BAB I
-
Upload
feliciaabe -
Category
Documents
-
view
197 -
download
1
Transcript of BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di Indonesia besarnya fee audit masih menjadi perbincangan yang cukup panjang,
mengingat banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktorfaktor yang mempengaruhi
besar kecilnya fee audit yaitu besar kecilnya klien, lokasi kantor akuntan publik dan
ukuran kantor akuntan publik. Selain faktor tersebut, dalam menetapkan imbalan jasa
atau fee audit, Akuntan Publik harus mempertimbangkan halhal sebagai berikut :
Kebutuhan klien, tugas dan tanggung jawab menurut hukum (statutory duties),
independensi, tingkat keahlian (levels of expertise) dan tanggung jawab, banyaknya
waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan oleh Akuntan Publik. Selain itu,
dalam menetapkan imbalan jasa atau fee audit, Akuntan Publik juga harus
memperhatikan tahapan-tahapan pekerjaan audit dan tahap pelaporan. Besarnya fee audit
yang ditetapkan oleh kantor akuntan publik merupakan salah satu obyek yang menarik
untuk diteliti. Selama dua dekade terakhir penelitian mengenai pasar jasa audit telah
tumbuh secara signifikan (Ahmed dan Goyal, 2005). Namun, penelitian mengenai fee
audit di negara-negara berkembang masih jarang dilakukan (Joshi dan Al-Bastaki, 2000).
Di Indonesia sendiri penelitian mengenai fee audit sampai saat ini sedikit sekali.
Beberapa penelitian mengenai fee audit di Indonesia mungkin dilakukan tetapi tidak
terpublikasikan di jurnal ilmiah. Sejauh yang peneliti ketahui, sampai saat ini sedikit
sekali penelitian mengenai fee audit di Indonesia yang terpublikasikan baik di jurnal
ilmiah maupun media publikasi lainnya. Hal ini bisa jadi karena fee audit yang ditetapkan
oleh kantor akuntan publik di Indonesia masih belum terpublikasi seperti di Eropa,
Amerika, Australia dan negara-negara maju lainnya. Kondisi ini berbeda jika
dibandingkan dengan negara-negara tersebut di atas, dimana fee audit telah terpublikasi
sehingga penelitian mengenai fee audit sering dilakukan dan dipublikasikan dalam jurnal
ilmiah atau media publikasi lainnya (Al-Shammari et al., 2008). Maka dari itu kita akan
membahas mengenai fee audit ini.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penukisan makalah ini yaitu:
- Mengetahui pengertian Fee Audit
- Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Fee Audit
1.3. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:
- Menambah pengetahuan mengenai Fee Audit
- Menambah bahan-bahan yang berkaitan dengan Fee Audit
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. pengertian Fee Audit
DeAngelo dalam Rizkiasih (2010) menyatakan bahwa audit fee merupakan
pendapatan yang besarnya bervariasi karena tergantung dari beberapa faktor dalam
penugasan audit seperti, ukuran perusahaan klien, kompleksitas jasa audit yang dihadapi
auitor, risiko audit yang dihadapi auditor dari klien, serta nama KAP yang melakukan
jasa audit. Lebih lanjut menurut Sankaraguruswamy et al. dalam Rizkiasih (2010) audit
fee merupakan pendapatan yang besarnya bervariasi tergantung beberpa faktor dalam
penugasan audit seperti : keuangan klien (financial of client), ukuran perusahaan (client
size), ukuran auditor dan KAP, keahlian yang dimiliki auditor tentang industry (industry
expertise), serta efisiensi yang dimiliki auditor (technological efficiency of auditors).
Simunic (2006) menyataan bahwa audit fee ditentukann oleh besar kecilnya perusahaan
yang diaudit, risiko audit (atas asar current ratio, quick ratio, D/E, litigation risk), dan
kompleksitas audit (subsidiaries, foreign listed). Al- Harshani dari Kuwait dalam
Widiasari (2009) juga melakukan penelitian yang sama ditambah variable ratio
profitabilitas dan menunjukkan hasil yang signifikan. Pada tanggal 2 Juli 2008 Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI) menerbitkan Surat Keputusan No. KEP.
024/IAPI/VII/2008 tentang Kebijakan Penentuan Audit fee. Surat Keputusan ini
diterbitkan dengan tujuan sebagai panduan bagi profesi Akuntan Publik maupun Kantor
Akuntan Publik dalam menetapan audit fee. Dalam bagian Lampiran 1 Surat Keputusan
No. KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang Kebijakan Penentuan Audit fee dijelaskan bahwa
panduan ini dikeluarkan sebagai panduan bagi seluruh Anggota Institut Akuntan Publik
Indonesia yang menjalankan praktek sebagai akuntan publik dalam menetapkan besaran
imbalan yang wajar atas jasa aprofessional yang diberikannya. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa dalam menetapkan imbalan jasa yang wajar sesuai dengan martabat profesi
akuntan publik dan dalam jumlah yang pantas untuk dapat meberikan jasa sesuai dengan
tuntutan standar professional akuntan publik yang berlaku. Imbalan jas yang terlalu
rendah atau secara signifikan jauh lebih renah dari yang dikenakan auditor atau akuntan
lain, akan menimbulkan keraguan mengenai kemampuan dan kompetensi Anggota dalam
menerapkan standar teknis dan standar professional yang berlaku. Undang-undang juga
termasuk faktor yang berkontribusi terhadap besar audit fee seperti dalam penelitian
Ibrahim (2009) yang menunjukkan pergeseran signifikan dalam audit fee selama awal
ditetapkannya Sarbannes-Oxley (SOX). Sedangkan masalah KAP Big-4 dan non Big-4
lebih dalam diteliti olen Van Caneghem (2009) yang menemukan bahwa KAP Big-4
memiliki struktur audit fee lebih tinggi karena lebih banyak memperhatikan variable-
variabel dalam menentukan biaya audit mereka.
2.2. Faktor yang mempengaruhi Fee Audit
Sedangkan menurut Supriyanta (2007), factor-faktor yang mempengaruhi besar
kecilnya audit fee adalah :
1. Besar kecilnya auditee.
Jelas masalah ini menjadi krusial jika ketika kita banyak melihat yayasan ataupun
organisasi nirlaba yang emerlukan jasa audit namun kondisi keuangannya minim.
2. Lokasi Kantor Akuntan Publik (KAP)
Biaya overhead Kantor Akuntan Publik di daerah secar umum lebih kecil dibandingkan
dengan biaya overhead di ibukota
3. Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP)
Ketika dikaitkan dengan besar kecilnya kantor, kantor yang berdomisili di kota besar
akan memiliki standar gaji yang jauh berbeda jika dibandingkan dengan KAP yang
terletak di kota pinggiran.
Faktor-faktor diatas sangat berpengaruh terhadap penentuan audit fee yang
akan dibebankan KAP kepada kliennya. Faktor lain seperti berapa target profit yang akan
didapatkan owner jelas sangat besra pengaruhnya juga. Sampai saat ini masih sulit
mencari kesepakatan berapa nilai audit fee yang mesti diberlakukan. Jika ketetapan
mengenai audit fee minimal diberlakukan, maka organsasi yang emiliki sumber daya
keuangan terbatas sulit untuk mendapatkan jasa audit. Begitu
pula KAP yang akan menyumbangkan jasa yang diiliki untuk kemajuan organisasi
nirlaba akan terhambat dengan ketentuan besar audit fee tersebut.
2.3. Independensi terhadap Fee Audit
Independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh
akuntan publik. Independensi berarti bahwa auditor harus jujur, tidak mudah dipengaruhi
dan tidak memihak kepentingan siapapun, karena ia melakukan pekerjaannya untuk
kepentingan umum. Auditor berkewajiban untuk jujur tidak hanya pada manajemen dan
pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan
kepercayaan pada pekerjaan auditor tersebut. Sikap mental independen tersebut meliputi
independen dalam fakta (in fact) maupun independen dalam penampilan (in appearance).
Independen dalam fakta adalah independen dalam diri auditor, yaitu kemampuan auditor
untuk bersikap bebas, jujur, dan objektif dalam melakukan penugasan audit. Hal ini
berarti bahwa auditor harus memiliki kejujuran yang tidak memihak dalam menyatakan
pendapatnya dan dalam mempertimbangkan fakta-fakta yang dipakai sebagai dasar
pemberian independen dalam fakta atauindependen dalam kenyataan harus memelihara
kebebasan sikap dan senantiasa jujur menggunakan ilmunya (Munawir:1995:35
Sedangkan independen dalam penampilanadalah independen yang dipandang dari pihak-
pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan yang di audit yang mengetahui
hubungan antara auditor dengan kliennya. Auditor akan dianggap tidak independen
apabila auditor tersebut mempunyai hubungan tertentu (misalnya hubungan keluarga,
hubungan keuangan) dengan kliennya yang dapat menimbulkan kecurigaan bahwa
auditor tersebut akan memihak kliennya atau tidak independen. Oleh karena itu, auditor
tidak hanya harus bersikap bebas menurut faktanya, tapi juga harus menghindari
keadaan-keadaan yang membuat orang lain meragukan kebebasannya
(Munawir:1995:35). Lebih lanjut Munawir (1995:32) menyatakan bahwa berdasarkan
ketentuan bursa efek, auditor akan dianggap tidak independen jika:
1. Kantor akuntan yang bersangkutan atau salah satu pegawainya menjadi
pimpinan/direktur perusahaan klien.
2. Kantor akuntan yang bersangkutan atau salah satu pegawainya melakukan pekerjaan
akuntansi klien, termasuk pembuatan jurnal, pencatatan dalam buku besar, jurnal
penutup dan penyusunan laporan keuangan.
3. Kantor akuntan dengan klien saling melakukan peminjaman pribadi (kepentingan
keuangan) dalam jumlah materiil ditinjau dari jumlah kekayaan auditor yang
bersangkutan.
Sedangkan menurut Mulyadi (1998:50) hal-hal yang dapat mempengaruhi
integritas, objektivitas dan independensi,antara lain:
1) Hubungan keuangan dengan klien
a. Hubungan keuangan dengan klien dapat mempengaruhi objektivitas dan dapat
mengakibatkan pihak ketiga berKesimpulan bahwa objektivitas auditor tidak
dapat dipertahankan. Contoh hubungan keuangan antara lain:
i) Kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung dengan klien.
ii) Pinjaman dari/kepada klien, karyawan, direktur, atau pemegang saham utama
dalam perusahaan klien.
. Dengan adanya kepentingan keuangan, seorang auditor jelas berkepentingan dengan
laporan audit yang diterbitkan. Hubungan keuangan mencakup kepentingan keuangan
oleh suami, isteri, keluarga sedarah semenda, sampai garis kedua auditor yang
bersangkutan. . Jika saham yang dimiliki merupakan bagian yang material dari:
i) Modal saham perusahaan klien, atau
ii) Aktiva yang dimiliki pimpinan atau rekan pimpinan atau kantor akuntan publik
suami atau isteri, keluarga saudara semendanya sampai dengan garis kedua.
Kondisi ini bertentangan dengan integritas, objektivitas dan independensi
auditor tersebut. Konsekuensinya auditor harus menolak atau melanjutkan
penugasan audit yang bersangkutan, kecuali jika hubungan tersebut
diputuskan.
Pemilikan saham diperusahaan klien secara langsung atau tidak langsung
mungkin diperoleh melalui warisan, perkawinan dengan pemegang saham atau
pengambilalihan. Dalam hal seperti itu pemilikan saham harus atau secepat mungkin
auditor yang bersangkutan harus menolak penugasan audit atas laporan keuangan
perusahaan tersebut.
2) Kedudukan dalam perusahaan. Jika seorang auditor dalam atau segera setelah periode
penugasan, menjadi: (1) anggota dewan komisaris, direksi atau karyawan dalam
manajemen perusahaan klien, atau (2) rekan usaha atau karyawan salah satu dewan
komisaris, direksi atau karyawan perusahaan klien, maka ia dianggap memiliki
kepentingan yang bertentangan dengan objektivitas dalam penugasan. Dalam keadaan
demikian ia harus mengundurkan diri atau menolak semua penugasan audit atas laporan
keuangan perusahaan yang bersangkutan.
3) Keterlibatan dalam usaha yang tidak sesuai.
Seorang auditor tidak boleh terlibat dalam usaha atau pekerjaan lain yang dapat
menimbulkan pertentangan kepentingan atau mempengaruhi independensi dalam
pelaksanaan jasa profesional. Seorang auditor tidak dapat melakukan kerjasama bisnis
dengan perusahaan klien atau dengan salah satu eksekutif atau pemegang saham utama.
Seorang auditor tidak dapat melakukan kerjasama bisnis dengan perusahaan klien atau
dengan salah satu eksekutif atau pemegang saham utama.
4) Pelaksanaan jasa lain untuk klien audit. Jika seorang auditor disamping melakukan
audit, juga melaksanakan jasa lain untuk klien yang sama, maka ia harus menghindari
jasa yang menuntut dirinya melaksanakan fungsi manajemen atau melakukan keputusan
manajemen. Contoh berikut ini menyebabkan auditor tidak independen:
a) Auditor memperoleh kontrak untuk mengawasi kantor klien, menandatangani bukti kas
keluar (voucher) untuk pembayaran dan menyusun laporan operasional berkala,
sedangkan pada saat yang bersamaan dia juga melaksanakan penugasan audit atas
laporan keuangan klien tersebut. go publik, suatu kantor akuntan publik tidak dapat
menjadi b) Jika perusahaan klien akan financial consultant) sekaligus auditor bagi klien
tersebut, walaupun konsultan keuangan (partner yang ditugasi untuk melakukan audit
berbeda dengan partner yang melaksanakan penugasan konsultasi.
5) Hubungan keluarga atau pribadi. Hubungan keluarga yang pasti akan mengancam
independensi adalah seperti akuntan publik yang bersangkutan, atau staf yang terlibat
dalam penugasan itu merupakan suami atau isteri, keluarga sedarah semenda klien
sampai dengan garis kedua atau memiliki hubungan pribadi dengan klien. Termasuk
dalam pengertian klien disini antara lain pemilik perusahaan, pemegang saham utama,
direksi dan eksekutif lainnya.
6) Fee atau jasa lainnya. Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan
cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi. Akuntan publik tidak boleh
mendapatkan klien yang telah diaudit oleh kantor akuntan publik lain dengan cara
manawarkan atau menjanjikan fee yang jauh lebih rendah dari fee yang diterima oleh
kantor akuntan publik sebelumnya.
7) Penerimaan barang atau jasa dari klien. Akuntan publik, suami atau isterinya dan
keluarga semendanya sampai dengan keturunan keduanya tidak boleh menerima barang
atau jasa dari klien yang dapat mengancam independensinya, yang diterima dengan syarat
tidak wajar, yang tidak lazim dalam kehidupan sosial.
8) Pemberian barang atau jasa kepada klien. Akuntan publik, suami atau isterinya dan
keluarga sedarah semendanya sampai dengan garis keturunan kedua tidak boleh
memberikan barang atau jasa kepada klien, dengan syarat pemberian yang tidak wajar,
yang tidak lazim dalam kehidupan sosial. audit, juga
melaksanakan jasa lain untuk klien yang sama, maka ia harus menghindari jasa yang
menuntut dirinya melaksanakan fungsi manajemen atau melakukan keputusan
manajemen. Contoh berikut ini menyebabkan auditor tidak independen:
a) Auditor memperoleh kontrak untuk mengawasi kantor klien,
menandatangani bukti kas keluar (voucher) untuk pembayaran dan
menyusun laporan operasional berkala, sedangkan pada saat yang
bersamaan dia juga melaksanakan penugasan audit atas laporan keuangan
klien tersebut. go publik, suatu kantor akuntan publik tidak dapat menjadi
b) Jika perusahaan klien akan financial consultant) sekaligus auditor bagi klien
tersebut, walaupun konsultan keuangan (partner yang ditugasi untuk
melakukan audit berbeda dengan partner yang melaksanakan penugasan
konsultasi.
2.4. Penelitian Terdahulu
“PENGARUH KOMPETISI ATAS AUDIT FEE, WAKTU, PENGALAMAN DAN RELASI HUBUNGAN TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (FRAUD) LAPORAN KEUANGAN” Oleh : RENO RIKA NESIA, FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS 2011Penelitian ini mengukur “Pengaruh Kompetisi Atas Audit Fee, Waktu, Pengalaman dan
Relasi Hubungan Terhadap Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan”.
Berdasarkan penelitian di atas disimpulkan bahwa audit fee, waktu, pengalaman dan
relasi hubungan berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan (fraud) laporan
keuangan secara parsial dan simultan. Hubungan antara audit fee (x1), waktu (x2),
pengalaman (x3), relasi hubungan (x4) dengan pendeteksian kecurangan (fraud) laporan
keuangan (Y) adalah kuat sebesar (r = 0,698) dan kekuatan hubungan ini menandakan
bahwa 41.9% dari variasi variable dependen pendeteksian kecurangan (fraud) laporan
keuangan (Y) yang dapat dijelaskan oleh variabel independen audit fee (x1), waktu (x2),
pengalaman (x3), relasi hubungan (x4) sedangkan sisanya sebesar 0.581 atau 58.1%
dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Pada
penelitian ini didapatkan hasil koefisien regresi positif (+) untuk variabel audit fee (x1),
waktu (x2), dan relasi hubungan (x4) artinya setiap penambahan koefisien regresi audit
fee (x1), waktu (x2), dan relasi hubungan (x4) sebesar 1 satuan maka pendeteksian
kecurangan (fraud) laporan keuangan (Y) akan meningkat dan inilah yang dikatakan
menandakan hubungan yang searah, namun didapatkan koefisien regresi negatif (-) untuk
variabel pengalaman (x3) artinya setiap penambahan koefisien regresi pengalaman (x3),
sebesar 1 satuan maka pendeteksian kecurangan (fraud) laporan keuangan (Y) akan
menurun. Pada penelitian ini juga ditemukan ternyata variabel audit fee (x1) yang
merupakan variabel yang paling dominan/besar pengaruhnya terhadap pendeteksian
kecurangan (fraud) laporan keuangan (Y), kemudian dipengaruhi oleh relasi hubungan
(x4), selanjutnya dipengaruhi waktu (x2) dan yang paling terakhir adalah pengalaman
(x3). Untuk menentukan mana yang paling dominan dapat dilihat dari nilai koefisien
regresi yang dimiliki masing-masing variabel.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
pemeriksaan suatu laporan keuangan perusahaan. Banyak faktor yang
mempengaruhi biaya audit yang akan dikeluarkan olehperusahaan untuk melakukan
pemeriksaan laporan keuangan diantara faktor yang mempengaruhinya adalah: rasio
konsentrasi, ukuran KAP, ukuran perusahaan auditee dan jumlah anak perusahaan yang
dimilki oleh induk perusahaan Simpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa rasio
konsentrasi, ukuran perusahaan auditee mempunyai hubungan yang signifikan sedangkan
ukuran KAP dan jumlah anak perusahaan tidak mempunyai hubungan yang signifikan
terhadap audit fee. Untuk ukuran KAP yang tidak signifikan diakibatkan penelitian ini
terlalu banyak menggunakan KAP big 4 daripada non big 4, sedangkan untuk anak
perusahaan dalam penelitian ini menunjukan bahwa dengan adanya perusahaan A yang
telah go publik dan anak perusahaan sedikit namun di audit oleh big 4 menunjukan biaya
audit yang lebih tinggi tetapi ada perusahaan B yang tidak go publik dan diaudit oleh non
big 4 dengan jumlah anak perusahaan lebih banyak dari perusahaan A biaya audit yang
dikeluarkan lebih rendah. Hal ini jelas menunjukan bahwa anak perusahaan tidak
mempengaruhi jumlah biaya audit.
DAFTAR PUSTAKA
http://deskripsi.com/akuntansi/audit-fee
http://akuntansimania.blogspot.com/
http://eprints.undip.ac.id/23083/1/Skripsi_Full.pdf
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/