Engtay
Di rumah inilah semua permasalahan diperbincangkan, mulai dari Engtay yang akan
ke Betawi, keluarga Macun datang untuk melamar Engtay, Sampek yang bertandang untuk
melamar Engtay juga, hingga Engtay akan dinikahkan dengan Macun.
l) Kamar Tidur Engtay
Di kamar inilah ibu Engtay, nyonya Ciok Memberi nasihat kepada Engtay agar
menuruti kemauan orang tuanya yang selama memberikan segalanya untuk Engtay. Kamar
Tidur Engtay, di Serang, Pagi. (Engtay menangis di ranjang, nyonya Ciok membujuk. (SE :
213)
m) Jalanan di Pandeglang
Di jalanan inilah rombongan arak-arakan pengantin Engtay dan Macun lewat.
Seketika itu hati Sampek bagai disayat sembilu karena ditinggalkan sang kekasih. Jalanan di
Pandeglang (Sedang ada arak-arakan nynyi tari Yapong dan pesta Lampion)
n) Kamar Tidur Sampek
Di kamar inilah ibu Sampek, nyonya Nio Memberi nasihat kepada Sampek agar
menuruti kemauan orang tuanya yang selama memberikan segalanya untuk Sampek.
Menasihati agar Sampek cepat melupakan Engtay karena Engtay sudar ada yang melamar. Di
kamar ini pula Sampek terbaring lemah tak berdaya mengingat Engtay yang
meninggalkannya. Kamar Tidur Sampek, di Rumahnya, Malam. (Sampek ssakit payah. Dia
meracau terus) (SE : 227)
68
69
o) Jalanan Besar Luar Kota Pandeglang, dekat rumah Sampek
Di jalan inilah rombomgan pengantin Engtay dan Macun melewati pekuburan
Sampek. Jalanan Besar Luar Kota Pandeglang, dekat rumah Sampek, siang. ( musik gembira
terdengar meriah, sebuah iringan pengantin lewat. Itulah iring-iringan tandu Macun yang
tengah memboyong Engtay, Macun berpakaian mempelai pria berjalan gagah di dalam
rombongan. Kapten Liong berjalan dengan bangga di samping putranya. (SE : 259)
p) Pekuburan Sampek, di Luar Kota Pandeglang
Di sinilah kisah tragis itu berakhir. Engtay nekat terjun ke dalam liang kubur Sampek.
Semua merasa kehilangan. Kedua sejoli itu berubah menjadi sapasang kupu-kupu yang
terbang ke langit. Pekuburan Sampek, di Luar Kota Pandeglang, siang.
Engtay : “Kau taruh tusuk kondeku di sini. Aku tahu apa yang kau harapkan dariku. Sampek,
kuambil tusuk konde ini. Akan kuketuk-ketuk di kuburanmu. Kalau kita memang jodoh,
kuburan ini pasti akan terbuka. Lalu aku akan masuk da menjadi satu dengan jasadmu untuk
selama-lamanya. Tetapi kalau memang tidak berjodoh, tentu aku akan terus dibawa Macun ke
Rangkasbitung dan jadi isterinya seumur hidup. Sampek, kau mati lantaran aku. Buktikan
bahwa kematianmu tidak sia-sia. Aku ketukkan tusuk kode ini tiga kali. Terbukalah...
terbukalah kuburmu ini!” (SE : 268)
Koor : “ sepasang kupu-kupu terbang ke langit sayapnya gemerlap memantulkan cahaya.”
( memang betul demikian kejadiannya. Dari dalam kuburang terbang sepasang kupu-kupu .
keduanya mengepakkan sayap terbang ke langit) (SE : 274)
2) Latar waktu
Latar waktu dalam kisah Sampek-Engtay tercantum cukup jelas karena sudah
disebutkan dai dalam naskah itu sendiri. Terdapat beberapa keterangan yang dapat dijadikan
petunjuk mengenai waktu terjadinya peristiwa memilukan ini. Latar waktu tersebut berupa
hari, siang, malam, senja, pagi, dan lain sebagainya.
a) Malam hari
Kamar Tidur Sampek Engtay di Asrama. Malam. Betawi. Dua sejoli tengah membaca
peraturan yang ditempel di dinding-dinding. Sukiu membawa kopor-kopor dan menaruhnya
di lantai) (SE : 77)
Pasar Malam di Gambir, Betawi. Malam ( Murid-murid sekolah Putra Bangsa
menonton tonil pasar, berbaur dengan para penonton lainnya, Sampek dan Engtay juga ada)
69
70
(SE : 105) Kamar Tidur Sampek, di Rumahnya, Malam. (Sampek ssakit payah. Dia meracau
terus) (SE : 227) Jalanan di Pandeglang, Malam (Sedang ada arak-arakan nyanyi tari Yapong
dan pesta Lampion) ( SE : 223)
b) Siang hari
Taman Bunga di Tengah Kota, siang (Di kebun bunga itu ada kolam penuh teratai dan
belibis-belibis yang jinak sedang berenang-renang) (SE : 141)
Jalanan Besar Luar Kota Pandeglang, dekat rumah Sampek, siang. ( musik gembira
terdengar meriah, sebuah iringan pengantin lewat. Itulah iringiringan tandu Macun yang
tengah memboyong Engtay, Macun berpakaian mempelai pria berjalan gagah di dalam
rombongan. Kapten Liong berjalan dengan bangga di samping putranya. (SE : 259)
Pekuburan Sampek, di Luar Kota Pandeglang, siang. (SE : 263)
c) Senja
Balkon Rumah Engtay, senja. (Engtay menanti dengan resah) ( SE : 167)
d) Pagi hari
Ruang tengah rumah keluarga ciok di Serang, pagi. (Jinsim, Suhiang, dan Antong
sedang kasak-kusuk. Dalang ikut nimbrung) (SE : 41) Ruang depan rumah keluarga ciok di
Serang, pagi. (Engtay sudah berpakaian lelaki, berjenggot, mengetuk pintu) (SE : 29) Kelas
Sekolah Putra Bangsa, di Betawi, pagi. (Guru tengah mengajari muridnya) (SE : 133) Kamar
Tidur Engtay, di Serang, Pagi. (Engtay menangis di ranjang, nyonya Ciok membujuk. (SE :
213)
3) Latar sosial
Keadaan sosial yang tergambar dalam naskah drama Sampek-Engtay merupakan
cerminan dari kehidupan bangsawan masyarakat Cina yang masih percaya akan tahayul dan
mereka masih menggunakan aliran kepercayaan. Hal tersebut dapat dibuktikan pada teks
yang menyebutkan bahwa Engtay bersebahyang di kuburan Macun. Selain itu di dalam
naskah ini disebutkan beberapa kelas masyarakat. Yaitu bangsawan kaya raya, seperti
keluarga Macun. Adapula kelas masyarakat biasa seperti halnya keluarga Sampek. Lain
halnya dengan keluarga Engtay yang tegolong kelas menengah ke atas. Dalam naskah ini
disebutkan bahwa Engtay menggajak jalan-jalan Sampek yang tidak punya banyak uang,
kemudian betapa royalnya keluarga Macun dalam mengadakan pesta pernikahan untuk
Engtay dan Macun. Hal ini sesuai dengan kutipan di bawah ini.
70
71
Kapten Liong : “Engtay mau apa?
Macun : “Bersembahyang di makam teman.” (SE : 265)
Engtay : “... tak ada yang bisa kuberikan sebagai tanda mata selain tusuk konde ini.
Anggaplah ini sama dengan aku. Kita tidak berjodoh kali ini, tetapi berdoalah agar pada
penjelmaan lain kita akan ditakdirka para Dewa menjadi pasangan kekasih yang saling
mencinta.”
Sampek : “ Yah, kamu memang orang kaya, tentu sudah ditunangkan oleh orang tuamu sejak
kamu kecil. Aku tidak begitu, tidak ada yang mau dinikahi mahasiswa miskin macam aku ini.
Aku memang harus berusaha keras mencari pangkat dan kekayaan dulu. Baru calon isteri
mau medekatiku seperti laron mendekati cahaya lampu.” (SE : 112)
Sampek : “Aku memang bukan orang kaya. Seberapa besar apapun juga dendanya, kalau
memang sudah menjadi perjanjian, aku menurut saja. Bilang apa dendanya!” (SE : 79)
Kapten Liong : “Jangan terlalu repot. Pesta akan dipusatkan di Rangkasbitung. Aku sudah
pesan ondel-ondel dan rombongan ahli akrobat dari Surabaya. Ada juga tukang sulap India
dan kelompok Cokek Krawang. Malah paman Macun sudah ikrar mau mengundang grup
Opera Bangsawan dari Penang. Pesta pernikahan anak-anak kita akan menjadi pesta paling
hebat di Rangkasbitung dan tidak akan tertandingi sampai 100 tahu kemudian. Aku sangat
bangga punya menantu Engtay.
Engtay : (menangis, lari ke dalam) (SE : 181)
e. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam kisah ini adalah sudut pandang
persona ketiga atau gaya “dia”, pengarang atau narator berada di luar cerita. Pengarang
menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau variasi kata gantinya dan
pengarang turut hidup dalam pribadi para tokohnya.
Sudut pandang persona ketiga pengarang turut hidup dalm pribadi para
tokohnya,dapat dirasakan bahwa N. Riantiarno banyak menggunakan pesan kepada para
pembaca melalui tokoh yang ditampilkan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan,
disimpulkan bahwa sudut pandang yang digunakan dalam naskah drama Sampek-Engtay
adalah sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang tersebut adalah sudut pandang pengarang
“dia” mahatahu.
71
72
2.2.3.2 Naskah Drama Romeo Juliet Karya William Shakespeare
Unsur-Unsur Intrinsik Naskah Drama Romeo-Juliet
A. Tema
Secara garis besar, tema kisah Romeo-Juliet yaitu cinta sejati tidak akan mampu
dihalangi oleh apapun termasuk perseteruan kedua keluarga. Cinta sejati akan selalu abadi
sampai maut memisahkan jiwa dan raga. Cinta adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada
kita, dan tidak akan ada seorang pun yang mampu menolaknya.
B. Alur atau Plot
Plot yang digunakan pengarang dalam naskah drama ini merupakan plot maju atau progresif.
Plot ini dimulai dari perkenalan, pemunculan masalah, penanjakan konflik, klimaks,
penurunan konflik, dan diakhiri dengan penyelesaian masalah. Pengarang menyusun
peristiwa-peristiwa yang ada berdasarkan hubungan sebab-akibat (kausalitas). Plot utama
dalam naskah drama ini adalah plot milik Romeo, sedangkan plot tambahan adalah plot milik
Juliet. Adapun tahap-tahapan plot utama dalam naskah drama ini sebagai berikut.
1) Tahap situation (eksposisi). . Kisah cinta ini diawali dengan pengenalan kehidupan di
Verona. Dijelaskan mengenai keadaan Verona pada saat terjadinya cerita. Pada saat
terjadinya cerita, di Verona terdapat dua keluarga bangsawan yang sedang terlibat
dalam permusuhan.
2) Tahap generating circumstante (inciting moment. Masalah-masalah mulai ditampilkan
pengarang untuk kemudian dikembangkan dan ditingkatkan kadarnya. Tahap ini
dimulai dengan pertemuan Romeo dan Juliet di pesta perjamuan makam di rumah
Juliet. Kepedihan hati dan kerinduan akan cinta sejati menyebabkan Romeo
mendatangi acara-acara pesta, termasuk perjamuan makan di rumah Juliet. Saat
Romeo sedang mencaricari gadis impiannya, matanya membentur sesosok gadis
cantik sempurna. Ia pun merasa menemukan gadis impian yang telah lama dicarinya.
3) Tahap rising action. Masalah-masalah yang mulai muncul meningkat
kekompleksannya. Tahap ini dimulai ketika terjadi perkelahian antara rombongan
keluarga Capulet dan Montague. Pada awalnya Romeo tidak terlibat dalam
perkelahian di gerbang kota tersebut. Saat Romeo sedang berjalan-jalan, ia mendengar
bahwa perkelahian antara keluarganya dengan keluarga Capulet terjadi lagi. Romeo
72
73
pun datang untuk melerai, namun malang ia tidak dapat membendung luapan emosi
dan terpancing oleh perkataan Tybalt. Perkelahian tidak dapat dihindari hingga
akhirnya Tybalt terbunuh.
4) Tahap climax. Konflik yang ada mencapai puncak dan tidak dapat dibendung lagi.
Klimaks dalam kisah ini terjadi ketika Romeo mengetahui bahwa sang istri meninggal
dunia. Kegagalan Rahib Johanes menyampaikan surat kepada Romeo menyebabkan
gagalnya rencana Rahib Lorenzo. Romeo pun menganggap bahwa Juliet benar-benar
telah tiada, padahal kematian Juliet hanyalah rekayasa Rahib Lorenzo. Romeo
mengetahui kematian Juliet dari Peter, sang pembantu setianya. Saat mendengar
kematian Juliet, Romeo merasa seakan dunia runtuh dan menimpanya. Ia benar-benar
sedih dan terpuruk. Orang yang paling dikasihi dan dicintai telah pergi untuk
selamanya. Keputusasaan yang menyelimuti membutakan akal sehatnya. Ketika ia
berjalan-jalan di Mantua, tanpa sepengetahuan Peter, Romeo membeli sebotol racun
mematikan. Ia bermaksud untuk mengakhiri hidup dan menyusul Juliet ke alam
kematian.
5) Tahap denonemen. Denonemen dalam naskah drama ini dimulai dengan perkelahian
Romeo dan Paris. Perkelahian tersebut terjadi di makam keluarga Capulet pada
malam hari setelah pemakaman Juliet. Romeo yang saat itu dalam keadaan putus asa
sebenarnya tidak berniat untuk membunuh Paris. Akan tetetapi, perkelahian tidak
dapat dihindari dan Paris pun akhirnya tewas.
C. Penokohan dan Perwatakan
Naskah drama Romeo-Juliet karya William Shakespeare ini menampilkan beberapa
tokoh. Adapun tokoh utama dalam naskah drama ini adalah Romeo dan Juliet, meskipun
posisi Juliet adalah tokoh utama tambahan. Tokoh tambahan dalam naskah drama ini
meliputi, Tuan Capulet, Tuan Montague, Nyonya Capulet, County Paris, Tybalt, Rahib
Lorenzo, Peter, pengasuh Juliet, Theseus, Mercutio, pelayan apotek, Rosalinda, Rahib
Johanes, sahabat Romeo, dan lainnya. Berdasarkan keutamaan tokoh dan peranannya dalam
cerita, tokoh utamalah yang memerlukan penjelasan lebih lanjut. Melalui gambaran tokoh
utama inilah cerita terasa hidup dan utuh.
D. Setting atau Latar
73
74
Latar atau landas tumpu cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi.
Lingkungan peristiwa tersebut bisa berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
Lingkungan fisik berupa tempat, bangunan-bangunan, keadaan lingkungan, dan sebagainya
E. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam kisah ini adalah sudut pandang
persona ketiga atau gaya “dia”, pengarang atau narator berada di luar cerita. Pengarang
menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau variasi kata gantinya dan
pengarang turut hidup dalam pribadi para tokohnya.
2.2.3.3 Analisis Perbandingan
No
.
Aspek yang
dibandingkan
Sampek Engtay
(N. Riantiarno)
Romeo and Juliet Karya
(William Shakespeare)
1. Tema Bertema percintaan. Yaitu kisah
cinta yang dihalangi oleh
martabat atau kasta yang
mnyebabkan cita mereka tidak
direstui. Selain itu juga
mengandung tema kawin paksa.
Bertema percintaan. Yaitu kisah
cinta yang dihalangi oleh
persetuan antara keluarga. Selain
itu juga mengandung tema kawin
paksa.
Kisah cinta antara muda-mudi
kota verona, Itali.
Kisah cinta mereka terhalang oleh
permusuhan keluarga mereka.
2. Alur/plot Memiliki alur yang maju Memiliki alur yang maju
3. Tokoh/
penokohan
Engtay : adalah sosok wanita
yang cantik dan baik hati. Dari
keluarga bangsawan.
Sampek : laki-laki yang tampan
dan sopan
Juliet : adalah sosok wanita yang
cantik dan baik hati. Dari keluarga
bangsawan.
Romeo : laki-laki yang tampan
dan sopan
4. Latar/setting Berlatar kehidupan
rakyat Verona, Italia
dengan nilai-nilai
budaya barat atau
Eropa.
Latar kehidupan
masyarakat Cina,
dengan budaya timur
yang menjunjung tinggi
nilai kesopanan,
74
75
terutama kesopanan,
kepatuhan terhadap
orang tua.
5. Sudut
Pandang
Sudut pandang kedua naskah
drama tersebut adalah
sudut pandang orang ketiga.
Sudut pandang
tersebut adalah sudut pandang
pengarang “dia”
mahatahu.
Sudut pandang kedua naskah
drama tersebut adalah
sudut pandang orang ketiga.
Sudut pandang
tersebut adalah sudut pandang
pengarang “dia”
mahatahu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perbandingan naskah drama Sampek Engtay karya N.
Riantiarno dan drama Romeo and Juliet karya William Shakespeare adalah pada tema, alur,
penokohan, latar/setting, sudut pandang. Tema pada kedau naskah drama tersebut adalah
percintaan yang dipisahkan oleh faktor keluarga dan juga kematian. Menggunakan alur maju.
Penokohan pada naskah drama Sampek Engtay karya N. Riantiarno, yaitu Engtay adalah
sosok wanita yang cantik dan baik hati. Dari keluarga bangsawan, sedangkan Sampek : laki-
laki yang tampan dan sopan. Penokohan pada drama Romeo and Juliet karya William
Shakespeare, yaitu Juliet adalah sosok wanita yang cantik dan baik hati. Dari keluarga
bangsawan, sedangkan Romeo laki-laki yang tampan dan sopan. Latar kedua naskah drama
tersebut juga memiliki perbedaan yang menggambarkan kehidupan para tokoh pada naskah
drama.
75
76
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pada karya sastra
3.2 Saran
76
77
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Coelho, Paulo. 1988. Sang Alkemis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hirata, Andrea. 2006. Sang Pemimpi. Bandung: Bentang
Iskandar, Yoseph. 1998. Perang Bubat. Bandung: Rakhmat Cijulang.
Pitaloka, Dyah. 2005. Dyah Pitaloka, Senja Di Langit Majapahit. Jakarta :PT Bentang Pustaka
Pradopo, Rachmat Djoko. 2010. Pengkajian Puisi.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Waluyo, Herman J. 1995. Teori Dan Apresiasi Puisi. Jakarta:Erlangga
Waluyo, Herman J. 2003. Drama dan Teori Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindiya Nandya Witama
Yohanes, Benny. Sumbi dan Gigi Palsu.
Http://Downloads.Ziddu.Com/Downloadfile/7928214/SUMBIDANGIGIIMITASI.Doc.Html.
Diunduh Tanggal 6 Januari 2013.
77