BAB I

18
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini olahraga telah menjadi kegiatan yang sangat popular dan disenangi oleh setiap lapisan masyarakat hal ini disebabkan efek positif yang diberikan dari kegiatan tersebut. Olahraga merupakan aktivitas fisik yang dilakukan oleh manusia yang memiliki tujuan untuk mencapai kesejahteraan jasmani, rohani serta membina watak dan mental. Aktifitas fisik yang dilakukan dalam olahraga dapat dilakukan secara indifidu maupun kelompok, dalam melakukan kegiatan olahraga setiap manusia memiliki perilaku yang berbeda-beda, hal ini disebabkan setiap manusia memiliki kebiyasaan dan karakter yang berbeda-beda. Selah satu perilaku yang sering muncul dalam kegiatan olahraga adalah agresivitas. Agresivitas merupakan salah satu bentuk perilaku yang dimiliki oleh setiap manusia yang cenderung bersifat menyerang lawan. sifat agresivitas tersusun dari beberapa komponen diantaranya gairah, nafsu, kasar, berangasan. Komponen-komponen tersebut apabila menjadi satu akan membentuk sifat seseorang menjadi agresif. Agresifitas timbul dikarnakan beberapa faktor seperti rasa lapar, haus, terdesak, atau bangkitnya dorongan seksual. Faktor-faktor 1

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini olahraga telah menjadi kegiatan yang sangat popular dan disenangi

oleh setiap lapisan masyarakat hal ini disebabkan efek positif yang diberikan dari

kegiatan tersebut. Olahraga merupakan aktivitas fisik yang dilakukan oleh manusia yang

memiliki tujuan untuk mencapai kesejahteraan jasmani, rohani serta membina watak dan

mental. Aktifitas fisik yang dilakukan dalam olahraga dapat dilakukan secara indifidu

maupun kelompok, dalam melakukan kegiatan olahraga setiap manusia memiliki perilaku

yang berbeda-beda, hal ini disebabkan setiap manusia memiliki kebiyasaan dan karakter

yang berbeda-beda. Selah satu perilaku yang sering muncul dalam kegiatan olahraga

adalah agresivitas.

Agresivitas merupakan salah satu bentuk perilaku yang dimiliki oleh setiap

manusia yang cenderung bersifat menyerang lawan. sifat agresivitas tersusun dari

beberapa komponen diantaranya gairah, nafsu, kasar, berangasan. Komponen-komponen

tersebut apabila menjadi satu akan membentuk sifat seseorang menjadi agresif.

Agresifitas timbul dikarnakan beberapa faktor seperti rasa lapar, haus, terdesak, atau

bangkitnya dorongan seksual. Faktor-faktor yang ditimbulkan akan membuat manusia

mengeluarkan naluri agresiv yang mengakibatkan tindakan menyerang, melukai, dan

mencederai fisik maupun mental siapa saja yang menjadi sasaran tingkah laku tersebut.

Agresivitas dapat terjadi kapan saja dan dimana saja tidak memandang waktu dan tempat

serta siapa korbannya.

Olahraga merupakan suatu kegiatan yang menjadi wujud gambaran dari sifat

seseorang. Sifat yang tercermin pada saat kegiatan olahraga tidak jarang dibawa pada

kehidupan bermasyarakat. Pada kegiatan olahraga tujuan yang biasa dicari adalah untuk

memperoleh prestasi dan menjadi juara. Pencapaian prestasi dan juara sangat sulit diraih

oleh seorang atlet, untuk mendapatkan prestasi seorang atlet harus bekerja keras dan terus

berlatih sehingga terjadinya kemaksimalan pada potensi yang dimiliki. Terdapat

beberapa kenyataan yang berbanding terbalik untuk mendapatkan prestasi, sering kali kita

1

Page 2: BAB I

dengar banyak atlet yang ingin mencapai prestasi secara tidak normal, salah satu cara

yang sering ditempuh adalah bertindak agresiv. Tindakan agresiv yang dilakukan dalam

olahraga tentu sangat merugikan, karena tindakan ini menciderai hakekat olahraga yang

menjunjung tinggi fair play.

Agresivitas dalam pengertian olahraga, merupakan sebuah usaha kekerasan dengan

tujuan mengurangi kemampuan dan kondisi fisik lawan. Agresivitas sangat berbeda

dengan ketegasan yang dibutuhkan dalam olahraga, agresivitas lebih cenderung

melakukan kekerasan di luar peraturan sedangkan ketegasan melakukan tindakan sesuai

dengan peraturan. Agar dapat mencegah agresivitas yang berlebihan maka dibuatlah

sebuah aturan-aturan dalam pertandingan yang memberi batasan kegiatan apa saja yang

boleh dilakukan dalam pertandingan dan kegiatan apa yang tidak boleh dilakukan.

Aturan-aturan yang telah dibuat memiliki kompensasi hukuman apabila dilanggar maka

pihak yang melanggar akan mendapatkan hukuman sesuai dengan jenis pelanggaran dan

hukuman yang telah ditetapkan. Dengan aturan dan hukuman yang telah diberikan

diharapkan atlet dapat mentaati sehingga hakekat fair play dalam olahraga dapat berjalan

dengan semestinya.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan dan untuk lebih memahami

makna agresivitas maka penulis akan membahas permasalahan agresivitas dan olahraga

lebih mendalam pada bab pembahasan.

2

Page 3: BAB I

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Agresivitas

Penggunaan kata agresiv sering kita dengar dalam dunia olahraga, baik olahraga

indifidu maupun kelompok ataupun olahraga keterampilan maupun olahraga body kontek.

Dalam dunia olahraga penggunaan kata agresif erat kaitannya dengan keterampilan

menyerang seseorang. Sifat agresivitas yang dimiliki seseorang dalam olahraga

mempunyai dua efek yang berbeda yaitu efek positif dan efek negative. Efek positif yang

terdapat dari sifat agresif bias terlihat pada atlet yang menampilkan keterampilan dalam

sebuah permainan sedangkan efek negative yang timbul dari adanya agresifitas adalah

seringnya terjadi penyerangan yang membabibuta sehingga menyebabkan terjadinya

tindakan melukai lawan, melanggar peraturan dan mengabaikan sportivitas.

Terdapat beberapa pendapat mengenai hakekat agresivitas di antaranya menurut

(Gordon Russel, 2008: 3) yang menyatakan bahwa “agression is the delivery of an

aversive stimulus from one person to another with intent to harm and with an expectation

of causing such harm” yang bermakna agresi adalah pengiriman stimulus tidak

menyenangkan dari satu orang ke orang lain dengan maksud untuk menyakiti dan dengan

harapan menyebabkan kerusakan. Pendapat yang bermakna sama juga disampaikan oleh

(Tri Dayakisni, 2003: 195), menyatakan bahwa agresif adalah tingkah laku individu yang

ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan

datangnya tingkah laku tersebut. Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh (Freischlag

& Schmedke, 1980) mereka berpendapat bahwa agresifitas merupakan ketrampilan secara

efektif dalam kompetisi olahraga

Dari pendapat para ahli penulis berpendapat bahwa yang di maksud dengan

agresifitas adalah tindakan yang cenderung menyerang dengan menggunakan

keterampilan, hal ini disebabkan adanya respon yang tidak diinginkan dan apabila

tindakan tersebut dilakukan secara berlebihan maka akan lebih cenderung melukia,

menyakiti baik fisik maupun sikis dari pemberi respon.

3

Page 4: BAB I

B. Sifat Agresivitas

Pada umumnya terdapat dua jenis sifat agresiv yaitu offensive aggression dan

retaliatory aggression. Offensive aggression adalah tindakan agresiv yang tidak secara

langsung disebabkan oleh perilaku orang lain, sifat agresiv ini ditimbulkan karena pelaku

memiliki tujuan tertentu. Tindakan seperti dapat dilihat pada permainan sepak bola, saat

seorang penyerang ingin mencetak gool ke gawang lawan, penyerang tersebut berusaha

menampilkan keterampilan yang dimilikinya tanpa ada niatan untuk menciderai lawan.

Retaliatory aggression adalah agresi yang disebabkan respon terhadap provokasi orang

lain yang dinilai mengancam. Tindakan seperti dapat dilihat pada permainan sepak bola,

saat seorang pemain bertahan dihadapkan dengan pemain lawan yang ingin menyerang

terkadang pemain bertahan akan melakukan segala cara seperti menampilkan

keterampilan sampai menciderai pemain yang menyerang agar serangan yang dilakukan

gagal.

Tindakan retaliatory aggression biasanya didasari karena adanya frustasi yang

disebabkan adanya tekanan yang tidak bias ditangani, beberapa tindakan retaliatory

aggression biasanya bercirikan:

a) Menyerang secara fisik: Tindakan seperti ini biasanya diwujudkan dengan memukul,

merusak, mendorong. Dalam kegiatan olahraga perwujudan agresiv dengan menyerang

secara fisik lebih sering terjadi pada olahraga yang melibatkan kontak body.

b) Menyerang dengan kata-kata: Tindakan agresiv seperti ini dapat diwujudkan dengan

cara mencela orang lain, baik yang langsung kepada individu itu sender maupun orang

yang dia sayangi.

c) Menyerbu daerah orang lain: Tindakan agresi seperti ini biasanya diwujudkan dengan

cara menyerang ke daerah atau tempat target agresi. Agresi ini sering kita lihat pada

seporter sepak bola yang apabila mereka kalah cenderung menyerang seporter yang

pemainya memenangkan pertandingan. Agresi menyerbu daerah lawan biasanya

ditandai dengan banyaknya masa.

4

Page 5: BAB I

d) Mengancam melukai orang lain: Tindakan agersi seperti ini biasanya diwujudkan

melalui perkataan yang bersifat mengancam seperti akan saya bunuh kalian apabila

kelian menang. Bentuki agresi seperti ini biasanya kita lihat pada pertandingan tinju.

e) Main perintah: Tindakan agresi seperti main perintah biasanya dilakukan dalam satu

tim, dimana dalam tim tersebut ada anggota yang lebih dominan berperan.

f) Melanggar milik orang lain: Tindakan agresi seperti ini biasanya dilakukan pada saat

permainan sepak bola saat pemain mendapatkan lemparan kedalam dikarnakan

pelanggaran yang dibuat pemain lawan, namun pemain lawan merebut bola tersebut

dan pemain tersebut membuang bola tersebut.

g) Tidak mentaati perintah: Tindakan agresi tidak mentaati perintah biasanya sering

terjadi saat seorang pemain diberikan perintah oleh wasit maupun pelatih, terkadang

karena tidak mau mematuhi perintah tersebut dan terbawa emosi maka pemain tersebut

melakukan agerasi.

h) Bersorak-sorak, berteriak: Tindakan agresi seperti ini biasanya diwujudkan secara lisan

dengan perkataan yang tidak menyenangkan. Bentuk agresi seperti ini biasanya sering

terjadi pada supporter yang saling mencela atau berbicara keras pada saat yang tidak

pantas:

i) Menyerang tingkah laku yang dibenci: Tindakan agresi seperti ini biasnya langsung

tertuju pada target agresi, pelaku melakukan agresi dikarnakan tidak menyekai tingkah

laku yang dilakukan korban. Bentuk agresi seperti ini biasa kita lihat pada

pertandingan sepak bola pada saat ada pemain yang pura-pura cidera terkadang pemain

lawan yang tidak menerima akan melakukan agresi kepada pemain tersebut.

Tindakan offensive aggression merupakan tindakan agresiv yang tidak didasari

frustasi, gejala tindakan ini bias bercirikan:

a). Tindakan agresif instrumental: tindakan agresif yang tidak disertai rasa marah.

5

Page 6: BAB I

b). Tindakan agresif karena meniru: Tindakan seperti ini bias terjadi di karnakan pelaku

tindakan meniru tindakan yang sering dilihat, seperti pemain yang menirukan

tindakan agresi yang dilakukan oleh pemain lain.

c). Tindakan agresif karena atas dasar perintah: Tindakan agresif seperti ini biasanya

didasari oleh perintah yang diberikan. Dalam olahraga tindakan seperti ini dapat kita

lihat pada saat pemain melakukan serangan terus menerus yang diperintahkan oleh

pelatih.

d). Tindakan agresif dalam hubungannya dengan peran sosial: Tindakan agresi seperti ini

biasanya dilakukan oleh seseorang yang memiliki peranan, biasnya tindakan seperti

ini dapat kita lihat pada wasit yang bertindak tegas terhadap pemain yang melaukan

pelanggaran.

e). Tindakan agresif karena pengaruh kelompok: Tindakan agresi karena pengaruh

kelompok bisanya terjadi karena adanya perofokasi dari kelompok sehingga seseorang

mengalami emosi dan melakukan agresi.

C. Penyebab Timbulnya Agresifitas Dalam Olahraga

Tindakan agresiv dalam olahraga sangat erat kaitannya, tindakan agresiv sering

terjadi dalam dunia olahraga disebabkan tingkat persaingan untuk menjadi yang terbaik

yang sangat ketat dan tempramen yang kurang terkendali. Pendapat yang mendukung

dikemukakan oleh (Llewellyn, 1982: 56) yang menyatakan bahwa tindakan agresi sering

terjadi dalam olahraga disebabkan dalam olahraga seorang atlet memiliki motivasi tinggi

untuk menang, ingin memperlihatkan energi fisik yang dimiliki, dan atlet tidak dihalangi

rasa takut pada potensi kegagalan.

Menurut (Cavell, 2000: 23) faktor yang menyebabkan perilaku agresi terdiri dari

faktor biologi, faktor keluarga, sosial-kognitif, rekan atau kelompok, akademik, guru-

sekolah, dan komunitas. Faktor biologi berhubungan dengan faktor genetik, seperti

temperamen, dan mekanisme biologi. Faktor keluarga seperti pola asuh dan family

disruptions. Faktor rekan seperti adanya tekanan atau penolakan dari kelompok. Faktor

6

Page 7: BAB I

sosial kognitif berhubungan dengan kurang memadainya kemampuan seseorang dalam

memproses informasi sosial secara tepat. Pendapat yang hampir serupa dikemukakan oleh

(Davidoff, 1991) yang menyatakan penyebab perilaku agresif terdiri dari dua faktor yaitu

internal dan eksternal.

Faktor Internal

a) Faktor gen: Merupakan faktor yang tampaknya berpengaruh pada pembentukan system

neural otak yang mengatur perilaku agresif.

b) Faktor sistem otak: Otak ternyata dapat memperkuat atau justru memperlambat sirkuit

neural yang mengendalikan agresi, seperti marah, marah dapat dihambat atau

ditingkatkan dengan merangsang system limbic.

c) Faktor kimia darah: Kimia darah khusunya hormon seks juga dapat mempengaruhi

perilaku agresi. Dalam suatu eksperimen, seorang ilmuan menyuntikkan hormone

testosteron pada tikus dan beberapa hewan lain maka tikus-tikus tersebut berkelahi

semakin sering dan semakin kuat. Sewaktu testosteron dikurangi, hewan tersebut

menjadi lembut. Selain itu banyak wanita yang lebih bertindak agresi pada saat

berlangsungnya siklus haid.

Faktor Eksternal

a) Faktor ekonomi: Keadaan ekonomi sangat berpengaruh pada sikap-sikap yang dimiliki

seseorang. Kemiskinan merupakan salah satu penyebab utama terjadinya sikap agresif

dalam konteks faktor ekonomi. Menurut (Davidoff, 1991) seorang anak dibesarkan

dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku agresi mereka secara alami mengalami

penguatan

b) Faktor geografis/ anonimitas daerah: Perkotaan yang masuk dalam kategori kota-kota

besar, bermacam-macam informasi yang besarnya sangat luar biasa. Kebiyasaan hidup

seperti ini membuat seseorang cenderung berprilaku sendiri-sendiri, karena ia merasa

sangat tidak lagi terikat dengan norma-norma masyarakat dan kurang bersimpati

terhadap orang lain, yang akhirnya membuatorang tersebut cenderung agresiv.

7

Page 8: BAB I

c) Faktor iklim:. Faktor suhu merupakan salah satu faktor penyebab pembentuk sikap

seseorang, karena suhu suatu lingkungan yang tinggi memiliki banyak dampak

terhadap tingkah laku sosial berupa peningkatan agresivitas.

d) Faktor pendidikan: Faktor pendidikan berpengaruh pada timbulnya sikap agresif

karena dengan pendidikan yang diperoleh seseorang dapat menyalurkan sifat agresiv

dengan benar.

e) Faktor energi diri: Semakin besar energi dari seseorang maka akan besar

kencenderungan untuk berbuat agresif. Apabila energi yang dimiliki tidak seimbang

dengan aktivitas yang dilakukan maka tindakan yang dilakukan akan cenderung

agresiv hal ini disebabkan ketidak tahuan cara penyaluran energi yang dimiliki.

D. Pengendalian Agresifitas Dalam Olahraga

Sifat agresiv merupakan salah satu sifat yang dimiliki manusia, sifat ini apabila

tidak dapat ditangani dengan baik akan merugikan diri sendiri maupun orang lain. Dalam

olahraga sifat agresiv harus dapat dikendalikan dengan baik, karena pengendalian sifat

yang baik akan memberikan keuntungan tersendiri bagi pelaku olahraga. Terdapat konsep

yang mengatakan bahwa setiap atlet harus mengingat bahwa bertanding tidak sama

dengan berperang. Dalam berperang tujuan utama adalah menghancurkan lawan,

sedangkan dalam bertanding sekalipun ada usaha mengalahkan lawan tetapi tetap harus

ada penghormatan kepada lawan tanding.

Terdapat dua faktor agar seseorang bias mengendalikan sifat agresiv, yaitu faktor

internal yang berarti faktor dari dalam diri pelaku dan faktor eksternal yaitu faktor dari

luar diri pelaku.

Faktor internal

a) Pengendalian ego: Pengendalian ego diartikan dengan mampunya seseorang menahan

serta mengendalikan keinginan yang ada dalam dirinya dengan bersikap menerima

apabila keinginan yang ingin dilakukan belum bias terwujud. Pengendalian ego dalam

olahraga

8

Page 9: BAB I

dapat dicontohkan pada saat seorang petinju ingin melayangkan pukulan namun waktu

istirahat dating maka petinju tersebut harus menahan egonya untuk menyerang sanpai

pertarungan dimulai kembali.

b) Pengendalian emosi: Pengendalian emosi dilakukan dengan cara menekan emosi yang

dengan cara bersabar. Pengendalian emosi dalam olahraga dapat dicontohkan pada saat

pemain sepak bola menerima kecurangan dari pihak lawan seperti memukul dan

mendorong. Pemain yang menerima kecurangan tersebut harus sabar dan tidak perlu

terpancing emosi untuk membalasnya, karena wasit akan memberikan tindakan pada

pelaku kecurangan.

c) Penyaluran energi yang berlebih pada tempatnya: Penyaluran energi yang berlebih

pada tempatnya dapat dilakukan dengan cara menyalurkan energi tersebut kepada

olahraga yang digemari. Penyaluran energi yang berlebih pada tempatnya dapat

dicontohkan pada saat pemain sepak bola terbawa emosi, pemain tersebut tidak perlu

menyalurkan energi dengan cara memukul lawan pemain tersebut dapat menyalurkan

energi yang dimiliki dengan cara mengeluarkan teknik yang dimiliki untuk menyerang

dan melakukan tendangan sekuat mungkin untuk memperoleh poin.

d) Pendekatan secara sepiritual: Pengendalian agresivitas melalui sepiritual dapat

dilakukan dengan cara memahami bahwa perbuatan yang tidak baik pasti akan

berakibat yang tidak baik. Dalam kegiatan olahraga pendekatan sepiritual dapat

dicontohkan pada saat pemain melakukan pelanggaran maka pemain tersebut tidak

melawan dengan kekerasan melainkan melakukan istikfar.

Faktor eksternal

a) Arahan/ masukan : Arahan/ masukan kepada atlet dapat diberikan seorang pelatih

maupun seseorang yang dekat dengan atet tersebut, arahan ini bias berupa anjuran

untuk bermain agaresif harus terarah, kapan, dan bagaimana cara yang tepat agar tidak

menimbulkan hal-hal negatif dan melukai lawan, bermain agresif harus disertai dengan

peningkatan penguasaan diri, agar dapat selalu mengontrol diri sendiri, bermain agresif

9

Page 10: BAB I

harus disertai disiplin dan rasa tanggung jawab, yaitu selalu mematuhi peraturan dan

tunduk pada keputusan wasit serta dapat mempertanggungjawabkan tindakannya

b) Peraturan: Peraturan dapat mengendalikan sifat agresivitas dikarenakan dengan adanya

peraturan seseorang akan dibatasi sehingga meminimalisir terjadinya tindakan agresiv.

Dalam olahraga hal ini dicontohkan pada saat seorang atlet tidak menerima keputusan

dari wasit maka apabila atlet tersebut melakukan perotes secara berlebihan dan

bertindak agresiv maka atlet tersebut akan dihukum. Akibat adanya hukuman tersebut

maka atlet akan berfikir kembali untuk melakukan tindakan tersebut.

c) Pengharagaan: Penghargaan dapat mengendalikan sifat agresiv di karnakan dengan

adanya penghargaan orang lebih merasa terhargai dan mereka akan berebut ingin

mendapatkan penghargaan tersebut sehingga mereka akan berfikir untuk melakukan

tindakan agresiv yang merugikan. Dalam olahraga hal ini dapat dilihat pada pemberian

penghargaan bagi para pemain yang berlaku baik penghargaan tersebut bias diberikan

oleh penyelenggara pertandingan ataupun anggapan dari masyarakat yang melihatnya.

10

Page 11: BAB I

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Agresivitas merupakan salah satu bentuk perilaku yang dimiliki seseorang, perilaku

yang ditimbulkan dari agresivitas adalah tindakan yang cenderung menyerang dengan

menggunakan keterampilan, apabila tindakan tersebut dilakukan secara berlebihan maka

akan lebih cenderung melukia, menyakiti baik fisik maupun sikis dari pemberi respon.

Tindakan agresivitas memiliki dua sisi yang sangat berbeda. Tindakan agresivitas

dapat mengntungkan apabila pelakunya dapat mengonterol tindakan tersebut dan

melakukan tindakan tersebut sesuai ketentuan. Tindakan agresifitas dapat merugikan

apabila tindakan tersebut dilakukan secara tidak terkonterol dan melanggar peraturan

yang ada, karena tindakan yang dilakukan secara tidak terkonterol akan cenderung

melukai, menciderai target dari tindakan agresiv.

Diharapkan kepada seluruh masyarakat olahraga dapat mempergunakan perilaku

agresifitas secara benar, karena segala bentuk tindakan akan memberikan dampak kepada

kita sendiri.

11

Page 12: BAB I

Daftar Pustaka

Freischlag and Schmedke. (1980). Concepts and application sport psychology. Virginia: Universitas Virginia.

Cavell. (2000). Philosophical perspective. England: Oxford University.

Davidoff. (1991). Sensation and perception. England: Oxford University.

Russell, Gordon. (2008). Aggression in the world. England: Oxford University.

Barr, Llewellyn. (1982). The human nervous system. Pensylvania: Lippincott Company.

Tri, Dayakisni. (2003). Psikologi sosial. Malang: Universitas Muhamaddiah Malang.

12