BAB I
-
Upload
sabbakunoarra -
Category
Documents
-
view
126 -
download
3
description
Transcript of BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia selain jagung,
sagu, dan singkong. Pada beras terdapat banyak kandungan karbohidrat gizi
lainnya seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral (Moehyi, 1992). Proses
pengolahan beras menjadi nasi yang siap dikonsumsi sangat sederhana, yakni
dicuci dan dimasak.
Air cucian beras yang dihasilkan dari proses pencucian biasanya akan
langsung dibuang begitu saja karena dianggap tidak memiliki nilai apapun. Air
cucian beras biasanya dikenal dengan istilah leri (lerry) yang memiliki warna
putih susu dan masih kandungan karbohidrat serta protein dan vitamin B yang
banyak terdapat pada pericarpus dan aleuron yang ikut terkikis; vitamin B1 atau
thiamin (Moehyi, 1992,; Rachmat, A. & Agustina, F. 2007).
Nata dibentuk oleh spesies bakteri asam asetat pada permukaan cairan
yang mengandung gula, sari buah, atau ekstrak tanaman lain (Lapuz et al., 1967).
Beberapa spesies yang termasuk bakteri asam asetat dapat membentuk selulosa,
namun selama ini yang paling banyak dipelajari adalah Acetobacter xylinum
(Swissa et al., 1980). Bakteri A. xylinum termasuk genus Acetobacter (Ley &
1
2
Frateur, 1974) yang memiliki karakteristik antara lain: bersifat Gram negatip,
aerob, berbentuk batang pendek atau kokus (Moat, 1979; Forng, et al., 1989).
Nata adalah bahan pangan hasil fermentasi bakteri A. xylinum yang
menghasilkan lembaran gel di permukaan substrat yang berupa selulosa
(Arviyanti & Yulimartani. 2009). Menurut Sumiyati (2009) adanya kandungan
karbohidrat, vitamin, serta glukosa yang tinggi pada suatu jenis bahan, dapat
berpotensi tinggi untuk dimanfaatkan sebagai substrat pembuatan bahan pangan
berserat tinggi seperti nata. Dengan demikian air cucian beras potensial untuk
dimanfaatkan sebagai substrat pembuatan nata.
Pembentukkan nata (polisakarida ekstrasellular) memerlukan senyawa
seperti heksosa posfat. Heksosa fosfat mengalami oksidasi melalui lintasan
pentose fosfat menghasilkan senyawa NADPH dan melepas CO2. Gas CO2 yang
dilepas akan terhambat dan menempel pada mikrofibril sellulosa, sehingga
sellulosa naik kepermukaan cairan (Meyer, 1960). Fosfat anorganik perlu
ditambahkan kedalam medium karena bahan tersebut sangat diperlukan untuk
memecah sukrossa menjadi glukosa dan fruktosa (Cuningham, 1978). Sukrosa
diperlukan bakteri sebagai sumber karbon. Gula pasir dapat ditambahkan pada
media fermentasi karena sifanya yang mudah terhidrolisa menjadi senyawa
sederhana yang tersedia bagi bakteri yang terlibat (Fitriah, 2009).
3
Selama ini masyarakat hanya mengenal nata yang dibuat dengan substrat
air kelapa yang disebut nata de coco. Pemanfaatan air cucian beras sebagai bahan
baku pembuatan nata de lerry belum banyak dilakukan. Nata dari air cucian beras
ini dapat menjadi salah satu alternatif produk pangan berserat tinggi dan
menyehatkan, mengingat dalam air cucian beras masih mengandung karbohidrat
dan vitamin yang tinggi. Disamping itu hasil pengolahan air cucian beras ini akan
tidak hanya sekedar memenuhi baku mutu pembuangan saja namun dapat
dijadikan produk yang bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomis (Rachmat, A.,
& Agustina F. 2007).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan dari penelitian
ini adalah:
1. Apakah terdapat perbedaan karakter fisik dari nata de lerry yang dihasilkan
dengan penambahan kadar gula yang berbeda?
2. Bagaimanakah organoleptik nata de lerry?
3. Bagaimanakah tingkat kesukaan (hedonic) responden terhadap nata de lerry
yang dihasilkan?
4
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perbedaan karakter fisik nata de lerry yang dihasilkan
dengan penambahan kadar gula yang berbeda.
2. Mengetahui hasil uji organoleptik nata de lerry.
3. Mengetahui tingkat kesukaan (hedonic) responden terhadap nata de lerry
yang dihasilkan.
D. Manfaat
Manfaat penelitian ini antara lain :
1. Mendapatkan pengetahuan tentang pemanfaatan air cucian beras sebagai
substrat pembuatan nata.
2. Dapat menjadi alternatif substrat produksi nata.
3. Memperkenalkan jenis produk nata selain nata de coco