BAB I

15

Click here to load reader

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Penerapan prinsip-prinsip good governance dalam penyelenggaraan negara tidak bisa dilepaskan dari masalah akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan negara. Untuk mendukung terpenuhinya unsur akuntabilitas dan transparansi, negara telah menghasilkan berbagai produk perundangan yang juga merupakan wujud dari kehendak untuk melaksanakan reformasi di bidang keuangan negara sekaligus menuntut suatu transformasi dan perubahan mendasar di bidang pengelolaan keuangan negara. Produk perundangan terakhir di bidang pengawasan pengelolaan keuangan negara yang diundangkan pemerintah pada akhir Agustus lalu adalah Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

Kewenangan otonomi daerah harus dilaksanakan secara bertanggung jawab. Artinya sebagai konsekuensi dari pemberian hak dan kewenangan, penyelenggara pemerintahan dituntut melaksanakan tugas dan kewajiban secara profesional agar tujuan otonomi daerah dapat terwujud penuh. Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya penyelenggara pemerintahan harus sadar untuk tidak hanya berorientasi pada hasil tetapi juga pada kebenaran dan kewajaran dalam proses pencapaiannya. Setiap upaya yang menggunakan sumber daya manusia, perlu diselenggarakan secara transparan. Penyelenggaraan pemerintahan daerah yang bertanggung jawab dan transparan akan menumbuhkan rasa percaya masyarakat pada pemerintah daerah.

Penyelenggaraan pemerintahan negara yang memenuhi kriteria good governance memerlukan pengawasan memadai baik yang dilakukan secara internal maupun secara eksternal. Pengawasan internal dilakukan oleh unit pengawasan yang berada di dalam lingkup organisasi yang bersangkutan, sedangkan pengawasan eksternal dilakukan oleh unit pengawasan di luar organisasi yang bersangkutan. Dalam konteks pemerintahan negara Republik Indonesia, pengawasan internal dilakukan oleh Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP), yang di dalamnya terdiri atas Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal Kementerian/Lembaga, Inspektorat/Bawasda Provinsi, dan Inspektorat/Bawasda Kabupaten/Kota. Di sisi lain, pengawasan eksternal dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Selaras dengan amandemen UUD 1945 dan UU Keuangan Negara, Badan Pemeriksa Keuangan telah diperkuat posisinya sebagai salah satu pilar kehidupan bernegara. Pilar ini adalah auditor eksternal satu-satunya. Ini berarti, pilar audit sektor publik telah mendapatkan pengakuan yang tegas dan jelas dalam perundang-undangan negara ini (Bastian, 2003:V).

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selaku pengawas eksternal senantiasa menguji “kekuatan” SPI ini di setiap pemeriksaan yang dilakukannya untuk menentukan luas lingkup (scope) pengujian yang akan dilaksanakannya. Beberapa lembaga pemantau (watch) juga mengkritisi lemahnya SPI yang diterapkan di pemerintahan, sehingga membuka peluang yang sangat besar bagi terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan anggaran (APBN/APBD).

Selama empat tahun berturut-turut (2004-2007), Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) mendapatkan opini disclaimer dari BPK. Hal ini diantaranya disebabkan karena pemerintah tidak bisa memberikan keyakinan yang memadai pada keandalan pelaporan keuangannya. Hal-hal lain yang masih diragukan dalam LKPP mencakup

1

Page 2: BAB I

pengelolaan aset negara dan pelaksanaan kegiatan dan anggaran secara tertib, efektif, dan efisien. Salah satu faktor kunci penyebab hal ini adalah karena pemerintah belum memiliki sistem pengendalian intern sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 58 ayat (1) dan ayat (2) UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Dalam penerapannya, aparat pengawasan internal tidak memiliki kesempatan untuk melakukan review sebelum LKPP diperiksa oleh BPK. Padahal, aparat pengawasan internal dapat menjalankan fungsi quality assurance agar kualitas LKPP menjadi lebih optimal.

Hal yang tidak terlalu berbeda terjadi pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah yang laporan keuangannya mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian hanyalah segelintir jumlahnya dari seluruh Pemerintah Daerah di negara ini. Tanpa proses review oleh Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP), tidak ada deteksi dini atas potensi ketidakwajaran laporan keuangan dan kualitas laporan keuangan pemerintah menjadi dipertanyakan.

Solusi terhadap hal ini dituangkan dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Sekarang laporan keuangan pemerintah harus melalui proses review yang dilakukan oleh APIP. APIP di berbagai jenjang pemerintahan menjalankan fungsi quality assurance yang memastikan kualitas laporan keuangan pemerintah dapat diyakini secara memadai.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, dalam penelitian ini penulis mengemukakan rumusan masalah yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung ?2. Bagaimana pengendalian internal di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung sebelum penerapan Peraturan

Pemerintah No. 60 Tahun 2008 ?3. Bagaimana pengendalian internal di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung setelah penerapan Peraturan

Pemerintah No. 60 Tahun 2008 ?

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN1.3.1. MAKSUD PENELITIAN

Maksud dari penelitian ini adalah mengetahui sejauh mana penerapan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, serta pengaruhnya bagi pengendalian internal baik sebelum maupun setelah penerapan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008.

1.3.2. TUJUAN PENELITIANAdapun tujuan yang ingin dicapai penulis adalah :1. Mengetahui dan menganalisis penerapan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 di Dinas Kesehatan

Kabupaten Bandung.2. Mengetahui pengendalian internal di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung sebelum penerapan Peraturan

Pemerintah No. 60 Tahun 2008.

2

Page 3: BAB I

3. Mengetahui pengendalian internal di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung setelah penerapan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 .

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam aspek teoritis (keilmuan) yaitu bagi perkembangan Ilmu Ekonomi Akuntansi, khususnya pada bidang Akuntansi Sektor Publik, melalui pendekatan serta metode-metode yang digunakan terutama dalam upaya menggali pendekatan-pendekatan baru dalam aspek pengendalian internal, sehingga diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi para akademisi dalam mengembangkan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah.

2. Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan sumbangan dalam aspek praktis (guna laksana) yaitu untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam mengembangkan sistem pengendalian internal yang lebih baik, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008.

3. Hasil penelitian ini diharapkan juga sebagai informasi atau acuan dan sekaligus untuk memberikan rangsangan dalam melakukan penelitian selanjutnya tentang pengendalian internal mengingat masih banyak yang dapat dikembangkan dalam pengendalian internal di pemerintahan demi menuju Good Government Governance.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1. KAJIAN PUSTAKA1.1.1. KONSEP SPIP DALAM PP NO.60/2008

Dalam pasal 1 PP No. 60 Tahun 2008, Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP, adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

PP No. 60/2008 ini terdiri dari empat bab dan 61 pasal. Keempat bab tsb adalah Bab 1: Ketentuan Umum, Bab 2: Unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah; Bab 3: Penguatan Efektifitas Penyelenggaraan SPIP; dan Bab 4: Ketentuan Penutup serta dilengkapi dengan penjelasan dan lampiran berupa Daftar Uji Pengendalian Intern Pemerintah.

3

Page 4: BAB I

Pasal 60 dan 61 berbunyi:

Ketentuan mengenai SPIP di lingkungan pemerintah daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur atau Peraturan Bupati/Walikota dengan berpedoman pada Perturan Pemerintah ini.

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Dalam penjelasan PP No.60/2008 dijabarkan latar belakang dan arti penting penerbitan peraturan yang mengatur “urusan internal” Pemerintah dan Pemda ini. Terkait dengan pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, yang diatur dalam UU No.15/2004 disebutkan bahwa:

Dalam rangka pemeriksaan keuangan dan/atau kinerja, pemeriksa melakukan pengujian dan penilaian atas pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah. (Pasal 11 UU No.15/2004)

Pada bagian lain UU tersebut dinyatakan bahwa BPK dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah. Dalam hal ini, laporan hasil pemeriksaan intern pemerintah wajib disampaikan kepada BPK. (Pasal 9 UU No.15/2004).

Unsur Sistem Pengendalian Intern dalam Peraturan Pemerintah ini mengacu pada unsur Sistem Pengendalian Intern yang telah dipraktikkan di lingkungan pemerintahan di berbagai negara, yang meliputi:

Lingkungan pengendalian. Pimpinan Instansi Pemerintah dan seluruh pegawai harus menciptakan dan memelihara lingkungan dalam keseluruhan organisasi yang menimbulkan perilaku positif dan mendukung terhadap pengendalian intern dan manajemen yang sehat.

Penilaian risiko. Pengendalian intern harus memberikan penilaian atas risiko yang dihadapi unit organisasi baik dari luar maupun dari dalam.

Kegiatan pengendalian. Kegiatan pengendalian membantu memastikan bahwa arahan pimpinan Instansi Pemerintah dilaksanakan. Kegiatan pengendalian harus efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan organisasi.

Informasi dan komunikasi. Informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada pimpinan Instansi Pemerintah dan pihak lain yang ditentukan. Informasi disajikan dalam suatu bentuk dan sarana tertentu serta tepat waktu sehingga memungkinkan pimpinan Instansi Pemerintah melaksanakan pengendalian dan tanggungjawabnya.

Pemantauan. Pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja dari waktu ke waktu dan memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya dapat segera ditindaklanjuti.

4

Page 5: BAB I

Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern dilakukan pengawasan intern dan pembinaan penyelenggaraan SPIP. Pengawasan intern merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengendalian intern yang berfungsi melakukan penilaian independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. Lingkup pengaturan pengawasan intern mencakup kelembagaan, lingkup tugas, kompetensi sumber daya manusia, kode etik, standar audit, pelaporan, dan telaahan sejawat. Pembinaan penyelenggaraan SPIP meliputi penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan, sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, dan pembimbingan dan konsultansi SPIP, serta peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern pemerintah.

Kegiatan pengendalian sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 ayat (1) PP No. 60/2008 terdiri atas:

1. Reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan;2. Pembinaan sumber daya manusia;3. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;4. Pengendalian fisik atas aset;5. Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;6. Pemisahan fungsi;7. Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;8. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;9. Pembatasan aksesatas sumber daya dan pencatatannya;10. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan11. Dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting.

2.2. KERANGKA PEMIKIRAN

Penyelenggaraan pemerintahan negara yang memenuhi kriteria good governance memerlukan pengawasan memadai baik yang dilakukan secara internal maupun secara eksternal.

Undang-undang di bidang keuangan negara membawa implikasi perlunya sistem pengelolaan keuangan negara yang lebih akuntabel dan transparan. Hal ini baru dapat dicapai jika seluruh tingkat pimpinan menyelenggarakan kegiatan pengendalian atas keseluruhan kegiatan di instansi masing-masing. Dengan demikian maka penyelenggaraan kegiatan pada suatu Instansi Pemerintah, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, sampai dengan pertanggungjawaban, harus dilaksanakan secara tertib, terkendali, serta efisien dan efektif. Untuk itu dibutuhkan suatu sistem yang dapat memberi keyakinan memadai bahwa penyelenggaraan kegiatan pada suatu Instansi Pemerintah dapat mencapai tujuannya secara efisien dan efektif, melaporkan pengelolaan keuangan negara secara andal, mengamankan aset negara, dan mendorong ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem ini dikenal sebagai Sistem Pengendalian Intern yang dalam penerapannya harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan serta mempertimbangkan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah tersebut.

5

Page 6: BAB I

Pasal 58 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara memerintahkan pengaturan lebih lanjut ketentuan mengenai sistem pengendalian intern pemerintah secara menyeluruh dengan Peraturan Pemerintah.

Sistem Pengendalian Intern dalam Peraturan Pemerintah ini dilandasi pada pemikiran bahwa Sistem Pengendalian Intern melekat sepanjang kegiatan, dipengaruhi oleh sumber daya manusia, serta hanya memberikan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan mutlak.

Berdasarkan pemikiran tersebut, dikembangkan unsur Sistem Pengendalian Intern yang berfungsi sebagai pedoman penyelenggaraan dan tolok ukur pengujian efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern. Pengembangan unsur Sistem Pengendalian Intern perlu mempertimbangkan aspek biaya-manfaat (cost and benefit), sumber daya manusia, kejelasan kriteria pengukuran efektivitas, dan perkembangan teknologi informasi serta dilakukan secara komprehensif.

2.3. HIPOTESISDari teori dan kerangka pemikiran penelitian yang dikemukakan di atas, maka diambil dugaan sementara

atau hipotesis sebagai berikut:“Terdapat hubungan positif antara penerapan Undang-undang No. 60 Tahun 2008 terhadap kualitas

pengendalian internal pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung”.

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. OBJEK PENELITIANDilihat dari apa yang diteliti, ada dua kelompok variabel yang dijadikan objek peneltian yang terdiri dari 1

(satu) variabel bebas dan 1 (satu) variabel terikat, yaitu:

6

1. Azas keseimbangan (checks and balances)dalam penganggaran

2. Penerapan tata kepemerintahan yang baik

(good governance)3. Komitmen dalam

menggunakan sumber daya yang terbatas.

Melahirkan sejumlah produk

hukum yang melandasi perubahan menuju era

reformasi yang mengedepankan: disiplin,

kesinambungan, transparan,

effisien, dan akuntabel.

Page 7: BAB I

a. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lainnya, yaitu: Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 (X).

b. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi variabel lainnya, yaitu pengendalian internal di SKPD DInas Kesehatan Kabupaten Bandung (Y).

Objek penelitian sebagai unit analisisnya adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung yang berlokasi di Soreang Jawa Barat.

3.2. METODE PENELITIAN3.2.1. DESAIN PENELITIAN

Berdasarkan variable-variabel yang diteliti maka jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. Sugiyono (2003:11), mengemukakan bahwa “penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran dari variable penelitian”. Hal serupa dikemukakan oleh Traver Travens dalam Husein Umar (2001:21):

Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri, baik satu variable atau lebih ( independent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variable lain. Husein Umar (2001:21)

Melalui jenis penelitian deskriptif maka dapat diperoleh deskripsi mengenai 1) Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang pengendalian internal terhadap pengendalian internal di SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung.

Jenis penelitian komparatif membandingkan apakah ada perubahan keadaan sebelum dan setelah penerapan Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2008 terhadap pengendalian internal di SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung.

Oleh karena jenis penelitian yaitu penelitiannya deskriptif dan komparatif maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory survey.

Menurut Naresh K. Malhotra (2004:196) berpendapat bahwa, “Metode survey adalah kuesioner terstruktur yang diberikan ke responden yang dirancang untuk mendapatkan informasi spesifik.

Penelitian dilakukan satu kali dan dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, maka metode yang digunakan adalah cross sectional. Cross sectional adalah salah satu rancangan riset yang terdiri dari pengumpulan informasi mengenai sampel tertentu dari elemen populasi hanya satu kali. Cross sectional dapat bersifat cross sectional tunggal dan cross sectional majemuk. Dalam cross sectional tunggal hanya satu sampel responden diambil dari populasi sasaran, dan informasi hanya didapatkan satu kali dari responden ini. Sedangkan dalam cross sectional majemuk ada dua atau lebih sample responden, dan informasi mengenai masing-masing diambil satu kali. (Malhotra, 2004:95-96).

7

Page 8: BAB I

3.2.2. DEFINISI DAN OPERASIONALISASI VARIABELUntuk mendefinisikan suatu variabel yang terkait dengan penelitian maka dibuat beberapa pengertian

batasan operasional yaitu:a. Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara

terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

b. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

3.2.3. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

Dalam suatu penelitian dibutuhkan suatu populasi yang akan meliputi karakteristik dari objek yang diteliti. Menurut Sugiyono (1999:72) populasi mempunyai arti sebagai berikut:

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 1999:72).

Populasi dalam penelitian ini adalah data sistem pengendalian internal di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung selama lima tahun. Untuk sampelnya yaitu data sebelum diterapkannya PP No.60/2008 dan sesudah diterapkannya PP No.60/2008 yang terdapat pada rentang waktu 2005-2009. Teknik sampel yang digunakan adalah simple random sampling.

3.2.4. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dan informasi sebagai materi pendukung dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Studi dokumentasi, adalah pengumpulan data dengan cara membaca dan mencatat dokumen-dokumen.b. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung tentang

pengendalian internal.c. Wawancara, yaitu cara pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab secara langsung kepada

karyawan Dinas Kesehatan.d. Kuisioner, yaitu teknik pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat daftar pertanyaan tertulis

secara lengkap tentang masalah yang akan dibahas, mengenai faktor yang mempengaruhi pengendalian internal yang ditujukan kepada yang bersangkutan.

3.2.5. PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS3.2.5.1. PENGUJIAN VALIDITAS

8

Page 9: BAB I

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan kevalidan dari suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrument yang kurang memiliki validitas rendah.

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung kevalidan dari suatu instrument adalah rumus korelasi product moment, yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut:

r=N ∑ XY−(∑ X ×∑Y )

√ (N ∑ X2−(∑ X ))×(N ∑Y

2− (∑Y ))Keterangan :

r = Koefisien Korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan.

X = Variabel bebas (dependent variable)

Y = Variabel tidak bebas (independent variable)

Keputusan penguji validitas item instrumen, adalah sebagai berikut :

Item pertanyaan yang diteliti dikatakan valid jika rhitung > rtabel

Item Pertanyaan yang diteliti dikatakan valid jika rhitung < rtabel

3.2.5.2. PENGUJIAN RELIABILITAS

Reliabilitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjukkan tingkat keterandalan tertentu (Suharsimi Arikunto, 2002:145).

Jika suatu instrument dapat dipercaya maka data yang dihasilkan oleh instrument tersebut dapat dipercaya. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas adalah teknik koefisian Cronbach

alpha, yaitu: c∝=( k

k−1 )(1−∑i=1

k

sx i

2

s y2 )

Keterangan :

k = Jumlah item dalam skala

sxi

2 = Variansi skor setiap item.

Penelitian dengan menggunakan pengujian Spearman Brown, mengharuskan butir-butir instrument dibelah menjadi dua kelompok, yaitu instrument ganjil dan instrument genap. Kemudian skor data tiap

9

Page 10: BAB I

kelompok disusun sendiri dan kemudian skor total antara kelompok ganjil dan genap dicari korelasinya (Suharsimi Arikunto,2002:156).

3.2.6. TEKNIK ANALISIS DATA

a. Analisis KuantitatifAnalisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang bersifat bilangan atau berupa angka-angka. Sumber data

yang digunakan dari penelitian ini adalah penarikan data primer pada variabel PP No.60/2008, dan pengendalian internal di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung dengan menggunakan kuisioner. Data tersebut dikuantitatifkan dengan memberikan skor pada masing-masing jawaban responden (Sugiono, 2002:86).

1). Analisis Regresi LinierAnalisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas dengan tujuan untuk memprediksi nilai rata-rata variabel terikat berdasarkan nilai variabel bebas yang diketahui (Gozhali, 2001:43).

Persamaan garis regresi linier dapat ditulis sebagai berikut:

Y = a +bX

Dimana :

Y = SPIP di Dinkes Kabupaten Bandung

a = Nilai konstanta

X = PP N0. 60/2008 tentang SPIP

Kriteria yang digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya hubungan yang terjadi antara variabel sebagai berikut (Riduwan, 2005 : 228) :

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 = Sangat rendah

0,20-0,399 = Rendah

0,40-0,599 = Cukup

0,60-0,799 = Kuat

0,80-1,000 = Sangat Kuat

2). Uji Signifikansi (Uji Statistik F)Dipergunakan untuk menguji nyata tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terkait (Imam Ghozali, 2001 : 46).

Langkah – langkah :

a). Menentukan formulasi hipotesisDalam menentukan formulasi harus disesuaikan dengan bunyi hipotesis

10

Page 11: BAB I

F-tabel

Daerah Penerimaan Ho

Daerah Penolakan Ho

Ho : b1 = 0 artinya tidak ada pengaruh yang positif antara Peraturan Pemerintah no. 60 tahun 2008 tentang sistem pengendalian internal terhadap pengendalian internal pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung.

Ho : b1, b2 > 0 artinya ada pengaruh yang signifikan antara Peraturan Pemerintah no. 60 tahun 2008 tentang sistem pengendalian internal terhadap pengendalian internal pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung.

b). Ketentuan PengujianDengan menggunakan derajat kepercayaan 5 % atau apabila alpha 5 %, maka F – table : F0, 05 ; (k; n-k-1).

c). Kriteria penerimaan atau penolakan HoHo diterima apabila F – hitung ≤ F – table

Ho ditolak apabila F – hitung > F – table.

d). Penentuan nilai F – hitung

F-hit =

R2/k(1−R2)/ (n−k−1 )

Keterangan :

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel bebas

R = kuadrat koefisien korelasi berganda.

e). Menggambar daerah penolakan Ho dan Penerimaan HoGambar 2

Daerah Penolakan Ho dan Penerimaan Ho

f). Penarikan KesimpulanOleh karena F-hitung terletak pada daerah penolakan H0 berarti PP No.60/2008 (X) berpengaruh terhadap SPIP di Dinkes Kabupaten Bandung (Y), bukan didapat secara kebetulan.

11

Page 12: BAB I

Semua perhitungan rumus tersebut akan dibantu pengolahannya dengan Program SPSS (Statistical Product and Service Solution) for Windows Version 12.

12