BAB I
-
Upload
muhammad-jahari-supianto -
Category
Documents
-
view
20 -
download
1
Transcript of BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
Pemicu 4
Seorang laki-laki, 35 tahun datang ke RS karena badan makin lemas sejak satu minggu ini.
Sejak satu bulan ini nafsu makan makin berkurang, meriang, dan menjadi kurus. Pasien
adalah pengguna narkoba suntik.
Pemeriksaan fisik: berat badan 38 kg, tinggi 160 cm, sadar, konjungtiva pucat, mata kuning,
suhu 38oC.
Kata kunci
1. Pengguna narkoba suntik
2. Nafsu makan menurun
3. Badan lemas
4. Mata kuning
5. Konjungtiva pucat
6. Mering
7. Kurus
Rumusan masalah
Laki-laki 35 tahun pengguna narkoba suntik badan lemas sejak 1 minggu yang lalu didahului
dengan penurunan berat badan, mata kuning dan konjungtiva pucat.
Hipotesis
Laki-laki 35 tahun diduga mengalami hepatitis dan perlu dilakukan pemeriksaan penunjang.
Pertanyaan diskusi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Bagaimana anatomi hati ?
2. Bagaimana fisiologi hati?
2.3. FISIOLOGI HATI
Hati adalah kelenjar terbesar dalam tubuh, berat rata-rata sekitar 1500 gr atau 2%
berat badan orang dewasa normal. Hati merupakan organ lunak yang lentur dan terbentuk
oleh struktur sekitarnya. Bagian bawah hati berbentuk cekung dan merupakan atap dari ginjal
kanan, lambung, penkreas, dan usus. Hati memiliki dua lobus utama yaitu kanan dan kiri.
Setiap lobus terbagi menjadi struktur-struktur yang disebut sebagai lobules, yang merupakan
mikroskopis dan fungsional organ. Hati manusia memiliki maksimal 100.000 lobulus.
Diantara lempengan sel hati terdapat kapiler-kapiler yang disebut sebagai sinusoid
yang merupakan cabang vena porta dan arteria hepatica. Tidak seperti kapiler lain, sinusoid
dibatasi oleh sel fagositik atau sel kupffer. Sel Kupffer merupakan system monosy makrofag,
dan fungsi utamnya adalah menelan bakteri dan benda asing lain dalam darah. Sejumlah 50%
makrofag dalam hati adalah sel Kupffer; sehingga hati merupakan salah satu organ penting
dalam pertahanan melawan infasi bakteri dan agen toksik.
Hati memiliki dua sumber suplai darah dari saluran cerna dan limpa melalui vena
porta hepatica, dan dari aorta melalui arteri hepatica. Sekitar sepertiga darah yang masuk
adalah darah arteria dan dua pertiganya adalah darah vena dari vena porta. Volume total
darah yang melewati hati setiap menitnya adalah 1500 ml dan dialirkan melalui vena hepatica
kanan dan kiri, yang selanjutnya bermuara pada vena cava inferior. Selain merupakan organ
prenkim yang paling besar. Hati sangat penting untuk mempertahankan hidup dan berperan
dalam hampir setiap fungsi metabolic tubuh, dan terutama bertangung jawab atas lebih dari
500 aktivitas berbeda.
Fungsi utama hati adalah membentuk dan mengekskresikan empedu. Hati berperan
penting dalam metabolism tiga makronutrien yang dihantarkan oleh vena porta pasca
absorpsi dari usus. Fungsi metaboplisme hati yang lain adalah metabolism lemak; penimbun
vitamin, besi, dan tembaga; konjugasi dan ekskresi steroid adrenal dan gonad, serta
detoksifikasi sejumlah zat endogen (indol, skatol, dan fenol yang dihasilkan oleh kerja
bakteri pada asam amino dalam usus besar) dan zat eksogen (morfin, fenobarbital). ( Price &
Wilson,1995:426-427)
Hati mempunyai fungsi yan sangat beraneka ragam. Sirkulasi vena porta yang
menyuplai 75% dari suplai asinus memegang peranan penting dalam fisiologi hati terutama
dalam ha metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Telah dibuktikan bahwa zona-zona
hepatosit yang memperoleh oksigenasi lebih baik .
Fungsi utama hati adalah pembentukan dan ekskresi empedu. Hati mengekskresi
empedu sebanyak 1 liter per hari kedalam usus halus. Unsur utama empedu adalah air,
elektrolit, garam empedu. Walaupun bilirubin merupakan hasil akhir metabolisme dan secara
fisiolois tidak mempunyai peranan aktif, tapi penting sebagai indikator penyakit hati dan
saluran empedu, karena bilirubin dapat memberi warna pada jaringan dan cairan yang
berhubungan dengannya.
Hasil metabolisme monosakarida dari usus halus diubah menjadi glikogen dan
disimpan dihati (glukogenesis). Dari depot glikogen ini disuplai glukosa secara konstan ke
darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sebagian glukosa dimetabolisme dalam jaringan
untuk menghasilkan tenaga dan sisanya diubah menjadi glikogen ( yang disimpan dalam otot)
atau lemak ( yang disimpan dalam jaringan subkutan)
Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah menghasilkan protein plasma berupa
albumin (yang diperlukan untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid) , protrombin,
fibrinogen, faktor bekuan lain. Fungsi hati dalam metabolisme lemak menghasilkan
lipoprotein, kolesterol, fosfolipid dan asam asetoasetat.
2.3.1. Regenerasi hati
Berbeda dengan organ padat lainnya, hati orang dewasa tetap mempunyai
kemampuan untuk beregenerasi. Ketika kemampuan hepatosit untuk beregenerasi sudah
terbatas, maka sekelompk sel pluripotensial oval yang berasal dari duktulus-duktulus
empedu akan akan berproliferasi sehingga terbentuk kembali sel-sel hepatosit dan sel-sel
bilier yang tetap mempunyai kemampuan untuk beregenerasi.
2.3.2. Imunologi
Hati mempunyai komponen sentral sistem imun. Sel kupffer yang meliputi 15% dari
massa hati serta 80% dari total populasi fagosit tubuh merupakan sel yang sangat penting
untuk menanggulangi antigen yang berasal dari luar tubuh dan mempresentasikan antigen
tersebut kepada limfosit.
3. Bagaimana biokimia hati?
4. Bagaimana histopatologi penyakit hati?
2.4. HISTOPATOLOGI PENYAKIT HATI
Histopatologi penyakit hati berkaitan erat dengan arsitektur lobular hati. Arsitektur
lobular merupakan model hati yang dibagi menjadi lobus-lobus berbentuk heksagonal
dengan pusat vena sentral dan memiliki porta triad pada bagian perifer. Hepatosit yang dekat
dengan vena sentral disebut centrilobular, sedangkan yang dekat dengan porta triad disebut
periportal.
Gambar skematik dari lobus hepar, tampak vena sentral berada di pusat lobus dengan tiga
porta triad yang berada di perifer lobus, (gambar dimodifikasi dari Tortora GJ, Derrickson B:
The digestive system. Principles of anatomy and physiology, ed 12, Danver, 2009, John
Wiley & Sons, Inc.)
Hepar memiliki pola respons selular dan jaringan yang relative terbatas terhadap suatu jejas.
Beberapa respons yang paling umum adalah (1) degenerasi hepatosit dan akumulasi
intraselular, (2) nekrosis hepatosit dan apoptosis, (3) inflamasi, (4) regenerasi, dan (5)
fibrosis.
Hepatitis akut memiliki gambaran mikroskopis: edem menyebar (ballooning degeneration),
nekrosis dan apoptosis hepatosit oleh stressor seperti pada kasus infeksi viral, dan terlihat
kumpulan sel-sel Kupffer serta infiltrat sel-sel radang akut di porta triad.
Diagram yang merepresentasikan gambaran mikroskopis dari hepatitis akut, tampak juga
perubahan seperti perlemakan hati pada kasus infeksi HCV dan cholestasis dengan plak
empedu di kanalikuli serta pigmen coklat pada hepatosit (gambar dimodifikasi dari Crawford
JM, Liu C: Liver and biliary tract. Robbins and cotran pathologic basis of disease, 8 ed.
Philadelphia, 2010, Elsevier.)
Hepatitis kronik memiliki gambaran mikroskopis: inflamasi terbatas pada portal triad yang
mengandung sel-sel radang kronik dan terlihat deposisi jaringan fibrosa. Jaringan fibrosa
awalnya hanya terlihat pada porta triad, kemudian berkembang pada septa, diikuti linkage
antara porta triad oleh septa fibrosa. Arsitektur hepar umumnya masih dapat dipertahankan.
Diagram yang merepresentasikan gambaran mikroskopis dari hepatitis kronis, tampak juga
perubahan seperti perlemakan hati pada kasus infeksi HCV dan perubahan seluler pada kasus
infeksi HBV-Ground-glass cells. Tanda utama hepatitis dikatakan kronis adalah ketika terjadi
peningkatan fibrosis (gambar dimodifikasi dari Crawford JM, Liu C: Liver and biliary tract.
Robbins and cotran pathologic basis of disease, 8 ed. Philadelphia, 2010, Elsevier.)
Sirosis hepar memiliki gambaran mikroskopis: bridging fibrous merupakan fibrosa septa
yang menghubungkan antar porta triad atau dengan vena sentral, nodul parenkimal
diffuse yaitu nodus yang berisi hepatosit yang dilingkupi fibrosis dengan ukuran
bervariasi dari kecil/mikronodul hingga besar/makronodul, dan kerusakan mikroarsitektur
dari hepar
.
Gambar sirosis hati terlihat banyak makronodul yang disertai dengan kerusakan
mikroarsitektur hepar dan terjadi fibrosis (gambar dimodifikasi dari Crawford JM, Liu C:
Liver and biliary tract. Robbins and cotran pathologic basis of disease, 8 ed.
Philadelphia, 2010, Elsevier.)
Perlemakan hati/Hepatic Steatosis memiliki gambaran mikroskopik: perubahan hepatosit
berisi droplet lipid baik dalam bentuk mikrovesikel maupun makrovesikel. Merupakan
tahap yang reversible dan dapat pulih jika intake alcohol dihentikan.
Gambar perlemakan hati pada individu alkoholik, tampak lipid dalam sel-sel hepatosit
baik dalam bentuk mikrovesikel (inti hepatosit ditengah) dan bentuk makrovesikel (inti
terdesak ke perifer), pada kasus hepatic steatosis jarang sekali terjadi fibrosis. Secara
makroskopis terjadi peningkatan massa hati karena akumulasi lemak. (gambar
dimodifikasi dari Crawford JM, Liu C: Liver and biliary tract. Robbins and cotran
pathologic basis of disease, 8 ed. Philadelphia, 2010, Elsevier.)
Hepatitis alcoholic/Alcoholic Steatohepatitis memiliki gambaran mikroskopis: edem dan
nekrosis hepatosit, terdapat badan Mallory, terjadi reaksi radang yang ditandai dengan
akumulasi sel-sel neutrofil, dan terjadi fibrosis (bedakan dengan perlemakan hati yang
tidak mengalami peradangan dan fibrosis)
Gambar menunjukkan badan Mallory pada hepatosit yang eosinofilik yang dikelilingi
oleh jaringan fibrosa (gambar dimodifikasi dari Crawford JM, Liu C: Liver and biliary
tract. Robbins and cotran pathologic basis of disease, 8 ed. Philadelphia, 2010, Elsevier.)
SEL-SEL HEPAR DAN ORGANISASINYA
Sel-sel hepar dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok:
1. Sel-sel parenkimal termasuk hepatosit (paling dominan 60% dari total sel hati)
dan cholangiosit.
a. Hepatosit
Hepatosit merupakan sel besar polyhedral berdiameter 20 – 30 µm,
memiliki aktivitas sintesis dan metabolic yang tinggi, serta kaya akan
organel. Hepatosit memiliki inti binukleat, dan memiliki tiga domain
berbeda: (1) sinusoidal surface, (2) canalicular surface, dan (3)
contiguous surface. Batas antara permukaan sinusoidal dengan sel
hepatosit memiliki ruang Disse/Space of Disse, terdapat sel Stellate yang
memiliki peran klinis dalam proses fibrosis pada hati. Berikut diagram
skematik dari hepatosit:
(Gambar dimodifikasi dari Misdraji J: Liver physiology and energy
metabolism. Sleisenger and fordtran’s gastrointestinal and liver disease,
9 ed. Philadelphia, 2010, Elsevier.)
b. Cholangiosit
Cholangiosit merupakan sel-sel epitel dari bile duct dan berperan dalam
proses absorpsi dan sekresi dari komponen garam empedu dan regulasi
komposisi matriks ekstraseluler hati.
2. Sel-sel sinusoidal yang diterdiri dari sel endothelial sinusoid hepar/hepatic
sinusoidal endothelial cells dan sel Kupffer/hepatic macrophages.
a. Hepatic Sinusoidal Endothelial Cells (HSECs)
HSECs merupakan sel-sel yang terdapat pada sinusoid hati dan
berkontribusi menyusun 20% sel dari total sel hati. Sel ini memiliki
gambaran mikroskopik yang untuk yaitu adanya struktur porus/fenestrae.
Meskipun menyusun sinusoid, namun HSECs tidak seperti sel-sel
endothelial yang memiliki intraselular junction dan hanya sekedar
tumpang tindih antara satu dengan yang lain. Struktur seperti inilah yang
menungkinkan plasma untuk masuk ke ruang Disse dan berkontak
dengan permukaan sinusoid hepatosit.
b. Sel Kupffer
Sel Kupffer merupakan sel makrofag hati yang berasal dari sumsum
tulang atau monosit yang berfungsi untuk fagositosis benda asing yang
masuk dari darah vena porta dari usus. Sel ini terletak di lumen
sinusoidal dan berkontak langsung dengan sel-sel endothelial. Sel
Kupffer mensekresikan mediator vasoactive yang berperan dalam
mekanisme pertahanan dan proses patofisiologi dalam beberapa penyakit
hepar
3. Sel-sel perisinusiodal yang terdiri atas sel stellata/hepatic stellate cells dan sel
pit.
a. Hepatic Stellate Cells (HSCs)
HSCs juga dikenal dengan sel Ito, berfungsi dalam penyimpanan vitamin
A, lemak sehingga disebut juga liposit hati. HSCs meng-ekspresikan
retinol-binding protein (RBP) yang memediasi proses endositosis vitamin
A. Sel ini memiliki peranan penting dalam fibrogenesis, aktivasi HSCs
menjadi myofibroblast oleh mediator inflamasi memulai fibrogenesis.
Pada hati normal, kolagen interstisial (tipe I dan III) disimpan di porta
triad dan sekitar vena sentral, sedangkan kolagen tipe IV terdeposisi di
ruang Disse. Keadaan sirosis, terjadi deposisi kolagen tipe I dan III di
ruang Disse.
b. Sel Pit
Sel Pit merupakan sel Natural Killer di hati yang terletak berdekatan
dengan sel Kupffer. Bersama dengan sel Kupffer, memiliki peranan imun
pada hati.
Misdraji J: Liver physiology and energy metabolism. Sleisenger and fordtran’s
gastrointestinal and liver disease, 9 ed. Philadelphia, 2010, Elsevier.
Hepatitis secara terminology berarti peradangan pada organ hati. Etiologi dari hepatitis
sangat bervariasi yaitu infeksi, penyakit autoimun, riwayat penggunaan obat dan toksin,
kelainan metabolic hati, kelainan sirkulasi, dan keganasan. Secara klinis, hepatitis akibat
infeksi virus yang paling banyak ditemukan.
Viral hepatitis merupakan istilah untuk infeksi hepar oleh kelompok virus yang bersifat
tropis di hari/hepatotropic virus yang terdiri dari virus hepatitis A, B, C, D, dan E. Virus
ini memiliki affinitas tertentu terhadap hati dibandingkan organ lainnya. Pembagiannya
dapat dilihat pada tabel berikut ini
3. Jelaskan penyakit hati akibat obat dan toksin!
4. Bagaimana proses terjadinya ikterus?
2.6. Ikterus
Ikterus adalah diskolorisasi kuning kulit dan sklera (jaundice) terjadi jika
retensi sistemik bilirubin menyebabkan peningkatan kadar serum melebihi 2 mg/dl,
dengan angka normal untuk orang dewasa adalah kurang dari 1,2 mg/dl.
Patofisiologi ikterus
Bilirubin tak terkonjugasi dan bilirubin glukuronida dapat menumpuk
secara sistemik dan mengendap dalam jaringan, menimbulkan warna kuning ikterus.Hal
ini terutama jelas dalam menguningnya sklera (ikterus).
Terdapat dua perbedaan patofisiologis penting antara kedua bentuk bilirubin.
Bilirubin tak terkonjugasi berikatan dengan albumin serum dan dan pada dasarnya
tidak larut air pada pH fisiologis. Bentuk ini tidak dapat dieksresikan dalam urine
walaupun kadar dalam darah tinggi. Secara normal, sejumlah kecil bilirubin tak-
terkonjugasi terdapat sebagai anion bebas-albumin di plasma. Fraksi bilirubin tak-
terikat ini dapat berdifusi ke dalam jaringan (terutama otak bayi) dan menimbulkan
cedera toksik. Fraksi plasma yang tak-terikat dapat meningkat pada penyakit hemolitik
yang parah atau jika obat pengikat protein menggeser bilirubin dari albumin. Oleh karena
itu, penyakit hemolitik pada neonatus (eritroblastosis fetalis) dapat menyebabkan
penimbunan bilirubin tak-terkonjugasi di otak, yang dapat menyebabkan
kerusakan saraf parah yang disebut sebagai kernikterus. Sebaliknya, bilirubin
terkonjugasi bersifat larut air, non toksik, dan hanya berikatan secara lemah dengan
albumin, karena kelarutan dan ikatannya yang lemah dengan albumin, kelebihan
bilirubin terkonjugasi dalm plasma dapat dikeluarkan melalui urine. Pada
hiperbilirubinemia terkonjugasi yang berkepanjangan, sebagian dari pigmen dapat terikat
secara kovalen ke albumin.
Pada orang dewasa normal kadar bilirubin serum antara 0,3-1,2 mg/dl, dan
laju pembentukan bilirubin sistemik setara dengan laju penyerapan oleh hati, dan
eksresi ke empedu. Ikterus akan tampak jika kadar bilirubin serum meningkat melebihi
2 sampai 2,5 mg/dl. Pada penyakit yang parah kadar bilirubin dapat mencapai 30 sampai
40 mg/dl.
Ikterus terjadi jika keseimbangan antara produksi dan pengeluaran bilirubin
terganggu oleh satu atau lebih mekanisme berikut ini:
1. Produksi bilirubin yang berlebihan
2. Penurunan penyerapan bilirubin oleh hati
3. Gangguan konjugasi
4. Penurunan ekresi hepatoseluler
5. Gangguan aliran empedu (baik intra maupun ekstra hati)
Ikterus dapat ditimbulkan lebih dari satu mekanisme, terutama pada hepatitis, yang dapat
menyebabkan hiperbilirubinemia tak-terkonjugasi dan terkonjugasi. Namun secara umum
terdapat satu mekanisme yang dominan sehingga pengetahun tentang bentuk predominan
bilirubin plasma penting untuk mengevaluasi kemungkinan penyebab hiperbilirubinemia.
Penyebab ikterus yang paling sering adalah anemia hemolitik, hepatitis, dan obstruksi
saluran empedu.
Sumber: Kumar, vinay.,Ramzi S. Cotran., dan Stanley L. Robbins.2007.Buku
Ajar Patologi Edisi 7 Vol. 2.Jakarta:EGC
Pembentukan bilirubin berlebihan
Mekanisme dilihat dari penyakit:
1. Penyakit hemolitik (peningkatan laju dekstruksi eritrosit)
Menyebabkan ikterus hemolitik. Konjugasi dan transfer pigmen empedu berlangsung
normal, tetapi suplai bilirubin tak terkonjugasi melampaui kemampuan hati. Hal ini
mengakibatkan peningkatan kadar bilirubin tak-terkonjugasi dalam darah, biasanya
Hiperbilirubinemia tak terkonjugasi
Hiperbilirubinemia terkonjugasi
kadarnya jarang melebihi 5 gr/dl pada orang dengan hemolitik berat, dengan manifestasi
tampak ikterus dengan warna kunig pucat.
Bilirubin tak-terkonjugasi tidak larut dalam air, sehingga tidak dapat dieksresikan melalui
urine dan tidak terjadi bilirubinuria. Namun, terjadi peningkatan pembentukan
urobilinogen (akibat peningkatan beban bilirubin terhadap hati dan peningkatan konjugasi
serta eksresi), yang selanjutnya dapat meningkatan eksresi dalam feses dan urine. Urine
dan feses berwarna lebih gelap.
Pada orang dewasa, pembentukan bilirubin yang berlebihan yang berlangsung kronis
dapat menyebabkan terbentuknya batu empedu.
Penurunan eksresi bilirubin terkonjugasi
Bilirubin terkonjugasi larut dalam air, sehingga dapat dieksresikan melalui urine
dan menimbulkan bilirubinuria serta urine yang gelap. Urobilinogen feses dan
urobilinogen urine sering menurun sehingga feses terlihat pucat. Peningkatan kadar
bilirubin terkonjugasi dapat disertai bukti-bukti kegagalan eksresi hati lainnya, AST
(Aspartat, aminotransferase serum), Kolesterol, dan garam empedu dalam serum. Kadar
garam empedu yang meningkat dalam darah menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
Ikterus akibat hiperbilirubinemia terkonjugasi biasanya lebih kuning dibandingkan akibat
hiperbilirubinemia tak terkonjugasi.
Gambaran Khas Ikterus Hemolitik, Hepatoseluler, dan obstruktif
Gambaran Hemolitik Hepatoseluler obstruktif
Warna kulit Kuning
pucat
Oranye-kuning
muda atau tua
kuning-hijau
muda atau tua
Warna urine Normal atau
(gelap
dengan
urobilin)
Gelap (bilirubin
terkonjugasi)
Gelap (bilirubin
terkonjugasi)
Warna feses Normal atau
gelap (lebih
banyak
sterkobilin)
Pucat (lebih
sedikit sterkobilin)
Warna dempul
(tidak ada
sterkobilin)
Pruritus Tidak ada Tidak menetap Biasanya
menetap
Bilirubin serum tak - meningkat meningkat meningkat
terkonjugasi
Bilirubin serum ter -
konjugasi
normal meningkat meningkat
Bilirubin urine Tidak ada meningkat meningkat
Urobilinogen urine meningkat sedikit meningkat menurun
Sumber: Price, sylvia A. dan Lorraine M. Wilson.Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Vol.1.Jakarta:EGC
Resiko Penularan:
Virus Resiko Penularan
HAV Sanitasi buruk, daerah padat seperti poliklinik, rumah sakit jiwa,
jasa boga terinfeksi, pekerja layanan kesehatan, wisatawan
internasional, pengguna obat, hubungan seksual dengan orang yang
terinfeksi, dan daerah endemis (seperti suku bangsa indian amerika
atau pedesaan asli alaska) beresiko tinggi.
HBV Aktivitas homoseksual, pasangan seksual multipel, pengguna obat
melalui suntikan intravena, hemodialisis kronis, pekerja layanan
kesehatan, transfusi darah (sekarang jarang, karena ada pemeriksaan
rutin). Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi.
Virus RNA
HCV
Pengguna obat suntik, pasien hemodiaisis, pekerja layanan
kesehatan, hubungan seksual dengan orang terinfeksi, bayi lahir dari
ibu yang terinfeksi
Virus RNA
HDV
(membutuhkan
HBV untuk
bereplikasi)
Pengguna obat IV, penderita hemofilia, resipien konsentrat faktor
pembekuan
Virus RNA
HEV
Air minum yang terkontaminasi, wisatawan terutama ke daerah
endemis tinggi HEV. Angka kematian tinggi (hingga 20%) pada
wanita hamil
Sumber: Price, sylvia A. dan Lorraine M. Wilson.Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Vol.1.Jakarta:EGC
5. Jelaskan tentang sirosis!
SIROSIS HATI
Sirosis adalah suatu kondisi di mana jaringan hati yang normal digantikan oleh jaringan
parut (fibrosis) yang terbentuk melalui proses bertahap. Jaringan parut ini memengaruhi
struktur normal dan regenerasi sel-sel hati. Sel-sel hati menjadi rusak dan mati sehingga
hati secara bertahap kehilangan fungsinya.
Hati (liver) sebagaimana diketahui adalah
organ di bagian kanan atas perut yang
memiliki banyak fungsi, di antaranya:
Menyimpan glikogen (bahan bakar untuk tubuh) yang terbuat dari gula. Bila diperlukan,
glikogen dipecah menjadi glukosa yang
dilepaskan ke dalam aliran darah.
Membantu proses pencernaan lemak dan protein.
Membuat protein yang penting bagi pembekuan darah.
Mengolah berbagai obat yang mungkin Anda minum.
Membantu membuang racun dari tubuh.
Sirosis adalah penyakit yang sangat berbahaya karena mengganggu pelaksanaan fungsi-
fungsi di atas. Selain itu, jika Anda memiliki sirosis Anda juga berisiko mengembangkan
kanker hati (hepatocellular carcinoma). Risiko bervariasi sesuai penyebab sirosis. Risiko
terbesar adalah pada sirosis yang disebabkan oleh infeksi hepatitis C dan B, diikuti
dengan sirosis yang disebabkan oleh hemokromatosis.
Penyebab
Ada banyak penyebab sirosis. Penyebab paling umum adalah kebiasaan meminum
alkohol dan infeksi virus hepatitis C. Sel-sel hati Anda berfungsi mengurai alkohol, tetapi
terlalu banyak alkohol dapat merusak sel-sel hati. Infeksi kronis virus hepatitis C
menyebabkan peradangan jangka panjang dalam hati yang dapat mengakibatkan sirosis.
Sekitar 1 dari 5 penderita hepatitis C kronis mengembangkan sirosis. Tetapi hal ini
biasanya terjadi setelah sekitar 20 tahun atau lebih dari infeksi awal.
Penyebab umum sirosis lainnya meliputi:
Infeksi kronis virus hepatitis B.
Hepatitis autoimun. Sistem kekebalan tubuh biasanya membuat antibodi untuk
menyerang bakteri, virus, dan kuman lainnya. Pada hepatitis autoimun,sistem kekebalan
tubuh membuat antibodi terhadap sel-sel hati yang dapat menyebabkan kerusakan dan
sirosis.
Penyakit yang menyebabkan penyumbatan saluran empedu sehingga tekanan
darah terhambat dan merusak sel-sel hati. Sebagai contoh, sirosis bilier primer, primary
sclerosing, dan masalah bawaan pada saluran empedu.
Non-alcohol steato-hepatitis (NASH). Ini adalah kondisi di mana lemak
menumpuk di hati sehingga menciptakan jaringan parut dan sirosis. Kelebihan berat
badan (obesitas) meningkatkan risiko Anda mengembangkan non-alcohol steato-hepatitis.
Reaksi parah terhadap obat tertentu.
Beberapa racun dan polusi lingkungan.
Infeksi tertentu yang disebabkan bakteri dan parasit.
Gagal jantung parah yang dapat menyebabkan tekanan balik darah dan
kemacetan di hati.
Beberapa penyakit warisan langka yang dapat menyebabkan kerusakan pada sel-
sel hati, seperti hemokromatosis (kondisi yang menyebabkan timbunan abnormal zat besi
di hati dan bagian lain tubuh) dan penyakit Wilson (kondisi yang
menyebabkan penumpukan abnormal zat tembaga di hati dan bagian lain tubuh).
Gejala
Sirosis di tahap awal tidak menimbulkan gejala apapun. Oleh karena itu, pasien sirosis
ringan dan moderat mungkin menderita untuk waktu yang lama tanpa menyadari
penyakitnya. Pada tahap ini tes fungsi hati dapat mendeteksi perubahan yang mengarah
pada disfungsi hati, seperti:
Kegagalan membuat cukup protein seperti albumin yang membantu untuk
mengatur komposisi cairan di dalam aliran darah dan tubuh.
Kegagalan membuat bahan kimia yang cukup diperlukan untuk pembekuan
darah.
Kurang mampu mengolah limbah kimia dalam tubuh seperti bilirubin sehingga
menumpuk di dalam tubuh.
Kurang mampu memproses obat, racun, dan bahan kimia lainnya yang kemudian
bisa menumpuk di dalam tubuh.
Pada tahap akhir, sirosis hati terkait dengan banyak gejala. Sebagian besar gejalanya
adalah akibat dari jaringan hati fungsional yang tersisa terlalu sedikit untuk melakukan
tugas-tugas hati. Gejala yang dapat timbul pada fase ini adalah:
Kelelahan.
Kelemahan.
Cairan yang bocor dari aliran darah dan menumpuk di kaki (edema) dan perut
(ascites).
Kehilangan nafsu makan, merasa mual dan ingin muntah.
Kecenderungan lebih mudah berdarah dan memar.
Penyakit kuning karena penumpukan bilirubin.
Gatal-gatal karena penumpukan racun.
Gangguan kesehatan mental dapat terjadi dalam kasus berat karena pengaruh
racun di dalam aliran darah yang memengaruhi otak. Hal ini dapat menyebabkan
perubahan kepribadian dan perilaku, kebingungan, pelupa dan sulit berkonsentrasi.
Selain itu, jaringan parut membatasi aliran darah melalui vena portal sehingga terjadi
tekanan balik (dikenal sebagai hipertensi portal). Vena portal adalah vena yang membawa
darah berisi nutrisi dari usus dan limpa ke hati. Normalnya, darah dari usus dan limpa
dipompa ke hati melalui vena portal. Namun, sirosis menghalangi aliran normal darah
melalui hati sehingga darah terpaksa mencari pembuluh baru di sekitar hati. Pembuluh-
pembuluh darah baru yang disebut “varises” ini terutama muncul di tenggorokan
(esofagus) dan lambung sehingga membuat usus mudah berdarah. Jika perdarahan usus
terjadi, Anda mungkin muntah darah, atau mengeluarkan darah melalui kotoran (feses).
Kondisi ini adalah kedaruratan medis yang harus segera ditangani.
Diagnosis
Bila dokter mencurigai Anda terkena sirosis, dia dapat melakukan pemeriksaan fisik
untuk mengetahui adanya pembesaran hati dan penumpukan cairan. Kecurigaan sirosis
terutama muncul bila Anda mengalami gejala dan beriwayat meminum alkohol berat atau
terkena hepatitis kronis.
Pemeriksaan darah dapat mengkonfirmasi kegagalan fungsi hati. USG dapat
menunjukkan apakah ada kerusakan di hati Anda. Untuk mengkonfirmasi, biopsi (sampel
kecil) dari hati dapat diambil untuk dilihat di bawah mikroskop.
Jika penyebab sirosis tidak jelas, maka pemeriksaan lebih lanjut dapat dilakukan untuk
memperjelas penyebabnya, misalnya dengan memeriksa antibodi virus hepatitis atau
auto-antibodi yang mungkin telah menyerang sel-sel hati Anda, kelebihan zat besi atau
tembaga di dalam darah, dll.
Pengobatan
Secara umum, kerusakan sel-sel hati tidak dapat direhabilitasi. Tujuan pengobatan adalah
mencegah pembentukan jaringan parut hati lebih lanjut, atau memperlambat kerusakan
sel-sel hati. Sirosis cenderung semakin memburuk jika penyebab yang mendasari tetap
ada. Oleh karena itu perlu upaya untuk memperlambat atau menghentikan penyebab
sirosis, misalnya:
Tidak minum alkohol jika alkohol adalah penyebabnya.
Pengobatan untuk mengendalikan virus hepatitis.
Steroid atau obat penekan kekebalan lainnya untuk mengobati penyakit autoimun
menyebabkan kerusakan hati.
Penghapusan kelebihan zat besi yang terjadi pada hemokromatosis.
Berbagai pengobatan mungkin disarankan, tergantung pada tingkat keparahan sirosis dan
gejala yang berkembang, antara lain:
Diet rendah natrium atau diuretik untuk mengurangi cairan yang terakumulasi
dalam tubuh.
Obat untuk mengurangi gatal.
Obat-obatan yang dapat membantu mengurangi hipertensi portal.
Pengurangan cairan yang menumpuk di perut (ascites).
Bila pasien mengalami perdarahan usus sehingga muntah darah, atau mengeluarkan darah
melalui tinja, atau tinja menjadi hitam, dokter mungkin akan segera melakukan tindakan
untuk mengatasinya. Berbagai teknik bedah dapat digunakan untuk menghentikan
perdarahan dan mengurangi risikonya lebih lanjut.
Dalam kasus yang parah di mana jaringan parut meluas dan hati nyaris tidak bisa
berfungsi, maka transplantasi hati mungkin adalah satu-satunya pilihan.
Pencegahan
Sirosis hati dapat dicegah dengan tidak mengkonsumsi alkohol dan menghindari risiko
infeksi hepatitis C dan hepatitis B.
6. Apa definisis hepatitis?
Definisi Hepatitis
Hepatitis virus adalah radang hati yang disebabkan oleh virus. Dikatakan akut
apabila inflamasi (radang) hati akibat infeksi virus hepatitis yang berlangsung selama
kurang dari 6 bulan, dan kronis apabila hepatitis yang tetap bertahan selama lebih dari
6 bulan. Keadaan kronis pada anak-anak lebih sukar dirumuskan karena perjalanan
penyakitnya lebih ringan daripada orang dewasa.
Sudoyo, Aru ,dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Ed. V. Jakarta :
Internal Publishing.
7. Apa saja klasifikasi hepatitis?
8. Apasaja etiologi hepatitis?
9. Bagaimana epidemiologi hepatitis?
Epidemiologi Hepatitis
Di indonesia berdasarkan data yang berasal dari rumah sakit, Hepatitis A masih
merupakan bagian terbesar dari kasus-kasus hepatitis akut yang dirawat yaitu berkisar
dari 39,8%-68,3%. Peningkatan prevalensi anti HAV yang berhubungan dengan
umur mulai terjadi dan lebih nyata di daerah bagian kondisi kesehatan di bawah
standar. Lebih dari 75% anak di berbagai benua asia, afrika, india, menunjukan sudah
memiliki antibodi anti HAV pada usia 5 tahun. Sebagian besar infeksi HAV didapat
pada awal kehidupan, kebanyakan asimtomatik, atau sekurangnya aninterik.
Tingkat prevalensi hepatitis B di indonesia sangat bervariasi berkisar dari 2,5% di
banjarmasin sampai 25,61% di kupang, sehingga termasuk ke dalam kelompok
negara dengan endemisitas sedang sampai tinggi. Di negara-negara Asia dperkirakan
bahwa penyebaran perinatal dari ibu pengidap hepatitis meupakan jawaban atas
prevalensi infeksi virus hepatitis B yang tinggi. Hampir semua bayi yang dilahirkan
dari ibu dengan HbeAg positif akan terkena infeksi pada bulan kedua dan ketiga
kehidupannya. Adanya HbeAg pada ibu sangat berperan penting untuk penularan.
Walaupun ibu mengandung HbsAg positif namun jika HbeAg dalam darah negatif,
maka daya tularnya menjadi rendah. Data di indonesia telah dilaporkan oleh
suparyatmo, pada tahun 1993, bahwa dari hail pemantauan pada 66 ibu hamil
pengidap hepatitis B, bayi yang mendapat penularan secara vertikal adalah sebanyak
22 bayi (45,9%).
Prevalensi anti-HCV pada donor darah di beberapa tempat di indonesia menunjukkan
angka diantara 0,5% 3,37%. Sedangkan prevalensi anti-HCV pada hepatitis C
(15,5%-46,4%) menempati urutan kedua setelah Hepatitis A akut (39,8%-68,3%).
Sedangkan urutan ketiga ditempati oleh hepatitis B (6,4%-25,9%). Untuk hepatitis D,
walaupun infeksi hepatitis ini erat hubungannya dengan infeksi hepatitis B, di asia
tenggara dan cina infeksi hepatitis D tidak biasa dijumpai pada daerah dimana
prevalensi HbsAg sangat tinggi. Laporan dari indonesia pada tahun 1982
mendapatkan hasil 2,7% (2 orang) anti HDV positif dari 73 karier hepatitis B dari
donor darah.
Hepatitis E (HEV) di indonesia pertama kali dilaporkan terjadi di sintang kalimantan
barat yang diduga terjadi akibat pencemaran sungai yang digunakan untuk aktivitas
sehari-hari. Didapatkan HEV positif sebanyak 28/82 (34,1%).
10. Apa saja faktor resiko hepatitis?
11. Bagaimana patologi hepatitis?
Patologi Hepatitis
Sumber: Kumar, vinay.,Ramzi S. Cotran., dan Stanley L. Robbins.Basic
Pathology Ed. 8th.El sivier Saunderse
Patologi Hepatitis
Pada morfologi yang terjadi pada hati seringkali mirip untuk berbagai virus yang
berlainan. Pada kasus yang klasik, hati tampak berukuran dan berwarna normal, namu
kadang-kadang agak edema, membesar dan pada palpasi “ teraba nyeri di tepian “. Secara
histologi, terjadi kekacauan susunan hepatoselular, cedera dan nekrosis sel hati dalam
berbagai derajaat, dan peradangan periporatal. Perubahan ini besifat reversibel sempurna,
bila fase akut penyakit mereda. Pada beberapa kasus, nekrosis submasif atau masif dapat
mengakibatkan gagal hati fulminan dan kematian
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit. Jakarta : EGC
12. Bagaimana manifestasi klinis hepatitis?
Manifestasi klinis hepatitis
Gambaran klinis hepatitis akut terbagi ke dalam 4 tahap:
1. Fase inkubasi
Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau ikterus. Fase
ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus hepatitis . panjang fase ini tergantung
pada dosis inokulum yang ditularkan dan jalur penularan, makin besar dosis
inokulum, makin pendek fase inkubasi ini.
2. Fase prodormal (pra ikterik)
Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala ikterus.
Awitannya dapat singkat atau insidious ditandai dengan malaise umum, mialgia,
atralgia, mudah lelah, gejala saluran napas atas atau anoreksia. Mual, muntah
dan anoreksia berhubungan dengan perubahan penghidu dan rasa kecap. Diare
atau konstipasi dapat terjadi. Serum sickness dapat muncul pada hepatitis B akut
di awal infeksi. Demam derajat rendah umumnya terjadi pada hepatitis A akut.
Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau
epigastrium, kadang diperberat dengan aktivitas akan tetapi jarang menimbulkan
kolesistisis
3. Fase ikterus
Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan dengan
muncul bersamaan dengan munculnya gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak
terdeteksi. Setelah timbul ikterus jarang terjadi perburukan gejala prodromal,
tetapi justru akan terjadi perbaikan klinis yang nyata.
4. Fase konvaselen (penyembuhan)
Diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain, tetapi hepatomegali
dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul perasaan sudah lebih sehat dan
kembalinya nafsu makan. Pada hepatitis A perbaikan klinis dan laboratorium
lengkap terjadi dalam 9 minggu dan 16 minggu untuk hepatitis B. Pada 5-10 %
kasus perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit ditangani, hanya <1% yang
menjadi fulminan.
Gambaran klinis lain:
Pada infeksi yang sembuh spontan: 1). Spektrum penyakit mulai dari
asimptomatik, infeksi yang tidak nyata, sampai kondisi yang fatal sehingga
terjadi gagal hati akut. 2). Sindrom klinis yang mirip pada semua virus penyebab
mulai dari gejala prodormal yang non spesifik dan gejala gastrointestinal,
seperti: a) malaise, anoreksia, mual, dan muntah. b) gejala flu, fringitis, coryza,
fotofobia,sakit kepala, dan mialgia ; 3) awitan gejala cenderung muncul
mendadak pada HAV dan HEV, pada virus yang lain secara insidious 4) demam
jarang ditemukan kecuali pada infeksi HAV 5) Immune complex mediated,
serum sickness like syndrome dapat ditemukan pada kurang dari 10% pasien
dengan infeksi HBV, jarang pada virus yang lain. 6) gejala prodromal
menghilang pada saat timbul kuning, tetapi gejala anoreksia, malaise, dan
kelemahan dapat menetap 7) ikterus didahului dengan kemunculan urin
berwarna gelap, pruritus (biasanya ringan dan sementara) dapat timbul keika
ikterus meningkat 8) pemeriksaan fisis menunjukan pembesaran dan sedikit
nyeri tekan pada hati 9) splenomegali ringan dan limfadenopati pada 15%-20%
pasien.
13. Bagaimana tatalaksana hepatitis?
Tatalaksana Hepatitis C
Tujuan tatalaksana hepatitis C adalah untuk meng-eradikasi virus dari tubuh penderita,
agar tercegah dari masalah yang lebih berat
Pengobatan hepatitis C akibat infeksi HCV adalah dengan menggunakan kombinasi
peginterferon (perkutan) dan ribavirin (peroral) untuk meng-eredikasi HCV. Terapi
berhasil apabila setelah 24 minggu terapi tidak terdeteksi virus dalam darah.
1. Peginterferon mengandung interferon yang berikatan dengan polyethylene glycol
(PEG), adanya ikatan ini meningkatkan waktu paruh interferon dalam darah
sehingga dapat digunakan seminggu sekali. Terapi ini sekaligus menggantikan
standar terapi terdahulu yaitu interferon-α monotherapy dan memiliki dampak
signifikan terhadap peningkatan SVR/Sustained Virologic Response.
2. Ribavirin merupakan obat oral guanosine dengan spectrum kerja pada tingkat
DNA dan RNA virus, ribavirin biasanya dikombinasikan dengan peginterferon
(PEG-IFN) untuk mengatasi infeksi HCV.
O’Leary JG, Davis GL: Hepatitis C. Sleisenger and fordtran’s gastrointestinal and liver
disease, 9 ed. Philadelphia, 2010, Elsevier.
14. Apa saja pemeriksaan penunjang sakit hati?
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK UNTUK PENYAKIT HATI DAN KANDUNG
EMPEDU
Laboratorium bisa mengadakan sejumlah pemeriksaan yang membantu dokter dalam
menilai kelainan hati, kandung empedu dan saluran empedu. Yang paling penting adalah
sekelompok pemeriksaan darah yang dikenal sebagai tes fungsi hati.
Tergantung kepada kelainan yang dicurigai, bisa dilakukan pemeriksaan imaging, seperti
USG, CT dan MRI. Bisa juga diambil contoh jaringan hati untuk diperiksa dibawah
mikroskop (biopsi hati).
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN IMAGING
1. Breath test dilakukan untuk mengukur kemampuan hati dalam memetabolisir
sejumlah obat.
Obat-obat tersebut ditandai dengan perunut radioaktif, diberikan per-oral (ditelan)
maupun intravena (melalui pembuluh darah).
Banyaknya radioaktivitas dalam pernafasan penderita menunjukkan banyaknya
obat yang dimetabolisir oleh hati.
2. USG menggunakan gelombang suara untuk menggambarkan hati, kandung
empedu dan saluran empedu.
Pemeriksaan ini bagus untuk mengetahui kelainan struktural, seperti tumor.
USG merupakan pemeriksaan paling murah, paling aman dan paling peka untuk
memberikan gambaran dari kandung empedu dan saluran empedu.
Dengan USG, dokter dengan mudah bisa mengetahui adanya batu empedu di
dalam kandung empedu.
USG dengan mudah membedakan sakit kuning (jaundice) yang disebabkan oleh
penyumbatan saluran empedu dari sakit kuning yang disebabkan oleh kelainan
fungsi sel hati.
USG Doppler bisa digunakan untuk menunjukkan aliran darah dalam pembuluh
darah di hati.
USG juga bisa digunakan sebagai penuntun pada saat memasukkan jarum untuk
mendapatkan contoh jaringan biopsi.
3. Imaging radionuklida (radioisotop) menggunakan bahan yang mengandung
perunut radioaktif, yang disuntikkan ke dalam tubuh dan diikat oleh organ
tertentu.
Radioaktivitas dilihat dengan kamera sinar gamma yang dipasangkan pada
sebuah komputer.
4. Skening hati merupakan penggambaran radionuklida yang menggunakan
substansi radioaktif, yang diikat oleh sel-sel hati.
5. Koleskintigrafi menggunakan zat radioaktif yang akan dibuang oleh hati ke
dalam saluran empedu.
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui peradangan akut dari kandung
empedu (kolesistitis).
6. CT scan bisa memberikan gambaran hati yang sempurna dan terutama digunakan
untuk mencari tumor.
Pemeriksaan ini bisa menemukan kelainan yang difus (tersebar), seperti
perlemakan hati (fatty liver) dan jaringan hati yang menebal secara abnormal
(hemokromatosis).
Tetapi karena menggunakan sinar X dan biayanya mahal, pemeriksaan ini tidak
banyak digunakan.
7. MRI memberikan gambaran yang sempurna, mirip dengan CT scan.
Pemeriksaan ini lebih mahal dari CT scan, membutuhkan waktu lebih lama dan
penderita harus berbaring dalam ruangan yang sempit, menyebabkan beberapa
penderita mengalami klaustrofobia (takut akan tempat sempit).
8. Kolangiopankreatografi endoskopik retrograd merupakan suatu pemeriksaan
dimana suatu endoskopi dimasukkan ke dalam mulut, melewati lambung dan
usus dua belas jari, menuju ke saluran empedu.
Suatu zat radiopak kemudian disuntikkan ke dalam saluran empedu dan diambil
foto rontgen dari saluran empedu.
Pemeriksaan ini menyebabkan peradangan pada pankreas (pankreatitis) pada 3-
5% penderita.
9. Kolangiografi transhepatik perkutaneus menggunakan jarum panjang yang
dimasukkan melalui kulit ke dalam hati, kemudian disuntikkan zat radiopak ke
dalam salah satu dari saluran empedu.
Bisa digunakan USG untuk menuntun masuknya jarum.
Rontgen secara jelas menunjukkan saluran empedu, terutama penyumbatan di
dalam hati.
10. Kolangiografi operatif menggunakan zat radiopak yang bisa dilihat pada rontgen.
Selama suatu pembedahan, zat tersebut disuntikkan secara langsung kedalam
saluran empedu.
Foto rontgen akan menunjukkan gambaran yang jelas dari saluran empedu.
11. Foto rontgen sederhana sering bisa menunjukkan suatu batu empedu yang
berkapur.
BIOPSI HATI
Suatu contoh jaringan hati bisa diambil selama pembedahan eksplorasi, tetapi lebih sering
diperoleh melalui sebuah jarum yang dimasukkan lewat kulit menuju ke hati.
Sebelum dilakukan prosedur ini, diberikan bius lokal kepada penderita.
Skening ultrasonik atau CT bisa digunakan untuk menentukan lokasi daerah yang
abnormal, darimana contoh jaringan hati diambil.
Biasanya penderita yang menjalani prosedur ini tidak perlu menjalani rawat nap.
Setelah diperoleh contoh jaringan, penderita dianjurkan untuk tidak segera meninggalkan
rumah sakit (minimal selama 3-4 jam), karena prosedur ini memiliki resiko terjadinya
komplikasi:
- Hati bisa mengalami robekan dan bisa terjadi perdarahan ke dalam perut
- Empedu bisa mengalami kebocoran ke dalam perut, menyebabkan peradangan selaput
perut (peritonitis).
Pada sekitar 2% penderita, komplikasi ini bisa menyebabkan masalah yang serius dan 1
dari 10.000 orang, meninggal setelah menjalani prosedur ini.
Setelah biopsi hati sering timbul nyeri ringan di perut kanan bagian atas, yang kadang
menjalar ke bahu kanan, dan biasanya akan menghilang setelah
pemberian analgesik (obat pereda nyeri).
Pada biopsi hati transvenosa, sebuah kateter dimasukkan kedalam suatu vena leher,
menuju ke jantung dan ditempatkan ke dalam vena hepatik yang berasal dari hati.
Jarum kateter kemudian dimasukkan melalui dinding vena kedalam hati.
Dibandingkan dengan biopsi hati perkutaneus, tehnik ini tidak terlalu mencederai hati,
dan bahkan bisa digunakan pada seseorang yang mudah mengalami perdarahan.
TES FUNGSI HATI
Pemeriksaan fungsi hati dilakukan terhadap contoh darah.
Sebagian besar pemeriksaan bertujuan untuk mengukur kadar enzim atau bahan-bahan
lainnya dalam darah, sebagai cara untuk mendiagnosis kelainan di hati.
Pemeriksaan Untuk Mengukur Hasil Pemeriksaan
Menunjukkan
Alkalin Fosfatase
Enzim yg dihasilkan di
dalam hati, tulang &
plasenta;
yg dilepaskan ke hati bila
terjadi cedera atau pada
aktivitas normal tertentu,
mis. pertumbuhan tulang
atau kehamilan
Penyumbatan saluran
empedu, cedera hati &
beberapa kanker
Alanin
Transaminase
(ALT)
Enzim yg dihasilkan di hati,
yg dilepaskan ke dalam darah
jika sel hati mengalami luka
Luka pada sel hati (mis.
hepatitis)
Aspartat
Transaminase
(AST)
Enzim yg dilepaskan ke
dalam darah jika hati,
jantung, otot atau otak
mengalami luka
Luka di hati, jantung, otot
atau otak
Bilirubin
Komponen dari cairan
pencernaan (empedu) yg
dihasilkan oleh hati
Penyumbatan aliran
empedu, kerusakan hati,
pemecahan sel darah merah
yg berlebihan
Gamma-glutamil
Transpeptidase
Enzim yg dihasilkan oleh
hati, pankreas & ginjal;
dilepaskan ke dalam darah
hika organ-organ tsb
mengalami luka
Kerusakan organ,
keracunan obat,
penyalahgunaan alkohol,
penyakit pankreas
Laktik
Dehidrogenase
Enzim yg dilepaskan ke
dalam darah jika organ
tertentu mengalami luka
Kerusakan hati, jantung,
paru-paru atau otak &
pemecahan sel darah merah
yg berlebihan
5-nukleotidase
Enzim yg hanya terdapat di
hati; dilepaskan ke dalam
darah jika hati mengalami
cedera
Penyumbatan saluran
empedu atau gangguan
aliran empedu
Albumin
Protein yg dihasilkan oleh
hati & secara normal
dilepaskan ke dalam darah;
salah satu fungsinya adalah
menahan cairan dalam
pembuluh darah
Kerusakan hati
Alfa-fetoprotein
Protein yg dihasilkan oleh
hati janin dan buah zakar
(testis)
Hepatitis berat atau kanker
hati atau kanker testis
Antibodi
Mitokondrial
Antibodi untuk melawan
mitokondria, merupakan
komponen sel sebelah dalam
Sirosis bilier primer &
penyakit autoimun tertentu,
mis. hepatitis menahun yg
aktif
Waktu
Protombin
(Protombin Time)
Waktu yg diperlukan darah
untuk membeku
(pembekuan memerlukan vit.
K & bahan-bahan yg dibuat
oleh hati
15. Apasaja pemeriksaan penunjang hepatitis?
Pemeriksaan penunjang hepatitis
Laboratorium
Pada pasien yang sembuh spontan
1. Gambaran biokimia yang utama adalah peningkatan konsentrasi serum alanin
dan aspartat amino-transferase
2. Konsentrasi puncak bervariasi dari 500 sampai 5000 U/L
3. Konsentrasi serum bilirubin jarang melebihi 10 mg/dl, kecuali pada hepatitis
dengan kolestasis
4. Konsentrasi serum fosfatase alkali normal atau hanya meningkat sedikit
5. Masa protrombin normal atau meningkat antara 1-3 detik
6. Konsentrasi serum albumin normal atau menurun ringan
7. Hapusan darah tepi normal atau leukopenia ringan dengan atau limfositosis
ringan
Diagnosa secara serologi
1. Transmisi infeksi secara enterik
a. HAV
- IgM anti HAV dapat dideteksi selama fase akut dan 3-6 bulan
setelahnya
- Anti HAV yang positif tanpa IgM anti HAV mengindikasikan infeksi
lampau
b. HEV
- Belum tersedia pemeriksaan serologi komersial yang telah disetujui
FDA
- IgM dan IgG anti HEV dapat bertahan selama 6 minggu setelah
punca dari penyakit
- IgG anti HEV dapat tetap terdeteksi selama 20 bulan
2. Infeksi melalui darah
a. HBV
- Diagnosis serologis telah tersedia dengan mendeteksi keberadaan
dari IgM antibodi terhadap antigen core hepatitis (IgM anti HBc dan
HbsAg)
Keduanya ada saat gejala muncul
HbsAg mendahului IgM anti HBc
HbsAg merupakan petanda yang pertama kali diperiksa
secara rutin
HbsAg dapat menghilang biasanya dalam bebrapa minggu
sampai bulan setelah kemunculannya, sebelum hilangnya
IgM anti HBc
- HbeAg dan HBV DNA
HBV DNA diserum merupakan petanda yang pertama
muncul, akan tetapi tidak rutin diperiksa
HbeAg biasanya terdeteksi setelah kemunculan HbsAg
Kedua petanda tersebut menghilang dalam beberapa minggu
atau bulan pada infeksi yang sembuh sendiri. Selanjutnya
akan muncul anti HBs dan anti Hbe menetap
Tidak diperlukan untuk diagnosa rutin
- IgG dan anti HBc
Menggantikan IgM anti HBc pada infeksi yang sembuh
Membedakan infeksi lampau atau infeksi yang berlanjut
Tidak muncul pada pemberian vaksin HBV
- Antibodi terhadap HbsAg (anti HBs)
Antiodi terakhir yang muncul
Merupakan antibodi penetral
Secara umum mengindikasikan kesembuhan dan kekebalan
terhadap re-infeksi
Dimunculkan dengan vaksinasi HBV
b. HDV
- Pasien dengan HbsAg positif dengan:
Anti HDV dan atau anti HDV RNA sirkulasi (pemeriksaan
belum mendapat persetujuan)
IgM anti HDV dapat muncul sementara
- Koinfeksi HBV/HDV
HbsAg positif
IgM anti HBc positif
Anti HDV dan atau HDV RNA
- Superinfeksi HDV
HbsAg positif
IgG anti HBc positif
Anti HDV dan atau HDV RNA
- Titer anti HDV akan menurun sampai tak terdeteksi dengan adanya
perbaikan infeksi
c. HCV
- Diagnosa serologis
Deteksi anti HCV
Anti HCV dapat dideteksi 60% pasien selama fase akut dari
penyakit, 35% sisanya akan terdeteksi pada beberapa
minggu atau bulan kemudian.
Anti HCV tidak muncul pada <5% pasien yang terinfeksi
(pada pasien HIV, anti HCV tidak muncul dalam persentase
yang lebih besar)
Pemeriksaan IgM anti HCV dalam pengembangan (belum
disetuji FDA)
Secara umum anti HCV akan tetap terdeteksi untuk periode
yang panjang, baik pada pasien yang mengalami
kesembuhan spontan maupun yang berlanjut menjadi kronik
- HCV RNA
Merupakan petanda yang paling awal muncul pada infeksi
akut hepatitis C
Muncul setelah beberapa minggu infeksi
Pemeriksaan yang mahal. Untuk mendiagnosis penyakit
tidak rutin dilakukan. Kecuali pada keadaan dimana
dicurigai adanya infeksi pada pasien dengan anti HCV
negatif
Ditemukan pada infeksi kronik HCV
Sumber: Sudoyo, Aru W.,dkk.2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed. V Jilid I. jakarta:
Interna Publishing
Sumber: Kumar, vinay.,Ramzi S. Cotran., dan Stanley L. Robbins.Basic
Pathology Ed. 8th.El sivier Saunderse
1. Bagaimana pencegahan hepatitis?
2. Bagaimana hubungan penggunaan narkoba terhadap kejadian hepatitis?
3. Apa hubungan penggunaan narkoba suntik dengan penurunan berat badan?
4. Jelasakan tentang empedu!
Dicari semua ya temen2....maaf dag sempat membagi