BAB I
-
Upload
zaky-azzam -
Category
Documents
-
view
24 -
download
0
Transcript of BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini olahraga telah menjadi kegiatan yang sangat popular dan disenangi
oleh setiap lapisan masyarakat hal ini disebabkan efek positif yang diberikan dari
kegiatan tersebut. Olahraga merupakan aktivitas fisik yang dilakukan oleh manusia yang
memiliki tujuan untuk mencapai kesejahteraan jasmani, rohani serta membina watak dan
mental. Aktifitas fisik yang dilakukan dalam olahraga dapat dilakukan secara indifidu
maupun kelompok, dalam melakukan kegiatan olahraga setiap manusia memiliki perilaku
yang berbeda-beda, hal ini disebabkan setiap manusia memiliki kebiyasaan dan karakter
yang berbeda-beda. Selah satu perilaku yang sering muncul dalam kegiatan olahraga
adalah agresivitas.
Agresivitas merupakan salah satu bentuk perilaku yang dimiliki oleh setiap
manusia yang cenderung bersifat menyerang lawan. sifat agresivitas tersusun dari
beberapa komponen diantaranya gairah, nafsu, kasar, berangasan. Komponen-komponen
tersebut apabila menjadi satu akan membentuk sifat seseorang menjadi agresif.
Agresifitas timbul dikarnakan beberapa faktor seperti rasa lapar, haus, terdesak, atau
bangkitnya dorongan seksual. Faktor-faktor yang ditimbulkan akan membuat manusia
mengeluarkan naluri agresiv yang mengakibatkan tindakan menyerang, melukai, dan
mencederai fisik maupun mental siapa saja yang menjadi sasaran tingkah laku tersebut.
Agresivitas dapat terjadi kapan saja dan dimana saja tidak memandang waktu dan tempat
serta siapa korbannya.
Olahraga merupakan suatu kegiatan yang menjadi wujud gambaran dari sifat
seseorang. Sifat yang tercermin pada saat kegiatan olahraga tidak jarang dibawa pada
kehidupan bermasyarakat. Pada kegiatan olahraga tujuan yang biasa dicari adalah untuk
memperoleh prestasi dan menjadi juara. Pencapaian prestasi dan juara sangat sulit diraih
oleh seorang atlet, untuk mendapatkan prestasi seorang atlet harus bekerja keras dan terus
berlatih sehingga terjadinya kemaksimalan pada potensi yang dimiliki. Terdapat
beberapa kenyataan yang berbanding terbalik untuk mendapatkan prestasi, sering kali kita
1
dengar banyak atlet yang ingin mencapai prestasi secara tidak normal, salah satu cara
yang sering ditempuh adalah bertindak agresiv. Tindakan agresiv yang dilakukan dalam
olahraga tentu sangat merugikan, karena tindakan ini menciderai hakekat olahraga yang
menjunjung tinggi fair play.
Agresivitas dalam pengertian olahraga, merupakan sebuah usaha kekerasan dengan
tujuan mengurangi kemampuan dan kondisi fisik lawan. Agresivitas sangat berbeda
dengan ketegasan yang dibutuhkan dalam olahraga, agresivitas lebih cenderung
melakukan kekerasan di luar peraturan sedangkan ketegasan melakukan tindakan sesuai
dengan peraturan. Agar dapat mencegah agresivitas yang berlebihan maka dibuatlah
sebuah aturan-aturan dalam pertandingan yang memberi batasan kegiatan apa saja yang
boleh dilakukan dalam pertandingan dan kegiatan apa yang tidak boleh dilakukan.
Aturan-aturan yang telah dibuat memiliki kompensasi hukuman apabila dilanggar maka
pihak yang melanggar akan mendapatkan hukuman sesuai dengan jenis pelanggaran dan
hukuman yang telah ditetapkan. Dengan aturan dan hukuman yang telah diberikan
diharapkan atlet dapat mentaati sehingga hakekat fair play dalam olahraga dapat berjalan
dengan semestinya.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan dan untuk lebih memahami
makna agresivitas maka penulis akan membahas permasalahan agresivitas dan olahraga
lebih mendalam pada bab pembahasan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Agresivitas
Penggunaan kata agresiv sering kita dengar dalam dunia olahraga, baik olahraga
indifidu maupun kelompok ataupun olahraga keterampilan maupun olahraga body kontek.
Dalam dunia olahraga penggunaan kata agresif erat kaitannya dengan keterampilan
menyerang seseorang. Sifat agresivitas yang dimiliki seseorang dalam olahraga
mempunyai dua efek yang berbeda yaitu efek positif dan efek negative. Efek positif yang
terdapat dari sifat agresif bias terlihat pada atlet yang menampilkan keterampilan dalam
sebuah permainan sedangkan efek negative yang timbul dari adanya agresifitas adalah
seringnya terjadi penyerangan yang membabibuta sehingga menyebabkan terjadinya
tindakan melukai lawan, melanggar peraturan dan mengabaikan sportivitas.
Terdapat beberapa pendapat mengenai hakekat agresivitas di antaranya menurut
(Gordon Russel, 2008: 3) yang menyatakan bahwa “agression is the delivery of an
aversive stimulus from one person to another with intent to harm and with an expectation
of causing such harm” yang bermakna agresi adalah pengiriman stimulus tidak
menyenangkan dari satu orang ke orang lain dengan maksud untuk menyakiti dan dengan
harapan menyebabkan kerusakan. Pendapat yang bermakna sama juga disampaikan oleh
(Tri Dayakisni, 2003: 195), menyatakan bahwa agresif adalah tingkah laku individu yang
ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan
datangnya tingkah laku tersebut. Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh (Freischlag
& Schmedke, 1980) mereka berpendapat bahwa agresifitas merupakan ketrampilan secara
efektif dalam kompetisi olahraga
Dari pendapat para ahli penulis berpendapat bahwa yang di maksud dengan
agresifitas adalah tindakan yang cenderung menyerang dengan menggunakan
keterampilan, hal ini disebabkan adanya respon yang tidak diinginkan dan apabila
tindakan tersebut dilakukan secara berlebihan maka akan lebih cenderung melukia,
menyakiti baik fisik maupun sikis dari pemberi respon.
3
B. Sifat Agresivitas
Pada umumnya terdapat dua jenis sifat agresiv yaitu offensive aggression dan
retaliatory aggression. Offensive aggression adalah tindakan agresiv yang tidak secara
langsung disebabkan oleh perilaku orang lain, sifat agresiv ini ditimbulkan karena pelaku
memiliki tujuan tertentu. Tindakan seperti dapat dilihat pada permainan sepak bola, saat
seorang penyerang ingin mencetak gool ke gawang lawan, penyerang tersebut berusaha
menampilkan keterampilan yang dimilikinya tanpa ada niatan untuk menciderai lawan.
Retaliatory aggression adalah agresi yang disebabkan respon terhadap provokasi orang
lain yang dinilai mengancam. Tindakan seperti dapat dilihat pada permainan sepak bola,
saat seorang pemain bertahan dihadapkan dengan pemain lawan yang ingin menyerang
terkadang pemain bertahan akan melakukan segala cara seperti menampilkan
keterampilan sampai menciderai pemain yang menyerang agar serangan yang dilakukan
gagal.
Tindakan retaliatory aggression biasanya didasari karena adanya frustasi yang
disebabkan adanya tekanan yang tidak bias ditangani, beberapa tindakan retaliatory
aggression biasanya bercirikan:
a) Menyerang secara fisik: Tindakan seperti ini biasanya diwujudkan dengan memukul,
merusak, mendorong. Dalam kegiatan olahraga perwujudan agresiv dengan menyerang
secara fisik lebih sering terjadi pada olahraga yang melibatkan kontak body.
b) Menyerang dengan kata-kata: Tindakan agresiv seperti ini dapat diwujudkan dengan
cara mencela orang lain, baik yang langsung kepada individu itu sender maupun orang
yang dia sayangi.
c) Menyerbu daerah orang lain: Tindakan agresi seperti ini biasanya diwujudkan dengan
cara menyerang ke daerah atau tempat target agresi. Agresi ini sering kita lihat pada
seporter sepak bola yang apabila mereka kalah cenderung menyerang seporter yang
pemainya memenangkan pertandingan. Agresi menyerbu daerah lawan biasanya
ditandai dengan banyaknya masa.
4
d) Mengancam melukai orang lain: Tindakan agersi seperti ini biasanya diwujudkan
melalui perkataan yang bersifat mengancam seperti akan saya bunuh kalian apabila
kelian menang. Bentuki agresi seperti ini biasanya kita lihat pada pertandingan tinju.
e) Main perintah: Tindakan agresi seperti main perintah biasanya dilakukan dalam satu
tim, dimana dalam tim tersebut ada anggota yang lebih dominan berperan.
f) Melanggar milik orang lain: Tindakan agresi seperti ini biasanya dilakukan pada saat
permainan sepak bola saat pemain mendapatkan lemparan kedalam dikarnakan
pelanggaran yang dibuat pemain lawan, namun pemain lawan merebut bola tersebut
dan pemain tersebut membuang bola tersebut.
g) Tidak mentaati perintah: Tindakan agresi tidak mentaati perintah biasanya sering
terjadi saat seorang pemain diberikan perintah oleh wasit maupun pelatih, terkadang
karena tidak mau mematuhi perintah tersebut dan terbawa emosi maka pemain tersebut
melakukan agerasi.
h) Bersorak-sorak, berteriak: Tindakan agresi seperti ini biasanya diwujudkan secara lisan
dengan perkataan yang tidak menyenangkan. Bentuk agresi seperti ini biasanya sering
terjadi pada supporter yang saling mencela atau berbicara keras pada saat yang tidak
pantas:
i) Menyerang tingkah laku yang dibenci: Tindakan agresi seperti ini biasnya langsung
tertuju pada target agresi, pelaku melakukan agresi dikarnakan tidak menyekai tingkah
laku yang dilakukan korban. Bentuk agresi seperti ini biasa kita lihat pada
pertandingan sepak bola pada saat ada pemain yang pura-pura cidera terkadang pemain
lawan yang tidak menerima akan melakukan agresi kepada pemain tersebut.
Tindakan offensive aggression merupakan tindakan agresiv yang tidak didasari
frustasi, gejala tindakan ini bias bercirikan:
a). Tindakan agresif instrumental: tindakan agresif yang tidak disertai rasa marah.
5
b). Tindakan agresif karena meniru: Tindakan seperti ini bias terjadi di karnakan pelaku
tindakan meniru tindakan yang sering dilihat, seperti pemain yang menirukan
tindakan agresi yang dilakukan oleh pemain lain.
c). Tindakan agresif karena atas dasar perintah: Tindakan agresif seperti ini biasanya
didasari oleh perintah yang diberikan. Dalam olahraga tindakan seperti ini dapat kita
lihat pada saat pemain melakukan serangan terus menerus yang diperintahkan oleh
pelatih.
d). Tindakan agresif dalam hubungannya dengan peran sosial: Tindakan agresi seperti ini
biasanya dilakukan oleh seseorang yang memiliki peranan, biasnya tindakan seperti
ini dapat kita lihat pada wasit yang bertindak tegas terhadap pemain yang melaukan
pelanggaran.
e). Tindakan agresif karena pengaruh kelompok: Tindakan agresi karena pengaruh
kelompok bisanya terjadi karena adanya perofokasi dari kelompok sehingga seseorang
mengalami emosi dan melakukan agresi.
C. Penyebab Timbulnya Agresifitas Dalam Olahraga
Tindakan agresiv dalam olahraga sangat erat kaitannya, tindakan agresiv sering
terjadi dalam dunia olahraga disebabkan tingkat persaingan untuk menjadi yang terbaik
yang sangat ketat dan tempramen yang kurang terkendali. Pendapat yang mendukung
dikemukakan oleh (Llewellyn, 1982: 56) yang menyatakan bahwa tindakan agresi sering
terjadi dalam olahraga disebabkan dalam olahraga seorang atlet memiliki motivasi tinggi
untuk menang, ingin memperlihatkan energi fisik yang dimiliki, dan atlet tidak dihalangi
rasa takut pada potensi kegagalan.
Menurut (Cavell, 2000: 23) faktor yang menyebabkan perilaku agresi terdiri dari
faktor biologi, faktor keluarga, sosial-kognitif, rekan atau kelompok, akademik, guru-
sekolah, dan komunitas. Faktor biologi berhubungan dengan faktor genetik, seperti
temperamen, dan mekanisme biologi. Faktor keluarga seperti pola asuh dan family
disruptions. Faktor rekan seperti adanya tekanan atau penolakan dari kelompok. Faktor
6
sosial kognitif berhubungan dengan kurang memadainya kemampuan seseorang dalam
memproses informasi sosial secara tepat. Pendapat yang hampir serupa dikemukakan oleh
(Davidoff, 1991) yang menyatakan penyebab perilaku agresif terdiri dari dua faktor yaitu
internal dan eksternal.
Faktor Internal
a) Faktor gen: Merupakan faktor yang tampaknya berpengaruh pada pembentukan system
neural otak yang mengatur perilaku agresif.
b) Faktor sistem otak: Otak ternyata dapat memperkuat atau justru memperlambat sirkuit
neural yang mengendalikan agresi, seperti marah, marah dapat dihambat atau
ditingkatkan dengan merangsang system limbic.
c) Faktor kimia darah: Kimia darah khusunya hormon seks juga dapat mempengaruhi
perilaku agresi. Dalam suatu eksperimen, seorang ilmuan menyuntikkan hormone
testosteron pada tikus dan beberapa hewan lain maka tikus-tikus tersebut berkelahi
semakin sering dan semakin kuat. Sewaktu testosteron dikurangi, hewan tersebut
menjadi lembut. Selain itu banyak wanita yang lebih bertindak agresi pada saat
berlangsungnya siklus haid.
Faktor Eksternal
a) Faktor ekonomi: Keadaan ekonomi sangat berpengaruh pada sikap-sikap yang dimiliki
seseorang. Kemiskinan merupakan salah satu penyebab utama terjadinya sikap agresif
dalam konteks faktor ekonomi. Menurut (Davidoff, 1991) seorang anak dibesarkan
dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku agresi mereka secara alami mengalami
penguatan
b) Faktor geografis/ anonimitas daerah: Perkotaan yang masuk dalam kategori kota-kota
besar, bermacam-macam informasi yang besarnya sangat luar biasa. Kebiyasaan hidup
seperti ini membuat seseorang cenderung berprilaku sendiri-sendiri, karena ia merasa
sangat tidak lagi terikat dengan norma-norma masyarakat dan kurang bersimpati
terhadap orang lain, yang akhirnya membuatorang tersebut cenderung agresiv.
7
c) Faktor iklim:. Faktor suhu merupakan salah satu faktor penyebab pembentuk sikap
seseorang, karena suhu suatu lingkungan yang tinggi memiliki banyak dampak
terhadap tingkah laku sosial berupa peningkatan agresivitas.
d) Faktor pendidikan: Faktor pendidikan berpengaruh pada timbulnya sikap agresif
karena dengan pendidikan yang diperoleh seseorang dapat menyalurkan sifat agresiv
dengan benar.
e) Faktor energi diri: Semakin besar energi dari seseorang maka akan besar
kencenderungan untuk berbuat agresif. Apabila energi yang dimiliki tidak seimbang
dengan aktivitas yang dilakukan maka tindakan yang dilakukan akan cenderung
agresiv hal ini disebabkan ketidak tahuan cara penyaluran energi yang dimiliki.
D. Pengendalian Agresifitas Dalam Olahraga
Sifat agresiv merupakan salah satu sifat yang dimiliki manusia, sifat ini apabila
tidak dapat ditangani dengan baik akan merugikan diri sendiri maupun orang lain. Dalam
olahraga sifat agresiv harus dapat dikendalikan dengan baik, karena pengendalian sifat
yang baik akan memberikan keuntungan tersendiri bagi pelaku olahraga. Terdapat konsep
yang mengatakan bahwa setiap atlet harus mengingat bahwa bertanding tidak sama
dengan berperang. Dalam berperang tujuan utama adalah menghancurkan lawan,
sedangkan dalam bertanding sekalipun ada usaha mengalahkan lawan tetapi tetap harus
ada penghormatan kepada lawan tanding.
Terdapat dua faktor agar seseorang bias mengendalikan sifat agresiv, yaitu faktor
internal yang berarti faktor dari dalam diri pelaku dan faktor eksternal yaitu faktor dari
luar diri pelaku.
Faktor internal
a) Pengendalian ego: Pengendalian ego diartikan dengan mampunya seseorang menahan
serta mengendalikan keinginan yang ada dalam dirinya dengan bersikap menerima
apabila keinginan yang ingin dilakukan belum bias terwujud. Pengendalian ego dalam
olahraga
8
dapat dicontohkan pada saat seorang petinju ingin melayangkan pukulan namun waktu
istirahat dating maka petinju tersebut harus menahan egonya untuk menyerang sanpai
pertarungan dimulai kembali.
b) Pengendalian emosi: Pengendalian emosi dilakukan dengan cara menekan emosi yang
dengan cara bersabar. Pengendalian emosi dalam olahraga dapat dicontohkan pada saat
pemain sepak bola menerima kecurangan dari pihak lawan seperti memukul dan
mendorong. Pemain yang menerima kecurangan tersebut harus sabar dan tidak perlu
terpancing emosi untuk membalasnya, karena wasit akan memberikan tindakan pada
pelaku kecurangan.
c) Penyaluran energi yang berlebih pada tempatnya: Penyaluran energi yang berlebih
pada tempatnya dapat dilakukan dengan cara menyalurkan energi tersebut kepada
olahraga yang digemari. Penyaluran energi yang berlebih pada tempatnya dapat
dicontohkan pada saat pemain sepak bola terbawa emosi, pemain tersebut tidak perlu
menyalurkan energi dengan cara memukul lawan pemain tersebut dapat menyalurkan
energi yang dimiliki dengan cara mengeluarkan teknik yang dimiliki untuk menyerang
dan melakukan tendangan sekuat mungkin untuk memperoleh poin.
d) Pendekatan secara sepiritual: Pengendalian agresivitas melalui sepiritual dapat
dilakukan dengan cara memahami bahwa perbuatan yang tidak baik pasti akan
berakibat yang tidak baik. Dalam kegiatan olahraga pendekatan sepiritual dapat
dicontohkan pada saat pemain melakukan pelanggaran maka pemain tersebut tidak
melawan dengan kekerasan melainkan melakukan istikfar.
Faktor eksternal
a) Arahan/ masukan : Arahan/ masukan kepada atlet dapat diberikan seorang pelatih
maupun seseorang yang dekat dengan atet tersebut, arahan ini bias berupa anjuran
untuk bermain agaresif harus terarah, kapan, dan bagaimana cara yang tepat agar tidak
menimbulkan hal-hal negatif dan melukai lawan, bermain agresif harus disertai dengan
peningkatan penguasaan diri, agar dapat selalu mengontrol diri sendiri, bermain agresif
9
harus disertai disiplin dan rasa tanggung jawab, yaitu selalu mematuhi peraturan dan
tunduk pada keputusan wasit serta dapat mempertanggungjawabkan tindakannya
b) Peraturan: Peraturan dapat mengendalikan sifat agresivitas dikarenakan dengan adanya
peraturan seseorang akan dibatasi sehingga meminimalisir terjadinya tindakan agresiv.
Dalam olahraga hal ini dicontohkan pada saat seorang atlet tidak menerima keputusan
dari wasit maka apabila atlet tersebut melakukan perotes secara berlebihan dan
bertindak agresiv maka atlet tersebut akan dihukum. Akibat adanya hukuman tersebut
maka atlet akan berfikir kembali untuk melakukan tindakan tersebut.
c) Pengharagaan: Penghargaan dapat mengendalikan sifat agresiv di karnakan dengan
adanya penghargaan orang lebih merasa terhargai dan mereka akan berebut ingin
mendapatkan penghargaan tersebut sehingga mereka akan berfikir untuk melakukan
tindakan agresiv yang merugikan. Dalam olahraga hal ini dapat dilihat pada pemberian
penghargaan bagi para pemain yang berlaku baik penghargaan tersebut bias diberikan
oleh penyelenggara pertandingan ataupun anggapan dari masyarakat yang melihatnya.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agresivitas merupakan salah satu bentuk perilaku yang dimiliki seseorang, perilaku
yang ditimbulkan dari agresivitas adalah tindakan yang cenderung menyerang dengan
menggunakan keterampilan, apabila tindakan tersebut dilakukan secara berlebihan maka
akan lebih cenderung melukia, menyakiti baik fisik maupun sikis dari pemberi respon.
Tindakan agresivitas memiliki dua sisi yang sangat berbeda. Tindakan agresivitas
dapat mengntungkan apabila pelakunya dapat mengonterol tindakan tersebut dan
melakukan tindakan tersebut sesuai ketentuan. Tindakan agresifitas dapat merugikan
apabila tindakan tersebut dilakukan secara tidak terkonterol dan melanggar peraturan
yang ada, karena tindakan yang dilakukan secara tidak terkonterol akan cenderung
melukai, menciderai target dari tindakan agresiv.
Diharapkan kepada seluruh masyarakat olahraga dapat mempergunakan perilaku
agresifitas secara benar, karena segala bentuk tindakan akan memberikan dampak kepada
kita sendiri.
11
Daftar Pustaka
Freischlag and Schmedke. (1980). Concepts and application sport psychology. Virginia: Universitas Virginia.
Cavell. (2000). Philosophical perspective. England: Oxford University.
Davidoff. (1991). Sensation and perception. England: Oxford University.
Russell, Gordon. (2008). Aggression in the world. England: Oxford University.
Barr, Llewellyn. (1982). The human nervous system. Pensylvania: Lippincott Company.
Tri, Dayakisni. (2003). Psikologi sosial. Malang: Universitas Muhamaddiah Malang.
12